Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Blakang

Depresi sampai kini tetap merupakan masalah yang cukup menganggu

kehidupan. Bila tidak ditangani dapat terjadi hal yang sangat buruk karena

dapat menimbulkan gangguan serius dalam fungsi sosial dan kualitas hidup

baik pada orang sakit maupun orang sehat. Depresi mempunyai hubungan

yang penting dengan kebanyakan penyakit kronik termasuk Penyakit Ginjal

Kronik (PGK) (Kilzieh et al,2008).

Prevalensi dan insidens depresi pada penderita gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis adalah tinggi yaitu berkisar sekitar 30%. (Chen,

Chang, Wang, & Jaw, 2013). Ketergantungan pada mesin dialisis seumur

hidup serta penyesuaian diri terhadap kondisi sakit mengakibatkan terjadinya

perubahan dalam kehidupan pasien yang akhirnya akan menyebabkan

depresi. Pasien biasanya sulit dalam mempertahankan pekerjaan, masalah

keuangan, dorongan seksual yang menghilang dan impotensi, khawatir

terhadap perkawinan dan ketakutan terhadap kematian (Davidson,

Reickmann, & Rapp, 2010).

Vazquez et al. (2010) pula mengkaji hubungan antara status

psikososial (termasuk depresi) dengan kualitas hidup pada 194 orang pasien

yang menjalani dialisis di Spanyol. Hasil kajian menunjukkan simptom

depresi adalah berkaitan dengan kekurangan tahap kualitas hidup. Penurunan

kualitas hidup terlihat jelas pada kelompok pasien yang telah menjalani

hemodialisis dalam waktu yang lama. Kelompok pasien ini mengeluhkan

banyak permasalahan yang terkait dengan kesempatan beraktivitas, beban

1
2

biaya yang dikeluarkan, beban pembatasan konsumsi cairan, dan bahkan

pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Ginieri-Coccosis et al,

2008).

Data dari National Kidney and Urologic Disease Information

Clearinghouse (NKUDIC) (2012) pada akhir tahun 2009, prevalensi

penderita penyakit ginjal stadium akhir di Amerika Serikat yaitu 1.738

penderita persatu juta penduduk dan 370.274 diantaranya menjalani

hemodialisis. Penderita gagal ginjal yang harus cuci darah meningkat 10%

setiap tahunnya. Jumlah penderita gangguan ginjal yang ada di indonesia

pada tahun 2016 sebanyak 400 dari sejuta penduduk harus menjalani terapi

dengan ginjal pengganti sebagai akibat ginjalnya tidak lagi dapat berfungsi

(PDPERSI, 2017). Di indonesia prevalensi penderita gagal ginjal kronik pada

tahun 2014 jumlah pasien mencapai 40.148 orang, dan tahun 2016 menjadi

50.260 orang. Provisnsi dengan jumlah penderita paling banyak adalah

provinsi jawa timur dengan jumlah penderita sebanyak 1263 orang, di susul

provinsi jawa barat dengan jumlah penderita 1152 orang. Adapun provinsi

NTB berada pada urutan ke 18 dari 34 provinsi dengan jumlah penderita

sebanyak 9.592 orang (Pusdatin, 2017).

Jumlah penderita gagal ginjal kronis dan harus cuci darah di NTB

pada tahun 2015 sebanyak 6.687 orang, dan tahun 2016 berjumlah 9.592

orang. Setiap tahun penderita gagal ginjal kronik selalu mengalami

peningkatan (DIKES NTB, 2017). Menurut data di RSUP NTB Tahun 2016 d

penderita gagal yang ginjal patuh menjalani terapi hemodialisis dengan


3

persentase 58.9% dan gagal ginjal tidak patuh menjalani terapi hemodialisis

dengan persentase 41.1% (RSUP NTB, 2017).

Data dari RSUD Dr. R. Soedjono Selong tahun 2016 menunjukkan

jumlah penderita gagal ginjal kronis yang melakukan cuci darah sebanyak

140 orang. Pada tahun 2017 ini jumlah pasien yang melakukan cuci darah

sebanyak 90 orang, adapun pasien gagal ginjal kronis yang melakukan cuci

darah pada 3 bulan terahir yakni Bulan Juli 2017 sampai September 2017

sebanyak 30 orang (Register Ruang HD RSUD Dr. Soedjono Selong, 2017).

Penderita penyakit kronis seperti hipertensi, kencing manis, gagal

jantung dan gagal ginjal sangat beresiko terkena depresi akibat penyakit yang

di derita dan seringkali penderita merasa menjadi beban bagi keluarganya

sehingga timbul perasaan tidak berharga yang justru akan berakibat buruk

bagi penderita dan menghambat keberhasilan pengobatan penyakit tersebut

(Hawari, 2010).

Husus pada penderita gagal ginjal akibat dari penyakit seperti

berubahnya tampilan fisik berupa warna kulit yang menjadi agak kehitaman,

dan tubuh yang menjadi bengkak merubah body image penderita sehingga

beresiko tinggi terkena gangguan jiwa berupa depresi (Faisal, 2007). Sebuah

penelitian yang dilakukan dari Universitas Indonesia menemukan bahwa

prevalensi depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis mencapai 31,1% dan sebagian besar kualitas hidup mereka lebih

rendah dengan yang tidak menderita depresi (Wijaya, 2005).

Meskipun depresi merupakan penderitaan tambahan pada pasien-

pasien dialisis, namun usaha untuk mengatasinya, terutama intervensi


4

psikososial, hanya mendapat perhatian kecil tenaga medis (Chilcot et al,

2008). Sampai saat ini masih sedikit penelitian di Indonesia yang mengkaji

kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis, khususnya yang

mengalami depresi.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan wawancara dan

observasi terhadap 10 orang pasien hemodialisa di Ruang HD RSUD Dr.

Soedjono Selong mendapatkan hasil berdasarkan gambaran secara fisik

terdapat peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan

peningkatan respirasi, gambaran secara psikologis terlihat kontak mata

kurang, pasien mengatakan nyeri perut, mual, gemetar, anoreksia, mulut

terasa kering, takut dan cemas dengan tindakan hemodialisa yang akan

dilakukan, sesekali bloking dalam pembicaraan.

Terkait fenomena di atas, peneliti tertarik melaksanakan penelitian

yang berjudul “Analisa tingkat depresi dengan lamanya menjalani

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) di RSUD Dr. R. Soedjono

Selong”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang terdapat pada latar belakang maka rumusan masalah

dalam penelitian adalah “Bagaimana pengaruh tingkat depresi dengan

lamanya menjalani hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) di

RSUD Dr. R. Soedjono Selong?”


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisa pengaruh tingkat depresi dengan lamanya menjalani

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) di RSUD DR. R.

Soedjono Selong.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien di RSUD Dr. R. Soedjono

Selong.

b. Mengidentifikasi lamanya waktu tindakan hemodialisa di RSUD Dr.

R. Soedjono Selong.

c. Menganalisis pengaruh tingkat depresi dengan lamanya menjalani

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) di RSUD Dr. R.

Soedjono Selong.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi

institusi pendidikan, bagi peneliti, ilmu keperawatan, instansi kesehatan.

2. Praktis

a. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi ilmu

keperawatan serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai

tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut dibidang


6

keperawatan khususnya keperawatan jiwa dan keperawatan medikal

bedah.

b. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan penelitian yang lebih lanjut dengan topik

permasalahan yang sama.

c. Bagi tempat penelitian (RSUD Dr. R. Soedjono Selong)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

memberikan pelayanan yang komprehensif meliputi aspek bio-psiko-

sosial pada pasien hemodialisa.

d. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi responden

untuk membangun mekanisme koping yang konstruktif selama proses

terapi hemodialisa.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang penegetahuan peneliti, belum pernah dilaksanakan penelitian

seperti yang dilakukan peneliti. Adapaun beberapa penelitian yang berkaitan

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu:

No Peneliti Judul Jenis/ Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian


metode
penelitian
1. Ningsih Gambaran Deskriptif Penelitian ini 1. Variabel dependen
(2011) kualitas hidup dengan dilakukan pada 30 penelitian yaitu:
pada pasien rancangan orang pasien tingkat kualitas
Penyakit Cross penyakit ginjal hidup
Ginjal Kronik sectional kronik yang 2. Desain penelitian
yang study menjalani yakni penelitian
menjalani hemodialisis di deskriptif.
hemodialisis Rumah Sakit 3. Analisa data yang di
di Rumah Umum Pusat Haji gunakan yaitu
Sakit Umum Adam Malik Medan prosentase.
Pusat Haji dan hasil yang di
Adam Malik dapatkan 14 orang
Medan (46%) dengan
7

kulitas hidup
rendah, dan 16
orang (54%)
dengan kualitas
hidup sedang.

2. Hairul Koping Pasien Deskriptif Populasi dan 1. Variabel


(2014) Gagal Ginjal sampel penelitian independen
Kronis Yang ini adalah seluruh penelitian yaitu
Menjalani pasien gagal ginjal koping pasien
Hemodialisa kronis yang gagal ginjjal kronis
di RSSA menjalani 2. Desain penelitian,
malang tahun hemodialisa kurang penelitian
2014 dan sama dengan terdahulu deskriptif
satu tahun dengan 3. Analisa data yang
jumlah sampel 41 di gunakan yaitu
orang. Dari hasil prosentase.
penelitian 26 atau
63,42% responden
melakukan koping
adaptif dan 15 atau
36,58% responden
melakukan koping
yang maladaptif.
Koping yang paling
sering digunakan
pasien adalah
spiritual.

3. Eko Tingkat Deskriptif Jenis penelitian 1. Variabel


(2016) kecemasan kuantitatif dengan independen
pasien yang desain deskriptif penelitian
dilakukan analitik pada 44 terdahulu yaitu
tindakan pasien hemodialisa, Tingkat
hemodialisa di Tingkat kepuasan kecemasan.
ruang pasien sebelum 2. Desain penelitian
hemodialisa dilakukan tindakan yang digunakan
rsud dr. hemodialisa yaitu deskriptif
Soehadi sebagian 3. Analisa data yang
prijonegoro besar memiliki di gunakan yaitu
sragen kecemasan sedang prosentase.
36 responden
(81,8%). Tingkat
kecemasan
pasien setelah
dilakukan tindakan
hemodialisa
sebagian besar
memiliki
kecemasan sedang
sebanyak 22
responden (50%)
dan kecemasan
ringan 22
responden (50%).
8

Anda mungkin juga menyukai