id
Volume 15, No 1, Juni 2019, Hal. 12-17 P-ISSN 1858-0696
DOI: 10.26753/jikk.v15i1.309 E-ISSN 2598-9855
Abstrak
Kata kunci: Gagal ginjal kronik adalah kondisi dimana ginjal sudah tidak mampu
Respon lagi mempertahankan keseimbangan cairan dan sisa metabolisme,
Psikologis; untuk membantu dalam fungsi ginjal yang rusak dilakukan terapi
Hemodialisa; hemodialisa. Prosedur hemodialisa ini sangat bermanfaat untuk
Gagal Ginjal pasien, namun juga menyebabkan dampak psikologis. Dampak
Kronik psikologis yang muncul salah satunya dikarenakan proses hemodialisa
yang membutuhkan waktu jangka panjang untuk dijalani seorang
pasien, hal ini membutuhkan waktu untuk menerima dalam menjalani
terapi hemodialisa tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui respon psikologis dalam tahap-tahap penerimaan
menjalani terapi hemodialisa pada pasien gagal ginjal Kronik di PKU
Muhammadiyah Gombong. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan
interpretive dan jenis penelitian fenomenologi deskriptif Pada 8
partisipan yang sudah mencapai saturasi data. Hasil penelitian
menunjukan pasien yang menjalani terapi hemodialisa mengalami
respon psikologis karena adanya kecemasan, kematian dan tidak
kunjung sembuh. Dengan siklus penerimaan dimulai dari respon
penolakan, marah, tawar menawar, depresi, dan sampai respon
penerimaan. Dalam siklus ini partisipan membutuhkan waktu untuk
menerima dalam menjalani hemodialisa. Rekomendasi: Memberikan
gambaran tentang fenomena respon psikologis dalam siklus
penerimaan menjalani terapi hemodialisa pada pasien gagal ginjal.
12
JIKK Volume 15, No 1, Juni 2019 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
air yang berada dalam darah melalui menjalani terapi hemodialisa pada pasien
membran semi permiabel atau yang gagal ginjal kronik.
disebut dializer (Price & wilson,2010).
Dimana proses dialisis tergantung pada METODE
prinsip fisiologis, yaitu difusi, dan Jenis penelitian ini adalah
ultrafiltrasi. Tujuan utama dari penelitian deskriptif kualitatif dengan
hemodialisa adalah mengendalikan uremia, menggunakan pendekatan interpretive dan
kelebihan cairan dan ketidakseimbangan jenis penelitian fenomenologi deskriptif.
elektrolit yang terjadi pada klien penyakit Populasi dalam penelitian kualitatif
gagal ginjal kronik (Kallenbach,et disebut dengan saturasi data. Populasi
al,2008). Adanya proses jangka panjang dalam penelitian ini adalah pasien gagal
dalam terapi hemodialisa yang harus ginjal yang menjalani terapi hemodialisa di
dilakukan oleh pasien gagal ginjal PKU Muhammadiyah Gombong. Teknik
berdampak pada perubahan psikologis pengambilan partisipan dengan
(Snaith, 2003). menggunakan teknik random sampling
Kondisi psikologis tersebut karena yang sesuai dengan kriteria insklusi dan
terjadi salah satunya karena proses terapi eksklusi sampai berhenti pada saturasi
yang harus dilakukan membutuhkan waktu data. Partisipan dalam penelitian ini
jangka panjang. Proses lama waktu berjumlah 8 partisipan.
menjalani terapi inilah yang menyebabkan
seorang pasien melalui siklus dalam tahap- HASIL DAN PEMBAHASAN
tahap penerimaan untuk menerima Respon psikologis dalam siklus
menjalani terapi hemodialisa. Tahap-tahap penerimaan menjalani terapi
penerimaan ini menurut Kubler-Ross hemodialisa
(2009) yaitu mulai dari Denial Siklus proses penerimaan yang dialami
(Penolakan), Anger (Marah), Bergainning oleh partisipan meliputi:
(Tawar menawar), Depression (Depresi) a. Denial (Penolakan)
dan Acceptance (Penerimaan). Tahap Sebanyak 2 partisipan yang
penerimaan melalui sebuah tahapan mengalami respon denial saat
dikarenakan tidak berfungsinya ginjal dan mengetahui penyakitnya dan harus
proses hemodialisa. Menurut Irmawati menjalani terapi hemodialisa. Denial
(2009) mengatakan bahwa pasien yang adalah reaksi pertama individu yang
baru beberapa kali melakukan cuci darah mengalami kehilangan. Dimana reaksi
cederung memiliki tingkat kecemasan dan ini bisa berupa syok, tidak percaya
stres yang lebih tinggi dibandingkan bahkan menolak untuk dilakukan
dengan pasien yang sudah berkali-kali tindakan medis.
melakukan cuci darah. Berikut ungkapan partisipan yang
Masalah psikologis yang lain yang mendukung:
dapat muncul dari pasien adalah dapat “saya dan istri saya saat dokter
rasa khawatir atas kondisi sakitnya yang bilang kreatinin tinggi dan harus cuci
tidak dapat diramalkan. Mereka darah kan selalu bilang “jangan dulu
mengalami masalah finansial, kesulitan dok”,gitu. Akhirnya gak jadi cuci
dalam mempertahankan pekerjaan, darah sampai 8 bulan itu mbak,
dorongan seksual yang impotensi, depresi karena saya gak percaya kalau saya
akibat sakit kronis dan ketakutan kematian sakit.”
(Smeltzer,2008). Berdasarkan dari latar Proses Denial (Penolakan) menurut
belakang tersebut peneliti tertarik untuk Rando (Dalam Linton, 2015)
melakukan penelitian yang bertujuan untuk Mekanisme penolakan bersifat
mengetahui fenomenologi dari respon sementara dan biasanya digunakan
psikologis dalam siklus penerimaan oleh bertambahnya kesadaran ketika
13
JIKK Volume 15, No 1, Juni 2019 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
individu itu dihadapkan pada hal-hal ini muncul bila individu sudah mampu
seperti pertimbangan keuangan, mengungkapkan rasa marahnya.
permasalahan yang belum selesai, dan Dalam fase ini individu berandai-
perasaan khawatir mengenai keluarga. andai bahwa hal yang sudah dilakukan
Dari hasil penelitian ini sejalan individu dimasa lalu itu akan dapat
dengan penelitian Zuhriastuti (2011) diubah kembali supaya dapat lebih
dalam Yunie (2014) yang menunjukan memperbaiki pola hidup, pola makan,
bahwa pada pasien gagal ginjal yang dll. Biasanya muncul kata-kata seperti
menjalani terapi hemodialisa, dari 30 “seandainya saya dulu menjaga
responden sebanyak 14 orang (27,5%) kesehatannya”.
masih menyangkali kondisinya Ini Berikut ungkapan partisipan yang
sejalan, menyangkal dari sakit mendukung:
maupun tindakan yang dilakukan “awalnya saya berontak mbak, saya
banyak ditemukan pada pasien gagal kan gak pernah sakit. Sekali sakit
ginjal kronik, hal ini sejalan dengan langsung parah, rasanya pengen tiba-
penelitian Nurani (2013) yang tiba ada keajaiban saya sembuh, gitu
menyatakan bahwa ketiga subyek mbak”
mengalami syok saat pertama divonis Reaksi bergainning yaitu penderita
gagal ginjal dan harus menjalani terapi giat menjalani ibadah kepada tuhan
hemodialisa. agar diberikan kesempatan lebih untuk
hidup Nurani, (2013). Tahap ini
b. Anger(marah) apabila individu sudah mampu
Sebanyak 2 partisipan yang mengungkapkan rasa marahnya secara
mengalami respon anger (marah). intensif maka ia akan maju ketahap
Anger (marah) ini adalah fase tawar menawar.
partisipan menyadari bahwa memang
kenyataan terjadinya kehilangan. d. Depression (depresi)
Berikut ungkapan partisipan yang Sebanyak 8 partisipan mengalami
mendukung: depresi. Dalam hal ini depresi
“saya pengen marah-marah, tapi biasanya ditunjukan dengan adanya
kalau saya marah jantung saya reaksi menyendiri, lain tidak mau
kambuh. Soalnya gak bisa berbuat berbicara, menyatakan perasaan
apa-apa si mbak”. keputusasaan, dan perasaan tidak
Kemarahan tersebut biasanya berharga.
ditunjukan kepada dokter, saudara, “kadang saya merasa putus asa,
keluarga, atau teman-teman Safaria, soalnya gak sembuh-sembuh mbak”.
(2005). Pasien yang terdiagnosis Menurut Iyus Yosep (2007) tahap
untuk dilakukan tindakan hemodialisa depresi ini adalah tahap individu
menganggap bahwa adanya mulai memahami kepastian. Karena
ketidakadilan yang dirasakan hal ini hal inilah individu mungkin menjadi
sejalan dengan pendapat Menurut lebih banyak diam, menolak orang
Worthington (2007) yang mengatakan lain dan menghabiskan banyak waktu
bahwa korban dari ketidakadilan dapat untuk menangis dan berduka.
memberi respon berupa kamarahan, Dalam tahap depresi ini gejala
ketahutan, kebencian, serta dapat emosional yang sering muncul
menyimpan dendam terhadap pelaku menurut Nursalam, (2008) yakni
kesalahan. kesedihan, rasa tidak berdaya, tidak
c. Bargaining (tawar menawar) ada harapan, merasa bersalah,
Sebanyak 2 partisipan yang penyesalan yang dalam, kesepian, dan
mengalami respon bargaining. Respon waktu yang panjang untuk menangis.
14
JIKK Volume 15, No 1, Juni 2019 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
15
JIKK Volume 15, No 1, Juni 2019 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
16
JIKK Volume 15, No 1, Juni 2019 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id
Kementrian Kesehatan Indonesia. (2010). Smeltzer SC, Bare BG. (2010). Buku
Profil Kesehatan Indonesia tahun Keperawatan Medikal Bedah.
2009.Kementrian Kesehatan Jakarta:EGC.
Republik Indonesia. Jakarta.
Smeltzer SC, Bare BG.(2011). Buku Ajar
Kubler-Ross, E. (2009). On Death and Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Dying: what the dying have to teach EGC
doktors, nurses, clergy and their own
families. New York:Routledge Snaith, R.P. (2003). The Hospital Anxiety
and Depression Scale. Health and
Nurani,V,M dan Mariyanti,S. (2013). Quality life Outcomes;1:29. Licensee
Gambaran Makna Hidup Pasien Biomed Central Ltd.
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Terapi Hemodialisa. Jurnal psikologi Yemima G.V Wurara. (2013). Mekanisme
volume 11 no 1 Koping pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik yang Menjalani Terapi
Price, S.A. Wilson, L.M. (2005). Hemodialisa di RS Prof. Dr.R.D.
Patofisiologi:Konsep Klinis Proses- Kandou Manado. Ejurnal
Proses Penyakit. Jakaerta:EGC keperawatan (e-Kp) volume 1
17