Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

DHF (Dengue Haemorhagic Fever)pada masyarakat sering disebut sebagai Demam


Berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama
sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan sendidi ikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti : bintik
merah pada kulit, mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya
adalah Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkat manifestasi yang
berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di
negara-negara teropis dan subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di
Indonesia penyakit DBD pertama kali di temukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
sekarang menyebar keseluruh provinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai
adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen
penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik,
selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu, berdasarkan macam manifestasi klinik
yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara teropis dan
subtropis.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Demam Berdarah?
2. Apakah etiologi dari Demam Berdarah?
3. Bagimana manifestasi klinis dari Demam Berdarah?
4. Bagaimana patofisiologi dari demam berdarah?
5. Bagaimana cara pemeriksaan diagnosa dari demam berdarah?
6. Bagaimana penatalaksaan medis dari demam berdarah?
7. Bagaimana cara pengkajian keperawatan dari demam berdarah?
8. Apa diagnosa yang muncul pada anak dengan penyakit demam berdarah?
9. Bagaimana bentuk perencanaan keperawatan dari demam berdarah?

1
Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Dapat memperoleh pengetahuan atau gambaran pembelajaran tentrang
Asuhan Keperawatan pada kasus “DENGUE HAEMORHAGIC FEVER” di
Ruang Damar 03 Bed 3 Dr. Usman. SPPD.

2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian yakni mengumpulkan data subjektif dan data
objektif pada pasien dengan DHF;
2. Mampu menganalisis data yang diperoleh;
3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan DHF;
4. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan DHF;
5. Mampu melaksanakan tidndakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan;
6. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah terlaksanakan dan;
7. Memahami tentang pengertian, etiologi, menifestasi, patofisiologi,
pemeriksaan diagnosa, penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan perencanaan, pemeriksaan fisik, dan evaluasi pada
pasien dengan DHF.

BAB II

PEMBAHASAN

TINJAUAN TEORITIS MEDIS


DEFINISI

Menurut Hidayatalimulaziz.2006 Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit


yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
Sedangkan menurut Suriadi.2010 Dengue Haemorhagic Fever adalah suatu
penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes
Aegypty.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dengue
Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

ANATOMI FISIOLOGI
Darah adalah cairan dipembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting
dalam tubuh yaitu fungsi transportasi (membawa nutrisi keseluruh tubuh dan oksigen
keparu-paru kemudian diedarkan keseluruh tubuh).
Darah mempunyai dua komponenyaitu padat dan cair. Bagian padat terdiri dari
Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit. Komponen padat merupakan 45% dari seluruh
volume darah dan 55% adalah plasma yang termasuk komponen cair.
1. Eritrosit
Eritrosit dibuat disumsum tulang yang masih berinti, dalam pembentukannya
dibutuhkan zat besi, Vit B12, asam folat, dan rantai globulin yang merupakan
senyawa protein. Pematangan eritrosit diperlukan hormon eritropetin yang
diproduksi oleh ginjal. Umur peredarannya 105-120 hari. Eritrosit dihancurkan di
limfa, jumlah normalnya pada laki-laki 5,5 juta sel/mm³, dan pada perempuan 4,8
juta sel/mm³.
2. Leukosit
Leukosit fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, dan toksin) yang masuk. Ada lima jenis
leukosit, yaitu : Neutrofil, Eosinofil, Basofil, Limfosit, dan Monosit. Jumlah normal
leukosit adalah 5.000-9.000/mm³.

4
3. Trombosit
Trombosit merupakan keping-keping darah yang dibuat di sumsum tulang ,
paru-paru, dan limfa. Umur peredaran trombosit ini hanya 10 hari. Trombosit
mempunyai kemampuan untuk melakukan:
a) Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
b) Daya adesi (saling melekat)
c) Daya agregasi (berkelompok)
Trombosit berfungsi sebagai pembekuan darah dan penghentian perdarahan,
begitu pula kerusakan dinding pembuluh darah trombosit akan berkumpul disitu,
dan menutup lubang kebocoran dengan saling melekat, berkelompok menggumpal
dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah, jumlah trombosit
adalah 150.000-450.000 keping/mm³.
4. Plasma darah
Plasma merupakan bagian yang encer tanpa sel-sel darah, berwarna
kekuningan hampir 40% terdiri dari air. Struktur dinding kapiler tersusun atas satu
lapisan uniseluler sel-sel endotelialdan disebelah luarnya dikelilingi membran dasar
ada dua jalan penghubung yaitu celah intraseluler yang merupakan celah tipis
diantara sel-sel endotelial. Tiap celah ini diselingi sekelompok protein yang
mengikat sel endotelial agar bersama-sama. Celah tersebut berada ditepi endotelial,
pada sel endotelial terdapat juga banyak gelombang plasmalemal untuk
menghambat paket plasma kecil/cairan ekstraseluler.
Proses pemindahan dan cairan melalui difusi zat-zat yang larut dalam lemak
terutama O2 dan CO2. Zat yang terlarut dalam air hanya dapat berdifusi melalui
pori-pori intraseluler pada membran kapiler. Zat tersebut misalnya : Natrium,
klorida, dan ari itu sendiri.
Tekanan dalam kapiler cenderung mendorong cairan dan zat terlarutnya
melewati pori-pori kapiler kedalam ruang interstisial, sebaliknya tekanan osmotik
yang ditimbulkan oleh protein plasma cenderung menimbulkan gerakan cairan
osmosis dari ruang interstisial kedalam darah. Tekanan osmotik ini mencegah
hilangnya volume cairan yang cukup bermakna dari darah kedalam ruang
interstisial.

5
ETIOLOGI
Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue. Di Indonesia,
virus tersebut hingga saat ini telah diisolasi menjadi emoat serotipevirus dengue yang
termasuk dalam grup B arthropediborne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4 (Nursalam Susilanungrum.2005).
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes, yaitu:
1. Aedes Aegypty
Aedes Aegypty adalah nyamuk yang hidup didaerah teropis, terutama hidup
dan berkembang biak didalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau
tempat penampungan air disekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak
berlurik, berbintik-bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari terutama pada
pagi dan sore hari, jarang terbang nyamuk Aedes Aegypty adalah 100 meter,
nyamuk ini paling sering di temukan disekitar kita.
2. Aedes Albopictus
Temoat habitat nyamuk ini adalah ditempat air yang bersih, biasanya disekitar
rumah atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan, dan botol kaleng/kaleng
bekas. Nyamuk ini dapat menggigit hanya pada siang hari saja dan jarak terbang
nyamuk ini adalah 50 meter.
(Rampengan TH,2007)

6
PATOFISIOLOGI
Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi, hemodinamika, dan biokimia
DHF hingga kini belum diketahui secara pasti. DHF dapat terjadi jika seseorang setelah
terinfeksi dengue untuk pertama kalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus
dengue yang berbeda. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
yang membedakan DHF dari dengue clasic adalah meningkatnya permeabilitasi dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, serta terjadinya hipotensi,
trombositopeni dan diastesis hemorragik.
Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai hemotokrit meningkat
bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Ada dugaan renjtan terjadi sebagai akibat dari kebocoran plasma kedaerah vaskular
melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan menurunnya volume plasma yang
dan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti dugaan ini adalah ditemukannya cairan yang
tertimbun dalam rongga peritonium, peluar, dan perikard yang ternyata melebihi
pemberian cairan infus, serta terjadinya bendungan pembuluh darah paru. Plasma
merembas selama perjalanan penyakit mulai dari awal demam sampai puncaknya pada
masa renjatan.
Trombositopeni yang hebat, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
koagulasi merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan. Perdarahan kulit
umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopeni, sedangkan perdarahan
masif disebabkan oleh kelainan yang lebih kompleks, yaitu trombositopeni, gangguan
faktor pembekuan.
Secara kronolologis prosesnya dimulai dari nyamuk Aedes yang tidak bervirus
menggigit dan menghisap darah seseorang yang telah terkena demam berdarah dengue.
Nyamuk yang sudah terinfeksi virus kemudian menggigit orang sehat dan
memindahkan virusnya bersama air ludah kedalam tubuh. Pada saat tersebut, virus
memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih serta kelenjar getah bening
untuk kemudian masuk ke sistem sirkulasi darah. Virus ini sebenarnya hanyaada
didalam darah selama 3 hari sejak ditularkan oleh nyamuk. Pada hari-hari itulah terjadi
pertempuranantara antibodi dan virus dengue yang dianggap sebagai benda asing oleh
tubuh. Badan biasanya mengalami gejala demam dengan suhu tinggi antara 39-40 °
C. Akibat pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan bocornya
pembuluh darah sehingga membuat plasma darah mengalir keluar. Penurunan trombosit
ini mulai bisa dideteksi pada hari ketiga. Masa kritis penderita demam berdarah
berlangsung sedudahnya, yakni pada hari keempat dan kelima.
Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom shock dengue
karena perubahan yang tiba-tiba. Muke penderita pun menjadi memerah atau facial
flush. Biasanya, penderita juga mengalami sakit pada kepala, tubuh bagian belakang,
otot, tulang, dan perut (antara pusar, dan uluh hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah
yang berlanjut dan suhu yang dingin dan lembab pada ujung jari serta kaki.

7
Penanganan yang benar pada fase tersebut sangat ditekankan agar penderita bisa
melewati masa kritisnya dengan baik. Caranya dengan banyak memberikan asupan cairan
kepada penderita sebagai pengganti plasma darah. Hal ini dikarenakan banyaknya cairan
tubuh yang hilang dengan cepat akibat merembasnya plasma darah yang keluar dari
pembuluh darah. Saat ini, larutan gula garam atau oralit masih merupakan cairan terbaik
karena komposisinya setara dengan plasma darah. Pemberian infus diberikan apabila
penderita dalam kondisi muntah secara terus menerus, tidak bisa makan atau minum,
menderita kejang, kesadraan menurun atau derajat kebocoran plasma darahnya tinggi, yang
biasa terjadi pada fase kritis. Begitu juga dengan transfusi trombosit yang akan diberikan jika
trombosit penderita dibawah 100.000 dengan perdarahanyang cukup baik. Bila masa kritis itu
bisa dilewati dengan baik maka pada hari keenam dan ketujuh kondisi penderita akan
berangsur membaik dan kembali normal pada hari ketujuh dan kedelapan.

KLASIFIKASI

1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain perdarahan spontan, uji turniket posotif,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan dibawah
kulit seperti peteki, hematoma, dan perdarahan dari lain tempat.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, kulit yang
lembab, dan penderita gelisah.
4. Derajat IV
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.

MANIFESTASI KLINIS

Perjalanan penyakit DHF sulit diramalkan. Menurut WHO (1986), dalam


Hadinegoro dan Satari (2005) DHF biasanya ditandai oleh empat manifestasi klinik
utama yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, trombositopenia, dan kebocoran
plasma, Hepatomegali dan shock sering menyertai pada kasus DHF.
1. Demam
DHF diawali dengan adanya demamtinggi mendadak, terus-menerus selama 2-
7 hari, kemudian turun secara cepat. Pada fase demam ini suhu tubuh bisa
mencapai 40 ° Cdan dapat juga dijumpai kejang demam. Demam DBD biasanya
bifasik dan pada anak seiring dijumpai fasial flushing. Setelah melewati fase
demam, pasien DHF akan memasuki fase kritis, fase ini dapat merupakan awal dari
penyembuhan tetapi bisa juga merupakan fase awal dari syok (Satari dan
Meilasari,2008).

8
1) Fenomena Perdarahan
Pada kasus DHF terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut:
a) Uji bendung positif ( uji torniquet );
b) Ptekie, ekimosis atau paru-paru pada ekstremitas muka dan palatum;
c) Perdarahan mukosa (epitaksi atau perdarahan gusi atau perdarahan dari tempat
lain), dan
d) Hematemesis atau melena (Ginanjar,2008)
Penyebab perdarahan pada penyakit ini adalah vaskulopati, trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit, dan koagulasi intravaskuler secara menyeluruh.

2) Trombositopenia
Penurunan trombosit umumnya terjadi sebelum terjadinya peningkatan
hematokrit dan sebelum suhu tubuh turun. Trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/ul) biasanya ditemukan atara hari ketiga sampai dengan ketujuh setelah
panas (Soegiyanto, 2006)

3) Kebocoran plasma
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma laekage (kebocoran plasma) pada
DHF, yaitu:
a) Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standart sesuai dengan umur dan
jenis kelamin; dan
b) Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, esites, hipoproteinemia, atau
hiponatremia.
Setelah fase demam, semua tanda dan gejala klinis akan menghilang. Demam
akan turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan
darah. Akral atau ujung ekstremitas akan teraba dingin, disertai dengan kongesti
kulit. Perubahan ini menunjukan adanya gangguan sirkulasi akibat dari perembasan
plasma (Hadinegoro dan Satari, 2005).

4) Hapatomegali
Pembesaran hati biasanya terjadi pada permulaan penyakit. Derajatnya tidak
sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan didaerah hati sering ditemukan,
tampak jelas pada orang dewasa dan berhubungan dengan adanya perdarahan
(Soegiyanto, 2006).

5) Syok
Syok merupakan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembasan
plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Tanda dan gejala dari syok
demam turun disertai keluar keringat dingin, denyut nadi cepat dan tekanan darah
menurun, akral teraba dingin disertai kongesti kulit.

9
6) Keluhan lain yang menyertai DBD, yaitu:
a) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit saat menelan;
b) Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi;
dan
c) Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, dan pegal-pegal pada seluruh
tubuh.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanan DHF menurut Soegiyanto (2006), antara lain:


1. Pemberian antipiretik, kompres, pemberian minumsesuai kebutuhan 1, 5-2 liter
perhari). Diberikan pada pasien demam, anoreksia, dan sring muntah untuk
mencegah dehidrasi. Biasanya diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan.
2. Pemberian obat anti kolvusan (luminal, diazepam) apabila pasien mengalami
kejang akibat demam tinggi.
3. Pemberian cairan intravena (infuse) yaitu RL, Dextrose 5%. Infuse diberikan
pada pasien:
a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadi dehidrasi; dan
b) Hematokrit yang cenderung meningkat. Peningkatan hematokrit mendadak
adanya kebocoran plasma dan beresiko terjadinya syok.

10
BAB III

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Dalam memberikan asuhan keperawatan pengkajian merupakan dasar utama dan


hal penting yang harus dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan
perawat terkumpul dalam bentuk data ataupun metode lainnya. Perawat juga dapat
menumpulkan data dengan cara wawancara kepada pasien atau keluarga pasien,
pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, dan konsultasi :
1. Data subjektif
Adapun data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data subjektif yang sering ditemukan adalah:
a) Lemah
b) Panas atau demam
c) Sakit kepala
d) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
e) Nyeri ulu hati
f) Nyeri otot sendi
g) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
h) Konstipasi (sembelit)

2. Data Objetif
Data objektid adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat
atas kondisi pasien. Data objektif yang sering di jumpai pada pasien DHF antara
lain:
a) Suhu tubuh tinggi, mengigil, wajah tampak kemerahan
b) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
c) Tampak bintik merah pada kulit (petekie), uji tourniquet (+), epistaksi,
hematoma, hematemesis, melena
d) Hyperemia pada tenggorokan
e) Nyeri tekan pada epigastrik
f) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
g) Pada renjatan (Derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal

11
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) NS I posotif
b) Ig G dengue positif
c) Trombositopenia
d) Hemoglobin meningkat > 20%
e) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
f) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hiponatremia,hipokloremia.

2) Pemeriksaan Radiologi
a) Thorax foto ( Efusi Pleura)
b) USG (Asites)

Pada hari kedua dan ketiga terjadi leucopenia, netropenia, aesonofilia, peningkatan
limfosit, monosit dan basofil.
a. SGOT/SGPT kadang meningkat
b. Ureum dan pH darah kadang mengalami peningkata
c. Waktu perdarahan memanjang
d. Asidosis metabolik
e. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan
f. Uji test tourniquet (positif)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan manifestasi klinik yang terjadi pada pasien DHF, diagnosa


keperawatan yang bisa muncul adalah :
a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (viremia), ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh di atas kisaran normal( 39-40 C ), kulit kemerahan, kulit terasa hangat
waktu disentuh, takipnea (peningkatan tingkat pernapasan), takikardia, konvulsi,
kejang.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
(berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler/kebocoran plasma dari endotel )
ditandai dengan perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan
tekanan nadi, penurunan haluaran urin, penurunan pengisian vena, membran
mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh,
peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urin, kelemahan.
c. Resiko tinggi shok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
d. Resiko rangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual.
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (Trombisitopenia).
12
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa I

Hipertermia (Suhu Naik) berhubungan dengan proses penyakit ( viremia/virus)


a. Tujuan : Hipertermia dapat teratasi
b. Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 ° C). Mukosa
lembab
Tidak ada sianosis.
c. Intervensi :
1) Kaji saat timbulnya demam
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, RR) setiap 3 jam atau lebih
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
3) Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi klien
Rasional : untuk menyeimbangkan suhu tubuh dengan asupan cairan.
4) Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : tepid Water Sponge dapat menurunkan penguapan dan penurunan
suhu tubuh.
5) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
Rasional : pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas dalam tubuh
6) Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik
Rasional : untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien.

2. Diagnosa II

Kurangnya volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


extravaskuler.
a. Tujuan : Tidak terjadi kurangnya volume cairan.
b. Kriteria Hasil : input dan output seimbang, TTV dalam batas normal, tidak
ada tanda presyok.
c. Intervensi :
1) Kaji keadaan umum pada pasien
Rasional : Menetapkan data dasar untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normal.
2) Observasi tanda-tanda syok
Rasional : Mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera
dilakukan tindakan.
3) Monitor tanda-tanda dehidrasi
Rasional : Mengetahui derajat dehidrasi.
13

4) Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh


Rasional : Asupan cairan sangat diperhambahatikan untuk menambah
volume cairan tubuh.
5) Kolaborasi pemberian cairan intavena RL, glukosa 5% dalam half strenght
NaCl 0,9%, dextran L 40.
Rasional : pemberian cairan ini sangat penting untuk pasien yang mengalami
defisit volume cairan dengan keadaan umumyang buruk karena cairan ini
langsung masuk kedalam pembuluh darah.

3. Diagnosa III

Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan..


a. Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
b. Kriteria Hasil : TTV dalam batas normal, keadaan umum baik, syok
hipovolemik tidak terjadi
c. Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : untuk mengetahui jika tanda-tanda syok
2) Observasi Tanda-tanda vital tiap 2-4 jam
Rasional : untuk memastikan tidak terjadi syok
3) Monitor tanda-tanda perdarahan
Rasional : perdarahan yang diketahui dapat cepat teratasi
4) Anjurkan keluarga/pasien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan
Rasional : membantu tim perawat untuk segera menentukan tindakan yag
tepat.
5) Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan
Rasional : untuk mengistirahatkan saluran pencernaan
6) Perhatikan keluhan pasien seperti lemas, pusing, ekstremitas dingin, sesak
nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
7) Berikan terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : untuk mengetahui kehilangannya cairan tubuh yang hebat.
8) Cek Hb, Ht, Trombosit (sito).
Rasional : untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
9) Berikan tranfusi sesuai intruksi dokter.
Rasional : untuk mengganti volume darah serta komponen yang hilang.
4. Diagnosa IV

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.
a. Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi
b. Kriteria Hasil : Berat badan stabil dan batas normal. Tidak ada mual dan
muntah.
c. Intervensi :
1) Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : cara menghidangkan dapat mempengaruhu nafsu makan pasien
3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, TIM dan hidangkan saat
masih hangat
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan membantu
meningkatkan asupan makanan.
4) Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingg motivasi
makanan meningkat.
5) Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak
Rasional : meningkatkan nafsu makan pasien
6) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : mengetahui perkembangan status nutrisi pasien
7) Berikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/intruksi dokter
Rasional : dengan pemberian obat ini diharapkan nutrisi pasien meningkat
karena mengurangi rasa mual dan muntah.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat
Rasional : membantu proses penyembuhan pasien

5. Diagnosa V

Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia


a. Tujuan : Perdarahan tidak terjadi
b. Kriteria Hasil : TTV normal. Jumblah trombosit pasien meningkat, tidak
Terjadi epitaksi, melena, dan hemotemesis.
c. Inervensi :
1) Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-
tanda klinis.
Rasional : penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya
perforasi pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan
tanda-tanda klinis berupa perdarahan (petekie, epistakis, dan melena).
2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
Rasional : aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
3) Berikan penjelasan kepada keluarga pasien untuk segera melaporkan jika ada
tanda-tanda perdarahan.
Rasional : mendapatkan penanganan segera mungkin
4) Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi lunak,
memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai mengambil darah.
Rasional : mencegah terjadinya perdarahan.

IMPLEMENTANTASI KEPERAWATAN

Implementssi adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk


membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.
Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan
yaitu cara pendekatan pada pasien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap pendekatan yaitu :
1. Independen
Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Dependen
Dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis.
3. Interdependen
Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan dan
memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya: tenaga sosial,
ahli gizi, dan dokter.
Dalam melakukan tindakan khusus pasien dengan DBD yang harus diperhatikan
adalah dapat mengidentifikasi keadaan umum pasien dan dapat melakukan tindakan
keperawatan dengan segera.
EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap
evaluasi adalah masalah dapat diatasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul
masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi prosen dan evaluasi hasil.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien Demam Berdarah Dengue sebagai berikut:
1. Suhu tubuh pasien normal (36-37 ° C) pasien bebas dari demam;
2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang;
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan, sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan;
4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi;
5. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi;
6. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hipovolemik dengan
tanda vital dalam batas normal;
7. Infeksi tidak terjadi;
8. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut; dan
9. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakit.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

A. ANAMNESA
Tanggal Masuk : 06 September 2015
Jam Masuk : 08:15 WIB
Tanggal Keluar : 09 September 2015
Jam Keluar : 20:30 WIB
Ruangan : NS IV Damar 03 Bed 3

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ivan Maulana,TN
Tanggal lahir : 2 November 1999
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kampung cilangkap Rt 02/016
Agama : Islam
Suku : Indonesia
No RM : 13-37-71
Diagnosa Medis : Dengue Haermorhagic Fever (DHF)

2. NAMA PENANGGUNG JAWAB


Nama : Zulkarnain,TN
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Kampung cilangkap Rt 02/016
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Hub. Dengan pasien : Ayah
B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama
Os mengatakan panas dari hari jumat, perut terasa mual dan muntah, rasa haus
berlebih.

2. Riwayat Penyakit Sekararang


Orang tua os mengatakan gejala panas pada os sudah dirasakan sejak Kamis, 3
September 2015.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala
a. Bentuk kepala bulat
b. Distribusi rambut dan warna rambut hitam berminyak.
2. Mata
a. Pupil membesar dan mengecil
b. Mata tampak layu dan memiliki kantung mata yang berlebihan
3. Mulut
a. Lidah Tampak pucat
b. Bibir pecah-pecah
4. Leher
a. Normal
5. Dada
a. Normal
6. Perut
a. Respirasi perut normal
7. Alat gerak/tubuh
a. Lemas
19

ANALISIS DATA

Nama : Ivan Maulana,TN


Umur : 15 Tahun
Ruangan : NS IV Damar 03 Bed 3
No. RM : 13-37-71
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Kurangnya volume Proses terjadinya
Os mengatakan panas dari hari cairan yang virus dengue
jumat, perut terasa mual dan berhubungan ditularkan oleh
muntah, rasa haus berlebih. dengan pindahnya nyamuk Aedes
DO : cairan intravaskuler Aegypty dan Aedes
Os tampak lemas dan bibir kering ke exstravaskuler Albopictus.
dan pucat. disertai dengan
Pemeriksaan TTV: mual muntah.
TD: 110/80, S: 36,7 ° C, N: 82,
RR: 22

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


exstravaskuler disertai dengan mual muntah.
20

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Kurangnya Tujuan : tidak terjadi 1. Kaji 1. Menetapkan
volume cairan kurangnya volume keadaan dasar untuk
yang cairan. umum mengetahui
berhubungan Kriteria Hasil : pasien. dengan cepat
dengan a. Input dan output penyimpangan
pindahnya cairan seimbang. dari keadaan
intravaskuler ke b. TTV dalam batas normal.
exstravaskuler normal. 2. Observasi 2. Mengetahui
disertai dengan c. Tidak ada gambar tanda-tanda tanda syok
mual muntah. persyok. syok. sedini
d. Akral hangat mungkin.
e. Capilary refil < 3 3. Monitor 3. Mengetahui
detik tanda-tanda derajat
dehidrasi dehidrasi
4. Berikan 4. Untuk
hidrasi menambah
peroral volume cairan
secara tubuh.
adekuat
sesuai
dengam
kebutuhan
tubuh
5. Kolaborasi 5. Pemberian
pemberian cairan ini
cairan sangat penting
intravena. bagi pasien
yang
mengamali
defisit volume
cairan dengan
keadaan
umum yang
buruk karena
cairan ini
langsung
masuk
kedalam
pembuluh
darah.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Respon Hasil


1 06/09/15 Kurangnya volume 1. Observasi Tanda- 1. TTV dalam
09:30 cairan yang tanda vital batas normal.
berhubungan dengan 2. Anjurkan Os untuk 2. Dapat
pindahnya cairan banyak minum membantu
intravaskuler ke menambah
exstravaskuler volume cairan
disertai dengan mual 3. Anjurkan Os untuk 3. Membantu
muntah. tidak memakai, mengurangi
pakaian yang tebal suhu tubuh
atau memakai selimut
2 07/09/2015 Kurangnya volume 1. Anjurkan Os untuk 1. Membantu
08:00 cairan yang banyak minum menambah
berhubungan dengan volume cairan
pindahnya cairan tubuh.
intravaskuler ke 2. Anjurkan Os untuk 2. Untuk
exstravaskuler banyak makan tapi memambah
disertai dengan mual sering pola nafsu
muntah. makan
3. Observasi tanda-tanda 3. TTV dalam
vital batas normal
3 08/09/2015 Kurangnya volume 1. Anjurkan Os untuk 1. Pola istirahat
08:00 cairan yang banyak beristirahat kembali
berhubungan dengan normal
pindahnya cairan 2. Tetap menganjurkan 2. Membantu
intravaskuler ke Os untuk banyak menambah
exstravaskuler minum volume cairan
disertai dengan mual 3. Observasi tanda-tanda 3. TTV dalam
muntah. vital. batas normal.
4 09/09/2015 Kurangnya volume 1. Observasi Tanda- 1. TTV dalam
15.00 cairan yang tanda vital batas normal
berhubungan dengan 2. Menganjurkan Os 2. Membantu
pindahnya cairan untuk banyak minum menambah
intravaskuler ke dan makan tapi sering volume cairan,
exstravaskuler dan pola nafsu
disertai dengan mual makan yang
muntah. baik.
3. Anjurkan Os untuk 3. Pola istorahat
banyak istirahat kembali
normal
4. Berikan hidrasi 4. Untuk
peroral secara adekuat menambah
sesuai dengam volume cairan
kebutuhan tubuh tubuh.
EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi Paraf


1 06/09/15 Kurangnya S:
09:30 volume cairan Os mengatakan panas dari hari
berhubungan jumat, perut terasa mual dan muntah,
dengan rasa haus berlebih.
pindahnya O:
cairan Os tampak lemas dan bibir kering
intavaskuler ke dan pucat, Keadaan Umum: Tampak
exstravaskuler sakit sedang, Kesadaran Compos
disertai dengan Mentis, makan/minum (+)’
mual muntah. Infus : R.As 30 mm
Observasi TTV:
TD: 110/80mmHg, SH: 36,8 ℃ ,
N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi dilanjutkan
2. Observasi tanda-tanda vital.
2 07/09/15 Kurangnya S:
08:00 volume cairan Os mengatakan mual muntah
yang berkurang, rasa haus berkurang.
berhubungan O:
dengan Os tampak lemas dan bibir kring dan
pindahnya pucat, Keadaan Umum: Tampak
cairan sakit sedang, Kesadaran Compos
intravaskuler ke Mentis, makan/minum (+)
exstravaskuler Infus (+) R.As 30 Tpm
disertai dengan Observasi Tanda-tanda Vital:
mual muntah. TD: 90/70 mmHg, SH: 36,4 ℃ ,
N: 80 x/menit, RR: 21 x/menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi dilanjutkan.
3 08/09/15 Kurangnya S:
08:00 volume cairan Os mengatakan sudah tidak mual
yang muntah.
berhubungan O:
dengan Os tampak lemas, Keadaan Umum:
pindahnya Tampak sakit sedang, Kesadaran
cairan Compos Mentis, makan/minum (+)
intravaskuler ke Infus (+) Getafusal 7 Tpm dan R.As
exstravaskuler 30 Tpm
disertai dengan Observasi Tanda-tanda Vital:
mual muntah. TD: 100/70 mmHg, SH: 36 ℃ ,
N: 70 x/menit, RR: 24 x/menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Observasi Tanda-tanda vital
2. Anjurkan os untuk banyak
minum
3. Anjurkan os untuk makan
sedikit tetapi sering
4. Ajarkan os teknik untuk
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Intervensi dilanjutkan
4 09/09/15 Kurangnya S:
15:00 volume cairan Os mengatakan tidak ada keluhan
yang O:
berhubungan Os tampak sehat, Keadaan Umum:
dengan Baik, Kesadaran Compos Mentis,
pindahnya makan/minum (+)
cairan IVFD (+) R.As 30 Tpm
intravaskuler ke Observasi Tanda-tanda Vital:
exstravaskuler TD: 110/70 mmHg, SH: 35,5 ℃ ,
disertai dengan N: 80 x/menit, RR: 22 x/menit
mual muntah. A:
Masalah teratasi
Dx keperawatan terlampir
P:
1. Intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal/Jam Catatan Perkembangan


1 06/09/2015 S:
09.30 Os mengatakan panas dari hari jumat, perut terasa mual dan muntah,
rasa haus berlebih.
O:
Os tampak lemas, Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran
Compos Mentis, makan/minum (+)
Infus (+) Getafusal 7 Tpm dan R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 100/70 mmHg, SH: 36 ℃ , N: 70 x/menit, RR: 24 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Intervensi dilanjutkan
2 06/09/2015 S:
15.00 Os mengatakan perut terasa mual.
O:
Os tampak lemas, Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran
Compos Mentis, makan/minum (+)
Infus (+) R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg, SH: 36 ℃ , N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi dilanjutkan.
3 06/09/2015 S:
22.00 Os mengatakan pusing, mual (+), badan pegal-pegal.
O:
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran Compos Mentis,
makan/minum (+)
Infus (+) R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 100/70 mmHg, SH: 37,3 ℃ , N: 88 x/menit, RR: 24 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi dilanjutkan.
25

4 07/09/2015 S:
08.00 Os mengatakan masih terasa mual.
O:
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran Compos Mentis,
makan/minum (+)
Infus (+) R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 90/70 mmHg, SH: 36,4 ℃ , N: 80 x/menit, RR: 21 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi dilanjutkan.
5 07/09/2015 S:
15.00 Os mengatakan masih terasa mual.
O:
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran Compos Mentis,
makan/minum (+)
Infus (+) R.As 40 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 100/70 mmHg, SH: 36 ℃ , N: 84 x/menit, RR: 20 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Anjurkan os untuk banyak minum
2. Intervensi dilanjutkan.
6 07/09/2015 S:
22.00 Os mengatakan nyeri ulu hati.
O:
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran Compos Mentis,
makan/minum (+)
Infus (+) Gelafusal/24 Jam dan R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 90/60 mmHg, SH: 35,1 ℃ , N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Anjurkan os untuk banyak minum
2. Intervensi dilanjutkan.
7 08/09/2015 S:
08.00 Os mengatakan perut terasa sakit.
O:
Os tampak lemas,os tampak kesakitan. Keadaan Umum: Tampak
sakit sedang, Kesadaran Compos Mentis, makan/minum (+)
Infus (+) Gelafusal 7 Tpm dan R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 100/70 mmHg, SH: 36 ℃ , N: 70 x/menit, RR: 24 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Anjurkan os untuk banyak minum
2. Anjurkan os untuk makan sedikit tapi sering
3. Intervensi dilanjutkan.
8 08/09/2015 S:
15.00 Os mengatakan perut terasa sakit.
O:
Os tampak lemas. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran
Compos Mentis, makan/minum (+)
Infus (+) Gelafusal 7 Tpm dan R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg, SH: 35,4 ℃ , N: 82 x/menit, RR: 23 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Anjurkan os untuk banyak minum
2. Anjurkan os untuk makan sedikit tapi sering
3. Intervensi dilanjutkan.
9 08/09/2015 S:
22.00 Os mengatakan perut terasa sakit.
O:
Os tampak Cemas. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang,
Kesadaran Compos Mentis, makan/minum (+)
Infus (+) Gelafusal 7 Tpm dan R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 120/80 mmHg, SH: 35 ℃ , N: 78 x/menit, RR: 20 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Anjurkan os untuk banyak minum
2. Intervensi dilanjutkan.
10 09/09/2015 S:
08.00 Os mengatakan perut terasa sakit.
O:
Os tampak lemas. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran
Compos Mentis, makan/minum (+)
Infus (+) R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg, SH: 36,8 ℃ , N: 80 x/menit, RR: 22 x/menit.
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi dilanjutkan.
11 09/09/2015 S:
15.00 Os mengatakan tidak ada keluhan.
O:
Os tampak sehat. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Kesadaran
Compos Mentis, makan/minum (+)
Infus (+) R.As 30 Tpm
Observasi Tanda-tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg, SH: 35 ℃ , N: 80 x/menit, RR: 22 x/menit.
A:
Masalah teratasi
P:
1. Intervensi dihentikan.
DATA PENUNJANG

1. Hasil Laboratorium I

No Rekam Medik : 13-37-71 Ruangan : IGD


Nama Pasien : Tn. Ivan Dokter Pengirim : Dr. Arief
Umur : 15 Tahun Diagnosa :-
Jenis Kelamin :L Tanggal : 06-09-2-15
Penanggung Jawab : Dr. Taureni Hayati, spPK
Jenis Pemeriksaan

2. Hasil Laboratorium II

No Rekam Medik : 13-37-71 Ruangan : IGD


Nama Pasien : Tn. Ivan Dokter Pengirim : Dr. Usman SpPD
Umur : 15 Tahun Diagnosa :-
Jenis Kelamin :L Tanggal : 07-09-2-15
Penanggung Jawab : Dr. Taureni Hayati, spPK
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15,1 L : 13-19 g/dl
P : 12-14 g/dl
Leukosit 45 L : 40-48 %
P : 37-43 %
Leukosit 3.700 4.000 – 10.000 /µl
Trombosit 54.000 150.0 – 450.000 /µl

29
3. Hasil Laboratorium III
18.00
No Rekam Medik : 13-37-71 Ruangan : IGD N
a
m
a

P
a
s
i
e
n

T
n
.

I
v
a
n

P
e
n
g
i
r
i
m

D
r
.

U
s
m
a
n

S
p
P
D Umur : 15 Tahun Diagnosa :-
Jenis Kelamin :L Tanggal : 07-
09-2-15
Penanggung Jawab : Dr.
Taureni Hayati, spPK
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 16,1 L : 13-19
P : 12-14
Leukosit 48 L : 40-48
P : 37-43
Leukosit 4.300 4.000 – 10.000 /µl
Trombosit 39.000 150.000 – 450.000 /µl

4. Hasil Laboratorium IV

No Rekam Medik : 13-37-71 Ruangan : IGD


Nama Pasien : Tn. Ivan Dokter Pengirim : Dr. Usman SpPD
Umur : 15 Tahun Diagnosa :-
Jenis Kelamin :L Tanggal : 08-09-2-15
Penanggung Jawab : Dr. Taureni
Hayati, spPK
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 16,4 L : 13-19
P : 12-14
Leukosit 48 L : 40-48
P : 37-43
Leukosit 7.500 4.000 – 10.000 /µl
Trombosit 39.000 150.000 – 450.000 /µl

30
5. Hasil Laboratorium V
18.00
No Rekam Medik : 13-37-71 Ruangan : IGD
Nama Pasien : Tn. Ivan Dokter Pengirim : Dr. Usman SpPD
Umur : 15 Tahun Diagnosa :-
Jenis Kelamin :L Tanggal : 08-09-2-15
Penanggung Jawab : Dr. Taureni Hayati, spPK
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15,4 L : 13-19 g/dl
P : 12-14 g/dl
Leukosit 45 L : 40-48 %
P : 37-43 %
Leukosit 9.100 4.000 – 10.000 /µl
Trombosit 55.000 150.0 – 450.000 /µl

6. Hasil Laboratorium VI
06.00
No Rekam Medik : 13-37-71 Ruangan : IGD
Nama Pasien : Tn. Ivan Dokter Pengirim : Dr. Usman SpPD
Umur : 15 Tahun Diagnosa :-
Jenis Kelamin :L Tanggal : 09-09-2-15
Penanggung Jawab : Dr. Taureni Hayati, spPK
Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15,4 L : 13-19 g/dl
P : 12-14 g/dl
Leukosit 45 L : 40-48 %
P : 37-43 %
Leukosit 9.100 4.000 – 10.000 /µl
Trombosit 55.000 150.0 – 450.000 /µl

31
DATA CAIRAN

No Tanggal Jam Kolf Nama Cairan Tetesan Ket


1 06/09/15 08:00 I R.As 30 mm IGD
14:00 II R.As 30 mm NS IV
20:00 III R.As 30 Tpm NS IV
02:00 IV R.As 30 Tpm NS IV
2 07/09/15 08:00 V R.As 30 Tpm NS IV
14:00 VI R.As 30 Tpm NS IV
18:00 VII R.As 40 Tpm NS IV
20:00 I Gelafusal 7 Tpm NS IV
22:00 VIII R.As 30 Tpm NS IV
3 08/09/15 04:00 IX R.As 30 Tpm NS IV
10:00 X - - NS IV
16:00 XI RL 30 Tpm NS IV
22:00 XII RL 30 mm NS IV
4 09/09/15 04:00 XIII RL 30 mm NS IV
10:00 XIV R.As 30 Tpm NS IV
16:00 XV R.As 30 Tpm NS IV

DATA PEMBERIAN OBAT

1. Pemberian Obat Oral

No Nama Obat Jadwal Tanggal Jam/ Jam/ Jam/ Jam/


Oral Pemberian Pagi siang sore Malam
1 Sanmol 3x500mg 07/09/15   - -
Episan Sirup 3x1 C -
Strocain 3x1 Tab -  -
- -
-
2 Sanmol 3x500mg 08/09/15   - -
Episan Sirup 3x1 C -
Strocain 3x1 Tab   -

- -
3 Sanmol 3x500mg 09/09/15 -  - -
Episan Sirup 3x1 C  -
Strocain 3x1 Tab  -
 

32

2. Pemberian Obat Injeksi

No Tanggal Nama Obat Jadwal Jam/ Jam/ Jam/ Jam/


Injeksi Pemberian pagi siang Sore malam
1 06/09/15 Ceftriaxone 1x2 gr 10:00 - - -
OMZ 1x1vial 10:00 - - -
Lametic 2x4 mg 10:00 - - 22:00
2 Ceftriaxone 1x2 gr 10:00 - - -
OMZ 1x1vial 10:00 - - 22:00
Lametic 2x4 mg 06:00 - 18:00 -
3 Ceftriaxone 1x2 gr 10:00 - - -
OMZ 1x1vial 10:00 - - 22:00
Lametic 2x4 mg 06:00 - 18:00 -
4 Ceftriaxone 1x2 gr 10:00 - - -
OMZ 1x1vial 10:00 - - 22:00
Lametic 2x4 mg 06:00 - 18:00 -

DATA OBSERVASI

No Tanggal Waktu TD S N RR Keterangan


1 06/09/15 08:15 110/80 36,7 82 22 Panas 3 hari, lemas,
lidah pahit,pusing.
09:30 110/80 36,8 80 20 panas dari jumat,
mual, pegal-pegal,
pusing
12:00 110/70 36,8 80 22 Pusing, perut sakit
15:00 110/70 36,6 80 20 Pusing
18:00 110/70 36,4 80 22 Pusing
22:00 100/70 37,3 88 24 Tidak ada keluhan
2 07/09/15 06:00 110/70 37,7 100 22 Perut sakit, pusing
08:00 90/70 36,4 80 21 Perut sakit
12:00 90/70 35,8 72 21 Pusing
15:00 100/70 36 64 20 Perut sakit
18:00 110/70 35,3 84 24 Nyeri ulu hati
22:00 90/60 35,1 80 20 Nyeri ulu hati
3 08/09/15 06:00 110/70 36,3 82 22 Perut perih
08:00 100/70 36 70 22 Perut sakit
12:00 100/70 36 74 22 Lemas, perut sakit
15:00 110/70 35,4 82 23 Perut sakit
18:00 110/70 36,2 82 22 Perut sakit
22:00 120/80 35,7 78 20 Perut sakit
4 09/09/15 06:00 120/70 36,5 84 20 Perut sakit
08:00 110/70 36 80 22 Perut sakit
12:00 120/80 36,5 84 22 Tidak ada keluhan
15:00 110/70 35,9 81 22 Tidak ada keluhan

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Asuhan Keperawatan yang telah ditulis pada Tn. Ivan Maulana dengan
diagnosa Medis Dengue Haermohagic Fever (DHF) di ruang Damar 03 bed 03 RSIA
TRIMITRA Cibinong yang dilaksanakan pada 06 September 2015yang bertujuan untuk
mencapai kesehatan yang optimal pada pasien dengan menggunakan pemecahan
masalah yakni : pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dari hasil study
kasus ini, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh pender’ita
melalui gigitan Aedes Aegypty.
2. Diagnosa yang terambil dari kasus ini adalah: Terjadinya Hipertermia berhubungan
dengan proses penyakit (Virus Dengue).

Saran

A. Saran untuk Pasien


1. Hindari lingkungan yang kotor
2. Bersihkan sela-sela kamar agar nyamuk tidak menghinggap disela-sela kamar
3. Selalu jaga kebersihan lingkungan sekitar
4. Biasakan untuk menggunakan obat nyamuk yang tidak membahayakan
pernafasan pada anak

B. Saran untuk Rumah Sakit


1. Sebaiknya Pihak Rumah sakit bisa menjaga kesehatan dan kebersihan pada
lingkungan sekitar baik itu ruangan dokter, perawat maupun ruangan pasien
2. Gunakan komunikasi yang baik dan benar terhadap pasien, agar pasien pun
merasa lebih nyaman dan tidak gelisah.
3. Perawat harus memberikan support untuk pasien yang mudah gelisah atau
stress.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, Yuliyana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada


Anak, Edisi I, Penerbit PT. Fajar Interpratama : Jakarta.

Nelson, 2000, Ilmu


Kesehatan Anak, Bagian II,
Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta

Ngastiyah, 1997,
Perawatan Anak Sakit,
Penerbit Buku
Kedokteran EGC :
Jakarta.

http://www.riyawan.com
http://www.smkmuh5babat.inf
o http://www.babat.web.id
http://nissa-uchil.blogspot.in/2015/02/dhf.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/askep-dhf-dengue-
haermohagic-fever-dhf.html http://nissanezta.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai