Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN PALIATIF

KEGAWATAN YANG MUNCUL PADA


KEPERAWATAN PALIATIF

Oleh:
NAMA KELOMPOK 1 :
1. Anak Agung Gde Weda Pratama (193213005)
2. Ayu Novita Sari Tampubolon (193213008)
3. Febriyani Falentien Fairnap (193213011)
4. I Komang Febiana (193213016)
5. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
6. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
7. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Ideologi
Negara. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini
dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritikserta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi
kita sekalian

Denpasar , 09 Maret 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I .......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................1
BAB II ........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN .........................................................................................................................2
2.1 Manfaat dan kerugian serta indikasi operasi, kemoterapi, radioterapi, mmune terapi,
hormone terapi, dan radioisotope terapi. ..................................................................................2
2.2 Manajemen Penyakit Yang Life Limiting Dalam Palliative Care ...................................... 12
2.3 Manajemen Yang Efektif Untuk Kegawatan Dalam Setting Palliative Care...................... 14
2.4 Tanda-Tanda Keperawatan Paliatif yang Memerlukan Rujukan ....................................... 15
BAB III ..................................................................................................................................... 18
PENUTUP ................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh,dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Menghargai setiap
kehidupan, Mengganggap kematian sebagai proses yang normal, Tidak mempercepat
atau menunda kematian, Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal
yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan
pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan
spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan
dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai
akhir hayatnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa manfaat dan kerugian serta indikasi operasi, kemoterapi, radioterapi, mmune terapi,
hormone terapi, dan radioisotope terapi?
2. Bagaimana manajemen penyakit yang life limiting lainnya dalam palliative care?
3. Bagaimana manajemen yang efektif untuk kegawatan dalam setting palliative care?
4. Apa tanda tanda kegawatan palliative care yang memerlukan rujukan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa manfaat dan kerugian serta indikasi operasi, kemoterapi,
radioterapi, mmune terapi, hormone terapi, dan radioisotope terapi
2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen penyakit yang life limiting lainnya dalam
palliative care?
3. Untuk mengetahui bagaimana manajemen yang efektif untuk kegawatan dalam setting
palliative care?
4. Untuk mengetahui apa tanda tanda kegawatan palliative care yang memerlukan rujukan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manfaat dan kerugian serta indikasi operasi, kemoterapi, radioterapi, mmune terapi,
hormone terapi, dan radioisotope terapi.
1. Operasi

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh (LeMone dan Burke, 2004). Pada
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada bagian tubuh yang akan ditangani, lalu
dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
(Syamsuhidajat, 2010). Pembedahan dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu
penyakit, cedera atau cacat, serta mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin
disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter dan Perry 2006).

 Manfaat

Tak hanya mengobati, bedah dilakukan juga untuk mencegah suatu kondisi yang lebih
buruk lagi. Misalnya, operasi pengangkatan polip usus yang bila tak ditangani akan
dapat tumbuh menjadi kanker. Menghilangkan. Operasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengangkat sejumlah jaringan dalam tubuh.

 Komplikasi yang bisa terjadi setelah operasi

1. Rasa nyeri karena sayatan pada kulit

Nyeri pasca operasi merupakan hal yang normal dan umum terjadi. Beberapa langkah
dapat diambil untuk meminimalisasi atau meredakannya, namun rasa nyeri pasca
operasi dapat memburuk ketika disertai dengan gejala lainnya, yang bisa jadi adalah
komplikasi setelah operasi yang butuh penanganan medis.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak yang menjalani operasi juga merasakan nyeri
yang sama, dan mereka biasanya akan mengekspresikan rasa nyerinya dengan ucapan
seperti sakit. Penyebab rasa nyeri biasanya datang pada penyayatan pada kulit yang

2
akan merangsang saraf untuk menghantarkan sinyal rasa nyeri ke otak. Seiring tubuh
yang mulai sembuh, rasa nyeri seharusnya berkurang dan akhirnya hilang sama sekali.
Lamanya nyeri pasca operasi dapat tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi
kesehatan seseorang, adanya penyakit lain, dan juga kebiasaan merokok.

Untuk mengatasi rasa nyeri pasca operasi, dokter biasanya sudah meresepkan obat
untuk meringankannya. Beberapa jenis obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri,
antara lain, asetaminophen, nonsteroidal anti-inflammatory medications (NSAID),
seperti ibuprofen dan naproxen.

2. Efek samping obat bius yang bisa menyebabkan mual dan muntah

Apa yang terjadi jika para ahli di bidang kesehatan tidak menemukan obat bius?
Pastinya, kita akan mendengar jeritan kesakitan para pasien dari balik pintu ruang
medis. Dalam bidang kesehatan, pembiusan disebut dengan anestesi, yang berarti
‘tanpa sensasi’.

Tujuan obat bius adalah membuat mati rasa area tubuh tertentu atau bahkan membuat
Anda tidak sadarkan diri (tertidur). Dengan mengaplikasikan obat bius, dokter bisa
leluasa melakukan tindakan medis yang melibatkan peralatan tajam dan bagian tubuh
tanpa menyakiti Anda.

Obat bius mungkin menimbulkan efek samping yang membuat Anda tidak nyaman
seperti mual, muntah, gatal, pusing, memar, sulit buang air kecil, merasa kedinginan
dan menggigil. Biasanya efek-efek tersebut tidak belangsung lama. Selain efek
samping, komplikasi setelah operasi karena obat bius ini mungkin saja bisa terjadi.
Berikut beberapa hal buruk, meski jarang terjadi, yang mungkin menimpa Anda:

- Reaksi alergi terhadap obat bius.


- Kerusakan saraf permanen.
- Pneumonia.
- Kebutaan.
- Meninggal.

3
3.Infeksi akibat luka operasi yang bisa menyebabkan sakit

Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi pasca operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah
operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai
10 hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup
maupun pada luka yang terbuka. Infeksi dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang
dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius,
infeksi pasca operasi dapat mengenai organ tubuh.

Infeksi pada luka operasi membutuhkan perhatian khusus oleh tenaga medis secara
langsung karena infeksi dapat sangat berbahaya bila menyebar dan mengenai organ
yang vital. Berikut gejala infeksi luka operasi:

- Terdapat nanah, darah atau cairan yang keluar dari luka operasi
- Terdapat rasa nyeri, bengkak, memerah, menghangat dan demam
- Luka operasi yang tidak kunjung sembuh atau mengering

 Indikasi

Tidakan pembedahan/operasi dilakukan dengan berbagai indikasi diantaranya adalah :

a. Diagnostik : biopsi atau laparotomy eksploitasi

b. Kuratif : eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi

c. Reparatif : memperbaiki luka multipel

d. Rekontruksif/kosmetik : mammaoplasty, atau bedah platik

e. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh : pemasangan


selang gastrotomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan
menelan makanan

4
2. Kemoterapi

Kemoterapi adalah metode pengobatan penyakit menggunakan obat-obatan. Namun,


kebanyakan orang mendefinisikan kemoterapi (sering disingkat sebagai kemo) sebagai
metode pengobatan kanker menggunakan obat-obatan yang diracik khusus untuk membunuh sel
kanker.

Saat ini, kebanyakan perawatan kanker berbasis obat-obatan ini dilakukan di rumah sakit atau di
pusat perawatan paliatif. Berdasarkan American Cancer Society,

 Manfaat utama dari pengobatan kanker dengan kemoterapi adalah:

1. Menyembuhkan Penyakit Kanker

Arti kemoterapi sendiri yakni metode membunuh kanker yang bertujuan untuk
menyembuhkan kanker dan tak kembali atau kumat. Umumnya dokter tak menerapkan kata
“obat” selain sebagai kemungkinan. Disaat memberikan pengobatan yang mempunyai
kemungkinan bisa menyembuhkan kanker seseorang, dokter bisa menggambarkannya sebagai
pengobatan dengan maksud sebagai penyembuhan.

Kemoterapi tak ada jaminan pasti untuk menyembuhkan kanker, sebab pengobatann ini tak
senantiasa sukses. Umumnya perlu waktu bertahun-tahun untuk mengenal apakah kanker
seseorang benar-benar sembuh.

2. Mengendalikan Penyakit Kanker

Sekiranya penyembuhan tak memungkinkan, tujuannya mungkin untuk mengatur penyakit


kanker. Kemoterapi dipakai untuk mengurangi masa tumor atau menghentikan kanker supaya
tak tumbuh dan menyebar. Sistem ini dapat menolong penderita kanker merasa lebih bagus
dan hidup lebih lama.

Lazimnya, kanker tak sepenuhnya sirna, melainkan diatur dan dikelola sebagai penyakit
kronis, seperti penyakit jantung atau diabetes. Kanker hal yang demikian malah mungkin telah
sirna untuk sementara waktu, melainkan diperkirakan mengalami kekambuhan.

5
3. Meringankan Penyakit Kanker

Kemoterapi juga bisa dipakai untuk meringankan gejala kanker. Juga disebut kemoterapi
paliatif atau paliatif.

Dikala kanker stadium lanjut, yang berarti tak terkendali dan sudah menyebar ke komponen
lain dari tubuh. Tujuannya kemo untuk meningkatkan mutu hidup atau menolong penderita
kanker merasa lebih bagus. Contohnya, kemo bisa dipakai untuk menolong mengecilkan
tumor yang menyebabkan rasa sakit.

 Efek samping kemoterapi


Kemoterapi mengobati bermacam-macam macam kanker secara tepat sasaran. Namun
perawatan tak jarang memunculkan efek samping. Efek samping dari kemoterapi berbeda untuk
tiap-tiap orang.

Mereka tergantung pada macam kanker, lokasi, obat-obatan dan dosis, dan kesehatan lazim
Anda. Berikut ini efek samping kemoterapi yang lazim hingga yang kurang lazim:

1. Mual
2. Muntah
3. Sembelit
4. Diare
5. Kehilangan nafsu makan
6. Rambut rontok
7. Kelelahan
8. Demam
9. Sakit pada mulut
10. Rasa nyeri
11. Mudah memar

Kebanyakan efek samping hal yang demikian bisa dicegah atau diselesaikan, dan mereda
sesudah pengobatan selesai. Tapi, ada sebagian efek samping yang berlangsung lama atau

6
timbul sesudah sebagian bulan atau tahun sesudah pengobatan. Efek samping yang terjadi pada
rentang panjang tergantung dari obat yang diaplikasikan, tapi bisa mencakup:

1. Kerusakan saraf
2. Kemandulan
3. Masalah jantung
4. Masalah ginjal
5. Risiko kanker lainnya
6. Kerusakan jaringan paru-paru

 Indikasi Kemoterapi

Pelaksanaan kemoterapi menjadi metode pengobatan utama kanker yang dianjurkan oleh
dokter karena bertujuan untuk:

- Menghambat penyebaran kanker.


- Menyembuhkan kanker secara keseluruhan. Kemoterapi ini juga digunakan pasca
prosedur operasi guna membunuh sel kanker yang masih tersisa dalam tubuh.
- Meningkatkan keberhasilan metode pengobatan lain, praoperasi atau kemoterapi yang
dikombinasikan dengan radioterapi.
- Meringankan gejala yang diderita.
3. Radioterapi

Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menakutkan. Salah satu pengobatan
yang dilakukan adalah radioterapi atau terapi radiasi dengan memanfaatkan sinar sebagai energi
intensif membunuh sel kanker. Terapi radiasi pada umumnya menggunakan kekuatan X-
ray, namun bisa juga memanfaatkan kekuatan proton atau jenis energi lain. Terapi radiasi
berfungsi merusak sel kanker dengan menghancurkan materi genetika sel yang mengontrol
pertumbuhan dan pembelahan diri sel kanker.

 Manfaat :Sebagian besar penderita kanker akan menerima terapi radiasi sebagai bagian dari
pengobatan. Radioterapi dimanfaatkan oleh para dokter untuk membantu pengobatan hampir

7
semua jenis kanker. Terapi radiasi ini juga berguna dalam mengobati beberapa jenis tumor
jinak. Berikut adalah beberapa alasan mengapa radioterapi dilakukan:

a. Sebagai satu-satunya jenis pengobatan untuk kanker.

b. Kombinasi dengan jenis pengobatan lain seperti kemoterapi untuk menghancurkan sel
kanker.

c. Menghentikan pertumbuhan sel kanker yang masih ada setelah operasi (terapi adjuvant).

d. Memperkecil ukuran kanker sebelum operasi (terapi neoadjuvant).

e. Pada kanker stadium lanjut, guna meringankan gejala yang disebabkan oleh kanker.

 Efek samping radioterapi

Tergantung kepada bagian tubuh mana yang terkena radiasi dan seberapa banyak intensitas
yang digunakan. Mungkin saja seseorang tidak mengalami efek samping, sementara yang lain
mengalami beberapa efek samping secara sekaligus. Sebagian besar efek samping bersifat
sementara, mampu dikendalikan, dan yang terpenting akan segera hilang setelah terapi selesai.

a. Kepala dan leher. Radioterapi yang dilakukan di sekitar kepala dan leher, kemungkinan
efek samping antara lain kondisi mulut kering, air liur yang mengental, sakit tenggorakan,
sulit menelan, perubahan rasa pada makanan yang dikonsumsi, mual, sariawan dan
kerusakan pada gigi.
b. Dada. Terapi radiasi yang dilakukan pada bagian dada dapat menyebabkan efek samping
berupa batuk, napas yang pendek, dan kesulitan menelan.
c. Perut. Di bagian perut, efek samping yang terjadi biasanya mual, muntah, dan diare.
d. Panggul. Efek samping dapat berupa iritasi kandung kemih, sering buang air kecil, diare,
dan disfungsi seksual sebagai efek dari terapi radiasi yang dilakukan di sekitar panggul.

Selain itu ada juga risiko yang umum dikeluhkan setelah terapi radiasi, antara lain kerontokan
pada rambut, iritasi kulit di lokasi terapi, dan rasa lelah.

Efek tersebut biasanya akan berkurang beberapa hari atau minggu setelah pengobatan selesai.
Meski jarang terjadi, radioterapi juga memiliki kemungkinan dampak jangka panjang. Misalnya

8
pengobatan pada bagian kelamin atau panggul berisiko menyebabkan kemandulan yang
permanen.

 Indikasi Radioterapi

Terapi lokal → mematikan sel kanker & seminimal mungkin merusak jaringan normal
disekitarnya. Radioterapi memberikan keuntungan karena biasanya fungsi organ masih
dapat dipertahankan dan kosmetik cukup baik.

4. Immune Terapi

Imunoterapi adalah jenis penanganan kanker yang bekerja dengan mendorong sistem imun
pasien untuk menyerang sel kanker. Imunoterapi digadang-gadangkan sebagai terobosan medis
untuk menangani kanker dengan efek samping yang lebih sedikit.

 Manfaat imunoterapi dalam penanganan kanker


Sebagai terobosan medis dalam penanganan kanker, imunoterapi memiliki potensi manfaat
berikut ini:

a. Berpotensi efektif untuk tangani kanker tertentu di saat penanganan lain tidak bekerja -
seperti pada kanker kulit yang tidak merespons kemoterapi dan terapi radiasi.
b. Dapat bersinergi dengan penanganan kanker lain
c. Memiliki risiko efek samping yang lebih minimal dibanding penanganan lain
d. Menurunkan risiko kanker muncul kembali di kemudian hari karena sistem imun memiliki
kemampuan imunomemori untuk mengingat sel kanker sebelumnya.

 Mempertimbangkan Efek Negatif Imunoterapi

Beberapa efek samping yang umum terjadi selama pengobatan adalah nyeri, bengkak, kemerahan,
gatal, serta ruam pada kulit di area suntikan. Selain itu, dapat muncul juga gejala flu, seperti
demam, pusing, nyeri otot, dan sakit kepala.

Efek samping ini bisa bervariasi pada tiap pasien, tergantung kondisi kesehatannya, jenis kanker
yang diderita, jenis imunoterapi yang dilakukan, dan dosis yang diberikan. Selain memiliki efek
samping, imunoterapi juga memiliki sejumlah risiko lain, yaitu:

9
a. Berpotensi merusak organ lain

Beberapa jenis imunoterapi dapat membuat sistem imun menyerang organ lain, seperti jantung,
usus, paru, dan ginjal.

b. Hasil terapi tidak selalu cepat

Pada beberapa kasus, imunoterapi dapat berlangsung lebih lama dari pengobatan kanker
lainnya.

c. Belum tentu cocok untuk semua orang

Pada sebagian orang, imunoterapi tidak membunuh sel kanker, melainkan hanya membuat sel-
sel tersebut berhenti berkembang. Namun, penyebabnya belum diketahui.

e. Kemungkinan sel kanker berkembang lagi

Tubuh bisa menjadi kebal terhadap terapi ini, di mana beberapa terapi awal dapat memberikan
hasil positif, namun kemudian sel kanker berkembang lagi.

Selain memiliki manfaat, imunoterapi juga memiliki risiko. Oleh karena itu, diskusikan
dahulu dengan dokter secara rinci, sebelum Anda memutuskan untuk menjalani imunoterapi
sebagai pengobatan kanker.

 Terapi diindikasikan untuk orang yang sangat alergi atau yang tidak dapat
menghindari alergen tertentu. Imunoterapi umumnya tidak diindikasikan untuk alergi makanan
atau obat. Terapi ini sangat berguna untuk penderita rinitis alergi atau asma.

5. Hormone Terapy

Terapi hormonal adalah metode pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi medis
yang berhubungan dengan gangguan hormonal, mulai dari meringankan gejala menopause hingga
meningkatkan kesuburan.

 Manfaat :

Secara umum, manfaat terapi hormon untuk kanker payudara adalah:

10
- Menghambat pertumbuhan sel kanker.
- Mengurangi risiko penyebaran sel kanker ke jaringan lain.

- Mengurangi ukuran tumor di payudara sebelum operasi.

 Efek samping :
Selain memengaruhi menstruasi, terapi hormon juga dapat menimbulkan efek samping,
seperti keputihan, iritasi vagina, wajah terasa panas, mual, kelelahan, maupun nyeri otot
dan sendi. Oleh karena itu, sebelum terapi hormon untuk kanker payudara, diskusikan
secara mendalam bersama dokter. Pastikan Anda benar-benar memahami cara kerja terapi
hormon dan efek yang mungkin ditimbulkannya. Sehingga pengobatan ini dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
6.Radioisotop

Aplikasi teknik nuklir, baik aplikasi radiasi maupun radio-isotop, sangat dirasakan
manfaatnya sejak program penggunaan tenaga atom untuk maksud damai dilancarkan pada tahun
1953. Positron Emission Tomography (PET) merupakan metode terbaru untuk mencitrakan fungsi
fisiologis jaringan tubuh manusia. Energi radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi dapat
menyebabkan perubahan dari segi fisis, kimia dan biologi pada materi yang dilaluinya. Perubahan
yang terjadi dapat dikendalikan dengan jalan memilih jenis radiasi (atau neutron) serta mengatur
dosis terserap, sesuai dengan efek yang ingin dicapai. Berdasarkan sifat tersebut, radiasi dapat
digunakan untuk penyinaran langsung seperti antara lain pada radioterapi, dan sterilisasi. Selain
itu, radiasi yang dipancarkan oleh suatu radioisotop, lokasi dan distribusinya dapat dideteksi dari
luar tubuh secara tepat, serta aktivitasnya dapat diukur secara akurat; sehingga penggunaan
radioisotop sebagai perunut, sangat bermanfaat dalam studi metabolisme, serta teknik pelacakan
dan penataan berbagai organ tubuh, tanpa harus melakukan pembedahan, khususnya dalam
penggunaannya untuk mendeteksi dini sel kanker atau yang lebih dikenal penyakit kanker dengan
metode PET.

Unsur unsur radioaktif secara khusus di bahas dalam radiokimia. Unsur bersifat radioaktif karena
ada perubahan struktur inti. Dalam ilmu kimia dipelajari secara khusus pada materi radiokimia,
yaitu mempelajari penggunaan atau teknik - teknik kimia dalam mengkaji zat radioaktif serta

11
pengaruh kimiawi dari radiasinya. Unsur radioaktif memiliki sifat khusus, yaitu dapat meluruh,
menghasilkan reaksi inti dengan tingkat energi yang besar.

 Bahaya radioisotope
- Dapat merusak sel-sel penting seperti sel tulang sumsum /penghasil sel darah, akibat
radiasi tinggi yang tidak terkendali (termasuk juga radiasi sinar gamma)
- Dapat merusak/mematikan jaringan atau sel-sel pada makhluk hidup
- Dapat merusak/mengubah struktur DNA makhluk hidup
- Dapat mengakibatkan tumor atau kanker
- Radon yang terhirup paru-paru memancarkan alpha dapat menimbulkan kerusakan dan
pertumbuhan kanker
- Dapat menimbulkan luka bakar (akibat radiasi dosis tinggi).

2.2 Manajemen Penyakit Yang Life Limiting Dalam Palliative Care


Perawatan Paliatif Pada Pasien Odha
Pengertian : Perawatan yang dilakukan untuk membantu meringankan dari penderitaan fisik
sampai psikologis pada pasien yang tidak dapat disembuhkan atau dalam tahap terminal.
Tujuan perawatan paliatif
1. Menghilangkan nyeri
Adalah dasar dari perawatan paliatif, hal ini sering tidak dapat diatasi karena keterbatasan
pengertian tentang prinsip tata laksana nyeri
2. Menghilangkan beberapa gejala infeksi seperti batuk, panas, naunsea, diare, dan gatal kulit
3. Mencegah terhadap beberapa masalah seperti decubitus
4. Hidup berkualitas meliputi fisik, sosiologi, spiritual.
5. Dukungan kepada pasien.
Prinsip tatalaksana nyeri
1. Nyeri adalah kondisi yang dirasakan secara sensoris dan emosional yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan
2. Nyeri adalah apa yang diucapkan seseorang
3. Nyeri nociceptive adalah berasal dari jaringan diluar syaraf, Nyeri neuropatik adalah yang
disebabkan karena disfungsi atau kelainan jaringan syaraf

12
4. ODHA dapat menderita nyeri akut ataupun kronik
5. Nyeri pada ODHA seringkali berat dan sulit diatasi
6. Tatalaksana nyeri sesuai WHO, mengikuti jenjang analgetik
Gejala saat perawatan paliatif yang muncul pada pasien ODHA :
1. Sesak napas
2. Muntah
3. Gatal
4. Perawatan kulit
5. Perawatan Mulut
6. Nyeri
Perawatan paliatif pasien ODHA dengan gangguan :
1. Sesak Napas
1) Infeksi paru atau kanker: Sarkoma Kaposi; limfoma kortikosteroid + antibiotik
2) Aspirasi cairan pleura
3) Oksigen
4) Morphin untuk enxietas, nyeri dan etidak nyamanan
5) Bronkodilator dg nebulizer
6) Posisi ½ duduk di tempat tidur
2. Muntah
1) Mengganggu masukan cairan , dehidrasi , perlu rehidrasi
2) Bujuk pasien minum sedikit-sedikit tapi sering
3) Dapat diberi metoclopropamide (primperan)
3. Perawatan Kulit
1) Hindari dekubitus
2) Ganti posisi tidur setiap 4 jam
3) Alas tidur lebih lunak
4) Bila sudah ada kemerahan, hidari penekanan
5) Beri lotion – kamper spiritus
6) Ganti segera linen yang kotor
7) Massage titik yang tertekan: tumit, siku, pergelangan kaki, punggung, pinggul
8) Tutup luka dengan kain kasa dan krem antiseptik

13
4. Perawatan Mulut
1) Bersihkan dengan sikat gigi yang lembut 2 - 3 kali sehari
2) Kumur sesudah makan
3) Bila ada luka atau radang mulut makanan lunak atau cair.
4) Obati sesuai indikasi

2.3 Manajemen Yang Efektif Untuk Kegawatan Dalam Setting Palliative Care
1. Manajemen Untuk Sindroma Vena Kava Superior

Perikardiosentesis : meringankan temponade.


Penatalaksanaan definitif : operasi.
Pada kondisi hemodinamik yang stabil : kemoterapi dan radioterapi pada jenis kanker yang
responsif.

2. Manajemen adanya Masa Trakeal atau Mediastinum

Radioterapi : mengecilkan masa pada trakeal atau mediastinum.

3. Pemantauan balans cairan dan status kardiopulmoner untuk mencegah kelebihan cairan dan
gagal jantung.

4. Terapi furosemid dan hidrasi dengan cairan saline dapat menurunkan hiperkalsemia.

5. Manajemen hidrasi intra vena bila kadar > 7 mg/dl: alkalinisasi dengan Na bicarbonate.

6. Hemodialisa untuk indikasi kasus yang berat terutama gagal ginjal kronik.

7. Manajemen hidrasi dan alkalinisasi hemodialisa jika diperlukan untuk penyakit gagal
ginjal kronik.

8. Manajemen untuk Hiponatremia

Batasi intake cairan 500 m/hri. Terapi radiasi dan pemberian kortikosteroid dapat
mengurangi sindroma berat hormon diuretik karena metastase ke otak.

9. Manajemen untuk Hiponatremia Berat dan Hipoglikemia

14
Manajemen : mengatasi kekurangan darah adalah tindakan yang pertama kali dilakukan.
Bila kelebihan cairan dapat diberikan furosemid.

10. Manajemen Mengatasi Asites

Mengatasi tumor primernya paresentesis, dapat memberikan keringanan simptomatik yang


dramatik, tetapi pengumpulan kembali cairan asites juga akan sangat cepat. Paresentesis
yang berulang akan menyebabkan kehilangan protein yang sangat mengganggu dan disetai
oleh angka kompliasi yang tinggi.

11. Manajemen Efusi Pleura

Torakosintesis: memberikan keringanan pada penderita, torakosintesis berulang tidak


dianjurkan karena resiko terjadi infeksi, kehilangan protein, dan komplikasi lainnya.

12. Manajemen Obstruksi Jalan Nafas

Terapi oksigen kortikosteroid: mengurangi edema jalan nafas.

13. Manajemen penderita metastasis otak dan tumor: terapi radiasi.

2.4 Tanda-Tanda Keperawatan Paliatif yang Memerlukan Rujukan


1. Efusi perikardial dan temponade jantung terjadi pengumpulan cairan dan infiltrasi sel-sel
ganas metastatik ke jaringan perikardium. Gejala: sesak nafas, ortopnea, nyeri dada dan
perubahan status kejiwaan. Pemeriksaan fisik : takikardi, takipnea, hipotensi, pulsus
paradoksus, suara jantung yang menghilang dan gesekan perikardial. Foto thoraks :
pembesaran kontur jantung, disertai efusi pleura.

2. Sindroma vena kava superior. Biasanya disebabkan oleh kanker paru terutama small cell
lung carsinoma (SLCC). Berat ringannya ditentukan oleh besarnya obstruksi vena kava dan
keberhasilan sistem kolateral vena kompensatorik yang terjadi. Ekhokardiografi : dapat
dilihat kolaps atrium kanan dan ventrikel pada saat diastolik.

3. Diagnosis : sakit kepala, mual, muntah, gangguan penglihatan dan sinkop. suara serak,
sesak nafas, disfagia atau sakit punggung. Thoraks: adanya masa trakeal atau di

15
mediastinum. Pemeriksaan biopsi: untuk histopatologi. Hiperkalsemia sebagai akibat
metabolik dari keganasan yang tidak terkontrol, dapat terjadi secara mendadak dan
memburuk dengan sangat cepat. diagnosis: anoreksia, mual, muntah, poliuria, dan
perubahan kesadaran.

4. Sindroma lisis tumor adalah sekelompok gangguan metabolik yang dapat menjadi penyulit
pada pengobatan kanker. Lisis tumor yang terjadi akan melepaskan dalam jumlah besar
beberapa bahan-bahan tertentu seperti asam urat, fosfat, dan kalium ke dalam sirkulasi.

5. Hiperurisemia kelainan akibat pengobatan leukimia, gangguan mieloproliferatif, limfoma


atau mieloma. Diagnosis : uremia, hematuri, dan rasa nyeri menandakan adanya batu ginjal.
Asam urat >10: oliguri atau anuri dengan atau tanpa adanya kristal asam urat, kadar
nitrogen, dan kreatinin serum meningkat.

6. Hiponatremia disebabkan oleh seleksi atopik atau tidak normal dari hormon antidiuretik
(ADH). Diagnosis: anoreksia, mual, muntah, dan rasa lemah. Na <130 mEq/L atau kurang,
kadar <115 mEq/L biasanya sudah disertai dengan gangguan kesadaran atau kejang.

7. Hiponatremia berat bila disertai komplikasi gangguan neurologik dapat merupakan


indikasi pemberian infus salin hipertonik.

8. Hipoglikemia merupakan efek langsung dari penyakit keganasan dan tidak jarang
dilaporkan. Hipoglikema yang diakibatkan oleh tumor biasanya dicetuskan oleh puasa atau
olahraga, dimana hipoglikemi berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan otak secara
permanen.

9. Asites, biasanya disebabkan oleh karsinoma peritoneal yang seringkali menyertai kanker
ovarium, payudara, dan gastrointestinal. Diagnosis: pada pemeriksaan fisik menunjukkan
abdomen yang membuncit, shifting dullness dan penemuan-penemuan lain yang lazim
didapatkan pada asites.

10. Efusi pleura merupakan proses eksudatif yang biasanya dihubungkan dengan adanya
implantasi sel kanker pada pleura viseral atau parietal. Doagnosis: gejala-gejala sesak
nafas, batuk kering, dan rasa tidak enak di dada merupakan gejala awal. Pada perkusi akan

16
didapatkan suara redup. Torakosintesis diperlukan untuk mengkonfirmasi adanya
keganasan dan cairan efusi dalam jumlah cukup untuk pemeriksaan sitologi dan kimiawi.

11. Obstruksi jalan nafas, dapat disebabkan oleh tumor yang berkembang dari tempat-tempat
laring hingga karina. Pemeriksaan fisik: riwayat gangguan dicurigai atau bronkoskopi yang
disertai penyikatan, pengecatan/pewarnaan serta biopsi. Pernafasan yang berat. Pada
radiografi thoraks: ditemukan massa mediastinum atas massa melebar dan deviasi atau
kompresi dari kolom trakea. Diagnosa histopatologi dapat dibuat dari sitologi cairan ludah,
aspirasi jarum, biopsi.

12. Peningkatan tekanan intrakranial merupakan komplikasi metastasis dari tumor pada sistem
saraf naiknya tekanan pada otak termasuk papiledema dan rigiditas leher. Diagnosis MRI
atau CT pada otak perlu dilakukan. Penyebabnya adalah tumor-tumor yang berlokasi di
parenkim otak. Gejala peningkatan TIK: sakit kepala, muntah, pandangan mata kabur,
diplopia, kelambanan pada fungsi mental, dan berkurangnya kecepatan. Sakit kepala yang
hebat terjadi pada pagi hari diikuti dengan batuk dan muntah.

13. Kompresi pada simpul saraf disebabkan oleh tumor yang menimbulkan kerusakan yang
berat, termasuk paraplegi, inkontinensia dan kuadriplegi. Diagnosis: Mengalami sakit pada
bagian punggung atau kepala yang bersifat sentral.

14. Pemeriksaan MRI : deteksi dan lokalisasi kompresi tulang belakang dan nyeri berat.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tindakan perawatan paliatif antara lain operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi imun, terapi
hormon, dan terapi radioisotope. Masing-masing tindakan tersebut memiliki manfaat dan efek
samping. Manajemen perawatan paliatif dalam kasus gagal ginjal kronik antara lain manajemen
diet, dialisis, transplantasi ginjal, dukungan social, dan dukungan spiritual. Manajemen efektif
untuk kegawatan dalam perawatan paliatif antara lain perikardiosentesis, operasi, kemoterapi,
pemantauan balans cairan dan status kardiopulmoner, terapi furosemid, manajemen hidrasi intra
vena, hemodialisa, pemberian kortikosteroid, torakosintesis, dan terapi oksigen kortikosteroid.
Tanda-tanda kegawatan dalam perawatan yang harus mendapat rujukan adalah efusi perikardial
dan temponade jantung, sindroma vena kava superior, hiperkalsemia, sindroma lisis tumor,
hiperurisemia, hiponatremia, hiponatremia berat, hipoglikemia, asites, efusi pleura, obstruksi jalan
nafas, peningkatan tekanan intracranial, kompresi pada simpul saraf, dan nyeri berat.

3.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman sesama mahasiswa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, M.L. (2013). Nurse to nurse: perawatan paliatif diterjemahkan oleh Daniaty, Jakarta :
salemba Medika

Crozier, F & Hancook, L. E. (2012). Palliative care beyond the end life journalpaliative nursing
,38(4),198-227

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi
Penyakit Kanker. ISSN 2088-270X.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Petunjuk Teknis Paliatif Kanker pada Dewasa. ISSN 2088-
270X.

19

Anda mungkin juga menyukai