Anda di halaman 1dari 28

KONSEP PHBS

TUGAS KELOMPOK

1. PRASETIAENI HAYUNINGRUM 195401426071


2. RIA FARIDA 195401426501
3. BELLA UTAMI FITRIANTI 195401426555
4. WIKEU EGA ANGGRAENI 195401426525
5. NURSAYAH SINTARI 195401426502
1. Konsep Dasar PHBS
A. Definisi
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran,
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakkan kesehatan dimasyarakat.
10 PHBS dirumah tangga yaitu:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2. Memberi bayi ASI eksklusif dan MP-ASI
3. Menimbang balita tiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Tidak merokok didalam rumah
10. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
B. Manfaat PHBS
a. RUMAH TANGGA B. BAGI MASYARAKAT

1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat 1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
dan tidak mudah sakit
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas 2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi
masalah-masalah kesehatan
3) Anggota keluarga giat bekerja
4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat 3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan
ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, yang ada
pendidikan dan modal usaha untuk 4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya
menambah pendapatan keluarga Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti
posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban,
ambulans desa dan lain-lain
C. Peran kader dalam
mewujudkan PHBS
a. Melakukan pendataan rumah tangga yang ada diwilayahnya dengan menggunakan kartu PHBS
atau pencatatan PHBS rumah tangga
b. Melakukan pendekatan kepada kepala desa atau lurah dan tokoh masyarakat untuk memperoleh
dukungan dalam pembinaan PHBS dirumah tangga
c. Sosialisasi PHBS dirumah tangga keseluruh rumah tangga yang ada didesa atau kelurahan
melalui kelompok dasawisma
d. Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan perorangan,
penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat.
e. Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Berperilaku
PHBS
f. Memantau kemajuan pencapaian rumah tangga berperilaku PHBS diwilayahnya setiap tahun
melalui pencatatan PHBS di rumah tangga.
2. Pelayana Lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
di Masyarakat
A. Pengertian
Pelayanan adalah perihal atau cara melayani (DepDikBud, 1993
dalam Henny Sularesti, 2005). Pelayanan adalah usaha untuk
melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan
(DepDikBud, 1993 dalam Henny Sularesti 2005).
Lanjutan
Kesehatan Reproduki Lanjut Usia Kesehatan reproduksi meliputi kesehatan fisik dan mental
setiap individu sepanjang siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan kesehatan pascareproduksi
(sering juga disebut dengan kesehatan lansia) juga perlu mendapat perhatian kita bersama. Masa
pascareproduksi ini ditandai dengan terjadinya penurunan berbagai fungsi alat/organ tubuh
(Endang, 2008). Lansia atau Lanjut usia, menurut WHO : Pra lansia 45–54 tahun, Lansia 55–64
tahun, Aging people 65 tahun keatas. Menurut BKKBN Lansia adalah 60 tahun ke atas.
B.Prinsip Pelayanan
kesehatan Lansia
Holistik Seorang penderita lansia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi
lingkungan kejiwaan (psikologik), sosial, dan ekonomi. Vertikal pemberi pelayanan harus dimulai
di masyarakt sampai ke pelayanan rujukan tertinggi yaitu rumah sakit yang mempunyai sub-
spesialis geriatri. Horizontal Pel Kes harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia
secara menyeluruh, lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait dibidang kesejahteraan, misal,
agama, pendidikan, kebudayaan dan dinas sosial. Harus mencakup aspek preventif,
promotif,kuratif dan rehabilitatif
Permasalahan Kesehatan Pasca
Reproduksi mencakup :
1. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum
mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-
reproduktif. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause.
Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
Gejala klimakterium
a. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik hipersimpatikotoni) yang mencakup: gejolak panas
(hot flushes), keringat malam yang banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam
telinga, tekanan darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi, gangguan
usus (meteorismus)
b. Gangguan psikis – mudah tersinggung – Depresi – lekas lelah – kurang bersemangat –
insomania atau sulit tidur
c. Gangguan organik – infark miokard (gangguan sirkulasi) – atero-sklerosis
(hiperkolesterolemia) – Osteoporosis – gangguan kemih (disuria) – nyeri senggama
(dispareunia)
2. Andropause
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala,
tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari
bahasa Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah
andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria, yaitu penurunan produksi
spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon lainnya sedemikian perlahan.
Gejala andropause
1. Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
2. Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan, depresi,
dan mudah tersinggung.
3. Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
4. Lemah dan kurang energi
5. Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
6. Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara bertahap
7. Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan ketiak
8. Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh 8. Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri
punggung 9. Risiko penyakit jantung
3. Menopause
Menopause adalah berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo” berarti
periode atau tanda berhenti, hilangnya memopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif
menstruasi (Kartono, 2007). Pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya tidak teratur,
dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa
tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode dimana siklus berhenti dan hormon-hormon kelamin
wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai menopause (Guyton
& Hall, 1997).
Gejala menopause
1. haid menjadi tidak teratur.
2. Gelombang rasa panas (hot flush), terjadi akibat peningkatan aliran darah didalam pembuluh darah
pada wajah, leher, dada, dan punggung.
3. Gejala-gejala psikologis berupa suasana hati, pikiran motivasi, sikap, reaksi biologis.
4. Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium.
5. Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.
6. Pusing atau sakit kepala, keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya: karena meningginya
tekanan darah, adanya gangguan penglihatan.
7. Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik maupun psikis.
8. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (inkontinensia) serta peradangan pada kandung kemih
dan vagina (Purwanto, 2007)
C. Upaya Penanganan
Klimakterium dan Menopause
a. Terapi Non Hormonal
1. Olah raga, tetap berusaha agar hidup aktif akan menekan gajala insomnia, memperlambat
osteoporosis dan penyakit jantung, dan juga mencegah “hot flashes”
2. Berhenti merokok, merokok sebenarnya ikut mempercepat munculnya menopause.
3. Mengkonsumsi kalsium, perempuan terutama menjelang usia menopause sebaiknya
mengkonsumsi kalsium. Sebagian besar dapat diperoleh dari makanan, seperti susu, yoghurt,
beberapa jenis sayuran (antara lain brokoli), dapat juga makan tablet kalsium.
4. Vitamin tambahan Sebagian besar vitamin yang diperlukan tubuh sudah diperoleh melalui
makanan sehari-hari. Vitamin yang diperlukan antara lain B1, B2, B12, asam folat dan terutama
bagi mereka yang menginjak usia menopause memerlukan vitamin-vitamin aktioksidan seperti
vitamin A dan E.
5. Kedelai, kedelai mengandung fitoestrogen atau estrogen yang berada dari tumbuh-tumbuhan.
Kedelai dapat dikonsumsi dari kecap, tempe, tahu, tauco, atau susu kedelai (Handrawan, 2007).
b. Terapi Hormonal
Gejala-gejala menopause bisa dibantu dengan menggunakan terapi penyulihan atau
penggantian hormon (HRT / Hormone ReplacementTherapy) yang dilakukan dengan
memasukkan hormon-hormon seksual di dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak
sesuai bagi setiap perempuan dan adanya beberapa kondisi medis, seperti kanker payudara. HRT
perlu waktu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu. Salah satu
kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT menyebabkan sedikit perdarahan
bulanan pada perempuan yang secara normal sudah berhenti menstruasi tetapi persiapan HRT
sekarang tersedia bagi perempuan tua dimana tidak ada perdarahan bulanan yang dialaminya
(Nash Barbara, 2006).
C. Penanganan Andropause
a. Terapi Hormon Testosteron Laki-laki yang mengeluhkan gejala andropause dapat menjalani
terapi hormon, yaitu dengan pemberian hormon testosteron. Namun, sebelum
memutuskan pemberian terapi hormon, perlu dipastikan pasien tidak mengidap kanker
prostat. Meski pemberian hormon testosteron sejauh ini tidak ditemukan dapat
mengakibatkan kanker prostat, namun jika sudah mengidap kanker prostat, pemberian
hormon dapat memicu pertumbuhan kanker tersebut.
Lanjutan
b. Mengendalikan Andropause Agar dapat memperlambat proses andropause adalah dengan
makan makanan yang tepat, tidur yang cukup, minum vitamin dan suplemen tambahan,
menjaga kebugaran fisik, memeriksakan kesehatan secara teratur, mengurangi stres dan
kekhawatiran, dapat memperlambat proses andropause.
Pelayanan kesehatan yang
dapat di lakukan berupa :
Memberikan penjelasan tentang perubahan – perubahan yang terjadi
Memberikan nasehat tentang nutrisi dan diet untuk kesehatan sendiri
Menganjurkan pengkonsumsian makanan vegetarian sehingga tidak mengganggu fungsi alat
pencernaan nya , orang tua memerlukan banyak serat dalam makanannya.
Menghindari perubahan kejiwaan dengan keharmonisan keluarga dan saling pengertian
Kemungkinan pemberian terapi hormonal dengan lebih dahulu berkonsultasi dengan dokter
ahli.
Melakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit seperti pap-smear,sadari
D. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
(Community Based Geriatric Service)
1. Puskesmas Santun Lansia merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif bagi usia lanjut
untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek keratif dan rehabilitatif.
Puskesmas Santun Lansia mempunyai
ciri-ciri seperti berikut:
a. Puskesmas Santun Lansia mempunyai ciri-ciri seperti berikut:
b. Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan
c. Memberukan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut.
d. Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari keluarga
miskin atau tidak mampu
e. Memberikan dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanya
agar tetap sehat dan mandiri
f. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran usia lanjut
yang ada di wilayah kerja puskesmas.
g. Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas program terkait di tingkat kecamatan dengan asa
kemitraan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup usia
lanjut.
2. Pembinaan Kelompok Lanjut Usia
Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut melalui Puskesmas dapat dilakukan terhadap sasaran usia
lanjut yang dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sasaran langsung
1. Pra-usia lanjut 45-59 tahun
2. Usia Lanjut 60-69 tahun.
3. Usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia anjut berumur 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung
1. Keluarga dimana usia lanjut berada.
2. Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada.
3. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan usia lanjut
4. Masyarakat luas.
3. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan posyandu lansia
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Bentuk Pelayanan Posyandu
Lansia

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada
grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi
selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Penyuluhan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai