PERTEMUAN 1
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan Keluarga Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemorhagic Fever)pada masyarakat sering disebut sebagai Demam Berdarah. Menurut
para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang
disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendidi ikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti : bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai
muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus ini mempunyai
empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik
mempunyai tingkat manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit
DBD menyebar di negara-negara teropis dan subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia penyakit DBD
pertama kali di temukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh provinsi di
Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir
ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik,
selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu, berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan
tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan
yang serius pada banyak negara teropis dan subtropis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Demam Berdarah?
2. Apakah etiologi dari Demam Berdarah?
3. Bagimana manifestasi klinis dari Demam Berdarah?
4. Bagaimana patofisiologi dari demam berdarah?
5. Bagaimana cara pemeriksaan diagnosa dari demam berdarah?
6. Bagaimana penatalaksaan medis dari demam berdarah?
7. Bagaimana cara pengkajian keperawatan dari demam berdarah?
8. Apa diagnosa yang muncul pada anak dengan penyakit demam berdarah?
9. Bagaimana bentuk perencanaan keperawatan dari demam berdarah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Dapat memperoleh pengetahuan atau gambaran pembelajaran tentrang Asuhan Keperawatan pada
kasus “DENGUE HAEMORHAGIC FEVER” di Ruang Damar 03 Bed 3 Dr. Usman. SPPD.
Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian yakni mengumpulkan data subjektif dan data objektif pada pasien dengan
DHF;
2. Mampu menganalisis data yang diperoleh;
3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan DHF;
4. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan DHF;
5. Mampu melaksanakan tidndakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan;
6. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah terlaksanakan dan;
7. Memahami tentang pengertian, etiologi, menifestasi, patofisiologi, pemeriksaan diagnosa,
penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan perencanaan, pemeriksaan fisik,
dan evaluasi pada pasien dengan DHF.
BAB II
PEMBAHASAN
1.3 ETIOLOGI
Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue. Di Indonesia, virus tersebut hingga
saat ini telah diisolasi menjadi emoat serotipevirus dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses
(Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (Nursalam Susilanungrum.2005).
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal
dua jenis nyamuk Aedes, yaitu:
1. Aedes Aegypty
Aedes Aegypty adalah nyamuk yang hidup didaerah teropis, terutama hidup dan berkembang biak
didalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air disekitar rumah.
Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik-bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari
terutama pada pagi dan sore hari, jarang terbang nyamuk Aedes Aegypty adalah 100 meter, nyamuk ini
paling sering di temukan disekitar kita.
2. Aedes Albopictus
Temoat habitat nyamuk ini adalah ditempat air yang bersih, biasanya disekitar rumah atau pohon-pohon,
seperti pohon pisang, pandan, dan botol kaleng/kaleng bekas. Nyamuk ini dapat menggigit hanya pada
siang hari saja dan jarak terbang nyamuk ini adalah 50 meter. (Rampengan TH,2007)
1.4 PATOFISIOLOGI
Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi, hemodinamika, dan biokimia DHF hingga kini belum
diketahui secara pasti. DHF dapat terjadi jika seseorang setelah terinfeksi dengue untuk pertama kalinya
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda. Fenomena patofisiologi utama yang
menentukan berat penyakit yang membedakan DHF dari dengue clasic adalah meningkatnya permeabilitasi
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, serta terjadinya hipotensi, trombositopeni dan
diastesis hemorragik.
Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai hemotokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan renjtan terjadi sebagai akibat
dari kebocoran plasma kedaerah vaskular melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan menurunnya
volume plasma yang dan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti dugaan ini adalah ditemukannya cairan yang
tertimbun dalam rongga peritonium, peluar, dan perikard yang ternyata melebihi pemberian cairan infus,
serta terjadinya bendungan pembuluh darah paru. Plasma merembas selama perjalanan penyakit mulai dari
awal demam sampai puncaknya pada masa renjatan.
Trombositopeni yang hebat, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi koagulasi merupakan
penyebab utama terjadinya perdarahan. Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan
trombositopeni, sedangkan perdarahan masif disebabkan oleh kelainan yang lebih kompleks, yaitu
trombositopeni, gangguan faktor pembekuan.
