Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

“ASUHAN LANSIA”

Dosen Pengampu :

Rahajeng Siti Nur Rahmawati, M.Keb

Disusun oleh Kelompok 6 :

1. Nisha Dewi Hariyanti (P17321193049)


2. Sheilla Hapsari Ariza P. (P17321194062)
3. Fatati Zakia Maulina (P17321194067)
4. Regita Aulia Cahyani (P17321194068)
5. Riska Suprihatin (P1732119469)
6. Safitri Salsabila Sarela (P17321194089)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Lansia


2.1.1 Pelayanan Kontrasepsi dan KB
Menurut (Mulyani,2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi usia
menopause seorang wanita salah satunya adalah pemakaian kontrasepsi.
Pemakaian kontrasepsi ada dua yaitu kontrasepsi hormonal dan non
hormonal. Kontrasepsi hormononal merupakan alat kontrasepsi yang
mengandung hormone estrogen dan progesterone yang dapat mencegah
ovulasi dan kehamilan. Kontrsepsi non hormonal artinya tidak mengandung
hormone sehingga aman dipakai siapa saja yang ingin memilihnya. Estrogen
dalam kontrasepsi bekerja dengan jalan menghambat perjalanan ovum atau
implantasi, pemkaian kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi hormonal bisa
mempengaruhi kapan seseorang wanita mengalami menopause.
Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi
indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Semua organ tubuh
wanita yang berada dibawah pengaruh hormon seks tentu dengan sendirinya
akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut
akan terjadi perubahan-perubahan tertentu, tergantung pada dosis, jenis
hormon, dan lama penggunaan (Aisyah, 2013).
Beberapa keluhan fisik yang dialami oleh wanita menopause dengan
riwayat KB yaitu diantaranya perubahan BB yang dikarenakan badan mulai
menyusut. Selain itu wanita menopause dengan riwayat KB mengeluhkan
susah untuk memulai tidur dan ketika bangun pada malam hari susah
kembali untuk memejamkan mata, buang air kecil setiap malam, setelah
melakukan kegiatan-kegiatan mengalami rasa capek yang sangat terasa
walaupun kegiatan tersebut tidak terlalu berat, banyak keluhan pada tulang
terutama masalah pegal dan linu setelah melakukan aktifitas memilki tensi
darah rata-rata 120 – 150/100 mmHg.
2.1.2 Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan Repropduksi
2.1.2.1 Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan
fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Suatu keadaan sehat
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki
kehidupan sexsual yang aman dan memuaskan sebelum dan
sesudah menikah (Depkes RI, 2000).
2.1.2.2 Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut
1. Wanita
Perubahan anatomik pada aistem genitalia, dengan berhentinya
produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna
berangsur-angsur mengalami atrofi.
2. Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks
mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis
begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan
elastisitasnya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas
tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin
lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau
pengecilan genitalia eksterna.
3. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya
menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit
dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak
menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding
jaringan.
4. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan
permukaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari
medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya,
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena
tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia
interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan
terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon
estrogen dan progesteron.
5. Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada
wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan
menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya
mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior
mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula
kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan
bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk
dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan
rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh
karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan
bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang.
Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
2.1.3 Pelayanan Lansia di Komunitas
2.1.3.1 Pengertian Posyandu Lansia
Ponsyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat diaman mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program puskesmas dengan melibatkan peran para lansia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan
kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang
sudah berusia lanjut. Posyandu lansia adalah suatu forum
komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh
masyarkat dan untuk masyarakat yangt mempunyai nilai strategis
untuk pengembangan sumber daya manusia khusunya lanjut usia
(Depkes, 2000). Pelayanan posyandu tidak hanya dalam bentuk
layanan kesehatan tetapi meliputi juga pelayanan sosial, agama,
Pendidikan, ketrampilan, olahraga, seni, budaya serta pelayanan
lain yang dibutuhkan oleh lansia dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
lansia.
2.1.3.2 Tujuan Posyandu Lansia
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan
disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut
3. Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri
kesehatannya
4. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi masalah kesehatan lansia secara
optimal
5. Meningkatkan jenis dan mutu pelayanan kesehatan lansia
6. Memeilihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai
kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung
7. Memelihara kemandirian secara maksimal
8. Melaksanakan diagnose dini secara tepat dan memadai
2.1.3.3 Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Depkes RI (2000) posyandu lansia:
a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar
b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu
luang
2.1.3.4 Upaya-Upaya yang Dilakukan dalam Posyandu Lansia
1. Upaya meningkatkan / promosi kesehatan
Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya
merupakan upaya mencegah primer (primary prevention).
Menurut Suyono (1997), ada beberapa tindakan yang
disampaikan dalam bentuk pesan “BAHAGIA” yaitu :
a. Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
b. Aturlah makanan hingga seimbang
c. Hindari faktor resiko penyakit degenerative
d. Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang
bermanfaat
e. Gerak badan teratur agar terus dilakukan
f. Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal
situasi yang menegangkan
g. Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara
periodic
2. Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi kegiatan penigkatan keagamaan (kegiatan doa
bersama). Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin
satu bulan sekali. Kegiatan ini memberikan kesempatan
mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha untuk
memperkokoh iman dan takwa.
3. Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :
a. Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia
Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara
membentuk suatu pertemuan yang diadakan disuatu
tempat tertentu atau cara tertentu misalnya pengajian
rutin, arisan pertemuan rutin, mencoba memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat sederhana dan dini.
Sederhana karena kita menciptakan sistem pelayanan
yang diperkirakan bisa dilaksanakan diposyandu lansia
dengan kader yang juga direkrut dari kelompok pra usia
lanjut. Bersifat dini karena pelayanan kesehatan tersebut
dilaksanakan rutin tiap bulan dan diperuntukkan bagi
seluruh lanjut usia baik yang merasa sehat maupun yang
merasa adanya gangguan kesehatan. Selain itu aspek
preventif mendapatkan porsi penekanan dalam pelayanan
kesehatan ini
b. Penyukuhan gizi
c. Penyukuhan tentang tanaman obat keluarga
d. Olah raga
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang
memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan
fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar.
Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai jenis
kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah olah
raga. Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan
posyandu lansia adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan,
jogging atau berlari-lari, berenang, bersepeda, bentuk-
bentuk lain seperti tenis meja dan tenis lapangan
e. Rekreasi
4. Peningkatan ketrampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan
yang sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu
bisa mendatangkan rasa gembira tersebut tidak jarang
menjadi obat yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang
kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau
usia lanjut yang selalu berusaha terus memperkokoh iman
dan takwa.
5. Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
a. Demonstrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
b. Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
c. Latihan kesenian bagi lansia
6. Upaya pencegahan prevention
Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan
kepada :
a. Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan
kepada lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan
tetapi belum menderita penyakit
b. Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention)
ditujukan kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap
faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit
hingga awal timbulnya gejala atau keluhan
c. Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan
kepada penderita penyakit dan penderita cacat yang telah
memperlihatkan gejala penyakit.
2.1.3.5 Sarana dan Prasarana Psoyandu Lansia
1. Posyandu lansia sebaiknya diselenggarakan pada tempat
yang mudah di jangkau dan memiliki lingkungan yang bersih.
2. Sarana pendukung kegiatan paling kurang tersedia: 5 buah
meja dan kursi, alat pengukuran tekanan darah (tensimeter),
alat pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, alat
pengukur lingkar perut (pita meter), lembar komunikasi antar
meja posyandu lansia, KMS lansia, buku pemantauan peserta
buku (buku monitoring) dan buku pencatatan (register).

Bagi posyandu lansia yang memiliki kemampuan dapat


menambah sarana lain berupa: alat pengukuran kolesterol, alat
pengukuran asam urat, alat pengukur gula darah, pengukur
heboglobin dalam darah, alat pemeriksaan air seni urine), alat
pengukuran ketajaman penglihatan, dan alat pengukuran
ketajaman pendengaran.
2.1.3.6 Penatalaksanaan Sistem Lansia
Pelaksanaan kegiatan dengan mengggunakan sistem 5 meja yaitu:
1. Meja satu: Pendaftaran
Mendaftrakan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut.
Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju
meja selanjutnya
2. Meja dua: Kader
Melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan
darah
3. Meja tiga: Pencatatan
(pengisian kartu menuju sehat) kader melakukan pencatatn di
KMS lansia meliputi: indeks masa tubuh, tekanan darah, berat
badan dan tinggi badan
4. Meja empat: Penyuluhan.
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan
pemberian makanan tambahan
5. Meja lima: Pelayanan medis
Pelayanan tenaga profesional yaitu petugas dari
puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaaan dan
pengobatan ringan
2.1.3.7 Kader Lansia
1. Pengertian
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh
dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran
pelayanan kesehatan.
2. Tugas kader lansia
a. Tugas sebelum hari buka posyandu (H- posyandu) yaitu
berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan
pada hari buka posyandu berjalan dengan baik.
b. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa
tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
c. Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu
berupa tugas - tugas setelah hari Posyandu.
2.1.3.8 KMS Lansia
Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat
kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental
emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan
Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di kelompok Usia Lanjut
atau Puskesmas.
Tata Cara pengisian KMS:
1. KMS berlaku 2 tahun, diisi oleh petugas Kesehatan
2. Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yang
tertera. Sedangkan pada kunjungan ulang cukup diperiksa
sekali sebulan, kecuali untuk tes laboratorium diperiksa per 3
bulan (Hb, Urine, Protein)
2.1.3.9 Latihan Gerak dan Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau
berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994).
Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang
berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20) Jadi senam lansia
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemamp meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
2.1.3.10 Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999157)
antara lain:
1. Proses degenerasi karena perubahan usia
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani
dalam kehidupan (adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan
dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya
sakit. Sebagai rehabilitas pada lanjut usia terjadi penurunan
masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal,
tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya
peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga
seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai
penelitian menunjukan bahwa Latihan atau olahraga seperti
senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit
seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner
dan kecelakaan. (Darmojo 1999:81)
Senam lansia dilaksanakan disetiap satu bulan sekali pada
saat dilakukan kegiatan posyandu lansia yang dilaksanakan di 22
posyandu lansia yang ada.
2.1.3.11 Komponen Aktivitas dan Kebugaran
Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran
terdiri dari:
1. Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk
menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam
melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan
ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan
keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai
keberanian dalam melakukan aktivitas.
2. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan
fungsional atas latihan pertahanan berhubungan dengan hasil
yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain
mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi
(range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada
penelitian- penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan
pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart
(langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki tangga
sebesar 23-38%
3. Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif
cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan atau kebugaran
yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat
dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut
bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik),
sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan
berjalan lebih dengan latihan bertahan. Kelenturan (flexibility)
pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada
lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon.
Oleh karena itu latihan kelenturan sendi merupakan
komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.
4. Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama
yang sering mengakibatkan lansia sering jatuh.
Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan
oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan
otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya
sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang
diderita. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan
berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi
komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada
lansia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan
pada lansia dibutuhkan karena pada usia lansia banyak kinerja organ yang sudah
menurun yang menyebabkan lansia rentan terkena penyakit. Posyandu lansia
adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat diaman mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia
yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.
Salah satu tujuan dari diadakannya posyandu lansia adalah meningkatkan
jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
3.2 Saran
Usia lansia merupakan usia dimana organ-organ dalam tubuh mulai menurun
fungsinya yang menyebabkan pada usia ini rentan terkena penyakit. Asuhan yang
diberikan kepada lansia menjadi sangat dibutuhkan, untuk itu kegiatan asuhan
komunitas yang berfokus pada asuhan lansia ini perlu diadakan rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Rauf Saidah, S.Kep.,M.Sc. dkk. 2021. PANDU LANSIA. Muhammad Zani

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-nurulkhoir-5757-2-babii.pdf

https://www.scribd.com/document/404030926/ASUHAN-KEBIDANAN-KOMUNITAS-
PADA-LANSIA-docx

Noor Hidayah, Ulva Dwi Savitri. Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi (KB) Dengan
Perubahan Fisik Pada Menopause. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1
(2018) 83-87

Anda mungkin juga menyukai