Anda di halaman 1dari 52

SISTEM RUJUKAN KASUS

KEGAWATDARURATAN
MATERNAL NEONATAL

INKE MALAHAYATI
PRODI KEBIDANAN PEMATANGSIANTAR
MATERI
1 Konsep Dasar Rujukan Kebidanan
2 Rujukan Gawat Darurat Maternal
3 Rujukan Gawat Darurat Neonatal
Kasus
Rujukan di
Indonesia
Bidan/Puskesmas Non-Poned harus mampu
melakukan pertolongan pertama
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
sesuai ketrampilannya, antara lain:
1. Stabilisasi pasien gawat darurat Obstetri
dan Neonatal.
2. Melakukan Kompresi Bimanual pada ibu
dengan perdarahan postpartum.
3. Melakukan Manual plasenta pada kasus
retensio placenta.
4. Melakukan digital kuretase pada
kasus sisa/rest plasenta.
5. Melakukan resusitasi sederhana pada
kasus asfiksia bayi baru lahir.
6. Melakukan Metode Kanguru pada
BBLR diatas 2000 gram.
7. Melakukan rujukan pasien maternal
dan neonatal.
Konsep Dasar Rujukan Kebidanan

Referal System atau system rujukan


adalah suatu usaha pelayanan kesehatan
antara pelbagai tingkat unit-unit
pelayanan medis dalam suatu daerah
tertentu ataupun untuk seluruh wilayah
Republik Indonesia.”
Sistem rujukan sebagai suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap satu kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani), atau
secara horizontal (antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya) (Notoatmodjo,
2008) .
Rujukan Kebidanan adalah suatu pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kebidanan yang timbul baik secara
vertikal maupun horizontal.

Rujukan Darurat Kebidanan adalah rujukan


kasus-kasus yang harus dilaksanakan segera
oleh karena bila terlambat akan
menyebabkan meningkatnya kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas).
Rujukan Berkualitas adalah rujukan yang
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
dan mengikuti Prosedur Tetap penanganan
gawat darurat yang baku atau yang telah
disepakati.

Rujukan berencana adalah rujukan yang


dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika KU ibu masih relatif labih
baik
Rujukan tidak dilakukan bila:
1. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
2. Kondisi janin tidak stabil dan terancam
untuk terus memburuk
3. Persalinan sudah akan terjadi
4. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang
dapat menemani
5. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi
membahayakan
Tujuan rujukan darurat kebidanan
1. Mendapatkan perawatan dan pertolongan yang
semestinya serta sebaik-baiknya
2. Menjalin kerjasama (unit yang belum lengkap ke unit
yang lebih lengkap fasilitasnya)
3. Membuat jaminan akses pelayanan rujukan
4. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan ketrampilan
(transfer of knowledge and skill) melalui jawaban
rujukan dan saran-saran perawatan selanjutnya serta
pertemuan AMP dengan pusat rujukan.
Kegiatan yang Tercakup
Dalam Sistem Rujukan

1. Pengiriman pasien
 dilakukan timbal balik, antara
pengirim dan penerima
2. Pengiriman spesimen atau penunjang
diagnostik lainnya
a. Pemeriksaan: Bahan Spesimen atau
penunjang diagnostik lainnya
b. Pemeriksaan Konfirmasi. Sebagian
Spesimen yang telah diperiksa di
laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit atau
laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke
laboratorium yang lebih mampu untuk
divalidasi hasil pemeriksaan pertama.
3. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan
- Dokter Spesialis dari RS  berkunjung
secara berkala ke Puskesmas.
- Dokter Asisten Spesialis / Residen Senior
 ditempatkan di RS Kab/Kota yang
membutuhkan.
- Kegiatan menambah pengetahuan dan
ketrampilan bagi Dokter umum, Bidan atau
Perawat dari Puskesmas/RS Umum Kab/
Kota  magang atau pelatihan di RS yg
lebih lengkap.
4. Sistem Informasi Rujukan
 dibuat oleh petugas kesehatan
pengirim dan dicatat dalam surat
rujukan pasien yang dikirimkan ke
dokter tujuan rujukan, berisi informasi
tentang pasien
Informasi balasan rujukan dibuat
oleh dokter yang memberikan
pengobatan
Aspek yang harus diperhatikan dalam
alur rujukan

1. Klasifikasi fasilitas kesehatan (tipe A,


B,C, D)
2. Lokasi/wilayah kab. kota
3. Koordinasi unsur-unsur pelaksana teknis
(balai Labkes, RSJ, balai kes. Mata
masy)
Perencanaan rujukan
1. Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya.
Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
Alasan merujuk
Risiko bila tidak dirujuk
Risiko selama rujukan
Waktu tepat utk merujuk dan durasi merujuk
Tujuan rujukan
Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
Tenaga kesehatan yg akan menemani
Jam operasional/no. telp RS yg dituju
Perkiraan lama perawatan
Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan
Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan
Pilihan akomodasi keluarga
2. Hubungi pusat layanan kesehatan yang
menjadi tujuan rujukan dan sampaikan hal
berikut:
Indikasi rujukan
Kondisi ibu dan janin
Rencana terkait prosedur teknis rujukan
(termasuk kondisi lingkungan dan cuaca)
Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan
rujukan
Penatalaksanaan selama dan sebelum
transportasi
3. Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan
kesehatan yang akan menerima pasien:
Identitas pasien
Tenaga kesehatan yang merujuk
Indikasi rujukan
Kondisi ibu dan janin
Penatalaksanaan yang telah dilakukan
Nama dan profesi nakes yang mendampingi
pasien
4. Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal
tersebut telah dicatat dan diketahui oleh nakes di
pusat layanan yang menerima rujukan

5. Lengkapi dan kirim berkas berikut sesegera


mungkin:
 formulir rujukan pasien
Fotokopi rekam medis kunjungan ANC
Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi
saat ini
Hasil pemeriksaan penunjang
Berkas lain utk pembiayaan
6. Pastikan ibu yg dirujuk telah menggunakan gelang identitas
7. Bila terdapat indikasi, pasien dapat langsung dipasang jalur
IV ukuran 16 at 18
8. Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan s.d
indikasi segera setelah berdiskusi dgn nakes di tujuan
rujukan
9. Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan
digunakan utk merujuk
10. Siap sedia utk kemungkinan terburuk
11. Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk (KU, tanda
vital ibu, kondisi janin, dilatasi serviks, ketuban, kontraksi
uterus).
12. Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan
Sistem rujukan kegawatdaruratan
maternal
Prinsip umum dalam rujukan:
1. Menghormati hak pasien
2. Gentleness
3. Komunikatif
4. Hak pasien
5. Dukungan keluarga/family support
Pengenalan segera kondisi gawat darurat

Perdarahan
Preeklampsia/eklampsia
Infeksi dan sepsis
Persalinan macet (distosia)
Pengenalan kodisi gawat darurat

Pemeriksaan sistematis (anamnesis,


pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan
kebidanan)
Penilaian awal (inspeksi, palpasi, tanda
vital)  dasar penentuan kasus
(perdarahan, infeksi,
preeklampsia/eklampsia, syok)
Prinsip umum merujuk kasus gawat
darurat maternal

Stabilisasi
penderita
Prinsip umum pemberian obat
Obat penghilang nyeri
Tetanus toksoid
Diuretika
Elemen-elemen penting dalam stabilisasi
pasien:

a. Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki


fungsi sistem respirasi dan sirkulasi (pembebasan
jalan nafas)
b. Menghentikan sumber perdarahan (kontrol
perdarahan)
c. Mengganti cairan tubuh yang hilang (Pemberian
cairan infus dan transfusi darah)
d. Mengatasi rasa nyeri atau gelisah (Pemberian
obat-obatan analgetika)
e. Menyertakan ringkasan kasus.
Sistem rujukan
kegawatdaruratan
neonatal
Sistem rujukan kegawatdaruratan
neonatal
Keadaan yang memerlukan rujukan:
Gangguan napas sedang dan berat
Asfiksia yg tdk memberi respon pada tindakan resusitasi
Kasus bedah neonatus
BBLR < 1750 gram
BBLR 1750 – 2000 gram dengan kejang, gangguan
napas, gangguan pemberian minum
Bayi hipotermi berat
Ikterus yg tdk memberi respon dgn fototerapi
Kemungkinan PJB
Data yang harus disediakan
Identitas bayi dan tanggal lahir
Identitas orang tua
Riwayat kehamilan, persalinan dan prosesnya,
tindakan resusitasi yang dilakukan
Obat yang dikonsumsi ibu
Nilai APGAR
Masa gestasi dan berat lahir
Tanda vital
Tindakan/prosedur klinik yang sudah diberikan
Pemeriksaan penunjang (bila ada: glukosa, elektrolit,
dll)
Syarat untuk melakukan transportasi
Bayi dalam keadaan stabil
Bayi dalam keadaan hangat
Kendaraan pengangkut juga dalam
keadaan hangat
Didampingi oleh nakes terampil
resusitasi, minimal ventilasi
Tersedia peralatan dan obat yang
dibutuhkan
Bayi stabil
 jalan napas bebas dan ventilasi adekuat
Kulit dan bibir kemerahan
Frekuensi jantung 120-160 x/menit
Suhu aksiler 36,5 – 370C
Masalah metabolik terkoreksi
Masalah spesifik penderita sudah
dilakukan manajemen awal
Peralatan dan obat yang diberikan
Inkubator transport + monitor, bila tdk ada
maka pastikan bayi tetap hangat
Peralatan dan obat-obatan: alat resusitasi
lengkap (termasuk laringoskop + pipa
endotrakeal), obat emergensi, selimut hangat,
infus set + IV cath, oksigen dalam tabung
Alat resusitasi/bantuan ventilasi
Indikasi bantuan ventilasi: bradikardi (FJ <
100 x/menit, sianosis sentral, apneu periodik)
Pemberian oksigen (terapi oksigen)
Indikasi pemberian:
◦ Bayi dgn sianosis sentral (kebiruan di sekitar bibir dan
akral)
◦ Bayi dgn gangguan napas
Ada pengawasan
Jumlah yg diberikan:
◦ Kateter nasal: 2-3 l/menit (konsentrasi 21%)
◦ Sungkup: 4-5 l/menit (konsentrasi 40%)
◦ Head box: 6-8 l/menit (konsentrasi > 50%)
Kecukupan O2: hilang sianosis sentral
Stabilisasi Medis Sebelum Transportasi
Neonatus
Stabilisasiadalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
apabila tidak dikoreksi akan memperburuk keadaan
neonatus, yaitu:
◦ Pemeliharaan ventilasi dan oksigenasi
◦ Pemantauan kardiovaskuler
◦ Pemantauan suhu
◦ Pemantauan metabolik
◦ Pemeliharaan akses vena/arteri yg sesuai
◦ Pemakaian antibiotik yang sesuai
◦ Pemakaian selang lambung yg sesuai
◦ Penggunaan foto radiologi bila diperlukan
Stabilisasi neonatus : STABLE

S : SUGAR
T : TEMPERATURE
A : AIRWAY
B : BLOOD PRESSURE
L : LABORATORU STUDIES
E : EMOTIONAL SUPPORT
S : SUGAR
Langkah utk menstabilkan kadar gula darah
neonatus
1. Tidak memberikan makanan perenteral
2. Memberikan glukosa melalui jalur IV
3. Beberapa bayi mengalami risiko tinggi
hipoglikemia (prematur, bayi KMK, BBLR,
IUGR, bayi BMK, bayi dari ibu DM, bayi
sakit, bayi dari ibu yg mendapat obat
hipoglikemik atau diifus saat persalinan)
T : TEMPERATURE
Cegah bayi terhadap hipotermi
Konsep utama pencegahan hipotermi pada bayi
pascaresusitasi:
1. pemeliharaan suhu badan normal harus diprioritaskan baik
pada bayi sakit maupun sehat
2. Bayi prematur dan BBLR sangat rentan terhadap hipotermia
3. Bayi yg dilakukan resusitasi lama berisiko tinggi
mengalami hipotermia.

Stress dingin yg berkepanjangan menyebabkan meningkatnya


konsumsi oksigen dan penggunaan glukosa abnormal 
hipoglikemia, hipoksemia dan asidosis.
A : AIRWAY
Hal yg harus dievaluasi:
1. Laju napas (normal: 40-60x/m)
2. Usaha napas
3. Kebutuhan oksigen
4. Saturasi oksigen (> 90%)
5. Analisis gas darah (utk menilai derajat
distres pernapasan)
Derajat distres pernapasan:
1. Ringan : napas cepat tanpa membutuhkan
oksigen tambahan, tanpa atau terdapat
tanda distres minimal
2. Sedang : sianotik pada suhu kamar, terdapat
tanda distres pernapasan dan analisis gas
darah abnormal
3. Berat : sianosis sentral, berusaha kuat untuk
bernapas dan analisis gas darah abnormal
B : BLOOD PRESSURE
Curah jantung yg cukup diperlukan utk
mempertahankan sirkulasi
Cara terbaik: memberikan cairan dan
elektrolit adekuat  pantau tanda2 syok
Lakukan penanganan syok segera
L : LABORATORY STUDIES
Pemantauan elektrolit direkomendasikan pada
neonatus yg kejang atau usia > 24 jam dan
dalam keadaan tidak bugar
Elektrolit yg diperiksa: natrium, kalium,
kalsium
Pemeriksaan lab sebelum transportasi:
pemeriksaan darah rutin, kultur darah, kadar
glukosa darah, analisis gas darah
Pemeriksaan lab setelah transportasi: CRP,
elektrolit, fungsi ginjal, hati.
E : EMOTIONAL SUPPORT
Orang tua bayi akan mengalami beberapa tahapan
emosional ketika menghadapi keadaan bayinya, a.l:
1. Terkejut (bgm nasib bayi selanjutnya, bgm
kehidupan selanjutnya)
2. Menyangkal
3. Berkabung, sedih dan takut
4. Marah dan merasa bersalah
5. Tahap ekuilibrium dan terorganisir
Dukungan emosional diberikan sebelum, selama dan
setelah rujukan.
Selesai…………….

Anda mungkin juga menyukai