Anda di halaman 1dari 10

DHF

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Demam berdarah dengue (dengue haemorragic fever) ialah penyakit yang terdapat pada anak
dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua
hari pertama (IPD Jilid I, 1999, hal 417).
Demam dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang
dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
Leukopenia, dengan atau tanpa ruam, sakit kepala yang hebat, trombositopenia dan ptekie spontan
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000, hal 428).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (Betina) terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan
kematian bagi penderita (Effendy, 1995, hal 1).

2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan
yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur padat, yaitu sel darah. Serum darah atau plasma
terdiri dari air, protein, mineral dan bahan organik lain seperti glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kreatinin dan asam amino. Plasma juga berisi gas (O 2 & CO2). Hormon-hormon, enzim dan
antigen. Terdapat juga sel darah yang terdiri atas tiga jenis: yaitu eritrosit atau sel darah merah,
leukosit atau sel darah putih, dan trombosit. Volume dara secara keseluruhan kira-kira 5 liter.
Sekarang 55% adalah cairan sedangkan 45% terdiri atas sel darah. Darah bersirkulasi di dalam sistem
vaskuler dan berperan sebagai sistem penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang
diabsorbsi oleh paru-paru nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus gastrointestinal ke sel tubuh untuk
metabolisme sel. Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme sel ke
paru, kulit dan ginjal yang akan ditransformasi dan dibuang keluar dari tubuh. Darah juga membawa
hormon dan antibodi ke tempat sasaran.
 Eritrosit
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada
bagian tengah tebalnya hanya 1 m atau kurang. Komponen utama sel darah merah adalah protein
hemoglobin (Hb) yang mengangkut O 2 dan CO2. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum
tulang dan dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoetin. Jumlahnya + 5 juta /mm3 darah
pada rata-rata orang dewasa dan berumur 120 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam
RES, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk
digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin
dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sistem hem dari
hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan.
 Leukosit

1
Peranan utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dalam melawan infeksi. Batas normal sel
darah putih berkisar 4.000-10.000 /mm 3. Lima jenis sel darah putih yaitu netrofil eosinofil dan
basofil dinamakan granulosit. Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam
perlindungan terhadap mikroorganisme, dengan kemampuannya sebagai fagosit, mereka
memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Granulosit memiliki enzim yang
dapat memecah protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
membuangnya, dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan
dimungkinkan.
Limfosit adalah leukosit monuklear dalam darah perifer. Terdapat limfosit T dan limfosit B.
limfosit T berlangsung jawab atas respon kekebalan selular sedangkan limfosit B menghasilkan
imunoglobulin dan bertanggung jawab atas respon kekebalan humoral.
 Trombosit
Merupakan bagian terkecil dari unsur selular sumsum tulang dan sangat penting peranannya
dalam hemostasis dan pembekuan. Trombosit berdiameter 1 sampai 4 m dan berumur kira-kira 10
hari. Kira-kira sepertiga berada dalam limpa sebagai sumber cadangan dan sisanya berada dalam
sirkulasi, berjumlah antara 150.000 dan 400.000 /mm 3.
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksinya bersifat sedikit alkali.
Plasma bekerja sebagai perantara untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa dan asam
amino ke jaringan. Dan medium untuk mengangkat bahan buangan: urea, asam urat dan karbon
dioksida.
Protein plasma yaitu albumin, dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 g albumin dalam
100 ml darah yang bertanggung jawab atas tekanan osmotik yang mempertahankan volume darah,
menyediakan protein untuk jaringan. Globulin terdapat 2 sampai 3 g dalam 100 ml darah dimana
semua antibodi yang melindungi tubuh adalah globulin fibrinogen sebagai koagulasi darah.

3. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi
(WHO, 1986):
Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji tourniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Derajat II : Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini
renjatan).
Derajat IV : Renjatan berat (DSS) dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

4. Etiologi
Penyebab dari DHF adalah virus dengue yang tergolong arbovirus, masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue yang menjadi
penyebab penyakit tersebut adalah termasuk ke dalam arbovirus (Arthrpod Borne Virus) group B,
terdiri atas 4 tipe dengan masa inkubasi 4-5 hari.
2
Adapun faktor predisposisi dari terjadinya DHF antara lain:
- Faktor lingkungan yang tidak sehat, adanya genangan-genangan air.
- Faktor kebiasaan individu: suka menggantung pakaian, rumah jarang dibersihkan sehingga
nyamuk banyak.
- Sosial ekonomi: pada masyarakat yang kurang secara ekonomi sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan hidup (nutrisi) kurang sehingga daya tahan tubuh kurang, dalam pemenuhan sarana
pengobatan tidak terjangkau.

5. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama memberi
gejala dengue fever. Kemudian terjadilah replikasi virus yang menyebabkan terjadinya infeksi virus.
Infeksi ini akan mengakibatkan suatu reaksi antibodi, sehingga menimbulkan kompleks virus
antibodi. Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut:
a. Agregasi trombosit
Timbulnya agregasi trombosit akan mengalami metamorfosis trombosis. Trombosit yang
mengalami kelainan bentuk akibat metamorfosis akan dihancurkan oleh sistem retikuloendotel.
Hal ini mengakibatkan trombositopenia bahkan pendarahan.
Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan
serotonin) yang bersifat meninggikan permeabilitas kapiler dan menyebabkan ekstravasasi cairan
intravaskuler. Kesemuanya ini akan mengakibatkan volume plasma menurun, hipotensi dan
hemokonsentrasi, hipoproteinemia yang lama kelamaan terjadilah shock hipovolemik.
Efek dari shock hipovolemik akan mengakibatkan penurunan cardiac output, perfusi
jaringan pun menurun, kemudian terjadilah anoksia jaringan. Jaringan yang kekurangan oksigen
ini akan melakukan metabolisme secara anaerob dan efek dari metabolisme tersebut ialah
terbentuknya asam laktat. pH darah akan menurun dan tubuh akan mengalami asidosis metabolik,
DSS dan kematian.
b. Kompleks virus antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, yang berakibat dilepaskannya
anafilatoksin C 3a dan C5a. Hal ini mengakibatkan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah dan hilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut.
c. Adanya virus dalam darah/viremia akan menyebabkan respon tubuh seperti peningkatan suhu
tubuh, mual dan muntah, sakit kepala, masuk peredaran RES yaitu hati akan menjadi
hepatomegali, lien menjadi splenomegali, tulang akan terjadi nyeri tulang dan otot.

6. Manifestasi Klinis
 Demam yang terjadi secara mendadak selama 2-7 hari
 Mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati.
 Nyeri otot, pegal-pegal pada seluruh tubuh, lemas.
 Sakit kepala.
 Terdapat tanda-tanda perdarahan: uji tourniket positif, ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan pada gusi, hematemesis, melena.
3
 Adanya hepatomegali, splenomegali.
 Bila terjadi renjatan: sianosis perifer, kulit lembab dan dingin, hipotensi, nadi cepat, nyeri
abdomen.

7. Tes Diagnostik
 Pada pemeriksaan darah akan dijumpai:
- Trombosit menurun (trombositopenia)
- Leukosit menurun (leukopenia)
- Hemoglobin meningkat: lebih dari 20%
- Hematokrit meningkat: lebih dari 20%
- IgG Dengue: positif
- IgM Dengue: positif
- SGOT/SGPT bisa meningkat
- Hasil pemeriksaan darah: hipoproteinemia, hiponatremia, hipokalemia.
- Pada pemeriksaan AGD: terdapat asidosis metabolik CaCO 2 < 30-40 mmHg; HCO 3).
 Pada pemeriksaan urin terdapat albuminuria ringan.
 Foto thorax: terdapat pleura effusion
 USG: Hepatomegali, dan splenomegali

8. Komplikasi
 DSS/Dengue Shock Syndrome
Renjatan atau syok terjadi apabila terjadi hipovolemia akibat menghilangnya plasma. Akibat
renjatan akan timbul anoksia jaringan, asidosis metabolik dan terjadi kematian dari penderita
DHF.
 Perdarahan luas
Biasanya terjadi setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Hal tersebut dihubungkan
dengan trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit karena destruksi trombosit dalam sistem
retikuloendotelium yang mengalami kelainan karena masuknya virus dengue.
 Efusi pleura
Adanya peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan kebocoran (rembesan) plasma
ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa (pleura).

9. Terapi dan Penatalaksanaan Medik


 Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
 Tirah baring
 Diet TKTP lunak
 Minum banyak 2-2,5 liter/24 jam, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
 Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk,
observasi tiap jam.

4
 Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
 Kolaborasi untuk pemberian obat antipiretik.
 Kolaborasi dalam pemberian antibiotik bila terjadi infeksi sekunder
 Monitor tanda-tanda dini renjatan: keadaan umum. Tanda-tanda vital, hasil lab yang memburuk.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Lingkungan tempat tinggal (membersihkan bak, tempat penampungan air) apakah ada jentik-
jentik nyamuk.
2) Pakaian yang digantung di kamar dan menjadi sarang nyamuk
3) Apakah ada kaleng, botol bekas di halaman rumah
b. Pola nutrisi metabolik
1) Anoreksia, mual, muntah, BB menurun
2) Demam
3) Turgor kulit elastis
4) Bibir mukosa kering
5) Pembesaran hati dan nyeri tekan
6) Pembesaran limpa
7) Nyeri tekan pada epigastritis

c. Pola eliminasi
1) Abdomen tegang
2) Produksi urin menurun, kurang dari 30 ml/jam
3) Konstipasi
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Lemah
2) Pegal seluruh tubuh
3) Nyeri otot, persendian
4) Epistaksis
e. Pola persepsi kognitif
1) Nyeri otot, persendian
2) Sakit kepala
3) Nyeri ulu hati
4) Adanya bintik-bintik di kulit
5) Pembesaran hari dan nyeri tekan
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
1) Cemas karena penyakitnya
2) Respon pengobatan

2. Diagnosa Keperawatan
5
a. Hipertermi berhubungan dengan. proses infeksi virus dengue.
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan berpindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
c. Risiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah.
d. Risiko tinggi perdarahan berhubungan dengan. trombositopenia.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tub uh berhubungan dengan. anoreksia, mual, muntah.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan. kelemahan fisik.

3. Perencanaan Keperawatan

4. Perencanaan Pulang
Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga dengan DHF antara lain:
 Penjelasan tentang vektor penyebab dan cara berkembang biaknya. Vektor penyebab DHF adalah
nyamuk Aedes aegypti (betina), biasanya menggigit pasien pada siang hari, hidupnya di air yang
jernih, bersih dan tergenang, tempat-tempat gelap atau semak-semak.
 Menjelaskan tentang gejala awal DHF yaitu demam tinggi 2-7 hari, mual, muntah, pegal-pegal
pada seluruh badan.
 Menjelaskan tentang pentingnya tindakan pertama bagi penderita.
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah:
- Beri penderita banyak minum
- Kompres dingin saat panas tinggi
 Penjelasan tentang prosedur tindakan yang dilakukan selama penderita dirawat di RS ini: cek
laboratorium, pemberian cairan intravena.
 Penjelasan tentang manfaat obat-obatan bagi penderita.
Pada dasarnya pengobatan penderita DHF bersifat simptomatik dan suportif. Obat-obatan yang
biasa diberikan adalah obat antipiretik dan analgetik.
 Penjelasan tentang tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk menghindari
DHF dengan cara mempertahankan lingkungan hidup yang bersih dan sehat, dengan ventilasi
sinar matahari yang cukup.
Tindakan pencegahan dengan cara memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk pada fase
nyamuk dewasa dan fase larva.
- Menutup dan menguras penampungan air setiap minggu.
- Membakar, mengubur kaleng bekas, botol bekas, tempurung dan sampah lain yang dapat
digenangi air.
- Bersihkan halaman rumah dari semak-semak.
- Bersihkan selokan agar dapat mengalir dengan lancar.
- Tidak membiarkan kain/baju-baju tergantung.
- Lakukan penyemprotan nyamuk bila diperlukan

6
nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue

menggigit manusia

virus masuk ke tubuh


kurang kurang
virus kontak dengan antibody informasi pengetahuan

MRS stress hospitalisasi perasaan anxietas


terbentuk kompleks virus antibody
khawatir

virus masuk ke pembuluh darah

depresi sumsum tulang pelepasan toksin oleh virus otak

aktivasi C3 dan C5 agregasi trombosit stimulasi sel host inflamasi pelepasan histamin,
(makrofag, neutrofil) bradikinin, prostagtandin
melepaskan
hepato-splenomegali
pelepasan adenosin di phospat
anafilatoksim C3a, (ADP) produksi endogenus pirogen berikatan dengan reseptor
mendesak lambung C5a (IL-1, IL-6) nyeri
trombosis
mengalami endhotelium hipotalamus
HCL meningkat, pelepasan histamin kerusakan impuls nyeri masuk ke
meningkatkan produksi
SGOT/SGPT meningkat metamorfosis prostaglandin dan thalamus
derajat I : demam, gejala tidak permeabilitas neurotransmitter
mual, muntah, nafsu spesifik , uji torniquet + pembuluh darah fungsi trombosit nyeri akut
makan menurun meningkat menurun
prostaglandin berikatan
trombosit dengan neuron prepioptik di
intake kurang kebocoran plasma dimusnahkan oleh hipotalamus
ke extraseluler RES ekimosis
defisit nutrisi meningkatkan thermostat
menghilangnya
masuk kerongga intestinal trombositopenia epistaksis pada pusat termoregulator
plasma melalui
dinding pembuluh
metabolisme glukosa rongga peritonium rongga pleura darah perdarahan perdarahan demam penguapan
terganggu gusi berlebih
asites efusi pleura volume plasma hipertermi
risiko
pembentukan ATP menurun kapiler dehidrasi ketidakseimbangan
terganggu sesak kulit pecah ptekie elektrolit
derajat II : perdaran spontan
hipovolemia darah kental (ptekie, ekimosis, epitaksis, hipovolemia
suplai nutrisi jaringan pola nafas tidak efektif perdarahan gusi dan saluran cerna) anemia
perdarahan hematem
terganggu hemokonsentrasi gastrointes esis,
tinal melena perfusi jaringan
energi berkurang Hb dan Ht meningkat tidak adekuat
hipovolemia
derajat III : hipotensi, nadi cepat
kelemahan otot dan lemah, akral dingin, gelisah syok penurunan
DIC perdarahan masif kesadaran
intoleransi aktivitas penurunan otak hipoksia jaringan
kesadaran
asidosis gangguan
kematian metabolik pertukaran gas

derajat IV : nadi tidak


teraba, tekanan darah risiko perfusi penurunan
tidak terukur cerebral sirkulasi ke resiko perfusi renal
ginjal tidak efektif

7
8
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer (2000). Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Augustinus, Andy Santosa (1994). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia . Jakarta: Akademi Perawatan
Sint Carolus.

Effendy, Christantie. (1997). Perawatan Pasien DHF . Jakarta. EGC.

Prince, Sylvia Anderson (1994). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . Edisi 1. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. Alih bahasa: Agung Waluyo. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner and Suddarth . Volume 2. Edisi ke-8. Jakarta : EGC.

Soedarto 91996). Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia . Jakarta: Widya Medika.

Standar Asuhan Keperawatan (1997). Demam Berdarah Dengue . Jakarta: P.K. Sint Carolus.

9
Sumber: Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, 2001

Sumber: Augustinus, Andy Santoso, Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, 1994

Sumber: Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, 2001

Sumber: Augustinus, Andy Santoso, Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, 1994

10

Anda mungkin juga menyukai