Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan Dengue High Fever (DHF) atau Demam berdarah

Dengue (DBD)

A. Konsep Medis
1. Definisi
Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. (Soedarmo
Sumarno, 2005).
Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies
Aedes. (Hasan Rusepno, 2007).
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. (Hidayat A. Aziz
Alimul, 2008).

2. Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup
B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam
Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia
dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam
rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar
rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon,
seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.
(Rampengan T H, 2007)

3. Klasifikasi
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,
trombositopenia, dan hemokosentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang
disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

4. Manifestasi klinis
a. Demam tinggi selam 5-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma.
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
d. Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi
cepat dan lemah). (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
5. Patofisiologi
a. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a
dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik,
Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2006).
Patoflow Demam berdarah Dengue DBD atau Patoflow Dengue High Fever DHF
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia
(100.000/mm3 atau kurang)
b. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
c. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).

7. Komplikasi

a. Ensefalopati dengue

b. Kelainan ginjal

c. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).

8. Pengobatan dan Pencegahan


a. Pengobatan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I hingga
derajat IV.
Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu
secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
a) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada
perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan
jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat
diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg
BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan
yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80
mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam
diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
diatas
Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila
keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu
untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L
sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi
maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan
kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat
A Aziz Alimul, 2008).
b. Pencegahan
1) Ada 3 cara pemberantasan vector
a) Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging hanya
dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi kriteria
b) Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum.
c) Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
- Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat
penampungan air bersih.
- Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
- Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya
yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
2) Penyuluhan (Health Education)
Perawat dapat melakukan penyuluhan atau Health Education tentang cara pencegahan vektor
efektif. Penyuluhan dapat dilakukan pada orang tua murid di sekolah-sekolah, di posyandu,
yaitu di dalam rumah hendaknya selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas
dipakai terutama di kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang bekas
dipakai yang sudah bau keringat. BAK kamar mandi atau jambangan bunga yang ada di dalam
bunga agar sering dibersihkan dan diganti airnya setiap 2 hari sekali membenahi atau menata
halaman supaya tidak ada tempat yang terisi air, seperti pecahan botol, tempurung kelapa,
kaleng bekas atau benda-benda yang dapat menampung air. Dedaunan kering yang sudah
menumpuk hendaknya disapu bersih. Selain itu juga air tidak tertampung, mengelola sampah
sesuai situasi dan kondisi setempat, apakah dibakar atau diangkat oleh mobil sampah untuk
dibuang ke TPA sehingga nyamuk tidak berkembang biak. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama
dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. (kusnanto, 2004).
Tahap–tahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
mencapai tujuan keperawatan yaitu : meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau membuat
pasien mencapai kematian dengan tenang pada pasien terminal, serta memungkinkan pasien pasien
atau keluarga dapat dapat mengatur kesehatan sendiri menjadi lebih baik. (Tarwoto wartonah,
2006).
1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi
yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara sistematis;
kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam
format yang dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam
2005 adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami
serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu
makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak
sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan
fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan
petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru.
j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung
kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah
aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien yang ada ada tanggung
jawabnya. (Tarwoto wartonah,2006)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah
Dengue tergantung pada data yang ditemukan.
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas kapiler,
muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
3. Perencanaan Keperawatan
perencanaan keperawatan adalah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat
menggambarkan respon pasien pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001).
Rencana keperawatan Pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut
Nursalam 2005, Wong Dona L 2003 dan Doenges, Marilynn, E. dkk, 1999. adalah :
a. Diagnosa keperawatan 1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.
Rasional : Suhu 38,9-41,1oc menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
membantu dalam diagnosis.
2) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Untuk memberikan pengetahuan pemahaman tentang penyebab dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar.
3) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
demam.
Rasional : Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya perubahan
dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
4) Catatlah asupan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan baik intake maupun output.
5) Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak ± 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat
bagi anak.
Rasional : Untuk mempercepat proses penguapan melalui urine dan keringat, selain itu
dimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
6) Berikan kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha.
Rasional : kompres air dingin dapat memberikan efek vasodilatasi pembululuh darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
Rasional : Untuk memudahkan dalam proses penguapan.
8) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
Rasional : Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan
obat-obatan sebagai preparat yang di formulasikan untuk penurunan panas.
b. Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak
memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap
nyeri.
Rasional : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan resolusi komplikasi.
2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau
mengurangi stimulus nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan
keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
4) Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang
terdekat.
Rasional : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan
intensitas rasa sakit.
5) Berikan obat-obat analgetik (kolaborasi dengan dokter).
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
Intervensi keperawatan
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional : Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu makan
serta memotivasi anak agar mau makan.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih
hangat
Rasional` : Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk
mencerna makanan dan menghindari rasa mual.
3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil
tetapi sering.
Rasional : karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional : Untuk membantu status nutrisi.
5) Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Rasional : Untuk merangsang napsu makan.
6) Mempertahankan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
Rasional : Untuk menghindari intoleransi makanan.
7) Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
Rasional : Makanan merupakan penambahan tenaga bagi orang sakit.
8) Catatlah jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui jumlah intake makanan dan penentuan dalam pemberian
diet dan selanjutnya.
d. Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
1) Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah
kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional : Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional : Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab
terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.
4) Anjurkan anak untuk banyak istirahat
Rasional : Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam
proses penyembuhan.
d. Diagnosa Keperawatan 5
Tujuan : Anak menunjukkan terpenuhinya tanda-tanda kebutuhan cairan.
Kriteria hasil : - Anak mendapatkan cairan yang cukup
- Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan
tanda-tanda vital dan turgor kulit yang normal, membran mukosa lembab.
Intervensi keperawatan.
1) Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit.
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.
Rasional : Untuk meningkatkan hidrasi dan mencegah dehidrasi.
3) Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin
dan sesak napas.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi bila adanya kekurangan cairan
sehingga mendapatkan perawatan lebih baik.
4) Mengobservasi dan mencatat intake dan output.
Rasional : Untuk menentukan status hidrasi
5) Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, serum albumin.
Rasional : Menentukan adanya ketidakseimbangannya cairan dan elektrolit.
7) Mempertahankan intake dan output yang adekuat.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi.
8) Monitor dan mencatat berat badan.
Rasional : merupakan indikator cairan dan nutrisi.
9) Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan
dokter)
Rasional : Pemberian infus dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma.
d. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan : Anak mendapat istirahat yang adekuat
Kriteria hasil : - Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
- Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan
eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
Rasional : Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan
penghematan energi atau kelemahan tubuh.
2) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak
Rasional : Bantuan keluarga membuat anak merasa aman secara moril dan fisik serta
membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.
3) Dekatkan dan siapkan alat-alat yang dibutuhkan di dekat anak
Rasional : Memudahkan pasien dapat mengambil keperluannya.
e. Diagnosa Keperawatan 7
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan : Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping
yang adatif.
Kriteria hasil : - Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya
- Keluarga menunjukkan perilaku koping positif terhadap anak.
Intervensi keperawatan
4) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang
penuh stress.
Rasional : Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk
menguatkan pemahaman keluarga.
5) Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan
identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
Rasional : Agar keluarga mendapat dukungan yang di butuhkan sehingga
kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dapat dimaksimalkan.
6) Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam
mengatasi keadaan.
Rasional : Untuk memberikan dukungan dan ketenangan sesuai kebutuhan.
7) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga
menjadi lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh
kelurga.
Rasional : Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi lanjut.
8) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Rasional : Untuk memberikan dukungan sehingga kemampuan anak untuk
melakukan koping dapat di maksimalkan serta menurunkan resiko cedera.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana-rencana
perawatan. (Tarwoto Wartonah, 2006).
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:
a. Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan
perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lain.
b. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,misalnya tenaga sosial,
ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
c. Dependen, tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis.Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilaksanakan.(Kusnanto, 2004).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah evaluasi :
a. Daftar tujuan-tujuan pasien.
b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. (Tarwoto Wartonah,
2006).
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga.Penerbit Medi Aesculapius. Jakarta.
Rampengan.T, 2006, Penyakit infeksi tropik pada anak, EGC, Manado
Nursalam, Susilaningrum Rekawati., & Utami,Sri., 2005, Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk
perawat dan bidan), Salemba medika, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G., Keperawatan Medikal-bedah Brunner & Suddarth edisi 8 vol.
1, EGC, Jakarta, 2001
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G., Keperawatan Medikal-bedah Brunner & Suddarth edisi 8 vol.
3, EGC, Jakarta, 2001
Budi santosa : Editor, Panduan Diagnosa Keperawatan, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi,
2005-2006.
Marion Jones, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition, Mosby inc.
Joanne C. mcClowskey, etc, Nursing Intervention Classification (NIC), Fourth edition, Mosby inc.

Anda mungkin juga menyukai