Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA

DI MASYARAKAT, KELUARGA DAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

Atik 11194561920041

Darmawati Kurniya 11194561920042

Fachriyal Hami 11194561920045

Isnaniah 11194561920052

Muji Palhadad 11194561920056

Siti Hotijah 11194561920064

Syiva Hermawinda 11194561920068

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2019
Kata Pengantar

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayahnya
kepada kita, sehingga kami dapat menyusun Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn dengan Rheumatoid Artritis Di
Wilayah Simpang Layang RT 08 Kelurahan Sungai Lulut Kecamatan Banjarmasin
Timur”. Atas dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini kami banyak
mengucapkan terimakasih.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal dan
mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, Laporan Asuhan
Keperawatan Keluarga ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi
halaman,pengolahan,maupun dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan.

Banjarmasin, Oktober 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kesehatan,
berhasil untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak dan memperlambat
kematian sehingga berdampak pada peningkatan jumlah lansia. Peningkatan jumlah
lansia ini juga diikuti dengan usia harapan hidup yang juga meningkat (Yuliati, Baroya,
& Ririyanti, 2014)

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI pada tahun 2015 juga menginformasikan
bahwa 5 provinsi dengan sebaran penduduk lansia terbesar adalah Yogyakarta
sebesar 13,4%, Jawa Tengah sebesar 11,8%, Jawa Timur sebesar 11,5%, Bali
sebesar 10,3%, dan Sulawesi Utara sebesar 9,7%, sedangkan sebaran penduduk
lansia terendah adalah Papua sebesar 2,8% (Kemenkes RI, 2015).

Jumlah lansia yang semakin meningkat, akan mengakibatkan lansia banyak


mengalami masalah-masalah seperti kurangnya mendapatkan pendidikan, akses
kesehatan sulit diperoleh, tidak ada jaminan hari tua, dukungan sosial dari keluarga
atau teman akan berkurang. Oleh karena itu, tak jarang lansia akan mengalami
masalahpsikologis maupun fisik, dan gangguan patologis yang mengakibatkan lansia
mudah terserang berbagai macam penyakit. (Salamah (2005)

Masalah psikologis pada lansia merupakan salah satu proses penuaan yang akan
dialami oleh semua lansia. Lansia akan mengalami perubahan psikologis seperti short
term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. Masalah psikologis pada
lansia biasanya terjadi karena transisi peran pada lingkungan sosial, kehilangan,
perubahan pada fisiologis dan kematian.

Risiko biologi termasuk risiko terkait usia pada lanjut usia yaitu terjadinya berbagai
penurunan fungsi biologi akibat proses menua. Risiko sosial dan lingkungan pada
lanjut usia yaitu adanya lingkungan yang memicu stres. Aspek ekonomi pada lansia
yaitu penurunan pendapatan akibat pensiun. Risiko perilaku atau gaya hidup seperti
pola kebiasaan kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan yang tidak sehat
dapat memicu terjadinya penyakit dan kematian. Stanhope dan Lancaster (2016)

B. Rumusan Masalah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lanjut Usia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan.
Lansia adalah manusia dengan kondisi fisik yang relatif lemah renta
dankondisi psikis yang kesepian dan seringkali merasa diterlantarkan. Dengan
kondisi yang demikian maka para lansia perlu berkumpul untuk saling
mengawasi dan agar tidak merasa kesepian. Mereka juga memerlukan
perawatan, perhatian, dan kasih sayang baik dari sesama lansia maupun dari
orang lain WHO (2010) mengatakan lansia adalah seseorang yang telah
berusia 60 tahun keatas.
2. Batasan Lansia
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia
>65 tahun)
3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Semakin bertambahnya
umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan
berdampak pada perubahan-perubahan 15 pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah,
2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia
antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur.
4) Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih
lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
5) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
6) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
b. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
1) Sistem kardiovaskuler Massa jantung bertambah, vertikel kiri
mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan
klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan
ikat.
2) Sistem respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
Pencernaan dan Metabolisme
c. Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
1) Kehilangan gigi,
2) Indra pengecap menurun,
3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
e. Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari.
f. Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
g. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
B. Konsep Kualitas Hidup Pada Lansia
1. Pengertian Kualitas Hidup Lansia
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL), kualitas
hidup adalah kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, hubungan sosial lansia, dan kondisi lingkungan. Kualitas
hidup dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, kondisi fisik dan psikologis,
aktifitas sosial, interaksi sosial dan fungsi keluarga. Pada umumnya lanjut usia
mengalami keterbatasan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menjadi
mengalami penurunan. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
sehingga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia
untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia .
kondisi fisik dan psikologis, aktifitas sosial, interaksi sosial dan fungsi
keluarga. Pada umumnya lanjut usia mengalami keterbatasan, sehingga
kualitas hidup pada lanjut usia menjadi mengalami penurunan. Keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat sehingga memiliki peran yang sangat
penting dalam perawatan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut
usia (pamungkas & kumaat, 2016)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Hidup
a. Usia
Adanya perbedaan terkait usia dalam aspek-aspek kehidupan yang
penting bagi individu. Penelitian yang dilakukan Rugerri dkk (dalam Nofitri,
2009) pada subjek berusia tua menemukan adanya kontribusi pada faktor
usia terhadap kualitas hidup karena usia tua sudah melewati masa untuk
melakukan perubahan dalam hidupnya.
b. Penyakit fisik
Penyakit kronis merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan
kualitas hidup lansia. Kesehatan mempengaruhi kualitas hidup individu.
Kesejahteraan fisik yaitu kondisi kesehatan merupakan salah satu faktor
dari kualitas hidup.
c. Jenis Kelamin
Adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan,
dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup
perempuan. Secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak
jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek
hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria
lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas hidup. Terdapat
perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar,
penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang
mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau
memiliki disablity tertentu).
e. Status pernikahan
f. Terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah,
individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi
(pasangan yang tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan).
g. Rasa Syukur
Menunjukkan rasa syukur membuat kehidupan individu lebih baik dan
adanya pandangan yang optimis kedepannya. Adanya hubungan rasa
syukur dengan kesejahteraan psikologis yang akan meningkatkan kualitas
hidup individu. Artinya rasa syukur dapat mempengaruhi kualitas hidup
individu.
h. Tempat Tinggal
Penelitian Siregar, Amri, dan Lubis (2013) menunjukkan tempat tinggal
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Perbedaan tempat tinggal
memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Lansia yang tinggal
di rumah memiliki kualitas hidup yang baik dibandingkan lansia yang
tinggal di panti jompo.
3. Peningkatan kualitas hidup lansia di masyarakat, keluarga dan komunitas
Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan
perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga
dan masyarakat, perbaikan lingkungan (fisik, biologis, sosial-budaya,
ekonomi)
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi dan
Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes

Salamah. 2005. Kondisi Psikis Dan Alternatif Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial
Lansi Di Panti Wredha. Jurnal PKS Vol. IV: pp.55–61.

Yuliati, A., Baroya, N., dan Ririyanti, M. 2014. Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang
Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( The Different of
Quality of Life Among the Elderly who Living at Community and Social Services ).
Jurnal Pustaka Kesehatan, vol 2(1):pp.87-94.

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Public health nursing population centered health
care in the community (9th Ed.). Missouri:
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai