Anda di halaman 1dari 38

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan. Kegiatan

yang dilakukan pada saat pengkajian adalah pengumpulan data, memvalidasi

data, mengorganisasikan data dan mencatat data yang diperoleh. Langkah ini

merupakan dasar untuk perumusan diagnosa keperawatan sesuai kebutuhan pasien

serta melakukan implementasi keperawatan. Pengkajian yang dilakukan pertama

kali merupakan perbandingan dikemudian hari tentang status kesehatan pasien.

Perawat menggunakan data ini untuk memberikan pelayanan secara

komprehensif. Data hasil pengkajian meliputi data dasar dan data fokus dicatat

pada formulir pengkajian (Dinarti, 2013).

Adapun pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus

menurut Doengoes (2012), antara lain:

1. Aktivitas/istirahat

Gejala yaitu lemah, letih, sulit bergerak/berjalan; kram otot, tonus otot

menurun; gangguan tidur/istirahat. Dan tanda yaitu takikardia dan takipnea

pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas; letargi/disorientasi, koma;

penurunan kekuatan otot.

2. Sirkulasi

Gejala yaitu adanya riwayat hipertensi; IM akut; klaudikasi, kebas, dan

kesemutan pada ekstremitas; ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Dan

tanda yaitu takikardia; perubahan tekanan darah postural; hipertensi; nadi

7
8

yang menurun/tak ada; disritmia; krekels; DVJ(GJK); kulit panas, kering,

dan kemerahan; bola mata cekung.

3. Integritas ego meliputi:

Gejala yaitu stress; tergantung pada orang lain; masalah financial yang

berhubungan dengan kondisi. Dan tanda yaitu ansietas, peka rangsang.

4. Eliminasi meliputi:

Gejala yaitu perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia; rasa

nyeri/terbakar, ulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang; nyeri tekan

abdomen; diare. Dan tanda yaitu urine encer, pucat, kuning; poliuri (dapat

berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat); urine

berkabut, bau busuk (infeksi); abdomen keras,adanya asites; bising usus

lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

5. Makanan/cairan meliputi:

Gejala yaitu hilang nafsu makan; mual/muntah; tidak mengikuti diet;

peningkatan masukan glukosa/karbohidrat; penurunan berat badan lebih dari

periode beberapa hari/minggu; haus; penggunaan diuretic (tiazid). Dan tanda

yaitu kulit kering bersisik, turgor jelek; kekakuan/distensi abdomen, muntah;

pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan

gula darah); bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton).

6. Neurosensori meliputi:

Gejala yaitu pusing/pening; sakit kepala; kesemutan, kebas kelemahan

pada otot, parestesia; gangguan penglihatan. Dan tanda yaitu disorientasi;

mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut); gangguan memori (baru,


9

masa lalu); dikacau mental; refleks tendon di dalam (RTD) menurun

(koma);

aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

7. Nyeri/Kenyamanan meliputi:

Gejala yaitu abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat). Dan tanda

yaitu wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.

8. Pernafasan meliputi:

Gejala yaitu merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum

purulen (tergantung pada ada tidaknya infeksi). Dan tanda yaitu lapar udara;

batuk, dengan/tanpa sputum purulen (infeksi); frekuensi pernapasan.

9. Keamanan meliputi:

Gejala yaitu kulit kering, gatal, ulkus kulit. Dan tandayaitu demam,

diaphoresis; kulit rusak, lesi/ulserasi; menurunnya kekuatan umum/rentang

gerak; parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar

kalium menurun dengan cukup tajam).

10. Seksualitas meliputi:

Gejala yaitu rabas vagina (cenderung infeksi); masalah impoten pada

pria; kesulitan orgasme pada wanita.

11. Penyuluhan Pembelajaran meliputi:

Gejala yaitu faktor resiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke,

hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid,

diuretik (tiazid); dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar

glukosa darah); mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai

pesanan.Pertimbangan: DRG menunjukkan rata – rata selama dirawat:


10

5,9hari. Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan bantuan dalam

pengaturan diet, dipengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa

darah.

2.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang

dirumuskan atas dasar interpretasi data yang tersedia. Diagnosa keperawatan

mengambarkan respon manusia pada diri pasien terhadap perubahan-perubahan

dalam dimensi bio-psiko-sosial-spiritual. Diagnosa keperawatan dapat

mengkomunikasikan kepada rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya, dimana

perawatan yang diberikan perawat kepada pasien berfokus pada kebutuhan

individual pasien.

Sebuah diagnosa keperawatan dapat berupa masalah kesehatan yang bersifat

aktual yang secara klinis jelas atau masalah kesehatan potensial dimana faktor-

faktor resiko dapat mengancam kesehatan pasien secara umum. Kedua jenis

diagnosa keperawatan tersebut harus diintervensikan untuk memecahkan masalah

atau mengurangi atau mencegah timbulnya masalah (Dinarti, dkk, 2013).

Diagnosa yang dapat muncul pada pasien diabetes mellitus yaitu kekurangan

volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi

terhadap infeksi, resiko tinggi terhadap perubahan sensori persepsi, kelelahan,

ketidakberdayaan,kurang pengetahuan mengenai penyakit prognosis dan

kebutuhan pengobatan (Doengoes, 2012).

2.1.3 Perencanaan
11

Proses perencanaan meliputi perumusan tujuan dan menentukan intervensi-

intervensi yang tepat. Proses ini dimulai dengan membuat daftar semua masalah-

masalah pasien dan mencari masukan dari pasien atau keluarganya tentang

penentuan tujuan akhir yang dapat diterima dan dapat dicapai secara rasional.

Pernyataan tujuan akhir dapat ditanyakan dalam bentuk pernyataan yang dapat

diukur, yang secara obyektif menunjukkan perkembangan terhadap pemecahan

masalah yang ditemukan. Bagian lain dari perencanaan keperawatan adalah

menentukan intervensi yang digunakan perawat dengan melibatkan pasien dan

keluarga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Intervensi dibuat untuk

pasien secara individual.

Bertambahnya informasi selama pengkajian dapat memberikan

pertimbangan-pertimbangan khusus seperti kultural, sosial, atau perkembangan

status. Dengan mengetahui hal ini, perawat akan dapat memodifikasi intervensi
Tabel 2.2 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan/K.hasil Rencana tindakan keperawatan Rasional

1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan : 1. Timbang berat badan setiap hari 1. Mengkaji pemasukan
tubuh berhubungan dengan penurunan Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang ssesuai dengan indikasi. makanan yang adekuat
masukan oral: anoreksia, mual, muntah, dari kebutuhan tubuh. (termasuk absorpsi dan
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan utilisasinya ).
kesadaran ditandai dengan melaporkan K.hasil : 2. Tentukan program diet dan pola 2. Mengidentifikasi
masukan makanan tak adekuat,kurang - mencerna jumlah/kalori natrium makan pada pasien dan kekurangan dan
minat pada makanan, penurunan pada yang tepat. bandingkan dengan makanan yang penyimpangan dari
berat badan, kelemahan, tonus otot buruk, - Menunjukkan tingkat energy dapat dihabiskan klien. kebutuhan terapeutik.
diare. - mendemonstrasikan berat badan
stabil atau penambahan kearah rentang 3. Auskultasi bising usus,catat 3. Hiperglikemia dan
biasanya atau yang diinginkan dengan adanya nyeri abdomen/perut gangguan keseimbangan
nilai laboratorium normal kembung,mual,muntahan cairan dan elektrolit dapat
makanan yang belum sempat menurunkan motalitas/
dicerna,pertahankan keadaan fungsi lambung (distensi
puasa sesuaidengan indikasi. atau ileus paralitik) yang
akan mempengaruhi pilihan
intervensi.

4. Berikan makanan cairan yang 4. Pemberian makanan melalui


mengandung zat oral lebih baik jika pasien
makanan(nutrien) dan elektrolit sadar dan fungsi
dengan segera jika pasien sudah gastrointestinal baik.
dapat mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral.
Dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian
makanan yang lebih padat sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.

7
8

5. Identifikasi makanan yang 5. Jika makanan yang disukai


disukai/ dikehendaki termasuk pasien dapat dimasukkan
kebutuhan etnik/kultural. dalam perencanaan
makanan, kerja sama ini
dapat diupayakan setelah
pulang.

6. Libatkan keluarga pasien dalam 6. Meningkatkan rasa


perencanaan makan ini keterlibatannya :
sesuaidengan indikasi. memberikan informasi
keadaan keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi pasien .
7. Karena metabolisme
7. Observasi tanda tanda karbohidrat mulai
hiperglikemia. Seperti perubahan terjadi( gula darah akan
tingkat kesadaran, kulit berkurang, dan sementara
lembab/dingin,deyut nadi tetap diberikan insulin maka
cepat,lapar, peka ransang, hiperglikemia mungkin
cemas,sakit terjadi tanpa
kepala,pusing,sempayangan. memperlihatkan perubahan
tingkat kesadaran. Ini secara
potensial dapat mengancam
kehidupan yang harus dikaji
dan ditangani secara cepat
melalui tindakan protocol
yang direncanakan.

Kolaborasi 8. Analisa ditempat tidur


8. Lakukan pemeriksaan gula darah terhadap gula darah lebih
dengan menggunakan finger stick. akurat (menunjukkan
keadaan saat dilakukan
9

pemeriksaan ) dari pada


memantau gula dalam urine
(redukai urine) yang tidak
cukup akurat untuk
mendeteksi fluktuasi kadar
gula darah dan dapat
dipengaruhi oleh ambang
ginjal pasien secara
individual atau adanya
retensi urine/gagal ginjal.

9. Gula darah akan menurun


perlahan dengan
9. Pantau pemeriksaan laboratorium, panggantian cairan dan
seperti glukosa darah, terapi insulin terkontrol.
asetton,Ph,dan hco3 Dengan pemberian insulin
dosis optimal,glukosa
kemudian dapat masuk
kedalam sel dan digunakan
untuk sumber kalori. Ketika
hal ini terjadi, kadar aseton
akan menurun dan asidisis
dapat dikoreksi.

10. Insulin
regulermemiliki awitan
cepat dan karenanya dengan
10. Berikan pengobatan insulin cepat pula dapatmembantu
secara teratur dengan metode IV memindahkan glukosa
secara intermiten atau secara kedalam sel. Pemberian
kontinu. Seperti bolus IV diikuti melalui IV merupakan rute
dengan tetesan yang kontinu pilihan utama karena
melalui alat pompa kira kira 5-10 absorpsi dari jaringan
Ul/jam sampai glukosa darah
10

mencapai 250 mg/dl. subkutan mungkin tidak


menentukan / sangat
lambat. Banyak orang
16

2.1.4 Pelaksanaan

Pelaksaan proses keperawatan terdiri dari rangkaian aktivitas keperawatan

dari hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat.

Perawat melakukan pengawasan terhadap aktivitas intervensi yang dilakukan,

bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau

hasil yang diharapkan. Bagian dari pengumpulan data ini memprakarsai tahap

evaluasi proses keperawatan. Implementasi dicatat di CP 4 atau flow sheet yang

spesifik. Pada tahap ini perawat harus melakukan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang ada dalam rencana keperawatan. Tindakan dan respon pasien

tersebut langsung dicatat dalam format tindakan keperawatan. Tulis dengan

kalimat aktif, seperti: rencana keperawatan yaitu Timbang berat badan klien

setiap 3 hari sekali, implementasi: menimbang berat badan klien, respon: berat

badan klien 60 kg (Dinarti, dkk, 2013).

2.1.5 Evaluasi

Menurut Dinarti (2013), evaluasi keperawatan dicatat sesuai dengan setiap

diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data

subjektif (S) data obyektif (O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S dan

O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini

disebut juga evaluasi proses. Semua itu di catat pada formulir catatan

perkembangan (progress note) atau CP5. Petunjuk dokumentasi evaluasi

keperawatan:

1. Tulis waktu dan tanggal pelaksaan evaluasi.

2. Pelaksaan evaluasi disesuaikan dengan kondisi patofisiologis klien,

respon klien.
17

3. Evaluasi keperawatan oleh mahasiswa dengan alasan agar mereka setiap

hari lebih trampil dalam menilai perkembangan klien/pasien.

4. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan

dengan pendekatan SOAP.

5. Lakukan evaluasi sesegera mungkin, terutama jika terjadi perubahan

kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan atau kolaborasi

dokter, misalnya: perawat melihat pasien sesak dengan RR 27 x/menit, lalu

perawat memberikan posisi high fowler dan melakukan kolaborasi dengan

dokter untuk memberikan oksigen 4 liter/menit. Setelah dilakukan tindakan

selama 30 menit, pasien tidak mengeluh sesak lagi dan ketika dilakukan

pemeriksaan RR menjadi normal menjadi 20 x/menit. Ini menandakan

bahwa ada perubahan kondisi setelah dilakukan tindakan dan tindakan yang

diberikan adalah efektif. Evaluasi mengharuskan perawat melakukan

pemeriksaan secara kritikal dan menyatakan respon pasien terhadap

intervensi.

Evaluasi ini terdiri dari dua tingkat, yaitu:

1. Evaluasi formatif atau pernyataan formatif atau biasa juga dikenal

sebagai evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbu

setelah respon ini relatif dapat diamati. Perawat membuat pernyataan

formatif tentang kejadian yang segera timbul. Pernyataan formatif ini

merujuk pada peran perawat terhadap respon pasien yang segera timbul

terhadap intervensi. Perawat melakukan observasi dan melakukan

pengumpulan data dari pasien yang didasari data pada saat sekarang.

Pernyataan formatif atau evaluasi formatif atau evaluasi proses tidak boleh
18

menggunakan rujukan pernyataan yang sudah lalu.Contoh: melakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital. Maka evaluasi formatif yang ditulis adalah

tekanan darah=120/80 mmHg, RR=16 x/menit, N=70 x/menit, suhu=37C.

2. Evaluasi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka

panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian terhadap

perkembangan kemajuan kearah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan.

Ringkasan perkembangan terhadap hasil yang diharapkan akan lebih

sukar,karena membutuhkan informasi-informasi yang lebih banyak yang

harus dipertimbangkan. Sekali ditetapkan dan dipahami, perawat harus

menyatakan respon pasien dan perilaku dalam konteks hari-hari sebelumnya,

minggu ataubulan. Ringkasan ini mengharuskan perawat membuat

pernyataan tentang perkembangan pasien secara luas. Dokumentasi evaluasi

jenis ini meyediakan butir-butir rujukan dimana perawat dapat menghasilkan

perkembangan kearah tujuan.Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini

adalah mengidentifikasi kriteria hasil, mengevaluasi pencapaian tujuan dan

memodifikasi rencana keperawatan. Evaluasi mencakup semua tahap dalam

proses keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi itu

sendiri.

Tujuan evaluasi keperawatan antara lain:

1. Memberikan umpan balik rencana keperawatan.

2. Menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

3. Membandingkan pelayanan keperawatan yang diberikan dengan standar

yang telah ditetapkan.

4. Menilai apakah tujuan dalam rencana tercapai atau tidak.


19

5. Menentukan efektif atau setidaknya tindakan yang telah ditetapkan.

2.2 Diabetes mellitus tipe 2

2.2.1Pengertian

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada

dewasa yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan dan edukasiperawatan

mandirii pada pasien (LeMone, 2017).

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai

kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Margaret, 2012).

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan

karateristik hiperglikemia kronik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua duanya. (Alwi, 2015).

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner & Suddarth, 2014).

2.2.2 Etiologi

Menurut Wijaya & Putri (2013), etiologi diabetes yaitu:

1. Diabetes melitus tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus).

1) Faktor genetik/herediter yaitu peningkatan kerentanan sel-sel beta

dan perkembangan antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel

beta.

2) Faktor infeksi virus yaitu infeksi virus coxsakie pada individu yang

peka secara genetik

3) Faktor imunologi yaiturespon autoimun abnormal yang membuat


20

antibodi menyerang jaringan normal yang dianggapjaringan asing.

2. Diabetes melitus tipe II (NIDDM) meliputi obesitas yaitu obesitas

menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target.

1) Diabetes melitus malnutrisi yaitu kekurangan protein kronik yang

menyebabkan hipofungsi pankreas.

2) Diabetes mellitus tipe lain meliputi penyakit pankreas seperti

pankreatitis, Ca pankreas.

3. Diabetes Melitus Malnutrisi

Kekurangan protein kronik → menyebabkan hipofungsi pankreas

4. Diabetes Melitus tipe lain

1) penyakit pankreas → pankreatitis, Ca pankreas dll

2) penyakit hormonal → acromegaly yang merangsang sekresi sel sel

beta sehingga hiperaktif dan rusak

3) obat obatan :Aloxan, streptozokin → sitotoksin terhadap sel sel beta

4) Derivat thiazide→ menurunkan sekresi insulin

2.2.3 Anatomi fisiologi

1. Anatomi

Sumber: Tarwoto (2015)

Gambar.2.1.Anatomi Pankreas
21

2. Fisiologi

1) Pancreas

Pankreas merupakan organ lunak yang berjalan miring dan

menyilang dinding posterior abdomen, terletak dibelakang lambung dan

terbentang dari duodenum sampai ke limfe. Pancreas merupakakan

kelenjar eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret

yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan

karbohidrat. Sedangkan kelenjar endokrin menghasilkan hormon insulin

dan glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme

karbohidrat. Enzim-enzim pancreas disekresi oleh sel sel acinar (Niman,

2013).

Fungsi pancreas, antara lain: (1) fungsi eksokrin (acinar), yang

membentuk getah pancreas yang berisi enzim-enzim pencernaan dan

larutan berair yang mengandung ion bikarbonat (HCO3) dalam

konsentrasi tinggi. Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui

duktus pancreas, yang menyatu melalui duktus empedu comunis dan

masuk ke duodenum di titik ampula hepato pankreas. Getah pankreas ini

dikirim kedalam duodenum melalui duktus pankreatikus, yang bermuara

pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum. Pankreas

menerima darah dari arteri pankreatica dan mengalirkan darahnya ke

vena cava inferor melalui vena pankreatica, dan (2) fungsi endokrin

( pulau Langerhans), sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk

pulau-pulau kecil atau kepulauan Langerhans, yang bersama sama

membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin dan glucagon


22

yang langsung dialirkan kedalam peredaran darah di bawa ke jaringan

tanpa melewati duktus untuk membantu metabolism karbohidrat

(Niman, 2013).

Pankreas terdiri dari labulus-labulus, masing-masing terdiri dari satu

pembuluh kecil yang mengarah pada duktus utama dan berakhir pada

sejumlah alveoli. Alveoli dilapisi oleh sel-sel yang mengsekresi enzim

yang disebut tripsinogen, amylase, dan lipase.

Adapun batas-batas dari bagian pankreas adalah sebagai berikut: 1).

Kaput pankreas meluas ke kanan sampai pada lengkungan duodenum,

terletak sebelah anterior dari vena cava inferior dan vena ranalis kiri, 2).

Processus uncinatus yang merupakan bagian dari kaput pankreas terletak

dibawah vena mesenterika superior, 3). Kolum pankreas yang

merupakan hubungan antara korpus dan kaput pankreas terletak diatas

pembuluh darah mesenterika superior dan vena porta, 4). Korpus

pankreas, dan 5). Kauda pankreas terletak pada ligamentum lienorenal

dan berakhir pada hilus limpa (Wijaya & Putri, 2013).

2) Kelenjar endokrin

Kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau Langerhans yang

menghasilkan hormon. Hormon merupakan zat organik yang mempunyai

sifat khusus untuk pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu

organ atau sistem. Sel-sel pulau Langerhans tersusun atas sel Alfa yang

menghasilkan hormone glucagon, sel-sel Beta yang menghasilkan insulin,

sel Delta yang menghasilkan somatostatin dan sel F yang menghasilkan

polipeptida pankreatik ( Tarwoto, 2015).


23

Hormon-hormon yang dihasilkan oleh pankreas yaitu antara lain:

1). Hormon glukagon

Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus yang mengandung

residu asam amino. Sasaran utama glukagon adalah hati, yaitu dengan

mempercepat konvensi glukagen dalam hati dari nutrisi lainnya seperti asam

amino, gliserol dan asam laktat menjadi glukosa (glukoneogenesio). Sekresi

glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem

feed back negative.Ketika gula darah menurun maka akan merangsang sel

sel alfa untuk mensekresi glukagon, demikian juga sebaliknya jika gula

darah meningkat maka produksi glukagon juga disebabkan karena hormone

samatostain.

Secara umum fungsi dari glukagon akan dihambat. Hambatan produksi

glukagon juga disebabkan karena hormon samatostatin. Secara umum fungsi

dari glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa, mensintesis

glukosa dari asam laktat dan dari molekul non karbohidrat seperti asam

lemak dan asam amino serta pembebasan glukosa kedarah oleh sel-sel hati

(Tarwoto, 2015).

2). Hormon insulin

Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau Langerhans pada pancreas,

merupakan hormone peptide yang tersusun oleh dua rantai asam amino dan

dihubungkan melalui jembatan disulfide. Insulin dibentuk di reticulum

endoplasma sel B, kemudian dipindahkan ke apparatus golgi selanjutnya ke

kapiler dan endotel apiler yang berpori untuk mencapai aliran darah. Insulin

diproduksi dalam jumlah sedikit (Tarwoto, 2015).


24

2.2.4 Patofisologi

Defisiensi insulin

Glukagon ↑ Penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

Glukogeogenesis Hiperglikemia

Lemak Protein Glycosuria

Ketogenesis BUN Osmotic

diuresis
Kekurangan
Ketonemia Nitrogen urine↑ Dehidrasi volume
cairan

Mual muntah ↓pH

Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi Asidosis Trombosis


Kurang dari Kebutuhan
 Koma
 kematian
Aterosklerosis

Makrovaskuler

Mikrovaskuler

Jantung serebral ekstremitas Retina

ginjal Retinopati Nefropati


Nyeri Akut
diabetic
Miokard infark Stroke Ganggren

Ggn Integritas Kulit Ggn penglihatan Gagal Ginjal

Resiko Injury
(Sumber: Padila, 2014)
25

2.2.5 Manifestasi klinis

No Gejala DM Tipe 1 DM Tipe 2

1. Polyuria ++ +
2. Polydipsia ++ +
3. Polyphagia ++ +
4. Kehilangan BB ++ -
5. Pruritus + ++
6. Infeksi kulit + ++
7. Vaginitis + ++
8. Ketonuria ++ -
9. Lemah, lelah dan pusing ++ +

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan

tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat

perhatian adalah:

1. Keluhan klasik

1) Banyak kencing (poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan

sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

2) Banyak minum ( polydipsia)

Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan

yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.

Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang

berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.

3) Banyak makan ( polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes

mellitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negative,

sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa

lapar itu penderita banyak makan.


26

4) Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relative singkat

harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang

menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga yang mencolok.

Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel,

sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk

kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain

yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak

dan otot sehingga menjadi kurus.

2. Keluhan lain

1) Gangguan saraf tepi/kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di

waktu malam hari, sehingga menggangu tidur.

2) Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang

mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar

tetap dapat melihat dengan baik.

3) Gatal/bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan

daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula

dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

4) Gangguan ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering

tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait


27

dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan

masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan

seseorang.

5) Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering

ditemukakan dan kadang-kadang merupakan satu satunya gejala yang

dirasakan (Wijaya & Putri, 2013).

2.2.6 Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut:

1. Tipe 1: diabetes mellitus tergantung insulin(IDDM)

2. Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya

4. Diabetes mellitus gestasional (GDM) (Padila, 2014).

2.2.7 Komplikasi

1. Komplikasi Metabolic

2. Ketoasidosis diabetic

3. HHNK ( hiperglikemik hyperosmolar non ketotik)

4. Mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) dan neuropati

5. Makrovaskular (MCI, stroke, penyakit vascular perifer) (Wijaya & putri,

2013).

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik pada diabetes yaitu pemeriksaan

glukosa darah sewaktu, pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan tes
28

toleransi.Kiteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus ada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan yaitu glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L), glukosa

plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L), dan glukosa plasma dari sampel yang

diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat 2 jam post

prandial (pp) >200 mg/dl (Hasdaniah, 2014).

2.2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diabetes melitus didasarkan pada :

1. rencana diet

2. latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik

3. agen agen hipoglikemik oral

4. terapi insulin

5. pengawasan glukosa dirumah

6. pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah

penyakit kronik, dan pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar

bagaimana menyesuaikannya agar tercapai control metabolik yang optimal.

Pasien dengan diabetes tipe I adalah defisiensi insulin dan selalu

membutuhkan terapi insulin. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 terdapat

resitensi insulin dan defesiensi insulin relative dan dapat ditangani tanpa

insulin (Sylvia A. price & Lorraine M. Wilson, 2015).

2.3 Nutrisi pada diabetes melitus

2.3.1 Pengertian

Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk


29

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta

menghasilkan energi (Supariasa, 2016).

Nutrisi pada diabetes melitus adalah bagian dari perencanaan dan

penatalaksanaan therapy pada klien diabetes secara total dalam proses

penyembuhan (Almatsiar, 2017).

2.3.2 Tujuan nutrisi diabetes melitus

Tujuan diet penyakit diabetes melitus adalah, membantu pasien

memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan control

metabolic yang lebih baik, dengan cara:

1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan

menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau

exogenous), dengan obat penurunan glukosa oral dan aktifitas fisik.

2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida dan aktifitas fisik

3. Memberi cukup energy untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal.

4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan

insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama

serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.

5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

optimal (Almatsier, 2017).

2.3.3Gangguan Nutrisi Pada Diabetes Melitus Tipe II

Adapun gangguan nutrisi pada penderita diabetes melitus diantaranya yaitu:

1. Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan

kurangnya pengetahuan terhadap kebutuhan makanan dengan minuman oral


30

yang ditandai dengan intake energi dan protein kurang dibandingkan standar

kebutuhannya.

2. Kelebihan intake karbohidrat berkaitan dengan diabetes mellitus yang

ditandai dengan hiperglikemia,HBA1c lebih dari normal dan intake

karbohidrat lebih dari kebutuhan.

3. Ketidaksesuaian intake jenis karbohidrat berkaitan dengan kurangnya

pengetahuan/informasi tentang jenis karbohidrat yang diperlukan .

4. Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus berkaitan dengan

gangguan metabolik endokrin (penyakit diabetes mellitus) yang ditandai

dengan ke tidak normalan kadar glukosa.

5. Perubahan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan

kekurangan makanan yang ditandai dengan penurunan berat badan 10%

dalam waktu 3 bulan.

6. Kepercayaan yang salah terhadap makanan berkaitan dengan informasi

yang tidak benar mengenai makanan yang ditandai dengan intake makanan

tidak seimbang.

7. Kurangnya kemampuan memonitor diri sendiri berkaitan dengan

ketidaksiapan untuk melakukan diet/mengubah pola hidup yang ditandai

dengan asupan karbohidrat lebih dari kebutuhan (Hardiansyah & Supariasa,

2017).

2.3.4 Pengaturan Nutrisi Pada Diabetes Melitus

Pengaturan gizi menurut Hardiansyah & Supariasa (2017), pada penderita

diabetes melitus yang baik dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

1. Penyediaan makanan dan zat gizi


31

Penderita diabetes melitus tipe 2, penyediaan makanan bertujuan untuk

mengendalikan gula darah, lipid darah, dan hipertensi. Penurunan berat

badan dan diet rendah kalori (pada penderita yang gemuk) biasanya hanya

memperbaiki kontrol glikemik jangka pendek dan berpotensi meningkatkan

kontrol metabolik jangka lama. Penurunan berat badan ringan atau

sedang(5-10 kg), sudahterbukti meningkatkan kontrol diabetes, walaupun

berat badan ideal belum tercapai.

Prinsip pengaturan makan pada penderita DM tidak berbeda dengan

prinsip pengaturan pada orang sehat yaitu makanan yang beragam, bergizi,

seimbang, aman dan halal menurut agama dan kepercayaan masing-masing

(B2SAH), dengan memperhatikan jumlah kalori dan zat gizi yang

dibutuhkan, jenis bahan makanan dan atau makanan yang dikonsumsi serta

keteraturan jadwal makan. Istilah yang sering digunakan adalah “prinsip

tepat 3J” yaitu tepat jumlah kalori dan zat gizi, tepat jenis3J” yaitu tepat

jumlah kalori dan zat gizi, tepat jenis bahan makanan dan atau makanan,

tepat jadwal makan.

2. Tepat jumlah kalori dan zat gizi yang dibutuhkan

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat

badan ideal yaitu berat badan sesuai dengan tinggi badan. Berat badan ideal

dapat dihitung berdasarkan rumus brocca yang dimodifikasi sebagai berikut:

Berat badan ideal + 90% (tinggi badan dalam cm-100) x 100%. Bagi pria

dengan tinggi badan < 160 cm dan wanita dengan tinggi badan <150cm,

rumus yang digunakan adalah: Berat badan ideal = (tinggi badan dalam cm-

100) x 1 kg
32

Perhitungan berat badan menurut PERKENI adalah sebagai berikut:

1) Berat badan ideal laki-laki = (tinggi badan dalam meter) x 22,5 kg

2) Berat badan ideal perempuan = (tinggi badan dalam meter) x 21 kg.

Fakto-faktor yang menentukan kebutuhan energi:

1) Jenis kelamin: untuk wanita lebih kecil dibandingkan pria, energibasal

pada wanita dapat dipakai angka 25 kkal/kg BB/hari dan pada pria 30

kkal/kgBB/hari.

2) Umur

1. Kebutuhan bayi dan anak lebih tinggi dari pada orang dewasa, dalam

tahun pertama mencapai 112 kkal/kgBB/hari.

2. Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kkal tiap tahunnya.

3. Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5%

untuk tiap dekade antar 50-59 tahun, dan seterusnya.

3) Aktivitas fisik/pekerjaan

1. Keadaan istirahat/bedrest:kebutuhan kalori basal + 10%.

2. Ringan kebutuhan kalori basal + 20%.

3. Sedang (pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang

tidak perang) kebutuhan kalori basal + 30%.

4. Berat (petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit)

kebutuhan kalori basal + 40%.

5. Sangat berat (tukang becak, tukang gali, pandai besi) kebutuhan

basal+50%

4) Kehamilan/laktasi: trimester 1 diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan

pada trimester ll dan lll diperlukan tambahan sebanyak 550 kkal/hari.


33

5) Adanya komplikasi: infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan

kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap

kenaikan 1oC.

6) Berat badan: bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau

ditambahkan sekitar 20-30% bergantung pada tingkat kegemukan atau

kekurusannya.

Cara lain yang dapat digunakan utuk menghitung kebutuhan adalah menggunakan

tabel .

Tabel 2.3 Langkah-Langkah Perhitungan Energi.

1. Hitung berat badan BBI = (a) A


Ideal ♀: BBI= (TB dalam m¿ 2

♂: BBI= (TB dalam m¿2


2. Hitungan energi basal Energi basal = axb = c
♀: 30 kkal/kgBB (b) (c)
♂: 25 kkal/kgBB (b)
3. Hitung energi untuk Faktor Aktivitas (d) Energi untuk dxc = e
aktivitas Bedrest (10%) aktivitas = (e)
Ringan (20%)
Sedang (30%)
Berat (40%)
Sangat berat (50%)

4. Hitung energi untuk Faktor stres (f) Energi untuk fxc = g


kondisi stres 10%: DM murni stres = (g)
50%: sirosi, kanker
10-25%: luka bakar 10%
25-50%: luka bakar 25%
50-100%:luka bakar 50%
10-20%:CHF,bedah
minor, CVA
20-40%: Infeksi
50-80%:Sepsis, post-
operasi elektif

5. Hitung energi untuk faktor koreksi umur (h): Koreksi umur hxc = i
koreksi umur 40-50 tahun: -5% = (i)
50-60 tahun:-10%
Dan seterusnya setiap
kenaikan 10 tahun -5%
34

6. Hitung kebutuhan energi Energi basal + aktivitas +


total stres-koreksi umur
(c+e+g-i)

Sumber: (Hardiansyah & Supariasa,2017).

Cara yang lebih mudah adalah dengan pegangan kasar, yaitu: untuk

penderita kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori dan gemuk 1300-

1500 kalori, komposisi energi sebagai berikut:

1. 45-65% dari karbohidrat, pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari

tidak dianjurkan, sukrosa < 5% total energi dan serat dianjurkan sekitar 25

gram/1000 kalori/hari.

2. 10-20% dari protein, pada penderita DM dengan nefropati perlu

penurunan protein menjadi 0,8 g/kgBB/hari (65% dari protein bernilai

biologis tinggi).

3. 20-25% dari lemak, dengan asam lemak jenuh < 7%, dan kandungan

kolestrol < 300 mg/hari (Hardiansyah & Supariasa,2017).

Tabel 2.4 Kebutuhan Kalori Penderita Diabetes Melitus

Kalori/kg berat badan ideal

Status gizi Kerja santai Sedang Berat


Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50

Sumber: (Hardiansyah & Supariasa, 2017).

Menurut Tarwoto (2015), Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan

(kurus, ideal, obesitas), jenis kelamin, usia, aktivitas fisik. Penentuan jumlah

kalori Diit Diabetes Mellitus dilaksanakan dengan menghitung Percentage of


35

Relative Body Weight (RBW) atau BBR = Berat Badan Normal dengan rumus

yang diberikan adalah sebagai berikut:

BB( Kg)
BBR = x 100 %
TB ( cm ) −100

Keterangan:

1. Kurus (Underweight) : BBR < 90%

2. Normal (Ideal) : BBR 90 – 110%

3. Gemuk (Overweight) : BBR > 110%

4. Obesitas, apabila : BBR > 120%

1) Obesitas ringan : BBR 120 - 130%

2) Obesitas sedang : BBR 130 - 140%

3) Obesitas berat : BBR 140 – 200%

Tabel 2.5 Kriteria Indeks Glikemik

Kategori Rentang indeks glikemik

IG rendah <55
IG sedang (intermediate) 55-70
IG tinggi >70

(Sumber: Hardiansyah & Supariasa, 2017).

3. Tepat Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Jenis diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan diabetes

melitus dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan

karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet diabetes melitus


36

sebagaimana dapat dilihat didalam tabel 2.5 penetapan diet ditentukan oleh

keadaan klien, jenis diabetes melitus, dan program pengobatan secara

keseluruhan.

Tabel 2.6 Jenis Diet Diabetes Melitus Menurut Kandungan Energi, Protein,

Lemak, dan Karbohidrat

Jenis diet Energi Protein Lemak Karbohidrat


( kkal) (g) (g) (g)

I3 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51.5 36.5 235
IV 1700 55.5 36.5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
(Almatsiar, 2005)

4. Tepat jumlah bahan Makanan Sehari-hari

Penderita diabetes melitus dianjurkan memilih jenis bahan makanan

maupun makanan yang tidak cepat meningkatkan kadar glukosa darah.

