Disusun Oleh
Kelompok 2
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah memberkahi penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah penulis gunakan sebagai data dan
fakta pada makalah ini.
Makalah ini memuat tentang “Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada
Trauma Kepala” untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Penulis
mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat
kami analisa dengan sempurna dalam makalah ini. Penulis melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki. Dimana penulis juga memiliki
keterbatasan kemampuan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
3.1 Simpulan....................................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
akibat trauma kepala (Moore &Argur, 2016). Penyebab trauma kepala yang terbanyak adalah
kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%), dan trauma olahraga (10%). Angka kejadian
trauma kepala yang dirawat di rumah sakit di Indonesia merupakan penyebab kematian
urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10
penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit di Indonesia (Depkes RI, 2016).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksu dengan trauma kepala.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tekanan intra kranial (TIK).
3. Untuk mengetahui kerusakan otak akibat trauma kepala.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis trauma kepala.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma kepala.
6. Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada trauma kepala.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran
untuk menambah pengetahuan serta wawasan baik kami maupun para pembaca lainnya, agar
memahami terkait keperawatan gawat darurat khususnya dalam Manajemen Asuhan
Keperawatan gawat darurat pada trauma kepala. Dimana nantinya teori ini dapat diterapkan
dimasyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan gawat darurat dalam kehidupan sehari-
hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mempunyai volume konstan. Volume intra kranial ini dideskripsikan oleh doktrin “Monro-
Kellie” pada awal abad ke-19. v. intracranial (constant) = v. brain + v. CSF + v. blood + v.
mass lesion.
Karena sebagian besar komponen intra kranial berupa cairan, dan bersifat non-
compressible, maka pada saat inta kranial terisi, TIK akan meningkat secara dramatis.
Peningkatan TIK ini dapat menyebabkan gangguan peredaran darah otak akibat penurunan
tekanan perfusi serebral(Bhatia dan Kumar Gupta, 2 07 ; Ka ra ma nos et a l, 2014).
Bila terjadi edema serebri atau lesi berefek massa, maka akan terjadi kompensasi di
mana cairan serebrospinal dan darah akan berpindah ke canalis spinalis dan vaskuler di extra
kranial. Pada keadaan yang lebih lanjut, tidak dapat terjadi kompensasi lagi sehingga TIK
terus meningkat (Dawodu, 2007).
4
2. Cedera Sekunder
Kerusakan lanjutan oleh karena cedera primer yang ada berlanjut melampaui batas
kompensasi ruang tengkorak. Hukum Monroe Kellie mengatakan bahwa ruang tengkorak
tertutup dan volumenya tetap. Volume dipengaruhi oleh tiga kompartemen yaitu darah,
liquor, dan parenkim otak. Kemampuan kompensasi yang terlampaui akan
mengakibatkan kenaikan TIK yang progresif dan terjadi penurunan Tekanan Perfusi
Serebral (CPP) yang dapat fatal pada tingkat seluler.
Penurunan CPP kurang dari 70 mmHg menyebabkan iskemia otak. Iskemia otak
mengakibatkan edema sitotoksik — kerusakan seluler yang makin parah (irreversibel).
Diperberat oleh kelainan ekstrakranial hipotensi/syok, hiperkarbi, hipoksia, hipertermi,
kejang, dll.
3. Edema Sitotoksik
Kerusakan jaringan (otak) menyebabkan pelepasan berlebih sejenis Neurotransmitter
yang menyebabkan Eksitasi (Exitatory Amino Acid a.l. glutamat, aspartat), melalui
reseptor AMPA (N-Methyl D-Aspartat) dan NMDA (Amino Methyl Propionat Acid)
menyebabkan Ca influks berlebihan yang menimbulkan edema dan mengaktivasi enzym
degradatif serta menyebabkan fast depolarisasi (klinis kejang- kejang).
4. Kerusakan Membran Sel
Dipicu Ca influks yang mengakitvasi enzym degradatif akan menyebabkan kerusakan
DNA, protein, dan membran fosfolipid sel (BBB breakdown) melalui rendahnya CDP
cholin (yang berfungsi sebagai prekusor yang banyak diperlukan pada sintesa fosfolipid
untuk menjaga integritas dan repair membran tersebut). Melalui rusaknya fosfolipid akan
meyebabkan terbentuknya asam arakhidonat yang menghasilkan radikal bebas yang
berlebih.
5. Apoptosis
Sinyal kemaitan sel diteruskan ke Nukleus oleh membran bound apoptotic bodies terjadi
kondensasi kromatin dan plenotik nuclei, fragmentasi DNA dan akhirnya sel akan
mengkerut (shrinkage).
5
2. Cedera kepala kepala sedang ( CKS ) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau
amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi
ringan ( bingung ).
3. Cedera kepala berat ( CKB ) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga
meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema.
6
tktp).Pemberian tktp bergantung dari nilai urea
Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu:
1. Pemantauan TIK dengan ketat
2. Oksigenisasi adekuat
3. Pemberian manitol
4. Penggunaan steroid
5. Peningkatan kepala tempat tidur
6. Bedah neuro.
7
3) Circulation dan hemorrhage control
a) Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan
oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan
informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan
nadi.
b) Kontrol Perdarahan
4) Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil.
5) Exposure dan Environment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.
b. Pengkajian sekunder
1) Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi
badan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota keluarga, agama.
2) Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
3) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
b) Tanda :Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia,
cara berjalan tidak tegang.
4) Sirkulasi
a) Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
5) Integritas Ego
a) Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
b) Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.
6) Makanan/cairan
a) Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
b) Tanda : muntah, gangguan menelan.
7) Eliminasi
a) Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami gangguan
fungsi. 40
8
8) Neurosensori
a) Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope,
kehilanganpendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan
penglihatan seperti ketajaman.
b) Tanda:Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
9) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : Sakit kepala.
b) Tanda : Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
10) Pernafasan
a) Tanda: Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi
nafas berbunyi)
11) Keamanan
a) Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
b) Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak,
tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam,
gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
12) Interaksi sosial
a) Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-
ulang, disartria
9
3. Intervensi
Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
10
obat analgetik
Perfusi Setelah dilakukan asuhan Observasi :
perifer tidak keperawatan 3x24 jam -untuk
-Periksa sirkulasi perifer
efektif diharapkan perfusi perifer mengetahui
berhubungan tidak efektif membaik -Identifikasi faktor resiko gangguan kemungkinan
dengan dengan kriteria hasil: sirkulasi fakto untama
kurang dari
1. Kekuatan nadi Terapeutik :
terpapar ganggguan
perifer menurun
informasi -Hindari pengukuran tekanan darah sirkulasi
tentang 2. Warna kulit pucat pada ekstremitas dengan - agar kondiis
faktor menurun keterbatasan perfusi pasien lekas
pemberat stabil
3. Turgor kulit Edukasi :
(trauma) - agar kondisi
menurun
-Anjurkan berolahraga rutin pasien lekas
stabil
-Anjurkan melakukan oerawatan
kulit yang tepat
-agar otot-otot
pasien tidak
sakit saat di
coba untuk
beraktivitas
-agar cairan
tubuh pasien
terpenuhi
12
kulit/jaringan diharapkan gangguan intergritas kulit penyebab
berhubungan pertukaran gas membaik Terapeutik : utama dari
dengan dengan kriteria hasil: -Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah gangguan
faktor banting integritas
1. Kerusakan jaringan
mekanis Edukasi : kulit
menurun
-Anjurkan minum air yang cukup
-Agar dapat
2. Kerusakan lapisan
memenuhi
kulit menurun
kebutuhan
cairan tubuh
pasien
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-
hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Implementasi mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan antara teori dengan kasus mengacu pada tujuan diagnosa
keperawatan yang diangkat sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, evaluasi
keperawatan dilakukan dengan evaluasi SOAP.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Trauma Kepala adalah masalah pada struktur kepala akibat mengalami benturan yang
berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa luka ringan,
memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang tengkorak, atau gegar otak.
Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah
intracranial dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak pada satu satuan waktu. Adanya
trauma kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada parenkim
otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti
penurunan adenorir triporpat, perubahan permeabilitas vaskuler. Jenis-jenis tauma kepala
ada trauma kepala ringan, trauma kepala sedang dan trauma kepala berat. Penatalaksanaan
medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, kelompok mengharapkan agar para pembaca
khususnya para tenaga kesehatan, mampu memahami manajemen asuhan keperawatan pada
trauma kepala serta dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam memberikan asuhan
keperawatan gawat darurat dengan sebaik-baiknya, dan juga mampu mempraktekan peran
dan fungsi perawat secara komprehensif untuk menigkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
demi kesejahteraan hidup masyarakat.
14
DAFTAR PUSTAKA
AR, Iwan et al. 2015. Terapi Hiperosmolar Pada Cadera Otak Traumatika. Jurnal Neurologi
Indonesia diunduh pada tanggal 08 Maret 2022
Arief, Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Arifin, M. Z. 2013. Cedera Kepala : Teori dan Penanganan. Jakarta : Sagung Seto.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
2013.
Samarinda.Berman, A. Snyder, S. Kozier, B. & Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis, Edisi 5. Terjemahan Eny meiliya, Esty
15