Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN

HEMODIALISA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

Novi Yayang Ardianto


Email : ayardian@gmail.com

Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 2019

Abstrak
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kondisi menurunnya fungsi ginjal yang
irreversible sehingga dapat mengakibatkan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur yang
berdampak pada hemodialisa. Penelitian ini mendeskripsikan hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur pasien hemodialisa di di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Desain
penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan
total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 112 responden. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner tingkat kecemasan dan kualitas tidur. Analisa data menggunakan uji
Chi Square. Analisa univariat gambaran tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa
didapatkan hasil 72 responden (64,3%) mengalami kecemasan ringan dan gambaran kualitas
tidur pada pasien hemodialisa didapatkan hasil 76 responden (67,9%) mendapatkan kualitas
tidur baik. Analisa bivariat hasil penelitian menunjukan bahwa p value sebesar 0,001 < 0,05,
sehingga H0 ditolak yang berarti ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
pasien hemodialisa di di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Diharapkan penelitian ini
dapat menjadi bahan masukan bagi profesi keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara holistik bio-psiko-sosial pada pasien gagal ginjal kronik dapat
mengurangi kecemasan dan gangguan tidur.
Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Kualitas Tidur, Hemodialisa
Pustaka : 12 buku, 21 jurnal, skripsi

PENDAHULUAN angka kejadian GGK di seluruh dunia


Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) mencapai 10% dari populasi, sementara
merupakan kondisi menurunnya fungsi itu pasien GGK yang menjalani
ginjal yang ireversible. Pasien dikatakan hemodialisis diperkirakan mencapai 1,5
mengalami gagal ginjal kronik (GGK) juta orang di seluruh dunia (Adegustina,
apabila terjadi kerusakan pada parenkim 2017). Data Indonesia Renal Registry
ginjal dengan penurunan Glomerular pada tahun 2017 terdapat 30.831 pasien
Filtration Rate (GFR) yakni < 60 baru gagal ginjal yang menjalani dialisis
ml/menit/1,73 m2. GGK terjadi secara dan 77.892 merupakan pasien aktif. Pasien
progresif akibatnya massa yang ada di gagal ginjal kronik yang berada di Jawa
ginjal tidak bisa lagi mempertahankan Tengah terdata 2.488 yang merupakan
lingkungan internal tubuh (Varisella, 2016). pasien baru (Indonesia Renal Registry,
Data World Health Organization 2017). Berdasarkan data studi pendahuluan
(WHO) tahun 2015 mengemukakan bahwa
pasien hemodialisa tahun 2018 di RSUD al., 2010. Merlino, et al., 2006; Sabry, et
Kraton Kabupaten Pekalongan berjumlah al., 2010 Musci, et al., 2004; Merlino, et al.,
112 dan sudah diperbaharuhi pada tahun 2006;Pe rl J,et al.,2006; Kosmadakis &
2019 menjadi 120 pasien, RSI PKU Sabry, et al., 2010. Merlino, et al., 2006;
Muhammadiyah Pekajangan 55 pasien dan Perl J, et al., 2006; Kosmadakis &
RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan Medcalf, 2008).
berjumlah 23 pasien. Selain dari faktor biologis yang
Hemodialisis adalah metode terapi disebutkan diatas terdapat faktor lain yang
dialisis yang digunakan untuk dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien
mengeluarkan zat - zat atau cairan dari hemodialisa, diataranya faktor yang
dalam tubuh saat ginjal sudah tidak mampu diduga memiliki hubungan yang
melaksanakan fungsinya (Muttaqin, & Sari, signifikan dengan terjadinya gangguan
2011). Hemodialisis dapat memperpanjang tidur pada pasien hemodialisis adalah
usia, namun tindakan ini tidak akan bisa faktor biologis meliputi penyakit penyebab
mengembalikan fungsi ginjal (Wahyuni, et gagal ginjal kronik (hiperkalemia,
al, 2014). Pasien gagal ginjal kronik perikarditis, hipertensi, anemia serta
yang menjalani hemodialisis akan penyakit tulang), adekuasi nutrisi,
mengalami kecemasan yang disebabkan keseimbangan kalsium dan fosfat
oleh berbagai stressor, diantaranya (Sabbatini, 2004 & Musci, 2004; Sabry,
pengalaman nyeri pada daerah penusukan 2010 Laily, Juanita & Siregar, 2015).
saat memulai hemodialisis, masalah Sulitnya mempertahankan tidur dan
finansial, kesulitan dalam tidak dapat tidur secukupnya
mempertahankan masalah pekerjaan, mengakibatkan seorang pasien
dorongan seksual yang menghilang, hemodialisa terbangun sebelum dia
depresi akibat penyakit kronis serta mendapatkan tidur yang cukup. Sehingga
ketakutan terhadap kematian (Asri, 2017). dapat menyebabkan pasien mengalami
Adapun respon kecemasan secara beberapa konsekuensi, diantaranya rasa
biologis yang muncul pada pasien kantuk di siang hari, perasaan depresi,
hemodialisa seperti rasa khawatir, firasat kurang energi, gangguan kognitif,
buruk, takut, mudah tersinggung, tegang, gangguan memori, cepat marah, disfungsi
gelisah, tidak tenang, mudah terkejut, psikomotor dan penurunan kewaspadaan
gangguan kosentrasi dan daya ingat, mimpi serta konsentrasi (Varisella, 2016).
– mimpi buruk dan gangguan pola tidur ( Berdasarkan studi pendahuluan yang
Argitya, 2010). Gangguan tidur dialami dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28
setidaknya 50-80% pasien yang menjalani Januari 2019 di RSUD Kraton Kabupaten
hemodialisis. Gangguan tidur yang umum Pekalongan dengan melakukan wawancara
dialami diantaranya adalah Restless Leg kepada 5 responden pasien hemodialisa
Syndrom (RLS), Sleep Apne (SA), didapatkan data dimana 3 responden
Excessive Daytime Sleepines (EDS), menyatakan mengalami respon kecemasan
narkolepsi, tidur berjalan dan mimpi buruk, seperti takut saat penusukan akses dialisis,
serta insomnia yang memiliki pravelensi takut jika gagal penusukan akses dialisis
yang paling tinggi pada populasi pasien serta mereka selalu memikirkan
dialisis (Sabbatini, et al., 2002; Novak M, penyakitnya, karena memikirkan
2006, Pai MF, et al., 2007; Al-Jahdali, et penyakitnya sering mengalami kecemasan
dan serta mengalami gangguan tidur seperti Kabupaten Pekalongan berjumlah 120
tidurnya sering terbangun pada malam hari, pasien.
gangguan tidur tersebut diakibatkan rasa
Teknik sampling dalam penelitian ini
yang tidak nyaman pada tubuhnya, badan
menggunakan total sampling yaitu semua
terasa nyeri, serta merasakan lelah.
pasien gagal ginjal yang menjalani
Berdasarkan uraian diatas penulis
hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten
tertarik melakukan penelitian berjudul
Pekalongan dengan jumlah 120 pasien
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
dengan jumlah pasien yang sudah
Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik
tereksklusi sebanyak 8 responden dengan
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
alasan 4 pasien menolak menjadi
RSUD Kraton kabupaten Pekalongan.
responden, 3 pasien mengalami
Berdasarkan latar belakang diatas
kontraindikasi hemodialisa, 1 pasien
maka dapat dirumuskaan masalah
berumur < 18 tahun sehingga sampel
penelitian adalah sebagai berikut “Apakah
menjadi 112 pasien hemodialisa.
ada hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pasien hemodialisa di RSUD Alat yang digunakan dalam penelitian
Kraton Kabupaten Pekalongan?” adalah dalam bentuk kuesioner Lembar
Tujuan umum pada penelitian ini kuesioner bagian pertama adalah
Mengetahui hubungan tingkat kecemasan instrument tingkat kecemasan Zung Anxiety
dengan kualitas tidur pasien hemodialisa di Self-Assessment Scale (ZSAS). Setiap
RSUD Kraton kabupaten Pekalongan. pertanyaan dinilai 1 - 4 dengan pilihan
jawaban 1: tidak pernah, 2: kadang-kadang,
METODE PENELITIAN 3: sering, 4: selalu.

Desain penelitian ini menggunakan Lembar kuesioner bagian kedua


desain deskriptif korelasi yaitu desain menggunakan kuisioner kualitas tidur
penelitian untuk menelaah hubungan antara pasien hemodialisa Pittsburgh Sleep
dua variabel pada suatu situasi atau Quality Index (PSQI). Penilaian pada
sekelompok objek (Notoatmodjo 2010, masing – masing pertanyaan terdiri dari 0 –
h.35). Penelitian ini bertujuan mengetahui 3 penilian PSQI di nilai dengan
hubungan tingkat kecemasan dengan penjumlahan total skor dari komponen 1 –
kualitas tidur yang menjalani hemodialisa 7.
di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
Dalam penelitian yang dilakukan ini,
Pendekatan yang digunakan dalam
analisis univariat digunakan untuk
penelitian ini adalah cross sectional dimana
mendeskripsikan tingkat kecemasan dan
data yang menyangkut variabel bebas atau
kualitas tidur pasien hemodialisa.
resiko dan variabel terikat atau variabel
akibat, akan dikumpulkan dalam waktu Analisis bivariate pada penelitian yang
yang bersamaan (Notoatmodjo 2010, h.37). dilakukan ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara tingkat kecemasan pasien
POPULASI DAN SAMPEL hemodialisa sebagai variabel bebas
Populasi dari penelitian ini adalah (independent ) dan kualitas tidur pasien
semua pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa sebagai variabel terikat (
hemodialisa yang terdapat di RSUD Kraton dependent). Skala pengukuran yang
digunakan adalah ordinal untuk tingkat Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan
kecemasan dan nominal untuk kualitas pada Pasien Hemodialisa di RSUD
tidur. Maka peneliti akan menggunakan uji Kraton Kabupaten Pekalongan Tahun
2019 (n=112)
chi square / kai kuadrat menggunakan
Tingkat kecemasan Jumlah %
program komputer.Hasil analisa tersebut di
dapatkan hasil: Bila ρ value ≤ α (0,05), Ho Kecemasan Ringan 72 64.3
di tolak maka ada hubungan antara tingkat Kecemasan Sedang 40 35.7
Jumlah 100
kecemasan dengan kualitas tidur pasien
hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan.
Tabel 5.3
HASIL PENELITIAN DAN Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
PEMBAHASAN Pasien Hemodialisa di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan Tahun 2019
Hasil Penelitian (n=112)
Kualitas Tidur Jumlah %
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karekteristik Kualitas Tidur Baik 76 67.9
responden pasien hemodialisa di RSUD Kualitas Tidur Buruk 36 32.1
Jumlah 112 100
Kraton Kabupaten Pekalongan tahun
2019 (n=112

Variabel F %
Tabel 5.4.
Umur Hubungan Tingkat kecemasan dengan
15 - 24 tahun 1 0.9 Kualitas tidur Pasien Hemodialisa di
25 - 34 tahun 5 4.5
35 - 44 Tahun 28 25.0 RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
45 - 54 tahun 40 35.7 Tahun 2019 (n=112)
55 - 64 tahun 36 32.1
>65 tahun 2 1.8 P
Jenis Kelamin Kualitas Tidur O
Tingkat Total Va
laki – laki 69 61.6 R
Perempuan 43 38.4 kecemasan Baik Buruk lue
Pendidikan N % N % N %
SD 31 27.7 Kecemasa
SMP 31 27.7 57 50,9 15 13,4 72 64.3
n ringan
SMA 30 26.8 4.
D3/S1/S2 20 17.9 Kecemasa 0,0
20
Status Pekerjaan n sedang 19 17 21 18,7 40 35.7 01
0
Wiraswasta 27 24.1
PNS 10 8.9 Total
Buruh 28 25 76 67,9 36 32,1 112 100
Pegawai swasta 9 8
Tidak bekerja 38 33.9
Lama HD
PEMBAHASAN
Kurang Dari 36 Bulan 44 39.3
1. Gambaran Karakteristik Responden
Lebih Dari 36 Bulan 68 60.7
Akses Vaskuler Berdasarkan hasil penelitian
Brachialis & Femoralis 50 44.6 didapatkan karakteristik Responden pada
Cimino/Av Fistula 51 45.5
CDL (Cateter Doble Lumen) 11 9.8 112 responden yang di RSUD Kraton
Total 112 100
Kabupaten Pekalongan didapatkan hasil
karakteristik umur sebagian besar 40
responden (35,7%) berumur 45 – 54 tahun,
36 responden (32,1%) berumur 55 – 64
tahun, 28 responden (25%) berumur 35 –
44 tahun , 5 responden (4,5%) berumur 25
– 34 tahun, 2 responden (1,8%) berumur > cc/menit. Akses vaskuler yang paling
65 tahun dan 1 responden (0,9%) berumur direkomendasikan adalah Cimino /AV
15 – 24 tahun. Usia yang rentan terkena fistula ( Hidayati, 2018).
gagal ginjal pada usia 45 – 54 tahun Karakteristik jenis kelamin sebagain
dikarenakan pada usia lebih dari 40 tahun besar 69 responden (61,6%) berjenis
akan terjadi proses penurunan fungsi organ kelamin laki – laki dan 43 responden
yang akan menyebabkan perubahan (38,4%) berjenis kelamin perempuan. Jenis
anatomi, fisiologi dan biokimia sehingga kelamin pria lebih beresiko mengalami
menyebabkan penurunan kinerja ginjal gagal ginjal kronik dikarenakan pola gaya
dalam memproses dan menyaring kotoran hidup seperti kebiasaan minum-minuman
dalam darah sehingga perlunya penyaring instant dan minuman yang beralkohol yang
dari luar (Yuwono 2015). dapat merusak berbagai organ didalam
Berdasarkan status pekerjaan tubuh terutama pada ginjal (Basir, 2018).
responden terbanyak didapatkan hasil 38 Karakteristik pendidikan didapatkan hasil
responden (33,9%) tidak bekerja, 28 terbanyak 31 responden (27,7%)
responden (25%) mempunyai pekerjaan berpendidikan SD, 31 responden (27,7%)
buruh, 27 responden (24,1%) mempunyai berpendidikan SMP, 30 responden (26,8%)
pekerjaan wiraswasta, 9 responden (8%) berpendidikan SMA dan 20 responden
mempunyai pekerjaan pegawai swasta, dan (17,9%) berpendidikan D3/S1. Penelitian
10 responden (8,9%) mempunyai pekerjaan oleh Yuliaw (2009) menyebutkan bahwa
PNS. Dewi (2015) mengungkapkan bahwa pada penderita yang memiliki pendidikan
responden dianggap tidak mempunyai tinggi akan mempunyai pengetahuan
kemampuan untuk beraktifitas dan juga yang lebih luas sehingga memungkinkan
dalam hal berpendapat. Individu yang pasien dapat mengontrol diri dalam
harus menjalani HD seringkali merasa mengatasi masalah, mempunyai percaya
khawatir akan kondisi sakitnya yang diri tinggi, berpengalaman dan
tidak dapat diramalkan dan gangguan mempunyai perkiraan yang tepat, mudah
dalam kehidupannya, biasanya pasien mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh
akan mengalami masalah keuangan dan petugas kesehatan serta dapat mengurangi
kesulitan dalam mempertahankan kecemasan sehingga membantu individu
pekerjaan. tersebut dalam membuat keputusan.
Karakteristik akses vaskuler Peneliti mengasumsikan tingkat
didapatkan hasil 50 responden (44,6%) pendidikan mempengaruhi perilaku
memakai akses vaskuler brachialis dan seseorang dalam mencari perawatan dan
femoralis, 51 responden (45,5%) memakai pengobatan penyakit yang dideritanya.
akses vaskuler cimino / AV fistula dan 11 Karakteristiik Lama HD terbanyak 68
responden (9,8%) memakai akses vaskuler responden (60,7%) sudah menjalani
CDL (Cateter Duble Lumen). Terkait hemodialisa lebih dari 36 bulan dan 44
dengan perawatan pasien hemodialisis jenis responden (39,3%) sudah menjalani
akses vaskuler yang di gunakan pasien hemodialisa kurang dari 36 bulan. Hal ini
hemodialisa idealnya membutuhkan dua sesuai dengan penelitian Nurchayati (2011)
titik akses ke sirkulasi yang disebut akses yang mengungkapkan bahwa hemodialisa
vaskuler. Akses vaskular yang adekuat merupakan terapi pengganti ginjal yang
dapat mengalirkan darah minimal 200-300 digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan pasien dengan penyakit samping setelah dilakukan hemodialisa atau
ginjal stadium terminal. Seseorang yang ketergantungan hemodialisa. Semakin
telah divonis menderita gagal ginjal seseorang yang mengalami kecemasan pada
harus menjalani terapi pengganti ginjal dirinya maka kecemasan akan menjadi
seumur hidup, dan salah satu pilihannya lebih besar akan timbul pada diri seseorang
adalah hemodialisa. oleh sebab itu perlunya kemampuan diri
2. Gambaran Tingkat kecemasan pada dalam mnimbulkan koping yang baik serta
pasien Hemodialisa keyakinan pada diri responden yang
Hasil kategori tingkat kecemasan nantinya akan menimbulkan kecemasan
didapatkan kecemasan ringan sebanyak 72 akan menurun dan berperan penting dalam
responden (64,3%) responden yang menumbuhkan kepercayaan diri pada diri
terkategori kecemasan sedang sebanyak 40 responden untuk siap melakukan
responden (35,7%). Menurut Luana (2012) hemodialisa (Salmawati, 2010).