Secara kronolologis prosesnya dimulai dari nyamuk Aedes yang tidak bervirus menggigit dan
menghisap darah seseorang yang telah terkena demam berdarah dengue. Nyamuk yang sudah terinfeksi
virus kemudian menggigit orang sehat dan memindahkan virusnya bersama air ludah kedalam tubuh. Pada
saat tersebut, virus memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih serta kelenjar getah bening
untuk kemudian masuk ke sistem sirkulasi darah. Virus ini sebenarnya hanyaada didalam darah selama 3
hari sejak ditularkan oleh nyamuk. Pada hari-hari itulah terjadi pertempuranantara antibodi dan virus
dengue yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Badan biasanya mengalami gejala demam dengan
suhu tinggi antara 39-40 °
Akibat pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan bocornya pembuluh darah
sehingga membuat plasma darah mengalir keluar. Penurunan trombosit ini mulai bisa dideteksi pada hari
ketiga. Masa kritis penderita demam berdarah berlangsung sedudahnya, yakni pada hari keempat dan
kelima.
Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom shock dengue karena perubahan
yang tiba-tiba. Muke penderita pun menjadi memerah atau facial flush. Biasanya, penderita juga mengalami
sakit pada kepala, tubuh bagian belakang, otot, tulang, dan perut (antara pusar, dan uluh hati). Tidak jarang
diikuti dengan muntah yang berlanjut dan suhu yang dingin dan lembab pada ujung jari serta kaki.
Penanganan yang benar pada fase tersebut sangat ditekankan agar penderita bisa melewati masa
kritisnya dengan baik. Caranya dengan banyak memberikan asupan cairan kepada penderita sebagai
pengganti plasma darah. Hal ini dikarenakan banyaknya cairan tubuh yang hilang dengan cepat akibat
merembasnya plasma darah yang keluar dari pembuluh darah. Saat ini, larutan gula garam atau oralit masih
merupakan cairan terbaik karena komposisinya setara dengan plasma darah. Pemberian infus diberikan
apabila penderita dalam kondisi muntah secara terus menerus, tidak bisa makan atau minum, menderita
kejang, kesadraan menurun atau derajat kebocoran plasma darahnya tinggi, yang biasa terjadi pada fase
kritis. Begitu juga dengan transfusi trombosit yang akan diberikan jika trombosit penderita dibawah
100.000 dengan perdarahanyang cukup baik. Bila masa kritis itu bisa dilewati dengan baik maka pada hari
keenam dan ketujuh kondisi penderita akan berangsur membaik dan kembali normal pada hari ketujuh dan
kedelapan.
1.5 KLASIFIKASI
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain perdarahan spontan, uji turniket posotif, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan dibawah kulit seperti peteki,
hematoma, dan perdarahan dari lain tempat.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, kulit yang lembab, dan penderita
gelisah.
4. Derajat IV
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
1) Fenomena Perdarahan
Pada kasus DHF terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut:
a) Uji bendung positif ( uji torniquet );
b) Ptekie, ekimosis atau paru-paru pada ekstremitas muka dan palatum;
c) Perdarahan mukosa (epitaksi atau perdarahan gusi atau perdarahan dari tempat lain),
dan
d) Hematemesis atau melena (Ginanjar,2008)
Penyebab perdarahan pada penyakit ini adalah vaskulopati, trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit, dan koagulasi intravaskuler secara menyeluruh.
2) Trombositopenia
Penurunan trombosit umumnya terjadi sebelum terjadinya peningkatan hematokrit dan sebelum
suhu tubuh turun. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul) biasanya ditemukan atara hari
ketiga sampai dengan ketujuh setelah panas (Soegiyanto, 2006)
3) Kebocoran plasma
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma laekage (kebocoran plasma) pada DHF, yaitu:
a) Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standart sesuai dengan umur dan jenis kelamin; dan
b) Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, esites, hipoproteinemia, atau hiponatremia.
Setelah fase demam, semua tanda dan gejala klinis akan menghilang. Demam akan turun disertai
keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah. Akral atau ujung ekstremitas
akan teraba dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini menunjukan adanya gangguan
sirkulasi akibat dari perembasan plasma (Hadinegoro dan Satari, 2005).
4) Hapatomegali
Pembesaran hati biasanya terjadi pada permulaan penyakit. Derajatnya tidak sejajar dengan
beratnya penyakit. Nyeri tekan didaerah hati sering ditemukan, tampak jelas pada orang dewasa dan
berhubungan dengan adanya perdarahan (Soegiyanto, 2006).
5) Syok
Syok merupakan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat
bersifat ringan atau sementara. Tanda dan gejala dari syok demam turun disertai keluar keringat
dingin, denyut nadi cepat dan tekanan darah menurun, akral teraba dingin disertai kongesti kulit.
6) Keluhan lain yang menyertai DBD, yaitu:
a) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit saat menelan;
b) Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi; dan
c) Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri
otot abdomen, nyeri ulu hati, dan pegal-pegal pada seluruh tubuh.
1.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanan DHF menurut Soegiyanto (2006), antara lain:
1. Pemberian antipiretik, kompres, pemberian minumsesuai kebutuhan 1, 5-2 liter perhari). Diberikan pada
pasien demam, anoreksia, dan sring muntah untuk mencegah dehidrasi. Biasanya diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan.
2. Pemberian obat anti kolvusan (luminal, diazepam) apabila pasien mengalami kejang akibat demam
tinggi.
3. Pemberian cairan intravena (infuse) yaitu RL, Dextrose 5%. Infuse diberikan pada pasien:
a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadi dehidrasi;
dan
b) Hematokrit yang cenderung meningkat. Peningkatan hematokrit mendadak adanya kebocoran plasma
dan beresiko terjadinya syok.
BAB III
TINJAUAN KASUS
2.1 PENGKAJIAN
A. ANAMNESA
Tanggal Masuk : 06 September 2015 Jam Masuk : 08:15 WIB Tanggal Keluar :09 September
2015 Jam Keluar : 20:30 WIB
Ruangan : NS IV Damar 03 Bed 3
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ivan Maulana,TN Tanggal lahir : 2 November 1999 Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kampung cilangkap Rt 02/016
Agama : Islam
Suku : Indonesia No RM : 13-37-71
Diagnosa Medis : Dengue Haermorhagic Fever (DHF)
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Os mengatakan panas dari hari jumat, perut terasa mual dan muntah, rasa haus berlebih.
2. Riwayat Penyakit Sekararang
Orang tua os mengatakan gejala panas pada os sudah dirasakan sejak Kamis, 3 September 2015.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
a. Bentuk kepala bulat
b. Distribusi rambut dan warna rambut hitam berminyak.
2. Mata
a. Pupil membesar dan mengecil
b. Mata tampak layu dan memiliki kantung mata yang berlebihan
3. Mulut
a. Lidah Tampak pucat
b. Bibir pecah-pecah
4. Leher
a. Normal
5. Dada
a. Normal
6. Perut
a. Respirasi perut normal
7. Alat gerak/tubuh
a. Lemas
2.2 ANALISIS DATA
Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke exstravaskuler
disertai dengan mual muntah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan yang telah ditulis pada Tn. Ivan Maulana dengan
diagnosa Medis Dengue Haermohagic Fever (DHF) di ruang Damar 03 bed 03 RSIA
TRIMITRA Cibinong yang dilaksanakan pada 06 September 2015yang bertujuan
untuk mencapai kesehatan yang optimal pada pasien dengan menggunakan
pemecahan masalah yakni : pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Dari hasil study kasus ini, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut
a. Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
pender’ita melalui gigitan Aedes Aegypty.
b. Diagnosa yang terambil dari kasus ini adalah: Terjadinya Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (Virus Dengue).
B. Saran
1. Saran untuk Pasien
a. Hindari lingkungan yang kotor
b. Bersihkan sela-sela kamar agar nyamuk tidak menghinggap disela-sela kamar
c. Selalu jaga kebersihan lingkungan sekitar
d. Biasakan untuk menggunakan obat nyamuk yang tidak membahayakan
pernafasan pada anak
2. Saran untuk Rumah Sakit
a. Sebaiknya Pihak Rumah sakit bisa menjaga kesehatan dan kebersihan pada
lingkungan sekitar baik itu ruangan dokter, perawat maupun ruangan pasien
b. Gunakan komunikasi yang baik dan benar terhadap pasien, agar pasien pun
merasa lebih nyaman dan tidak gelisah.
c. Perawat harus memberikan support untuk pasien yang mudah gelisah atau
stress.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Yuliyana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit PT. Fajar
Interpratama : Jakarta.
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.