Anda di halaman 1dari 16

TERAPI KOMPLEMENTER

DALAM KEPERAWATAN PALIATIF

Dosen Pembimbing : Dr. Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes.

Oleh :

KELOMPOK 6

KELAS A2 – Angkatan 2018

Putri Alifian Sumarjo 131811133018

Syafira Dhea Fitra Ningtyas 131811133019

Melynia Purwatiningrum 131811133020

Ajeng Triska Permata Sari 131811133028

Hairunnisak 131811133029

Halim Rahmat Zhafran 131811133131

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif . Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak. Penulisan makalah ini bertujuan
memenuhi salah satu tugas kelompok yang dibimbing oleh salah satu dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yaitu Dr. Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes

Penulisan makalah berjudul “TERAPI KOMPLEMENTER DALAM


KEPERAWAAN PALIATIF” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Kami berharap
makalah tentang Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif ini bisa digunakan sebagai bahan
pembelajaran untuk teman-teman yang ingin mengetahui tentang Terapi Komplementer
khususnya pada penanganan Paliatif. Penulis menyadari makalah bertema paliatif care ini
masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk
kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Surabaya, 28 Maret 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB II 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Definisi Perawatan Paliatif 4
2.2 Tujuan Perawatan Paliatif 4
2.3 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif 5
2.4 Definisi Terapi Komplementer 5
2.5 Tujuan terapi komplementer 6
2.6 Macam-macam Terapi Komplementer 6
2.7 Dasar Hukum 9
2.8 Hubungan terapi komplementer pada keperawatan paliatif 9
2.9 Peran perawat dalam terapi komplementer 11
BAB III 12
PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

2
BAB II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual
yang dimulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health
Organization, 2014). Latar belakang perlunya perawatan  paliatif  adalah karena
meningkatnya jumlah  pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada
dewasa dan anak seperti  penyakit kanker, penyakit degeneratif,  penyakit paru obstruktif 
kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung (heart failure), penyakit genetika dan
penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, di samping kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk
menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan hanya penderita,  tetapi juga keluarganya.
Walaupun pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah
siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya
(Felnditi dan Bastian, 2018).

Berdasarkan data WHO (2019) ada 40 milyar orang didunia membutuhkan perawatan
paliatif, diantaranya adalah mereka yang menderita penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskular (38.5%), kanker (34%), penyakit paru kronis (10.3%), AIDS (5.7%) , diabetes
(4.6%), gagal ginjal, penyakit hati kronis, multiple sclerosis, Parkinson dan penyakit
neurologis, reumatoid radang sendi, demensia, kelainan bawaan, dan TBC yang resistan
terhadap obat. Menurut Kemenkes (2019), lebih dari 1 juta orang di indonesia membutuhkan
perawatan paliatif. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (2018), prevalensi stroke di
indonesia adalah 10,9% per 1000 penduduk, penyakit ginjal kronik 3,8 % per 1000
penduduk, diabetes melitus 8,5% per 1000 penduduk, dan kanker 1,79% per 1000 penduduk.

Perkembangan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata. Rumah sakit


yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih terbatas di 5
(lima) ibu kota provinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar.
Sedangkan pasien membutuhkan pelayanan perawatan paliatif yang bermutu, komprehensif
dan holistik. Sehingga Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan
tentang perawatan paliatif agar dapat memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan

1
untuk menyelenggarakan perawatan paliatif (SK Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 812/
Menkes/ SK/ VII/ 2007).

Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan keperawatan paliatif secara
konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan
konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat
mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara laindengan
tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan (Hasanah &
Widowati, 2016). Banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang
patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah
Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan
demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel),
dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk
pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 39,5% terlihat warga yang mengunjungi klinik
pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65
(43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).

Terapi komplementer merupakan terapi tambahan di luar terapi utama (medis) dan
berfungsi sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup,
dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan. Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu
biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan keamanannya terbukti
secara ilmiah (Permenkes RI No 15 thn 2018). Menurut WHO (World Health
Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Menurut WHO (World Health
Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Berdasarkan data yang bersumber dari
Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 –80% dari seluruh penduduk
dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran
pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan
dari mulai menjamurnya iklan –iklan terapi non –konvensional di berbagai media
terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern (Rufaida, dkk, 2018).

2
Berdasarkan data dan fakta yang sudah disebutkan di atas, penulis tertarik untuk
menyusun makalah bertemakan terapi komplementer pada keperawatan paliatif. Didukung
oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971), tujuan keperawatan adalah untuk
merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara total. Menurut Nightingale
(1860), tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses penyebuhan tubuh dengan memanipulasi
lingkungan klien. Menurut Rogers (1970), untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit
dan tidak mampu dengan pendekatan humanistic keperawatan (Rufaida dkk, 2018). Penulis
akan mencari sumber-sumber akurat yang dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun
makalah sesuai tema yang akan dibahas. Point-point yang akan kami susun yaitu definisi
perawatan paliatif dan terapi komplementer, masalah keperawatan pada pasien paliatif, tujuan
perawatan paliatif dan terapi komplementer, jenis-jenis terapi komplementer, dasar hukum
terapi komplementer, hubungan terapi komplementer pada erawatan paliatif, dan peran
perawat dalam terapi komplementer.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana terapi komplementer pada perawatan paliatif?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum :

Untuk mengetahui dan memahami terapi komplementer pada paliatif

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui definisi perawatan paliatif dan terapi komplementer


2. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien paliatif
3. Untuk mengetahui tujuan perawatan paliatif dan terapi komplementer
4. Untuk mengetahui macam-macam terapi komplementer
5. Untuk mengetahui dasar hukum terapi komplementer
6. Untuk mengetahui hubungan terapi komplementer pada erawatan paliatif
7. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi komplementer

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah sebuah pendekatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup apsien (dewasa dan anak – anak) serta keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan
cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui idetifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penataklasanaan nyeri serta masalah lainnya bio-psiko-socio-kulturo-spiritualnya (World
Health Organization, 2016).

Perawatan paliatif menurut Kemnenkes RI Nomor 812/MenKes/SK/VII/2007


merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah diamana berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan penilaian melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah yang lainnya seperti masalah fisik, psikososial, dan spiritual.

Jadi perawatan paliatif yaitu perawatan komperhensif dan terintegrasi merupakan hal
yang kompleks untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih optimal kepada pasien dan
keluarganya khususnya pada pasien terminal. Perawatan paliatif diberikan pada pasien sejak
awal didiagnosa dan dimana pasien sudah tidak mampu diberikan perawatan kuratif sampai
dengan kematian. Manusia dikatakan kulaitas hidupnya baik jika unsure
bio-psiko-socio-kulturo-spiritualnya dapat berfungsi dengan baik. Dalam perawatan paliatif
ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian
merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap
kehidupan manusia. Selain itu perawatan paliatif adalah perawatan terpadu yang bertujuan
untuk menolong penderita agr memiliki kualitas hidup yang baik sampai akhir hayatnya
melalui pendampingan yang bersifat holistic.

2.2 Tujuan Perawatan Paliatif


Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang
umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada keluarga penderita.
Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum meninggal penderita
siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stress menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak
memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak

4
perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti
setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada
anggota keluarga yang berduka (Anita, 2016).

Pola dasar pemikiran dalam pelaksanaan perawatan paliatif

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologis sampai aspek spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka

2.3 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering terjadi pada pasien antaralain kejadian –
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah seringkali dikeluhkan oleh
pasien misalkan mengenai masalah nyeri, masalah fisik, psikologi, sosial, kulturan dan
spiritualnya. Sedangkan permasalahan yang sering muncul pada pasien yang sedang
menerima perawatan paliatif dilihat dari persepektif keperawatan meliputi masalah psikologi,
masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek
spirutal atau keagamaan (Campbell, 2013).

2.4 Definisi Terapi Komplementer


Terapi komplementer dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah
usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan
komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan
bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia
(Purwanto, 2013).

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisonal yang digunakan dalam


pengobatan modern. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya sebagai terapi yang
holistic. Pendapat ini disarai oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyuluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikira, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al, 2004).

5
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam – macam system
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik, dan produk yang secara umum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2008). Jadi terapi komplementer sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan setiap individu dari aspek bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual.
Hasil terapi yang diintegrasi merupakan yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Sehingga kondisi inilah yang sesuai dengan prinsip keperwatan yang
memandang manusia sebagai mahkluk yang holistic (bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual).
Terapi komplementer merupakan terapi tambahan di luar terapi utama (medis) dan berfungsi
sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan
berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan.

2.5 Tujuan terapi komplementer


1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
2. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system kekebalan dan
pertahanan tubuh.
3. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan.

2.6 Macam-macam Terapi Komplementer


1. Sistem Medis Alternatif
a. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat tradisional Cina. Hal ini
didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan hidup), yang merupakan energy yang
mengalir melalui tubuh sepanjang jalur yang dikenal sebagai meridian.
b. Akupresure
Akupresure adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang didasarkan pada
ide – ide yang sama seperti akupuntur. Akupresure melibatkan penempatan
tekanan fisik dengan tangan pada titik – titik akupuntur yang berbeda pada
permukaan tubuh. Akupresure disebut juga dengan terapi totok / tusuk jari adalah
salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada
titik titik tertentu atau acupoint pada tubuh. Ada tiga titik pada akupresure yang
dapat perawat ajarkan pada pasien kanker untuk menstimulasi diri, yaitu titik pada
usus besar, titik perut, dan titik mual dan muntah.

6
2. Mind-body Medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja. Ada
dua kategori meditasi : konsentrasi dan kesadaran. Metode konsentrasi
meenumbuhkan kemanunggalan perhatian dan mulai dengan mantra (suara
diulang, kata, atau frase) seperti dalam meditasi transendental. Praktek
pengurangan stress berbasis kesadaran mulai dengan pemfokusan pikiran, emosi
dan sensasi tanpa penilaian yang muncul di bidang kesadaran.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai
dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan minim fungsi motoric.
Instruksi yang biasa diberikan menyarankan relaksasi fisik seperti mengambang
bersama dengan gambar yang mengalihkan perhatikan dari rasa sakit. Hipnosis
dapat membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang
terminal.
c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan untuk
pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran dan relaksasi. Guided imegeri
adalah intervensi yang dapat perawat gunakan pada pasien dan keluarga untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan nafas dalam, relaksasi otot progresif, dan
pencitraan. Terapi relaksasi ini mampu mengurangi nyeri secara subjektif pada
pasien dengan kanker stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi ditraksi adalah teknik dimana rangsangan sensorik diberikan kepada
pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman yang
tidak menyenangkan. Misalnya dengan diarahkan membayangkan solah melihat
pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah penggunaan musik yang diatur atau dikontrol untuk
perubahan klinis, digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan.

7
g. Terapi seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan kesadaran dan
ekspresi emosi individu. Seni dapat memfasilitasi kesadaran emosi sehingga dapat
mengurangi gejala pada pasien. Terapi seni menyediakan penurunan signifikan
secara statistic pada rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali mual.
3. Manipulative and body based practice
a. Pijat atau massase
Sentuhan membuat koneksi, kenyamanan, dan peningkatan kualitas hidup.
Sentuhan berupa pijat menjadi bagian dari perawatan di rumah sakit. Terapi pijat
digunakan untuk meringankan gejala pada pasien kanker. Misalnya saja teknik
menggosok, membelai, menekan, atau memijat jaringan lunak tubuh untuk
mempengaruhi sirkulasi, relaksasi umum.
b. Gentle massase
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan seluas mungkin
dengan seluruh tangan bersentuhan dengan bagian tubuh pasien seperti lengan
atau punggung. Jangan menggunakan ujung jari atau jempol karena banyak
tekanan terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola pijat
bisa seperti lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting untuk
memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada titik
reflex atau titik energy pada kaki, tangan, dan telinga yang sesuai dengan setiap
kelenjar, organ, dan bagian tubuh.
4. Energi Medicine (Reiki)
Reiki adalah energy getaran yang difasilitasi oleh sentuhan yang sangat ringan.
Rei berarti universal atau energy tertinggi, dan ki berarti energi kekuatan hidup.
Terapi reiki diduga mendukung kesejahteraan kita dan untuk memperkuat
kemampuan alami kita untuk menyembuhkan dengan mendorong keseimbangan
dalam tubuh, pikiran dan jiwa.
5. Biological Based Practice
Terapi komplementer dalam bentuk herbal. Jadi herbal, vitamin, dan suplemen
yang diberikan akan berinteraksi dengan obat – obatan yang diberikan oleh dokter

8
atau tenaga medis lainnya. Namun, adanya interaksi antara obat herbal, vitamin, atau
suplemen dengan obat – obatan harus diwaspadai.

2.7 Dasar Hukum


1) Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 15 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.
2) Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 37 Tahun 2017 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Terintegrasi.
3) Permenkes RI nomor 1186 / Menkes / per / XI / 1996 Tentang Pemanfaatan Akupuntur
di Sarana Pelayanan Kesehatan.
4) Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1076 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
5) Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 121 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Medik Herbal

2.8 Hubungan terapi komplementer pada keperawatan paliatif


Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak terapi yang
menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai jenis penyakit namun
belum banyak penelitian yang membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa
dilakukan terapi komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus
memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif)dan mencegah
timbulnya kembali (preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu
pelayanan kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun
kalangan kedokteran konvensional (Hasanah & Widowati, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani(2017) menunjukkan
bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mualmuntah terutama pasca kemoterapi.
Pengguna terapi modern dan komplementer (pijat) mengatakan penggunaan pijat
mengurangi lelah dannyeri pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern
dankomplementer (herbal) mengatakan penggunaan herbal mengurangi mualmuntah dan
mempercepat penyembuhan pasca terapi modern dilakukan.Pengguna terapi modern dan

9
komplementer (herbal dan pijat) mengatakanpenggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi
efek samping terapi modern.

Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah terbukti secara medis dan
gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker dapat dikurangi dengan terapi modern
dan komplementer sehingga secara global kualitas hidup penderita kanker meningkat.
Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada keperawatan
paliatif adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan ditujukan
untuk mengobati penyakit kankernya karena penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi.
Hal ini dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu menguranginyeri kronis, mengurangi efek
samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis
obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan. Pelayanan kesehatan
komplementer alternatif merupakan pelayanan yang menggabungkan pelayanan konvensional
dengan kesehatan tradisionaldan atau hanya sebagai alternatif menggunakan
pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal.
Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal
hanyadapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima
dan menggunakan obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).Penyelenggaran pengobatan
komplementer alternatif diatur dalam standar pelayanan medik herbal menurut Keputusan
Menteri KesehatanNo.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis;
melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang (laboratorium,radiologi,
EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan bat herbal hanya pada
pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan;
penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai
contoh yang selama ini telah digunakan di beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap
intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi setiap
kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efeksamping (Kepmenkes, 2008).

Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah
kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan
tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biayapengobatan keperawatan paliatif secara
konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan
konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat
mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara laindengan

10
tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan (Hasanah &
Widowati, 2016)

2.9 Peran perawat dalam terapi komplementer


Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat sebagai
peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari
hasilhasil evidence-based practice.

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam praktik
pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis,
2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam
terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer
dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat
berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang
dapatmengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan,identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah
lain baikfisik, psikososial dan spiritual.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macamsistem


pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secaraumum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional.Peran perawat dalam terapi komplementer, yaitu : peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran sebagai advokat klien, peran edukator, peran
researcher

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami memberi saran sebagai berikut

1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan perawatan pada


pasien paliatif dan menjelang ajal
2. Manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang terapi
komplementer.
3. Manfaat bagi masyarakat luas unutk lebih mengenal terapi komplementer

12
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M. L. (2013) Nurse to Nurse Palliative Care : Expert Interventions. First. New
York: McGraw-Hill Companies. doi: DOI: 10.1036/0071493239.

Endeh Nurgiwiati, D. P. N., & SKM, M. (2019). Terapi alternatif dan komplementer dalam
bidang keperawatan.

Felnditi dan Bastian. (2018). Perawatan Paliatif.


http://www.rscarolus.or.id/article/perawatan-paliatif : diakses pada 27 Maret
2020, pukul 14.00 WIB
Heni Setyowati, E. R., & Kp, S. (2018). Akupresur untuk kesehatan wanita berbasis hasil
penelitian. Unimma press.
KEMENKES RI NOMOR: 812/MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan
Palliative Menteri Kesehatan Republik Indinesia.

KEMENKES RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2018 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta: Nuhamedika.

Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. E-Book Penerbit
STIKes Majapahit, 1-32.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills.
New Jersey. Pearson Prentice Hall.

Widyatuti, W. (2008). Terapi Komplementer dalam Keperawatan.

World Health Organization. (2016). Planning and Implementing Palliative Care Services : A
Guide for Programme Managers. Institutional Repository for Information Sharing.
Diakses 22 Maret 2021, dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/250584/1/9789241565417-eng.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai