Disusun Oleh
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan Keluarga yang berjudul “Pendidikan Kesehatan dalam
Kegawatdaruratan dengan Kasus Kedaruratan dan Kegawatdaruratan pada Anak ”, tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari para pihak, untuk itu
melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga mengharapkan agar hasil tulisan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, kami
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan masukan dari pembaca sangat
kami perlukan untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
3.1 Simpulan.........................................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Anak (0-18 tahun, sesuai definisi IDAI) bukanlah dewasa kecil. Secara anatomi, fisiologi,
patofisiologi penyakit dan tumbuh kembang pasien anak yang menderita sakit kritis berbeda dengan
pasien dewasa. Anak sakit kritis adalah pasien yang datang ke rumah sakit dengan kriteria triase gawat
darurat dan gawat tidak darurat. Yang dimaksud dengan gawat adalah keadaan yang mengancam jiwa,
sedangkan darurat adalah keadaan yang memerlukan pertolongan segera.
Populasi anak di Indonesia sebesar 85 juta jiwa dengan angka kematian anak (CMR) di
Indonesia sebesar 12,6/1000 ( SDKI, 2012). Menurut WHO tahun 1996, angka kematian di negara
berkembang terbanyak disebabkan oleh pneumonia, diare, dengue, malaria, dan campak yang disertai
sepsis bakterialis. Untuk menekan mortalitas dan morbiditas ini diperlukan suatu sistem pelayanan
terpadu sejak di emergensi, unit rawat intermediet (HCU) dan unit rawat intensif (PICU). Seluruh
bayi dan anak yang mengalami keadaan emergensi dan sakit kritis yang dirawat di rumah sakit,
terlepas bagaimanapun kondisinya, berhak untuk memperoleh kualitas pelayanan yang optimal.
Dalam 3 dekade terakhir pelayanan emergensi dan rawat intensif anak mengalami kemajuan yang
pesat dalam hal patofisiologi berbagai proses yang mengancam jiwa dan kemampuan teknis pemantauan
dan penatalaksanaan penderita dengan kegawatan. Bersamaan dengan majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi, pelayanan emergensi dan rawat intensif anak telah mengalami evolusi, kebutuhan khusus
penderita anak sakit kritis dan keluarganya dapat dipenuhi oleh spesialis anak.
Pada tahun 1985, the American Board of Pediatrics menetapkan disiplin ilmu Pediatric
Intensive Care sebagai salah satu cabang sub-spesialistis dan untuk mencapainya harus ada kriteria tertentu
dan mendapatkan sertifikat. Selanjutnya The American Board of Medicine, The American Board of Surgery,
dan The American Board of Anesthesiology juga mengakui sub-spesialisasi ini.
Tata laksana pasien anak di ruang emergensi, unit rawat intermediet dan unit rawat intensif
anak memerlukan leadership dari dokter yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
Dalam pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia pengetahuan anatomi, tumbuh kembang, fisiologi
dan patofisiologi tersebut telah dimasukkan sebagai kemampuan yang wajib dimiliki. Ketrampilan
dalam bidang perawatan intensif diperlukan pendidikan dan pelatihan yang lebih ekstensif sehingga
pelayanan bisa menjadi paripurna. Kriteria staf medik fungsional seperti inilah yang dapat diberi
tanggung jawab sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
Organisasi pelayanan di ruang emergensi, rawat intermediet dan rawat intensif menerapkan
sistem Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). DPJP akan menjadi tim leader bagi staf medik
fungsional lain secara multi disiplin, sehingga luaran bisa lebih baik dengan menggunakan standar
medik yang setinggi tingginya (Gambar 1). Hubungan antara spesialis anak, dokter yang merujuk, dan
spesialis di bidang lainnya sangat penting dalam menilai, mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
semua keahlian dalam menangani penderita.
Jumlah pasien
dan beban Protokol
Kerjasama
Tim kerja pelayanan
Pengaturan Pengakuan
SDM
LUARAN awat intensif
r
Limitasi Teknologi
error
Struktur
Gambar 1. Faktor yang berpengaruh pada luaran anak sakit kritis (Carmel 2001)
Berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan emergensi dan rawat intensif anak antara
lain: organisasi, tim perawatan intensif, tindakan invasif yang dilakukan, struktur administrasi, alat
dan fasilitas, obat-obatan, serta ruangan yang memadai.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai pendidikan kesehatan dalam kegawatdaruratan dengan kasus
kedaruratan dan kegawatdaruratan
2. Untuk mengetahui mengenai pendidikan kesehatan dalam kegawatdaruratan dengan kasus
kedaruratan dan kegawatdaruratan pada anak.
3. Untuk mengetahui mengenai aspek legal dan etis dalam kegawatdaruratan dengan kasus
kedaruratan dan kegawatdaruratan pada anak.
1.4 Manfaat
1 Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai pendidikan kesehatan dalam kegawatdaruratan
dengan kasus kedaruratan dan kegawatdaruratan pada anak serta aspek legal dan etis yang terkait.
2 Bagi Pembaca
Untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pendidikan kesehatan dalam kegawatdaruratan
dengan kasus kedaruratan dan kegawatdaruratan pada anak serta aspek legal dan etis yang terkait.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain karena
pada akhirnya sasaran pendidikan itu yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri. Bahwa
yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil
bila sasaran pendidikan (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah perilakunya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Zaidin Ali, 2010).
- Anemia sedang/berat
- Apnea/Gasping
- Bayi/anak ikterus
- Bayi kecil/prematur
- Difteri (sakit pernapasan dengan gejala demam, mual, nyeri tenggorokan, dll)
- Hipertensi berat
- Hipotensi atau syok ringan hingga sedang
- Sangat sesak, gelisah, kesadaran turun, sianosis dengan retraksi hebat otot pernapasan
- Syok berat, dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
- Tetanus
Gagal hati akut pada anak merupakan suatu sindrom klinis yang berlangsung progresif dan
cepat yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi. Hanya sekitar 50% penyebabnya
yang dapat diketahui. Gagal hati akut dapat menimbulkan gejala ensefalopati, koagulopati, dan
kegagalan multi organ. Angka mortalitas gagal hati akut tinggi, walaupun dengan terapi terbaru
dan perawatan yang baik angka harapan hidup berkisar 10-40%.Setelah diperkenalkan
transplantasi hati, angka harapan hidup dapat mencapai 60- 80%.
Gagal hati akut merupakan kondisi klinis yang cepat memburuk. Dokter spesialis anak
perlu mengenal pendekatan diagnostik dan tata laksana gagal hati akut, agar setidaknya dapat
memberikan pertolongan sementara sebelum dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasiltas unit
perawatan intensif (ICU). Tata laksana gagal hati akut yang komprehensif memerlukan tim
multidisiplin, antara lain konsultan gastrohepatologi anak, intensivist anak, dan ahli bedah
transplantasi hati.
Definisi gagal hati akut pada anak berbeda dengan pada dewasa. Pada dewasa gagal hati
akut didefinisikan sebagai terjadinya awitan ensefalopati hepatik kurang dari 8 minggu setelah
gejala awal disfungsi hati atau awitan ensefalopati hepatik dalam 2 minggu setelah terjadinya
gejala kuning. Koagulopati dan ensefalopati merupakan indikator klasik disfungsi hati. Pada anak,
belum ada definisi yang pasti untuk kriteria diagnostik gagal hati akut. Ensefalopati yang
biasanya ditemukan pada dewasa tidak selalu ditemukan pada anak, sehingga ensefalopati tidak
selalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis gagal hati akut. Ensefalopati hepatik sulit
dideteksi pada anak dan mungkin tidak jelas terlihat sampai stadium terminal penyakit hati,
sehingga ensefalopati tidak dianggap esensial untuk diagnosis.
Etiologi gagal hati akut yang umum pada anak dapat dikategorikan menjadi:
1. Infeksi
2. Imunologik
3. Metabolik
4. Toksin atau obat
5.Vaskular/iskemia
6. Indeterminate
Transplantasi hati
Pada kasus tertentu, kematian hanya dapat dicegah dengan transplantasi hati. Keputusan
untuk menentukan transplantasi hati sulit karena perjalanan klinis selanjutnya belum jelas dan
tindakan transplantasi dalam keadaan gagal hati akut juga membawa risiko morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.8 Di Indonesia, saat ini belum dapat dilakukan transplantasi hati untuk
keadaan akut seperti ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah salah satu program
pelayanan kesehatan dimana individu atau sekelompok individu belajar untuk berperilaku
dalam suatu kebiasaan kondusif terhadap peningkatan, pemeliharaan dan pemulihan
kesehatan.
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu yang dapat mengubah kebiasaan
dan tingkah lakunya sendiri. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah
menciptakan sasaran agar individu,keluarga,kelompok, dan masyarakat dapat mengubah
sikap dan tingkah lakunya sendiri. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran
pendidikan sudah mengubah perilakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang Pendidikan Kesehatan Dalam Kegawatdaruratan pada Anak.
Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. (2012). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang
anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta.
Ngastiyah. (2016). Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC
Saharso, D., et al, (2014). Kejang demam. Dalam: Pedomen pelayanan medis. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI): 150-153.
Wong. (2015). Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih bahasa: Andry Hartono, etal. Jakarta. EGC.
Wong, L & Donna. (2014). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong. Alih bahasa:Agus Sutarna, Neti.
Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia:Egi Komara Yudha. Edisi 6. Jakarta :
EGC