Oleh :
KELOMPOK 6
Hairunnisak 131811133029
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif . Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulisan makalah ini bertujuan
memenuhi salah satu tugas kelompok yang dibimbing oleh salah satu dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yaitu Dr. Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB II 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Definisi Perawatan Paliatif 4
2.2 Tujuan Perawatan Paliatif 4
2.3 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif 5
2.4 Definisi Terapi Komplementer 5
2.5 Tujuan terapi komplementer 6
2.6 Macam-macam Terapi Komplementer 6
2.7 Dasar Hukum 9
2.8 Hubungan terapi komplementer pada keperawatan paliatif 9
2.9 Peran perawat dalam terapi komplementer 11
BAB III 12
PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
2
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual
yang dimulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health
Organization, 2014). Latar belakang perlunya perawatan paliatif adalah karena
meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada
dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif
kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung (heart failure), penyakit genetika dan
penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, di samping kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk
menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.
Walaupun pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah
siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya
(Felnditi dan Bastian, 2018).
Berdasarkan data WHO (2019) ada 40 milyar orang didunia membutuhkan perawatan
paliatif, diantaranya adalah mereka yang menderita penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskular (38.5%), kanker (34%), penyakit paru kronis (10.3%), AIDS (5.7%) , diabetes
(4.6%), gagal ginjal, penyakit hati kronis, multiple sclerosis, Parkinson dan penyakit
neurologis, reumatoid radang sendi, demensia, kelainan bawaan, dan TBC yang resistan
terhadap obat. Menurut Kemenkes (2019), lebih dari 1 juta orang di indonesia membutuhkan
perawatan paliatif. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (2018), prevalensi stroke di
indonesia adalah 10,9% per 1000 penduduk, penyakit ginjal kronik 3,8 % per 1000
penduduk, diabetes melitus 8,5% per 1000 penduduk, dan kanker 1,79% per 1000 penduduk.
1
untuk menyelenggarakan perawatan paliatif (SK Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 812/
Menkes/ SK/ VII/ 2007).
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan keperawatan paliatif secara
konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan
konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat
mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara laindengan
tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan (Hasanah &
Widowati, 2016). Banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang
patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah
Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan
demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel),
dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk
pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 39,5% terlihat warga yang mengunjungi klinik
pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65
(43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Terapi komplementer merupakan terapi tambahan di luar terapi utama (medis) dan
berfungsi sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup,
dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan. Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu
biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan keamanannya terbukti
secara ilmiah (Permenkes RI No 15 thn 2018). Menurut WHO (World Health
Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Menurut WHO (World Health
Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Berdasarkan data yang bersumber dari
Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 –80% dari seluruh penduduk
dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran
pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan
dari mulai menjamurnya iklan –iklan terapi non –konvensional di berbagai media
terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern (Rufaida, dkk, 2018).
2
Berdasarkan data dan fakta yang sudah disebutkan di atas, penulis tertarik untuk
menyusun makalah bertemakan terapi komplementer pada keperawatan paliatif. Didukung
oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971), tujuan keperawatan adalah untuk
merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara total. Menurut Nightingale
(1860), tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan memanipulasi
lingkungan klien. Menurut Rogers (1970), untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit
dan tidak mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan (Rufaida dkk, 2018). Penulis
akan mencari sumber-sumber akurat yang dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun
makalah sesuai tema yang akan dibahas. Point-point yang akan kami susun yaitu definisi
perawatan paliatif dan terapi komplementer, masalah keperawatan pada pasien paliatif, tujuan
perawatan paliatif dan terapi komplementer, jenis-jenis terapi komplementer, dasar hukum
terapi komplementer, hubungan terapi komplementer pada erawatan paliatif, dan peran
perawat dalam terapi komplementer.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus:
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah sebuah pendekatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup apsien (dewasa dan anak – anak) serta keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan
cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui idetifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penataklasanaan nyeri serta masalah lainnya bio-psiko-socio-kulturo-spiritualnya (World
Health Organization, 2016).
Jadi perawatan paliatif yaitu perawatan komperhensif dan terintegrasi merupakan hal
yang kompleks untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih optimal kepada pasien dan
keluarganya khususnya pada pasien terminal. Perawatan paliatif diberikan pada pasien sejak
awal didiagnosa dan dimana pasien sudah tidak mampu diberikan perawatan kuratif sampai
dengan kematian. Manusia dikatakan kulaitas hidupnya baik jika unsure
bio-psiko-socio-kulturo-spiritualnya dapat berfungsi dengan baik. Dalam perawatan paliatif
ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian
merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap
kehidupan manusia. Selain itu perawatan paliatif adalah perawatan terpadu yang bertujuan
untuk menolong penderita agr memiliki kualitas hidup yang baik sampai akhir hayatnya
melalui pendampingan yang bersifat holistic.
4
perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti
setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada
anggota keluarga yang berduka (Anita, 2016).
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologis sampai aspek spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka
5
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam – macam system
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik, dan produk yang secara umum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2008). Jadi terapi komplementer sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan setiap individu dari aspek bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual.
Hasil terapi yang diintegrasi merupakan yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Sehingga kondisi inilah yang sesuai dengan prinsip keperwatan yang
memandang manusia sebagai mahkluk yang holistic (bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual).
Terapi komplementer merupakan terapi tambahan di luar terapi utama (medis) dan berfungsi
sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan
berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan.
6
2. Mind-body Medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja. Ada
dua kategori meditasi : konsentrasi dan kesadaran. Metode konsentrasi
meenumbuhkan kemanunggalan perhatian dan mulai dengan mantra (suara
diulang, kata, atau frase) seperti dalam meditasi transendental. Praktek
pengurangan stress berbasis kesadaran mulai dengan pemfokusan pikiran, emosi
dan sensasi tanpa penilaian yang muncul di bidang kesadaran.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai
dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan minim fungsi motoric.
Instruksi yang biasa diberikan menyarankan relaksasi fisik seperti mengambang
bersama dengan gambar yang mengalihkan perhatikan dari rasa sakit. Hipnosis
dapat membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang
terminal.
c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan untuk
pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran dan relaksasi. Guided imegeri
adalah intervensi yang dapat perawat gunakan pada pasien dan keluarga untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan nafas dalam, relaksasi otot progresif, dan
pencitraan. Terapi relaksasi ini mampu mengurangi nyeri secara subjektif pada
pasien dengan kanker stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi ditraksi adalah teknik dimana rangsangan sensorik diberikan kepada
pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman yang
tidak menyenangkan. Misalnya dengan diarahkan membayangkan solah melihat
pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah penggunaan musik yang diatur atau dikontrol untuk
perubahan klinis, digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan.
7
g. Terapi seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan kesadaran dan
ekspresi emosi individu. Seni dapat memfasilitasi kesadaran emosi sehingga dapat
mengurangi gejala pada pasien. Terapi seni menyediakan penurunan signifikan
secara statistic pada rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali mual.
3. Manipulative and body based practice
a. Pijat atau massase
Sentuhan membuat koneksi, kenyamanan, dan peningkatan kualitas hidup.
Sentuhan berupa pijat menjadi bagian dari perawatan di rumah sakit. Terapi pijat
digunakan untuk meringankan gejala pada pasien kanker. Misalnya saja teknik
menggosok, membelai, menekan, atau memijat jaringan lunak tubuh untuk
mempengaruhi sirkulasi, relaksasi umum.
b. Gentle massase
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan seluas mungkin
dengan seluruh tangan bersentuhan dengan bagian tubuh pasien seperti lengan
atau punggung. Jangan menggunakan ujung jari atau jempol karena banyak
tekanan terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola pijat
bisa seperti lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting untuk
memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada titik
reflex atau titik energy pada kaki, tangan, dan telinga yang sesuai dengan setiap
kelenjar, organ, dan bagian tubuh.
4. Energi Medicine (Reiki)
Reiki adalah energy getaran yang difasilitasi oleh sentuhan yang sangat ringan.
Rei berarti universal atau energy tertinggi, dan ki berarti energi kekuatan hidup.
Terapi reiki diduga mendukung kesejahteraan kita dan untuk memperkuat
kemampuan alami kita untuk menyembuhkan dengan mendorong keseimbangan
dalam tubuh, pikiran dan jiwa.
5. Biological Based Practice
Terapi komplementer dalam bentuk herbal. Jadi herbal, vitamin, dan suplemen
yang diberikan akan berinteraksi dengan obat – obatan yang diberikan oleh dokter
8
atau tenaga medis lainnya. Namun, adanya interaksi antara obat herbal, vitamin, atau
suplemen dengan obat – obatan harus diwaspadai.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani(2017) menunjukkan
bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mualmuntah terutama pasca kemoterapi.
Pengguna terapi modern dan komplementer (pijat) mengatakan penggunaan pijat
mengurangi lelah dannyeri pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern
dankomplementer (herbal) mengatakan penggunaan herbal mengurangi mualmuntah dan
mempercepat penyembuhan pasca terapi modern dilakukan.Pengguna terapi modern dan
9
komplementer (herbal dan pijat) mengatakanpenggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi
efek samping terapi modern.
Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah terbukti secara medis dan
gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker dapat dikurangi dengan terapi modern
dan komplementer sehingga secara global kualitas hidup penderita kanker meningkat.
Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada keperawatan
paliatif adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan ditujukan
untuk mengobati penyakit kankernya karena penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi.
Hal ini dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu menguranginyeri kronis, mengurangi efek
samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis
obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan. Pelayanan kesehatan
komplementer alternatif merupakan pelayanan yang menggabungkan pelayanan konvensional
dengan kesehatan tradisionaldan atau hanya sebagai alternatif menggunakan
pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal.
Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal
hanyadapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima
dan menggunakan obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).Penyelenggaran pengobatan
komplementer alternatif diatur dalam standar pelayanan medik herbal menurut Keputusan
Menteri KesehatanNo.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis;
melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang (laboratorium,radiologi,
EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan bat herbal hanya pada
pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan;
penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai
contoh yang selama ini telah digunakan di beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap
intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi setiap
kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efeksamping (Kepmenkes, 2008).
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biayapengobatan keperawatan paliatif secara
konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan
konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat
mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara laindengan
10
tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan (Hasanah &
Widowati, 2016)
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam praktik
pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis,
2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam
terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer
dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat
berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang
dapatmengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan,identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah
lain baikfisik, psikososial dan spiritual.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami memberi saran sebagai berikut
12
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M. L. (2013) Nurse to Nurse Palliative Care : Expert Interventions. First. New
York: McGraw-Hill Companies. doi: DOI: 10.1036/0071493239.
Endeh Nurgiwiati, D. P. N., & SKM, M. (2019). Terapi alternatif dan komplementer dalam
bidang keperawatan.
KEMENKES RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2018 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta: Nuhamedika.
Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. E-Book Penerbit
STIKes Majapahit, 1-32.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills.
New Jersey. Pearson Prentice Hall.
World Health Organization. (2016). Planning and Implementing Palliative Care Services : A
Guide for Programme Managers. Institutional Repository for Information Sharing.
Diakses 22 Maret 2021, dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/250584/1/9789241565417-eng.pdf
13