Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Perawatan paliatif tidak hanya untuk pasien kanker dan terminal kondisi
penyakit kronik progresif lainnya seperti gagal jantung, penyakit paru obstruktif
menahun, gagal ginjal kronik, juga termasuk dalam kondisi paliatif ( WHO ).
Definisi paliatif dari WHO perawatan paliatif sebagai pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga melalui pengkajian yang
menyeluruh. Tindakan untuk perawatan palliatif yang telah dilakukan adalah
dengan identifikasi awal, pengkajian serta pengobatan dan rasa nyeri dan masalah
lainnya seperti fisik, psikososial dan spiritual. Gagal Ginjal Kronik/GGK
merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang
racun dan metabolisme dalam darah, dan pada stadium akhir terjadi penurunan
Glomerulus Filtrasi Rate (GFR) < 15 ml/min/1,73 m2. Kondisi inilah yang
menyebabkan pasien bergantung pada hemodialisa sepanjang hidupnya, dan
digolongkan pada kondisi paliatif. Penderita gagal ginjal kronik secara global ada
lebih dari 500 juta orang dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani terapi
hemodialisa. Di Indonesia pada tahun 2018 penyakit gagal ginjal kronik naik dari 2
permil menjadi 3,8 permil dan 2% diantaranya yang menjalani terapi hemodialisis.
1.2. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umun

 Mengetahui dan memahami menjelaskan tentang Permasalah


palliative care pada gagal ginjal kronik.

B. Tujuan Kusus

 Untuk menjelaskan tentang Permasalah palliative care pada gagal


ginjal kronik.
 Untuk mengatahui tentang Tindakan Teraupetik pada perawatan
paliatif pada pasien Gagal Ginjal Kronik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalah palliative care pada gagal ginjal kronik

2.1.1 Permasalah psikologi yang dialami penderita penyakit gagal kronik


ditujukkan dari semenjat pertama kli individu divinis mengalami penyakit
gagal ginjal kronik.Berberapa masalah gagal ginjal kronik yaitu:

 Individu merasa frustasi


 Putus asa
 Marah
 Ada perasaan tidak percaya

Pada berberapa individu mengakui dirinya diliputi oelh perasaan


cemas, khawatir,da nada perasaan takut mati. Individu menjadi enhhan
untuk melakukan aktivitas dikarenakan adanya anggapan bahwa dirinya
sudah tidak berguna lagi dikarenakan penyakit yang dideritanya, sehinhha
mereka lebih mengurung dirinya dikamar, mengalami gangguan tidur,
penurunan nafsu makan dan penurunan minta seksual. Individu menilai
bahwa dirinya menderita penyakit, hidupunya selalu dalam keadan ketidak
beruntungan,tidakmemiliki semangat hidup dan sangat sensitive.

2.2 Tindakan Teraupetik pada perawatan paliatif pada pasien Gagal Ginjal
Kronik
Tindakang Teraupetik Yang dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal
kronik dapat meliputi hal dibawah ini:

1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.

2. Obat-obatan: diuretic untuk meningkatkan urinasi; aluminasi


hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia: anti hipertensi untuk
terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi
produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.

3. Dialisisi dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal


ginjal akut yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis dan
kejang perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara
bebas; menhilangan kecendurungan perdarahan. Dan membatu
penyembulan luka.

4. Transplantasi ginjal [Reves,Roux, Lockhart,2001].

5. Penanganan hyperkalemia; keseimbangan cairan dan elektrolit


merupakan masalah utama pada gagan ginjal akut; hiperkalemi
merupakan kondisi yang paling mengacam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantu akan adanya hyperkalemia melalui
serangkaian pemerikan kadar elektolit serum [ nilai kalium > 5.5
meg/L ; SI: 5.5 mmol/L] perubahan EkG {tinggi puncak
gelombang rendah atau sangat tinggi], dan perubahan status klinis.
Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin [Natrium polistriren sulfonat [kayexalate]. Secara
oral atau melalui retensi enema.
6. Mempertahankan keseimbangan cairan,; penatalaksanaan
keseimbnag cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran
tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum , cairan yang
hilang ,tekanan darah dan status klinis pasien. Masukan dan
haluaran oral dan parental dan urin , drainase lambung,fesses,
drainase luka dan perpirasi dihitug dan digunakan sebagai dasar
untuk terapi pengganti cairan.

Stres mempengaruh banyak aspek dalam kehidupan manusia dalam aspek


kognitif, sters dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kongnitif dengan
merupakan atau meningkatkan perhatian pada sesuatu. Dalam aspek emosi,stress
dapat menimbulkan rasa ketakutan yang merupakan reaksi yang umum ketika
individu terasa teracam memunculkan perasaan sedih dan depresi; sweta memicum
rasa marah katika individu mengalami situasi yang membahayakan atau membatu
frustasi. Dalam aspek prilaku social stress dapat mengubah prilaku individu dalam
menghadapi, orang lain.

1. Strategi menghadapi stress

Mengurangi tindakan stress mengakibatkan kurangnya resiko


memburuknya atau kambuhnya suatu penykit. Oleh karena itu,
manusia memotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangin
stres yang sisebut juga dengan koping, koping merupakan suatu
proses dalam mengatur tuntutan internal dan eksternal yang berat
bahkan sangaat sulit.

2. Jenis-jenis koping

a) Emotion-Focused-Coping

Bentuk koping ini bertujuan untuk mengontrol respon


emosional yang muncul dslsm menghadapi stressor,
beberapa strategi yang di gunakan antar lain control
diri,mengambil, jarak dengan stressor,berusaha untuk
melihat dari sudut pandangl lain, menerima keadan control
dan melarikan diri.

b) Problem-Focused-Coping

Bentuk koping ini bertujuan untuk mengurangin tuntutan


stresos atau mengembangkan sumber daya dalam
menghadapi tuntuan. Berberapa strategi yang berhubungan
dengan bentuk koping ini antara lain melakukan
konfrontasi dengan menolak perubahan atau berusaha
mengubah keyakinan orang lain, bergantung pada
dukungan social dan melakukan strstegi pemecahan
masalah yang terncana.

3. Dukungan social

Dugungan social adalah informasi dari orang lain bahwa ia di


cinta dan di perhatikan, memiliki harga diri dan harga serta
merupadan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajibah bersama.

4. Dukungan Spritual

 Anjurkan klien untuk melakukan ibadah sesuai dengan


keyakinannya.
 Ajak keluarga untuk mengikuti ibadah bersama dengan
klien.
 Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan ibadah di
masyarakat, misalnya pengajian.

5. Qualiti Of Life/ kualitas hidup

Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting


bagi para professional kesehatan karena dapat menjadi acuan
keberhasilan diri suatu tindakan/intervensi atau terapi.disamping
itu ,data tentang kualitas hidup juga dapat merupakan data awal untuk
pertimbangan merumuskan intervensi/tindakan yang tepat bagi pasien.
BAB IV

PENUTUP
3.1    KESIMPULAN

Gagal ginjal kronik adalah Penyakit yang bisa timbul karena kerusakan pada
filtrasi dan sekresi ginjal akan berujung pada gagal ginjal kronik atau disebut
chronic kidney disease (CKD). Chronic kidney disease sendiri di sebabkan oleh
beberapa faktor yaitu hipertensi, glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati
diabetic, nefropati refluk, ginjal polikistik, obstruksi dan gout (Mansjoer, 2007).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi persoalan kesehatan serius
masyarakat di dunia. Menurut WHO (2012) penyakit ginjal dan saluran kemih
telah menyebabkan kematian sekitar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki peringkat ke -12 tertinggi angka
kematian atau peringkat tertinggi ke-17 angka kecacatan. Pelayanan asuhan
keperawatan ditujukan untuk mempertahankan, meningkatkan kesehatan dan
menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-hari,
penyakit, kecelakaan, atau ketidakmampuan bahkan kematian (Depkes,2005).

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalahmasalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (Kepmenkes RI Nomor: 812,
2017).

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual.2006.BukuSaku Diagnosa Keperawatan.Alih Bahasa


Yasmi Asih, Edisike -10. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: EGC


Digiulio, M, Jackson, D dan Keogh, J.2014.Keperawatan Medikal Bedah
Demystified edisi 1. Alih bahasa khundazi Aulawi.Yogyakarta : Rapha Publishing

Doengoes, M.E.,. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta Hudak dan
Gallo. 2011.

Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.Edisi - VIII Jakarta: EGC.


Mansjoer, Arif, dkk. 2007.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-3, Medica
Aesculpalus, FKUI. Jakarta.

Muttaqin, A dan Sari, K. 2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan.Banjarmasin: Salemba Medika

Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012.Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah Penyakit Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai