PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara menyeluruh, meliputi
aspek fisik, mental, sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit yang berkaitan
dengan sistem reproduksi dan fungsinya. Kesehatan reproduksi bukan hanya
membahas masalah kehamilan atau persalinan, tetapi mencakup seluruh siklus
kehidupan wanita yang salah satunya adalah masa menopause, yaitu suatu masa
yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada masa senium (lanjut
usia), yaitu pada usia 40-65 tahun. Pada usia ini akan banyak muncul masalah
kesehatan karena masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan peningkatan
usia.
Lanjut usia mengalami proses menua (aging), yaitu proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Perubahan aktifitas seksual di usia menopause
dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi akibat penurunan fungsi reproduksi dan
kurangnya informasi serta pengetahuan tentang dampak penurunan fungsi
reproduksi terhadap penurunan respon seksual di usia menopause yang
sebenarnya dapat diperoleh melalui program pelayanan kesehatan reproduksi
lansia di fasilitas kesehatan (Varney, 2004).
Berdasarkan latar di belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
mengenai Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Lansia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu usia lanjut ?
1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada lansia?
1.2.3 Bagaimana perubahan fisiologik aktivitas seksual pada lansia?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian usia lanjut
1.3.2 Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada lansia
1.3.3 Untuk mengetahui perubahan fisiologik aktivitas seksual pada lansia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
sistem
skelet
dan
kardiovaskular.
Estrogen
membantu
membentuk tulang yang kuat, sehingga wanita lansia lebih mudah terkena
osteoporosis. Penurunan estrogen mengakibatkan penurunan aktifitas
pembentuk tulang osteoblast dan peningkatan aktifitas penghancur tulang
osteoclast. Akibatnya terjadi penurunan densitas tulang dan lebih mudah
terjadi fraktur. Estrogen memberikan perlindungan terhadap jantung
wanita. Insiden terjadinya penyakit artery coronary meningkat pada wanita
setelah menopause. Estrogen membantu mencegah serangan jantung
dengan beberapa cara. Pertama, estrogen menghambat pembentukan
artherosclerosis
dengan
cara
memetabolisme
kolesterol.
Estrogen
dan
berdegenerasi.
Perubahan
ini
akan
menurunkan
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan
90% pria diatas usia 80 tahun.Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan
terapi lebih lanjut.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan
ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.
d. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi
intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi
mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia
yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara
langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan
akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme
dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
e. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta
jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya
sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut
sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya
pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta
masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya
berkurang termasuk selama tidur.
f. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang
tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
g. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada
umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang
muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja.
h. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.
Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi
seksual. Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat
menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang
pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi ratarata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia
70 tahun menjadi 0,50 perminggu.
i. Masalah-masalah seksual lain yang sering pula terjadi pada lansia pria
diantaranya:
1. Disfungsi Ereksi (Impotensia)
6
2. Male Hypogonadism
3. Andropause
Andropause merupakan istilah kenyamanan/kemudahan penyebutan
bagi laki-laki yang mengalami penuaan dengan segala konsekuensi
dan gejala-gejala yang ditimbulkannya dibidang fisik, sosial dan
mentalnya. Ada pula yang memakai istilah menopause pria. Istilah
tersebut tidak tepat, terutama karena kalau pause pada wanita
kesuburannya berhenti pada laki-laki tidak berhenti tetapi hanya
mengalami kemunduran secara bertahap dan pasti. Disamping itu
perubahan fisiologis reproduksi pada lansia tidak terlihat atau terasa
dibandingkan perubahan pada wanita yang terlihat atau berakibat
nyata. Sedangkan perubahan mental maupun sosial relatif sama
dengan pada wanita, walaupun umumnya pada kadar yang lebih
ringan.
Gejala Andropause meliputi:
a. Potensi seksual mulai menurun;
b. Kurang bergairah;
c. Mudah tersinggung;
d. Daya konsentrasi terganggu;
e. Mudah letih, lesu, lemah;
f. Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang;
g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang);
h. Rambut rontok ;
i. Kulit kering ;
j. Organ reproduksi laki-Iaki mengecil;
k. Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi
darah tidak lancar termasuk yang beredar di daerah organ reproduksi;
Meski begitu perlu dicatat bahwa tidak semua laki-Iaki mengalami
andropause pada usia yang sama.
2.2.3 Perubahan Fisiologik Aktivitas Seksual
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan
kultural, kesemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita
mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi. Interval
untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron
menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
2. Fase arousal
a.
Lansia wanita :pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan
flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otototot; iritasi uretra dankandung kemih.
b. Lansia pria :ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu
kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat penurunan
testoteron; elevasitestis ke perineum lebih lambat.
3. Fase orgasmic
a. Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit
konstraksi kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
b. Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan
jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
4. Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai
timbulnya faseorgasme berikutnya lebih sukar terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN
1998).
Pada wanita yang lanjut usia, produksi hormon estrogen akan berhenti,
genitalia interna dan eksterna juga berangsur-angsur mengalami atrofi. Wanita
juga akan mengalami menopause, dimana siklus menstruasi dalam kehidupan
seorang perempuan berhenti. Menopause terjadi pada saat yang berbeda pada
seorang perempuan. Masa tersebut dapat saja terjadi saat usia awal 40-an sampai
awal 50-an.
Pada pria yang lanjut usia, produksi testoteron akan menurun secara bertahap
serta menurunkan proses spermatogenesis, namun dengan penurunan jumlah
sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
Ada beberapa fase perubahan fisiologik aktivitas seksual, yaitu : Fase desire,
Fase arousal, Fase orgasmic, dan Fase pasca orgasmic
3.2 Saran
Semoga dengan adanya penjabaran diatas, pembaca dapat memahami dan
mengerti mengenai Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Lansia,
serta dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai penurunan fungsi
reproduksi pada lansia dan upaya mengoptimalkan kesehatan yang sesungguhnya.