Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH TERAPI KOMBINASI RELAKSASI

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN


HEMODIALISA

 RAMA ARIWIJAYA
 NIM. 04021381921029

 ALIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


 FAKULTAS KEDOKTERAN
 UNIVERSITAS SRIWIJAYA
 SEPTEMBER, TAHUN 2019
 Prevalensi di  Prevalensi di
Dunia Sumatera selatan
 World Health Organization (WHO) merilis data  Jumlah pasien baru penyakit ginjal kronik di Provinsi Sumatera
pertumbuhan jumlah penderita PGK di dunia pada tahun Selatan 1287 orang, dan jumlah pasien aktif PGK di Provinsi
2013 meningkat sebesar 50% dari tahun sebelumnya dan di Sumatera Selatan berjumlah 715 orang, dikarenakan masih
Amerika angka kejadian penyakit ginjal kronik meningkat tingginya prevalensi penyakit ginjal kronik maka penanganan
sebesar 50% pada tahun 2014 dan setiap tahun 200.000 medis yang tepat adalah hemodialisa
orang Amerika menjalani hemodialisa (Hasneli, 2017)

 Prevalensi di
 Prevalensi di Palembang
Indonesia
 Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit  Dari data Dinkes kota Palembang, jumlah penderita PGK yang
Seluruh Indonesia mengatakan jumlah pasien penyakit menjalani terapi hemodialisa mengalami peningkatan yakni
ginjal teminal di Indonesia sekitar 50 orang per satu juta pada tahun 2010 sebanyak 115 orang, tahun 2011 sebanyak 121
penduduk ( Sopha, 2016). orang, pada tahun 2012 sebanyak 128 orang (Dinkes, 2013).
Dan dari tahun 2013 1 menjadi 3% di tahun 2018 (Dinkes,
2018).

2
Hasil Studi
Pendahuluan
 Berdasarkan data Dinkes kota Palembang, jumlah penderita PGK yang menjalani terapi hemodialisa mengalami
peningkatan yakni pada tahun 2010 sebanyak 115 orang, tahun 2011 sebanyak 121 orang, pada tahun 2012 sebanyak 128
orang (Dinkes, 2013). Dari tahun 2013 1% menjadi 3% di tahun 2018 (Dinkes, 2018). Dari hasil studi pendahuluan
peneliti yang melakukan studi pendahuluan terhadap pasien PGK yang melakukan hemodialisa di empat rumah sakit
yaitu, RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang pada tahun 2019 terdapat 652 (Maret-Agustus) RSUD Palembang Bari
penderita penyakit ginjal yang menjalani hemodialisa sebanyak 1248 orang (Januari-Juni 2019), Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang pada tahun 2018 tercatat 150 pasien, RS Pusri Palembang pada tahun 2019 (Januari-April) 283
orang, berdasarkan hasil prevelensi ini setelah di lakukan studi pendahuluan terdapat banyak pasien PGK yang
melakukan terapi hemodialisa, mengalami kecemasan ringan sampai sedang paling terbanyak di rumah RS Pusri
Palembang. Berdasarkan studi pendahuluan RS Pusri Palembang ditemukan bahwa sebanyak 283 orang yang
menjalani hemodialisa mengalami kecemasan dan tidak mengetahui cara mengatasi kecemasan tersebut. Pasien
mengungkapkan bahwa penyebab kecemasan tersebut diantaranya: pengalaman nyeri pada daerah penusukan fistula
saat memulai hemodialisa, ketergantungan pada orang lain, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, finansial,
ancaman kematian perubahan konsep diri, perubahan peran, lamanya hemodialisa, dan perubahan interaksi sosial
dengan ditandai: wajah memerah, jantung berdebar-debar, merasa khawatir, tidak dapat berkonsentrasi, berkeringat,
muka berkerut, bibir bergetar, dan mulut kering, saat ditanya pasien mengatakan bahawa kecemasaan ini merupakan
masalah yang harus segera diatasi segera. Dan apabila kecemasan ini tidak segera diatasi akan dapat meyebabkan
ketidakefektifan dalam pemberian pengobatan pada pasien yang mengalami hemodialisa.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 3


RUMUSAN MASALAH
 Pada penderita PGK yang memilih terapi pengganti yaitu hemodialisis harus menjalani terapi
seumur hidup. Jika tidak dilakukan maka tumpukan sisa metabolisme dalam tubuh akan terus
meningkat dan bisa menyebabkan berbagai masalah pada organ tubuh. Ketergantungan
penderita PGK ini dapat mengakibatkan berbagai masalah termasuk psikologis penderita.
Kecemasan merupakan masalah psikologis yang timbul seiring dengan dilakukannya terapi
hemodialisis pada pasien hemodialisis. Salah satu terapi yang dapat digunakan diantaranya
adalah terapi kombinasi relaksasi. Dalam pelaksanaan intervensi keperawatan perawat masih
terbilang jarang dalam menggunakan berbagai macam terapi komplementer termasuk terapi
kombinasi relaksasi. Padahal kombinasi relaksasi merupakan salah satu terapi komplementer
yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat yang rumit dalam pelaksanaannya.
 Berdasarkan fenomena yang terjadi, dapat diambil rumusan masalah yang muncul dalam
penelitian ini adalah “Pengaruh terapi kombinasi relaksasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Hemodialisa?”

4
 Tujuan Khusus
 Mengetahui distribusi frekuensi
karakteristik penderita PGK yang
menjalani hemodialisa berdasarkan umur,
jenis kelamin, pendidikan, dan lama
hemodialisa.
 Tujuan Umum
 Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan
 Tujuan dari penelitian ini pada pasien penderita penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
adalah mengetahuinya
sebelum dan seudah diberikan intervensi
pengaruh hidroterapi: rendam terapi kombinasi relaksasi pada kelompok
kaki air hangat dan pijat kaki intervensi
terhadap tingkat kecemasan  Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan
pasien hemodialisa di Rumah pada pasien penderita penyakit ginjal
Sakit Pusri Palembang. kronik yang menjalani hemodialisa
sebelum dan sesudah diberikan intervensi
refleksi kaki pada kelompok kontrol.
 Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan
pada pasien penderita penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
sesudah diberikan intervensi terapi
kombinasi relaksasi pada kelompok
intervensi dan refleksi kaki pada kelompok 5
kontrol.
 Konsep dasar penyakait ginjal kronik
 Konsep dasar hemodialisa
 Konsep dasar kecemasan
 Terapi kecemasan
 Jurnal terkait

6
7
8
9
 DESAIN PENELITIAN

 Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan


menggunakan rancangan penelitian quasy experimental dengan
terkait pretest-posttest control group design yang bertujuan
untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan pada
kelompok subjek yang mendapat intervensi sebelum dan
sesudah dan di bandingkan pada kelompok kontrol (Nursalam,
2016). Dalam penelitian ini rendam kaki air hangan dan pijat
kaki merupakan variabel independen, sedangkan kecemasan
merupakan variabel dependen

10
 Sampel

 Populasi Kasus  Besar sampel pada penelitian ini ditentukan


berdasarkan rumus pengambilan sampel
 Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri menggunakan rumus :
dari : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2015). Menurut Notoadmodjo (2012),
populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang
diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu terdapat 283
pasien.

Berdasarkan perhitungan di samping, maka


didapatkan sampel sebanyak 18 responden untuk
setiap kelompok. Untuk menghindari kurangnya
jumlah sampel maka dari perhitungan tersebut
ditambah 10% dari jumlah sampel, sehingga
sampel dalam penelitian ini sebanyak 2
responden. Jadi, jumlah sampel tiap kelompok
adalah 20 responden sehingga jumlah seluruh
sampel adalah 40 responden

11
 Adapun kriteria
Kriterian inklusi
inklusi, yang ditetapkan
ekslusi, drop out peneliti dalam pengambilan sampel antara lain:
 Pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa rawat jalan yang bersedia untuk
menjadi responden
 Pasien mengalami cemas ringan atau sedang sebelum dan selama proses dilakukan hemodialisa.
 Usia pasien 45-60 tahun.
 Pasien dengan tingkat kesadaran composmentis.
 Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
 Pasien menggunakan terapi farmakologi anti kecemasan atau antidepresan dan terapi penurun kecemasan lainnya.
 Pasien PGK dengan penyakit komplikasi.
 Pasien PGK yang memiliki tekanan darah rendah, dan penderita diabetes.
 Pasien PGK dalam kondisi terserang penyakit menular dan dalam kondisi berpenyakit kulit dimana terdapat jejas, luka baru, cedera
akibat kecelakaan atau aktivitas lainnya.
 Pasien PGK yang sedang menderita fraktur tibia.
 Pasien PGK yang sedang menderita tumor ganas/ kanker pada kaki.
 Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah:
 Pasien menolak untuk melanjutkan terapi secara penuh.
 Pasien mengalami penurunan kesadaran.

12
 Cara Pengumpulan Data

• Wawancara
• Rekam medis

 Jenis Data
 Alat Pengumpulan Data
• Data Primer
• Data Sekunder
• Kuesioner
• Checklist

13
Editing
 Editing

01
dimaksudkan  Coding
untuk melakukan
pengecekan ulang
02
terhadap  Pada tahapan ini
dilakukan  Entry dan
kelengkapan,
kesinambungan,
serta konsistensi
pengkodean data
untuk
 Dimaksudkan
Processing 03
isian kuesioner. memudahkan
memasukkan data
Cleaning
peng-entry-an
serta analisis data. yang telah di-
coding ke dalam


04
Data yang telah dimasukkan ke dalam software
program komputer
statistik untuk komputer statistik akan dilakukan pengecekan
selanjutnya ulang guna melihat jawaban apakah sudah
dianalisis. relevan atau belum terhadap pertanyaan.
Apabila terdapat data yang tidak sesuai,
sebelum menganalisis data dilakukan
perbaikan terlebih dahulu untuk menghindari
missing data. 14
 Analisis Data Univariat
 Analisis Data Bivariat

 Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan  Analisis bivariat pada penelitian digunakan untuk
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini hanya mengetahui pengaruh terapi kombinasi relaksasi terhadap
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap tingkat kecemasan menggunakan uji statistik non
variabel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini variabel parametrik uji Marginal Homogeneity dengan tingkat
yang akan dianalisis menggunakan analisis univariat kepercayaan 5% (0,05) untuk mengetahui makna perbedaan
distribusi frekuensi karakteristik penderita PGK yang kecemasan pada kedua kelompok menggunakan uji Mann-
menjalani hemodialisa berdasarkan umur, jenis kelamin, Whitney.
pendidikan, dan lama hemodialisa

15
HASIL

The Power of PowerPoint | thepopp.com 16


The Power of PowerPoint | thepopp.com 17
The Power of PowerPoint | thepopp.com 18
The Power of PowerPoint | thepopp.com 19
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
SIMPULAN DAN SARAN sebagai sumber informasi mengenai pengaruh Terapi
Kombinasi Refleksi dalam mengatasi kecemasan pada
penderita PGK yang menjalani hemodialisis.
- Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat
Bagi Bidang Keperawatan RS Pusri
kecemasan penderita PGK yang menjalani
Diharapkan terapi dari hasil penelitian ini dapat
hemodialisis sebelum dan sesudah pada kelompok
diterapkan oleh perawat dalam melakukan intervensi
intervensi dengan p value sebesar 0,007 (p<0,05)
keperawatan pada penderita PGK yang menjalani
- Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
hemodialisis sebagai salah satu alternatif terapi
tingkat kecemasan penderita PGK yang menjalani
penurun kecemasan.
hemodialisis sebelum dan sesudah pada kelompok
kontrol dengan p value sebesar 0,317 (p>0,05)
Bagi Peneliti Selanjutnya
- Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti
kecemasan penderita PGK yang menjalani
tentang hormon kecemasan, kadar hormon kecemasan
hemodialisis sebelum dan sesudah pada kelompok
di dalam darah, dan mengkaji aspek psikososial yang
intervensi dan kelompok kontrol dengan p value
lebih mendalam. hasil penelitian ini juga dapat
sebesar 0,013 (p<0,05). Hal ini menunjukkan
dijadikan referensi penelitian selanjutnya sehingga
bahwa ada pengaruh Terapi Kombinasi Relaksasi
dapat menghasilkan penelitian yang lebih variatif dan
terhadap tingkat kecemasan pada penderita PGK
aplikatif untuk menurunkan kecemasan pada penderita
yang menjalani hemodialisa.
The Power of PowerPointPGK yang menjalani hemodialisis.
| thepopp.com 20
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai