Anda di halaman 1dari 13

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul
baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang
lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi

A. Prosedur di Puskesmas
1. Prosedur Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS

 Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan
diagnosis utama dan diagnosis banding.
2. Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional
(SPO).
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit pelayanan tujuan dapat
menerima pasien
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten dibidangnya
dan mengetahui kondisi pasien.
5. Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah terimakan oleh petugas,
agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat
kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan
setempat.
6. Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub spesialis) Pemberi
Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk
langsung ke rumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut
 Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.
2. Membuat rekam medis pasien.
3. Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 3, lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama
pasien yang bersangkutan. Lembar kedua untuk surat rujukan balik ke puskesmas, dan yang ke
3 untuk arsip pasien.
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi
7. Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana komunikasi dan
menjelaskan kondisi pasien.
8. Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang dituju.

2. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien.

 Prosedur Klinis:
1. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit yang terakhir merawat
pasien tersebut.
2. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau kondisi klinis
pasien sampai sembuh.
 Prosedur Administratif:
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi
tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti.

3. Prosedur Pengelolaan pasien di ambulans

1. Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi
kegawatdaruratan.
2. Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi pasien ).
3. Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah sakit perujuk.
4. Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
5. Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam ambulance dicatat dalam
catatan perkembangan pasien/surat rujukan

4. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit:

a. Surat Rujukan
Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain Informasi kegiatan rujukan
pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang
dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama
puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang dirujuk, status jaminan
kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat
yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan pengobatan, nama
dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta keterangan tambahan yang
dianggap perlu dan penting.
b. Balasan rujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat pasien rujukan tulisan balasan
rujukan harus jelas dan dapat dibaca oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Surat balasan
rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat, tanggal, status
jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil
diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan tindak lanjut yang
diperlukan. (format surat balasan rujukan terlampir).
c. Rujukan Spesimen
Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi surat rujukan spesimen,
yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan
rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang dikirim, tanggal
pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien, serta
diagnosis klinis. (Lihat format R/2, Surat Rujukan Spesimen). Informasi balasan hasil
pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan
segera disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di
laboratorium yang bersangkutan.

5. Prosedur Rujukan Gawat Darurat untuk kasus KIA

Rujukan pada kasus KIA sangatlah sensitif karena menyangkut dua nyawa, dimana pasien
datang berdua dan haruslah kembali minimal 2 orang atau lebih tidak boleh kurang. Sehingga
kecepatan rujukan sangat penting, terutama untuk kasus-kasus gawat darurat. Pada awal
kehamilan tenaga medis yang melakukan ANC baik bidan maupun dokter umum di puskesmas
harus memberikan edukasi apakah ibu termasuk dalam kategori beresiko seperti memiliki :

1. Hiperemesis Gravidarum
2. Hipertensi Dalam Kehamilan
a. Hipertensi dalam kehamilan
b. Pre-eklamsi
3. Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
a. Sesak
b. Riwayat Diabetes Melitus
c. Memiliki Resiko HIV
d. Demam Tinggi
e. dll
4. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan
5. Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan panggul)
a. Gemelli
b. Kelainan letak, posisi
c. DKP (Disproporsi Kepala Panggul)

apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi puskesmas untuk
mengedukasi ibu agar melakukan persalinan di Rumah Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal,
tidak di puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar penanganan kegawatan dapat segera diberikan.

Namun Untuk kasus – kasus gawat darurat seperti

1. Perdarahan pada kehamilan dini


a. Abortus imminen
b. Abortus inkompletus dan missed abortion
c. Mola hidatidosa
d. Kehamilan Ektopik
e. Abortus kompletus
2. Perdarahan Pada Trimester 3
3. Perdarahan Ante Partum
a. Abrupsio Plasenta
4. Perdarahan Post Partum
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Ruptur Perineum Derajat Iii –Iv Atau Robekan Serviks
5. Hipertensi (PEB atau Eklampsia)
6. Penyulit Pada Persalinan
a. Tali Pusat Menumbung
b. Fetal Distress
c. Distosia Bahu
d. Presentasi Majemuk
7. Penyakit Lain Yang Mengancam Keselamatan Ibu Bersalin
a. Sesak ( Asma Serangan )
b. Krisis Tiroid
c. 8 JamDemam Tinggi/Ketuban Pecah
8. Persalinan Pre-Term <37 Minggu
9. Partus Macet/Kemajuan Persalinan Tidak Normal
a. Grafik Partograf Menunjukan Persalinan Mendekati Garis Bertindak
b. Persalinan Per Vaginam melalui Induksi Atau Stimulasi
c. Persalinan Pervaginam Dengan Tindakan

Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan dapat segera merujuk ke
Rumah Sakit PONEK terdekat untuk segera dilakukan tindakan, tanpa perlu menelepon, dan
Rumah Sakit PONEK wajib melakukan tindakan pada pasien itu. Pertimbangan untuk memilih
Rumah Sakit PONEK adalah

1. Jarak yang dekat


2. Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit
3. Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK tujuan bekerja sama dengan
BPJS maka lebih baik

 Prosedur Administratif rujukan KIA pada ibu yang diprediksi bermasalah:


1. Puskesmas atau bidan melaporkan daftar ibu-ibu gawat darurat ke sudinkes melalui laporan K1-
K4
2. Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu kelompok A ke RS PONEK 24 jam untuk persiapan
pelayanan medis sesuai pedoman pelayanan klinis (PPK) atau clinical guidelines yang
dikembangkan oleh tim klinik.
3. Dilakukan perencanaan persalinan di RS PONEK oleh tim rujukan. Pertemuan perencanaan
minimal dilakukan sebulan sekali, sekaligus sebagai monitoring.
4. Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin rapat-rapat teknis medik di RS
untuk menyiapkan tindakan kepada ibu-ibu yang akan masuk ke RS.
5. Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga ibu-ibu ini dapat sampai di
rumahsakit dan mendapat pelayanan. Dimasyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar ini
sebaiknya didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke rumahsakit dan
melakukan serah terima.
6. Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi yang selamat akan kembali
ke rumah dengan pengantaran dari rumahsakit atau dijemput kembali oleh masyarakat.
7. Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok bermasalah perlu mendapat
rujukan terencana, karena merupakan kasus yang telah diprediksi dapat menimbulkan
komplikasi apabila ditangani di fasilitas kesehatan primer atau oleh bidan.
8. Ibu-ibu yang bermasalah dapat pula bersalin dengan normal, apabila ternyata tidak terjadi
komplikasi yang telah diprediksi sebelumnya
 Prosedur administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat Darurat
1. Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin
2. Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter penolong pertama harus
memutuskan secara cepat dan tepat untuk melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi
3. Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada persalinan segera
dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit PONEK
4. Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk pasien

6. Prosedur Rujukan Khusus untuk Pasien dengan kondisi sakit menetap

Pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien dengan kondisi sakit menetap sehingga
dikhawatirkan mobilisasi terlalu banyak dapat memperburuk kondisinya tersebut. Contoh kondisi
pasien yang masuk didalam kategori ini adalah

1. Pasien dengan penyakit kanker yang memerlukan kemoterapi rutin


2. Pasien dengan cacat tubuh menetap
3. Pasien gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah rutin
4. Pasien lain dengan kondisi sakit menetap

 Prosedur Administratif:
1. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai pasien dengan kondisi tetap
2. Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas

7. Prosedur rujukan horizontal (Puskesmas ke Puskesmas)


Rujukan horizontal dilakukan pada kondisi tertentu dimana puskesmas tidak memiliki
kelengkapan yang seharusnya ada didalam puskesmas seperti, reagen guna tes mantoux,
pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan EKG pada saat kertas EKG habis maupun rusak,
pemeriksaan laboratorium darah pada saat reagen habis, dll. Biaya untuk puskesmas rujukan
akan diambil dari kapitasi puskesmas yang merujuk.

8. Prosedur Merujuk Spesimen

Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila


pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/teknik pemeriksaan laboratorium dan penunjang
diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang
bersangkutan.

Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen tersebut
harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.Prosedur
standar pengiriman rujukan spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya

 Prosedur Klinis:
1. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.
2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan
memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang
lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.
3. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang
diinginkan dan identitas yang jelas (dilengkapi jam pengambilan).
 Prosedur Administratif:
1. Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya secara cermat dan
jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, informasi
jenis spesimen/penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan
diagnosa sementara serta identitas pengirim.
2. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masing-masing
intansinya.
3. Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat tujuan dan lembar
kedua disimpan sebagai arsip.

9. Prosedur Menerima Rujukan Spesimen

Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya

 Prosedur Klinis
1. Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik lainnya sesuai dengan kondisi
pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi penularan
penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
2. Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa sesuai dengan
permintaan yang diinginkan.
3. Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang diagnostik lainnya dengan
mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.
 Prosedur Administratif
1. Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya yang diterima secara
cermat dan jelas termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta,
informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas
pengiriman
2. apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen tersebut dikembalikan.
3. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan masing-masing
instansinya.
4. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
5. Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar masing-masing
sarana kepada pimpinan institusi pengirim.

D A FTA R ISI

 I. Pendahuluan
 II. Dasar Hukum
 III. Tujuan
 IV. Analisa Situasi
 Bab I. Gambaran Umum Sistem Rujukan di Puskesmas
 Bab II
o
o
o
 Bab III. Monitoring & Evaluasi Rujukan Puskesmas
 Bab IV. Pencatatan & Pelaporan Rujukan Puskesmas
 Bab V. Penutup
 Lampiran Form Rujukan Puskesmas

 
D OWN L OAD

Draf Sistem Rujukan DKI

Instrumen audit mutu rujukan

Penggunaan instrumen

 
SISTEM RUJUKAN KASUS GINEKOLOGI

PENGERTIAN SISTEM RUJUKAN


Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik
atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi.
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Tata laksana rujukan:
1. Internal antas-petugas di satu rumah
2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antara masyarakat dan puskesmas
4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
6. Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit
7. Antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit
(Kebidanan Komunitas)
TUJUAN SISTEM RUJUKAN
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan Komunitas). Tujuan umum rujukan untuk
memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam
rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani
rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal
dan bayi.
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.
LANGKAH-LANGKAH RUJUKAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1.      Menentukan kegawatdaruratan penderita
a.       Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada
pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.
3.      Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan
sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk
partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan
rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu
mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak
mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDO)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan)
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan
yang melakukan kunjungan rumah
RUJUKAN TERHADAP KELAINAN GINEKOLOGI
Asuhan yang diberikan oleh Bidan
Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan :
• Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna untuk membantu
perawat mengkaji kelompok resiko terjadinya penyakit-penyakit gangguan sistem reproduksi.
Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal
seksualitas, jumlah pasangan. Penggunaan kontrasepsi dan prosedur spesifik terhadap
mengakhiri kehamilan.
• Riwayat Kesehatan Individu dan Keluarga
Kebiasaan sehat pasien seperti: diet, tidur dan latihan penting untuk dikaji. Pentingnya
juga ditentukan apakah pasien peminum alcohol, perokok dan menggunakan obat-obat.
• Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikaji : tempat lahir, lingkungan, posisi dalam keluar, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, situasi financial, sumber stress, agama, aktivitas-aktifitas yang
menyenangkan akan mempengaruhi kesehatan reproduksi.
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan, pengeluaran cairan / sekret
melalui vagina, ada massa keluhan
• Fungsi roproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi hampir sama dengan
nyeri pada gangguan system gastrointestinal dan perkemihan pasien harus menguraikan
tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana kesediannya, durasi dan menyebabkan nyeri
bertambah dan berkurang, hubungan nyeri dan menstruasi, seksual fungsi urinarius dan
gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti : perdarahan pada saat
kehamilan, dan setelah menopause, karakteristik perdarahan abnormal harus dikaji mencakup
: terjadinya durasi, interval, dan faktor-faktor pencetus perdarahan. Kapan kejadiannya : pada
siklus menstrurasi atau menopause, setelah berhubungan seksual, trauma atau setelah aktifitas
juga dikaji jumlah darah, warna konsistensi dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Pengeluaran cairan melalui vagina dapat menyebabkan infeksi berair di sekitarnya jaringan,
gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan cemas. Perawat harus menanyakan tentang
tentang jumlah, warna, konsiskensi, bau dan pengeluaran terus-menerus. Gejalanya seperti
luka, perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini mencakup:
- Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat badan, bentuk / postur tubuh, sistem
pernapasan, kardiovaskaler tingkat kesadaran
- Pemeriksaan spesifik yaitu:
• Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan inspeksi payudara dilakukan pada pasien dengan posisi duduk.
Hal yang diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada pembengkakan, masa retraksi, jaringan
perut / bekas luka, kondisi puting susu.
• Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa abdominopelvic. Massa yang dapat
ditemukan pada organ reproduksi, sehingga perlu dikombinasikan riwayat kesehatan
• Pemeriksaan genetalia eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan system reproduksi. Posisi pasien
saat pemeriksaan genetalia eksternal adalah litotomi.
Kaji kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva dari anterior ke
posterior hal yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda peradangan, bengkak, lesi dan
pengeluaran cairan dari vagina.
• Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks, pertama kali dilakukan secara manual dengan
jari telunjuk, untuk menentukan lokasi seviks.
Lakukan inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan pervaginam dan perdarahan, juga lesi
atau luka.
Pengertian PONED & PONEK
Posted on Juni 12, 2013 by mariskapriskilla Standar

A. PELAYANAN OBSTETRI NEONATUS ESENSIAL DASAR (PONED)

1. PENGERTIAN PONED
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar. PONED
dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh
memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta
penanggung jawab terlatih.
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang mempunyai
fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar.
Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus
rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non perawatan disipakan untuk
mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak
disiapkan untuk melakukan PONED.

2. BATASAN DALAM PONED


Dalam PONED bidan boleh memberikan
a. Injeksi antibiotika
b. Injeksi uterotonika
c. Injeksi sedative
d. Plasenta manual
e. Ekstraksi vacuum
f. Tranfusi darah
g. Operasi SC

3. INDIKATOR KELANGSUNGAN DARI PUSKESMAS PONED


a. Kebijakan tingkat PUSKESMAS
b. SOP (Sarana Obat Peralatan)
c. Kerjasama RS PONED
d. Dukungan Diskes
e. Kerjasama SpOG
f. Kerjasama bidan desa
g. Kerjasama Puskesmas Non PONED
h. Pembinaan AMP
i. Jarak Puskesmas PONED dengan RS
4. TUJUAN PONED
PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 untuk memutuskan
mata rantai rujukan itu sendiri. jam dan

5. HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENYELENGGARAAN PONED


Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED dan yaitu :
a. Mutu SDM yang rendah
b. Sarana prasarana yang kurang
c. Ketrampilan yang kurang
d. Koordinasi antara Puskesmas PONED dan RS PONEK dengan Puskesmas Non PONED belum
maksimal
e. Kebijakan yang kontradiktif (UU Praktek Kedokteran)
f. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai

6. TUGAS PUSKESMAS PONED


a. Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu dan Pondok
bersalin Desa
b. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas wewenang
c. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan pra hospital.

7. SYARAT PUSKESMAS PONED


a. Pelayanan buka 24 jam
b. Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani 24 jam
c. Tersedia alat transportasi siap 24 jam
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis Obgyn
dan spesialis anak sebagai

8. PETUGAS PELAKSANA PONED


a. Dokter umum 2 orang
b. Bidan 8 orang
c. Perawat
d. Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED

9. PELAYANAN YANG DILAKSANAKAN


Pelayanan PONED
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan ANC & PNC
c. Pertolongan Persalinan normal
d. Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
e. Penatalaksanaan Bumil Resti
f. Perawatan Bumil sakit
g. Persalinan Sungsang
h. Partus Lama
i. KPD
j. Gemeli
k. Pre Eklamsia
l. Perdarahan Post Partum
m. Ab. Incomplitus
n. Distosia Bahu
o. Asfiksia
p. BBLR
q. Hypotermia
r. Komponen pelayanan maternal
1) Pre eklamsia/eklamsia
2) Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan
3) Perdarahan postpartum
4) Infeksi nifas
s. Komponen pelayanan neonatal
1) Bayi berat lahir rendah
2) Hipotermi
3) Hipoglikemi
4) Ikterus/hiperbilirubinemia
5) Masalah pemberian nutrisi
6) Asfiksia pada bayi
7) Gangguan nafas
8) Kejang pada bayi baru lahir
9) Infeksi neonatal
10) Rujukan dan transportasi bayi baru lahir

10. FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN PONED PUSKESMAS ANTARA LAIN


a. Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
b. Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
c. Peran serta aktif bidan desa
d. Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
e. Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder yang harmonis.
f. Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan standart pelayanan minimal.

B. PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPERHENSIF (PONEK)

1. Pengertian PONEK
PONEK adalah Pelayan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif di Rumah Sakit,
meliputi kemampuan untuk melakukan tindakan :
a) seksia sesaria,
b) Histerektomi,
c) Reparasi Ruptura Uteri, cedera kandung/saluran kemih,
d) Perawatan Intensif ibu dan Neonatal,
e) Tranfusi darah.
2. RS PONEK 24 Jam adalah RS yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONEK siap 24 jam
untuk meberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan
nkomplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa,
Puskesmas dan Puskesmas PONED.
3. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan
permaslahan setiap kasus komplikasi kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai