Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Menganalisis Gizi Untuk Kebutuhan Fisiologi Khusus (Gizi Ibu Hamil, Ibu
Menyusui, Balita, Dan Anak-Anak)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Rina Muddrika :2111010016
Nora Nazila :2111010017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil `alamin, segala puji penulis haturkan kehadhirat Allah SWT
yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya,terutama karunia atas Kesehatan dan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah matakuliah Strategi Belajar
Mengajar. Tidak lupa pula shalawat beriring salam penulis sanjung sajikan ke pangkuan
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah menuntun kita menjadi umat yang berada
di alam terang benderang ini.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan dan kesempurnaan penulis dalam
membuat makalah lainnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi para pembaca serta pihak lain yang membutuhkannya.

Banda Aceh, 06 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………....ii
BAB I……………………………………………………………………….... 1
PENDAHULUAN………………………………………………………….... 1
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………..1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………….... 3
1.3 TUJUAN PENULISAN………………………………………………...... 3
BAB II……………………………………………………………. 4
PEMBAHASAN…………………………………………………………….. 4
2.1 Kebutuhan Gizi Pada Ibu Hamil ………………………………………. 4
2.2 Kebutuhan Gizi Pada Ibu Menyusui……………………………………. 6
2.3 Kebutuhan Gizi Pada Balita …………………………………………….. 8
2.4. Kebutuhan Gizi Pada Anak………………………………………….…. 10
BAB III……………………………………………………………………….. 13
PENUTUP………………………………………………………………….… 13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebutuhan gizi adalah banyaknya energi dan zat gizi minimal yang dibutuhkan
seseorang untuk mempertahankan hidupnya serta melakukan berbagai kegiatan
selama 24 jam untuk mencapai derajat Kesehatan yang optimal. Angka kebutuhan
gizi merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar individu tersebut
dapat hidup sehat dan produktif, biasanya digunakan pada saat akan menentukan
kandungan gizi dari suatu menu yang akan direkomendasikan pada orang tertentu,
seperti pasien dirumah sakit.
Sedangkan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil sangat berbeda dengan kebutuhan
nutrisi Wanita pada umumnya, karena asupan gizi yang dibutuhkan bukan hanya
untuk dirinya, namun juga pada janin yang dikandungnya, bila makan ibu terbatas
janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus,
lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain. Apabila makanan ibu kurang,
tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi pada masa
sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abrotus, BBLR
(bayi baru lahir prematur) atau bahkan BBLM (bayi baru lahir mati). Sebaliknya,
jika makanan berlebihan maka akan mengakibatkan kenaikan berat badan yang
berlebihan bayi besar dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preklamasi. Bila
status gizi ibu kurang maka ibu hamil akan mengalami masalah gizi seperti
kekurangan energi kronis (KEK) dan anemia gizi akibat kekurangan makanan
bergizi yang berlangsung (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
Kesehatan.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat terjadi jika asupan nutrisi tidak
mencukupi dan tidak memenuhi persyaratan tubuh ibu hamil. Kurang gizi selama
kehamilan mungkin terjadi karena beberapa faktor seperti diare, mual dan muntah
yang menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga tidak ada gizi yang masuk,
kehilangan nafsu makan karena kondisi Kesehatan lainnya seperti infeksi kronis
atau depresi, penggunaan obat tertentu yang bisa mengganggu penyerapan nutrisi,
serta asupan gizi dan kalori yang tidak memadai.
Menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu dan
bayinya. Pada masa ini hubungan emosional antara ibu dan anak akan terjalin,
dengan periode yang cukup panjang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat
dan baik untuk perkembangan mental dan psikis anak. Dengan menyusui tidak
hanya memberi kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat
secara fisik, tetapi juga lebih cerdas. Konsumsi makanan bergizi sangat dibutuhkan
ibu menyusui (Imasrani et al., 2016:1)
Ibu menyusui perlu cukup gizi bagi kesehatan bayinya. Masa kini, banyak ibu
hamil yang sudah memiliki kesadaran tentang perlunya menjaga kesehatan selama
hamil, termasuk soal pemenuhan kebutuhan gizi. Namun, begitu bayi lahir, ibu
yang segera membatasi makanan juga banyak. Alasannya, kebutuhan gizi ibu
menyusui tidak sebesar ketika masih hamil. Jika kuantitas dan kualitas makanan
yang dikonsumsinya sama dengan ketika masa hamil, mereka takut tubuhnya
melar, ini jelas kurang tepat. Seorang ibu harus tetap memenuhi kebutuhan gizi
dirinya sendiri dan bayinya. Karena Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya
sumber makanan bayi khususnya pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi
(Irianto, 2014:252 ).
Nutrisi ibu menyusui merupakan salah satu faktor yang ikut berpengaruh
terhadap kelancaran ASI, sehingga ibu menyusui memerlukan tambahan nutrisi
yang banyak untuk mendukung kelancaran ASI. Gizi seimbang untuk ibu menyusui
yaitu harus memenuhi kebutuhan bagi dirinya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan bayi dan anak. Dengan demikian maka kebutuhan zat gizi ibu
menyusui lebih banyak dari kebutuhan zat gizi ibu yang tidak menyusui. Makanan-
makanan bagi ibu menyusui harus mengandung gizi seimbang yang bersumber zat
besi, protein, kalori, lemak, mineral, vitamin serta banyak minum paling sedikit 8
gelas sehari.
Sedangkan Gizi pada Balita merupakan salah satu penentu kualitas sumber
daya manusia, jika kekurangan akan menyebabkan efek yang sangat serius seperti
kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan
kecerdasan. Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi. Akibat lain adalah menurunnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan risiko kesakitan dan
kematian. Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru
pada bagian alveoli, yang merupakan rongga kosong diparu-paru yang berfungsi
melaukan pertukaran gas dengan darah. Ketika seseorang menderita pneumonia,
maka alveoli akan dipenuhi nanah dan cairan yan membuat kesakitan saat bernapas
dan asupan oksigen yang dihirup terbatas (WHO, 2016). Pneumonia merupakan
salah satu penyakit menular yang menjadi ancaman bagi balita. Pneumonia pada
balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran bernapas seperti
napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK), atau gambaran
radiologi foto thorax atau dada menunjutkan infiltrate paru akut (Ditjen PP&PL,
2012).
Terakhir kita akan membahas gizi pada anak. Gizi merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan
fisik dan mental.Dalam masa tumbuh kembang anak, kecukupan gizi merupakan
hal mutlak yang harus selalu diperhatikan orang tua. Gizi yang baik merupakan
pondasi bagi kesehatan masyarakat, jika terjadi gangguan gizi baik, gizi kurang,
maupun gizi lebih pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat
gizi berakibat daya tangkapnya berkurang, pertumbuhan fisik tidak optimal,
cenderung postur tubuh pendek, tidak aktif bergerak, sedangkan kelebihan zat gizi
akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang.Salah
satu kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi kurang ataupun gizi lebih
yaitu anak usia sekolah(Ningsih, Suyanto, Restuastuti, 2016).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian gizi pada ibu hamil?
2. Apa saja masalah gizi pada ibu hamil?
3. Bagaimana kebutuhan zat gizi saat hamil?
4. Apa pengertian gizi pada ibu menyusui?
5. Manfaat gizi seimbang pada ibu menyusui?
6. Apa saja kebutuhan gizi seimbang pada ibu menyusui?
7. Apa saja kebutuhan gizi pada balita?
8. Apa tujuan pemberian nutrisi pada balita?
9. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gizi pada balita?
10. Apa kebutuhan gizi pada anak?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gizi pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui masalh gizi pada ibu hamil
3. Untuk mengetahuikebutuhan zat gizi saat hamil
4. Untuk mengetahui pengertian gizi pada ibu menyusui
5. Untuk mengetahui manfaat dari gizi seimbang pada ibu menyusui
6. Untuk mengetahui kebutuhan gizi pada ibu menyusui
7. Untuk mengetahui kebutuhan gizi balita
8. Untuk mengetahui tujuan pemberian nutrisi pada balita
9. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gizi pada balita
10. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dan pola asuh orang tua terhadap
status gizi anak
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Gizi Pada Ibu Hamil


1. Pengertian Gizi Pada Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh ibu
hamil sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi
yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan
fungsi-fungsi organ tubuh. Status gizi ibu hamil dapat diketahui dengan melakukan
pengukuran lingkar lengan atas (LiLA). Pengukuran LiLA cukup representatif,
dimana ukuran LiLA ibu hamil erat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu hamil
yaitu semakin tinggi LiLA ibu hamil diikuti pula dengan semakin tinggi IMT ibu
(Hidayati, 2014)
Kehamilan merupakan masa kritis dimana gizi ibu yang baik adalah faktor
penting yang mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Ibu hamil bukan hanya harus
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk
janin yang dikandung. Risiko komplikasi selama kehamilan atau kelahiran paling
rendah bila pertambahan berat badan sebelum melahirkan memadai. Kecukupan
gizi ibu di masa kehamilan banyak disorot sebab berpengaruh sangat besar
terhadap tumbuh-kembang anak. Masa kehamilan merupakan salah satu masa kritis
tumbuh-kembang manusia yang singkat (window of opportunity). Khusus untuk
ibu hamil, jika janin dalam kandungannya mengalami kekurangan gizi, maka
anaknya kelak pada usia dewasa akan berisiko lebih tinggi untuk menderita
penyakit degeneratif (diabetes miletus, hipertensi, penyakit jantung, stroke),
dibandingkan dengan yang tidak mengalami kekurangan gizi (Kemenkes RI,
2017).
2. Masalah Gizi Pada Ibu Hamil
Kehamilan merupakan suatu proses yang menjadi awal kehidupan generasi
penerus. Salah satu kebutuhan esensial untuk proses reproduksi sehat adalah
terpenuhinya kebutuhan energi, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral serta
serat. Kurangnya asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) maupun
zat gizi mikro (asam folat, zat besi, seng, kalsium, iodium, dan lain-lain) dapat
menimbulkan masalah gizi dan kesehatan pada ibu dan bayinya. Ibu hamil sehat
dengan status gizi baik yaitu LiLA ≥ 23,5 cm, IMT Pra hamil (18,5-25,0), Selama
hamil, kenaikan BB sesuai usia kehamilan, Kadar Hb normal > 11 gr/dL, Tekanan
darah Normal (Sistol < 120 mmHg dan Diastol < 80 mmHg), Gula darah urine
negatif, dan Protein urine negatif (Kemenkes RI, 2017).
Menurut Kemenkes RI (2017) gizi kurang timbul apabila dalam jangka waktu
lama asupan zat gizi sehari-hari kedalam tubuh lebih rendah dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan sehingga tidak mencukupi kebutuhan.
Masalah Gizi Kurang yang banyak dijumpai pada ibu hamil yaitu:
a. Kurang energi kronik(KEK)
Timbulnya KEK pada ibu hamil disebabkan karena dalam jangka waktu
yang lama asupan energi (karbohidrat dan lemak) tidak mencukupi kebutuhan
tubuh. Penapisan ibu hamil risiko KEK dilakukan dengan pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA). Apabila LiLA < 23,5 cm maka ibu hamil berisiko KEK.
Untuk memastikan KEK pada ibu hamil digunakan 9 Indeks Massa Tubuh
(IMT) pada Trimester I. Jika IMT pada Trimester I < 18,5 maka ibu hamil
didiagnosa KEK. Apabila IMT trimester I tidak diketahui karena ibu hamil
melakukan ANC di Trimester II atau III, serta diketahui data BB dan TB
sebelum hamil dapat digunakan IMT Pra hamil. Ibu hamil KEK, akan
mengalami risiko keguguran, perdarahan pasca persalinan, kematian ibu,
kenaikan BB ibu hamil terganggu, tidak sesuai dengan standar, malas tidak suka
beraktivitas, payudara dan perut kurang membesar, pergerakan janin terganggu,
mudah terkena penyakit infeksi, persalinan akan sulit dan lama.
Ibu hamil KEK akan berdampak pada janin, dan anak yang akan berlanjut
sampai pada usia dewasa, yaitu seperti gangguan pertumbuhan janin
(Intrauterine Growth Retardation), risiko bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR), risiko bayi lahir dengan kelainan kongenital (Defect Neural Tube, bibir
sumbing, celah langit-langit dll), risiko bayi lahir stunting sehingga
meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa
seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan sel otak yang akan berpengaruh pada kecerdasan anak.
b. Anemia
Menurut Kemenkes RI (2017) mengemukakan anemia pada ibu hamil
adalah suatu keadaan ketika sel darah merah atau Hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal (11 g/dl). Kekurangan zat besi menyebabkan pembentukkan
sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh, 10 terutama pada
kondisi hamil dimana banyak terjadi perubahan fisiologis tubuh, penyebab
timbulnya anemia pada ibu hamil, yaitu:
1) Makanan yang dikomsumsi kurang mengandung protein, zat besi, vitamin
B12 dan asam folat.
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh selama hamil akan zat-zat gizi karena
perubahan fisiologis ibu hamil dan pertumbuhan serta perkembangan janin.
3) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh karena perdarahan akut dan
kronis. Perdarahan akut dapat disebabkan karena kecelakaan, sedangkan
perdarahan kronis yaitu perdarahan yang berlangsung lama karena infeksi
penyakit seperti kecacingan dan malaria.
4) Ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronik).
5) Jarak persalinan terlalu dekat.
3. Kebutuhan Zat Gizi Saat Hamil
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil mengalami peningkatan dibandingkan dengan
ketika tidak hamil. Bila kebutuhan energi perempuan sebelum hamil sekitar 1.900
kkal/hari untuk usia 19-29 tahun dan 1.800 kkal untuk usia 30- 49 tahun, maka
kebutuhan ini akan bertambah sekitar 180 kkal/hari pada trimester I dan 300
kkal/hari pada trimester II dan III. Demikian juga dengan kebutuhan protein,
lemak, vitamin dan mineral, akan meningkat selama kehamilan. Berikut Tabel 1
Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata (AKG) yang dianjurkan (per orang per hari)
bagi ibu hamil usia 19-29 tahun dengan BB/TB 52 kg/156 cm dan ibu hamil usia
30-49 tahun dengan BB/TB 55 kg/156 cm. (Kemenkes RI, 2017)

2.2 Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui


1. Pengertian Gizi Ibu Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air
susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks meenghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu.
ASI menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi untuk Kesehatan
dan tumbuh kembangnya pada awal-awal kehidupan. Bayi baru lahir atau 0-6
bulan dianjurkan hanya mengkonsumsi ASI saja dan disebut ASI Eksklusif.
Ibu menyusui merupakan salah satu golongan yang termasuk ke dalam
kelompok rentan gizi. Ibu menyusui tergolong ke dalam kelompok rentan sebab
ASI yang merupakan makanan utama bayi diperoleh dari ibu. Oleh sebab itu, ibu
yang sedang menyusui harus memperhatikan asupan zat gizi yang dikonsumsi,
sebab sekresi ASI rata-rata 800-850 ml per hari. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu
dan harus digantikan dengan suplai makanan sehari-hari. Ibu yang tidak mampu
menggantikan zat gizi yang diberikan kepada bayi berisiko mengalami gizi kurang
atau bahkan masalah kesehatan seperti osteoporosis, kerusakan gigi dan juga
kekurangan energi kronis (KEK). Bagi seorang ibu, menyusui merupakan
kewajiban yang harus dijalankan, karena kelancaran produksi ASI sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan si buah hati. Nutrisi dan gizi memegang peranan
penting dalam hal menunjang produksi ASI yang maksimal. Gizi seimbang pada
saat menyusui merupakan seuatu yang penting bagi ibu menyusui karena sangat
erat kaitannya dengan produksi air susu, maka pemenuhan gizi yang baik bagi ibu
menyusui akan berpengauh terhadap status gizi ibu menyusui dan juga tumbuh
kembang bayinya.
2. Manfaat Gizi Seimbang Pada Ibu Menyusui
a. Untuk melakukan aktivitas.
b. Melakukan berbagai proses di dalam tubuh.
c. Mengembalikan alat-alat kandungan ke keadaan sebelum hamil.
d. Sebagai cadangan dalam tubuh.
e. Sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk
pertumbuhan bayi.

3. Kebutuhan Gizi Seimbang Pada Ibu Menyusui


 Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak
menyusui dan masa kehamilan.
 Ibu menyususi membutuhkan tambahan energi ssebesar 500 kalori/hari
untuk menghasilkan jumlah susu normal.
 Total kebutuhan energi selama menyusui akan meningkat menjadi 2400
kkal per hari yang akan digunakan untuk memproduksi ASI.
Kebutuhan zat gizi lain akan meningkat selama menyusui yaitu:
1. Karbohidrat
Saat menyusui, kebutuhan karbohidrat meningkat sebesar 65 gr per hari (1
½ porsi nasi).
2. Protein
Ibu menyusui membutuhkan tambahan protein sebanyak 17 gr atau (1 porsi
daging (35 gr) dan 1 porsi tempe (50gr).
3. Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan berperan dalam produksi ASI
serta pembawa vitamin larut lemak dalam ASI. Kebutuhan minyak dalam
tumpeng gizi seimbang sebanyak 4 porsi (4 sendok teh minyak (20 gr). Lemak
yang dibutuhkan untuk ibu menyusui yaitu lemak tak jenuh ganda antara lain
omega-3 dan omega-6.
4. Vitamin dan mineral
 Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin & mineral. Kadar
vitamin dalam ASI dipengaruhi oleh vitamin yang dimakan ibu, jadi
suplementasi vitamin pada ibu akan menaikkan kadar vitamin ASI.
 Vitamin yang penting adalah vitamin B1, B6, B2, B12, vitamin A,
Yodium dan Selenium. Kebutuhan vitamin dan mineral adalah 3 porsi
sehari dari sayuran dan buah-buahan.
 ibu menyusui rentan terhadap kekurangan gizi. Untuk mencegahnya, anda
memerlukan suplemen baik berupa makanan maupun vitamin dan mineral
khususnya vitamin A dan zat besi.
5. Cairan
 Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air
susu dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari
atau lebih dari 8 gelas air sehari (12-13 gelas sehari). Terutama saat udara
panas, banyak berkeringat dan demam sangat dianjurkan untuk minum >8
gelas sehari.
 Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusui
atau sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti.
Kebutuhan cairan dapat diperoleh dari air putih, susu, jus buah-buahan
dan air yang tersedia di dalam makanan.
2.3 Kebutuhan Gizi Pada Balita
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk anak dibagi menjadi : anak
usia 6-11 bulan dengan rata-rata berat badan 9,0 kg dan tinggi badan 72 cm; anak usia
1-3 tahun dengan rata-rata berat badan 13,0 kg dan tinggi badan 92 cm; dan anak usia
4-6 tahun dengan rata-rata berat badan 19,0 kg dan tinggi badan 113 cm.
Asupan gizi anak adalah hal yang penting dilakukan. Sering bertambahnya usia,
tentu kebutuhan asupan anak akan berubah. Maka dari itu, penting bagi ibu untuk
mengetahui panduan pemenuhan gizi pada anak sesuai usia. Memasuki usia 1-3 tahun,
anak sebaiknya diajarkan untuk untuk mulai mengkonsumsi makanan yang lebih
beragam . selain itu, di usia ini juga ibu bisa mulai mengenalkan anak pada makanan
padat. Memenuhi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh penting untuk membantu
tumbuh kembang tubuh, memenuhi kebutuhan energi, serta menjaga Kesehatan secara
keseluruhan.

1. Makanan Untuk Usia 1–3 Tahun


Di usia 1–3 tahun, anak-anak akan menjadi lebih aktif dan mempelajari hal
baru. Maka dari itu, ia membutuhkan asupan makanan yang bisa membantu
menambah energi. Selain itu, pemenuhan gizi juga dibutuhkan untuk membantu
perkembangan organ tubuh Si Kecil. Pada masa ini, anak disarankan untuk
dikenalkan pada makanan yang memiliki rasa beragam, tekstur yang mulai
berbeda, serta warna menarik.
Sebelumnya, pada usia setahun pertama anak-anak baru mengonsumsi
makanan pendamping ASI alias MPASI. Jenis MPASI yang diberikan seringnya
hanya satu jenis makanan dan diolah sampai memiliki tekstur yang mudah dicerna
anak. Meski makanan yang diberikan harus beragam, pastikan juga agar anak tetap
mendapat asupan ASI, mengingat 1000 hari pertama kehidupannya adalah masa
yang paling penting.
Pada usia 1-3 tahun, Si kecil membutuhkan cukup asupan makanan yang
mengandung karbohidrat, kalsium, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
 Asupan Karbohidrat
Anak-anak sangat membutuhkan asupan karbohidrat. Jenis nutrisi yang satu ini
dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi energi yang akan membantu anak untuk
aktif bergerak dan mempelajari hal baru. Karbohidrat-zat tepung / pati-gula adalah
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi, energi yang terbentuk dapat
digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh baik yang disadari maupun yang
tidak disadari misal, gerakan jantung, pernapasan, usus, dan organ-organ lain dalam
tubuh. Ibu bisa menemukan kandungan karbohidrat pada jenis makanan, seperti
beras merah, roti, pisang, sereal, serta jagung.
 Kandungan Kalsium
Anak pada usia ini juga membutuhkan asupan kalsium. Ibu bisa membantu
memenuhi asupan kalsium dari susu formula. Saat anak mulai menginjak usia 3
tahun, orang tua bisa coba memberi susu yang dilengkapi dengan kandungan AA dan
DHA. Kandungan ini penting untuk membantu perkembangan otak anak dan
mempersiapkannya menjelang usia sekolah.
 Asupan Protein
Protein diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan
tubuh, serta membuat enzim pencernaan dari zat kekebalan yang bekerja untuk
melindungi tubuh balita. Protein bermanfaat sebagai presekutor untuk
meurotransmitter demi perkembangan otak yang baik nantinya. Kebutuhan protein
menurut Angka Kecukupan Gizi (2019), untuk anak usia 6-11 bulan sebesar 15
gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram, dan anak usia 4-6 bulan sebesar 25
gram. Ibu bisa membantu agar anak mendapat cukup asupan protein dengan
memberi makanan seperti ikan, daging, dan telur.
 Sayur dan Buah
Memberi asupan serat pada anak juga penting, misalnya dari buah dan sayur.
Agar anak tidak bosan, ibu bisa memvariasikan makanan dan berikan secara
bergantian. Konsumsi buah dan sayur bisa membantu menjaga tubuh anak tetap
sehat. Buah-buahan mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk
penyerapan nutrisi dalam tubuh anak. Buah-buahan yang sebaiknya dikonsumsi,
antara lain jeruk, strawberry, dan tomat.
 Lemak

Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Balita
membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan orang dewasa karena tubuh mereka
menggunakan energi yang lebih secara proporsional selama masa pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Angka kecukupan lemak untuk anak usia 6-11 bulan sebesar
35 gram, usia 1-3 tahun sebesar 45 gram, dan anak usia 4-6 tahun sebesar 50 gram.
2. Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Balita
Adapun tujuan dari pemberian nutrisi pada Bayi dan Balita ini adalahsebagai
berikut:
 Mencapai berat badan normal dan mempertahankannya.
 Mempertahankan status gizi dalam keadaan baik.
 Menyediakan zat gizi untuk menjamin tumbuh kembang danmeningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi.
 Membina kebiasaan makan yang baik, menumbuhkan pengetahuan tentang
makan dan makan dan makanan yang baik pada anak.

3. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Gizi Pada Balita


Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEFdan telah
digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab
timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung,tidak langsung,
akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirmandalam materi Aksi
Pangan dan Gizi nasional , penyebab kurang gizi dapatdijelaskan sebagai berikut:
a. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang
kurang tetapi juga karena penyakit. Balita yang mendapat makanan yang baik
tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi.
Demikian pada Balita yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh
akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan
maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
b. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan
balita, serta pelayanan kesehatan dan Kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan
adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan
adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh seluruh keluarga.

2.4 Kebutuhan Gizi Pada Anak


Status gizi anak usia dini (balita) sangat penting, karena otak mereka sangat
membutuhkan gizi dalam jumlah besar selama masa pertumbuhannya. Salah satu
penyebab permasalahan status gizi anak usia dini adalah akibat kurangnya pemahaman
orang tua tentang status gizi anak serta pola asuh yang tidak tepat . Status gizi juga
menjadi indikator keberhasilan perkembangan daya tahan tubuh. Gizi yang tidak
memadai pada anak balita dapat menyebabkan terganggunya perkembangan fisik dan
gangguan mental. Status gizi juga merupakan ukuran produktivitas kerja yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan juga merupakan cerminan kualitas hidup.
Anak-anak biasanya tidak bisa mendapatkan asupan gizi yang baik dari orang tua
dikarenakan oleh banyak faktor. Termasuk tingkat pendidikan orang tua terutama ibu,
pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, kondisi social Ekonomi keluarga,
persediaan makanan. Faktor-faktor inilah yang membuatnya perlu untuk memberikan
perhatian kepada anak karena perilaku dan sikap dalam memberikan asuhan serta pola
makan pada anak akan mempengaruhi asupan zat gizi untuk anak. Orang tua berperan
penting dalam melengkapi asupan gizi anak. Orang tua dengan pendidikan tinggi
diharapkan bisa lebih banyak meluangkan waktu untuk menata dan mengurus keluarga
sehingga makanan dan gizi keluarga yang baik dapat tercapai terutama untuk anak.
Akan tetapi hal ini juga tidak lepas dari pengetahuan gizi ibu. Pengetahuan gizi,
termasuk pengetahuan tentang gizi anak, bisa didapatkan oleh ibu tidak hanya melalui
pendidikan formal, tapi juga lewat Media massa dan media cetak, seperti TV, majalah,
tabloid, buku dan internet.
Permasalahan gizi memiliki dampak yang cukup luas, tidak hanya pada kesakitan,
kecacatan, dan kematian, bahkan juga berpengaruh terhadap pembentukan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktifitas optimal. Kualitas anak dibentuk
dan ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa Balita. Pemenuhan gizi ibu
selama hamil sampai anak berusia di bawah 5 tahun serta pola pengasuhan yang tepat
akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi unggul.

1. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak


a. Lingkungan Keluarga
Hal-hal yang menghambat terjadinya proses makan, dapat berasal dari faktor
kejiwaan yaitu pikiran maupun perasaan, keadaan tubuhnya sendiri, faktor
makanannya, suasana tempat makan, kebersihan makanan dan tempatnya dan lain
sebagainya.
Menurut Widodo Judarwanto (2005, 21), beberapa aspek psikologis dalam
hubungan keluarga, baik antara anak dengan orang tua, antara ayah dan ibu atau
hubungan antara anggota keluaga lainnya dapat mempengaruhi kondisi psikologis
anak. Misalnya bila hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, hubungan
antara anggota keluarga lainnya tidak baik atau suasana keluarga yang penuh
perentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi akan mengakibatkan anak
mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau depresi. Hal itu
mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa membuat anak
menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga termasuk aktivitas
makanannya. Anak perlu memperoleh kasih sayang (asih), rasa aman dan
perhatian.

b. Pengetahuan Keluarga
Pengetahuan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama
dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga cara berfikir
secara ilmiah. Pengetahuan juga mengakibatkan bahwa seseorang dalam
masyarakat memilih faktor selanjutnya yang dapat menjadi pendorong bagi
perubahan. (Soekanto 1998, 27)

c. Pola pemberian makan


Orang tua sebagai pengontrol harus melihat pola makan anaknya apakah
sudah teratur ataukah sebaliknya.
Pola makan anak (Hadis 2005, 45) baik bila memenuhi tiga aspek, yaitu:
a) Aspek fisiologis
Memenuhi kebutuhan gizi untuk proses metabolisme, pertumbuhan,
perkembangan fisik dan psikomotor anak.
b) Aspek edukatif
Anak jadi pandai mengkonsumsi makanan dan memilih makanan yang
baik.
c) Aspek psikologis.
Memenuhi kepuasan atas rasa lapar dan batas pada anak.

d. Gangguan Pencernaan
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan
menelan. Keterampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di
sekitar mulut sangat berperan dalam proses makan tersebut. Pergerakan motorik
tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan
dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya
di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa
gangguan mengunyah makanan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan di sepanjang daur hidupnya
dan gizi memiliki peran besar dalam daur kehidupan manusia. Semua orang sepanjang
kehidupannya membutuhkan zat gizi yang sama, namun dengan jumlah yang
berbeda. Zat gizi yang didapatkan dari makanan, sangat dibutuhkan untuk kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan akan zat gizi berubah sepanjang daur kehidupan dan berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan masing-masing tahap kehidupan.
Gizi dalam siklus kehidupan manusia meliputi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak
balita, anak. Agar seseorang dapat tumbuh optimal pada setiap siklus kehidupan, maka
membutuhkan makanan atau gizi yang sesuai dengan ciri-ciri tumbuh kembang pada
setiap siklus tersebut. karena pada dasarnya pengaturan makanan pada setiap siklus
kehidupan manusia membutuhkan pemahaman dan ketrampilan ahli gizi terhadap
peran/fungsi zat gizi dalam tubuh dan dasar-dasar menyusun resep masakan. Kedalaman
dan keluasan bahasan meliputi angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan, faktor
yang berpengaruh pada daur kehidupan, pengaruh gizi terhadap kehamilan, masa laktasi,
bayi, anak balita, dan anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai