Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN FREKUENSI HENODIALISIS DENGAN TINGKAT

STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI


HEMODIALISIS DI RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2019

Abdal Rohim, Seli Sandia Fransiska

STIKes Kuningan

rohimabdal9873@gmail.com

Abstrak

Salah satu terapi bagi pasien gagal ginjal kronik yaitu hemodialisis, jumlah pasien gagal ginjal
kronik di Indonesia 108.723 pasien, di Jawa Barat sejumlah sejumlah 28.495 pasien
sedangkan di RSUD 45 Kuningan sebanyak 123 orang. Terapi hemodialisa ini akan
berdampak pada psikologis pasien salah satunya adalah stres. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Hubungan antara Frekuensi Hemodialisis dengan Tingkat Stres pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.
Penelitian ini berjenis deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Polulasi penelitian
ini adalah seluruh pasien gagal gnjal kronik yang menjalani hemodialisis sebanyak 123.
Sampel sebanyak 97 responden menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian
yang digunakan kuesioner DASS 42 dan lembar cheklist. Analisa univariat yang digunakan
distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunfeaakan uji Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (94,8%) responden dengan frekuensi hemodialisis 2 kali
dalam seminggu dan (78,4%) responden mengalami stres ringan. Analisis Bivariat
menunjukan (p-value = 0,232>0,05).
Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi
hemodialisis dengan tingkat stres pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
di RSUD 45 Kuningan tahun 2019. Pasien dapat lebih berserah diri kepada Allah SWT ketika
menghadapi cobaan, lebih banyak beristighfar, lebih banyak berdzikir.

Kata Kunci : Frekuensi, Hemodialisis, Tingkat Stres


Kepustakaan : Buku (15), Jurnal (7), Skripsi (10)

PENDAHULUAN
Saat ini penyakit tidak menular tekanan darah hingga pembentukan vitami
telah menjadi masalah besar di masyarakat D aktif.
Indonesia, salah satu penyakit tidak Pada ginjal gagal kronik, akan
menular yang saat ini menjadi banyak mengalami penurunan dalam
menarik perhatian yaitu penyakit gagal melaksanakan fungsinya, maka fungsi-
ginjal kronik (GGK), jumlah pasien Gagal fungsi di atas juga akan terganggu, urin
Ginjal Kronik semakin tahun mengalami tidak dapat diproduksi dan dikeluarkan,
peningkatan. Ginjal memegang banyak keseimbangan cairan terganggu yang dapat
peranan penting bagi tubuh kita, selain menyebabkan tubuh bengkak dan sesak
peranan utamanya dalam produksi urin, napas, racun-racun akan menumpuk,
ginjal juga berperan dalam menjaga tekanan darah dapat tak terkendali, anemia
keseimbangan cairan dalam tubuh kita, yang akan memperberat kerja jantung
pengaturan status asam-basa (pH darah), hingga gangguan pembentukan tulang.
pembentukan sel darah merah, pengaturan Komplikasi di atas akan mempengaruhi
fungsi organ lain mulai dari jantung, hati, keluarga dan sahabat memandang pasien
pencernaan hingga otak yang akan sebagai orang yang mempunyai
meningkatkan risiko morbiditas (angka keterbatasan dalam kehidupannya,
kesakitan) dan mortalitas (kematian) karena hemodialisa akan membutuhkan
(Echder T, Schriner RW, 2012). waktu yang dapat mengurangi pasien dalam
Menurut Yagina (2014) dalam melakukan aktivitas sosial, dan dapat
Hasanah (2017) mengemukakan angka menimbulkan konflik, frustasi, serta rasa
kejadian gagal ginjal di dunia secara global bersalah didalam keluarga. Keterbatasan
lebih dari 500 juta orang dan yang harus ini menyebabkan pasien hemodialisa
menjalani hidup dengan bergantung pada rentan terhadap stress.
cuci darah (hemodialisis) 1,5 juta orang. Berdasarkan dari studi pendahuluan
Data di Indonesia menurut Indonesia Renal yang dilakukan, dengan wawancara
Registry (2017) mengatakan bahwa jumlah terhadap 10 pasien yang menjalani
pasien baru gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di ruang hemodialisa di
hemodialisa berjumlah 30.831 dan pasien dapatkan 7 responden dengan frekuensi
aktif 77.892 pasien. Sedangkan pasien hemodialisis 2 kali dalam seminggu
yang menderita gagal ginjal kronik di Jawa dengan tingkat stress berat sebanyak 2
Barat sejumlah 28.495 dengan pasien baru responden, mereka mengatakan merasa
7.444 dan pasien aktif sejumlah 21.051 dan takut tentang keadaan penyakitnya yang
jumlah pasien gagal ginjal kronik yg tidak kunjung sembuh dan harus menjalani
menjalani hemodialisis di RSUD 45 hemodialisis secara terus menerus, dengan
Kuningan tahun 2019 pada bulan Januari tingkat stress sedang sebanyak 2
sebanyak 127, di bulan Februari sebanyak responden, mereka mengeluh mudah
125 pasien, di bulan Maret sebanyak 126 marah dan sulit tidur pada saat satu hari
pasien dan di bulan April sebanyak 123 menjelang terapi hemodialisis dan
pasien. responden dengan tingkat stress ringan
Pasien yang menderita GGK sebanyak 3 orang, pasien lebih berserah
memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal diri dan bertawakal kepada Allah karena
berupa Hemodialisis (HD), Peritoneal ini sudah menjadi garis hidupnya.
dialysis atau transflantasi ginjal. Pasien GGK Sedangkan 3 orang responden dengan
stadium V menjalani HD seumur hidup, 2 frekuensi 1 kali dalam satu minggu dengan
sampai 3 kali setiap minggu, pasien harus tingkat stress berat sebanyak 1 responden,
menjalani HD 4 sampai 5 jam satu kali pasien mengatakan bahwa teringat akan
menjalani HD. Hampir semua kasus GGK masa depan istri dan anak-anaknya karena
memerlukan tindakan hemodialisis, namun dirinya tahu bahwa penyakit yang
hemodialisis tidak sepenuhnya dapat dideritanya tidak dapat disembuhkan,
menggantikan fungsi ginjal walaupun pasien dengan tingkat stress sedang sebanyak 1
menjalani hemodialisis rutin mereka masih responden, klien merasa dirinya khawatir
mengalami berbagai masalah akibat tidak dan takut kondisi penyakitnya semakin
berfungsinya ginjal seperti anemia, memburuk dan dengan tingkat stress
hipertensi, gangguan penurunan libido ringan sebanyak 1 responden, klien
(Colvy, 2010). mengatakan bahwa yang terjadi pada
Perubahan yang dialami pada dirinya sudah menjadi bagiannya dan terus
pasien hemodialisa, juga dirasakan oleh berdo’a semoga allah memberinya
keluarga seperti perubahan gaya hidup, kesembuhan.
TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk Pasien Gagal Ginjal Kronik yang