Bahan makanan atau makanan yang cepat saji meningkatkan kadar glukosa

darah dikatakan memilih indeks glikemik (IG) tinggi (Hardiansyah&

Supariasa, 2017).

Jumlah bahan makanan sehari untuk tiap standar diet diabetes melitus

dinyatakan dalam satuan penukaran (dalam tabel 2.6). Daftar bahan

makanan penukar yang digunakan adalah daftar bahan makan penukar II.

Pembagian makanan sehari untuk tiap standar diet diabetes melitus dapat

dilihat pada tabel 2.6. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet diabetes melitus

sebagaimana dapat dilihat didalam tabel 2.5 penetapan diet ditentukan oleh

keadaan klien, jenis diabetes melitus, dan dalam program pengobatan secara
37

Tabel 2.7 Jumlah Makanan Sehari Menurut Standar Diet Diabetes Melitus

(Dalam Satuan Penukar II )

Golongan bahan makanan Standar Diet


1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Kkal kkal kkal kkal kkal kkal kkal kkal
Nasi atau penukar 1 3 4 5 1 6 7 1
2 5 7
2 2 2
Ikan atau penukar 2 2 2 2 2 2 2 2
Daging atau penukar 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe atau penukar 2 2 1 1 3 3 3 5
2 2
2 2
Sayuran atau penukar A S S S S S S S S
Sayur atau penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2
Buah atau penukar 4 4 4 4 4 4 4 4
Susu atu penukar - - - - - - 1 1
Minyak atau penukar 3 4 4 4 6 7 7 7
(Almatsiar, 2005)

5. Tepat/Teratur Jadwal/Waktu Makan

Salah satu tujuan khusus pengaturan makanan untuk penderita DM

adalah menghindari kadar glukosa dan lemak darah yang tinggi, atau dengan

kata lain mengendalikan diabetesnya. Apa, kapan, dan berapa banyak yang

dimakan penderita perlu diperhatikan. Makan dengan porsi kecil dalam

waktu tertentu membantu memperbaiki kadar glukosa darah.

Makan teratur (makan pagi, makan siang, dan makan malam serta snack

antar-makan) akan memungkinkan glukosa darah turun sebelum makan

brikutnya. Porsi yang besar akan mengakibatkan banyak glukosa dalam

tubuh sehingga tubuh tidak dapat memberikan cukup insulin yang efektif

untuk menurunkan kadar glukosa darah (Hardiansyah & Supariasa, 2017).

Pada saat ini di negara barat terutama AS terdapat kecenderungan

penggunaan insulin (kombinasi insulin basal dan analog seperti rapid

insulin) pada diabetes melitus tipe 1 maupun diabetes melitus tipe 2 dari
38

pada OAD/OHO sehingga problemnya bukan lagi hiperglikemia tetapi

hipoglikemia dan obesitas. Akibatnya terjadi perkembangan obat baru dan

metode diet diabetes yang baru (Hardiansyah & Supariasa, 2017).

Metode diet baru yang berkembang adalah metode carbohydrat counting

yaitu suatu pendekatan dalam perencanaan makanan yang menekankan

konsistensi konsumsi karbohidrat pada suatu saat khusus dalam suatu hari

untuk 1x jadwal makan, bukan hanya sekedar jenis karbohidrat. Bagi

penderita DM dengan penggunaan metode ini diperlukan untuk

mengidentifikasi jenis insulin yang dikonsumsi (Hardiansyah & Supariasa,

2017).

Pada metode ini dihitung jumlah kalori yang terdapat pada berbagai

makanan yang akan dikonsumsi dengan satuan sajian karbohidrat (SK) yang

ada dengan 15 g karbohidrat. Dari asupan makanan pertama kali makan atau

makanan selingan dapat diketahui jumlah sajian karbohidratnya. Dengan

sistem carbohydrate counting yang dihitung hanya bahan makanan yang

mengandung karbohidrat. Makanan dengan kandungan karbohidrat yang

sama, tidak selalu mengandung zat gizi lain yang sama (Hardiansyah &

Supariasa, 2017).

Kelebihan carbohydrate counting salah satunya memberikan jumlah

total karbohidrat yang lebih mudah dibandingkan dengan pengaturan diet

ketat yang sering gagal. Keuntungan lainnya adalah kontrol glikemik lebih

baik karena lebih dapat disesuaikan dengan dosis insulin dan mudah

menentukan pilihan makanan yang bervariasi. Disamping itu carbohydrate


39

counting memberikan keleluasaan terhadap aktivitas jasmani tanpa disertai

risiko hipoglikemia atau hiperglikemia.

Tepat jumlah lebih utama dibandingkan tepat jenis, oleh sebab itu, dalam

menu makanan sehari-hari, penderita DM dapat makan sesuai dengan menu

keluarga. Dalam susunan menu sehari-hari harus seimbang, terdiri dari

sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah-buahan.

Tabel 2.8 Pembagian Makanan Sehari Tiap Standar Diet Diabetes Melitus

dan Nilai Gizi (Dalam Satuan Penukar II)

Energi kkal 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Pagi
Nasi 1 1 1 1 1 1 1 2
1 1 1
2 2 2 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe - - 1 1 1 1 1 1
2 2
Sayuran A S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Pukul 10:00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1
Siang
Nasi 1 1 2 2 2 1 3 3
2
2
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3
Pukul 16.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Malam
Nasi 1 1 1 2 2 2 1 1
2 2
2 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Nilai gizi
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (g) 43 45 51,1 55,5 60 62 73 80
40

Lemak (g) 30 35 36,5 36,5 48 53 59 62


KH (g) 172 192 235 275 299 319 369 396
Keterangan: S = sekehendak

Sumber: (Almatsiar, 2017)

Tabel 2.9 Contoh Menu Sehari Diet DM 1900 Kkal

Waktu Bahan makanan Penukar Urt Menu

Pagi Nasi 1 1 gls Nasi


1 p
2
Telur ayam 1p 1 bir Telur dadar
Tempe 1p 2 ptg sdg Oseng-oseng tempe
Sayuran A S Sop oyong+tomat
Minyak 2p 1 sdm
Pukul 10.00 Buah 1p 1 ptg sdg Pepaya
Siang Nasi 2p 1 Nasi
1 gls
2
Ikan 1p 1 ptg sdg Pepes ikan
Tempe 1p 2 ptg sdg Tempe goreng
Sayuran B 1p 1 gls Lalapan kacang panjang + kol
nenas
Buah 1p 1 Nenas
ptg sdg
4
Minyak 2p 1 sdm
Pukul 16.00 Buah 1p Buah Pisang
Malam Nasi 2p 1 Nasi
1 gls
2
Ayam tanpa kulit 1p 1 ptg sdg Ayam bakar bb kecap
Tahu 1p 1 bh bs Tahu bacem
Sayuran B 1p 1 gls Stup buncis + wortel
Buah 1p 1 ptg sdg Pepaya
Minyak 2p 1 sdm
Sumber: (Almatsiar, 2017)

NILAI GIZI

Energi 1912 kkal Karbohidrat 299 g (62,5% energi total)

Protein 60 g (12,5 % energi total ) Kolesterol 303 mg

Lemak 48 g (22,5 % energi total) Serat 37 g

2.3.5 Syarat Diet Pada Klien Diabetes Mellitus


41

Syarat-syarat diet Diabetes mellitus adalah:

1. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal

kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk

metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan

untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi

serta ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu

makan pagi 20%, siang 30%, dan sore 25%, serta 2-3 porsi kecil untuk

makanan selingan (masing-masing 10-15%).

2. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,

dalam bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh,

10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak

jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg/hari.

4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-

70 %.

5. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak

diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa

darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai

5% dari kebutuhan energi total.

6. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah

bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang

bergizi dan yang tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah frukrosa, gula

alkohol berupa sorbital, manitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif

hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari


42

kebutuhan energi total dapat meningkatkan koleterol dan LDL, sedangkan

gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh laksatif.

7. Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air

yang terdapat didalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi

kebutuhan serat sehari.

8. Klien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi

natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari.

Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.

9. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan

(Almatsiar, 2017).

2.3.6 Bahan Makanan Yang Dianjurkan

Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes melitus adalah sebagai

berikut:

1. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong,

ubi, dan susu.

2. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu krim,

tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus,

disetup, direbus, dan dibakar (Almatsiar, 2017).

2.3 7 Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan (Dibatasi/dihindari)

Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet

diabetes melitus yaitu:


43

1. Mengandung banyak gula sederhana, seperti:

1) Gula pasir, gula jawa.

2) Sirop, jam , jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu

kental manis, minuman botol ringan, dan es krim.

3) Kue-kue manis, dodol, cake, dan tarcis.

2. Mengandung banyak lemak, seperti: cake, makan siap saji (fast food),

goreng-gorengan.

3. Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan

yang diaswetkan (Almatsiar, 2017).

2.3.8 Edukasi Nutrisi Pada Diabetes Mellitus

Edukasi nutrisi merupakan proses formal dalam melatih keterampilan atau

membagi pengetahuan yang membantu klien untuk mengelola atau memodifikasi

diet dan perubahan perilaku secara sukarela. Diabetes mellitus merupakan

penyakit yang berhubungan dengan gangguan hidup. Oleh sebab itu, diperlukan

keseimbangan antara berbagai kegiatan yang merupakan bagian integral dari

kegiatan rutin sehari- hari seperti makan, tidur, bekerja dan lain-lain.

Pengaturan jumlah serta jenis makanan serta olah raga merupakan

pengobatan yang tidak dapat ditinggalkan, walaupun dalam kenyataannya banyak

diabaikan oleh penderita diabetes melitus dan keluarganya. Oleh sebab itu,

pemberian edukasi atau penyuluhan khususnya tentang pengaturan makanan pada

penderita diabetes melitus dan keluarganya mutlak diperlukan. Penderita diabetes

melitus yang mempunyai pengetahuan cukup diharapkan akan mengubah

perilakunya untuk hidup sehat sehingga akan dapat mengendalikan kondisi

penyakitnya agar dapat hidup lebih berkualitas.Sasaran langsung edukasi adalah


44

penderita diabetes melitus, tetapi untuk mencapai program yang berdaya guna

sekaligus berhasil guna, sasaran tidak langsung juga.

2.3.9 Monitoring Dan Evaluasi Gizi

Monitoring dilakukan untuk mengkaji ulang dan mengukur secara terjadwal

indikator asuhan gizi dari status gizi penderita diabetes melitus sesuai dengan

kebutuhan yang ditentukan, diagnosis gizi, intervensi yang diberikan dan hasil

yang diharapkan, sedangkan evaluasi gizi merupakan kegiatan membandingkan

secara sistemik data-data yang ada saat ini dengan status sebelumnya, tujuan

intervensi, efektivitas asuhan gizi secara umum atau rujukan standar.

Ahli gizi harus berpikir kritis untuk menentukan indikator yang sesuai,

menentukan data yang tepat untuk perbandingan, menentukan proses penderita

berkaitan dengan hasil yang diharapkan, menentukan penyebab perbedaan antara

hasil yang dicapai berbeda dengan harapan, menentukan hal-hal yang dapat

membantu atau menghambat perbaikan serta menentukan berapa lama penderita

diabetes melitus mendapatkan asuhan gizi.

Oleh sebab itu, penderita diabetes melitus harus selalu dianjurkan untuk

memeriksa kondisinya berkaitan dengan monitoring dan evaluasi yang dilakukan

oleh ahli gizi dan tim medis atau paramedis yang lain dalam rangka meningkatkan

kualitas hidupnya (Hardiansyah & Supariasa, 2017).

Anda mungkin juga menyukai