Anda di halaman 1dari 4

Nama : Emma Hermawati

Kelas : 2A

NPM : 6221333

Dosen Pengampu : Diani Aliansy S.S.T.,Bd.,M.Kes

Tugas : Kebijakan dan Sistem Pelayanan Kebidanan

Soal

1. Bagaimana saudara menentukan kasus kebidanan-maternal yang saudara tangani untuk di


rujukan?
Jawab:
Pendekatan yang digunakan dalam memberikan Asuhan Kebidanan kepada klien
sesuai dengan Pedoman Asuhan Kebidanan pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan
Bayi Baru Lahir dan Standar Asuhan Kebidanan Nomor 938 tahun 2007, dimana pengambilan
keputusan klinis bidan diambil berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik, kemudian dirumuskan diagnosa kebidanan berdasarkan permasalahan
yang ditemui. Setelah diagnosa dibuat, maka diberikan intervensi sesuai dengan prioritas
kegawatan kondisi ibu dan janin, sesuai kewenangan bidan dan kewenangan tempat
pelayanan dasar, PONED, serta PONEK. Kemudian pencatatan asuhan pada formulir/status
klien/rekam medis yang digunakan. Adapun yang dimaksud rujukan kasus patologis yakni
suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus kebidanan atau dengan penyakit
penyerta atau komplikasi yang memerlukan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,
fasilitas dan peralatan yang memadai, atau kondisi klien/pasien di luar kewenangan bidan.
Indikasi perujukan ibu yaitu:
1) Riwayat seksio sesaria.
2) Perdarahan per vaginam.
3) Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu).
4) Ketuban pecah dengan mekonium yang kental.
5) Ketuban pecah lama(±24 jam)
6) Ikterus.
7) Anemia berat.
8) Tanda/gejala infeksi.
9) Pre-eklamsia/hipertensi dalam kehamilan.
10) Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih.
11) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5.
12) Presentasi bukan belakang kepala.
13) Kehamilan gemeli.
14) Presentasi majemuk.
15) Syok
2. Bagaimana prosedur proses rujukan yang saudara terapkan, apakah ada kendala yang saudara
alami?
Jawab:
Sesuai dengan Permenkes 001 tahun 2012 ttg sistem rujukan pelayanan kesehatan
perorangan. Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan
penyakit/permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali dgn alasan yang sah dan
mendapat persetujuan pasien/keluarganya (pasien tdk dapat ditransportasikan atas alasan
medis, sumber daya, atau geografis).
Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya yg
diberikan setelah dijelaskan oleh tenaga kesehatan yg berwenang,sekurang-kurangnya
mengenai:
a. diagnosis & terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;
b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
d. transportasi rujukan; dan
e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.

Perujuk sebelum melakukan rujukan harus :

a. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi
medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan
rujukan;
b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bhw penerima rujukan
dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan
c. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan. Surat
pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:
✓ Identitas Pasien
✓ hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang
telah dilakukan
✓ diagnosis kerja
✓ terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan tujuan rujukan
✓ dan nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
d. Persiapan alat, dengan membawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan
e. Persiapan obat, dengan membawa obat-obatan esensial yang diperlukan selama perjalanan
f. Persiapan kendaraan, dengan mempersiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat
rujukan secepatnya, kelengkapan ambulan
g. Persiapan uang untuk mengingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup
untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan diperlukan
h. Persiapan donor darah dan disiapkan kantung darah
Di RSUD Bandung Kiwari Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, mulai
dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sejak berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), implementasi sistem rujukan pelayanan kesehatan secara berjenjang berjalan dengan
regionalisasi wilayah telah berjalan dengan baik. Sistem rujukan pelayanan kesehatan
berjenjang ini menjadikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien, namun kadang
terhambat dan membutuhkan waktu lebih lama, peningkatan biaya kesehatan. Dengan
adanya sistem rujukan ini dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien melalui pemanfaatan
sistem teknologi informasi yaitu melalui Aplikasi Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE).
SISRUTE merupakan sistem informasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan terpadu
berbasis IT berguna untuk meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan serta untuk
mempercepat proses rujukan sesuai kebutuhan medis pasien dan kompetensi. Pada proses
rujukan menggunakan SISRUTE diharapkan adanya komunikasi dan informasi awal sebelum
pasien dirujuk melalui media komunikasi (SMS, aplikasi android dan WEB), sehingga
pelayanan di RS tempat rujukan dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat serta
berdampak pada keselamatan pasien dan kepuasan keluarga/pasien.

3. Apa yang saudara lakukan apabila kasus tidak dapat dirujuk?


Jawab:
Sebagian besar kasus pasien yang tidak dapat dirujuk adalah dengan alasan RS rujukan
penuh.Di IGD PONEK RSUD Bandung Kiwari Pasien memperoleh pelayanan medis oleh dokter
jaga dan bidan secaralengkap dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, terapi, pemeriksaan
penunjang bila diperlukan.
Alasan pasien tidak dapat dirujuk adalah :

1) Pihak rumah sakit


a. Keterbatasan SDM
Apabila ada pasien yang dalam kondisinya memerlukan tindakan di luar
wewenang tenaga medis Rumah Sakit Tipe B,maka dilakukan rujukan ke rumah sakit
dengan fasilitas yang lebih lengkap. Namun bila tidak didapatkan tempat
rujukan(misalnya karena kamar penuh) maka petugas menginformasikan kepada
pasien dan keluarganya dan menawarkan alternatif untuk dirawat di RSUD Bandung
Kiwari dengan peralatan dan SDM yang ada seoptimal mungkin dengan segala resiko
yang mungkin terjadi. Petugas mendokumentasikannya di rekam medis.
b. Keterbatasan alat
Pada kasus pasien yang memerlukan kendaraan untuk rujukan ke rumah sakit
lain, tetapi pada saat yang sama digunakan untuk kepentingan lain, maka petugas
mencarikan kendaraan lain. Apabila ada pasien IGD yang memerlukan injeksi obat
tetapi persediaan dari rumah sakit habis maka disarankan untuk mendapatkan terapi
di rumah sakit dengan fasilitasyang lebih lengkap dengan menyertakan surat rujukan
dan pendokumentasian di rekam medis.
2) Pihak pasien dan keluarganya
Apabila ada tindakan yang harus dilakukan tetapi muncul hambatan berupa belum
adanya persetujuan dari pasien atau keluarga sehingga perlu musyawarah lebih lanjut maka
petugas mendokumentasikan di rekam medis. Petugas menyampaikan resiko dan akibat
penundaan tindakan. Dokter jaga memberikan terapi suportif sesuai diagnosis penyakit
pasien.

Anda mungkin juga menyukai