mengetahui Hubungan antara Frekuensi Menjalani Hemodialisis di RSUD 45
Hemodialisis dengan Tingkat Stres pada Kuningan Tahun 2019.
METODE memilih salah satu alternatif jawaban yang
Jenis penelitian yang digunakan dianggap sesuai. Kuesioner tingkat stress
dalam penelitian ini adalah penelitian diukur dengan menggunakan DASS 42
deskriptif analitik dengan rancangan (Depression Anxiety Stress Scale) yang
penelitian menggunakan cross sectiona. diadopsi dari Livibond (1995) dalam
Menurut Notoatmodjo (2012) cross Kholifah (2013). Kueosioner DASS 42
sectional adalah suatu penelitian untuk (Depression Anxiety Stress Scale) terdiri
mempelajari dinamika korelasi antara dari 42 item pertanyaan, yang mencakup
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan tiga subvariabel diantaranya: fisik,
cara pendekatan, observasi atau emosi/psikologis, perilaku. Jumlah
pengumpulan data variabel bebas dan pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat
variabel terikat sekaligus pada suatu saat stress sebanyak 14 pertanyaan.
(point time approach). Analisa yang digunakan adalah
Populasi penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat. Analisis
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
hemodialisis di RSUD 45 Kabupaten mendeskripsikan karakteristik setiap
Kuningan Tahun 2019, yang diambil variabel penelitian yaitu frekuensi
berdasarkan jumlah pasien per-bulan April hemodialisis. Analisis bivariat dilakukan
2019 sebanyak 123 pasien. terhadap dua variabel yang diduga
Untuk menentukan sampel yang berhubungan atau berkorelasi, variabel
akan digunakan dalam penelitian, terdapat independen yaitu frekuensi hemodialaisis
berbagai teknik sampling yang digunakan. sedangkan variabel dependen yaitu tingkat
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh stres. Metode analisis data menggunakan
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani uji statistik Rank Spearman yang
hemodialisis di RSUD 45 Kabupaten merupakan statistik non parametrik
Kuningan Tahun 2019 sebanyak 123 HASIL PENELITIAN
orang. Teknik sampling yang digunakan Hasil penelitian yang telah
dalam penelitian ini adalah total sampling. dilakukan bulan juli 2019 dengan
Teknik pengumpulan data yang melibatkan 97 Responden tentang
digunakan dalam penelitian ini berupa hubungan frekuensi dengan tingkat stres
kuesioner, catatan rekam medis dan lembar pada pasien gagal ginjal kronik yang
checklist. Untuk mengukur variabel menjalani hemodialisis. Adapun hasil yang
frekuensi hemodialisis peneliti diperoleh adalah sebagai berikut
menggunakan catatan rekam medis dan
lembar observasi sedangkan untuk
mengukur tingkat stress peneliti
menggunakan kuesioner, dalam kuesioner
yang dibagikan kepada responden
disediakan pertanyaan tertutup, yaitu
pertanyaan sudah disediakan alternatif
jawabannya, sehingga responden hanya
Analisis Univariat
Tabel 1
Gambaran Frekuensi Hemodialisis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.
No. Frekuensi Kunjungan F %
1 Satu Kali 5 5,2
2 Dua Kali 92 94,8
Jumlah 97 100
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat kunjungan hemodialisis dua kali dalam
dilihat bahwa dari 97 responden hampir seminggu yaitu 94,8%.
seluruhnya responden dengan frekuensi
Tabel 2
Gambaran Tingkat Stres Frekuensi Hemodialisis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019
No. Tingkat Stress F %
1 Ringan 76 78,4
2 Sedang 20 20,6
3 Berat 1 1
Jumlah 97 100

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat RSUD 45 Kuningan memiliki stres dengan


dilihat bahwa dari dari 97 responden derajat ringan yaitu 78,4%.
hampir seluruhnya pasien hemodialisis di
Analisis Bivariat
Tabel 3
Hubungan antara Frekuensi Hemodialisis dengan Tingkat Stres pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019

Tingkat Stress
Frekuensi
Ringan Sedang Tinggi Total
Kunjungan
N % N % N % N % Pvalue
Satu Kali 5 100 0 0 0 0 5 100 0,232
Dua Kali 71 77,2 20 21,7 1 1,1 92 100
Jumlah 76 20 1 97
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat Hasil uji statistik rank spearman
dijelaskan bahwa dari total 92 responden didapatkan nilai p= 0,232 >0,05 artinya
yang dengan frekuensi hemodialisis 2 kali tidak terdapat hubungan yang signifikan
dalam seminggu mengalami tingkat stres antara frekuensi hemodialisis dengan
ringan sebanyak 71 (77,2%), tingkat stres tingkat stres pada pasien gagal ginjal
sedang sebanyak 20 (21,7%) dan tingkat kronik yang menjalani hemodialisis di
stres berat sebanyak 1 (1%) sedangkan 5 RSUD 45 Kuningan tahun 2019.
responden dengan frekuensi hemodialisis 1
kali dalam seminggu mengalami tingkat
stres ringan sebanyak 5 (100%).

PEMBAHASAN
1. Gambaran frekuensi hemodialisis yang tinggi, sehingga harus di
pada pasien gagal ginjal kronik yang tangani dengan cara hemodialisis.
menjalani hemodialisis di RSUD 45 Terapi hemodialisis tidak
Kuningan. menyembuhkan atau memulihkan
Berdasarkan hasil penelitian, penyakit ginjal dan tidak mampu
menunjukan bahwa sebagian besar mengimbangi hilangnya aktivitas
adalah responden yang memiliki metabolik atau endokrin yang
gagal ginjal kronik melakukan dilaksanakan ginjal dan dampak dari
hemodialisis dengan frekuensi 2x gagal ginjal serta terapinya terhadap
/minggu sebanyak 94,8%. Hal ini kualitas hidup pasien. Penelitian ini
disebabkan karena kadar kreatinin sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Alwer (2013), bahwa (2015) bahwa Berdasarkan tingkat
sebagian besar pasien GGK di kecemasan responden terdapat 18
RSUD Panembahan Senopati Bantul orang (52,9%) pasien mengalami
melakukan terapi hemodialisa cemas dengan derajat tingkat
sebanyak 2 kali/minggu yaitu kecemasan berbeda-beda dan 16
sebanyak 30 orang atau 47,6%. orang (47,1%) tidak mengalami
Frekuensi hemodialisa bukanlah kecemasan. Hal ini sesuai dengan
merupakan terapi penyembuhan penelitian Luana dkk dalam
tetapi hanya sebagai salah satu cara Kecemasan pada penderita penyakit
untuk mempertahankan atau ginjal kronik yang menjalani
meningkatkan kualitas hidup hemodialisis di RS Universitas
penderita. Hasil tersebut sesuai Kristen Indonesia yang mengatakan
dengan teori menurut Rahardjo dkk bahwa tingkat kecemasan pada
dalam Sudoyo (2009), dimana pasien hemodialisis dalam derajat
dalam teori menjelaskan bahwa di yang berbeda-beda. Menurut
Indonesia frekuensi hemodialisa peneliti stres merupakan suatu
dilakukan 2 kali seminggu dengan perasaan emosional, yang dapat
setiap hemodialisa dilakukan selama membuat pasien merasa cemas,
5 jam. Disenter dialisis lain ada juga gelisah dan takut akan suatu hal.
dialisis yang dilakukan 3 kali Menurut penelitian (Elizabeth,
seminggu dengan lama dialisis 4 2015) tentang hubungan lama
jam. Menurut Raharjo, Susalit & menjalani hemodialisis dengan
Suharjono (2006) dalam Budiana depresi di peroleh hasil nilai p>0,05
(2018) hemodialisis di Indonesia artinya tidak terdapat hubungan
biasanya dilakukan 2 kali seminggu yang signifikan antara lama
dengan lama hemodialisis 5 jam , menjalani hemodialisis dengan
atau dilakukan 3 kali dalam depresi. Hubungan lama menjalani
seminggu dengan lama hemodialisis hemodialisis dengan depresi terletak
4 jam. Sedangkan menurut Corrigan pada lamanya pasien di
(2011) dalam Hasanah (2017) hemodialisis, pasien yang baru
pasien yang menjalani terapi menjalani hemodialisis memiliti
dialysis sepanjang hidupnya tingkat depresi yang bervariasi dari
(biasanya 1-3 kali seminggu) atau tidak ada depresi, depresi ringan,
sampai mendapat ginjal baru depresi sedang bahkan depresi berat,
melalui operasi pencangkokan sedangkan pasien yang sudah lama
ginjal. menjalani hemodialisis tetap
memiliki depresi tetapi hanya yang
2. Gambaran Tingkat Stres pada ringan saja
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Tetapi berdasarkan
Menjalani Hemodialisis di RSUD 45 penelitian ini, hemodialisis dapat
Kuningan. juga mempengaruhi stres pada
Berdasarkan hasil penelitian pasien, sesuai hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian besar menunjukan sebanyak 20,6% yang
pasien memiliki tingkat stres ringan mengalami stres sedang dan 1%
78,4% pasien mengalami tingkat pasien yang mengalami stres berat.
stress ringan, dikarenakan pasien Hal ini sesuai dengan penelitian
tersebut memang sudah menerima Rahayu (2018) bahwa 14 (20,9%),
keadanya sehingga stressor yang ada pasien mengalami stress berat, hal
direspon dengan positif. Penelitian ini dikarenakan pasien merasa
ini sesuai dengan penelitian Tokala cemas karena penyakit CKD tidak
bisa disembuhkan dan harus CKD menjalani terapi Hemodialisis
mengalami berbagai komplikasi 2-3 kali setiap minggunya dan
baik pisik maupun mental, memang menghabiskan waktu beberapa jam
sulit menghadapi kenyataan harus akan membuat mereka mengalami
menjalani HD rutin 2x setiap ketegangan, kecemasan, stress serta
minggu seumur hidup, terjadinya depresi yang berbeda-beda seteiap
stress karena adanya stressor yang individu yang berdampak negative
dirasakan dan dipersepsikan individu terhadap kualitas hidup dan
merupakan suatu ancaman yang dapat kesehatanya.
menimbulkan kecemasan. Pasien
3. Hubungan Frekuensi Hemodialisis dikarenakan pasien sudah masuk
dengan Tingkat Stres pada Pasien kefase Accepted (menerima), pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani sudah pasrah dengan apa yang
Hemodialisis di RSUD 45 Kuningan menimpa dirinya, walaupun pada
Berdasarkan uji statistik awalnya mereka mengalami fase-
Rank Spearman dengan alfha 0,05 fase sebelumnya yaitu menolak,
dan terdapat nilai p= 0,232>0,05 marah, bargaining, depresi. Karena
maka dapat disimpulkan bahwa menurut mereka tidak ada
tidak terdapat hubungan yang manfaatnya berduka terlalu lama
signifikan antara frekuensi dan hanya membuat berbagai
hemodialisis dengan tingkat stres masalah terhadap diri mereka.
pada pasien gagal ginjal kronik yang Tingkat stres sedang sebanyak
menjalani hemodialisis di RSUD 45 21,7% hal ini dikarenakan pasien
Kuningan tahun 2019 . sudah dapat menyesuaikan diri
Hasil ini berbeda dengan dengan kondisi dan merespon
penelitian yang dilakukan di RS. dr. stressor dengan baik, hal ini
M.Yunus Kota Bengkulu pada berkaitan dengan mekanisme koping
pasien gagal ginjal kronik yang dan pengalaman serta penerimaan
menjalani hemodialisis dimana di terhadap penyakitnya. Pada pasien
dapatkan hasil bahwa ada hubungan yang taat menjalani ibadah biasanya
yang signifikan antara frekuensi mereka lebih sabar dalam
hemodialisis dengan tingkat stres menghadapi sumber stressor dan
pada pasien gagal ginjal (Rahayu, semua cobaan yang menimpa
2018). Penelitian lain di RS PKU mereka dianggap bukan sebagai
Muhammadiyah Yogyakarta juga suatu musibah tetapi sebagai ujian
mendapatkan hasil yang berbeda dari Tuhan, hal inilah yang
dimana terdapat hubungan antara membuat pasien lebih baik dalam
aktivitas spiritual dengan tingkat menghadapi stressor. dan tingkat
stres pada pasien gagal ginjal kronik stres tinggi sebanyak 1% hal ini
yang menjalani hemodialisa dikarenakan pasien masih
(Purwaningrum, 2013). mengalami trauma baik fisik
Hasil penelitian menunjukan maupun psikologis, terhadap
bahwa dari total 5 responden yang penyakit yang dideritanya misalnya
dengan frekuensi hemodialisis 1 kali pasien masih mangalami trauma
dalam seminggu mengalami tingkat terhdap prosedur Hemodialisis
stres rendah yaitu sebanyak 100% dimana pasien harus mengalami
sedangkan 92 responden dengan penusukan jarum hemodialisis yang
frekuensi hemodialisis 2 kali dalam terasa sakit, dan pasien belum
seminggu mengalami tingkat stres menerima keadaan penyakit gagal
rendah sebanyak 77,2% hal ini ginjal kronik yang secara teori tidak
dapat disembuhkan dan harus Tetap mempertahankan humanisme
menjalani Hemodialisa seumur dan kekeluargaan dalam melakukan
hidup, hal inilah membuat pasien tindakan keperawatan pada pasien
mengalami stres berat. hemodialisa agar pasien mendapatkan
Berdasarkan hasil observasi dorongan moril/motivasi untuk tetap
dalam penelitian ini tidak adanya semangat dalam menjalani hidup.
hubungan antara frekuensi 3. Bagi Prodi Keperawatan
hemodialisis dengan tingkat stres Diharapkan lebih memperbanyak
pada pasien gagal ginjal kronik yang buku-buku referensi terbaru terkait
menjalani hemodialisis di rumah dengan keperawatan medikal bedah
sakit tersebut, hal ini menunjukkan khususnya gagal ginjal kronik dan
bahwa frekuensi hemodialisis bukan hemodialisa.
sebagai satu-satunya faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya stres. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian
KESIMPULAN Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah PT. Rineka Cipta.
dilakukan oleh peneliti maka dapat Aziz Al Ika Hayun, Sudiro (2017).
disimpulkan sebagai berikut : Hubungan Dukungan Keluarga
1. Frekuensi hemodialisis pada pasien dengan Tingkat Kecemasan pada
gagal ginjal kronik yang menjalani Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
hemodialisis di RSUD 45 Kuningan menjalani Hemodialisis di RSUD
Tahun 2019 sebagian besar memiliki Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
frekuensi kunjungan hemodialisis 2 Jurnal Keperawatan Global, Vol. 2,
kali dalam seminggu sebanyak 92 No 1, Juni 2017 hlm 1-61
(94,8%) responden. Badriah, D. L. (2012). Metodologi
2. Tingkat stres pada pasien gagal ginjal Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan.
kronik yang menjalani hemodialisis di Tasikmalaya: Multazam.
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019 Black, J dan Hawks, J. (2014).
sebagian besar memiliki tingkat stres Keperawatan Medikal Bedah:
rendah sebanyak 76 (78,4%) Manajemen Klinis untuk Hasil
responden. yang Diharapkan. Dialih
3. Tidak terdapat hubungan antara bahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Frekuensi Hemodialisis dengan Salemba Emban Patria.
Tingkat Stres pada pasien gagal ginjal Brunner & Suddarth (2010). Buku Ajar
kronik yang menjalani hemodialisis di Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019. Hasil EGC
uji statistik Rank Spearman di dapatkan Budiana Dian Sony (2018). Hubungan
p value 0,232 (0,232>0,05). Kepatuhan Terapi Hemodialisa
dengan Etos Kerja Pasien Gagal
SARAN Ginjal Kronik di Rumah Sakit
1. Bagi Pasien Ciremai Kota Cirebon Tahun 2018.
Hasil penelitian ini diharapkan Skripsi
pasien dapat lebih berserah diri kepada Colvy, Jack (2010). Tips Cerdas
Allah SWT ketika menghadapi Mengenali dan Mencegah Gagal
cobaan, lebih banyak beristighfar, Ginjal. Yogyakarta: DAFA
lebih banyak berdzikir. Publishing
Corrigan dalam Hasanah (2017).
2. Bagi Perawat Hubungan Self Efficacy dengan
Kecemasan Penderita Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani KEMENKES RI. (2017). Pusat Data dan
Hemodialisa di RSUD Jombang. Informasi Kementrian Kesehatan
Jurnal Kesehatan Ilmiah,Vol. 10, Indonesia: Situasi Penyakit Ginjal
No. 1, Februari 2017, hal 8-15. Kronis
Dewi, L. (2018). Hubungan antara Indeks Kholifah, A. (2013). Gambaran Tingkat
Massa Tubuh dan Tingkat Stres Stres pada Anak Usia Sekolah
dengan Hipertensi di Poliklinik Menghadapi Menstruasi Pertama
Penyakit Dalam RSUD Kardinah (Menarche) di SDN Gegerkalong
Tegal. Skripsi. STIKKes Kuningan. Girang 2. Skripsi. Diakses dari:
Diyono, S dan Mulyati (2019). https://perpustakaan.upi.edu
Keperawatan Medikal Bedah Laporan Rekam Medik (2019). RSUD 45
Sistem Urologi. Yogyakarta: Kuningan: Ruang Hemodialisa
Penerbit ANDI
Echder T, Schriner RW. (2012). Muhammad, As’adi (2012). Serba-serbi
Cardiovascular Abnormalites in Gagal Ginjal. Yogyakarta: Diva Press.
Autosomal Dominant Polistic
Kidney Disease. Nat Rev Nephrol Murtopo (2018). Hubungan Dukungan
Hawari, Dadang (2013). Manajemen Stres, Keluarga dengan Tingkat
Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Kecemasan Pasien Gagal Ginjal
Penerbit FKUI Kronik yang Menjalani
Heriana, C. (2015). Manajemen Hemodialisis di Ruang
Pengelolaan Data Kesehatan. Hemodialisis RSUD Kardinah Kota
Bandung: Refika Aditama Tegal. Skripsi. STIKKes Kuningan.
Hidayati,Wahyu (2013). Metode Nazir, M (2011). Metode Penelitian.
Keperawatan Pasien Gangguan Bogor: Ghalia Indonesia.
Sistem Perkemihan Aplikasi Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Konsep Orem “Self-Care Deficit” Penelitian Kesehatan. Jakarta:
dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana Rineka Cipta.
Prenadamedia Group Nursalam (2003). Asuhan Keperawatan
Indonesia Renal Registry (2017). Artikel. pada Pasien dengan Gangguan
Diakses dari Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
www.indonesiarenalregistry.org Salemba Medika.
Infodatin (2017). Situasi Penyakit Ginjal Nursalam (2013). Konsep dan Penerapan
Kronis. Artikel. Diakses dari Metodologi Penelitian Ilmu
www.depkes.go.id/download/infod Keperawatan Pedoman Skripsi,
atin Tesis dan Instrumen Penelitian
Ipo Astri, Aryani Tuti, Suri Marta (2016). Keperawatan. Jakarta: Salemba
Hubungan Jenis Kelamin dan Medika
Frekuensi Hemodialisa dengan Nursalam (2014). Manajemen
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Keperawatan: Aplikasi Dalam
Kronik yang Menjalani Praktik Keperawatan Profesional.
Hemodialisa Di Rumah Sakit Jakarta: Salemba Medika.
Umum Daerah Raden Mattaher Potter and Perry, 2005 dlm Dewi Dian Lis
Jambi. Jurnal Akademika Ratna (2018): Hubungan antara
Baiturrahim, Vol.5 No 2, Indeks Masa Tubuh dan Tingkat
September 2016 Stres dengan Hipertensi di
Jonathan & Ely (2010). Riset Akuntansi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Menggunakan SPSS. Bandung: Kardinah Kota Tegal . Skripsi.
Graha Ilmu. STIKKes Kuningan.
Saputra, Lyndon. (2010). Intisari Ilmu
Penyakit Dalam. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.
Saputri, Rizki. (2016). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Stres pada Pasien
yang Menjalani Terapi Hemodialisa
di RS Bethesda Yogyakarta.
Skripsi.Universitas Gajah Mada.
Smeltzer and Bare. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Sudarth Vol. 2. Jakarta:
EGC
Sopha Rahma Fadilah, Wardani Yulia Ice.
(2016). Stres dan Tingkat
Kecemasan Saat Ditetapkan Perlu
Hemodialisis berhubungan dengan
Karakteristik Pasien. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume
19, No. 1, Maret 2016, hal 55-61.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian
Pendidikan Pendenkatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA
Yagina dalam Hasanah (2017). Hubungan
Self Efficacy dengan Kecemasan
Penderita Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD
Jombang. Jurnal Kesehatan
Ilmiah,Vol. 10, No. 1, Februari
2017, hal 8-15.
Yosep, Iyus (2014). Keperawatan Jiwa.
Jakarta: PT Refika Aditama
Zasra Radias, Harun Harnavi, Azmi
Syaiful (2018). Indikasi dan
Persiapan Hemodialisis pada
Penyakit Gagal Ginjal Kronis.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7.

Anda mungkin juga menyukai