Anda di halaman 1dari 7

Bionature Vol.

11 (2):
Peranan Lifestyle Hlm: Kejadian
terhadap 100 - 106,Pra-Diabetes
Oktober 2010di Kota Makassar
100
ISSN: 1411-4720

Peranan Lifestyle terhadap Kejadian Pra-Diabetes di Kota Makassar


(The Role of Lifestyle in The Incidence of Pre-Diabetic at The City of Makassar)

1 2 3
Kadek Ayu Erika , Ilhamjaya Patellongi , A. Mushawwir Taiyeb
1
Keperawatan FK Universitas Hasanuddin
2
Fisiologi FK Universitas Hasanuddin
3
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar

Abstract

Impaired Glucose Tolerance (IGT) is defined as an early phase of Diabetic Type-2 process. IGT
shows an occurance of early phase of Diabetic and asymptomatic. The prevalence is increased in accordance
to poor or unhealthy lifestyle such as over consuming of carbohydrate and lack of physical excercises. The
aim of the study was to analyze the correlation between lifestyle and individual with obesity, obesity and
pre-diabetic, and lifestyle with pre-diabetic.The study was conducted at the Kassi-Kassi Public Health Center
in Makassar from May to July 2009. The study was a case control study. The number of samples was 54
people selected by purposive sampling. The sampling were divided into 27 pre-diabetic individuals and 27
individuals with normal blood glucose. The data were collected through structured interview and
questionnaire. The measurement of height, weight, waist circumference, blood pressure, and blood samples
was done twice after fasting 12 hours for fasting blood glucose and oral glucose tolerance test. The data were
analyzed by using univariate, bivariate with chi square, and independet t-tes and Mann-Whitney test. The
result of the study indicate that lifestyle has a role in the incident of pre-diabetic in which p = 0,021.Lifestyle
has been proved affecting pre-diabetic event trought obesity. This research shows a correlation between
lifestyle and obesity, and also connection between obesity and pre-diabetic incident.

Keywords : Lifestyle, obesity, pre-diabetic


A. Pendahuluan
Perubahan lifestyle (gaya hidup) lingkungan seperti lifestyle berupa kebiasaan
masyarakat saat ini disebabkan oleh urbanisasi, mengkonsumsi karbohidrat yang berlebihan dan
westernisasi, modernisasi sebagai faktor resiko latihan fisik yang kurang, sehingga mengalami
timbulnya diabetes (Tandra H.,2008 ; Arifin, peningkatan berat badan yang berlebihan,
AL,1995). Kemudian, penyakit diabetes tidak sedentary life (hidup santai), merokok dan
dirasakan oleh pasien pada stadium awal sehingga alkohol. Dan resiko terkena diabetes akan
tidak diketahui lebih dini dan baru terdiagnosa semakin meningkat apabila usia di atas 40 tahun.
setelah timbul komplikasi (Alberti,KGM,1996, (Irawan, Y.,2004 ; Tandra H.,2008).
ADA, 1998). Komplikasi ini akan menurunkan Penelitian klinis terbaru melaporkan
kualitas hidup dan produktivitas seseorang yang bahwa perubahan pola hidup dan atau pendekatan
mengalaminya (Tjokroprawiro, 2001). farmakoterapi pada individu dengan TGT dapat
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) menurunkan risiko kejadian diabetes (Lawrence,
merupakan stadium pra-diabetes, yang merupakan G.S., et al,2004). Intervensi perubahan gaya
fase dalam perjalanan penyakit diabetes tipe-2. hidup seperti makanan rendah kalori, rendah
Penelitian dasar dan klinis yang telah lemak dan aerobic exercise dapat menurunkan
dipublikasikan menunjukkan bahwa fenotipik berat badan dan meningkatkan sensitivitas insulin
diabetes dapat digambarkan sebagai keadaan yang serta mengurangi resiko terjadinya diabetes
menyerupai “fenomena gunung es” (Lawrence, (Warnken, Kelsberg & Bryant, 2005; Mercola,
G.S., et al,2004). Hal ini terbukti di negara 2005). Penelitian menunjukkan bahwa manfaat
berkembang diagnosis DM hanya ditemukan 1 exercise pada penderita diabetes dapat
penderita dari 5 penduduk yang seharusnya DM. menurunkan glukosa darah, mengubah sensitivitas
(Darmono,1996). Prevalensi dari diabetes insulin atau meningkatkan kemampuan sel untuk
meningkat bila terdapat peningkatan resiko merespon insulin, memperkuat jantung,
Peranan Lifestyle terhadap Kejadian Pra-Diabetes di Kota 10
meningkatkan kerja otot dan mengurangi lemak digital dan pengukur tinggi badan microtoise,
serta mencegah efek diabetes (Mercola, 2005 ; 2
IMT dengan rumus BB/(TB) , TDS dan TDD
Mirkin,G, 2007). Exercise teratur sangat penting menggunakan sphygmomanometer air raksa,
dan membantu seseorang mengontrol kadar lingkar pinggang dengan meteran. Untuk
glukosa darah dan peningkatan HDL dan pemeriksaan laboratorium dilakukan pengambilan
kolesterol. Exercise yang kurang, diet yang buruk, darah subyek oleh petugas laboratorium Prodia.
perokok dan pemakai alkohol sangat berkaitan Pengambilan darah di daerah lipatan siku
erat dengan peningkatan resiko diabetes (Hu FB, (mediana kubiti) sebanyak 2 kali. Kriteria Pra-
et al., 2001). diabetes adalah stadium awal terjadinya diabetes
Penelitian ini bertujuan menganalisis melitus yaitu kondisi individu dengan hasil
peranan lifestyle terhadap kejadian pra-diabetes. pemeriksaan didapatkan GDPT: 100-125 mg/dl
dan atau TGT: 144-179 mg/dl.
B. Metode Penelitian Analisa statistik menggunakan SPSS for
Subyek penelitian adalah individu pra- Windows versi 14,0, dengan tingkat kemaknaan
diabetes melitus dan kadar gula darah normal (signifikansi) yang digunakan p <0,05. Deskriptif
yang dipilih dengan metode purposive sampling secara umum dengan metode analisis univariat
yaitu memilih sampel yang memenuhi kriteria untuk perhitungan nilai minimum, maksimum,
inklusi dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang. rerata atau median dan standar deviasi, dan
Mereka berdomisili di wilayah kerja Puskesmas frekuensi. Perbedaan antara peranan lifestyle dan
Kassi-Kassi Kota Makassar. Sampel terbagi 27 obesitas terhadap kejadian pra-diabetes
individu pra-diabetes dan 27 individu dengan gula digunakan uji parametrik independent t-test untuk
darah normal. Penderita bersedia dan mengisi parameter yang berdistribusi normal, sedangkan
informed consent, berjenis kelamin laki-laki yang tidak berdistribusi normal digunakan uji non
berusia 30-65 tahun, Subjek dikeluarkan dari parametrik Mann-Whitney.
penelitian jika tidak mengikuti seluruh prosedur
pemeriksaan laboratorium dan pengukuran BB, C. Hasil dan Pembahasan
TB, TD dan LP. Penelitian ini telah mendapatkan Subyek penelitian berjumlah 54 orang
persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran yang terdiri 27 individu pra-diabetes dan 27
Universitas Hasanuddin. Semua sampel yang individu dengan gula darah normal. Umur rerata
terpilih, dilakukan pengukuran oleh tim terlatih responden pada kelompok pra-diabetes adalah 45
sebanyak 5 orang meliputi pengukuran BB, TB, tahun (SD = 30-65). Karakteristik data responden
TD. Pengukuran BB menggunakan timbangan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Data Responden
Variabe Rerata Median Simpang Minimum Maksimum
l baku
Umur kelompok pra-diabetes 45,48 45 10,93 30 65

Umur kelompak gula darah normal 49,33 50 11,215 33 65


Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 2 tabulasi silang antara Sedangkan berdasarkan parameter IMT dengan
parameter lifestyle dengan kejadian pra-diabetes kejadian pra- diabetes adalah pada kelompok pra-
adalah pada kelompok pra- diabetes frekuensi diabetes frekuensi terbanyak adalah IMT dengan
terbanyak adalah lifestyle dengan kategori cukup kategori obesitas yaitu 15 (55,6%) dan pada
baik yaitu 20 (74,1%) dan pada kelompok gula kelompok gula darah normal frekuensi terbanyak
darah normal frekuensi terbanyak adalah lifestyle adalah IMT dengan kategori obesitas yaitu 12
dengan kategori cukup baik yaitu 14 (51,9%). (44,4%).
Peranan Lifestyle terhadap Kejadian Pra-Diabetes di Kota 10

Tabel 2. Tabulasi Silang Peranan Lifestyle Terhadap Kejadian Pra-Diabetes


Kejadian Pra-Diabetes
Pra-diabetes Normal
N % n %
Lifestyle
Kurang 1 3,7 0 0
Cukup baik 20 74,1 14 51,9
Sangat baik 5 18,5 13 48,1
Sempurna 1 3,7 0 0
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas 15 55,6 12 44,4
Pre-obesitas 7 25,9 5 18,5
Normal 4 14 7 25,9
IMT kurang 1 3,7 3 11,1

TOTAL 27 100 27 100


Sumber : data primer, 2009
Berdasarkan tabel 3, rerata lifestyle pada kelompok pra-diabetes adalah 25,91 ± 3,23 dan
kelompok pra-diabetes adalah 49,78 ± 12,98 dan rerata IMT pada kelompok gula darah normal
rerata lifestyle pada kelompok gula darah normal adalah 23,89 ± 3,55.
adalah 42,7± 12,59. Sedangkan rerata IMT pada

Tabel 3. Peranan Lifestyle Terhadap K ejadian Pra-Diabetes


Pra-diabetes Gula darah Normal
(n = 27) (n=27) p
Parameter
Rerata ± SB Rerata ± SB
Lifestyle 49,78 ± 12,98 42,7± 12,59 0,021
Indeks massa tubuh 25,91 ± 3,23 23,89 ± 3,55 0,033

Sumber : Data primer, 2009


Berdasarkan hal tersebut, didapatkan nilai kematian antara mereka yang mengikuti tujuh
significant p = 0,021 dan p = 0,033 pada kebiasaan sehat ( tidak merokok, konsumsi
parameter lifestyle dan indeks massa tubuh (IMT) alkohol yang sedikit, sarapan pagi setiap hari,
yang berarti terdapat perbedaan lifestyle dan tidak makan camilan, 7-8 jam tidur per malam,
indeks massa tubuh (IMT) yang bermakna antara latihan/olahraga yang rutin, dan mempertahankan
kelompok pra-diabetes dengan kelompok gula berat badan ideal) dan mereka yang tidak. Orang-
darah normal. orang yang mengikuti semua tujuh kebiasaan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sehat memiliki rata-rata angka kematian lebih
terdapat hubungan peranan lifestyle terhadap rendah daripada orang-orang dengan tidak lebih
kejadian pra-diabetes, dengan nilai p = 0,021. dari tiga kebiasaan sehat. Dr. Breslow telah
Berdasarkan tabel 4.3, pada kelompok pra- memperkirakan bahwa orang-orang yang
diabetes terdapat 20 individu lifestyle cukup, mengikuti semua tujuh kebiasaan sehat hidup
dikarenakan gaya hidup mereka masih kurang dengan rata-rata 9 tahun lebih lama daripada yang
sehat, yaitu masih kurang berolahraga, masih tidak melakukannya (Nieman, D.C. 1993).
makan tengah malam, suka camilan, gorengan, Penelitian yang dilakukan oleh
kopi, merokok. Hal ini sejalan dengan hasil Tuomiletho, et al (2001) melakukan studi
penelilitan oleh Dr. Breslow (UCLA, USA), pada terhadap 522 pada dewasa tengah menemukan
penelitiannya yang terkenal dari 6000 orang di bahwa kelompok intervensi (yang menerapkan
area Pantai San Fransisco, menemukan perbedaan lifestyle yang baik) insiden kumulatif diabetesnya
yang sangat dramatis akan rata-rata angka lebih rendah dibanding dengan kelompok yang
Peranan Lifestyle terhadap Kejadian Pra-Diabetes di Kota 10
tidak diintervensi, hal ini ia dapatkan setelah Sesuai dengan teori bahwa keadaan
melakukan studi selama 4 tahun kedepan dan obesitas sangat berkaitan erat dengan resistensi
melihat seberapa besar pengaruh lifestyle dalam insulin. Pada obesitas akan mengalami disfungsi
mencegah kejadian DM. Selama intervensi adiposit , terjadi inflamasi atau dikenal sebagai
didapatkan penurunan resiko DM sebesar 58% “sick fat cells”. Sel adiposit merupakan sel yang
pada kelompok intervensi (p<0,01). Selain itu, aktif mengeluarkan berbagai komponen antara
terhadap kelompok intervensi, ditemukan lain leptin, adiponektin, asam lemak bebas (ALB),
terjadinya penurunan berat badan. Diadapatkan berbagai sitokin dan lipoprotein lainnya, TNF α,
hubungan yang signifikan dan linear antara IL-6, CRP (protein reaktif C) sebagai penanda
penurunan insidensi diabetes dengan penerapan inflamasi pada hepar dan menstimulasi terjadinya
lifestyle. resistensi insulin. Konsentrasi ALB yang
Frank, dkk (2001) meneliti 84.941 meningkat di sirkulasi disebabkan oleh
perawat wanita selama 16 tahun untuk peningkatan proses lipolisis. Proses tersebut
mengidentifikasi pengaruh lifestyle terhadap sangat dipengaruhi oleh adanya enzim Hormone
kejadian DM. Ia kemudian mendapatkan sekitar Sensitive Lipase (HSL) yang ada di sel adiposa.
3300 kasus DM tipe 2 dan didapatkan mereka Saat ini diketahui bahwa ALB merupakan faktor
yang mengalami diabetes memilki lifestyle yang patogenik untuk perkembangan terjadinya DM
buruk, berat badan yang berlebih, kurang latihan tipe 2. Peningkatan ALB dapat menyebabkan
fisik, diet yang buruk dan menggunakan rokok terjadinya resistensi insulin di otot skelet, hati dan
dan alkohol, 91% dari kasus baru diabetes dialami sel endotel. (Boden, 2004). ALB yang menurun
oleh sampel yang memiliki kebiasaan dan pola dan keadaan resistensi insulin akan meningkatkan
hidup yang buruk. proses lipolisis. Peningkatan ALB dalam jangka
Penelitian yang dilakukan oleh Kazue dan
waktu yang lama merupakan salah satu penyebab
Toshiro (2005) membuktikan adanya pengaruh
terjadinya resistensi insulin. Hal ini dibuktikan
pendidikan lifestyle terhadap penurunan glukosa
plasma 2 jam, yang berfungsi menurunkan resiko bahwa dengan penurunan kadar ALB dapat
terjadinya DM tipe 2. Penelitian ini dilakukan meningkatkan sensitivitas insulin pada subjek
selama satu tahun, dan peneliti mendapatkan obes diabetes (Boden, 2004, Evans et al, 2004,
penurunan glukosa plasma pada sampel yang Khaterine et al, 2004).
memilki lifestyle baik dibanding dengan Peningkatan ALB di otot dan hati akan
mengganggu signal insulin yang dapat
kelompok kontrol yang ia teliti.
menyebabkan asupan (uptake) glukosa terganggu.
Studi epidemiologik membuktikan bahwa
Akibat peningkatan ALB tersebut akan
diabetes tipe 2 timbul dari interaksi antara faktor
menyebabkan peningkatan Fatty Acid CoA di sel
predisposisi genetik dan faktor lifestyle. Hal ini
otot dan hati, yang selanjutnya meningkatkan
didukung oleh Bazzano (2002) yang menyatakan
aktivitas Protein Kinase C (PKC) melalui
bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
peningkatan diasil gliserol (DAG). Peningkatan
sensitivitas dan resistensi insulin antara lain
aktivitas PKC akan meningkatkan fosforilasi serin
obesitas, lifestyle, diet dan genetik.
dan menurunkan fosforilasi tirosin pada Insulin
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Reseptor Substrat-1 (IRS-1). Keadaan inilah yang
O’dea, ia mencoba mengubah lifestyle
mendasari terjadinya resistensi insulin pada otot
sekelompok suku aborigin Australia ke gaya
dan hati (Boden, 2004, Evans et al, 2004,
hidup berburu dan sebagai hasilnya, hiperglikemia
Khaterine et al,2004, Kadowaki, et al, 2003).
dapat dicegah dan diturunkan. Oleh karena itu,
Penurunan sensitivitas insulin juga dapat terjadi
berdasarkan berbagai penelitian di atas, dapat
peningkatan sekresi insulin sel-sel ß pankreas
diasumsikan bahwa perubahan lifestyle dapat
yang menyebabkan pankreas menjadi lelah dan
mencegah terjadinya perkembangan DM
tidak mampu memproduksi insulin, akhirnya
(Lindstrom Jaana, 2006).
terjadi destruksi sel ß pankreas, yang merupakan
Penelitian yang dilakukan oleh Paul dkk
perjalanan menjadi pra-diabetes dan diabetes
(2007) terhadap sampel di atas 25 tahun
(Guyton, 2007).
mendapatkan bukti bahwa terdapat pengaruh
Intake alkohol tampaknya memiliki efek
lifestyle dalam memperkecil kasus baru Diabetes protektif ketika dikonsumsi dalam porsi sedang,
Mellitus, pada kelompok yang memiliki lifestyle tetapi dapat meningkatkan resiko DM ketika
yang baik maka angka kejadian DM nya lebih dalam konsumsi tinggi. Intake tinggi dari produk-
sedikit di banding kelompok yg memiliki lifestyle produk daging, didapatkan memilki hubungan
yang buruk. dengan resiko DM yang tinggi. Penelitian oleh
Peranan Lifestyle terhadap Kejadian Pra-Diabetes di Kota 10
Hanoten, K.A. et al (2009) ditemukan hubungan meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap
antara konsumsi kopi dan peningkatan resiko DM. insulin. Berdasarkan berbagai studi kohort,
Selain itu, pada studi postprandial ditemukan ditemukan bahwa mereka yang melakukan latihan
bahwa kafein dapat merusak toleransi glukosa. fisik secara teratur memilki resiko yang lebih
Namun, kopi hanya sedikit berpengaruh terhadap rendah sekitar 35% memperoleh penyakit DM tipe
glukosa dan resistensi insulin. Pada beberapa 2 dbanding mereka yang tingkat aktivitasnya
penelitian, telah ditunjukkan adanya perubahan rendah. (Bazzano 2004). Berdasarkan studi
dari pola makan tradisional ke pola makan ala retrospective (case control) yang dilakukan
Barat telah menyebabkan tingginya insidensi DM Kriska, Andrea (1993) terhadap sekelompok
tipe 2 (Lindstrom Jaana, 2006). komunitas orang India, ditemukan bahwa mereka
Aktivitas fisik yang kurang dapat beresiko yang terkena DM, setelah ditelusuri ternyata
terhadap kejadian pra-diabetes atau diabetes tipe memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah.
2. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, Berbagai studi menganjurkan latihan
studi observasional pada 1467 laki-laki dan wanita aerobik sebagai tipe aktivitas untuk mencegah
dengan kondisi normal dan memilki toleransi DM. Latihan aerobik merupakan tipe latihan yang
glukosa terganggu/DM menunjukkan lifestyle membutuhkan kerja otot yang lebih besar,seperti
yang berhubungan dengan aktivitas fisik sangat berjalan, lari, dan naik sepeda. Untuk tujuan
jelas berkaitan dengan adanya sensitivitas insulin. meningkatkan sensitivitas insulin dan intoleransi
Penelitian lanjut menyatakan bahwa seseorang glukosa, beberapa studi telah menganjurkan
berjalan lebih dari 10.000 langkah setiap hari, latihan berintensitas tinggi dibanding berintensitas
kadar gula darah dalam batas normal dan pada rendah, karena hal ini lebih berpengaruh pada
obesitas akan menurunkan berat badan apabila perubahan metabolisme tubuh. (Kriska, Andrea,
diikuti dengan latihan berat. Magnetic resonance 1993).
Percobaan klinik diet dan latihan dapat
imaging (MRI) menunjukkan bahwa orang yang
mengurangi kejadian-kejadian buruk pada orang-
berjalan 45 menit setiap hari akan membakar 20%
orang diabetes tipe 2 dengan Impaired Glucose
lebih lemak, meningkatkan kemampuan otot
Tolerance (IGT) (Lawrence, G.S., et al, 2004).
untuk menyimpan glukosa (Kahn, M, 2008). Kegiatan fisik yang rutin akan
Bell (2002) dalam artikelnya meningkatkan harapan hidup dengan mengurangi
membuktikan adanya keefektifan latihan aerobik efek dari penyakit jantung, obesitas dan diabetes.
dalam mencegah kasus diabetes mellitus type 2, Kebiasaan-kebiasaan sehat sangat jelas
dengan menjalankan program “First Step diidentifikasi sebagai faktor-faktor yang
Programme” yaitu setiap hari sampel melakukan berpengaruh yang sangat kuat terhadap harapan
latihan aerobik dengan berjalan setiap hari dan hidup dan kualitas hidup selama usia tua (Nieman,
jumlah langkahnya dihitung dengan menggunakan D.C. 1993).
pedometer. Setiap hari, sampel melakukan 10.000 Selain itu faktor resiko yang dapat
langkah. Hasilnya sekitar 58% sampel yang menyebabkan DM tipe 2 adalah konsumsi vitamin
melakukan latihan aerobik insidensi diabetesnya D dan kalsium atau konsumsi susu, sesuai hasil
lebih rendah dibanding kelompok lain. penelitian oleh Pittas,A (2009) menunjukkan
Berbagai bukti-bukti telah ditemukan bahwa adanya hubungan antara keadaan vitamin
bahwa DM tipe 2 dapat dicegah dengan D yang rendah, kalsium atau konsumsi susu
modifikasi lifestyle. Tidak hanya itu, juga dengan kejadian DM tipe 2.
ditemukan bahwa penurunan berat badan juga Dengan demikian peneliti berkesimpulan
merupakan salah satu faktor prediktor bahwa lifestyle berperan terhadap kejadian pra-
menurunnya resiko DM tipe 2. Adanya program diabetes, sehingga setiap individu sebaiknya
preventif melalui peningkatan aktifitas fisik dan melakukan kebiasaan hidup sehat seperti tidak
latihan fisik ditujukan untuk penurunan berat merokok, tidak konsumsi alkohol, sarapan pagi
badan ini, hal ini telah diterapkan di Amerika dan setiap hari, tidak makan camilan, kurangi
terbukti meruapakan program yang jauh lebih konsumsi soft drink dan fruit drink, konsumsi
hemat biaya (cost effective) (Marrero 2009). vitamin D, konsumsi susu atau kalsium, cukup (7-
Berbagai penelitian telah menunjukkan 8 jam tidur per hari), latihan/olahraga yang rutin,
pengaruh yang kuat antara tingkat aktifitas fisik dan mempertahankan berat badan ideal sehingga
dengan kejadian Diabetes Mellitus. Tingkat dapat mencegah terjadinya pra-diabetes maupun
kebugaran jantung yang rendah meruapakan salah diabetes melitus yang dapat meningkatkan
satu prediktor tingginya tingkat kematian akibat harapan hidup dan kualitas hidup. Aktivitas yang
diabetes type 2 (Bell, 2002). Latihan fisik dapat
Peranan Lifestyle terhadap Kejadian Pra-Diabetes di Kota 10
rutin dapat memberikan keuntungan sebagai Responses?. Journal of Diabetes.
berikut : menurunkan kadar glukosa darah, Prediabetes and the Metabolic Syndrome.
menurunkan kadar insulin basal, memperbaiki 3rd International Congress. Volume 1:
sensivitas insulin, menurunkan HbA1c, A281. Supplement 1. Wiley-BlackWell.
meningkatkan penggunaan energi, meningkatkan Nice, France.
kekuatan dan fleksibilitas tubuh. Hu FB, et al. 2001. Diet, Lifestyle, and the Risk of
Type 2 Diabetes Mellitus in Women.
D. Kesimpulan Volume 345:790-797.
Irawan,Y. 2004. Genetik Molekuler Diabetes
Lifestyle terbukti berperanan terhadap Melitus Tipe 2. J Med Nus Vol.25 No.4.
kejadian pra-diabetes melalui obesitas. Penelitian 153-156.
ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan Juliandi Azuar. 2007. Pengujian Validitas dan
lifestyle dengan obesitas dan ada hubungan Reliabilitas. Artikel. P.1-9.
obesitas dengan kejadian pra-diabetes.

E. Daftar Pustaka Kadowaki et al. 2003. Molecular Mechanism of


Insulin Resistance & Obesity. Exp Biol
American Diabetes Association. 1998. Report of
Med, 228, 111-1117.
the Expert Committe on the Diagnosis
Kahn, M. 2008. Studies Show Exercise Boon for
and Classification on Diabetes Mellitus.
Obesity, Diabetes. 1-2.
Diabetes Care : 21; S5-S16. Katherine et al. 2004. Fasting Acylation-
Arifin, AL,.1995. Deskripsi penderita diabetes Stimulating Protein is Predictive of
melitus di suatu masyarakat di Jawa Barat Postprandial Triglyseride Clearance. J
dalam : Endokrinologi II. Bandung.C1- Lipid Res, 45: 124-131.
C12. Kazue, Toshiro. 2005, Efficacy of Lifestyle
Bazzano. 2004. Prevention of Type 2 Diabetes by Education to Prevent Type 2 Diabetes,
Diet and Lifestyle Modification. Jurnal of Diabetes Care, Vol.28, No.11, Nov. The
the American College Nutrition, Georgia. Department of Technology Assessment
Bell, Rhonda. 2002, Diabetes and exercise, The
and Biostatistics, National Institute of
Canadian Journal of CME, University of
Public Health, Wako, Saitama, Japan.
Alberta, Canada.
Kriska, Andrea. 1993. Physical Activity and the
Boden,G.2004. Free Fatty Acid as Target for
Therapy. Curr Opin Endocrinol Diab. 11 : Prevention of Type II Diabetes,
University of Pitssburgh, Pitsburgh.
258-263.
La Monte et al. 2005. Physical Activity and
Dahlan M.Sopiyudin. 2008. Statistik untuk
Diabetes Prevention. J Appl Physiol
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3.
99:1205-1213.
Salemba Medika. Jakarta. II:29-57; III:59-
75. Lawrence,G.S., et al. 2004. Kadar Adiponektin
Depkes. 2007. Pedoman Pengukuran dan Rendah pada awal Toleransi Glukosa
Pemeriksaan. Riset Kesehatan Dasar Terganggu : Iimplikasi Vaskuler awal.
2007. Badan Penelitian dan Jurnal Medica Nusantara. Vol.25 No.3.
Pengembangan Kesehatan. Jakarta. 7-19. 125-130.
Evans et al. 2003 Oxidative Stress and Stress Lindstrom Jaana. 2006. Prevention of Type 2
Activated Signaling Pathway : A Diabetes with Lifestyle Intervention-
Unifying Hypothesis of Type 2 Diabetes Emphasis on Dietary Composition and
Melitus.52,1-8. Identification of High-Risk Individuals.
Frank, Hu, et al. 2001.Diet, Lifestyle, and The Publications of the National Public
Risk of Type 2 Diabetes Mellitus Health Institute KTL A18. Finland. Marrero,
Inwomen. N Engl J Med, Vol. 345, No. David. 2009. The Primary Prevention of
11b September 13, Massachuttes. Type 2 diabetes, American Assosiaciation
Guyton & Hall. 2007. Textbook of Medical of Diabetes Educator, TDE Press.
Physiology.11th Edition. Elsevier Mercola. 2005. Diet and Exercise Reduces Risk of
Saundres. Philadelphia. XIII:67:829-858 Diabetes. The New England Journal of
& XV:1052. Medicine May 3,2001;344: 1343-1350,
Hanoten,K.A., et al. 2009. Does Coffee Modify 1390-1392.
Postprandial Glycemic and Insulinemic
Peranan Lifestyle terhadap Kejadian Pra-Diabetes di Kota 10
Nieman, D.C. 1993. Fitness & Your Health. Bull Tjokroprawiro. 2001. Petujuk Hidup Sehat untuk
Publishing Company. Palo Alto. Para Diabetisi. Persatuan Diabetes
California. 1: 3,4,17-21. Indonesia, Surabaya. 6-26.
Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Tuomiletho, et al. 2001. Prevention of Type 2
Kesehatan, Cetakan Ketiga. PT Rineka Diabetes Mellitus by Changes in Lifestyle
Cipta. Jakarta. among Subjects with Impaired Glucose. N
Paul, Franks. 2007. Lifestyle Intervention for Engl J Med, Vol. 344, No. 18 May 3,
Type 2 Diabetes Risk Reduction:Using Medical Society of Massachusset.
the Diabetes Prevention Program to Vyhnankova, I. 2009. The Effect of Weight
Inform New Directions in Pediatric Reduction After Diet and Physical
Research, University of Alberta, Canada. Activity Intervention by Obese Men with
Pranoto, A. 2001. Manfaat Olahraga dan Diabetes Mellitus of Second Type.
Perawatan Kaki pada Diabetes Melitus. Journal of Diabetes. Prediabetes and the
Persatuan Diabetes Indonesia, Surabaya. Metabolic Syndrome. 3rd International
57-63. Congress. Volume 1: A209. Supplement
Tandra H. 2008. Segala sesuatu yang harus Anda 1. Wiley-BlackWell. Nice, France. Warnken,
ketahui tentang Diabetes. PT Gramedia Kelsberg & Bryant. 2005. Can Type 2
Pustaka Umum. Jakarta. Diabetes be Prevented Throught Diet and
Tjokroprawiro. 2001. Diabetes Melitus : Exercise ? The Journal of Family Practice.
Klasifikasi dan Diagnosis Terapi. Edisi Vol.54, No.1, 1-3.
ke-3, PT.Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 1:3,4; 9:149-169.

Anda mungkin juga menyukai