Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus

Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan. Kegiatan

yang dilakukan pada saat pengkajian adalah pengumpulan data, memvalidasi data,

mengorganisasikan data dan mencatat data yang diperoleh. Langkah ini

merupakan dasar untuk perumusan diagnosa keperawatan sesuai kebutuhan pasien

serta melakukan implementasi keperawatan. Pengkajian yang dilakukan pertama

kali merupakan perbandingan dikemudian hari tentang status kesehatan pasien.

Perawat menggunakan data ini untuk memberikan pelayanan secara

komprehensif. Data hasil pengkajian meliputi data dasar dan data fokus dicatat

pada formulir pengkajian (Dinarti, 2013).

Adapun pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus

menurut Doengoes (2012), antara lain:

1. Aktivitas/istirahat

Gejala yaitu lemah, letih, sulit bergerak/berjalan; kram otot, tonus otot

menurun; gangguan tidur/istirahat. Dan tanda yaitutakikardia dan takipnea

pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas; letargi/disorientasi, koma;

penurunan kekuatan otot.

2. Sirkulasi

Gejalayaitu adanya riwayat hipertensi; IM akut;klaudikasi, kebas, dan

kesemutan pada ekstremitas; ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Dan

tanda yaitu takikardia; perubahan tekanan darah postural; hipertensi; nadi

7
8

yang menurun/tak ada; disritmia; krekels; DVJ(GJK); kulit panas, kering,

dan kemerahan; bola mata cekung.

3. Integritas ego meliputi:

Gejala yaitu stress; tergantung pada orang lain; masalah financial yang

berhubungan dengan kondisi. Dan tanda yaitu ansietas, peka rangsang.

4. Eliminasi meliputi:

Gejala yaituperubahan pola berkemih (poliuria), nokturia; rasa

nyeri/terbakar, ulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang; nyeri tekan

abdomen; diare. Dan tanda yaitu urine encer, pucat, kuning; poliuri (dapat

berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat); urine

berkabut, bau busuk (infeksi); abdomen keras,adanya asites; bising usus

lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

5. Makanan/cairan meliputi:

Gejala yaitu hilang nafsu makan; mual/muntah; tidak mengikuti diet;

peningkatan masukan glukosa/karbohidrat; penurunan berat badan lebih dari

periode beberapa hari/minggu; haus; penggunaan diuretic (tiazid). Dan tanda

yaitu kulit kering bersisik, turgor jelek; kekakuan/distensi abdomen, muntah;

pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan

gula darah); bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton).

6. Neurosensori meliputi:

Gejala yaitu pusing/pening; sakit kepala; kesemutan, kebas kelemahan

pada otot, parestesia; gangguan penglihatan. Dan tanda yaitu disorientasi;

mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut); gangguan memori (baru,

masa lalu); dikacau mental; refleks tendon di dalam (RTD)menurun (koma);


9

aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

7. Nyeri/Kenyamanan meliputi:

Gejala yaitu abdomen yang tegang atau nyeri (sedang/berat). Dan tanda

yaitu wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.

8. Pernafasan meliputi:

Gejala yaitu merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum

purulen (tergantung pada ada tidaknya infeksi). Dan tanda yaitu lapar udara;

batuk, dengan/tanpa sputum purulen (infeksi); frekuensi pernapasan.

9. Keamanan meliputi:

Gejalayaitu kulit kering, gatal, ulkus kulit. Dan tandayaitu demam,

diaphoresis; kulit rusak, lesi/ulserasi; menurunnya kekuatan umum/rentang

gerak; parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar

kalium menurun dengan cukup tajam).

10. Seksualitas meliputi:

Gejala yaitu rabas vagina (cenderung infeksi); masalah impoten pada

pria; kesulitan orgasme pada wanita.

11. Penyuluhan Pembelajaran meliputi:

Gejala yaitu faktor resiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke,

hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid,

diuretik (tiazid); dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar

glukosa darah); mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai

pesanan.Pertimbangan: DRG menunjukkan rata – rata selama dirawat:

5,9hari.Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan bantuan dalam

pengaturan diet, dipengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa


10

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang

dirumuskan atas dasar interpretasi data yang tersedia. Diagnosa keperawatan

mengambarkan respon manusia pada diri pasien terhadap perubahan-perubahan

dalam dimensi bio-psiko-sosial-spiritual. Diagnosa keperawatan dapat

mengkomunikasikan kepada rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya, dimana

perawatan yang diberikan perawat kepada pasien berfokus pada kebutuhan

individual pasien.

Sebuah diagnosa keperawatan dapatberupa masalah kesehatan yang bersifat

aktual yang secara klinis jelas atau masalah kesehatan potensial dimana faktor-

faktor resiko dapat mengancam kesehatan pasien secara umum. Kedua jenis

diagnosa keperawatan tersebut harus diintervensikan untuk memecahkan masalah

atau mengurangi atau mencegah timbulnya masalah (Dinarti, dkk, 2013).

Diagnosa yang dapat muncul pada pasien diabetes mellitus yaitu kekurangan

volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi

terhadap infeksi, resiko tinggi terhadap perubahan sensori persepsi, kelelahan,

ketidakberdayaan,kurang pengetahuan mengenai penyakit prognosis dan

kebutuhan pengobatan (Doengoes,2012).

Perencanaan
11

Proses perencanaan meliputi perumusan tujuan dan menentukan intervensi-

intervensi yang tepat. Proses ini dimulai dengan membuat daftar semua masalah-

masalah pasien dan mencari masukan dari pasien atau keluarganya tentang

penentuan tujuan akhir yang dapat diterima dan dapat dicapai secara rasional.

Pernyataan tujuan akhir dapat ditanyakan dalam bentuk pernyataan yang dapat

diukur, yang secara obyektif menunjukkan perkembangan terhadap pemecahan

masalah yang ditemukan. Bagian lain dari perencanaan keperawatan adalah

menentukan intervensi yang digunakan perawat dengan melibatkan pasien dan

keluarga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Intervensi dibuat untuk

pasien secara individual.

Bertambahnya informasi selama pengkajian dapat memberikan

pertimbangan-pertimbangan khusus seperti kultural, sosial, atau perkembangan

status. Dengan mengetahui hal ini, perawat akan dapat memodifikasi intervensi
Tabel 2.2 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan/K.hasil Rencana tindakan keperawatan Rasional

1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan : 1. Timbang berat badan setiap hari 1. Mengkaji pemasukan
tubuh berhubungan dengan penurunan Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang ssesuai dengan indikasi. makanan yang adekuat
masukan oral: anoreksia, mual, muntah, dari kebutuhan tubuh. (termasuk absorpsi dan
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan utilisasinya ).
kesadaran ditandai dengan melaporkan K.hasil : 2. Tentukan program diet dan pola 2. Mengidentifikasi
masukan makanan tak adekuat,kurang - mencerna jumlah/kalori natrium makan pada pasien dan kekurangan dan
minat pada makanan, penurunan pada yang tepat. bandingkan dengan makanan yang penyimpangan dari
berat badan, kelemahan, tonus otot buruk, - Menunjukkan tingkat energy dapat dihabiskan klien. kebutuhan terapeutik.
diare. - mendemonstrasikan berat badan
stabil atau penambahan kearah rentang 3. Auskultasi bising usus,catat 3. Hiperglikemia dan
biasanya atau yang diinginkan dengan adanya nyeri abdomen/perut gangguan keseimbangan
nilai laboratorium normal kembung,mual,muntahan cairan dan elektrolit dapat
makanan yang belum sempat menurunkan motalitas/
dicerna,pertahankan keadaan fungsi lambung (distensi
puasa sesuaidengan indikasi. atau ileus paralitik) yang
akan mempengaruhi pilihan
intervensi.

4. Berikan makanan cairan yang 4. Pemberian makanan melalui


mengandungzat makanan(nutrien) oral lebih baik jika pasien
dan elektrolit dengan segera jika sadar dan fungsi
pasien sudah dapat gastrointestinal baik.
mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral.
Dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian
makanan yang lebih padat sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.

7
8

5. Identifikasi makanan yang 5. Jika makanan yang disukai


disukai/ dikehendaki termasuk pasien dapat dimasukkan
kebutuhan etnik/kultural. dalam perencanaan
makanan, kerja sama ini
dapat diupayakan setelah
pulang.
12
6. Libatkan keluarga pasien dalam 6. Meningkatkan rasa
perencanaan makan ini keterlibatannya :
sesuaidengan indikasi. memberikan informasi
keadaan keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi pasien .
7. Karena metabolisme
7. Observasi tanda tanda hiper karbohidrat mulai
glikemia. Seperti perubahan terjadi( gula darah akan
tingkat kesadaran, kulit berkurang, dan sementara
lembab/dingin, deyut nadi cepat, tetap diberikan insulin maka
lapar, peka ransang, cemas,sakit hiperglikemia mungkin
kepala, pusing, sempayangan. terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan
tingkat kesadaran. Ini secara
potensial dapat mengancam
kehidupan yang harus dikaji
dan ditangani secara cepat
melalui tindakan protocol
yang direncanakan.

Kolaborasi
8. Lakukan pemeriksaan gula darah 8. Analisa ditempat tidur
dengan menggunakan finger stick. terhadap gula darah lebih
akurat 13
(menunjukkan
keadaan saat dilakukan
9

pemeriksaan ) dari pada


memantau gula dalam urine
(redukai urine) yang tidak
cukup akurat untuk
mendeteksi fluktuasi kadar
gula darah dan dapat
dipengaruhi oleh ambang
ginjal pasien secara
individual atau adanya
retensi urine/gagal ginjal.

9. Gula darah akan menurun


9. Pantau pemeriksaan laboratorium, perlahan dengan
seperti glukosa darah, panggantian cairan dan
asetton,Ph,dan hco3 terapi insulin terkontrol.
Dengan pemberian insulin
dosis optimal,glukosa
kemudian dapat masuk
kedalam sel dan digunakan
untuk sumber kalori. Ketika
hal ini terjadi, kadar aseton
akan menurun dan asidisis
dapat dikoreksi.

10. Insulin
regulermemiliki awitan
10. Berikan pengobatan insulin cepat dan karenanya dengan
secara teratur dengan metode IV cepat pula dapatmembantu
secara intermiten atau secara memindahkan glukosa
kontinu. Seperti bolus IV diikuti kedalam sel. Pemberian
dengan tetesan yang kontinu melalui IV merupakan rute
melalui alat pompa kira kira 5-10 pilihan utama karena
Ul/jam sampai glukosa darah absorpsi dari jaringan
mencapai 250 mg/dl.
10

subkutan mungkin tidak


menentukan / sangat
lambat. Banyak orang

14
15

Pelaksanaan

Pelaksaan proses keperawatan terdiri dari rangkaian aktivitas keperawatan

dari hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat.

Perawat melakukan pengawasan terhadap aktivitas intervensi yang dilakukan,

bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau

hasil yang diharapkan. Bagian dari pengumpulan data ini memprakarsai tahap

evaluasi proses keperawatan. Implementasi dicatat di CP 4 atau flow sheet yang

spesifik. Pada tahap ini perawat harus melakukan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang ada dalam rencana keperawatan. Tindakan dan respon pasien

tersebut langsung dicatat dalam format tindakan keperawatan. Tulis dengan

kalimat aktif, seperti: rencana keperawatan yaitu Timbang berat badan klien

setiap 3 hari sekali, implementasi: menimbang berat badan klien, respon: berat

badan klien 60 kg (Dinarti, dkk, 2013).

Evaluasi

Menurut Dinarti (2013), evaluasi keperawatan dicatat sesuai dengan setiap

diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data

subjektif (S) data obyektif (O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S dan

O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini

disebut juga evaluasi proses. Semua itu di catat pada formulir catatan

perkembangan (progress note) atau CP5. Petunjuk dokumentasi evaluasi

keperawatan:

1. Tulis waktu dan tanggal pelaksaan evaluasi.

2. Pelaksaan evaluasi disesuaikan dengan kondisi patofisiologis klien,

respon klien.
16

3. Evaluasi keperawatan oleh mahasiswa dengan alasan agar mereka setiap

hari lebih trampil dalam menilai perkembangan klien/pasien.

4. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan

dengan pendekatan SOAP.

5. Lakukan evaluasi sesegera mungkin, terutama jika terjadi perubahan

kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan atau kolaborasi

dokter, misalnya: perawat melihat pasien sesak dengan RR 27 x/menit, lalu

perawat memberikan posisi high fowler dan melakukan kolaborasi dengan

dokter untuk memberikan oksigen 4 liter/menit. Setelah dilakukan tindakan

selama 30 menit, pasien tidak mengeluh sesak lagi dan ketika dilakukan

pemeriksaan RR menjadi normal menjadi 20 x/menit. Ini menandakan

bahwa ada perubahan kondisi setelah dilakukan tindakan dan tindakan yang

diberikan adalah efektif. Evaluasi mengharuskan perawat melakukan

pemeriksaan secara kritikal dan menyatakan respon pasien terhadap

intervensi.

Evaluasi ini terdiri dari dua tingkat, yaitu:

1. Evaluasi formatif atau pernyataan formatif atau biasa juga dikenal

sebagai evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbu

setelah respon ini relatif dapat diamati. Perawat membuat pernyataan

formatif tentang kejadian yang segera timbul. Pernyataan formatif ini

merujuk pada peran perawat terhadap respon pasien yang segera timbul

terhadap intervensi. Perawat melakukan observasi dan melakukan

pengumpulan data dari pasien yang didasari data pada saat sekarang.

Pernyataan formatif atau evaluasi formatif atau evaluasi proses tidak boleh
17

menggunakan rujukan pernyataan yang sudah lalu.Contoh: melakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital. Maka evaluasi formatif yang ditulis adalah

tekanan darah=120/80 mmHg, RR=16 x/menit, N=70 x/menit, suhu=37C.

2. Evaluasi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka

panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian terhadap

perkembangan kemajuan kearah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan.

Ringkasan perkembangan terhadap hasil yang diharapkan akan lebih

sukar,karena membutuhkan informasi-informasi yang lebih banyak yang

harus dipertimbangkan. Sekali ditetapkan dan dipahami, perawat harus

menyatakan respon pasien dan perilaku dalam konteks hari-hari sebelumnya,

minggu ataubulan. Ringkasan ini mengharuskan perawat membuat

pernyataan tentang perkembangan pasien secara luas. Dokumentasi evaluasi

jenis ini meyediakan butir-butir rujukan dimana perawat dapat menghasilkan

perkembangan kearah tujuan.Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini

adalah mengidentifikasi kriteria hasil, mengevaluasi pencapaian tujuan dan

memodifikasi rencana keperawatan. Evaluasi mencakup semua tahap dalam

proses keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi itu

sendiri.

Tujuan evaluasi keperawatan antara lain:

1. Memberikan umpan balik rencana keperawatan.

2. Menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

3. Membandingkan pelayanan keperawatan yang diberikan dengan standar

yang telah ditetapkan.

4. Menilai apakah tujuan dalam rencana tercapai atau tidak.


18

5. Menentukan efektif atau setidaknya tindakan yang telah ditetapkan.

Diabetes mellitus tipe 2

Pengertian

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada

dewasa yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan dan edukasiperawatan

mandirii pada pasien (LeMone, 2017).

Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai

kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Margaret,2012).

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan

karateristik hiperglikemia kronik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua duanya. (Alwi, 2015).

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner & Suddarth, 2014).

Etiologi

Menurut Wijaya & Putri (2013), etiologi diabetes yaitu:

1. Diabetes melitus tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus).

1) Faktor genetik/herediter yaitu peningkatan kerentanan sel-sel beta

dan perkembangan antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel

beta.

2) Faktor infeksi virus yaitu infeksi virus coxsakie pada individu yang

peka secara genetik

3) Faktor imunologi yaiturespon autoimun abnormal yang membuat


19

antibodi menyerang jaringan normal yang dianggapjaringan asing.

2. Diabetes melitus tipe II (NIDDM) meliputi obesitas yaitu obesitas

menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target.

1) Diabetes melitus malnutrisi yaitu kekurangan protein kronik yang

menyebabkan hipofungsi pankreas.

2) Diabetes mellitus tipe lain meliputi penyakit pankreas seperti

pankreatitis, Ca pankreas.

3. Diabetes Melitus Malnutrisi

Kekurangan protein kronik → menyebabkan hipofungsi pankreas

4. Diabetes Melitus tipe lain

1) penyakit pankreas → pankreatitis, Ca pankreas dll

2) penyakit hormonal → acromegaly yang merangsang sekresi sel sel

beta sehingga hiperaktif dan rusak

3) obat obatan :Aloxan, streptozokin → sitotoksin terhadap sel sel beta

4) Derivat thiazide→ menurunkan sekresi insulin

Anatomi fisiologi

1. Anatomi

Sumber: Tarwoto (2015)

Gambar.2.1.Anatomi Pankreas
20

2. Fisiologi

1) Pancreas

Pankreas merupakan organ lunak yang berjalan miring dan

menyilang dinding posterior abdomen, terletak dibelakang lambung dan

terbentang dari duodenum sampai ke limfe. Pancreas merupakakan

kelenjar eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret

yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan

karbohidrat. Sedangkan kelenjar endokrin menghasilkan hormon insulin

dan glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme

karbohidrat. Enzim-enzim pancreas disekresi oleh sel sel acinar

(Niman,2013).

Fungsi pancreas, antara lain: (1) fungsi eksokrin (acinar), yang

membentuk getah pancreas yang berisi enzim-enzim pencernaan dan

larutan berair yang mengandung ion bikarbonat (HCO3) dalam

konsentrasi tinggi. Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui

duktus pancreas, yang menyatu melalui duktus empedu comunis dan

masuk ke duodenum di titik ampula hepato pankreas. Getah pankreas ini

dikirim kedalam duodenum melalui duktus pankreatikus, yang bermuara

pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum. Pankreas

menerima darah dari arteri pankreatica dan mengalirkan darahnya ke

vena cava inferor melalui vena pankreatica, dan (2) fungsi endokrin

( pulau Langerhans), sekelompok kecil sel epitelium yang berbentuk

pulau-pulau kecil atau kepulauan Langerhans, yang bersama sama

membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin dan glucagon


21

yang langsung dialirkan kedalam peredaran darah di bawa ke jaringan

tanpa melewati duktus untuk membantu metabolism karbohidrat

(Niman, 2013).

Pankreas terdiri dari labulus-labulus, masing-masing terdiri dari satu

pembuluh kecil yang mengarah pada duktus utama dan berakhir pada

sejumlah alveoli. Alveoli dilapisi oleh sel-sel yang mengsekresi enzim

yang disebut tripsinogen, amylase, dan lipase.

Adapun batas-batas dari bagian pankreas adalah sebagai berikut: 1).

Kaput pankreas meluas ke kanan sampai pada lengkungan duodenum,

terletak sebelah anterior dari vena cava inferior dan vena ranalis kiri, 2).

Processus uncinatus yang merupakan bagian dari kaput pankreas terletak

dibawah vena mesenterika superior, 3). Kolum pankreas yang

merupakan hubungan antara korpus dan kaput pankreas terletak diatas

pembuluh darah mesenterika superior dan vena porta, 4). Korpus

pankreas, dan 5). Kauda pankreas terletak pada ligamentum lienorenal

dan berakhir pada hilus limpa (Wijaya & Putri, 2013).

2) Kelenjar endokrin

Kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau Langerhans yang

menghasilkan hormon. Hormon merupakan zat organik yang mempunyai

sifat khusus untuk pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu

organ atau sistem. Sel-sel pulau Langerhans tersusun atas sel Alfa yang

menghasilkan hormone glucagon, sel-sel Beta yang menghasilkan insulin,

sel Delta yang menghasilkan somatostatin dan sel F yang menghasilkan

polipeptida pankreatik ( Tarwoto,2015).


22

Hormon-hormon yang dihasilkan oleh pankreas yaitu antara lain:

1). Hormon glukagon

Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus yang mengandung

residu asam amino. Sasaran utama glukagon adalah hati, yaitu dengan

mempercepat konvensi glukagen dalam hati dari nutrisi lainnya seperti asam

amino, gliserol dan asam laktat menjadi glukosa (glukoneogenesio). Sekresi

glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem

feed back negative.Ketika gula darah menurun maka akan merangsang sel

sel alfa untuk mensekresi glukagon, demikian juga sebaliknya jika gula

darah meningkat maka produksi glukagon juga disebabkan karena hormone

samatostain.

Secara umum fungsi dari glukagon akan dihambat. Hambatan produksi

glukagon juga disebabkan karena hormon samatostatin. Secara umum fungsi

dari glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa, mensintesis

glukosa dari asam laktat dan dari molekul non karbohidrat seperti asam

lemak dan asam amino serta pembebasan glukosa kedarah oleh sel-sel hati

(Tarwoto, 2015).

2). Hormon insulin

Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau Langerhans pada pancreas,

merupakan hormone peptide yang tersusun oleh dua rantai asam amino dan

dihubungkan melalui jembatan disulfide. Insulin dibentuk di reticulum

endoplasma sel B, kemudian dipindahkan ke apparatus golgi selanjutnya ke

kapiler dan endotel apiler yang berpori untuk mencapai aliran darah. Insulin

diproduksi dalam jumlah sedikit (Tarwoto, 2015).


23

Patofisologi

Defisiensi insulin

Glukagon ↑ Penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

Glukogeogenesis Hiperglikemia

Lemak Protein Glycosuria

Ketogenesis BUN Osmotic

diuresis
Kekurangan
Ketonemia Nitrogen urine↑ Dehidrasi volume
cairan

Mual muntah ↓pH

Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi Asidosis Trombosis


Kurang dari Kebutuhan
 Koma
 kematian
Aterosklerosis

Makrovaskuler

Mikrovaskuler

Jantung serebral ekstremitas Retina

ginjal Retinopati Nefropati


Nyeri Akut
diabetic
Miokard infark Stroke Ganggren

Ggn Integritas Kulit Ggn penglihatan Gagal Ginjal

Resiko Injury
(Sumber: Padila, 2014)
24

Manifestasi klinis

Tabel 2.2 manifestasi klinis

No Gejala DM Tipe 1 DM Tipe 2

1. Polyuria ++ +
2. Polydipsia ++ +
3. Polyphagia ++ +
4. Kehilangan BB ++ -
5. Pruritus + ++
6. Infeksi kulit + ++
7. Vaginitis + ++
8. Ketonuria ++ -
9. Lemah, lelah dan pusing ++ +

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan

tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat

perhatian adalah:

1. Keluhan klasik

1) Banyak kencing (poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan

sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

2) Banyak minum ( polydipsia)

Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan

yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.

Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang

berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.

3) Banyak makan ( polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes

mellitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negative,


25

sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa

lapar itu penderita banyak makan.

4) Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relative singkat

harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang

menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga yang mencolok.

Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel,

sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk

kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain

yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak

dan otot sehingga menjadi kurus.

2. Keluhan lain

1) Gangguan saraf tepi/kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di

waktu malam hari, sehingga menggangu tidur.

2) Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang

mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar

tetap dapat melihat dengan baik.

3) Gatal/bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan

daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula

dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

4) Gangguan ereksi
26

Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering

tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait

dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan

masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan

seseorang.

5) Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering

ditemukakan dan kadang-kadang merupakan satu satunya gejala yang

dirasakan (Wijaya & Putri, 2013).

Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut:

1. Tipe 1: diabetes mellitus tergantung insulin(IDDM)

2. Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya

4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)(Padila, 2014).

Komplikasi

1. Komplikasi Metabolic

2. Ketoasidosis diabetic

3. HHNK ( hiperglikemik hyperosmolar non ketotik)

4. Mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) dan neuropati

5. Makrovaskular (MCI, stroke, penyakit vascular perifer) (Wijaya &

putri,2013).
27

Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik pada diabetes yaitu pemeriksaan

glukosa darah sewaktu, pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan tes

toleransi.Kiteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus ada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan yaitu glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L), glukosa

plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L), dan glukosa plasma dari sampel yang

diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat 2 jam post

prandial (pp) >200 mg/dl (Hasdaniah, 2014).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diabetes melitus didasarkan pada :

1. rencana diet

2. latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik

3. agen agen hipoglikemik oral

4. terapi insulin

5. pengawasan glukosa dirumah

6. pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah

penyakit kronik, dan pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar

bagaimana menyesuaikannya agar tercapai control metabolik yang optimal.

Pasien dengan diabetes tipe I adalah defisiensi insulin dan selalu

membutuhkan terapi insulin. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 terdapat

resitensi insulin dan defesiensi insulin relative dan dapat ditangani tanpa

insulin (Sylvia A. price & Lorraine M. Wilson, 2015).


28

Gaya Hidup Sehat

Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan

faktor- factor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan

olahraga. Selain itu gaya hidup seseorang juga mempengaruhi tingkat

kesehatannya, misalnya jika suka merokok dan minum minuman keras, tentu

saja bukan pola hidup sehat (Anne, 2014).

Menurut Health Promotion Glossary (WHO1998) Lifestyle Is away of

living based on identifiable patterns of behavior which are determined by the

interplay between an individual’s personal characteristics, social interactions,

and socio economic and environ mental living condition.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan

dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler

2002). Mengubah gaya hidup dengan tidak merokok, menghindari alkohol,

tidur yang cukup, menurunkan berat badan yang berlebih, mengatur pola

makan, dan berolahraga yang teratur untuk membakar lemak dan kalori yang

berlebih dapat adalah gaya hidup sehat wajib dijalani diabetesi (Tandra, 2014)

Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya

untuk mengontrol kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum

diharapkan dapat menurunkan prevalensi DM baik di Indonesia maupun

didunia dimasa yang akan datang. Modifikasi gaya hidup antara lain:

menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, mengatur pola makan

yang sehat, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi konsumsi


29

garam (PERKENI, 2011). Komsumsi makanan lebih baik dan peningkatan

aktivitas fisik adalah kunci penanganan DM (Prihaningtyas, 2013).

1. Pola Makan Sehat

untuk mengendalikan diabetes, penting untuk mengikuti diet sehat dan

mengonsumsi karbohidrat, serat, ikan kaya omega-3 dan lemak baik.

Karbohidrat kompleks perlahan-lahan diserap ke dalam tubuh, menghindari

lonjakan kadar gula darah. Fokus pada biji-bijian utuh, sayuran dan buah-

buahan yang akan meminimalkan risiko diabetes mellitus. Serat membantu

mencerna makanan dan membantu mengendalikan kadar gula darah.

Konsumsilah makanan yang memiliki kandungan serat tinggi, seperti buah-

buahan, kacang-kacangan, sayuran dan gandum, serta hindari minuman manis.

2. Pelajari Tentang Porsi

Kunci untuk mempertahankan manajemen diabetes adalah mempelajari

cara menghitung karbohidrat. Karbohidrat sering berdampak pada kadar gula

darah. Bagi orang-orang yang harus disuntik insulin, penting untuk

mengetahui jumlah karbohidrat dalam makanan.

3. Pastikan Makanan Seimbang

Keseimbangan makanan penting untuk menjaga kadar insulin. Rencanakan

setiap kali makan dengan campuran buah-buahan, sayuran, protein dan lemak

sehat yang baik. Sangat penting untuk memperhatikan jenis karbohidrat yang

dipilih. Beberapa karbohidrat seperti sayuran, biji-bijian dan buah-buahan

mengandung karbohidrat rendah dan serat yang membantu menjaga kadar gula

darah lebih stabil.


30

4. Olahraga

Aktivitas fisik adalah perubahan gaya hidup penting lainnya untuk

diadopsi ke dalam rencana manajemen diabetes. Saat mulai berolahraga, otot

menggunakan gula untuk energi, sehingga membantu tubuh menggunakan

insulin lebih efisien. Caranya bisa dengan jalan kaki, berlari kecil, atau

melakukan pekerjaan rumah tangga dan berkebun

5. Berhenti Merokok

Merokok ketika terkena diabetes bisa sangat berbahaya bagi kesehatan,

terutama dalam kasus orang yang menderita diabetes tipe 2. Ini juga dapat

meningkatkan peluang untuk mengalami masalah kesehatan seperti penyakit

jantung, penyakit mata, stroke, penyakit ginjal.

6. Periksa Kaki

Peningkatan kadar gula darah dapat merusak saraf di kaki yang pada

akhirnya membuat seseorang tidak dapat merasakan sakit pada kaki atau

cedera lainnya. Lebih baik memulai dengan pemeriksaan kaki setiap hari,

karena akan membantu memahami lonjakan gula darah.

7. Hindari Alkohol

Mengonsumsi alkohol dapat menyebabkan kadar gula darah melonjak

terlalu tinggi, membuat kondisinya semakin buruk. Artinya, alkohol dapat

menyebabkan komplikasi.
31

8. Pemeriksaan Rutin

Berkonsultasi dengan ahli gizi dapat membantu membuat rencana makan

sesuai dengan usia, berat badan, dan obat-obatan. Temui ahli gizi, setidaknya

dua kali setahun.

Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut

dari tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus

dilaksanakan dalam dalam setiap memberikan asuhan keperawatan di mana

saja ia bertugas.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan

sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan kelompok

dan masyarakat.

3. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

1) Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang

didapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin,

keluarga binaan.
32

2) Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan

yang terdiri dalam keluarga-keluarga risiko tinggi, diantaranya adalah:

1) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

2) Keluarga keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan

yang rendah.

3) Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang

buruk.

4) Keluarga-keluarga dengan masalah.

5) Keluarga-keluarga dengan gizi buruk.

3) Kelompok

Kelompok-kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan

kesehatan masyarakat adalah:

1) Kelompok ibu hamil.

2) Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak balita.

3) Kelompok-kelompok pasangan usia subur dengan resiko tinggi

kebidanan.

4) Kelompok-kelompok mayarakat yang rawan terhadap masalah

kesehatan.

4) Masyarakat

Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah:

1) Masyarakat binaan puskesmas.

2) Masyarakat nelayan.

3) Masyarakat pedesaan.

4) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan.


33

5. Macam-macam alat peraga

Macam-macam alat peraga yang sering digunakan dala penyuluhan

kesehatan adalah:Papan pengumuman, Over head projector (OHP), Kertas

Flip chart penyangganya, poster, flash car, flash card, leaflet, slide

projector( Effendy , 2012).

Anda mungkin juga menyukai