Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. ANATOMI FISIOLOGI

1
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa
nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh
tubuh.Darah mempunyai 2 komponen yaitu komponen padat dan komponen
cair.Darah berwarna merah, warna merah tersebut keadaannya tidak tetap,
tergantung kepada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Apabila kandungan O2
lebih banyak maka warnanya akan menjadi merah muda. Sedangkan.Darah juga
pembawa dan penghantar hormon.Hormon dari kelenjar endokrin ke organ
sasarannya.Darah mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh,
karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi
panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan
tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu
(termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung dari berat badan
seseorang.Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.
Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media
transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padat terdiri dari sel-
sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit.Pada batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan.Bagian-bagian padat darah terendam
dalam plasma.
Sel-sel darah :
a.Eritrosit
Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih
berinti, inti dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan/keluar. Pada proses
pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globulin yang
merupakan senyawa protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi)
diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga bila kekurangan
salah satu unsur pembentukan seperti di atas (kurang gizi) atau ginjal mengalami
kerusakan, maka terjadi gangguan eritrosit (anemia). Umur peredaran eritrosit
sekitar 105-120 hari.Pada keadaan penghancuran eritrosit yang berlebihan,

2
misalnya pada hemodialisis darah, hepar kewalahan kewalahan mengolah
bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejala kuning
walaupun hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di organ lien
terutama pada proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan pigmen bilirubin.
Zat besi yang digunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru, sedangkan pigmen
bilirubin di dalam hati akan mengalami proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen
empedu dan keluar bersama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit
pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm 3. Di dalam sel
eritrosit didapat hemoglobin suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul
hem yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globulin (suatu
senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb
pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
b.Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit
yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit.Jumlah normal leukosit 5.000-
9.000 /mm3.Bila jumlahnya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak
membuat leukosit sama sekali disebut agranulasitosis.
c.Trombosit
Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang
merupakan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu
megakaryosit, di sumsum tualng dan lien.Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan
umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk
melakukan :
-daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
-daya adhesi (melekat)
-daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis
dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai pola
tertentu dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding
pembuluh darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor

3
dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan kemudian
dilanjutkan dengan proses pembekuan darah .Kemampuan trombosit seperti ini
karena trobosit mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan yang segera
dikeluarkan bila ada kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini
menimbulkan efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah
berkurang dan membantu proses pembekuan darah.
PLASMA
Plasma merupakan bagian cair dari darah.Plasma membentuk sekitar 5%
dari berat badan tubuh.Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen
darah yang berbentuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma
juga berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari
satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
·Air : 91-92%
·Protein plasma :
- Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk di hepar).
- Globulin , ,  (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-sel
retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan bentuk globulin.
-Fibrinogen
- Protrombin.
· Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin
· Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam
amino, enzim, hormon.
Fungsi Protein Plasma :
a) Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk pembentukan
dan penyerapan cairan jaringan.
b) Dengan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak sebagai
penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh.
c) Fibrinogen dan protrombin adalah penting untuk pembekuan darah.
d) Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh
melawan infeksi.

4
B. DEFINISI
Demam berdarah dengue atau haemorragic fever adalah penyakit infeksi akut
yang disebabkan oleh virus dengue (albovirus) dan ditukarkan oleh nyamuk
aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus (Wijayaningsih, 2013:233)
DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. (Alimul,
2011:119)
DHF (dengue haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik.Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan /syok (Nurarif& Kusuma, 2013:108)

5
C. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4
serotipe.Dengue 1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia
II, sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun
1953-1954.Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif
terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C
(Djamin, 2013).
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di
samping pula Aedes albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri (Djamin,2013):
 Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap.
 Warnanya hitam dan belang-belang.
 Menggigit pada siang hari.
 Gemar hidup di tempat – tempat yang gelap.
 Jarak terbang <100 meter dan senang mengigit manusia.
 Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi,
drum penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air
yang tidak bersentuhan dengan tanah.
 Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk sekitar 10 hari.

D. KLASIFIKASI DHF ( menurut WHO)


Derajat I
Derajat satu bisanya ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari disertai
dengan gejala tidak khas dan manifestasi perdarahan yang dapat diuji
tourniquet positif.

Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

6
Derajat III
Derajat 2 ditambah dengan kegagalan sirkulasi ringan, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg), hipotensi (systole < 80 mmHg)
disertai kulit yang dingin,lembab dan penderita menjadi gelisah.

Derajat IV
Derajat 3 ditambah syok berat dengan nadi yang takteraba dan tekanan darah
yang tak dapat diukur, dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianotik
dan asidosis.
Derajat 1 dan 2 disebut DHF tanpa renjatan,sedang 3 dan 4 disebut DHF
dengan renjatan atau DSS.

E. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, klien mengalami keluhan dan
gejala karena viremia yaitu demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, timbul ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam
atau petekie pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
Bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berlainan akan menimbulkan suatu reaksi antigen antibody yang mengaktifkan
sistem komplemen dan terjadinya agregasi trombosit. Pengaktifan sistem
komplemen menyebabkan terjadinya pelepasan zat anafilatoksin yang
merangsang keluarnya histamin dan serotonin yang dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan asam lambung dan peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan
permeabilitas kapiler ini menyebabkan terjadinya ekstravasasi cairan dari
intravaskuler ke ekstravaskuler sehingga terjadilah hemokonsentrasi dimana
viskositas di dalam pembuluh darah meningkat sehingga darah yang dialirkan ke
seluruh tubuh menjadi sedikit, dan jantung kekurangan darah dan kerja jantung
menjadi lebih berat. Perfusi darah ke ginjal juga menjadi menurun, ginjal
kekurangan cairan dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya gagal
ginjal.Kebocoran plasma juga dapat menyebabkan penumpukan cairan di rongga

7
–rongga, seperti rongga paru dan rongga perut, dan terjadi hipovolemik, tubuh
kekurangan darah.Suplai darah ke jaringan berkurang dan dapat menyebabkan
anoksia jaringan.Dan tubuh mulai melakukan kompensasi dengan metabolisme
anaerob, yang hasil akhirnya adalah asam laktat.Penumpukan asam laktat dalam
tubuh menyebabkan asidosis metabolik dan yang akhirnya menyebabkan
kematian.
Dari reaksi antigen antibodi juga menyebabkan timbulnya agregasi trombosit
yang melepaskan ADP yang menyebabkan trombosit mengalami metamorfosis.
Trombosit yang mengalami metamorfosis akan dimusnahkan oleh sistem RES
karena dianggap benda asing sehingga mengakibatkan trombositopenia hebat dan
perdarahan hebat. Perdarahan hebat akan menyebabkan terjadinya hipovolemik
syok yang ditandai oleh kulit lembab, akral dingin, sianosis, nadi cepat lemah,
hipotensi, oliguria yang apabila tidak ditangani langsung akan menyebabkan
kematian.

8
F. PATHWAY

9
G. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
Adapun tanda dan gejala dari Demam dengue adalah (Khair, 2013):
 Demam tinggi 5-7 hari.
 Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis,
hematoma.
 Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
 Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
 Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
 Sakit kepala.
 Pembengkakan sekitar mata.
 Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
 Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa:


 Demam disertai ruam-ruam makulopapular.
 Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam
ringan atau demam tinggi (>390C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama
2 - 7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi
dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam.
 Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai
bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva.
 Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati,
nyeri di tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut.
 Kadang-kadang demam mencapai 40 - 410C dan terjadi kejang demam
pada bayi.

10
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau
lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
- Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
- Rontgen Thorac = Effusi Pleura
I. PENATALAKSANAAN
a. Derajat I dan II
 Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
1. 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
2. 75  ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
3. 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
4. 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
 Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
 Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.
 Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
b. Derajat III
 Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg
BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk.
 Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24
jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan
cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika
baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.

11
 Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30
mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
diatas

c. Derajat IV
 Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
 Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran
infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya
pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
 Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam,
 Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
 Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya
dipasang central vaskuler pressure atau CVP

J. PENCEGAHAN DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan
cara:
- Rumah selalu terang
- Tidak menggantung pakaian
- Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya
minimal 4 hari sekali

12
- Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat
terkumpulnya air hujan
- Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan PEN KES
- Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
- Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
- Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi gejala
- Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

K.KOMPLIKASI

a. Efusi pleura  akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi


pengumpulan cairan dalam rongga pleura.
b. Asites masuknya cairan ke rongga peritoneum karena peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kapiler.
c. Kardiomegali
d. Shock (DSS)
e. Gagal ginjal.

13
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Pengkajian
1.      Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak
dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama
terjadi pada saat  musim hujan, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
2.      Keluhan Utama.
Panas atau demam.
3.      Riwayat Kesehatan.
a.       Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit
b.      Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan
ulang DHF.
c.       Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
d.      Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
e.       Kondisi lingkungan.

14
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).

4.      Acitvity Daily Life (ADL)


1)      Nutrisi                            : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2)      Aktivitas                       : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktivitas sehari-hari.
3)      Istirahat, tidur                :  Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
4)      Eliminasi                        :  Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai
anuria.
5)      Personal hygiene        :  Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.

5.      Pemeriksaan fisik, terdiri dari :


Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan
klien (inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan
jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal
atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan
meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan
stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a.       Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1)      Grade I            : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda –
tanda vital dan nadi lemah.
2)      Grade II          : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

15
3)      Grade III         : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
4)      Grade IV         : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
b.      Kepala dan leher.
1)      Wajah     : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2)      Mulut      : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-
kadang) sianosis.
3)      Hidung   : Epitaksis
4)      Tenggorokan                  : Hiperemia
5)      Leher      : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior.

c.       Dada (Thorax).


Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi             : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi            : Suara paru pekak.
Auskultasi       : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d.      Abdomen (Perut).
Palpasi       : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor
kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium
IV).
e.       Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi                        : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri                         : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f.       Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I              : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III    : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.

16
Stadium IV           : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan
dan kaki.
6.      Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a.         Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b.        Trambositopenia (≤100.000/ml).
c.         Leukopenia.
d.        Ig.D. dengue positif.
e.        Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f.         Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g.        Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h.        SGOT/SGPT mungkin meningkat.

7.      Pengkajian Per Sistem


a.      Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b.     Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS
c.      Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah,
hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak
teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d.     Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

17
e.      Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f.       Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.

Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi
virus.
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah
perifer.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi ana

18
No Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
keperawatan
1 hipertermi Noc : Perawatan demam 3740
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital
24 jam. Diharapkan hipertermi dapa tteratasi
2. Memonitor warna kulit dan suhu

Termoregulasi kode 0800 3. Memonitor asupan dan pengeluaran, sadari


N indikator awal target perubahan kehilangan cairan dan nutrisi
o yang tak dirasakan
1 Peningkatan suhu tubuh
4. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian
2 Berkeringat saat panas ringan

3 Denyut nadi radial 5. Dorong konsumsi cairan

4 Menggigil saat dingin

19
Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
No keperawatan

20
3 Ketidak Noc : Manajemen nutrisi 1100
seimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24
nutrisi kurang jam. Diharapkan Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
dari kebutuhan kebutuhan tubuh tegak dikursi , jika memungkinkan
tubuh
Status nutrisi : asupan makanan dan cairan 2. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi

N indikator awal target


o 3. Pastikan diet mencankup makanan
1 Asupan makanan secara oral tinggikan dungan serat untuk mencegah
kontipasi
2 Asupancairansecara oral
4. Anjurkan keluarga pasien untuk membawa
3 Asupancairanintravena makanan favorit pasien sementara (pasien)
berada dirumah sakit atau fasilitas perawat

5. Ciptakan lingkungan yang optimal pada


saat mengkonsumsi makan ( misalnya.
Bersih ventilasi ,santai dan bebas dari bau
yang menyengat.

Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi


No keperawatan

21
2 Nyeri Noc : Manajemen nyeri 1400
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
jam. Diharapkan Nyeri dapat teratasi ,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualita
s, intensitas atau beratnya nyeri dan factor
Control nyeri kode 1605 pencetus

N indikator awal target 2. Lakukan teknik distraksi dan relaksasi


o
1 Mengenali kapan nyeri terjadi 3. Gali bersama pasien factor-faktor yang
dapat menurunkan dan memberatkan akan
2 Menggunakan jurnal harian nyeri
untuk memonitor gejala dari
waktu kewaktu 4. Tentukan akibat nyeri terhadap kwalitas
3 Menggambarkan factor hidup
penyebab
4 Menggunakan tindakan 5. Kolaborasi kepada tim Medis untuk
pencegahan manajemen nyeri

22
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A. H. dan Kusuma.H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC – NOC.Edisi Revisi.     Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction

Syaifuddin (2011). Anatomi Fisiologi. Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan & Kebidanan. Edisi Keempat Jakarta: EGC.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info


Media

23

Anda mungkin juga menyukai