Anda di halaman 1dari 19

OM SWASTIASTU

ANGGOTA KELOMPOK 1

1. Anak Agung Gede Weda Pratama (193213005)


2. Ayu Novita Sari Tampubolon (193213008)
3. Febriyani Falentien Fairnap (193213011)
4. I Komang Febiana (193213016)
5. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
6. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
7. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)
ASUHAN KEPERAWATAN
PENANGANAN KASUS PALLIATIVE
CARE DENGAN KASUS LANSIA
Permasalahan Palliative Care Pada Lanjut Usia

• Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia


a. Penurunan fisik
b. Perubahan mental dan psikologis
c. Perubahan-perubahan Psikososial
• Karakteristik Penyakit pada Lansia
 Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
 Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
 Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
 Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
 Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
 Sering terjadi penyakit iatrogenik.
• Masalah Kesehatan Lansia
1. Masalah Kehidupan Seksual
2. Perubahan Perilaku
3. Pembatasan Fisik
4. Palliative Care
5. Pengunaan Obat
• Lanjut Usia Dalam Kondisi Terminal
Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun
sosio-spiritual, antara lain:
1. Problem oksigenisasi
2. Problem eliminasi
3. Problem nutrisi dan cairan
4. Problem suhu
5. Problem sensori
6. Problem nyeri
7. Problem kulit dan mobilitas
Jenis Tindakan Terapeutik Untuk Perawatan Paliative Pada Lanjut Usia

• Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang
diterima.
• Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia
1.Pertahankan lingkungan aman
2.Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3.Pertahankan kecukupan gizi
4.Pertahankan fungsi pernafasan
5.Pertahankan aliran darah
6.Pertahankan kulit
7.Pertahankan fungsi pencernaan
8.Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9.Meningkatkan fungsi psikososial
10.Pertahankan komunikasi.
 Kriteria Pelayanan Paliatif
Pasien dan/atau keluarga berhak memilih untuk tidak meneruskan
pemeriksaan/perawatan di rumah sakit selanjutnya (tapi bukan berarti putus
sama pelayanan kesehatan, perawatan rumah bisa sebagai bagian dari perawatan
RS lainnya.
 Pelayanan Paliatif
1. Menghilangkan keluhan yang mengganggu à simptomatis
2. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual à menerima kondisi penyakit
3. Dukungan kepada pasien untuk tetap hidup aktif-kreatif
4. Dukungan kepada keluarga dalam menghadapi penyakit dan masaduka
 Program Penting Pelayanan Paliatif
1. Penatalaksanaan sesuai panduan dan protokol tertulis
2. Merawat pasien dalam setting rumah sekaligus RS
3. Dukungan komunikasi tenaga kesehatan yang memuaskan
4. Peran serta keluarga sangat luas dan menyeluruh
5. Family counseling / Family conference
 Tujuan Keperawatan Pasien Dengan Kondisi Terminal
1. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi
2. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna
3. Membantu pasien menerima rasa kehilangan
4. Membantu kenyamanan fisik
5. Mempertahankan harapan (faith and hope)

 Komunikasi Terapeutik Pada Palliative Care


Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam
hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan
intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses
penyembuhan pasien.

 Peran Perawat Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Terminal


ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI PERMASALAHAN PALLIATIVE

• Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Loss (Kehilangan)


Sebab sebab kehilangan:
• Kehilangan fungsi, misalnya: fungsi seksual dan fungsi kontrol usus.
• Hilangnya gambaran diri atau citra diri.
• Hilangnya seseorang yang sangat dekat hubungannya.
• Kehilangan barang yang berharga (rumah, mobil, dan tabungan).

Gejala-gejala Umum:
• Tahap 1: Merasa shock atau terpukul dan tidak percaya.
• Tahap 2: Munculnya kesadaran akan peristiwa kehilangan tersebut kemungkinan klien lanjut usia akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa kehilangan tersebut.
• Tahap 3: Pulih kembali, tingkah laku yang tampak, misalnya kemampuan untuk memahami dan menghayati
kehilangan tersebut.
Asuhan Keperawatan Lansia Usia dengan Tidak ada Harapan Sembuh (yang menghadapi saat
kematian)
Ciri-ciri atau tanda-tanda pada klien lanjut usia menjelang kematian:
 Gerakan dan penginderaan menghilang secara perlahan.Dimulai pada anggota badan, kaki dan ujung
kaki.
 Badan dingin dan lembab terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya.
 Kulit tampak pucat, berwarna kebiru-biruan atau kelabu.
 Denyut nadi mulai tidak teratur.
 Nafas dengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lender pada saluran pernafasan.
 Tekanan darahnya menurun.
 Terjadi gangguan kesadaran.

Tanda-tanda Kematian:
 Pupil (bola matanya) tetap membesar atau melebar dan tidak berubah-ubah.
 Hilangnya semua refleka dan ketiadaan kegiatan otak yang ampak jelas dalam hasil pemeriksaan EEG
yang menunjukkan mendatar dalam waktu 24 jam.
• Pengkajian
a. Perasaan takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan yang begitu
sering diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal, terutama apabila keadaan itu
disebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehat
apabila sedang merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri
pasian dengan cara yang tepat.
b. Emosi
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, mudah marah
c. Tanda Vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi, pernapasan dan
tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan satu sama lain.
d. Kesadaran
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada yang merupakan ekspresi
tentang apa yang dilihat, didengar, dialami dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba,
getar, gerak, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat.
e. Fungsi Tubuh
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ memiliki fungsi khusus.
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b.d adanya penyumbatan slem yang ditandai dengan
sesak napas.
• Gangguan kenyamanan b.d batuk, panas tinggi yang ditandai dengan gelisah.
• Gangguan kesadaran b.d dsampak patologis dengan manifestasi apatis/koma.
• Perubahan nutrisi sebagai dampak patologis dengan menampakkan makanan yang disajikan
sering tidak habis.
• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah dan diare yang ditandai dengan turgor
jelek, mata cekung, suhu naik.
• Gangguan eliminasi alvi b.dobstipasi yang ditandai dengan beberapa hari pasien tidak defekasi.
• Gangguan eliminasi urine b.d produksi urinennya yang ditandai dengan jumlah urine berapa cc.
• Keterbatasan pergerakan b.d tirah baring lam ditandai dengan kaku sendi/otot.
• Gangguan psikologis b.d perubahab pola seksualitas yang ditandai dengan susah tidur, pucat,
murung.
• Cemas b.d memikirkan penyakitnya dengan keluarga.
Intervensi Keperawatan
• Dx Kep: Gangguan kenyamanan b.d batuk, panas tinggi yang ditandai dengan gelisah.
Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi.
Intervensi:
• Mengupayakan penurunan suhu tubuh.
• Memberi obat sesuai dengan program.
•Dx Kep: Perubahan nutrisi sebagai dampak patologis dengan menampakkan makanan yang disajikan sering tidak habis.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi: mempertahankan pemasukan makanan yang cukup.
• Dx Kep: Gangguan eliminasi alvi b.dobstipasi yang ditandai dengan beberapa hari pasien tidak defekasi.
Tujuan: Kebutuhan eliminasi (defekasi) terpenuhi.
Intervensi: Mempertahankan kelancaran defekasi
• Dx Kep: Gangguan eliminasi urine b.d produksi urinennya yang ditandai dengan jumlah urine berapa cc.
Tujuan: Kebutuhan eliminasi (berkemih) terpenuhi. 
Intervensi: Mempertahankan kelancaran berkemih.
• Dx Kep: Keterbatasan pergerakan b.d tirah baring lam ditandai dengan kaku sendi/otot.
Tujuan: Kebutunan pergerakan (sendi/otot) terpenuhi.
Intervensi: Memenuhi kebutuhan gerak (mobilisasi).
Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Yang Mengalami Permasalahan Palliative
Pengkajian Fokus
 Data Demografi
Jenis Kelamin
Laki-laki yang mengalami penurunan pendapatan cenderung berisiko depresi lebih tinggi dibandingkan perempuan karena
laki-laki merupakan kepala keluarga yang mempunyai peran besar dalam keluarga (Lee dan Smith, 2009).
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan lansia dapat mempengaruhi pendapatan uang pensiunan dan mekanisme koping yang dilakukan
(Hayati, 2014).
Anggota Keluarga
Kaji berapa jumlah anggota keluarga inti dan berapa orang yang sekiranya masih dalam masa pembiayaan klien.
Pekerjaan Terdahulu dan Penghasilan
Pekerjaan lansia sebelum pensiun/berhenti bekerja perlu dikaji. Tidak semua pekerjaan apalahi yang bukan pegawai akan
dapat uang pensiun. Selain itu jumlah uang pensiunan juga dapat memengaruhi tingkat stress dan depresi lansia (semakin
rendah jumlah uang pensiun yang diterima maka semakin tinggi tingkat stress dan depresi) (Kurniasih, 2013).
• Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang
Perlu dikaji terkait penyakit yang pernah diderita untuk memprediksi apakah lansia tersebut dapat terserang penyakit
yang sama lagi dikemudian hari atau justru menderita komplikasi akibat penyakit primernya terdahulu.

• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif (head to toe/per sistem) wajib dilakukan meski tidak ada keluhan berarti yang
dirasakan lansia guna mengantisipasi penyakit degeneratif.

• Diagnosa Keperawatan yang Dapat Muncul


• Koping Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem pendukung/strategi koping
• Penampilan Peran Tidak Efektif berhubungan dengan faktor ekonomi
• Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan kesulitan ekonomi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Referensi Berdasarkan
Hasil/NOC NIC/Evidence Based
Practice

Koping Tidak Efektif b.d. Setelah dilakukan tindakan 1) Bina hubungan saling Intervensi nomor 1, 2, 3, 4:
keperawatan selama…..x….jam,
ketidakadekuatan sistem klien mampu menghadapi percaya dengan klien merupakan standar intervensi yang
pendukung/ strategi koping permasalahan yang dihadapi dengan dan/atau keluarga ada pada NIC.
  menggunakan mekanisme koping
2) Berikan kesempatan klien
untuk Intervensi nomor 5: studi yang
dilakukan oleh Surbakti (2008)
mengungkapkan perasaannya, mengungkapkan bahwa
bantu klien identifikasi
stressor
  adaptif yang ditunjukkan dengan: 3) Berikan dukungan pada klien lansia pensiun yang mempunyai tingkat
1) Ekspresi wajah klien tampak apabila telah mengungkapkan depresi rendah ternyata menggunakan
tenang, tidak cemas perasaanya strategi koping adaptif yang
2) Klien mengungkapkan dengan 4) Ajarkan alternatif koping yang berorientasi ego yaitu dengan rutin
verbal tentang perasaan yang lebih konstruktif melaksanakan dan
baik menjadwalkan hobi/kesukaannya dan
5) Ajarkan klien untuk
3) Klien menunjukkan perilaku yang
konstruktif dalam kegiatan sehari- menggunakan strategi koping berupaya untuk
hari berorientasi ego yaitu dengan meningkatkan religiusitas dengan
memfasilitasi dan menjadwalkan membiasakan diri selalu mengadu dan
secara berkala klien melakukan berdoa kepada Tuhan YME apabila ada
hobinya serta membantu klien masalah.
untuk meningkatkan religiusitas,
latih klien untuk senantiasa Intervensi nomor 6: Suprapto (2013)
dalam studinya memaparkan bahwa
berdoa dan mengadu kepada konseling logoterapi dapat
Tuhan YME setiap kali ada meningkatkan kebermakanaan hidup
pada lansia.
masalah.
6) Gunakan pendekatan konseling
logoterapi

Penampilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Diskusikan dengan klien hal-hal apa Intervensi nomor 1 dan 2: merupakan
Peran Tidak Efektif b.d. selama…..x….jam, klien mampu menerima standar intervensi yang ada pada
diri terhadap peran yang diembannya saja yang masih dapat dilakukan dan NIC.
faktor ekonomi sekiranya menghasilkan
karena kondisinya yang sekarang 2) Bangun kepercayaan diri klien Intervensi nomor 3: Penelitian yang
ditunjukkan dengan: dengan memberi motivasi dan pujian dilakukan oleh
1) Klien mengungkapkan 3) Ajarkan suatu keterampilan okupasi Kaharingan et al. (2015) menunjukkan
pada lansia bahwa kegiatan terapi okupasi yang
secara verbal tentang kepuasannya sekarang diajarkan kepada lansia membuat lansia
menjalani peran dalam semakin memaknai dan menghargai hidup.
keluarga
2) Klien mampu menjalani perannya saat
ini dengan strategi koping yang adaptif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Anjurkan keluarga untuk mendukung Intervensi nomor 1: penelitian yang dilakukan
selama…..x….jam, klien mampu
menunjukkan kemampuan mengatur lansia senantiasa memeriksakan Wulandhani, et al. (2014) menunjukkan bahwa
kesehatan keluarga dengan efektif kesehatannya secara Rutin semakin tinggi dukungan keluarga maka
menggunakan kemampuan/sumber daya
2) Advokasi klien untuk mendapatkan semakin termotivasi lansia untuk
yang tersedia yang ditunjukkan dengan:
1) Klien dan keluarga menunjukkan perilaku pembiayaan apabila belum mempunyai memeriksakan kesehatannya.
hidup bersih dan sehat secara rutin keanggotaan asuransi kesehatan
pemerintah Intervensi nomor 2: merupakan standar
3) Berikan pendidikan kesehatan intervensi yang ada di NIC.
terkait pemanfaatan pelayanan
posyandu lansia, risiko
Intervensi nomor 3: hasil studi Yuliani (2015)

2) Klien dan keluarga berpartisipasi aktif kesehatan lansia dan pencegahannya, serta menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan
dalam kegiatan kesehatan di masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi
(posyandu, kerja bakti, senam, dan lain penyakit umum yang sering terjadi di klien lansia ke posyandu lansia.
sebagainya) masyarakat
OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

Anda mungkin juga menyukai