Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN BUDAYA

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Perempuan dan Anak
Pada Kondisi Rentan

Dosen Pengampu : Nidya Ikha Putri, S.S.T., M.Biomed (NI)

Disusun Oleh :

EMMA HERMAWATI

6221333

1A

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, guna menyelesaikan tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Perempuan dan Anak Pada Kondisi Rentan dengan judul
“Kebutuhan Khusus pada Permasalahan Budaya” .

Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurakan makalah ini. Tapi kami
menyadari di dalam makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di
masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua pihak
terutama bagi penulis dan pembaca.

Bandung, 16 Juli 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi


terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi konflik antara
keinginan pro kreasi ,kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan
persoalan dalam kehamilan itu sendiri, hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Persalinan merupakan persiapan penting yang sangat ditunggu oleh setiap pasangan
suami-istri, menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang membahagiakan
setiap keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahteraan ibu dan janin
(Samosir, 2012).

Permasalahan yang dihadapi individu akan berpengaruh pada Kesehatan mentalnya.


Kesejahteraan psikologis memiliki beberapa dimensi penting yang perlu kita ketahui dan
pahami karena itu menjadi faktor penting dalam menciptakan Kesehatan mental dan
kebahagian pada diri seseorang.

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002). Beberapa wanita akan
menyambut persalinan dengan gembira. Di lain pihak, ada yang menyambutnya dengan
kecemasan, ketakutan dan kesedihan (Huliana, 2007). Cemas, gelisah, takut, stress, marah-
marah, mulas, keluhan sakit perut, sampai kontraksi yang frekuensinya makin sering, jamak
dialami oleh ibu menjelang persalinannya. Di saat-saat seperti ini suami bisa berperan untuk
meringankan beban istrinya (Ariani, 2008).

Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan seorang suami saat menghadapi
kehamilan dan proses persalinan istri, yaitu dari faktor kesiapan fisik, kesiapan mental
psikologis, dan dari faktor kesiapan sosial ekonomi (Sumapraja,1993).
Diperkirakan jumlah mereka yang menderita ganggguan kecemasan ini baik akut
maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan 2:1 (Hawari,
2001). Di USA 30 juta penduduk mengalami kecemasan dengan perbandingan laki-laki dan
wanita, 1:2 (Sadock Benjamin James dan Sadock Virginia Alcott, 2007). Sensasi kecemasan
sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan
yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama (Hutagalung,
2007).

1.2 Tujuan Masalah


a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui asuhan berkelanjutan pada
ibu dengan kondisi khusus.
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui persiapan persalinan dan kelahiran pada kebutuhan
khusus secara fisik maupun psikologis
b) Untuk mengetahui perawatan anak pada ibu berkebutuhaan khusus
c) Untuk mengetahui Asuhan pada perempuan berkebutuhan khusus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Persalinan dan Kelahiran pada Kebutuhan Khusus secara Fisik
maupun Psikologis

A. Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan Menurut Harumawati (2012), menyatakan bahwa dalam
persalinan ada empat hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
1) Persiapan Fisik
Persiapan fisik persiapan persalinan meliputi kesiapan kondisi kesehatan ibu,
meliputi kesiapan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama hamil
sampai menjelang persalinan. pengaturan kebutuhan nutrisi saat kehamilan, serta
upaya perencanaan persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi yang
mencakup tanda-tanda bahaya dan tanda-tanda persalinan (Depkes, 2010).
Dalam menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan makanan
bergizi dan minum yang cukup banyak. Tetap melakukan aktivitas seperti berjalan
pagi, atau kegiatan rumah lainnya, dan tetap istirahat yang cukup juga merupakan
persiapan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu.
Dengan mengetahui teknik mengedan dan bernafas yang baik juga dapat
memperlancar dan memberikan ketenangan dalam proses persalinan (Isnandi dan
Harumawati, 2012). Penting untuk ibu menjaga kebersihan badan dan kesesuaian
pakaian.
Kebersihan badan menjelang persalinan bermanfaat karena dapat
mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan dan dapat
mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan merasa nyaman
selama menjalani proses persalinan (Iskandar dalam Harumawati, 2012)

2) Persiapan Psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui
saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari
orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu
memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan dan merupakan motivasi
tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi persalinan
(Sjafriani dalam Harumawati, 2012).
Perasaan takut dalam persalinan dapat diatasi dengan meminta keluarga atau
suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa
persalinan dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan
dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu atau keluarga (Sjafriani
dalam Harumawati, 2012).

3) Persiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan penghasilan
atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan
berlangsung sampai persalinan seperti menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan
popok bayi dan perlengkapan lainnya (Sjafriani dalam Harumawati, 2012).
Menyiapkan pendonor darah ketika dibutuhkan transfusi darah setelah persalinan
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dan disiapkan (Gitanurani, 2017).

4) Persiapan Kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi yang kurang baik
terhadap kehamilan agar persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan tidak
baik selama kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan perilaku
yang pantas selama masa kehamilan akan mempengaruhi respon suami maupun
petugas kesehatan terhadap kebutuhan ibu (Bobak, 2004). Menurut Kemenkes RI
dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu (2013) menyebutkan bahwa yang
termasuk persiapan persalinan, yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai siapa yang
akan menolong persalinan, dimana akan melahirkan, siapa yang akan membantu
dan menemani dalam persalinan, kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul
permasalahan, metode transportasi bila diperlukan rujukan, dan dukungan biaya.

B. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Dalam Permasalahan Budaya


Persalinan dapat terjadi secara alami dengan atau tanpa pertolongan, narnun
banyak hal mungkin terjadi dalam proses persalinan yang dapat membahayakan jiwa
ibu dan bayi misalnya perdarahan, partus lama, eklamsi, infeksi misalnya perdarahan,
partus lama, eklamsi, infeksi dan lain-lain dan lain-lain . Salah satu contohnya, Lima
tema budaya yang menjadi akar perilaku ibu-ibu Suku tema budaya yang menjadi akar
perilaku ibu-ibu Suku Amungme dan Suku Kamoro dalam Amungme dan Suku Kamoro
dalam penanganan persalinannya adalah sebagai berikut.
Tema budaya pertama, penduduk mempercayai bahwa darah dan kotoran
persalinan dapat menimbulkan penyakit yang mengerikan bagi laki-laki dan anak-anak,
karena itu ibu bersalin harus dijauhkan dijauhkan atau disembunyikan. Pada penduduk
yang masih tinggal di pedalaman lokasi penyingkiran ibu bersalin ini berada di luar
radius 500 meter dari perkampungan. Hal ini ini terlihat terlihat dari dari tempat ibu
melakukan persalinan di rumah bisa di dalam kamar mandi, di dapur, di bawah rumah,
atau di tempat khusus yang dibuat di belakang rumah hutan (bivak). Ini menunjukkan
bahwa meskipun sudah tinggal di pemukiman baru, ibu tetap tidak berani melanggar
tradisi dengan mengurung diri di bagian belakang rumah, sementara suami dan anak-
anak menunggu di ruang depan rumah. Kepercayaan ini sangat memojokkan posisi
perempuan dan sangat merugikan kesehatannya, saat perempuan yang berjuang
untuk tugas reproduksi yang berbahaya tidak mendapat perhatian dari suaminya. Cara
penanganan persalinan juga sering bertentangan dengan cara pelayanan kesehatan
modem misalnya posisi jongkok di toilet, pemotongan dan pengikatan tali pusat
dengan tali rafia atau akar pohon.
Tema budaya kedua, perempuan tabu membuka aurat di depan orang yang
belum dikenal meski untuk pengobatan atau persalinan. Kepercayaan ini makin makin
memperkuat ibu-ibu untuk tidak berani meminta melakukan persalinan di rumah
sakit, klinik, Puskesmas, meskipun jaraknya dekat dan tidak membayar sama sekali.
Dia khawatir disalahartikan oleh suami bahwa dia mau melanggar tradisi memanjakan
diri makan tidur sementara dirumah, tetangga atau suami yang mencarikan makanan
bagi diri dan anak-anaknya. Bila ada indikasi yang mengharuskan untuk minta bantuan
pihak lain, maka perlu dirembukkan dulu atau atau minta izin suami dan keluarganya
karena ini merupakan tanggung jawab semua kerabat. Bagi suku Kamoro prinsip ini
merupakan prinsip Iwoto (kasih sayang atau kepedulian terhadap keluarga).
Tema budaya ketiga, penduduk meyakini bahwa asap kayu bakar membawa
kekuatan bagi orang yang sakit atau lemah atau lemah termasuk ibu yang sedang
melahirkan. Untuk prinsip iwoto itu juga maka suami membantu dalam proses
persalinan istrinya dengan menghidupkan dan menjaga api kayu bakar apinya selalu
hidup dan asapnya bertiup mengarah ke tempat dan bayi. Dalam proses persalinannya
ibu berusaha mendapat kekuatan dengan menghirup asap sebanyak-banyaknya,
karena yakin asap membawa kekuatan dari roh untuk melancarkan persalinan.
Keyakinan ini secara fisik merugikan kesehatan ibu dan bayi yang memungkinkan
terjadinya sesak dan infeksi saluran nafas.
Tema budaya keempat, kematian ibu dipercayai karena ibu tersebut mendapat
kutukan dari tuan tanah (teheta) atau roh nenek moyang. Kemalangan yang menimpa
ibu karena ketidaktahuan dan tidak adanya bantuan pelayanan yang seharusnya
rnenjadi hak kesehatan reproduksinya dianggap wajar karena kesalahannya sendiri.
Prinsip ini membuat nasib kaum perempuan Papua makin terpinggirkan. Peristiwa
kematian ibu kurang mendapat perhatian selayaknya bagi bagi banyak penduduk
pedesaan, mereka menganggap itu peristiwa yang wajar dianggap mati syahid bahkan
akan masuk syurga. Ada pula masyarakat menganggap persalinan suatu peristiwa yang
mengerikan, misalnya arwah ibu dapat menjadi kuntilanak atau leak. Karena itu sering
kematian itu disembunyikan atau tidak dilaporkan.
Tema budaya kelima, adanya larangan bagi ibu untuk mandi sebelum pesta
kerabat yang biasanya diadakan 1-2 minggu setelah persalinan. Dalam kesempatan ini
ibu boleh mandi sendiri atau dimandikan ibu-ibu lain sambil bernyanyi beramai-ramai.
Setelah itu diberikan kebebasan bagi ibu untuk melakukan hubungan seksual dengan
suami. Selama belum diadakan pesta suami dilarang makan minum dan tidur di
rumah, keluarga yang lain atau di rumah tetangga. Akibat negatif bagi kesehatan ibu
dari larangan mandi ini yaitu akan timbul berbagai macam penyakit infeksi yang juga
dapat menular kepada bayinya. Hubungan seksual 1-2 minggu setelah persalinan bagi
tubuh ibu yang belum persalinan bagi tubuh ibu yang belum pulih sempurna dapat
menyebabkan kerusakan dan infeksi pada alat kelamin ibu. ibu. Ibu memaksakan diri,
tegang dan nyeri sehingga tidak bisa menikmati hubungan seks aman hubungan seks
aman dan menyenangkan yang merupakan hak reproduksinya
Dari penjelasan diatas diketahui masih banyak tema budaya penduduk suku
Amungme dan suku Kamoro yang merugikan kesehatan ibu karena masih sarat
dengan diskriminasi gender dan mengabaikan hak-hak reproduksi perempuan. Cara
pengobatan tradisional kadang kadang bertentangan dengan pengobatan ilmiah dan
perilaku ibu-ibu tradisional kadang kadang bertentangan dengan pengobatan ilmiah
dan perilaku ibu-ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan setelah persalinan
dilandasi oleh beberapa tema budaya yang sangat diskriminatif dan kurang
mendukung kesehatan ibu.

2.2 Perawatan Anak pada Ibu Berkebutuhan Khusus

Salah satu contoh ibu berkebutuhan khusus adalah “Single Mother” dalam hal ini ibu
bertindak sebagai kepala keluarga yang dituntut untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Single mother harus bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, mengatur keuangan dan mengambil keputusan keluarga. Sebagai seorang ibu, single
mother tak lepas dari kodrat perempuan yang mengasuh, mendidik serta memberikan bekal
berupa pengetahuan, pengalaman dan membangun mental anak-anak agar kelak dapat
tumbuh menjadi anak-anak yang pandai dan bermoral.

A. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada Single Mother antara lain :

1) Penyesuaian diri dalam hal ini meliputi dukungan dan tekanan yang berasal dari
keluarga dan lingkungan. Single mother dituntut mampu menanggulangi tekanan dalam
memecahkan atau meminimalisir suatu tekanan yang dihadapi agar mampu merawat dan
mengasuh anaknya dengan baik.

2) Pola pengasuhan dari single mother sangat berpengaruh, bagaimana ibu merawat
dan mendidik anak mereka sehingga mempengaruhi perubahan tingkah laku dan kognitif
pada anak.
B. Beberapa hambatan yang dihadapi Single Mother :

1) Perilaku anak yang diluar kontrol orang tua.

2) Adanya kesulitan ekonomi.

3) Status sosial

2.3 Asuhan Pada Perempuan berkebutuhan khusus (Gangguan Jiwa)

A. Perempuan Berkebutuhan khusus

Perempuan berkebutuhan khusus adalah perempuan yang rentan menjadi korban


perkosaan, pelecehan seksual, dan tindak kriminal lainnya. Pertama, ia adalah perempuan
yang posisinya selalu subordinat dari masyarakat patriakat. Kedua ia berkebutuhan khusus,
sehingga dianggap tidak mampu bersaksi di depan pengadilan. Ketiga peristiwa pelecehan
pada perempuan berkebutuhan khusus dianggap sebagai kasus saja sehingga jumlahnya
tidak banyak. Keempat lingkungan keluarga yang tidak mendukungnya.

B. Asuhan Pada Perempuan Berkebutuhan Khusus ( Gangguan Jiwa )

Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi


terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.konflik antara
keinginan prokreasi ,kebanggaan yang ditumbuhka dari norma norma sosiokultural dan
persoalan dalam kehamilan itu sendiri,hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.

C. Macam Macam Gangguan Jiwa

1. Depresi

Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang merasa tidak berdaya, tidak
bersemangat, tidak ada gairah hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap
stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir
serta menganalisa. Depresi selama kehamilan merupakan gangguan mood yang sama halnya
dengan depresi yang terjadi pada orang awam pada umumnya.dimana pada kejadian
depresi akan terjadi perubahan kimiawi pada otak.dalam hal ini perubahan hormonal pada
saat kehamilan akan mempengaruhi kimiawi otak itu sendiri ,yang nantinya akan sangat
berhubugan erat dengan kejdian depresi dan kecemasan dalam kehamilan. Gangguan ini
ditandai dengan perasaan muram,murung,kesedihan atau berkurangnya minat pada
aktivitas.pasien kadang kadang dapat sarkastik,nihilistic memikirkan hal yang sedih mereka
juga dapat tegang,kaku,dan menolak intervensi terapeutik.gejala penyertanya adalah
perubahan nafsu makan dan pola tidur,harga diri yang rendah,hilangnya energy dan
penorongan dorongan seksual.

2) Psikosa

Psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh


tidak ada kontak dengan realitas suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataaan
(sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa adalah gangguan jiwa yang
serius, timbul karena penyebab organic ataupun emosional (fungsional) dan yang
menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan, sedemikian
rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari hari sangat terganggu
psikosa ditandai oleh perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai, berkurangnya
pengawasan terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi. Pada umunya gejala
psikosa tidak mampum melakukan partisipasi sosial, sering ada gangguan bicara, kehilangan
orientasi terhadap lingkungan, aspek sosialnya membahayakan orang lain, diri sendiri, dan
perlu perawatan rumah sakit. Jenis jenis psikosa yaitu skizophrenia, dan paranoid, paranoid
dilain pihak adalah jenis yang sudah lebih lanjut ditandai dengan halusinasi sama dengan
persepsi palsu dan kecurigaan yang sangat kuat, pola berfikir makin kacau dan tingkah
makin tidak normal.

3) Psikoneurosa

Psikoneurosa adalah ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik,
ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainaan mental dengan kepribadian
terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang
perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).

Tipe neurotisme:

 Neurostenia, muncul sebagai efek kelelahan mental yang berkemban menjadi


keluhan sakit sakit yang tidak jelas lokasinya.
 Hysteria,ditandai dengan kondisi ketidakstabilan emosi konflik mentalnya
diekspresikan melalui gejala fisik tertentu yang berpengaruh terhadap fungsi
tubuh secara menyeluruh misalnya perempuan yang tidak berbahagia dalam
perkawinannya akan mengungkapkan kepada suami.
 Hipokondriasis, keterpakuan terhadap kondisi kesehatan, maksudnya selalu
ada bagian tubuh yang terasa kurang nyaman padahal penyakit yang diderita
sebenarnya penyakit imajjiner.

Penatalaksanaan psikoneurosa

Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis yang berusaha meyusun terapi
psikologis beragam untuk pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian klien.
Penerapan metode dengan secara personal maupun group (perkelompok). Psikiater
berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara bersamaan. Perlu untuk
diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis gangguan kecemasan ini hanya menggunakan
satu cara saja, dibutuhkan lebih kombinasi untuk menyembuhkan gangguan kompleks ini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu proses normal pada wanita usia subur.
Persalinan merupakan persiapan penting yang sangat ditunggu oleh setiap pasangan suami
istri, menyambut kelahiran sang buah hati merupakan saat yang membahagiakan setiap
keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahteraan ibu dan janin (Samosir,
2012).

Persiapan persalinan Menurut Harumawati (2012), menyatakan bahwa dalam


persalinan ada empat hal yang perlu dipersiapkan, yaitu Persiapan fisik, persiapan
psikologis, persiapan finansial dan persiapan kultural Salah satu contoh ibu berkebutuhan
khusus adalah “Single Mother” dalam hal ini ibu bertindak sebagai kepala keluarga yang
dituntut untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Hal – hal yang perlu diperhatikan pada Single Mother antara lain penyesuaian diri
dalam hal ini meliputi dukungan dan tekanan yang berasal dari keluarga dan lingkungan dan
pola pengasuhan dari single mother sangat berpengaruh, bagaimana ibu merawat dan
mendidik anak mereka sehingga mempengaruhi perubahan tingkah laku dan kognitif pada
anak.

Macam-macam dari gangguan jiwa yaitu depresi, psikosa, Psikoneurosa. Asuhan


Pada Perempuan Berkebutuhan Khusus ( Gangguan Jiwa ), Perubahan kondisi fisik dan
emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan
proses kehamilan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Wuriastuti T, Mubasyiroh R, 2020. Peran dukungan sosial pada ibu dengan gejala depresi
dalam periode pasca persalinan. Buletin penelitian sistem kesehatan. 23(3).2020 Hal. 161-
168

Ramadhani AF, Rahmandani A. 2019. Pengalaman pengasuhan Single Mother yang memiliki
anak disabilitas intelektual. Jurnal Empati, 2019.8(1) Hal 151-160

Iganingrat A, Eva N, 2021. Kesejahteraan Psikologis pada Ibu Tunggal : Sebuah literature
Review. Buku Abstrak Seminar Nasional. amethysa.iganingrat.1708116@students.um.ac.id
2021

Ardiyanti N, 2020. Modul Asuhan Kebidanan pada Perempuan dengan Kondisi Rentan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Poltekkes Medan.

Anda mungkin juga menyukai