Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

APLIKASI KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA ORANG DEWASA

OLEH: KELOMPOK 6

A13-A KEPERAWATAN

1. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)


2. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
3. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas berkat rahmat beliau penulis mampu menyelesaikan tugas “Keperawatan Komplementer
Dasar” dengan membahas tentang “Aplikasi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer Pada
Orang Dewasa” dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
dan bimbingan orang tua sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sekian dan
terima kasih.

“Om Santi, Santi, Santi Om”

Denpasar, 22 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Keperawatan Komplementer 3

2.2 Pengkajian Keperawatan Komplementer 4

2.3 Diagnosa Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer 5

2.4 Perencanaan dan Implementasi Dalam Keperawatan Komplementer 6

2.5 Evaluasi ……………………………………………………………………………….. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 11

3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara banyaknya
fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan
atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative
Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan
praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003)
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke pengobatan
komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di perbincangkan di kalangan
masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih mengobati keluarga mereka yang
patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobati ke Rumah Sakit ahli
tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh
kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam subuah
penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara
tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien
(46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai
(Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization dalam Lusiana (2006), Negara-negara di Afrika, Asia, dan
Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka
terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk
herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama
untuk penyakit kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya
dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh
penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Beberapa rumah sakit di
Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau
sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Terapi komplementer
dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan dokter. Diharapkan dengan
penggabungan pengobatan konvensional komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih
baik. Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan salah satu dari 12 rumah
1
sakit yang telah ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan mengembangkan
pengobatan komplementer ini dan 12 rumah sakit lainnya adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta,
Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar,
RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo 3 Jakarta, RSUD Dr. Pringadi
Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten (Kemenkes, 2011).
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan komplementer saat
ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut untuk menggunakan pengobatan
komplementer ialah pengalaman berobat di kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya
pengobatan modern yang gagal, pengobatan komplementer lebih murah dibandingkan dengan
pengobatan modern. Kepercayaan terhadap pengobatan komplementer bahkan budaya juga dapat
mempengaruhi anggapan tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari keperawatan komplementer?
2. Bagaimana pengkajian keperawatan komplementer?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer?
4. Bagaimana perencanaan dan implementasi dalam keperawatan komplementer?
5. Bagaimana evaluasi dalam keperawatan komplementer?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari keperawatan komplementer
2. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan komplementer
3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer
4. Untuk mengetahui perencanaan dan implementasi dalam keperawatan komplementer
5. Untuk mengetahui evaluasi dalam keperawatan komplementer

1.4 MANFAAT
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dan pembaca memperoleh
pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai aplikasi proses
keperawatan dalam keperawatan komplementer.
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat menerapkannya asuhan keperawatan komplementer yang baik dan benar.

2
BAB II

PEMBAHAAN

2.1 PENGERTIAN
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik
keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan proses
keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, membuat penilaian yang bijaksana dan mendiagnosa,
mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan, menerapkan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut
(Dermawan, 2012).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Terapi komplementer adalah sebuah
kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan
produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Zulfa dkk,
2018)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer
tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventive, kuratif,
dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan,
dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima
dalam kedokteran konvensional (Zulfa dkk, 2018).
Pada prinsipnya, dokumentasi keperawatan komplementer tidak jauh berbeda
dengan dokumentasi asuhan keperawatan pada umumnya, yang meliputi: proses
pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3
2.2 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Setiadi, 2012). Pengkajian adalah pemikiran
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan,
2012).
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
2.3 Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien
2.4 Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
2.5 Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
2.6 Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya. Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut:
1. Data subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya. Data
subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan dan
ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga,
konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Data objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah
sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual.
2. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah pasien dan
menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
4. Dicatat dalam catatan keperawatan secara sistematis dan terus menerus.
5. Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual.
6. Dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang
relevan Untuk pengkajian keperawatan komplementer
meliputi:
1. Identitas pasien

4
2. Keluhan utama
3. Keluhan tambahan
4. Riwayat keluhan utama dan keluhan tambahan
5. Riwayat menggunakan perawatan/pengobatan komplementer
6. Riwayat alergi
7. Data focus masalah pemenuhan kebutuhan dasar
8. Data focus pemeriksaan fisik
9. Data penunjang (lab, USG,X-ray, MRI)
10. Data pemeriksaan komplementer
a. Nama titik yang bermasalah
b. Lokasi titik bermasalah

2.3 DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data
(Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilhan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat menurut
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Allen, 1998).
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana
perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ).
Kriteria diagnosa keperawatan antara lain sebagai berikut ( Nursalam, 2015 ) :
2.3 Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan kesenjangan.
2.4 Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien.
2.5 Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.
2.6 Komponen diagnosa terdiri atas PE/PES.
2.7 Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data
terbaru. Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi sebagai
berikut:

5
1. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
2. Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
3. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
4. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
5. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah klien.
6. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi
keperawatan. Di dalam diagnose NANDA, terdapat 3 tipe diagnose yaitu:
1. Diagnosa aktual
Dengan format penulisan: PES (P berhubungan dengan E ditandai dengan S)
2. Diagnosa risiko
Dengan format penulisan: P dengan adanya faktor risiko N
3. Promosi Kesehatan
Dengan format penulisan: P ditandai dengan defining karakteristik
(batasan karakteristik)
Untuk diagnosa keperawatan komplementer disesuaikan dengan diagnosa pada NANDA

2.4 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(Dermawan, 2012). Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan
tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Setiadi, 2012).
Langkah – langkah perencanaan keperawatan menurut Manurung (2011) adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan prioritas masalah.
Prioritas keperawatan adalah penyusunan diagnose keperawatan atau masalah pasien
dengan menggunakan tingkat kedaruratan atau kepentingan untuk memperoleh
tahapan

6
intervensi keperawatan yang dibutuhkan. Saat menentukan prioritas
diagnosa keperawatan digunakan standar prioritas kebutuhan dari
Maslow, sebagai berikut : Prioritas 1 : masalah yang berhubungan dengan kebutuhan
fisiologis seperti respirasi, sirkulasi, nutrisi, hidrasi, eliminasi, suhu dan kesenjangan
fisik.
Prioritas 2 : masalah yang berpengaruh pada keselamatan dan keamanan.
Prioritas 3 : masalah yang berpengaruh terhadap cinta dan rasa memiliki. Prioritas 4 :
masalah yang berpengaruh pada rasa harga diri.
Prioritas 5 : masalah yang berpengaruh pada kemampuan mencapai sasaran pribadi
atau aktualisasi diri. Pengurutan prioritas akan dipengaruhi oleh faktorfaktor persepsi
pasien terhadap prioritas, untuk itu menanyakan kepada pasien tentang apa yang
dirasakannya merupakan hal yang penting.
2. Menuliskan tujuan dan kriteria hasil.
Tujuan perawatan adalah hasil yang diinginkan dari asuhan keperawatan yang
diharapkan dapat dicapai bersama pasien serta direncanakan untuk mengurangi
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Manurung, 2011).
Saat merumuskan tujuan, ada beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan
menurut Manurung (2011), yaitu :
a. Tujuan dinyatakan dengan istilah hasil yang ingin dicapai, bukan tindakan
keperawatannya.
b. Tujuan keperawatan harus menggambarkan perilaku pasien yang dapat diamati dan
diukur.
c. Tujuan harus realistis, mencerminkan kemampuan dan keterlibatan pasien.
d. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan.

Kriteria hasil mempunyai ciri-ciri menurut Dermawan (2012) yaitu setiap kriteria hasil
berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang ditetapkan dalam kriteria
hasil, memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal
yang spesifik, kriteria harus sekonkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran,
kriteria cukup besar atau dapat diukur, kriteria menggunakan kata-kata positif bukan
menggunakan kata negatif. Pedoman penulisan kriteria hasil menurut Setiadi (2012)
adalah berfokus pada pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada
batas waktu, ditentukan oleh perawat dan pasien.

7
b. Memilih rencana tindakan atau intervensi keperawatan.
a. Tindakan keperawatan harus aman bagi pasien.
b. Tindakan keperawatan harus sejalan dengan tindakan pengobatan.
c. Tindakan keperawatan harus didasari prinsip dan pengetahuan yang digabungkan dari
pendidikan dan pengalaman sebelumnya.
d. Tulis sekumpulan tindakan keperawatan untuk mencapai setiap tujuan.
e. Pilih satu kumpulan tindakan keperawatan yang kiranya cocok dengan sikap yang
disebutkan dalam pernyataan tujuan.
f. Tindakan keperawatan harus realistis.
g. Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan kesehatan pasien dan sejalan
dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien.
h. Gunakan pasien sebagai sumber-sumber dalam memilih tindakan keperawatan.
Tulis tindakan keperawatn secara berurutan Contoh intervensi keperawatan komplementer :
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut b/d NOC : NIC :
dengan agens Comfort Status : Accupresure
cidera biologis d/d Physical 1. Perhatikan kontraindikasi 1. Mencegah hal-
dengan pasien Setelah dilakukan tindakan acupressure hal yg tidak
mengatakan nyeri tindakan terhadap pasien diinginkan
pada kepala keperawatan 2. Putuskan aplikasi 2. Membantu
bagian samping, selama 1 x 30 akupresure untk mempercepat
dirasakan seperti menit, diharapkan pengobatan proses
di tusuk – tusuk nyeri akut pasien penyembuhan
sejak bangun berkurang dengan 3. Tentukan kenyamanan 3. Memberikan
tidur, nyeri timbul kriteria hasil : pasien secara psikologis kenyamanan
setiap saat dengan - Pasien tidak lagi dengan sentuhan untuk pasien
skala nyeri 4 ( 0- mengeluh nyeri/ 4. Tentukan accupoint yang 4. Mengetahui
10 ) terdapat nyeri nyeri yg ada akan distimulasi letak accupoint
tekan pada titik sudah berkurang yg bermasalah
DU20 / GV20, - Pasien tidak 5. Lakukan stimulasi di titik- 5. Membantu

8
EX HN 3, EX HN tampak titik accupoint mempercepat
5, dan GB 43 menahan nyeri proses
- Skala nyeri 2 penyembuhan
6. Anjurkan pasien untuk 6. Agar pasien
rileks/tenang merasa nyaman
7. Berikan terapi knee chest 7. Untuk
meningkatkan
NIC : tekanan darah
Massage
1. Perhatikan kontraindikasi
terhadap tindakan massage 1. untuk mencegah
yang akan dilakukan pada hal yang tidak
pasien diinginkan
2. Putuskan aplikasi massage
untuk pengobatan 2. untuk
mempercepat
proses
3. Tentukan letak / area yg penyembuhan
akan di massage 3. agar area yang
akan di massage
tepat pada titik
4. Gunakan minyak atau yg bermasalah
lotion untuk massage 4. untuk
kecuali area kepala mengurangi
5. Lakukan massage di area gesekan yang
yg sudah ditentukan kasar
dengan memijat terus 5. untuk
menerus, rata, pukulan membantu
yang lama, meremas dan proses
getaran penyembuhan
6. Anjurkan pasien unutk 6. agar pasien

9
rileks/tenang tetap rileks dan
7. Berikan pasien terapi nyaman
herbal 7. Membantu
proses
penyembuhan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien (Riyadi,
2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Pedoman implementasi keperawatan menurut
Dermawan (2012) sebagai berikut:
a. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi
rencana. Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasar
pada rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan
yang sedang diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada
tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien
di lingkungan yang sesuai. Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan
keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran diri dan kekuatan
serta keterbatasan perawat menunjang pemberian asuhan yang kompeten dan efisien
sekaligus memerankan peran keperawatan profesional.
c. Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi. Selama melaksanakan implementasi,
keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat,
melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan efisien, menerapkan prinsip yang baik,
mengindividualisasikan tindakan dan mendukung pasien selama tindakan tersebut.
d. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan
dan rencana asuhan. Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas deskripsi
tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan
yang tidak diimplementasikan juga dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan
untuk meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan pasien
guna mencapai kriteria hasil.
2.5 Evaluasi
Menurut (Nursalam, 2001), Evaluasi adalah langkah akhir dari proses perawatan.
Tugas selama tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan
keperawatan dan intervensi jika perlu. Lebih lanjut, pernyataan evaluasi memberikan

10
informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang direncanakan pada keadaan
kesehatan klien. Evaluasi merupakan fase pengkajian proses keperawatan, menilai keefektifan
tindakan keperawatan dan mengindikasi kemajuan klien terhadap tujuan pencapaian.
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan
itu untuk mencegah atau mengobati respon manusia terhadap prosedur, kesehatan. Sedangkan
komponen evaluasi dicatat untuk (Nursalam, 2001) :
1. Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya berhubungan dengan semua arti umum
untuk semua perawat.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah mengawali,
melanjutkan, memodifikasi atau menghentikan tindakan keperawatan.
3. Memberikan bukti revisi untuk perencanaan perawatan yang berdasarkan pada catatan
penilaian ulang atau reformulasi diagnosa perawatan.
4. Standar dokumentasi untuk terus mencatat pernyataan evaluasi perawatan yang
merefleksikan keefektifan asuhan keperawatan, respon klien untuk intervensi perawatan,
dan revisi rencana keperawatan.
Tipe-tipe Pernyataan Evaluasi
1. Pernyataan evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat/setelah
dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan.
Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa
pusing.
2. Pernyataan evaluasi sumatif

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.
Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh perawat nama , nomor
kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang terdapat diatas berguna agar mempermudah
perawat dalam mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien lain.
Ditable Evaluasi juga terdapat:
1. Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan keperwatan
terhadap pasien. Berfungsi agar jelas dalam pendokumentasiannya serta terperinci.
2. Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien. Pada tahap
11
evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAP atau SOAPIER:
S: Subyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data ini
berhubungan dengan criteria hasil
O: Obyektif: Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini juga
berhubungan dengan criteria hasil.
A: Analisa: Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi
atau tidak
P: Plan of Care: Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap pasien.
Paraf harus disertai nama jelas, tujuannya untuk pembuktian dan pertanggung gugat bagi
perawat jika suatu saat kondisi pasien memburuk atau sampai berada ditangan hukum

12
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk
didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya
profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi
komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan
melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar
menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan. Perawat sebagai salah satu
profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi
komplementer. Peran perawat dalam meberikan asuhan keperawatan
komplementer harus sesuai dengan proses keperawatan dengan memperhatikan
kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual. Arah perkembangan kebutuhan
masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam
terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.

3.2 SARAN
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penulis berharap agar para pembaca
dapat lebih memahami mengenai aplikasi proses keperawatan dalam keperawatan
komplementer sehingga ilmu yang didapatkan bermanfaat di masa yang akan
datang dan dapat diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan
komplementer yang efektif dan efesien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st
ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hamijoyo, L. (2003). Complementary medicine in Reumatology. http://medikaholistik.com.

Diakses pada tanggal 21 November 2019


Kemenkes RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan Kefarmasian,
Jakarta.
Manurung, S. (2011). Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan
intranatal.Jakarta : Trans Info Media
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik edisi 1.
Jakarta : Salemba Medika.
Peleg, R. (2011). Patients Visiting the Complementary Clinic for Pain : a Cross
Sectional Study. http://www.biomedcentral.com/1472-6882/11/36. BMC.
Diakses pada tanggal 21 November 2019
Riyadi, S. Suharsono, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta : G Osyen
Setiadi. 2012. Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.

Yogyakarta : Graha Ilmu


Sumijatun. (2010). Konsep dasar menuju keperawatan profesional.Jakarta: TIM Zulfa,
dkk, 2018. Terapi Komplementer, Mojokerto : STIKes Majapahit Mojokerto

14

Anda mungkin juga menyukai