kecemasan dapat disebabkan oleh faktor
genetik, gangguan neuro biokimiawi, aspek Tingkat kecemasan sedang dimana
kepribadian, dan penyakit fisik. Ratnawati kondisi seseorang untuk memusatkan
(2011) memaparkan bahwa jenis pada masalah yang penting dan
kelamin/gender sangat berhubungan mengkesampingkan yang lain sehingga
terhadap respon penyakit, kecemasan, seseorang mengalami perhatian yang
serta penggunaan koping dalam selektif, namun dapat melakukan sesuatu
menghadapi masalah kesehatan khususnya yang terarah. Kecemasan pada tahap ini
pada pasien yang menjalani terapi responden sudah hanya memikirkan
hemodialisis. Kecemasan akan lebih bagaimana responden besok menghadapi
berat dialami oleh pasien yang baru hemodialisa dan sudah tidak memikirkan
menjalani hemodialisis dibandingkan masalah – masalah lain yang ada pada
dengan pasien yang telah lama menjalani hidupnya. Dampak pada tahap ini respon
hemodialisis. Sedangkan responden yang individu sudah tidak mau berperan dalam
mengalami cemas sedang disebabkan mengambil keputusan, atau keinginan
karena usia responden yang mayoritas untuk mengetahui sejauh mana individu
berada pada kelompok dewasa tua, dimana bisa memperkirakan kemampuan dirinya
kelompok usia ini secara fisiologis akan serta bagaimana keadaan pada dirinya
mengalami penurunan fungsi tubuh sekarang (Salmawati, 2010).
ditambah lagi dengan gangguan fisik yang 3. Gambaran Kualitas tidur Pasien
dialami oleh pasien yang akan berpengaruh Hemodialisa
terhadap responnya pada stresor ( Dalam penelitian Kualitas tidur
Salmawati, 2010). didapatkan hasil sebanyak 76 responden
Tingkat kecemasan ringan disebabkan (67,9%) mendapatkan kualitas tidur baik
dengan ketegangan dalam kehidupan sedangkan 36 responden (32,1%) mendapat
sehari-hari dan menyebabkan seseorang kualitas tidur buruk. Berdasarkan penelitian
menjadi waspada dan meningkatkan yang dilakukan oleh Rompas, (2013)
lahan persepsinya. Contohnya bahwa pasien penyakit ginjal kronik
responden yang akan menghadapi proses cenderung mengalami gangguan tidur
hemodialisa dan menghadapi rasa sakit saat dikarenakan pada pasien dengan penyakit
akan dilakukan akses serta mengalami efek tersebut juga mengalami nukturia, badan
lemah, mual dan kurang nafsu makan. Hasil uji statistik chi square yang
Kualitas tidur ini dapat dipengaruhi oleh didapat menunjukkan p value = 0,001
berbagai faktor salah satu hal yang (0,001<0,005) sehingga Ho ditolak, berarti
menjadi penyebabnya adalah adanya ada hubungan Tingkat kecemasan dengan
adaptasi penderita terhadap rutinitas terapi Kualitas tidur pasien hemodialisa di RSUD
hemodialisa yang dijalani baik bersifar Kraton Kabupaten Pekalongan. Hasil
psikologis maupun fisik (Sagala, 2015). penelitian ini sesuai dengan penelitian
Kualitas tidur pasien dapat diketahui Afdal Rahman Tahun 2015, “Hubungan
dari kesehatan responden, sudah bisa Antara Nyeri Dan Kecemasan Dengan
menerapkan kualitas tidur secara Kualitas Tidur Pada Pasien Post
subyektif, tidak mengalami latensi tidur Laparatomi Di Irna Ruang Bedah Rsup. Dr.
(kesulitan memulai tidur), kualitas tidur M. Djamilpadang “ dengan nilai p value
yang baik, efisiensi tidur yang baik , tidak 0,020 yang disimpulkan ada hubungan
mengalami gangguan tidur,serta tidak antara nyeri dan kecemasan dengan kualitas
mememiliki kebiasaan penggunaan obat- tidur pada pasien post laparatomi.
obatan dan aktivitas yang dapat Ada dua faktor yang mempengaruhi
mengganggu tidur serta aktivitas sehari- kecemasan yaitu faktor eksternal yaitu
hari terkait dengan tidur. Kualitas tidur ancaman integritas fisik, meliputi
yang baik bagi responden. Kualitas tidur ketidakmampuan fisiologis atau
baik dapat diketahui dan bermanfaat supaya gangguan terhadap kebutuhan dasar
responden dapat mendapatkan kualitas tidur (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan
yang baik dan efisien guna menunjang yang dilakukan) dan faktor internal yaitu
kesehatan yang baik serta kualitas tidur potensi stressor, maturitas, pendidikan
yang baik supaya responden tidak dan status ekonomi, keadaan fisik, tipe
mengalami gangguan dan gejala masalah kepribadian lingkungan dan situasi umur
kesehatan yang dapat mengganggu serta jenis kelamin (Pamungkas, 2011).
kesehatan tubuh (Nursalam 2017, hal 84). Kecemasan meningkatkan kadar
Kualitas tidur kurang disebabkan norepinefrin dalam darah melalui sistim
karena pasien kurang memperdulikan saraf simpatis, perubahan kimia ini
bagaimana pentingnya kualitas tidur pada menyebabkan kurangnya waktu tidur
pasien hemodialisa dan keperluan kualitas tahap IV NREM dan tidur REM serta
tidur yang baik untuk pasien hemodialisa. lebih banyak perubahan dalam tahap
Sehingga berdampak pasien akan tidur lain dan lebih sering terbangun.
mengalami masalah kesehatan yang (Kozier, 2010).
mengganggu kondisi respondendan proses Menurut hasil pengamatan peneliti,
hemodialisa dan jika tidak mau untuk pasien Hemodialisa yang memiliki Tingkat
mengubah pola hidup yang lebih sehat kecemasan ringan (50,9%) cenderung
sehingga kualitas kesehatan meraka dapat mengalami kualitas tidur baik. Kualitas
jauh lebih buruk (Rosdiana, 2010). tidur baik adalah bagian dari penyembukan
4. Hubungan Tingkat kecemasan dan perbaikan. Mencapai kualitas tidur
Dengan Kualitas tidur Pasien yang baik penting untuk kesehatan sama
Hemodialisa Di RSUD Kraton halnya dengan sembuh dari penyakit
Kabupaten Pekalongan (McCane & Huether dalam Potter & Perry,
2010). Kualitas tidur yang baik dapat
menghasilkan perasaan tenang di pagi hari, SIMPULAN DAN SARAN
perasaan energik, dan tidak mengeluh Simpulan
gangguan tidur. Kualitas tidur seseorang Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
dapat dianalisa melalui pemeriksaan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
laboratorium yaitu EEG yang merupakan 1. Gambaran Tingkat kecemasan pada
rekaman arus listrik dari otak ( Sari, 2017). pasien Hemodialisa didaptkan hasil
Oleh karena itu pasien gagal ginjal kecemasan ringan sebanyak 72
kronis dapat menjaga pola pikir agar tidak responden (64,3%). dan responden
merasa cemas sehingga dapat tidur dan yang terkategori kecemasan sedang
beristirahat untuk menjaga kesehatan sebanyak 40 responden (35,7%).
dirinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah 2. Gambaran Kualitas tidur pada pasien
SWT yang dijelaskan dalam Al Qur’an Hemodialisa didaptkan hasil 76
surat Asy Syu’ara ayat 78 - 81 sebagai responden (67,9%) mendapatkan
berikut kualitas tidur baik sedangkan 36
Yaitu Tuhan yang telah menciptakan responden (32,1%) mendapat kualitas
aku, maka dialah yang menunjukan aku tidur buruk.
dan tuhanku yang Dia memberikan dan 3. Ada Hubungan Tingkat kecemasan
minum kepadaku dan apabila aku sakit, Dengan Kualitas tidur Pasien
Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang Hemodialisa Di RSUD Kraton
akan mematikan aku, kematian akan Kabupaten Pekalongan dengan p value
menghidupkan aku (kembali) 0,001.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah 4. Nilai Odds Ratio 4200 maka
SWT akan memberikan kesembuhan pada disimpulkan pasien hemodialisa
kaumnya jika mereka mau berusaha dan memiliki tingkat kecemasan yang
Allah juga memberikan penyembuh rendah berpeluang 4,2 kali akan
disetiap penyakit yang ada. Berdasarkan memiliki kualitas tidur yang baik
pengamatan peneliti kesungguhan dari artinya pasien hemodialisa dengan
pasien Hemodialisa dapat dilihat dari pola kecemasan ringan memiliki kualitas
pemikiran mereka terhadap pola tidur tidur yang baik.
dalam menjalani pengobatan. Saran
Pada penelitian ini responden yang 1. Bagi profesi keperawatan
mendapatkan kecemasan sedang cenderung Diharapkan penelitian ini dapat
mendapatkan kualitas tidur buruk sebesar menjadi bahan masukan bagi profesi
21 responden (18,7%). Nilai Odds Ratio keperawatan untuk memberikan
4200 maka disimpulkan pasien hemodialisa asuhan keperawatan secara holistik
memiliki tingkat kecemasan yang rendah bio-psiko-sosial pada pasien gagal
berpeluang 4,2 kali akan memiliki kualitas ginjal kronik dapat mengurangi
tidur yang baik artinya pasien hemodialisa kecemasan dan gangguan tidur.
dengan kecemasan ringan memiliki kualitas 2. Bagi Institusi Pendidikan
tidur yang baik. Diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa lain
terkait pembelajaran mengenai tingkat
kecemasan dan kualitas tidur pada
pasien hemodialisa
3. Bagi peneliti lain Data Indonesian Renal Registry (IRR),
(2017).
Hasil dari penelitian yang telah Dewi. (2015). Hubungan Lamanya
dilakukan dapat digunakan sebagai Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup
masukan berupa data bagi Pasien Gagal Ginjal di RS PKU
pengembangan peneliti lain, sehingga Muhammadiyah Yogyakarta.
peneliti lain dapat mengembangkan Dimanti, A. (2009). ABC Kesehatan
penelitian dengan variabel dan desain Mental. Jakarta: Buku Kedokteran
penelitian yang berbeda, dengan topik EGC.
yang serupa pada pasien gagal ginjal Ghozali. (2013). Aplikasi Analisis
kronik yang menjalani hemodialisa. Multivariate dengan Program SPSS
Edisi Ketujuh. Semarang: Universitas
Diponogoro.
Daftar Pustaka Hartono. (2014). Sinopsis Organ System
Ginjal. Jakarta: KARISMA Publishing
Adegustina, P. (2017). Hubungan
Grup.
Dukungan Perawat dengan Kepatuhan
Hidayat, A.A (2009). Metode Penelitian
Hemodialisa Pasien Gagal Ginjal
Keperawatan Dan Teknik Analisis
Kronik di RSUD Kraton Kabupaten
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Pekalongan. STIKES Muhammadiyah
Hidayati.(2018). Analisis Faktor Yang
Pekajangan Pekalongan
Menyebabkan Rawat Inap Berulang
Alfiannur. (2015). Hubungan Antara
Pada Pasien Hemodialisis. Jurnal
Kecerdasan Spiritual Dengan Tingkat
Scientific Solutem, 1(1)
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal
Hutagaul. (2016). Peningkatan Kualitas
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa.
Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal
JOM, 6(2).
Kronik Yang Menjalani Terapi
Baradero, M., Dayrit, M., & Siswandi W.
Hemodialisa Melalui Psychological
(2009). Seri Asuhan Keperawatan
Intervention Di Unit Hemodialisa Rs
Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Buku
Royal Prima Medan. Jurnal Jumantik,
Kedokteran EGC.
2(1).
Basir. (2018). Gambaran Karekteristik
Ibrahim, A. (2011). Ansietas (Takut Mati)
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Cemas, Was – Was Dan Khawatir.
Menjalani Hemodialisa Di Rumah
Tanggerang: Jelajah Nusa.
Sakit Universitas Hasanuddin
Jangkup. (2015). Tingkat Kecemasan Pada
Cahyaningsih, N. D. (2014). Hemodialisis
Pasien Penyakit Ginjal Kronik (Pgk)
(Cuci Darah) Panduan Praktis
Yang Menjalani Hemodialisis di Blu
Perawatan Gagal Ginjal. Jogjakarta:
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Mitra Cendikia Press.
Jurnal e-Clinic (eCl), 3(1).
Callaghan, C.A. (2009). At A Glance Sistem
Julianty. (2015). Faktor-Faktor Yang
Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Berhubungan Dengan Tingkat
Dahlan, S. (2012). Stastistik Untuk
Kecemasan Pasien Hemodialisis Di
Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta
Rsud Dr. Pirngadi Medan. Idea
Salemba Medika.
Nursing Journal, IV(1).
Kementrian kesehatan RI. (2017). Pusat Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
data dan informasi. Jakarta selatan. Menjalani Hemodialisa RSUP H.
Kozier. (2010). Buku ajar praktik Adam Malik Medan. Jurnal Idea
keperawatan klinis. Edisi 5. Jakarta : Nursing, 4(3).
EGC Launa, dkk. (2012). Kecemasan Pada
Lestari. (2017). Gambaran Tingkat Penderita Penyakit Ginjal Kronik Yang
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Menjalani Hemodialisa Di Rs
Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Universitas Kristen Indonesia. Jurnal
Berdasarkan Kuesioner Zung Self- Media Medika Indonesia, 46(3).
Rating Anxiety Scale Di RSUD Wates. Pamungkas. (2011). Teori Dan Konsep
Martono. (2016). Monitoring Nilai Kritis Kecemasan
Tekanan Sistolik Dan Diastolik Pada Ratnawati, L. (2011). Hubungan antara
Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kronik Yang Dilakukan Hemodialisis Depresi pada Pasien Gagal Ginjal
Jenis Arteriovena Shunt Cimino Dan yang menjalani Terapi Hemodialisis di
Akses Femoral Cephalica. Jurnal RSUD dr.Abdoer Rahem Situbondo
Terpadu Ilmu Kesehatan, 6(1) Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah
Mubarak, W., & Chayatin, N. ( 2008). Pekajangan Pekalongan. (2018).
Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Bagian Rekam Medis.
Teori & Aplikasi Dalam Praktek. Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Kabupaten Pekalongan. (2018). Bagian
Muhammad, A. (2012), Serba – Serbi Rekam Medis.
Gagal Ginjal. DIVA Press: Jogjakarta. Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Kabupaten Pekalongan. (2018). Bagian
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rekam Medis.
Rineka Cipta. Rompas, A.B., Tangka, J & Rotti, J.
Nurchayati. (2011). Analisis Faktor – (2013). Hubungan Kadar Hemoglobin
Faktor Yang Berhubungan Dengan Dengan Kualitas Tidur Pasien
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Penyakit Ginjal Kronik Di Poli Ginjal
Kronik Yang Menjalanihemodialisa Di Dan Hipertensi BLU RSUP Prof. Dr.
Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap R. D. Kandou Manado. Jurnal
Dan Rumah Sakit Umum Daerah Keperawatan, 1(1).
Banyumas Rosdiana. (2010). Analisis faktor yang
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Berhubungan dengan Kejadian
Metodologi Penelitian Ilmu Insomnia pada Pasien Gagal Ginjal
Keperawatan. Jakarta: Salemba Kronik yang menjalani Hemdialisis di
Medika Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Nurhidayati. (2017). Kualitas Tidur Pasien Tasikmalaya dan Garut. Depok: UI.
Gagal Ginjal Kroonik Yang Menjalani Sagala. (2015). Analisa Faktor – Faktor
Terapi Hemodialisa Di Rumah Sakit Yang Mempegaruhi Kualitas Hidup
PKU Muhammadiyah Gombong. Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Laily, Juanita & Siregar. (2015). Menjalani Hemodialisa Di Rumah
Efektifitas Pemberian Terapi Musik Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
Instrument Terhadap Kualitas Tidur Jurnal keperawatan ilmiah, 2(2)
Salmawati. (2010). Faktor Faktor Yang Yuwono. (2015). Kualitas Hidup Menurut
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Spitzer pada Penderita Gagal Ginjal
Pada Pasien Hemodialisis Di Rumah Terminal yang Menjalani Hemodialisa di
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Unit Hemodialisis RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
Makasar. Sarjana Keperawatan
Zahrofi, D.N. (2013). Pengaruh Pemberian
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Terapi Murottal Al – Quran Terhadap
Alauddin Makassar.
Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Sari, I.K. (2017). Perbedaan Kualitas Tidur
Hemodialisa Di RS PKU
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Muhammadiyah Surakarta. Naskah di
Menjalani Terapi Hemodialisa 2 Kali
Publikasi.
dan 3 Kali di Rumah Sakit PKU
Muhamadiyah Yogyakarta. Naskah di
Publikasi.
Sasmita, D, Bayhakki & Hasanah, O.
(2015). Hubungan Antara Tingkat
Kecemasan Dengan Strategi Koping
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa. Jurnal PSIK,
2(2).
Patimah, L, Suryani & Nuraeni, A. (2015).
Pengaruh Relaksasi Dzikir terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Gagal
Ginjal Kronis yang Menjalani
Hemodialisa. STIKES Karsa Husada
Garut & Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran, 3(1).
Priyanti, D & Farhana, N. (2016).
Perbedaan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal yang Bekerja dan Tidak
Bekerja yang Menjalani Hemodialisis
di Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia.
Jurnal Ilmiah Psikologi, 7 (1).
Varisella, S. (2016). Pengaruh Terapi
Relaksasi Message Terhadap Skor
Imsomnia Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis
Di RS PKU Muhammadiyah 1
Yogyakarta. Naskah di Publikasi.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). KMB 1
Keperawata Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai