Anda di halaman 1dari 19

KONSEP TEORI LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT PADA TRAUMA KEPALA

Disusun Oleh
Kelompok 2

1. Anak Agung Ratna Wahyundari (193213004)


2. Ayu Novita Sari Tampubolon (193213008)
3. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
4. Ni Kadek Ellys Puja Asvini (193213023)
5. Ni Kadek Meira Diantari (193213025)
6. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
7. Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
8. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
9. Ni Made Ananda Candra Rahmitha Putri Kepakisan (193213035)
10. Ni Wayan Juni Wirastini (193213045)
11. Ni Wayan Nopita Sari (193213046)
12. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah memberkahi penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah penulis gunakan sebagai data dan
fakta pada makalah ini.

Makalah ini memuat tentang “Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada
Trauma Kepala” untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Penulis
mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.

Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat
kami analisa dengan sempurna dalam makalah ini. Penulis melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki. Dimana penulis juga memiliki
keterbatasan kemampuan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 08 Maret 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2

1.4 Manfaat........................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

2.1 Pengertian Trauma Kepala...........................................................................................................3

2.2 Pengertian Tekanan Intra Kranial (TIK)......................................................................................3

2.3 Kerusakan Otak Akibat Trauma Kepala......................................................................................4

2.4 Jenis-jenis Trauma Kepala...........................................................................................................5

2.5 Penatalaksanaan Trauma Kepala.................................................................................................6

2.6 Konsep Teori Asuhan Keperawatan.............................................................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................14

3.1 Simpulan....................................................................................................................................14

3.2 Saran..........................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera kepala (trauma kepala) adalah masalah pada struktur kepala akibat mengalami
benturan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa
luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang tengkorak, atau
gegar otak.Trauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer, 2007). Setiap tahunnya diperkirakan 100.000 orang meninggal dan lebih dari
700.000 mengalami trauma cukup berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua
pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki- laki lebih banyak dibandingkan jumlah
wanita, lebih dari setengah semua pasien trauma kepala mempunyai signifikasi terhadap
cedera bagian tubuh lainya. (Smeltzer and Bare, 2012).
Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke
rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan
fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis
dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan
trauma kepala, menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit.
(Sjahrir, 2014).
Di Indonesia, trauma kepala (head injury) diakibatkan para penggunaken daraan
bermotor roda dua terutama bagi yang tidak memakai helm. Halini menjadi tantangan yang
sulit karena diantara mereka datang dari golonganekonomi rendah sehingga secara sosio
ekonomi cukup sulit memperolehpelayanan kesehatan. Trauma kepala diperkirakan akan
terus meningkatseiring dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor roda dua dan
diperkirakan 39% kenaikan per tahun (Lumban toruan, 2015).
Menurut WHO setiap tahun di Amerika Serikat hampir 1.500.000 kasus trauma
kepala. Dari jumlah tersebut 80.000 di antaranya mengalami kecacatan dan 50.000 orang
meninggal dunia. Saat ini di Amerika terdapat sekitar 5.300.000 orang dengan kecacatan

1
akibat trauma kepala (Moore &Argur, 2016). Penyebab trauma kepala yang terbanyak adalah
kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%), dan trauma olahraga (10%). Angka kejadian
trauma kepala yang dirawat di rumah sakit di Indonesia merupakan penyebab kematian
urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10
penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit di Indonesia (Depkes RI, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan trauma kepala?
2. Apa yang dimaksud dengan tekanan intra kranial (TIK)?
3. Bagaimana kerusakan otak akibat trauma kepala?
4. Apa saja jenis-jenis trauma kepala?
5. Bagaimana penatalaksanaan trauma kepala?
6. Bagaimana konsep teori asuhan keperawatan pada trauma kepala?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksu dengan trauma kepala.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tekanan intra kranial (TIK).
3. Untuk mengetahui kerusakan otak akibat trauma kepala.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis trauma kepala.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma kepala.
6. Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada trauma kepala.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran
untuk menambah pengetahuan serta wawasan baik kami maupun para pembaca lainnya, agar
memahami terkait keperawatan gawat darurat khususnya dalam Manajemen Asuhan
Keperawatan gawat darurat pada trauma kepala. Dimana nantinya teori ini dapat diterapkan
dimasyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan gawat darurat dalam kehidupan sehari-
hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trauma Kepala


Trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma
tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robekannya subtansia alba,
iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral disekitar jaringan otak
(Batticaca, 2008). Trauma Kepala adalah masalah pada struktur kepala akibat mengalami
benturan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa
luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang tengkorak, atau
gegar otak.
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan trauma dari otak
disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas dari otak.(Nugroho, 2015).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung
pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2013).
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2012), trauma kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

2.2 Pengertian Tekanan Intra Kranial (TIK)


Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah
intracranial dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak pada satu satuan waktu. Keadaan
normal dari TIK bergantung pada posisi pasien dan berkisar ± 15 mmHg. Ruang cranial
berisi jaringan otak (1400 gr), darah (75 ml), cairan cerebrospiral (75 ml), terhadap tekanan
pada komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan Hipotesa Monro -
Kellie menyatakan : Karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak,
adanya peningkatan salah satu dari komponen ini menyebabkan perubahan pada volume
darah cerebral tanpa adanya perubahan, TIK akan naik. Peningkatan TIK yang cukup tinggi,
menyebabkan turunnya batang otak (Herniasi batang otak) yang berakibat kematian
Atap tengkorak merupakan suatu sistem tertutup, dibentuk dari tulang -tulang dan

3
mempunyai volume konstan. Volume intra kranial ini dideskripsikan oleh doktrin “Monro-
Kellie” pada awal abad ke-19. v. intracranial (constant) = v. brain + v. CSF + v. blood + v.
mass lesion.
Karena sebagian besar komponen intra kranial berupa cairan, dan bersifat non-
compressible, maka pada saat inta kranial terisi, TIK akan meningkat secara dramatis.
Peningkatan TIK ini dapat menyebabkan gangguan peredaran darah otak akibat penurunan
tekanan perfusi serebral(Bhatia dan Kumar Gupta, 2 07 ; Ka ra ma nos et a l, 2014).
Bila terjadi edema serebri atau lesi berefek massa, maka akan terjadi kompensasi di
mana cairan serebrospinal dan darah akan berpindah ke canalis spinalis dan vaskuler di extra
kranial. Pada keadaan yang lebih lanjut, tidak dapat terjadi kompensasi lagi sehingga TIK
terus meningkat (Dawodu, 2007).

2.3 Kerusakan Otak Akibat Trauma Kepala


Adanya trauma kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan
pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia
otak seperti penurunan adenorir triporpat, perubahan permeabilitas vaskuler. Patofisiologi
trauma kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala
sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara
langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otak. Pada
cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari
hipoksemia, iskemia dan perdarahan.Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya
pada epidural hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter,
Subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan
subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan
cerebral. Kematian pada penderita trauma kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan
autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir
pada iskemia jaringan otak. (Tarwoto, 2007).
Patofisiologi trauma kepala dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Cedera Primer
Kerusakan akibat langsung trauma, antara lain fraktur tulang tengkorak, robek pembuluh
darah (hematom), kerusakan jaringan otak (termasuk robeknya duramater, laserasi,
kontusio).

4
2. Cedera Sekunder
Kerusakan lanjutan oleh karena cedera primer yang ada berlanjut melampaui batas
kompensasi ruang tengkorak. Hukum Monroe Kellie mengatakan bahwa ruang tengkorak
tertutup dan volumenya tetap. Volume dipengaruhi oleh tiga kompartemen yaitu darah,
liquor, dan parenkim otak. Kemampuan kompensasi yang terlampaui akan
mengakibatkan kenaikan TIK yang progresif dan terjadi penurunan Tekanan Perfusi
Serebral (CPP) yang dapat fatal pada tingkat seluler.
Penurunan CPP kurang dari 70 mmHg menyebabkan iskemia otak. Iskemia otak
mengakibatkan edema sitotoksik — kerusakan seluler yang makin parah (irreversibel).
Diperberat oleh kelainan ekstrakranial hipotensi/syok, hiperkarbi, hipoksia, hipertermi,
kejang, dll.
3. Edema Sitotoksik
Kerusakan jaringan (otak) menyebabkan pelepasan berlebih sejenis Neurotransmitter
yang menyebabkan Eksitasi (Exitatory Amino Acid a.l. glutamat, aspartat), melalui
reseptor AMPA (N-Methyl D-Aspartat) dan NMDA (Amino Methyl Propionat Acid)
menyebabkan Ca influks berlebihan yang menimbulkan edema dan mengaktivasi enzym
degradatif serta menyebabkan fast depolarisasi (klinis kejang- kejang).
4. Kerusakan Membran Sel
Dipicu Ca influks yang mengakitvasi enzym degradatif akan menyebabkan kerusakan
DNA, protein, dan membran fosfolipid sel (BBB breakdown) melalui rendahnya CDP
cholin (yang berfungsi sebagai prekusor yang banyak diperlukan pada sintesa fosfolipid
untuk menjaga integritas dan repair membran tersebut). Melalui rusaknya fosfolipid akan
meyebabkan terbentuknya asam arakhidonat yang menghasilkan radikal bebas yang
berlebih.
5. Apoptosis
Sinyal kemaitan sel diteruskan ke Nukleus oleh membran bound apoptotic bodies terjadi
kondensasi kromatin dan plenotik nuclei, fragmentasi DNA dan akhirnya sel akan
mengkerut (shrinkage).

2.4 Jenis-jenis Trauma Kepala


1. Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada
penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio atau temotom (sekitar 55%).

5
2. Cedera kepala kepala sedang ( CKS ) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau
amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi
ringan ( bingung ).
3. Cedera kepala berat ( CKB ) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga
meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema.

2.5 Penatalaksanaan Trauma Kepala


Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya
cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi
atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak. (Tunner,2000)Pengatasan nyeri yang
adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cederakepala (Turner, 2000)
Penatalaksanaan umum adalah:
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
6. Atasi shock
7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral dosis sesuai dengan
berat ringannya trauma
2. Therapy hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 %
atau 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak, Pada
trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk
8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrose 5% untuk 8 jam ketiga.
Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000

6
tktp).Pemberian tktp bergantung dari nilai urea
Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu:
1. Pemantauan TIK dengan ketat
2. Oksigenisasi adekuat
3. Pemberian manitol
4. Penggunaan steroid
5. Peningkatan kepala tempat tidur
6. Bedah neuro.

Tindakan pendukung lain yaitu:


1. Dukungan ventilasi
2. Pencegahan kejang
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
4. Terapi anti konvulsan
5. Klorpromazin untuk menenangkan klien
6. Pemasangan selang nasogastrik. (Mansjoer, dkk, 2000).

2.6 Konsep Teori Asuhan Keperawatan


1, Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway dan cervical control
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan
adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang
wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal
ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan
memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan
ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
2) Breathing dan ventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang
terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari
paru, dinding dada dan diafragma.

7
3) Circulation dan hemorrhage control
a) Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan
oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan
informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan
nadi.
b) Kontrol Perdarahan
4) Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil.
5) Exposure dan Environment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.
b. Pengkajian sekunder
1) Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi
badan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota keluarga, agama.
2) Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
3) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
b) Tanda :Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia,
cara berjalan tidak tegang.
4) Sirkulasi
a) Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
5) Integritas Ego
a) Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
b) Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.
6) Makanan/cairan
a) Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
b) Tanda : muntah, gangguan menelan.
7) Eliminasi
a) Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami gangguan
fungsi. 40
8
8) Neurosensori
a) Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope,
kehilanganpendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan
penglihatan seperti ketajaman.
b) Tanda:Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
9) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : Sakit kepala.
b) Tanda : Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
10) Pernafasan
a) Tanda: Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi
nafas berbunyi)
11) Keamanan
a) Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
b) Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak,
tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam,
gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
12) Interaksi sosial
a) Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-
ulang, disartria

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar informasi
tentang faktor pemberat (trauma)
c. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (cedera kepala)
e. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis

9
3. Intervensi
Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Observasi :


berhubungan keperawatan 3x24 jam - untuk
-Identifikasi skala nyeri
dengan agen diharapkan nyeri akut mengetahui
pencedera membaik dengan kriteria -Identifikasi respon nyeri nonverbal skala nyeri
fisik hasil: pasien
terapeutik :
- untuk
1. Keluhan nyeri
-Berikan teknik nonfarmakologis mengetahui
menurun
untuk mengurangi rasa nyeri skala nyeri
2. tampak gelisah pasien
-Kontrol lingkungan yang
membaik -agar pasien
memperberat rasa nyeri
bisa
3. meringis menurun
edukasi : beristirahat
dengan
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
tenang dan
-Anjurkan memonitor nyeri secara nyaman

mandiri -agar pasien


nyaman akan
kolaborasi :
tindakan yang

-Kolaborasi pemberian analgetik diberikan


- agar pasien
paham
memonitor
nyeri
secaraandiri
- agar kondisi
pasien lebih
stabil dengan
diberikannya

10
obat analgetik
Perfusi Setelah dilakukan asuhan Observasi :
perifer tidak keperawatan 3x24 jam -untuk
-Periksa sirkulasi perifer
efektif diharapkan perfusi perifer mengetahui
berhubungan tidak efektif membaik -Identifikasi faktor resiko gangguan kemungkinan
dengan dengan kriteria hasil: sirkulasi fakto untama
kurang dari
1. Kekuatan nadi Terapeutik :
terpapar ganggguan
perifer menurun
informasi -Hindari pengukuran tekanan darah sirkulasi
tentang 2. Warna kulit pucat pada ekstremitas dengan - agar kondiis
faktor menurun keterbatasan perfusi pasien lekas
pemberat stabil
3. Turgor kulit Edukasi :
(trauma) - agar kondisi
menurun
-Anjurkan berolahraga rutin pasien lekas
stabil
-Anjurkan melakukan oerawatan
kulit yang tepat

Intolerasi Setelah dilakukan asuhan Observasi :


aktivitas keperawatan 3x24 jam -Identifikasi gangguan fungsi tubuh
- untuk
berhubungan diharapkan gangguan yang mengakibatkan kelelahan
mengetahui
dengan pertukaran gas membaik -Monitor kelelahan fisik dan
gangguan dari
kelemahan dengan kriteria hasil: emosional
fungsi tubuh
Terapeutik :
1. Keluhan lelah yang
-Lakukan latihan gerak pasif dan
menurun menyebabkan
atau aktif
kelelahan
2. Dispnea saat -Sediakan lingkungan nyaman dan
aktivitas menurun rendah stimulus -agar pasien

Edukasi : bisa meminito


3. Dispnea setelah
-Anjurkan tirah banting emosionalnya
aktivitas menurun
-Anjurkan melakukan aktivitas -agar pasien
secara bertahap aktif bergerak
Kolaborasi :
-agar pasien
11
-Kolaborasi dengan ahli gizi merasa
tentang cara meningkatkan nyaman dan
asupan makanan aman saat
beristirahat

-agar otot-otot
pasien tidak
sakit saat di
coba untuk
beraktivitas

Pola nafas Setelah dilakukan asuhan Observasi : - untuk


tidak efektif keperawatan 3x24 jam -Monitor pola nafas mengetahui
berhubungan diharapkan gangguan -Monitor bunyi napas pola napas
dengan pertukaran gas membaik Terapeutik : pasien
gangguan dengan kriteria hasil: - Posisikan semi fowler atau flower
-Untuk
neurologis -Berikan oksigen
1. Frekuensi menurun mengetahui
(cedera Edukasi : bunyi napas
kepala) 2. Dispnea menurun
-Anjurkan asupan cairan 2000ml/ pasien
3. Penggunaan otot hari
- membantu
bantu napas Kolaborasi :
pasien untuk
menurun -Kolaborasi pemberian
bisa mengirup
bronkodilator, ekspekteron,
udara
mukolitik
- membantu
pasien untuk
bernapas

-agar cairan
tubuh pasien
terpenuhi

Gangguan Setelah dilakukan asuhan Observasi : - untuk


integritas keperawatan 3x24 jam -Identifikasi penyebab gangguan mengetahui

12
kulit/jaringan diharapkan gangguan intergritas kulit penyebab
berhubungan pertukaran gas membaik Terapeutik : utama dari
dengan dengan kriteria hasil: -Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah gangguan
faktor banting integritas
1. Kerusakan jaringan
mekanis Edukasi : kulit
menurun
-Anjurkan minum air yang cukup
-Agar dapat
2. Kerusakan lapisan
memenuhi
kulit menurun
kebutuhan
cairan tubuh
pasien

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-
hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Implementasi mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan antara teori dengan kasus mengacu pada tujuan diagnosa
keperawatan yang diangkat sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan, evaluasi
keperawatan dilakukan dengan evaluasi SOAP.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Trauma Kepala adalah masalah pada struktur kepala akibat mengalami benturan yang
berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini dapat berupa luka ringan,
memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan, patah tulang tengkorak, atau gegar otak.
Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah
intracranial dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak pada satu satuan waktu. Adanya
trauma kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada parenkim
otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti
penurunan adenorir triporpat, perubahan permeabilitas vaskuler. Jenis-jenis tauma kepala
ada trauma kepala ringan, trauma kepala sedang dan trauma kepala berat. Penatalaksanaan
medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, kelompok mengharapkan agar para pembaca
khususnya para tenaga kesehatan, mampu memahami manajemen asuhan keperawatan pada
trauma kepala serta dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam memberikan asuhan
keperawatan gawat darurat dengan sebaik-baiknya, dan juga mampu mempraktekan peran
dan fungsi perawat secara komprehensif untuk menigkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
demi kesejahteraan hidup masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

AR, Iwan et al. 2015. Terapi Hiperosmolar Pada Cadera Otak Traumatika. Jurnal Neurologi
Indonesia diunduh pada tanggal 08 Maret 2022
Arief, Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Arifin, M. Z. 2013. Cedera Kepala : Teori dan Penanganan. Jakarta : Sagung Seto.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
2013.
Samarinda.Berman, A. Snyder, S. Kozier, B. & Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis, Edisi 5. Terjemahan Eny meiliya, Esty

15

Anda mungkin juga menyukai