Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) PADA An.D


DI BANGSAL SADEWA 4 RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :
ARIFAH OKTAFIYANI
P27220019145

D-IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2021
BAB I
Konsep Teori

A. DHF
1. Pengertian
Demam Dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (Dengue
Hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan Hemokosentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born
Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Aebopictus
(Wijayaningsih 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi,
khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

2. Etiologi
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B yaitu
Athropad borne. Atau virus yang disebabkan oleh Arthropoda. Virus ini termasuk genus
flavivirus. Dari famili flavividau. Nyamuk Aides betina biasanya terinfeksi virus dengue
pada saat menghisap darah dari seseorang yang sedang 7 8 pada tahap demam akut.
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari. Kelenjar ludah Aides akan
menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk menggigit dan
mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain.
Setelah masa inkubasi instrinsik selama 3-14 hari timbul gejala awal penyakit
secara mendadak yang ditandai dengan demam, pusing, nyeri otot, hilangnya nafsu
makan dan berbagai tanda nonspesifik seperti nousea (mualmual), muntah dan rash
(ruam kulit). Biasanya muncul pada saat atau persis sebelum gejala awal penyakit
tampak dan berlangsung selama 5 hari setelah terkena penyakit, saat-saat tersebut
merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa inefektif untuk nyamuk yang
berperan dalam siklus penularan. (Widoyono 2010).
Tubuh yang terasa lelah demam yang sering naik turun, nyeri pada perut
secara berkelanjutan, sering mual dan muntah darah yang keluar melalui hidung, dan
muntah. Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua minggu.
Dengan gejala klinis yang semakin berat pada penderita DBD dan dengue shock
syndromes dapat berkembang menjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan hati.
Klien dapat terjadi komplikasi seperti Disorientasi atau Kehilangan daya untuk mengenal
lingkungan, terutama yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan orang. Shock, effusi
pleura, asidosis metabolik, anoksia jaringan, Penurunan kesadaran.(Suriadi dan yuliani,
2009).

3. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
transportasi oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan asam dan basa,
mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau hantaran, membawa panas tubuh dari
pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan
hormon dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar ke sasaran (Syaifuddin,
2016).
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna
merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon
dioksida di dalamnya. Darah berada dalam tubuh karena adanya kerja pompa jantung.
Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila berada di luar
pembuluh darah akan membeku. Fungsi darah (Syaifuddin, 2016) :
a. Sebagai sistem transpor dari tubuh, yaitu menghantarkan bahan kimia,
oksigen, dan nutrien ke seluruh tubuh.
b. Mengangkut sisa metabolit ke organ pembuangan.
c. Menghantarkan hormon-hormon ke organ sasaran.
d. Mengangkut enzim, zat bufer, elektrolit ke seluruh tubuh.
e. Mengatur keseimbangan suhu.
Pada orang dewasa dan anak-anak sel darah merah, sel darah putih, dan sel
pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum seluler yang aktif dinamakan
sumsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum kuning. Sumsum
tulang merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh, ukuran dan beratnya
hampir sama dengan hati.
Darah terdiri dari dua komponen yaitu komponen padat yang terdiri dari sel
darah (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan sel pembeku darah
atau trombosit) dan komponen cair yaitu plasma darah, Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:

a. Eritrosit (sel darah merah)


Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan mempunyai
fungsi khusus untuk transport oksigen. Oleh karena di dalamnya mengandung
hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen, eritrosit membawa oksigen dari
paru ke jaringan dan karbon dioksida dibawa dari jaringan ke paru untuk
dikeluarkan melalui jalan pernapasan. Sel darah merah : Kekurangan eritrosit,
Hb, dan Fe akan mengakibatkan anemia.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit
dengan cara memakan atau fagositosis penyakit tersebut. Itulah sebabnya
leukosit disebut juga fagosit. Sel darah putih yang mengandung inti,
banyaknya antara 6.000-9.000/mm³.
c. Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam peredaran
darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000-300.000
keping/mm³. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru, dan limpa dengan
ukuran kira-kira 2-4 mikron. Fungsinya memegang peranan penting dalam
proses pembekuan darah dan 14 hemostasis atau menghentikan aliran darah.
Bila terjadi kerusakan dinding pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di
situ dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok,
dan menggumpal atau hemostasis. Selanjutnya terjadi proses bekuan darah.
Struktur sel dalam darah adalah :
a. Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastik yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5- 10nm. Hampir
seluruhnya terdiri dari keping-keping halus gabungan protein lemak yang
merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini
bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan
yang datang.
b. Plasma Terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1) Air membentuk 90 % volume plasma
2) Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan
tekanan darah serta melawan bibit penyakit
(immunoglobulin).
3) Garam dan mineral plasma dan gas terdiri atas O2 dan
CO2 berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan
pH darah sehingga fungsi normal jaringan tubuh.
4) Zat-zat makanan sebagai makanan sel.
5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang
berfungsi untuk membantu metabolisme.
6) Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi
bakteri
4. Klasifikasi DHF
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada
kulit atau perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak
tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma
2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bendung positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah
di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna, tempat bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a)peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura
c. Sindrom syok dengue Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda
kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab
6. Patofisiologi
Nyamuk Aedes yang terinfeksi atau membawa virus dengue menggigit manusia.
Kemudian virus dengue masuk kedalam tubuh dan berdar dalam pembuluh darah
bersama darah. Virus kemudian bereaksi dengan antibody yang mengakibatkan tubuh
mengaktivasi dan melepaskan C3 dan C5. Akibat dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh
mengalami demam, pegal dan sakit kepala, mual, ruam pada kulit. Pathofisiologi primer
pada penyakit DHF adalah meningkatnya permeabilitas membran vaskuler yang
mengakibatkan kebocoran plasma sehingga 9 cairan yang ada diintraseluler merembes
menuju ekstraseluler. Tanda dari kebocoran plasma yakni penurunan jumlah trombosit,
tekanan darah mengalami penurunan, hematokrit meningkat. Pada pasien DHF terjadi
penurunan tekanan darah dikarenakan tubuh kekurangan hemoglobin, hilangnya plasma
darah selama terjadinya kebocoran, Hardinegoro dalam buku keperawatan medikal bedah
1 (Kardiyudiana, 2019).
Pathway

Gigitan nyamuk Aedes Aegepty

Masuknya virus dengue dalam tubuh

Kontak dengan antibodi

Virus bereaksi dengan antibodi

Breath Blood Brain

Aktivasi C3 dan C5

Pelepasan anafilatoksin Virus masuk Agregasi trombosit Pelepasan


ke dalam neurotansmitter
pembuluh (histamine,
Peningkatan darah bradikinin,
permeabialitas dinding Melepas prostaglandin)
pembuluh darah adenosin di
phospat (ADP)
Menstimulasi
Menghilangnya plasma Berikatan dengan
sel host
melalui endotel dinding reseptor nyeri
inflamasi Thrombosis
pembuluh darah
(seperti mengalami
mikrofag kerusakan
neutrofil) metamorfosis
Kebocoran plasma (ke Impuls nyeri
ekstravaskuler) masuk ke
thalamus
Memproduksi trombositopenia
Penumpukan cairan pada
pleura endogenus
hipovolemia pirogen
Nyeri akut
Resiko
perdarahan
Bersihan jalan napas tidak
efektif Endhotelium
hipotalamus
meningkatkan
produksi
prostaglandin dan
neurotransmiter
7.Komplikasi
Komplikasi pada DHF menurut Nur Wakhidah (2015) yaitu:
a. Dehidrasi sedang sampai berat.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan.
c. Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus.
Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan
menyebabkan gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun, kadar natrium,
kalsium juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula darah diatas normal atau
mengalami peningkatan (Jannah, 2019).

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara
lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,
SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi
setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan
pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer,
sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang
dapat berlanjut menjadi reaksi
sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat
cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau
antigen dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder
merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat
dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi
tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang
bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat
reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang
jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition
(HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini
adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax :
Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura.
g. Rumple Leed Test
Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan
pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji
diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit. Untuk mendeteksi
adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda demam berdarah.
Dam untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah derta
jumlah dan fungsi trombosit..
9. Penatalaksanaan Medis
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang
sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga
diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan
untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak
mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka
anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang
dirawat di rumah sakit meliputi:
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a)Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara
nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan
secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin
menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan
transfusi darah atau komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48
jam. Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang
terlalu banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.

Konsep ASKEP
A. Pengkajian
1. Identitas klien
- Nama
- Usia
- Jenis kelamin
- Tanggal masuk RS
- Suku / bangsa
- Agama
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Alamat
- No. RM
- Diagnose medis
Status kesehatan
a. Keluhan utama : Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk
datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
b. Riwayat penyakit sekarang : Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV),
melena atau hematemesis.

c. Riwayat kesehatan dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF
anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Penyakit DHF merupakan penyakit yang
diakibatkan nyamuk terinfeksi virus dengue. Jika salah satu dari anggota keluarga
ada yang terserang penyakit DHF kemungkinan keluarga lainnya dapat tetular
karena gigitan nyamuk.
2. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
Pola-pola fungsi kesehatan :

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat :


Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat dan apakah dalam melaksanakan
tatalaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak
b) Pola nutrisi dan metabolisme :
klien mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan klien mengalami mual,
muntah setelah makan.
c) Pola eliminasi :
pada klien DHF didapatkan klien memgalami diare, luaran urin menurun, BAB
keras.
d) Pola tidur dan istirahat :
anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
e) Pola aktivitas :
klien biasanya mengalami gangguan aktifitas dikarenakan klien mengalami
kelemahan, nyeri tulang dan sendi, pegal-pegal dan pusing.
f) Pola hubungan dan peran :
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap, klien biasanya merasa rendah diri terhadap perubahan dalam
penampilan, klien mengalami emosi yang tidak stabil.
g) Pola persepsi dan konsep diri :
Dampak yang timbul pada klien adalah, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan dirinya yang salah
h) Pola sensori dan kognitif :
Biasanya klien mengeluh nyeri pada perut karena diare dan menggigil karena proses
termoregulasi pada tubuh yang tidak normal
i) Pola reproduksi seksual :
klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap
dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien.
j) Pola penanggulangan stress :
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress multiple seperti masalah
finansial, hubungan, gaya hidup (Doenges dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari,
2010)
k) Pola tata nilai dan keyakinan :
Klien tidak dapat melakukan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi
dan konsentrasi (Padila, 2012)

3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
1) Kesadaran penderita : Pada derajat I II dan III biasanya klien dalam
keadaan composmentis sedangkan pada derajat IV klien mengalami
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan didapatkan hasil demam naik
turun serta menggigil, penurunan tekanan darah, frekuensi nadi cepat
dan teraba lemah.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi.
Pernapasan reguler ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan,
respiration rate (RR) normal 16-20 kali/menit, pernapasan dalam atau
dangkal. Denyut nadi reguler atau ireguler, adanya takikardia,
denyutan kuat atau lemah. Suhu tubuh meningkat apabila terjadi
infeksi.

b) Mata simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya, tidak terdapat gangguan
penglihatan
c) Hidung
Tidak terdapat sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf
hidung menurun
d) Mulut
Terdapat perdarahan pada gusi, mukosa tampak kering, lidah tampak kotor.
e) Wajah
Wajah tampak kemerahan, kemungkinan tampak bintik-bintik merah atau
ptekie.
f) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada

g) Sistem Pernafasan
Inspeksi : Pernafasan : sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan
tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar
kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton..
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya
Auskultasi : Suara nafas meningkat
h) Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi :Nadi menurun, iktus tidak teraba
Auskultasi : normal
i) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi : Adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi abdomen
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : suara bising usus yang meningkat
j) Eliminasi
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe
k) Ekstremitas
Pada umumnya pada pemeriksaan fisik penderita DHF ditemukan
ekstermitas dingin, lembab, terkadang disertai sianosis yang
menunjukkan terjadinya renjatan.
l) Anus dan genetalia
Pada pemeriksaan anus dan genetalia terkadang dapat ditemukannya
gangguan karena diare atau konstipasi, misalnya kemerahan, lesi pada
kulit sekitar anus.

4. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik


Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) HB dan PVC meningkat (≥20%)
2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig. D dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8) SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Etiologi


1 D.0149 Fisiologis
Bersihan Jalan Napas Tidak a. Spasme jalan napas
Efektif b. Hipersekresi jalan napas
c. Disfungsi neuromuskuler
Gejala dan Tanda Mayor d. Benda asing dalam jalan
S:- napas
O: e. Adanya jalan napas buatan
a. Batuk tidak efektif f. Sekresi yang tertahan
b. Tidak mampu batuk g. Hiperplasia dinding jalan
c. Sputum berlebih napas
d. Mengi,wheezing h. Proses infeksi
dan/atau ronkhi kering i. Respon alergi
e. Mekonium di jalan j. Efek agen farmakologis
napas(pada neonatus) (mis.anestasi)

Situasional
Gejala dan Tanda Minor a. Merokok aktif
S: b. Merokok pasif
a. Dispnea c. Terpajan polutan
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
O:
a. Gelisah
b. Sianosis
c. Bunyi napas menurun
d. Frekuensi napas berubah
e. Pola napas berubah
2 D.0130 Hipertermia a. Dehidrasi
Gejala dan Tanda Mayor b. Terpapar lingkungan panas
S: - c. Proses peyakit (mis. Infeksi,
O: kanker)
a. Suhu tubuh diatas nilai d. Ketidaksesuaian pakaian
normal dengan suhu lingkungan
e. Peningkatkan laju
Gejala dan Tanda Minor metabolisme
S: - f. Respon trauma
O: g. Aktivitas berlebihan
a. Kulit merah h. Penggunaan inkubator
b. Kejang
c. Takikardi
d. Takipnea
e. Kulit terasa hangat

3 D.0077 Nyeri Akut a. Agen pencedera fisiologi


Gejala dan Tanda Mayor (mis. Inflamasi, iskemia,
S: neoplasma)
a. Mengeluh nyeri b. Agen pencedera kimiawi
O: (mis. Terbakar, bahan kimia
a. Tampak meringis iritan)
b. Bersikap protektif (ms. c. Agen pencedera fisik (mis.
Waspada, posisi Abses, amputasi, terbakar,
menghindari nyeri) terpotong, mengangkat
c. Gelisah berat, prosedur operasi,
d. Frekuensi nadi trauma, latihan fisik
meningkat berlebihan)
e. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


S: -
O:
a. Tekanan darah
meningkat
b. Pola napas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berpikir
terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri
sendiri
g. Diaforesis

4 D.0003 Hipovolemia a. Kehilangan cairan aktif


Gejala dan Tanda Mayor b. Kegagalan mekanisme
S: - regulasi
c. Peningkatan permeabilitas
O: kapiler
a. Frekuensi nadi d. Kekurangan intake cairan
meningkat e. Evaporasi
b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan darah menurun
d. Tekanan nadi
menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urin menurun
h. Hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
S:
a. Merasa lemah
b. Mengeluh haus
O:
a. Pengisian vena menurun
b. Status mental berubah
c. Suhu tubuh meningkat
d. Konsentrasi urin
meningkat
e. Berat badan turun tiba-
tiba
5 D.0012 Resiko Pendarahan Faktor Resiko
a. Aneurisma
b. Gangguan gastrointestinal
(mis. Ulkus lambung, polip,
varises)
c. Gangguan fungsi hati (mis.
Sirosis hepatitis)
d. Komplikasi kehamilan (mis.
Ketuban pecah sebelum
waktunya, plasenta
previa/abrupsio, kehamilan
kembar)
e. Komplikasi pasca partum
(mis. Atoni uterus, retensi
plasenta)
f. Gangguan koagulasi (mis.
Trombositopenia)
g. Efek agen farmakologis
h. Tindakan pembedahan
i. Trauma
j. Kurang terpapar informasi
tentang pencegahan
perdarahan
k. Proses keganasan

C. Intervensi

No Dx Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1 D.0149 L.01001 I.01011 Manajemen Jalan
Bersihan Setelah Manajemen Jalan Napas
Jalan dilakukan Napas Observasi
Napas perawatan 2x24 Observasi
Tidak jam diharapkan 1. Monitor pola 1. Mengobservasi
Efektif bersihan jalan napas(frekuensi, pola napas
napas meningkat kedalaman, pasien
dengan kriteria usaha napas)
hasil : 2. Monitor bunyi 2. Mengamati dan
1. Produksi napas tambahan mengobservasi
sputum (mis. Gurgling, bila terdapat
menurun mengi, bunyi napas
(skala 5) wheezing, tambahan pada
2. Mengi ronkhi kering) pernapasan
menurun klien
(skala 5) Terapeutik
Terapeutik
3. Wheezing
menurun 1. Posisikan semi 1. Melancarkan
(Skala 5) fowler atau pernapasan
4. Mekonium fowler klien
menurun 2. Berikan minuman 2. Mengencerkan
(skala 5) hangat dahak dan
melancarkan
pernapasan
klien
3. Berikan oksigen,
jika perlu 3. Untuk
membantu
pernapasan
klien
Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 1. Untuk
ml/hari, jika melancarkan
tidak pernapasan pasien
kontraindikasi

2 D.0130 L. 14134 Manajemen Manajemen


Hiperterm Setelah hipertermia hipertermia
ia dilakukan Observasi Observasi
perawatan 2x24 1. Identifikasi 1. Mengetahui
jam diharapkan penyebab penyebab
masalah hipertermia hipertermia
hipertermia 2. Monitor suhu 2. Mengetahui
membaik dengan tubuh perkembangan
kriteria hasil : Terapeutik suhu tubuh
a.Pucat menurun 1. Sediakan Terapeutik
(skala 5) lingkungan yang 1. Mempertahank
b. dingin an suhu
membaik 2. Longgarkan atau lingkungan
(skala 5) lepaskan pakaian 2. Pakaian tipis
membantu
Kolaborasi penguapan
1. Kolaborasi suhu lebih
pemberian lancar
cairan dan Kolaborasi
elektrolit 1. Mempertahank
intravena an
keseimbangan
cairan dan
elektrolit

3 D.0077 L.08066 I.08238 Manajemen Nyeri


Nyeri (Tingkat nyeri) Manajemen Nyeri Observasi
Akut Setelah Observasi 1. Untuk
dilakukan 1. Monitor TTV mengetahui
tindakan 2. Identifikasi kondisi umum
keperawatan lokasi, pasien
selama 2x24jam karakteristik, 2. Mengetahui
diharapkan nyeri durasi, frekuensi, karakteristik,
pasien menurun kualitas, durasi,
dengan kriteria intensitas nyeri. frekuensi,
hasil : 3. Identifikasi skala kualitas,
a. Keluhan nyeri intensitas nyeri
nyeri yang diderita
menurun Terapeutik pasien
(skala 5) 1. Berikan teknik 3. Mengetahui
b. Meringis nonfarmakologis skala nyeri pada
menurun untuk mengurangi pasien
(skala 5) rasa nyeri (teknik
c. Gelisah relaksasi napas Terapeutik
menurun dalam) 1. Mengetahui
(skala 5) 2. Kontrol respons pasien
lingkungan yang terhadap nyeri
memperberat rasa 2. Untuk
nyeri (kebisingan) mengurangi
nyeri yang
Edukasi dirasakan pasien
1. Ajarkan teknik
nonfarmakologis Edukasi
untuk mengurangi 1. Untuk
rasa nyeri mengurangi rasa
gelisah dan
Kolaborasi nyeri pada
1. Kolaborasi pasien
pemberian
analgetik Kolaborasi
1. Mempercepat
proses
penyembuhan
pasien

4 D.0003 L.03028 (status I.03116 Manajemen


Hipovole cairan) Manajemen hipovolemia
mia Setelah hipovolemia
dilakukan Observasi
tindakan 1. periksa tanda - memeriksa bila
keperawatan dan gejala terjadi
selama hypovolemia(mi hipovolemia
2x24jam s frekuensi nadi pada klien
diharapkan meningkat,nadi
status cairan teraba lemah,
pasien tekanan darah
membaik turun,tekanan
dengan kriteria nadi menyempit,
hasil turgor kulit
 Kekuatan menurun,membr
nadi an mukosa
meningkat kering,
(skala 5) hematokrit
 Output urine meningkat,
meningkat haus, lemah )
(skala 5)
 Tekanan
darah
membaik Teraupetik
(skala 5) 1. hitung - Agar dapat
 Membran kebutuhan menentukan
mukosa cairan klien klien cairan
membaik sesuai dengan
(skala 5) 2. berikan asupan jumlah yang
cairan oral dibutuhkan
- Memberikan
cairan oral pada
Edukasi klien agar
1. anjurkan seimbang
memperbanyak
asupan cairan Untuk
oral mempertahankan
cairan dalam tubuh
5 D.0012 L.03028 (Status I.02040 Observasi
Resiko Cairan) Manajemen Manajemen
Pendaraha Setelah Perdarahan Perdarahan
n dilakukan 1. Mengetahui
tindakan Observasi nilai hematokrit
keperawatan 1. Monitor nilai atau
selama 2x24jam hamatokrit hemoglobin
diharapkan atau sebelum dan
status cairan hemoglobin setelah
pasien membaik sebelum dan kehilangan
dengan kriteria setelah darah
hasil : kehilangan 2. Memantau
a. Kelembapan darah keadaan umum
kulit 2. Monitor pasien
meningkat tanda-tanda
(skala 5) vital Teraupetik
b. Hemoglobin 1. Mencegah
membaik keletihan dan
(skala 5) Terapeutik penurunan
c. Hematokrit 1. Pertahankan keadaan pasien
membaik bed rest
(skala 5) selama Edukasi
perdarahan 1. Mencegah
konstipasi
Edukasi 2. Membantu
1. Anjurkan proses
meningkatkan pembekuan
asupan cairan darah
untuk
menghindari Kolaborasi
konstipasi 1. Untuk
2. Anjurkan mengontrol
meningkatkan perdarahan
asupan makanan
dan vitamin K

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu
D. Implementasi Keperawatan

Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan
pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap ini perawat akan melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Evaluasi adalah suatu proses
kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak dengan klien. Setelah melaksanakan
intervensi, kumpulkan data subyektif dan obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim
kesehatan lain. Selain itu, evaluasi juga dapat meninjau ulang mengenai pengetahuan
tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan juga hasil yang
diharapkan. Evaluasi disusun menggunakan SOAP, yaitu :
S : Subjektif
Data berdasarkan keluhan/keluarga pasien.
O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung kepada pasien.
A : Assegment
Masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P : Planning
Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau menambah rencana tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nor Vikri. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF ) DI RUMAH SAKIT. Samarinda.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/283/1/Untitled.pdf.

Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2016. ANATOMI FISIOLOGI. Jakarta: EGC.

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.: EGC.

Ikhwani, Mochammad Khoirul. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DHF ( DENGUE HEMORAGIC FEVER ) GRADE 3 DI
RUANG ASOKA RSUD BANGIL PASURUAN. Sidoarjo.
https://repository.kertacendekia.ac.id/media/296901-asuhan-keperawatan-pada-an-
d-dengan-diag-d65b301a.pdf.

Rizki, Tiara Fitriani.2020. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK


DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) YANG DI RAWAT DI
RUMAH SAKIT. Samarinda. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1082/1/KTI
%20TIARA%20RIZKI%20FITRIANI.pdf

Anda mungkin juga menyukai