PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya.
Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan
kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu
tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW),
Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat
lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut dini (sevescen) : kelompok yang memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun).
3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : Usia di atas 65 tahun.
Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia kronologis (kelender) dan lansia
biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan
pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong
lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya.
Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan
anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi
keadaan fungsi dan keadaan badan secara keseluruhan (Fatimah, 2010). Masa lanjut usia
merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana
seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak
dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
2.3 Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut
1. Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia dengan berhentinya produksinya hormon
estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
a. Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita
belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia
3
menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat
fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus,
artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan
genitalia eksterna
b. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya
menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut
tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput”
sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya,
permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara
umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
d. Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana
payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya
mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara
histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan
mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis
pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis
mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan
kelenjar ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada
masa klimakterik.
2. Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis
menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi.
Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma
tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
b. Kelenjar prostat biasanya membesar.
4
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria
diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas
dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan
bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan
stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase
penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan
biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah
cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang
kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan
merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan
vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya
berkurang termasuk selama tidur.
e. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai
48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa
menit saja.
f. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.
2.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life,
dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add
Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
5
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif
menjadi norma-norma sosial.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
Mengurangi cedera
Meningkatkan keamanan di tempat kerja
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b. Preventif
Pencegahan primer, meliputi :
program imunisasi
konseling
dukungan nutrisi
exercise
keamanan di dalam dan sekitar rumah
6
manajemen stres
menggunakan medikasi yang tepat.
Pencegahan sekuder, meliputi:
Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder :
kontrol hipertensi
deteksi dan pengobatan kanker
skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih bnerfungsi
c. Rehabilitatif
Prinsip :
Pertahankan lingkungan aman
Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
Pertahankan kecukupan gizi
Pertahankan fungsi pernafasan
Pertahankan aliran darah
Pertahankan kulit
Pertahankan fungsi pencernaan
Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
Meningkatkan fungsi psikososial
Pertahankan komunikasi
Mendorong pelaksanaan tugas
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar dan penting
dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu, kesehatan reproduksi
juga merupakan syarat ensensial bagi kesehatan bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa
bahkan orang-orang yang berusia setelah masa reproduksi. Reproduksi secara sederhana
dapat diartikan sebagai kemampun untuk “membuat kembali”. Dalam kaitannya dengan
kesehatan, reproduksi diartikan sebagai kemampuan seseorang memperoleh keturunan
(beranak).
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus,
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
3.2 Saran
Seorang bidan harus mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada lansia agar
dapat memberikan pelayanan lansia yang tepat di masyarakat.