Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN RUJUKAN

HIV/AIDS

A. LATAR BELAKANG
Sistem Rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata
proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan komprehensif
bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi pasien HIV / AIDS, dimanapun
mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan di wilayah mereka berada.
Rujukan Pelayanan adalah pelayanan yang dilakukan dalam rangka merujuk pasien ke
sistem pelayanan yang lebih tinggi dan lebih mampu untuk menangani pasien.
Seluruh Rumah Sakit (RS) Pemerintah pada 2015 ditargetkan sudah mampu
menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Target itu
masuk dalam Sasaran Strategis Pengendalian HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tahun 2010-2014.
Sistem rujukan pasien suspek HIV/AIDS adalah suatu sistem yang memberikan suatu
gambaran tata cara pengiriman pasien suspek HIV/AIDS dari tempat yang kurang mampu
dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh (yaitu mempunyai fasilitas yang lebih,
dalam hal tenaga medis, laboratorium, perawatan dan pengobatan) ke tempat yang lebih
mampu.
Rujukan pasien suspek HIV/AIDS merupakan komponen yang penting dalam sistem
pelayanan kesehatan. Dengan memahami sistem cara rujukan yang baik,maka pasien akan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan tenaga kesehatan diharapkan dapat
memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
Rujukan pasien ibu hamil maupun ibu bersalin dengan suspek HIV/AIDS merupakan
komponen penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan memahami sistem cara
rujukan yang baik,maka pasien akan ditangani dengan segera sehingga akan mengurangi
angka kematian dan angka kesakitan ibu dan bayi.
B. RUANG LINGKUP
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria
pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu
diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan
harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
C. TATA LAKSANA RUJUKAN
1. Prosedur standar merujuk pasien
a. Prosedur Klinis:
• Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
untuk menentukan diagnosa utama dan diagnose banding.
• Memberikan tindakan pra rujukan
• Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
• Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis /Paramedis yang
kompeten di bidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
• Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans,
agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada
kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap
atau rawat jalan.
b. Prosedur Administratif:
• Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
• Membuat catatan rekam medis pasien.
• Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
• Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form R/1/a terlampir).
• Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan.
Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
• Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
• Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat tujuan rujukan.
• Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan.
2. Tata laksana rujukan meliputi:
a. Telah dilakukan pemeriksaan oleh dokter Spesialis Dalam atau dokter Spesialis
Kebidanan dan Kandungan bagi pasien Obsgyn
b. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium, baik di laboratorium RSIA Permata Hati
maupun di laboratorium luar
c. Menentukan tempat rujukan
d. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
e. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
f. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
g. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan
h. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.
i. Persiapan penderita
j. Pengiriman Penderita
k. Pelaporan kepada direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati
D. DOKUMENTASI
1. Pencatatan
Dilakukan pencatatan di rekam medis pasien dan lembar transfer/rujukan pasien ke luar
Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati. Pencatatan juga dilakukan pada lembar rujukan
pasien BPJS untuk memperoleh SEP rujukan
2. Pelaporan
3. Pelaporan dilakukan kepada direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati
4. Form yang diperlukan
a. Form transfer rujukan ke luar
b. Form lembar rujukan BPJS bila pasien menggunakan BPJS
c. Form SEP pasien bila psien menggunakan BPJS

Anda mungkin juga menyukai