HUKUM AGRARIA
Dosen : Dr. Nanik Sutarni, S.H, M.H.
DISUSUN OLEH :
NAMA : HENI LESTARI DWIFITRIYANTI
NIM : E20010022
FAKULTAS HUKUM
KELAS SORE
UNIVERSITAS BOYOLALI
STRATEGI MELAWAN MAFIA HUKUM
Mafia tanah telah lama menjadi aktor masalah agraria. Tak heran, sebagai
akibat dari mafia tanah, persoalan seperti konflik, sengketa, dan perkara agraria dan
pertanahan seolah tak terselesaikan secara adil, dan angkanya naik setiap tahun.
Berbagai kasus mafia tanah terus bermunculan di Tanah Air. Kasus terakhir
yang sedang hangat diperbincangkan adalah kasus mafia tanah yang menimpa
keluarga figur publik Nirina Zubir. Ada sebanyak enam aset berupa tanah dan
bangunan dengan nilai mencapai Rp17 miliar milik mendiang ibu Nirina Zubir, yaitu
Cut Indria Marzuki yang dicaplok oleh mafia tanah.
Definisi Mafia tanah adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk
merebut ha katas tanah atau property milik orang/pemegang hak tanah. Mereka
bekerja dengan sangat terencana, rapi, sistematis dan berbagi tugas. Mafia tanah
cenderung tampak berada di ”Ruang Ada dan Tiada”. Artinya, di satu sisi jaringan
kinerja organisasi mafia tanah secara faktual nyata ada dan berlangsung dengan
segala perilaku-perilakunya yang bertentangan dengan hukum atau melanggar hukum
termasuk kerugian-kerugian yang diderita pihak lain yang menjadi korban. Di sisi
lain, jaringan kinerja mereka yang terorganisir, rapi, dan sistematis telah mampu
menyembunyikan fakta yang sebenarnya ke bawah permukaan sehingga perilaku
yang tampak adalah sebuah kewajaran. aammMereka mampu dengan sangat lihai
memainkan ’confidentisl Game’ yang di permukaan tampak tenang, namun di bawah
permukaan penuh dengan trik-trik pelanggaran,
Di lahan kosong, taruh saja Girik/ Eigendom Verkonding/ Grand Sultan Surat
Penguasaan Bidang Tanah, disita ternyata sudah ada kepemilikan hak atas tanah yang
telah memberi jaminan kepastian hukum yaitu sertipikat. Bahkan mafia tanah ada
yang menggunakan jalur hukum untuk merebut tanah. Dengan bukti yang tumpang
tindih itu, mereka menggugat ke Pengadilan Tata. Usaha Negara (PTUN) untuk
mengklaim suatu bidang tanah yang berujung pada kalahnya pemilik tanah asli
meskipun putusan ini bersifat verstek alias tanpa kehadiran pihak tergugat.
Diputuskanlah penggugat sebagai pemilik tanah. Atas dasar itulah dia mengajukan
permohonan sertipikat ke BPN. Setelah mengajukan permohonan yang berujung
ditolaknya oleh BPN untuk menerbitkan sertipikat karena sejumlah ketentuan, dia
bisa kembali menggugat ke PTUN dengan memegang putusan perdata sebelumnya.
Kalau dikabulkan, maka putusan PTUN akan membatalkan sertipikat yang sudah ada
dan ini jadi modus juga. Parahnya lagi, ada juga yang menggunakan tanah ini untuk
menjadi perumahan. Sehingga menghasilkan perumahan bodong.
Ada pula kelompok profesi yang berwenang yang terdiri dari para advokat,
Notaris-PPAT, pejabat pemerintah dari pusat – daerah – camat - kepala desa yang
berfungsi sebagai pendukung baik legal dan ilegal. Sementara itu, disebut terorganisir
karena mafia tanah menggunakan berbagai metode kerja yang keras-ilegal yaitu
dengan tindakan perebutan tanah dan pendudukan tanah yang menjadi objek sasaran,
dan melakukan konflik dengan menggunakan kekerasan yang berpotensi taruhan
nyawa.
Adanya kesan jaringan kinerja mafia tanah ini wajar, sah, dan legal karena
pelaksanaan kinerjanya ditandai oleh 2 hal yaitu melibatkan simbol-simbol pelaksana
hukum seperti oknum Notaris PPAT dan Aparat Sipil Negara di lingkungan Badan
Pertanahan Nasional beserta jajarannya ke bawah serta penegak hukum seperti
oknum hakim. Oknum pelaksana dan penegak hukum dimaksud dapat berkedudukan
sebagai bagian dari jaringan kinerja Mafia Tanah atau mereka hanya menjadi korban
dari kinerja mafia tanah.
Selain itu, kemampuan mafia tanah mencari celah dari peraturan perundang-
undangan bidang pertanahan, informasi terkait dengan administrasi pemberian hak
atas tanah dan sertifikasi hak atas tanah yang pernah diterbitkan, serta kemampuan
mendapatkan alat bukti kepemilikan tanah dan mengidentifikasi tanah-tanah yang
ditinggalkan dan dibiarkan tidak termanfaatkan oleh pemegang haknya.
Begitu pula belum tunggalnya tanda bukti hak disebabkan belum selesainya
proses pendaftaran tanah di seluruh Indonesia sehingga masih dibuka penggunaan
tanda bukti hak atas tanah yang ada sebelum UUPA. PP No.24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah yang masih mengakui beberapa alat bukti yaitu di samping
Sertifikat sebagai alat bukti yang kuat, juga beberapa dokumen sebagai alat bukti
awal yaitu Girik/Petuk/Surat Rincikan, serta Surat Pernyataan Subjek yang
menguasai Tanah secara fisik terus-menerus selama 20 tahun atau lebih bagi
kepemilikan tanah yang tidak disertai alat bukti tertulis. Ketentuan tersebut telah
memberi peluang pilihan bagi Mafia Tanah untuk memanfaatkannya. Di samping itu,
belum adanya pengaturan lebih lanjut terjadinya Hak Milik menurut Hukum Adat
sehingga masih diakui alat bukti berupa penguasaan tanah secara fisik terus menerus
dengan iktikad baik berdasarkan hukum adat.
Bagi Jaringan kinerja Mafia Tanah semua celah baik yang terdapat dalam
ketentuan hukum dan administrasi pertanahan maupun sikap abai dari pemegang hak
atas tanah terbuka dijadikan peluang untuk melaksanakan kinerja ilegalnya untuk
memperoleh keuntungan dan merugikan pihak lain. Oleh karena itu, upaya
memberantas mafia tanah harus menutup atau memperbaiki celah yang menjadi
faktor peluang masuknya jaringan mafia tanah. Selama celah tersebut masih terbuka,
maka selama itu pula jaringan Mafia Tanah akan memanfaatkan.
Keberadaan mafia tanah memang harus diberi efek jera. Caranya, dengan
menunjukkan ketegasan dari pemerintah dan penegak hukum untuk selalu serius
menangani masalah pertanahan (agraria) di negeri ini agar tidak ada lagi yang
bermain-main soal tanah dan dapat mewujudkan kesejarteraan masyarakat Indonesia.
Carut marut persoalan agraria di tanah air hingga kini masih menjadi
perhatian banyak pihak termasuk para akademisi yang bersentuhan langsung dengan
persoalan masyarakat. Tanah yang merupakan modal masyarakat lalu menjadi modal
ekonomi sebuah negara menyimpan banyak persoalan mulai dari UU, PP, Perda
sampai SK Bupati. Hal ini, kata Artje, perlu segera dibenahi agar. pemilik sah atas
tanah mendapat perlakuan adil demi mewujudkan masyarakat adil dan makmur.34
Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa tingginya harga pertanahan di kota-
kota besar merupakan ulah dari mafia tanah. Dikutip dalam Juknis Pencegahan dan
Pemberantasan Mafia. Tanah, disebutkan bahwa mafia tanah adalah individu,
kelompok. dan/atau badan hukum yang melakukan tindakan dengan sengaja untuk
berbuat kejahatan yang dapat menimbulkan dan menyebabkan terhambatnya
pelaksanaan penanganan kasus pertanahan. Keberadaan mafia tanah merupakan
permasalahan yang sudah sangat meresahkan masyarakat. Hingga kini ada banyak
laporan permasalahan pembangunan dan juga kemasyarakatan yang dipicu ulah mafia
tanah yang membuat perkara tanah menjadi tidak berujung pangkal. Mafia tanah
memanfaatkan kelangkaan tanah dengan pihak pihak terkait pertanahan untuk
berbagai kepentingan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan
Pertanahan Nasional (BPN)sebagai institusi yang paling bertanggungjawab dalam
administrasi pertanahan hingga kini masih menaruh perhatian terhadap keberadaan
mafia tanah.
Perlu diketahui tentang cara kerja mafia tanah yang akan selalu mencari
informasi tentang perkembangan harga tanah di daerah tertentu oleh Pemerintah
Setempat seperti Pemda. Misalnya pemerintah sudah membuat perencanaan untuk
membangun pusat pusat perekonomian atau wilayah industri di daerah yang baru, dan
selanjutnya mafia-mafia tanah itu akan mencari informasi tentang lokasinya dan
harga pasarannya saat itu di pemerintah khususnya di Bappeda atau Bappenas.
Pejabat setempat dengan mafia tanah akan bertukar informasi demi berbaga
pentingan dan entunya menguntungkan, ketika informasi didapatkan, barulah mereka.
membeli tanah di sekitar lokasi yang akan dibangun oleh pemerintah dengan harga
murah karena wilayah tersebut masih belum dikembangkan.
Setelah wilayah tersebut dikuasai oleh segelintir orang yang memiliki uang
(pemodal), sudah barang tentu untuk kedepannya pemerintah akan membutuhkan
wilayah tersebut untuk pembangunan. Dari situlah dimulai permainan atau
kongkalingkong antara pejabat yang sebagai penentu kebijakan wilayah dengan para
calo-calo tanah atau mafia tanah. Setelah terjadi perencanaan dan pemerintah akan
melaksanakan proyek proyek strategis atau pengembangan ekonomi dan industri,
disitulah para pemilik tanah akan menaikkan harga setinggi tingginya kepada
pemerintah atau pejabat yang memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan kebijakan.
Contoh nyatanya kasus kerjasama mafia tanah dengan pemerintah daerah yaitu kasus
Meikarta di Bekasi pada tahun 2018 silam. Kepolisian RI menangkap Bupati Bekasi
bernama Neneng Hassana Yasin yang diduga menerima suap sebesar Rp 10 milliar
dari pengusaha Grup Lippo untuk memuluskan perizinan proyek Meikarta.