Anda di halaman 1dari 12

DIABETES INSIPIDUS

BAB I

A KONSEP PENYAKIT
1 DEFINISI.

Diabetes insipidus terjadi sebagai akibat dari defisiensi vasopresin dalam


sirkulasi (hormon antidiuretik atau ADH) atau karena resistensi ginjal terhadap
hormon ini. Di tandai oleh masukan cairan yang berlebihan dan poliuria
hipotonik (Lyndon, 2014).

Diabetes insipidus di artikan sebagai gangguan pada metabolisme air, terjadi


karena defisiensi hormon vasopresin (yang juga dinamakan antidiuretic
hormone [ADH] atau hormon antidiuretik) yang beredar di dalam darah (Kowalak,
2011).

Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi,


sekresi, atau fungsi ADH. Istilah diabetes insipidus berhubungan dengan kuantitas
dan kualitas urine : penyakit berkaitan dengan jumlah urine yang banyak, keruh
atau tawar (Crowin, 2009).

2.PATOFISIOLOGI.

Menurut kowalak (2011) Diabetes insipidus berhubungan dengan insufisiensi


ADH yang menimbulkan poliuria dan polidipsia. Ada tiga bentuk diabetes
insipidus, yaitu : neurogenik, nefrogenik dan psikogenik.
Diabetes insipidus neurogenik atau sentral merupakan respon ADH yang
tidak adekuat terhadap osmolaritas plasma dan terjadi ketika terdapat lesi organik
pada hipotalamus, pedikulus infundibularis, atau hipofisis posterior yang secara
parsial atau total menyekat sintesis, transportasi, atau pelepasan ADH. Ada banyak
lesi organic yang dapat menyebabkan diabetes insipidus, meliputi : tumor otak,
hifofisektomi, aneurisma trombosis, fkraktur kranium, infeksi, serta gangguan
imunologi. Diabetes insipidus neurogenik memiliki awitan yang akut. Pada
keadaan ini dapat terjadi sindrom tiga- fase, meliputi :
·  Kehilangan progresif jaringan saraf dan peningkatan diuresis.
·  Diuresis normal.
·  Poliuria dan polidipsia yang merupakan manifestasi gangguan permanen pada
kemampuan menyekresi ADH dengan jumlah yang memadai.
Diabetes insipidus nefrogenik disebabkan oleh respon renal yang tidak
adekuat terhadap ADH. Permeabilitas duktus pengumpulan terhadap air sebagai
respons terhadap ADH tidak meningkat. Diabetes insipidus nefrogenik umumnya
berhubungan dengan gangguan dan obat- obatan yang merusak tubulus renal atau
yang menghambat pembentukan cAMP (cyclic adenosine monophosphate) dalam
tubulus tersebut sehingga aktivitas second messenger tidak terjadi. Gangguan yang
menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik, meliputi : pielonefritis, amiloidosis,
uropati detruktif, penyakit polikistik dan penyakit ginjal intrinsik. Obat- obat yang
menyebabkan kondisi ini meliputi : litium (Eskalith), obat anestesi umum seperti
metoksifluran dan demekloslikin (Declomycin). Di samping itu, hipokalemia atau
hiperkalsemia akan menganggu respons ginjal terhadap ADH. Bentuk genetik
diabetes insipidus nefrogenik adalah galur resesif yang berhubungan dengan
kromosom X (X- linked recessive trail.
Diabetes insipidus psikogenik disebabkan oleh asupan cairan yang ekstrem dan
mungkin bersifat idiopatik atau berhubungan dengan psikosis ataupun sarkoidosis.
Polidipsia dan poliuria yang di akibatkan akan mengeluarkan ADH lebih cepat
daripada ADH yang dapat di gantikan. Poliuria kronis dapat mempengaruhi
gradien konsentrasi pada medula renal sehingga pasien kehilangan kemampuan
secara total atau parsial untuk memekatkan urine.
Terlepas penyebabnya, jumlah ADH yang tidak mencukupi akan segera
menimbulkan ekskresi urine yang encer dengan jumlah besar dan akibatnya terjadi
hiperosmolalitas plasma. Pada pasien yang sadar, akan terjadi stimulasi mekanisme
rasa haus biasanya terhadap air dingin. Pada defisiensi ADH yang berat, haluaran
urine dapat melebihi 12 L/ hari dengan berat jenis yang rendah. Dehidrasi terjadi
dengan cepat jika cairan yang hilang tidak diganti.
PATHWAY.
3.TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari diabetes insipidus adalah:

 Dehidrasi
 Volume urine yang terlalu banyak

Tergantung dari beratnya kondisi, pengeluaran urine dapat mencapai 15


liter/hari jika mengonsumsi banyak cairan. Orang dewasa biasanya
mengeluarkan urine <3 liter/hari. Tanda lain termasuk harus bangun di tengah
malam untuk buang air kecil dan mengompol. Bayi dan anak kecil yang
mengalami diabetes insipidus akan mengalami tanda dan gejala, seperti:

 Pusing yang tidak dapat dijelaskan


 Sulit tidur
 Demam
 Muntah
 Diare
 Pertumbuhan yang terhambat
 Kehilangan berat badan
4.PENATALAKSANAAN.

 penyebab diabetes insipidus dapat dikenali dan diatasi, kita dapat memberikan
dahulu preparat vasopresin (Pitressin) untuk mengendalikan keseimbangan cairan
dan mencegah dehidrasi. Obat- obatan yang diberikan meliputi :

1  Hidroklorotiazid dengan suplemen kalium untuk diabetes insipidus sentral dan


nefrogenik.
2. Preparat akueus vasopresin yang di suntikan subkutan beberapa kali sehari dan
bekerja efektif hanya selama dua hingga enam jam (digunakan sebagai preparat
diagnostik dan kadang- kadang pada penyakit yang akut).
3  Desmopresin asetat (DDAVP) yang dapat berikan peroral, melalui semprot nasal
agar obat tersebut diabsorpsi melalui membran mukosa atau suntikan subuktan
atau intravena, yang akan berkerja efektif selama 8 hingga 20 jam menurut
besarnya takaran yang di berikan.
4. Klorpropamid (Diabinese) untuk mengurangi rasa haus pada pasien dengan
hipernatremia yang berkelanjutan.
BAB II

B.ASUHAN KEPERAWATAN.
1.PENGKAJIAN.

 Konsep Pengkajian
   Identitas Pasien
1. Umur : dapat terjadi pada seluruh rentang usia, dengan onset terutama
pada usia 10-20 tahun, penyebab belum diketahui namun ada dugaan
peranan autoimun.

2. Jenis kelamin: Angka kejadian sama antara laki-laki dan perempuan.

Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : 
keluhan utama biasanya pasien merasa haus dan pengeluaran air kemih yang
berlebihan.

2.   Riwayat penyakit sekarang :


Kaji perjalanan penyakit mulai dari awal muncul gejala sampai datang ke
petugas kesehatan. Apakah Pasien mengalami poliuria, polidipsia, nocturia,
kelelahan dan dehidrasi

3.    Riwayat kesehatan dahulu :


Ditanyakan apakah pasien pernah pernah mengalami Cidera otak, tumor,
tuberculosis, aneurisma/penghambatan arteri menuju otak, hipotalamus
mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit hormone
antidiuretik, kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik kedalam
aliran darah, kerusakan hipotalamus/kelenjar hipofisa akibat pembedahan dan
beberapa bentuk ensefalitis, meningitis.

4.    Riwayat kesehatan keluarga :


Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit pasien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
diabetes insipidus.
  Pola kesehatan fungsional
1.        Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien dengan diabetes insipidus sering mengalami ketidaktauan tentang
proses penyakitnya akibat kurangnya informasi dan  jarangnya penyakit ini
ditemukan

2.      Pola nutrisi dan metabolik


nafsu makan pasien menurun yang dapat mengakibatkan Penurunan berat
badan hingga 20% dari berat badan ideal

3.      Pola eliminasi
kaji frekuensi eliminasi urine dan karakteristik urine pasien. Pasien dengan
diabetes insipidus mengalami poliuria (sering kencing) dan mengeluh sering
kencing pada malam hari (nokturia) dengan warna urine bening hampir tidak
berwarna

4.      Pola aktivitas dan latihan


kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan, keterbatasan aktivitas
sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak) dan penurunan kekuatan
otot

5.      Pola istirahat dan tidur


kaji pola tidur pasien. Pasien dengan diabetes insipidus mengalami kencing
terus menerus saat malam hari sehingga  pola tidur/istirahat pasien
terganggu

6.      Pola persepsi sensori dan kognitif


Fungsi penglihatan dapat tergangggu akibat gangguan elektrolit dan
dehidrasi

7.    Pola hubungan dengan orang lain


kaji pengaruh sakit yang diderita pasien terhadap
pekerjaannya dan keefektifan hubungan pasien dengan orang terdekatnya.

8.      Pola reproduksi dan seksual


kaji dampak sakit terhadap seksualitas dan perubahan perhatian terhadap
aktivitas seksualitas.

9.   Persepsi diri dan konsep diri


kaji/tanyakan perasaan pasien tentang dirinya saat sedang mengalami sakit,
dampak sakit terhadap pasien dan keinginan pasien untuk merubah pola
hidup

10.  Pola mekanisme koping


kaji metode kopping yang digunakan pasien untuk menghidari
stress dan  system pendukung dalam mengatasi stress

11.  Pola nilai dan kepercayaan


Mengkaji bagaimana kegiatan agama dan kepercayaan  yang dijalankan
pasien, adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut bertentangan dengan
kesehatan dan pengobatan
yang dialam

 Pemeriksaan fisik.
1.      Keadaan umum      : lemah
2.      Kesadaran               : kompos mentis
3.      Tanda – Tanda Vital
-     TD :  hipotensi bila telah mengalami dehidrasi berat
-     Nadi :  takikardi bila telah mengalami dehidrasi sedang dan menurun bila
dehidrasi semakin berat
-     Suhu : naik akibat adanya dehidrasi pada bayi dapat disertai kejang
-     RR  : frekuensi dan suara nafas normal dan naik bila dehidrasi sedang dan
berat

2.DIAGNOSIS.

Diagnosa keperawatan
    

1.         Kekurangan Volume Cairan b.d output berlebihan daripada intake, serta menurunnya anti
diuretik hormon.
2.         Kurangnya pengetahuan b.d tidak adanya informasi tentang proses penyakit.
3.         Resiko penurunan curah jantung b.d syok hipovolemik.
   Rencana keperawatan

Tgl / No Tujuan dan KH Intervensi Rasional TTD


Jam Dx
1. Tujuan : O: Observasi 1.    Untuk
Setelah dilakukan pemasukan dan pemenuhan
tindakan pengeluaran cairan kebutuhan
keperawatan cairan dan
selama 1x24 jam mencegah
diharapkan tidak adanya odem.
terjadi gangguan N: Anjurkan
keseimbangan pasien untuk 2.  Untuk
cairan banyak pemenuhan
Kriteria hasil : minum  2,5 liter / kebutuhan
K: Pasien mengetahui 24 jam cairan
penyebab E: Berikan 3. Untuk
kebutuhan cairan penjelasan tentang pemenuhan
in adekuat pentingnya kebutuhan
A:Pasien mampu kebutuhan cairan cairan yang
mengatasi pada pasien dan tidak terpenuhi
kebutuhan cairan keluarga (secara
in adekuat C:Kolaborasi dengan parenteral).
P:Turgor kulit dokter untuk terapi4.    Untuk
meningkat cairan (oral / mempermudah
P:Wajahtidaknampak parenteral) pemberian
pucat, Tanda cairan (minum)
dehidrasi pada pasien.
2. Tujuan : O:Observasi tingkat1.    Sebagai data
Setelah dilakukan pengetahuan orang dasar dalam
tindakan asuhan tua klien tentang menentukan
keperawatan proses penyakit intervensi
selama 1 x 24 jam dan penanganan selanjutnya
diharapkan penyakit anaknya
keluarga klienN:Jelaskan dengan
terpajan informasi. baik kepada klien
Kriteria Hasil: dan orang tua
K : Keluarga klien tentang proses2.    Menigkatkan
mengetahui  penye penyakit dan pemahaman
bab kurang prosedur klien dan  orang
terpajan informasi. penanganannya tua klien tentang
A : klien dapatE:Berikan penyakitnya
memahami cara kesempatan anaknya.
mengatasi kurang kepada klien untuk3.    Memberikan
terpajan informasi. bertanya. jalan untuk
P : klien mampu mengekspresika
mengatasi kurang n perasaannya
terpajan informasi dan mengetahui
dengan  cara pemahaman
P: orang tua klien
-        Orang tua klien tentang penyakit
tampak tenang anaknya.
-        Orang tua klien 4.    Dukungan yang
dapat menjelaskanC:Kolaborasi dengan positif dapat
proses penyakit tim medis dalam memberikan
dan prosedur memberikan semangat
penanganan dukungan positif kepada orang
penyakit anaknya kepada orang tua tua untuk
klien dan pada menerima
klien penyakit
anaknya dan
membantu
proses
perawatan.
3. Tujuan : O : observasi TTV 1.     Untuk
Setelah dilakukan mengetahui
tindakan keadaan umum
keperawatan pasien
selama 2x24 jam
diharapkan curah N: batasi aktifitas 2.    Agar tidak
jantung normal. klien terjadi
Kriteria Hasil: peningkatan
K:Klien aktifitas jantung
mengetahui  penye 3.    Untuk
bab penurunanE: ajarkan tirah baring mengurangi
curah jantung. gangguan kerja
A: Klien memahami jantung
cara mengatasi
C: kolaborasi dengan 4.    Mengerti
penurunan curah tim medis  dalam tentang obat
jantung. pemberian obat yang diberikan
P : Klien mampu
mengatasi
penurunan curah
jantung dengan
cara
P:Klien mengalami
peningkatan curah
jantung.

BAB III
DOKUMENTASI

KERTAS KERJA
CARA MENANGANI PASIEN PADA PENYAKIT DIABETES INSIPIDUS ;

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi diabetes insipidus
sentral:

 Meningkatkan konsumsi cairan untuk mencegah dehidrasi.


 Pemberian hormon antidiuretik buatan, yang cara kerjanya serupa dengan
hormon antidiuretik tubuh, yaitu dengan menghentikan produksi urine berlebih
dari ginjal saat jumlah cairan dalam tubuh rendah. 

Sedangkan cara untuk mengobati diabetes insipidus nefrogenik, antara lain:

 Menjaga asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.


 Menghentikan konsumsi obat-obatan yang diduga menjadi penyebab diabetes
insipidus dan menggantinya dengan obat-obatan lain yang lebih aman tapi
fungsinya sama
DAFTAR PUSTAKA

Crowin, E. J. (2009). Buku Saku : Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
kusmana, f. (2016). diabetes insipidus - diagnosa dan terapi. CDK , 43, 825 - 830.
Lyndon, S. (2014). Organ System : Visual Nursing, Endokrin. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara.
Price, S., & Wilson, L. (1994). Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. (a. P,
Trans.) jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai