Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT ANSIETAS

TERHADAP QUALITY OF LIFE PADA PASIEN HEMODIALISA


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

SKRIPSI

ROSANTI
201801083

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT ANSIETAS
TERHADAP QUALITY OF LIFE PADA PASIEN HEMODIALISA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ROSANTI
201801083

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Dukungan


Keluarga Dan Tingkat Ansietas Terhadap Quality of life Pada Pasien Yang
Memnjalani Hemodialisa adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan kedalam
daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu.

Palu, agustus 2022

Materai 10.000

Rosanti
201801083

iii
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT ANSIETAS
TERHADAP QUALITY OF LIFE PADA PASIEN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH UNDATA PALU
The relationship between family support and anxiety levels on quality of life in
hemodialysis patients at the undata palu general hospital

Rosanti, Ahmil, Sintong Hutabarat


Ilmu keperawatan. Sekolah tinggi ilmu kesehatan widya nusantara palu

ABSTRAK

Gagal ginjal kroik merupakan masalah kesehatan yang berkembang pesat pada saat ini,
angka kejadian gagal ginjal kronik di dunia lebih dari 500 juta orang dan lebih dari 2 juta
orang diperkirakan membutuhkan hemodialisa serta terus meningkat setiap tahunnya.
Bedasarkan hasil wawancara langsung kepada pasien terdapat beberapa pasien yang
mengatakan bahwa aktifitas sehari harinya masih di dukung oleh keluaganya sendiri,
sedangkan beberapa pasien yang lain mengatakan bahwa kurangnya perhatian serta
dukungan dari keluarganya, sehigga pasien yang kurang perhatian dari keluarganya merasa
cemas, memiliki harga diri rendah, merasa hidup tidak berarti, dan mengalami stres. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan tingkat ansietas terhadap
quality of life pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik pendekatan cross sectional.
Jumlah populasi sebanyak 62 orang, dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel.
Analisis data mengunakan uji chi-square. Dengan variabel independen dukungan keluarga
dan tingkat ansietas dan variabel dependen quality of life. Hasil analisis bivariat terdapat
hubungan antara dukungan keluarga terhadap quality of life dengan p-value =0,000
sedangkan hubungan tingkat ansietas terhadap quality of life. pada pasien yang menjalani
terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dengan p-value=0,033.
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat
ansietas terhadap quality of life terhadap pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Saran
dari penelitian ini diharapkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan penuh kepada
pasien agar dapat membantu pasien gaggal ginjal kronik agar menerima kondisinya.

Kata Kunci : Dukungan, Ansietas, Quality Of Life

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT ANSIETAS


TERHADAP QUALITY OF LIFE PADA PASIEN HEMODIALISA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

SKRIPSI

ROSANTI
201801083

Tanggal Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ahmil S.Kep.,Ns.,M.Kes Sintong Hutabarat, ST.,Msc


NIK.20150901051 NIK.20210901123

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep.,M.Erg


NIK. 20110901019

v
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dan izinkanlah penulis menghaturkan
sembah sujud sedalam-dalamnya serta terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada orang tua tercinta yaitu Rahli Ahmad dan ibunda Suharni, kakak-
kakak saya Renaldi, Rosinta, Armanto serta adik saya Nur Atifa. serta pihak-pihak
yang sangat membantu atas semua doa, dorongan semangat, inspirasi, serta segala
bantuan baik moril maupun materilnya selama studi yang senantiasa ikut menemani
setiap mata kuliah yang penulis jalani.
Tema yang di pilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama 2 minggu Juli
2022 ini ialah “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Ansietas Terhadap
Quality of life Pada Pasien Yang Memnjalani Hemodialisa ”
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima
bimbingan, bantuan, dorongan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Widyawaty Situmorang, M.H., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Widya
Nusantara Palu.
2. Bapak Dr. Tigor H.Situmorang, M.H., M.Kes., selaku Ketua STIKes Widya
Nusantara Palu.
3. Ns.Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg., selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Widya Nusantara Palu..
4. Ahmil S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku pembimbing 1 yang telah memberikan
masukkan dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini.
5. Sintong Hutabarat ST.,Msc selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam perbaikan skripsi ini.
6. Ns.Wahyu Sulfian S.Kep.,M.Kes selaku Penguji utama yang telah memberikan
kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
7. Direktur RSUD Undata Palu yang telah memeberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di RSUD Undata palu.

vi
8. Kepala Ruangan Dan Perawat di ruangan Hemodialisa RSUD Undata Palu atas
bantuan dan kerja samanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan sesuai
waktu yang terlah ditetapkan.
9. Responden di ruangan Hemodialisis yang telah bersedia terlibat dalam penelitian
ini.
10. Dosen Pengajar dan Staf akademik pada Program Studi Ners STIKes Widya
Nusantara Palu yang telah banyak memberikan pengetahuan dan bimbingan
selama mengikuti perkuliahan.
11. Keluarga besar Rahli Ahmad & Suharni Nurdin H.Mahdjun yang sudah
memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 18 Keperawatan, kelas B keperawatan,
Mutmainnah Namri, Siti Hasmayuni, Siska Maudy Putri, Elsa Yulianti, Abd
Ghani, Ibrahim Kadir, Moh.Dur Sule, Yohanes Tumewu, Rivaldi Nardi, selalu
mengingatkan penyusunan skripsi ini dan berjuang mengikuti proses
penyelesaian studi, terima kasih atas dukungan, semangat dan doa yang di
berikan.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu
pengetauhan, khusunya di bidang ilmu keperawatan.
Palu, Agustus 2022

Rosanti
201801083

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
LEMBAR PENGESAHAN v
PRAKATA vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 23
C. Hipotesis 23
BAB III METODE PENELITIAN 24
A. Desain Penelitian 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian 24
C. Populasi dan Sampel 24
D. Variabel Penelitian 25
E. Definisi Operasional 25
F. Instrumen Penelitian 27
G. Teknik Pengumpulan data 28
H. Analisis Data 29
I. Bagan Alur Penelitian 32

viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33
A. Hasil 33
B. Pembahasan 40
BAB V SIMPULAN DAN SARA
A. Simpulan 50
B. Saran 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentan Respon Kecemasan


Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Gambar 4.1 Gambar Profil UPT. RSUD Undata Palu

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Dirtibusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,


Pekerjaan, Status Pernikahan, Tempat Tinggal, Dan Pendidikan.Di
RSUD Undata Palu.

Table 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga di


RSUD Undata Palu

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan di


RSUD Undata Palu

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualiats Hidup di RSUD


Undata Palu

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Quality of


life Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa
Di UPT. RSUD Undata Palu

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Kecemasan Terhadap Quality of life


Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di
UPT. RSUD Undata Palu

xi
LAMPIRAN

1. Surat Pengambilan Data Awal di RSUD Undata

2. Surat Balasan Pengambilan Data Awal di RSUD Undata

3. Kuesioner

4. Surat Izin Penelitian di RSUD Undata

5. Informed consent

6. Dokumentasi Penelitian

7. Surat Balasan Selesai Penelitian di RSUD Undata

8. Hasil Olah Data

9. Lembar Bimbingan Proposal/Skripsi

10. Riwayat Hidup

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kroik merupaan masalah kesehatan yang berkembang


pesat, diperkirakan sekitar 11% atau 19,2 juta orang di Amerika serikat
mengalami gagal ginjal kronis1.
Berdasarkan data Word Health Organization (WHO)2. pada
angka kejadian gagal ginjal di dunia lebih dari 500 juta orang dan lebih
dari 2 juta orang diperkirakan membutuhkan hemodialisa serta terus
meningkat setiap tahunnya. Dan di perkirakan pula bahwa pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa (HD) di prediksikan mencapai
1,5 juta pasien jumlah ini terus meningkat 8% setiap tahunya. Gagal ginjal
kronik menduduki urutan ke-20 di dunia sebagai penyakit angka kematian
tertinggi.
Menurut Survei Dasar Kesehatan (RISKESDAS) yang dilakukan
oleh dr.Siswanto prevalensi PGK sebanyak 499.800 orang (2%) dan
tertinggi di Maluku dengan 4351 orang (0,47%) menderita PGK.
Sedangkan prevalensi pasien GGK yang menjalani terapi Hemodialisa di
Indonesia mencapai 15.424 pada tahun 2015 dan Berdasarkan data
Indonesian Renal Register tahun 2017, pasien GGK yang menjalani
Hemodialisa meningkat menjadi 77.892 pasien3. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar di Provinsi Sulawesi Tengah dengan kejadian penyakit
ginjal kronik yaitu sebesar 7.847 (0,52%)4.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arehentari dkk5.
menunjukkan bahwa pasien dengan gagal ginjal kronik lebih rentan
terhadap masalah psikologis. Beberapa dampak atau resiko yang dialami
oleh pasien GGK yang menjalani hemodialisa yaitu dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, meningkatkan stresss kecemasan, dan juga berdampak
buruk pada kualitas hidup pasien hemodialisa.
2

Pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa


memiliki kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan individu pada
umumnya, hal ini dikarenakan pasien HD cenderung mengalami
komplikasi seperti kekurangan gizi, peradangan dan depresi 6. Kondisi
tersebut tentu saja menimbulkan masalah seperti perilaku penolakan, rasa
tidak berdaya, putus asa, marah, cemas, perasaan takut bahkan bunuh diri7.
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa akan
mengalami kecemasan selain dari penyakit gagal ginjal itu sendiri, biaya
hemodialisa yang cukup mahal disebabkan serta penderitaan yang suda
lama dialaminya sepanjang hidupnya hingga mendapatkan ginjal baru juga
menyebabkan kecemasan pada pasien bertambah8. Menurut penelitian
Patimah dkk9. cemas adalah respon emosional yang tidak menyenangkan
terhadap berbagai jenis stresssor yang jelas dan tidak teridentifikasi, yang
ditandai dengan perasaan takut, khawatir dan rasa terancam, sehinga
sangat dibutuhkan dukungan sosial dari keluarga terhadap pasien.
Kehadiran keluarga disamping penderita saat hemodialisis salah
satu sumber dukungan paling utama. Dukungan keluarga dapat menjadi
pencegah efek negatif stresss pada proses pengobatan, Keluarga di anggap
sebagai faktor penting dalam memecahkan masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kualitas hidup seperti menurunkan kecemasan 3.
Dukungan keluarga juga dapat menjaga status kesehatan penderita dapat
merasakan tidak sendiri, dan menerima nasehat untuk kesan yang baik
pada dirinya10. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasution dkk11
menjelaskan bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisa serta mendapatkan diharapkan dapat mengatasi efek
psikologis dari stresssor lingkungan seperti individu tidak mendapat
dukungan keluarga. Semakin besar dukungan keluarga, semakin tinggi
penerimaan penyakit dan semakin panjang harapan hidup pasien12.
Berdasarkan data Rekam Medik yang di peroleh di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu, dan keterangan dari petugas medis di unit
hemodialisa prevalensi penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa pada tahun 2019, ada 7.512 kunjungan, dan tahun 2020
3

sebanyak 8.180 kunjungan, terjadi peningkatan pada tahun 2021, sebanyak


8.928 kunjungan, untuk jumlah kunjungan dihitung dari jumlah setiap
pasien dalam melakukan terapi dalam setahun, setiap seminggu satu
pasien yang melakukan terapi hemodialisa sebanyak 3 kali. Dari data di
Unit Hemodialisa RSUD Undata Palu diperoleh jumlah pasien yang rutin
menjalani terapi hemodialisa selama tahun 2021 sebanyak 62 orang.
Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yang dilakukan 2-3 kali
seminggu selama 4-5 jam untuk membuang sisa-sisa metabolisme protein
dan menghilangkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Hasil Wawancara peneliti terkait pengumpulan data awal pada 10
pasien hemodialisa, terdapat 4 pasien mengatakan bahwa aktivitas sehari-
harinya masih didukung oleh anggota keluarga sedangkan 6 pasien
mengatakan bahwa kurangnya perhatian dan dukungan dari kelurga serta
pasien merasa cemas, memiliki harga diri rendah, merasa hidup tidak
berarti, stresss, ibadah yang tidak teratur, pasien tidak bisa mencari nafkah,
tidak bisa berkumpul bersama keluarga seperti biasanya serta tidak dapat
berinteraksi di lingkungan masyarakat.
Maka dari masalah yang telah diuraikan diatas Peneliti sangat ingin
melakukan Penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dan
Tingkat Ansietas Terhadap Quality of life Pada Pasien Yang Menjalani
terapi hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas


maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
“Apakah ada hubungan antara Dukungan Keluarga Dan Tingkat Ansietas
Terhadap Quality of life pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu’’?.
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan
keluarga dan tingkat ansietas terhadap quality of life pada pasien yang
menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu.
2. Tujuan khusus
a. Teridentifikasinya dukungan keluarga pada pasien yang menjalani
terapi Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
b. Teridentifikasinya tingkat ansietas pada pasien yang menjalani
terapi Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
c. Teridentifikasinya quality of life pada pasien yang menjalani terapi
Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
d. Teranalisisnya hubungan dukungan kelurga terhadap quality of life
pada pasien yang menjalani terapi Hemodialisis di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu
e. Teranalisisnya hubungan tingkat ansietas terhadap quality of life
pada pasien yang menjalani terapi Hemodialisis di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi
Hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan tambahan
pengetahuan dan wawasan serta informasi tentang pentingnya
dukungan keluarga terhadap tingkat ansietas dan quality of life
(kualitas hidup) pada pasien yang menjalani terapi Hemodialisis di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi lebih dalam
mengenai terapi Hemodialisis di Rumah sakit Umum Daerah Undata
Palu
5

3. Bagi instansi tempat meneliti Diharapkan mampu meningkatkan


pelayanan kesehatan tentang terapi hemodialisis di Rumah Sakit
Umum Undata Palu”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep dukungan keluarga

a. Definisi keluarga
Keluarga ialah dua atau lebih individu yang saling ketergantungan
antara satu dengan yang lainnya, baik dukungan secara emosional,
fisik, finansial, dan anggota yang mengakui dirinya 13. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Keluarga yaitu ibu dan bapak beserta
anak-anaknya di dalam satu rumah yang sama beserta kerabat14.
Keluarga merupakan sesuatu yang bisa menjadi sistem pendukung
sehingga pasien dapat dengan baik stresss yang terkait dengan
masalah fisik, psikologis dan sosial yang dihadapinya. Pasien yang
merasa kurang mendapat dukungan dalam keluarganya akan
berdampak pada kualitas hidupnya karena mempengaruhi
perkembangan harga diri, motivasi yang kurang terhadap
kesehatannya, kurangnya bantuan perawatan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari pasien dalam keluarga, mengakibatkan kualitas
hidup pasien semakin memburuk15.
Keluarga adalah sekelompok orang di mana setiap anggota
keluarga hidup bersama dalam suatu rumah tangga sebagai hasil
perkawinan, kelahiran, atau adopsi dengan tujuan untuk menciptakan,
memelihara, memelihara, memelihara dan memajukan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial. untuk keluarga. sebagai suatu
sistem yang terdiri dari ayah, ibu, nenek dan seluruh anggota keluarga
yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama.16.
Keluarga adalah satu-satunya tempat penting untuk memberikan
dukungan kepada pasien dan keluarga, pelayanan dan kenyamanan
juga merupakan hal yang paling penting untuk membantu anggota
keluarga yang sakit dalam mengubah gaya hidupnya17.

6
7

1) Tipe keluarga
Masyarakat Indonesia lebih dikenal dengan menganut
tipe keluarga tradisional, sebagai berikut:
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak (anak kandung dan anak angkat).
b) Keluarga besar meliputi keluarga inti ditambah keluarga
lain yang memiliki hubungan darah seperti kakek-nenek,
paman dan bibi.
c) Keluarga dyad adalah keluarga hanya suami istri tanpa
adanya anak.
d) Ayah, ibu dan anak adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, anak kandung dan anak angkat pada satu pihak.
e) Keluarga lanjut usia adalah keluarga yang terdiri dari suami
istri yang berusia ke atas18.
2) Fungsi keluarga
Ada 5 Fungsi keluarga antara lain sebagai berikut :
a) Fungsi efektif, merupakan fungsi internal keluarga dalam
penuhnya keperluan psikososial, saling mengurus dan
memberikan kasih sayang, menerima dan memberikan
dukungan.
b) Fungsi sosialisasi, Merupakan suatu teknik rangkaian dan
transformasi tungggal keluarga, area anggota keluarga
bersosialisasi dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c) Fungsi reproduksi, yaitu peran keluarga melanjutkan
keturunannya dan penambahan SDM.
d) Fungsi ekonomi, yaitu fungsi keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, baik sandang, pangan, dan papan.
e) Fungsi perawatan keluarga, yaitu kesanggupan keluarga
dalam mengasuh anggota keluarganya yang sakit19.
3) Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan dapat dibagi menjadi 5
tugas keluarga yaitu sebagai berikut :
8

a) Pelayanan kesehatan gangguan memberikan informasi


kepada setiap anggota. Kesehatan yaitu kebutuhan keluarga
yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan
semuanya sia-sia. Kebutuhan akan kesehatan muncul dari
semua kenyamanan dan sumber daya rumah. Orang tua
perlu mengetahui tentang status kesehatan, sehingga jika
mereka menemukan adanya perubahan dalam keluarga
anggota keluarga, mereka harus segera pergi. Perubahan apa
yang terjadi, apa yang telah terjadi dan bagaimana hal-hal
dilakukan.
b) Membuat keputusan tentang pengambilan langkah keluarga
terhadap hal baik untuk kesehatan. Untuk itu upaya utama
keluarga untuk diterapkan saat minta tolong harus realita
dengan keadaan keluarga, yang mana dari yang terlihat
cenderung dalam memutuskan untuk melakukan tindakan
keluarga. Upaya kesehatan keluarga dianggap tepat untuk
mengurangi atau bahkan mengatasi masalah kesehatan. Jika
keluarga memiliki keterbatasan, mereka mencari bantuan
dari orang-orang dilingkungan keluarga.
c) Merawat keluarga yang sakit atau tidak. Perawatan bisa
dilakukan dirumah jika keluarga mampu mengambil
langkah yang ambil lebih lanjut agar tidak muncul masalah
yang lebih serius.
d) Menciptakan lingkungan keluarga yang baik untuk
kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga.
Keluarga memiliki peran suportif bagi keluarga yang sakit.
dan perlu mengambil langkah-langkah yang baik untuk
melindungi kesehatan keluarga.
e) Menjaga hubungan timbal balik dengan pelayanan
kesehatan. Sikap positif akan berdampak positif bagi
keluarga dalam hal fasilitas kesehatan. Hubungan yang
9

positif dengan pelayanan kesehatan diharapkan dapat


mengubah perilaku kesehatan dan penyakit anggota15.
2. Konsep Dukungan Keluarga
a. Definisi dukungan keluarga
Merupakan sikap atau perilaku dan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarga yang suportif dan siap membantu bila diperlukan 20.
Dukungan sosial merupakan kondisi positif bagi individu yang
menerimanya dari orang lain yang dapat mereka percayai dan yang
mengetahui bahwa ada orang lain yang mereka hargai dan cintai 21.
b. Sumber dukungan keluarga
Dapat dibagi menjadi 2 yakni sebagai berikut:
1) Dukungan internal keluarga
Dukungan internal keluarga meliputi dukungan dari suami dan
istri.
2) Dukungan eksternal keluarga
Dukungan eksternal keluarga meliputi teman,tetangga, sekolah,
keluarga besar, pekerjaan, kelompok rekreasi, tempat, ibadah
kelompok sosial, dan nakes22.
c. Komponen Dukungan Keluarga
1) Dukungan emosional
Tentunya setiap orang membutuhkan bantuan hati yang terhubung,
dukungan ini hadir dalam bentuk semangat pesona, kepedulian,
empati, cinta, kepercayaan dan rasa hormat. Orang dengan masalah
seperti itu tidak merasa terbebani, tetapi ada orang lain yang
merawatnya, ingin mendengar semua keluhan mereka, berbelas
kasih dan peka terhadap masalah, bahkan ingin membantu mereka
sehingga mereka merasa dihargai. Gagal ginjal kronis dapat
menyebabkan masalah psikologis bagi pasien karena gagal ginjal
kronis bersifat irreversible, dan juga dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam mengontrol emosi. Jadi dukungan
keluarga, mendorong pasien untuk mengendalikan emosinya, dan
memperhatikan apa yang terjadi adalah penting.
10

2) Dukungan Instrumental
Keluarga adalah sumber dukungan yang praktis dan nyata.
Dukungan alat akan memudahkan seseorang untuk berpartisipasi
dalam kegiatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dihadapinya atau memberikan dukungan segera atas masalah yang
sedang atau sedang dihadapinya. Misalnya, peralatan yang
memadai cocok untuk meracik pasien yang membutuhkan obat-
obatan yang diperlukan. Dukungan langsung fasilitas atau jasa
seperti pinjaman atau pinjaman, bantuan pekerjaan sehari-hari,
membeli bahan makanan, mengatur transportasi, dan menyediakan
perawatan dan perhatian saat Anda sakit atau depresi.
Melakukannya akan membantu Anda memecahkan masalah.
Dukungan yang jujur paling efektif ketika orang tersebut
menghargai depresi dan menguranginya. Dukungan keluarga yang
nyata sebagai sumber daya untuk pencapaian tujuan yang praktis
dan konkrit. Dengan bantuan alat yang tepat bagi penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani cuci darah, kami berharap kondisi
mereka tetap terjaga dan terpantau sehingga kesehatannya
membaik.
3) Dukungan informasi
Dalam informasi yang menyertainya, keluarga berperan sebagai
aggregator dan distributor (distributor informasi). Informasi yang
diberikan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dialami
pasien gagal ginjal kronis selama hemodialisis, termasuk
memberikan saran, bimbingan, pendapat atau informasi lainnya.
Dukung keluarga sebagai pengumpul informasi dalam informasi
ini. Oleh karena itu, pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis memerlukan dukungan keluarga dan informasi.
4) Dukungan Penghargaan
Bentuk evaluasi yang di berikan secara individual sesuai dengan
kondisi pasien saat ini. Ulasan positif atau negatif, yang sangat
berarti bagi seseorang. Family Rewards memberikan dukungan
11

sebagai sumber dan bukti identitas keluarga, serta memberikan


umpan balik, bimbingan dan mediator dalam menyelesaikan
masalah. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi
ketika dilakukan evaluasi yang baik. Memiliki seseorang dengan
siapa mereka dapat berbicara tentang masalah mereka, yang dicapai
dengan menyampaikan keinginan baiknya kepada individu
lain,mendorong dukungan untuk ide atau perasaan seseorang, dan
membuat perbandingan positif dengan orang lain, misalnya orang
lain Itu bahagia. Dukungan keluarga dapat mengembangkan
strategi empiris alternatif yang berfokus pada aspek positif, dalam
penilaian ini, mendukung pasien dengan penyakit ginjal kronis
yang memiliki seseorang untuk diajak bicara tentang masalah
mereka ini dicapai dengan mengekspresikan harapan positif
individu terhadap individu lain, mendorong dukungan ide,
membantu pasien berperilaku baik dengan meningkatkan kesehatan
mereka. semangat dan motivasi untuk menunggu23.
3. Konsep Ansietas (Kecemasan)
a. Definisi kecemasan
Kecemasan merupakan kesan takut atau sedih yang tidak jelas
terkait dengan respon otonom (sumber tidak diketahui individu) untuk
meningkatkan kewaspadaan individu untuk mengantisipasi 24. Rasa
takut yaitu kesan takut dan tidak aman sebagai sinyal yang membuat
orang sadar suatu ancaman yang datang dan memungkinkan seseorang
untuk memilih pilihan untuk mengatasi ancaman25. Kecemasan adalah
keadaan emosional yang tidak menyenangkan dan efektif yang terkait
persepsi fisik yang mengingatkan individu akan datang bahaya26.
b. Penyebab kecemasan
Berikut ini penyebab timbunya kecemasan:
1) Faktor biologis seperti kebutuhan sehari-hari. Otak mengandung
reseptor untuk benzodiazepin, obat yang meningkatkan
penghambat neuroregulatory gamma-aminobutyric acid
(GABA), memainkan peran penting dalam mekanisme
12

kecemasan keluarga dan telah terbukti bertindak sebagai pemicu


kecemasan.
2) psikososial, adalah bahaya terhadap harga diri, kehilangan
barang berharga/orang, dan perubahan status sosial ekonomi
3) Faktor perkembangan, sesuai dengan usia perkembangan, yaitu
segala ancaman yang dihadapi selama masa kanak-kanak, remaja
dan dewasa27.
c. Berikut faktor yang dapat mempengaruhi respon kecemasan
1) Gender : panik adalah gangguan kecemasan ditandai dengan
kesehatan dan episodik. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita
dari pada pria.
2) Lingkungan
Seseorang di lingkungan asing lebih mungkin mengalami ketakutan
daripada di lingkungan tempat mereka tinggal.
3) Pengalaman
Pengalaman individu sebelumnya dalam menghadapi kecemasan
dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stresssor yang
sama, karena individu lebih adaptif atau memiliki mekanisme yang
lebih baik, sehingga tingkat kecemasannya berbeda dan mereka
lebih mudah mengekspresikan tingkat kecemasannya.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah membuat seseorang rentan
terhadap rasa takut. Tingkat pendidikan seseorang atau individu
akan mempengaruhi kemampuan berpikirnya, semakin tinggi
tingkat pendidikannya maka akan semakin mudah baginya untuk
berpikir secara rasional dan bereaksi terhadap informasi baru,
bahkan ketika mendeskripsikan suatu inovasi.
5) Perubahan
Seseorang yang lebih muda lebih mungkin untuk memiliki
gangguan kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada
orang lain yang berpikir sebaliknya28.
13

d. Jenis-jenis kecemasan
1) Kecemasan rasional
Adalah rasa takut karena suatu objek yang sangat mengancam,
seperti saat tampil di orang yang banyak. Hal ini dianggap bagian
normal dari mekanisme pertahanan dasar manusia.
2) Kecemasan irasional
Seseorang yang mengalami emosi pada saat tidak dianggap
mengancam.
3) Kecemasan Fundamental
Kecemasan yang mendasarinya ialah masalah siapa dia, tentang
apa hidupnya dan kemana arah hidupnya28.
e. Rentan respon kecemasan
Respon terhadap penyakit kesehatan digunakan respon terhadap
rasa takut, sebagai berikut29:

Gambar 2.1 Rentan Respon Kecemasan

Respon adaptif Respon Maladtif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


f. Respon terhadap kecemasan
Ada 4 respon tubuh terkait respon kecemasan adalah respon fisiologis,
respon perilaku, respon efektif dan respon kognitif30.
1) Kardiovaskuler seperti jantung yang berdebar-debar
2) Pernapasan seperti terjadinya sesak napas
3) Neuromaskuler seperti gelisah, insomnia atau susah untuk tidur
4) Gastrointestinal seperti hilangnya gairah makan
g. Tingkat kecemasan
Mengidentifikasi tingkat kecemasan dengan penjelasan dan efeknya,
yaitu sebagai berikut :
1) Kecemasan ringan
Stressss kehidupan sehari-hari. Selama tahap ini, orang tersebut
terjaga dan bidang kognitif berkembang. Kemampuan seseorang
14

untuk melihat, mendengar dan memahami lebih besar dari


sebelumnya. Stressss kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini, orang
tersebut terbangun dan mengembangkan bidang kognitif.
Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar dan memahami
lebih besar dari sebelumnya.
2) Kecemasan sedang
Dimana manusia hanya fokus pada hal-hal yang adalah penting
bahwa bidang persepsi dipersempit sehingga anda dapat melihat,
mendengar, dan menerima lebih sedikit. Seseorang memblokir area
tertentu tetapi masih mengikuti perintah saat dibutuhkan.
Dalam situasi ini setiap orang hanya fokus pada hal yang penting
untuk mempersempit persepsi sehingga melihat, mendengar, dan
menerima lebih sedikit. Sesuatu telah memblokir area tertentu,
tetapi masih menjalankan perintah saat diperlukan.
3) Kecemasan yang berat
Hal ini ditandai dengan penurunan yang signifikan dilapangan
persepsi. Fokus pada detail dan jangan memikirkan hal lain. Semua
perilaku mengurangi rasa takut dan membutuhkan banyak orientasi
untuk fokus pada area lain. 31.
4) Panik
Ketika datang ke ketakutan dan teror, beberapa orang panik tidak
bisa melakukan apa-apa tanpa bisa melakukan apa-apa. Gejala
panik meliputi peningkatan aktivitas motorik, penurunan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, penurunan
kesadaran, dan hilangnya pemikiran rasional. Orang yang panik
tidak dapat berkomunikasi atau berperilaku dengan baik. Karena
tingkat ketakutan ini tidak sesuai dengan kehidupan, ketakutan itu
tidak dapat bertahan lama. Serangan panik yang berkepanjangan
menyebabkan kelelahan dan kematian. Tetapi serangan panik dapat
diobati dengan aman dan efektif32.
15

h. Dampak kecemasan
Kecemasan dan ketakutan dapat bertahan setelah situasi yang
mengancam dan menjadi tidak pantas ketika perasaan ini melebihi
tingkat bahaya saat ini. Kekhawatiran yang berlebihan dapat
berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, bahkan berujung
pada penyakit.
Perbedaan efek kecemasan pada gejala yang berbeda, antara lain:
1) Gejala Humoris Orang bermasalah memiliki rasa hukuman dan
ancaman masalah dari sumber yang tidak diketahui. Orang dengan
kecemasan tidak bisa tidur, yang menyebabkan lekas marah.
2) Gejala kognitif
Kecemasan dapat menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran
terhadap kemungkinan hal-hal yang tidak simpatik pada diri
individu. Individu tidak memperhatikan masalah aktual yang ada,
sehingga individu sering tidak belajar atau belajar dengan tidak
efektif dan akhirnya merasa lebih cemas.
3) Gejala motorik
Orang yang mengalami ketakutan sering merasa cemas, stresss,
aktivitas motorik menjadi tidak berarti dan lalai, misalnya: Gejala
motorik yaitu stimulasi dari rangsangan kognitif yang tinggi pada
individu dan upaya untuk melindungi diri, terutama yang mereka
anggap sebagai ancaman.28.
i. Pengukuran Kecemasan
Mengukur kecemasan dapat dikenal dengan ukuran Hamilton
Anxiety Rating Scale (HRS-A) mengukur kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat, atau sangat berat. Alat ukur ini terdiri
dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok diperluas lagi
dengan gejalah tertentu. Setiap kelompok gejala mendapat skor antara
0-4, yang berarti
1) 0 = Tidak ada gejala
2) 1 = Gejala ringan
3) 2 = Gejala sedang
16

4) 3 = Gejala parah
5) 4 = Gejala sangat berat/panik
Gejala dikumpulkan dari hasil rangkuman, dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang, total hasil keseluruhan (nilai) <14 tanpa
kecemasan, 14-20 (ringan), nilai 21-27 (sedang), nilai 28-41 (parah)
dan nilai 42-56 (berat)28.
j. Strategi Pemecahan Masalah Untuk Kecemasan (Problem sloving
strategi)
Metode yang di gunakan untuk permasalah kecemasan yakni
STOP, yaitu:
1) Source (Sumber)
Mengumpulkan dan identifikasi sumber masalahnya
2) Trial and eror (Coba-coba)
Coba berbagai rencana pemecahan masalah yang dibuat, jika satu
metode gagal, coba yang lain. Yang harus dihindari adalah
perasaan putus asa dalam menghadapi kegagalan.
3) Others ( Lainya)
Mencari bantuan dari orang lain jika diri sendiri tidak dapat
melakukannya.
4) Pray dan patient (Berdoa dan bersabar)
Berdoalah kepada Tuhan karena dia maha tahu tentang segala
sesuatu didunia ini. Ia juga memberikan jalan terbaik bagi manusia
karena manusia memiliki banyak keterbatasan. Dengan berdoa,
hati, jiwa, dan pikiran seseorang menjadi tentram dan di tenangkan.
Juga harus bersabar dan berlapang dada menerima kenyataan yang
ada pada dirinya33.
4. Konsep Quality of life (Kualitas Hidup)
a. Pengertian kualitas hidup
Menurut World Healt Organization (WHO)34 Kualitas hidup di
definisikan sebagai persepsi individu tentang seseorang pria atau
wanita dalam hidup, dalam hal konteks budaya dan system nilai
dimana mereka tinggal dan hubungan dengan standar mereka hidup,
17

harapan, kesenangan dan perhatian. Dirangkum secara kompleks,


meliputi kesehatan fisik, status psikologis,derajat
kebebasan,hubungan sosial, dan hubungan dengan karakteristik
lingkungannya.
Kualitas hidup di definisikan menurut sebagai persepsi individu
terhadap posisi individu dalam kehidupan dalam konteks budaya dan
sistem nilai dimana individu tersebut hidup dalam kehidupannya.
Hubungan dengan tujuan, harapan, standar, dan kekhawatiran
seseorang35.
Kualitas hidup adalah suatu keadaan dimana pasien, apapun
penyakitnya, masi dapat merasa nyaman secara fisik, psikologis,
sosial dan spiritual dan menggunakan hidupnya secara optimal untuk
kebahagian dirinya dan orang lain36. Kualitas hidup adalah persepsi
subjek individu tentang kondisi fisik, psikis, sosial, dan lingkungan
dalam kehidupannya sehari-hari37. Donald dalam Urifah38
berpendapat bahwa kualitas hidup adalah istilah yang menunjukkan
kualitas fisik, sosial dan emosional serta kemampuan seseorang untuk
melakukan tugas sehari-hari.
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang dalam
konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat tinggal
seseorang dan berhubungan dengan tujuan, harapan, norma, dan
perhatian selama hidupnya. 39.
Kualitas hidup individu yang satu akan berbeda dengan individu
yang lain, hal ini tergantung dari definisi atau interpretasi masing-
masing individu untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik,
Kualitas hidup akan sangat rendah jika aspek kualitas hidup itu
sendiri belum terpenuhi40. Kualitas hidup adalah sesuatu yang
subjektif dan multidimensi berarti kualitas hidup dipertimbangkan
secara holistik dari semua aspek kehidupan seseorang meliputi aspek
biologis/fisik, psikologis, sosial budaya dan spiritual. Dari berbagai
gambaran kualitas hidup diatas dapat diketahui bahwa kualitas hidup
dalam konteks penelitian ini mengacu pada persepsi individu
18

terhadap posisinya dalam kehidupan, baik dalam konteks budaya


maupun dalam sistem nilai dimana mereka tinggal dan hidup yang
berkaitan dengan tujuan hidup, harapan, norma dan fokus hidup
mereka yang mencakup berbagai aspek secara bersamaan, termasuk
aspek kondisi fisik, psikologis, sosial dan lingkungan dalam
kehidupan sehari-hari36.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
1) Kontrol, yang berkaitan dengan pengendalian perilaku seseorang,
seperti membahas kegiatan untuk menjaga kondisi tubuh.
2) Kemungkinan peluang, berkaitan dengan seberapa besar
seseorang dapat melihat peluang yang dimilikinya.
3) Keterampilan, yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk
melakukan keterampilan lain yang memungkinkan dia untuk
berkembang seperti, misalnya partisipasi dalam kegiatan atau
kursus tertentu.
4) Sistem pendukung, meliputi dukungan dari keluarga, masyarakat
dengan fasilitas fisik, seperti tempat tinggal yang baik atau rumah
yang layak dan fasilitas penunjang kehidupan
5) Peristiwa hidup, bersangkutan dengan tugas perkembangan dan
stressss yang disebabkan oleh tugas tersebut. Peristiwa kehidupan
berkaitan erat dengan tugas-tugas perkembangan yang harus
dilakukan, dan terkadang dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan tugas-tugas tersebut mengakibatkan stressss41.
c. Aspek-aspek kualitas hidup
Menurut World Health Organization Quality of life
(WHOQOL)42 ada empat aspek kualitas hidup antara lain:
1) Kesehatan fisik, meliputi aktivitas sehari-hari, kecanduan
narkoba, energi dan kelelahan, mobilitas, nyeri dan
ketidaknyamanan, tidur,/istirahat, kemampuan bekerja.
2) Kesehatan psikologis, termasuk citra fisik, perasaan negatif,
perasaan positif, harga diri, keyakinan spiritual/agama/pribadi,
pemikiran pembelajaran, memori dan konsentrasi.
19

3) Hubungan sosial, termasuk hubungan pribadi, dukungan sosial,


aktivitas seksual.
4) Hubungan dengan lingkungan meliputi sumber daya keuangan,
kebebasan, keamanan, dan keselamatan fisik, perawatan
kesehatan dan sosial termasuk akses dan kualitas, lingkungan
rumah, kesempatan untuk memperoleh informasi dan
keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk bersenang-
senang dan kegiatan hiburan pada waktu yang sama. Rekreasi
lingkungan fisik termasuk pencemaran/kebisingan lalu
lintas/iklim dan transportasi.
d. Domain kualitas hidup pada pasien dialysis
Kualitas mencakup hidup dalam aspek yang baik meliputi
kesehatan fisik,psikologis, derajat kemandirian hubungan sosial, sikap
terhadap penyakit dan lingkungan43.
1) Domain kesehatan fisik
Area kualitas hidup yang pertama ialah area kesehatan fisik dan
fungsional. Area ini mencakup berbagai faktor seperti
kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
kemandirian fisik, kecanduan obat atau perawatan medis, rasa
sakit, energi (kelelahan), istirahat dan tidur, dan kemampuan fisik
untuk melakukan pekerjaan yang perlu dilakukan. Kesehatan fisik
ialah sesuatu yang perlu dipertimbangkan ketika menilai kualitas
hidup.
2) Domain sosial dan lingkungan
Area ini mencakup area dukungan pribadi, keluarga dan sosial,
dan aktivitas seksual. Bidang ini berkaitan dengan situasi
keuangan seseorang dan menentukan seberapa besar keamanan
dapat mempengaruhi kebebasan individu, termasuk kepuasan
hidup, kebahagiaan umum, perawatan kesehatan dan sosial.
3) Domain psikologi
Area ini menentukan bagaimana individu melihat diri mereka
sendiri dalam hubungannya dengan tubuh mereka dan
20

kemampuan mereka untuk merawat; Area ini menggambarkan


bagaimana individu memandang dan menghargai, serta
kemampuan mereka untuk belajar, berpikir, dan fokus44.
e. Komponen kualitas hidup
1) Kesehatan
Kita dapat membagi kualitas kesehatan ada 3: fisik, mental dan
spiritual. Fisik biasanya meliputi kesehatan fisik, kebersihan diri,
pola makan, olahraga, pakaian, dan penampilan. Psikologi
meliputi kesehatan dan regulasi psikologis, persepsi, emosi, harga
diri, persepsi diri, dan pengendalian diri. Spiritualitas mencakup
nilai perindividu, norma-norma individu, dan keyakinan.
2) Kepemilikan
Kekayaan dan kualitas hidup dibagi menjadi fisik dan sosial.
Secara fisik di rumah, tempat kerja/sekolah, Lingkungan atau
lingkungan dan masyarakat. Secara sosial dekat dengan orang
lain, keluarga, teman atau rekan kerja dalam keluarga, lingkungan
dan masyarakat.
3) Harapan
Keinginan sebagai manifestasi individu sebagai pemenuhan nilai
sehingga seseorang merasa dihargai/berharga dilingkungan
keluarga dan masyarakat sekitar melalui tindakan nyata yaitu
bermanfaat untuk pekerjaanya45.
f. Dampak Hemodialisa pada kualitas hidup
Pasien yang menjalani hemodialisis memiliki reaksi fisik dan
psikologis terhadap tindakan hemodialisis. Respon dipengaruhi oleh
banyak faktor, termasuk karakteristik pribadi, pengalaman masa lalu,
dan mekanisme koping. Asthenia berhubungan dengan kondisi fisik,
antara lain malnutrisi, anemia dan uremia. Depresi dapat mengganggu
motivasi, dan depresi secara signifikan berhubungan dengan gangguan
tidur, gangguan kesehatan fisik, dan timbulnya gejala depresi yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, hemodialisis berkaitan erat dengan kualitas hidup pasien,
21

kualitas hidup meliputi 4 aspek: fisik, psikologis, sosial dan


lingkungan46.
5. Konsep Hemodialisa
a. Definisi hemodialisa
Hemodialisa dapat didefinisikan sebagai proses penurunan
komposisi larutan darah dari larutan lain (cairan diallisis) melalu
membran semipermeable (membran dialysis). Hemodialisis ialah
proses pemisahan atau penyaringan atau pemurnian darah melalui
membran semipermeable yang dilakukan pada pasien gagal ginjal
kronik.47.
b. Prinsip Hemodialisa
Ini mengukur hemodialisis, difusi atau ultrafiltrasi. Difusi adalah
pergerakan zat terlarut melintasi membran semipermeabel. Dalam hal
mekanisme urea, kreatinin, elektrolit, dan bikarbonat serum, distribusi
tertinggi berbeda dengan konsentrasi molekul tertinggi. Solusi yang
terikat protein tidak dapat dihilangkan dengan difusi karena protein
yang terikat tidak dapat melewati membran. Sedangkan ultrafiltrasi
adalah arus konveksi (air dan zat terlarut) yang disebabkan oleh
perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik. Ultrafiltrasi terjadi karena
perbedaan positif dalam ruang darah dibandingkan dengan tekanan
negatif yang dihasilkan oleh pompa dialisis di zona dialisis. (tekanan
transmembran). Difusi dan filtrasi terjadi secara bersamaan dalam
hemodialisis dan dapat diprogram sesuai dengan kondisi klinis pasien.
Selama hemodialisis, cairan mengalir berlawanan arah dengan darah.,
memperhatikan laju difusi yang optimal48
c. Tujuan dan Fungsi Hemodialisa
1) Tujuan Hemodialisa
Tujuan dari hemodialisa yaitu memindahkan sisa-sisa limbah yg
terakumulasi dalam sirkulasi pasien dan dikeluarkan kedalam
mesin dialysis.
2) Fungsi Hemodialisa
Fungsi dari hemodialisa antara lain:
22

a) Menggantikan fungsi ginjal dan mengekskresikan adalah


pembuangan produk sisa metabolisme seperti ureum,
kreatinin dan sisa metabolisme lainnya di dalam tubuh.
b) Perubahan fungsi ginjal dengan menghilangkan cairan tubuh
yang perlu dikeluarkan melalui urin pada saat ginjal sehat.
c) Meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gangguan fungsi
ginjal.
d) Perubahan fungsi ginjal menunggu program pengobatan lain
Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program
pengobatan yang lain49.
d. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi yang terjadi ketika hemodialisis dimulai termasuk
perdarahan, hipotensi, kejang, dan reaksi alergi. Ensefalopati dan
osteodistrofi juga dapat terjadi dalam jangka panjang. Edema paru,
pneumonia uremia, efusi pleura, pneumonia dapat terjadi.
Komplikasi akut saat pengobatan pada penderita hemodialisis
adalah hipotensi (20-30%), kelenturan otot (5-20%), mual dan muntah
(5-15%), nyeri kepala (5%), demam, dan febris kursng dari (1%)50.

\
23

B. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan turunan dari kerangka teori yang


telah disusun sebelumnya dalam kajian kepustakaan ilmiah. Kerangka
konseptual merupakan gambaran hubungan antara setiap variabel yang
dirumuskan oleh penulis setelah membaca berbagai literatur, baik laporan
ilmiah maupun jurnal penelitian yang telah dijadikan dasar penelitian.
Diagram dalam kotak konsep dibawah ini harus menunjukkan hubungan
antara setiap variabel yang akan dipelajari.

Dukungan Keluarga

Kualitas Hidup

Ansietas

Keterangan:

: Variabel yang mempengaruhi

(Independen)

: Hubungan antara dua variabel

: Variabel yang dipengaruhi (Dependen)

C. Hipotetis

Ha: Ada Hubungan antara Dukungan Keluarga terhadap Quality of life pada
pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Ha: Ada Hubungan antara tingkat ansietas terhadap Quality of life pada
pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penilitian

Jenis penilitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.


Penelitian kuantitatif yaitu merupakan salah satu jenis penelitan yang
spesifiknya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur, dengan jelas
sejak awal hingga pembuatan desain penelitianya.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan
cross sectional, Pendekatan cross sectional adalah penelitian yang
dilakukan secara bersamaan antara variabel independen yaitu
Dukungan keluarga dan tingkat ansietas (kecemasan) dan variabel
dependen yaitu kualitas hidup pasien hemodialisa.

B. Tempat penelitian

1. Tempat
Penelitian ini telah terlakasanakan di ruang unit hemodialisa Rs
Undata Palu.
2. Waktu
Penelitian ini telah terlakasanakan pada bulan juli 2022

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data atau subjek
penelitian yang dibutuhkan pada saat penelitian 51. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani terapi
hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu adapun
jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 orang
2. Sampel
Sampel adalah sebagian objek dari populasi yang akan
diteliti dan dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi52.

24
25

Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dimana


pengambilan sampel berdasarkan jumlah total populasi atau sampel
yang ada yaitu seluruh pasien yang melakukan terapi hemodialisa di
rumah sakit umum daerah undata palu yang berjumlah 62 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini merupakan segala bentuk yang


ditetapkan oleh penelitian untuk diteliti untuk membedakan satu sama
lain dan memperoleh informasi tentang hasil tersebut53. variabel dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel Independen
Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut
dengan variabel bebas. Dimana merupakan variabel berpengaruh dan
menjadi penyebab utama berubahnya dan munculnya variabel
dependen54. Variabel independen yaitu dukungan keluarga dan tingkat
ansietas
b. Variabel dependen
Dalam bahasa Indonesia variabel dependen dinyatakan sebagai
variabel terkait. Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas disebut variable dependen54. Variabel
terikat yang digunakan pada penelitian ini ialah kualitas hidup pada
pasien yang menjalani hemodialisa.

E. Definisi Operasional

Bentuk variabel yang dipelajari secara individual dan bisa


dioperasikan ditempat penelitian. Definisi operasional dibuat atas dasar
kemudahan implementasi pengumpulan data, pengerjaan data dan analisa
data. Sehingga memungkinkan penelitian melaksanakan observasi atau
pengukuran berdasarkan parameter yang dijadikan dalam penelitian.
Definisi operasional ditentukan cara pengukurannya yaitu cara dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.

25
26

1. Dukungan keluarga pada pasien yang menjalani tetrapi hemodialisa


Definisi Tindakan yang diharapkan dari keluarga dalam
membantu dan memberi bantuan kepada anggota
keluarga yang sedang manjalani hemodialisa dalam
bentuk membantu prekonomian, memberikan rasa
aman dan nyaman, memberikan semangat atau
kekuatan dalam menjalani hemodialisa, dan keluarga
membantu mencari informasih dalam penyembuhan.
Alat ukur Kuesioner
Cara ukur Pembagian atau pengisian kuesioner menggunakan
skala likert
Skala ukur Ordinal
Hasil ukur Baik jika skor ≥ 55,23 (mean)
Kurang baik jika skor < 55,23(mean)
2. Tingkat ansietas
Definisi Keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang
dirasakan seseorang dalam menjalani terapi
hemodialisa seperti perasaan tegang, ketakutan,
susah tidur, dan perasaan murung.
Alat ukur Kuesioner HARS
Cara ukur pembagian atau pengisian kuesioner menggunakan
HARS (Hamilton Ansiety Rating Scale)
Skala ukur Ordinal
Hasil ukur Score : < 14 (Tidak ada kecemasan)
Score : 14-20 (Ringan)
Score : 21-27 (Sedang)
Score : >27 (Berat)
3. Kualitas hidup
Definisi Sebuah persepsi individu terhadap keadaanya
dimana individu tersebut masih dapat merasa
nyaman dalam aspek-aspek kehidupannya seperti
masih dapat melakukan perawatan pada diri sendiri,
27

aktivitas olahraga seperti jalan santai dan juga masih


bisa melakukan kegiatan rumahan.
Alat ukur Kuesioner
Cara ukur Pembagian atau pengisian kuesioner
Skala ukur Ordinal
Hasil ukur Kualitas hidup Baik, jika skor ≥ 61 (median)
Kualitas hidup Buruk, jika skor < 61 (median)

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data atau instrument yang digunakan dalam


penelitian ini adalah lembar kuesioner. Pertanyaan tertulis yang berguna
untuk mendapatkan informasi dari responden adalah kuesioner. Alat ukur
yang digunakan pada penelitian ini disusun secara sistemasis dan
berisikan pertanyaan yang dijawab oleh responden. Tujuan dari alat ukur
adalah memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan
penjabaran dari hipotesis. Adapun kuesioner dalam penelitian ini adalah.
1. Kuesioner Dukungan keluarga
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner yang
diadobsi dari kuesioner dukungan keluarga yang telah di gunakan
sebelumnya oleh Rosyidah Kurniarifin ditahun 2017. Dimana telah
diuji validitasnya, dengan 20 pertanyaan dengan dukungan
instrumental pada soal no 1-5, dukungan informasional no 6-10,
dukungan penilain dari no 11-15, dukungan emosional no 16-20,
Penilaian pada kuesioner ini menggunakan skala likert dengan
alternatif jawaban yaitu sebagai berikut 4= Selalu, 3=Sering,
2=Kadang-kadang, 1=Tidak pernah55, dan jawabannya dichecklist (√ )
2. Kuesioner ansietas (kecemasan)
Kuesioner kecemasan kuesioner yang telah digunakan sebelumnya
oleh Rahmawati (2018). Dimana telah diuji validitasnya. Kecemasan
dapat di ukur dengan menggunakan alat ukur (instrument) digunakan
HARS (Hamilton Ansiety Rating Scale). Untuk diketahui kecemasan
seseorang apakah ringan, sedang, berat, dan berat sekali (panik).
28

Ukuran ini mencakup 14 kelompok gejala, yang masing-masing


diilustrasikan secara lebih rinci dengan gejala yang lebih spesifik.
Setiap kelompok gejala mendapat peringkat (skor).antara 0-4 yang
artinya nilai 0=tidak ada keluhan, nilai1=ringan, nilai 2=sedang, nilai
3=berat, nilai 4=berat sekali (panik), dan jawabannya dichecklist (√ )
3. Kuesioner quality of life
Mengidentifikasi kualitas hidup pasien hemodialisa. Kuesioner ini
dipilih dan dimodifikasi dari penelitian sebelumnya ialah “Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup pasien Gagal Ginjal
Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam
Malik Medan”. (Desita, 2010), dengan 25 pertanyaan. Kategorinya
yakni sangat sering (SS) = 4, sering (S) = 3, jarang (J) = 2, dan tidak
pernah (TP) = 1. Penggunaan skala likert dan jawabannya dichecklist (
√)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang


digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data
penelitian, data diperoleh dari dua jenis meliputi data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah bagikan kepada klien yang
menjalani hemodialisa di RSUD Undata Palu, terdiri dari kuesioner
data demografi, kuesioner dukungan keluarga, kuesioner ansietas
(kecemasan) dan kuesioner quality of life (kualitas hidup)
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang dipakai untuk membantu
data primer. Dalam penelitian ini data sekunder yaitu data yang
berkaitan dengan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di RSUD Undata Palu.
29

H. Analisa Data

Setelah data terkumpul, kemudian data akan diolah dengan beberapa


tahap antara lain.
1. Editing
Dilakukan dengan cara mengamati kembali data yang telah
dikumpulkan agar diketahui apakah ada kekeliruan atau tidak
2. Coding
Dilakukan dengan cara memberikan kode atau nilai pada jawaban
yang bersifat kategori sehingga memudahkan peneliti untuk
memasukan data komputer
3. Tabulating
Dilakukan setelah pemeriksaan dan pemberian kode pada tahap ini
data disusun dalam bentuk tabel agar mempermudah dalam
menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Entry
Memasukan data kendala program komputer untuk mempermudah
proses dalam analisis.
5. Cleaning
Untuk melihat variabel yang digunakan apakah datanya sudah benar
atau belum, oleh karena itu dilakukan pembersihan data
6. Describing
Setelah data diolah maka data ditampilkan dan diberi ketenangan.
Setelah itu, akan dilakukan analisis data untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh peneliti. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah
menjawab pertanyaan peneliti dalam mengungkapkan fenomena.
Terdapat dua jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu secara univariat dan bivariat menggunakan program komputer.
b) Analisis Univariat
Analisis dipakai untuk menganalisis setiap variabel yang
mewujudkan suatu jumlahdan presentasi dari masing-masing
variabel. Variabel bebas yaitu (dukungan keluarga dan tingkat
ansietas) dan variabel terikat yaitu (kualitas hidup pasien yang
30

menjalani terapi hemodialisa). Pada umumnya analisis ini diperoleh


dalam bentuk presentasi dengan menggunakan rumus sebagai
berikut
f
Rumus : P= x100% =…%
n
Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
N : Jumlah atau keseluruhan responden
c) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diperkirakan
ada hubungan Analisis data dilakukan agar melihat hubungan
dukungan keluarga dan tingkat ansietas terhadap quality of life pada
pasien hemodialisa di Rumah sakit umum daerah undata Palu
dengan menggunakan uji statistic X2 yaitu Chi Square.
memakai Chi-Square sebagai alat dan bahan uji dimana teknik ini
sesuai dengan syarat uji Chi-Square56.
Rumus Chi-Square :
2
X =N ¿ ¿

Ket:
N = Jumlah sampel
a, c, c, d = Frekuensi dalam tiap sel tabel 2x2

Persyaratan penggunaan Uji Chi-Square yaitu:

a. Sampel > 30

b. Menggunakan data kategorik (ordinal-ordinal)

c. Tidak ada nilai nol dalam data yang diamati

d. Nilai yang di ambil “continutity correction”

e. Semua expected lebih dari 5, boleh expected kurang dari


5 asalkan maksimal 20% dari jumlah sel.
31

1) Tabel 3x3 maksimal 2 sel

2) Tabel 2x3 maksimal 2 sel

3) Tabel 2x3 tidak boleh expected kurang dari 5

Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi, di gunakan alternatif


lain diantaranya:
a. Untuk tabel 2x2, alternatif uji chi-square.adalah fisher’s
b. Untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov-Smirnov
Penggabungan sel merupakan langkah alternatif dari uji chi-kuadrat
untuk tabel 2x2 dan 2xk, membentuk tabel BxK baru. Setelah
menggabungkan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel BxK
baru, yang dirancang untuk membantu meningkatkan keandalan uji
hipotesis.
32

I. Bagan Alur Penelitian

Identifikasi Masalah

Pengambilan Data awal

Menentukan Lokasi Penelitian

Melakukan Uji Turnitin

Ujian Proposal

Mengurus Surat Izin Penelitian di Ruang Tata Usaha STIKes WN Palu

Mengajukan Surat Izin Penelitian di RSUD Undata Palu

Populasi Berjumlah 62 Orang


Pengambilan Sampel Menggunakan Tekhnik total sampling
Sampel Berjumlah 62 Orang

Melakukan Penelitian dengan Menggunakan APD di RSUD Undata Palu

Informed Consent
Menjelaskan untuk Meminta Persetujuan Responden

Pengumpulan Data
Dengan Menggunakan Data Primer dan Data Sekunder

Variabel Independen (bebas) Variabel Dependen (Terikat)


Dukungan Keluarga Kualitas hidup (Quality Of Life) pada
Ansietas (Kecemasan) pasien

Analisi Data Menggunakan Uji Chi-Square

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, secara resmi berdiri pada
tahun 1972 berlokasi di pesisir teluk palu. Berdasarkan SK Gubernur
kepala daerah tingkat I provinsi Sulawesi Tengah Nomor :
59/DTTAP/1072 tanggal 7 Agustus 1972, RSUD “Undata” yang berarti
“Obat Kita”. Kata ini sekaligus bermakna tentang pelayanan kesehatan
dalam cangkupan bersifat preventif, kuratif, dan rehabilitatif pada tatanan
kebersamaan. Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, terletak di Jalan
RE. Martadinata, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.
Memiliki luas bangunan gedung 14.890,33 M2 dan luas tanah 53.125M2 57.
Fasilitas pelayanan yang tersedia di RSUD Undata adalah Rawat Jalan
yang terdiri dari klinik Onkologi dan Ginekologi, Poliklinik Anak, Klinik
Tumbuh Kembang, Klinik Kandungan, Klinik Mata, Klinik Saraf, Klinik
THT, Klinik Jiwa, Klinik Urologi, Poliklinik Bedah Saraf, Klinik Gizi,
Klinik Bedah Mulut, Klinik Gigi, Klinik Bedah, Klinik Bedah Tulang,
Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Jantung, dan Klinik Rehabilitasi
Medik. Selain itu terdapat Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Gizi,
Farmasi, Hemodialisis, Laboratorium, Pemulasaran Jenazah, Radiologi,
Bank Darah, Gas Medik, Sterilisasi, Laundry, Sanitasi, IPSRS, Bedah
Central, dan Rawat Inap57.
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu merupakan salah satu
Rumah Sakit Tipe B yang terletak di wilayah kota palu Sulawesi Tengah,
serta memiliki jabatan tenaga medis berjumlah 66 orang, jabatan
keperawatan berjumlah 437 orang, jabatan non keperawatan berjumlah 149
orang, dan jabatan tenaga non medik berjumlah 170 orang. Unit
Pelaksanaan Teknis Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi Sulawesi
Tengah bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian urusan
pemerintahan di bidang pelayanan kesehatan yang menjadi urusan

33
34

keluarga daerah sebagaimana diatur di Pasal 4 Ayat 1 dan Pasal 5 dalam


Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2003. Tugas pokok adalah
melaksanakan secara efisien dan efektif Menyelenggarakan pekerjaan
kesehatan dengan berhasil, mengutamakan pekerjaan pemulihan secara
serasi dan menyeluruh, serta memperkuat upaya pencegahan dan
rehabilitasi, termasuk penanganan limbah rumah sakit dan pelaksanaan
pekerjaan rujukan. Fungsi rumah sakit adalah pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis dan non medis, pelayanan keperawatan, pelayanan
rujukan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pengelolaan
administrasi dan keuangan, pelaksanaan penelitian dan pengembangan57.

Gambar 4.1 Profil UPT. RSUD UNDATA PALU


35

2. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Unit Hemodialisis Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
yaitu dengan cara meminta persetujuan kepada pasien agar dijadikan
sebagai responden dengan menandatangani Informed Consent dan juga
mengisi kuesioner. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan,
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
Table 4.1 dirtibusi frekuensi responden berdasarkan Usia, Jenis
Kelamin, Pekerjaan, Status Pernikahan, Tempat Tinggal, dan
Pendidikan.di RSUD Undata palu. (f=62)a

Karakteristik responden Frekuensi(f) Persentase(%)


Usia
Dewasa awal 7 11
Dewasa akhir 19 31
Lansia awal 18 29
Lansia 18 29
Jenis kelamin
Laki-laki 37 60
Perempuan 25 40
Pekerjaan
BUMN 2 3
Guru 10 16
IRT 9 14
Pegawai BPJS 1 2
Pendata 1 2
Petani 13 21
PNS 12 19
POLRI 1 2
Wiraswasta 13 21
Status Pernikahan
Belum menikah 2 3
Cerai hidup 4 7
Menikah 56 90
Tempat tinggal
Bersama Keluarga 26 42
Rumah sendiri 36 58
Pendidikan
SD 3 5
SMP 7 11
SMA 21 34
D3 1 2
S1 30 48
a
Total Sampel Keseluruhan 62. Sumber : Data Primer 2022
36

Berdasarkan distribusi data usia yang diperoleh bahwa dari 62


responden dalam penelitian ini, responden yang memiliki frekuensi
tertinggi adalah pada usia dewasa akhir yaitu berjumlah 19 responden
(30,6%), distribusi data jenis kelamin responden yang memiliki frekuensi
tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 37 responden (59,7%),
distribusi data pekerjaan, responden yang memiliki frekuensi tertinggi
adalah Wiraswasta dan Petani yaitu 13 responden (21,0%), distribusi data
status pernikahan responden yang memiliki frekuensi terbanyak pada
status pernikahan adalah dengan status menikah 56 responden (90,3%),
distribusi data tempat tinggal responden yang memiliki frekuensi
terbanyak pada tempat tinggal adalah tinggal di rumah sendiri sebanyak
36 responden (58,1%), dan distribusi data pendidikan responden dalam
penelitian ini, Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah
pendidikan S1 yaitu 30 responden (48,4%)

b. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui distribusi frekuensi variabel independen (bebas) yaitu
Dukungan keluarga dan Tingkat Ansietas dan variabel dependen
(terikat) yaitu Kualitas Hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis. Dari hasil pengolahan data di dapatkan hasil
sebagi berikut :
1) Dukungan Keluarga pada pasien penyakit Ginjal Kronik yang
menjalani Hemodialisa di RSUD Undata Palu
Dukungan keluarga pada penelitian ini di kelompokkan menjadi dua
kategori yaitu baik dan kurang baik hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan keluarga
di RSUD Undata Palu Tahun 2022 (f=62)a
Dukungan Keluarga Jumlah Persentase(%)
Baik 32 51,6
Kurang baik 30 48,4
Total 62 100
Total Sampel Keseluruhan 62. Sumber : Data Primer 2022
a
37

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 62 responden dalam penelitian ini,


responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah responden dengan
dukungan keluarga baik yaitu 32 responden (51,6%), dan responden yang
memiliki frekuensi terendah adalah responden dengan dukungan keluarga
baik yaitu 30 responden (48,4%).

2) Tingkat kecemasan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani


hemodialisa di RSUD Undata Palu
Tingkat kecemasan pada penelitian ini di kelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu berat, sedang, ringan hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan
di RSUD Undata Palu Tahun 2022 (f=62)a

Kecemasan Jumlah Persentase(%)


Berat 32 51,6
Sedang 16 25,8
Ringan 14 22,6
Total 62 100
Total Sampel Keseluruhan 62. Sumber : Data Primer 2022
a

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 62 responden dalam penelitian ini,


responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah responden dengan
tingkat kecemasan berat yaitu 32 responden (51,6%), dan responden yang
memiliki frekuensi terendah adalah responden dengan tingkat kecemasan
ringan yaitu 14 responden (22,6%).

3) Kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani


hemodialisis di RSUD Undata Palu
Kualitas Hidup pada penelitian ini di kelompokkan menjadi dua
kategori yaitu baik dan buruk, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualiats Hidup di
38

RSUD Undata Palu Tahun 2022 (f=62)a


Kualitas Hidup Jumlah Persentase(%)
Baik 29 46,8
Buruk 33 53,2
Total 62 100
Total Sampel Keseluruhan 62. Sumber : Data Primer 2022
a

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 62 responden dalam penelitian ini,


Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah responden dengan
kualitas hidup buruk yaitu 33 responden (53,2%), dan responden yang
memiliki frekuensi terendah adalah responden dengan kualitas hidup baik
yaitu 29 responden (46,8%).
c. Analisis Bivariat
1) Analisis hubungan Dukungan Keluarga terhadap Quality of life pada
pasien penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Quality of life Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa Di UPT. RSUD Undata Palu 2022

Kualitas Hidup
Total P Value
Dukungan Baik Buruk
Keluarga
N % N % N %
Baik 23 37,1 9 14,5 32 51,6

Kurang baik 6 9,7 24 38,7 30 48,4 0,000


Total 29 47 33 53 62 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 32 responden (51,6%) yang
memiliki dukungan keluarga baik dengan kualitas hidup pasien penyakit
ginjal kronik yang baik yaitu 23 responden (37,1%%), dan dukungan
keluarga baik dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang
buruk yaitu 9 responden (14,5%). Kemudian dari 30 responden (48,4%)
yang memiliki Dukungan keluarga kurang baik dengan kualitas hidup
baik yaitu 6 responden (9,7%), dan dukungan keluarga kurang baik
dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang kurang baik
yaitu 24 responden (38,7%). Serta nilai p menunjukkan angka 0,000.
39

Oleh karena p value < 0,05, maka secara statistik terdapat hubungan
antara Dukungan dengan Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu.

2) Analisis hubungan Kecemasan terhadap Quality of life pada pasien


penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Ansietas Terhadap
Quality of life Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di UPT. RSUD Undata Palu 2022.

Kualitas Hidup
Total P Value
Tingkat Ansietas Baik Buruk
N % N % N %
Berat 10 16,1 22 35,5 32 51,6

Ringan 11 17,7 5 8,1 16 25,8


0,000
Sedang 8 12,9 6 9,7 14 22,6

Total 29 47 33 53 62 100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 32 responden (51,6%) yang


memiliki kecemasan berat dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal
kronik yang baik yaitu 10 responden (16,1%), dan Kecemasan Berat
dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang buruk yaitu 22
responden (35,5%).Dan 16 responden (25,8%) yang memiliki kecemasan
ringan dengan kualitas hidup baik yaitu 11 responden (17,7%), dan
kecemasan ringan dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik
yang buruk yaitu 5 responden (8,1%). Kemudian dari 14 responden
(22,6%) yang memiliki kecemasan sedang dengan kualitas hidup pasien
penyakit ginjal kronik yang baik yaitu 8 responden (12,9%), dan
Kecemasan sedang dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik
yang buruk yaitu 6 responden (9,7%). Serta nilai p menunjukkan angka
0,033. Oleh karena itu p value < 0,05, maka secara statistik terdapat
40

hubungan antara kecemasan dengan Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit


Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu.

B. Pembahasan
1. Identifikasi Dukungan Keluarga Pada Pasien yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Berdasarkan hasil analisis univariat pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani Hemodialisa di RSUD Undata Palu didapatkan bahwa
pasien yang memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu sebanyak 32
responden (51,6%) dan Dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak 30
responden (48,4%).
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum pasien yang
menjalani terapi hemodialisa sebagian besar memiliki dukungan keluarga
baik yaitu sebanyak 32 responden (51,6%). Peneliti berasumsi bahwa
responden yang memliki dukungan keluarga baik dapat diartikan bahwa
keluarga responden sangat peduli terhadap kondisi keluarganya yang
sedang sakit, serta selalu siap membantu dalam melakukan aktivitas yang
tidak bisa dilakukan oleh pasien, dan juga selalu mendampingi pasien
ketika ingin melakukan terapi hemodialisa, sehingga dapat menjadi
kekuatan bagi pasien agar siap menerima keadaan dirinya dan
meningkatkan kualitas hidupnya.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Elis dan
Marsia58 dukungan keluarga yang baik dapat mempertahankan status
kesehatan pasien karena secara emosional pasien merasa bahwa dirinya di
perhatikan, tidak sendirian, merasa di perdulikan dan mendapat saran serta
dukungan atau kesan yang menyenangkan. Serta penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Henny Novita dkk59 yaitu semakin
baik dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada pasien maka
semakin tinggi pula kualitas hidup pasien hemodialisa dan salah satu faktor
pendukung keberhasilan pelayanan keperawatan adalah dengan melibatkan
keluarga pasien .
41

Sedangkan berdasarkan hasil analisis univariat dukungan keluarga


yang kurang baik yaitu sebanyak 30 responden (48,4%). Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara umum pasien yang menjalani terapi hemodialisa
sebagian kecil memiliki dukungan keluarga yang kurang baik dari hasil
penelitian ini. Peneliti berasumsi bahwa responden yang memliki
dukungan keluarga yang kurang baik dapat diartikan bahwa keluarga
pasien tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya
mendampingi ataupun mengunjungi ketika proses hemodialisa hal ini yang
menyebabkan keluarga beranggapan bahwa pasien mampu melakukan
aktivitasnya secara mandiri, sehingga dukungan keluarga yang kurang baik
disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga terkait hemodialisa
Dan pada kenyataanya pasien hemodialisa membutuhkan bantuan atau
dukungan dalam melakuan tindakan hemodialisa dari keluarga. Asumsi
peneliti sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita Verayanti
Manalu11 menyatakan bahwa kurangnya dukungan keluarga yang diterima
oleh seseorang dapat disebabkan kurangnya pengetahuan dan informasi
yang didapat keluarga dan cenderung mengikuti kebiasaan yang terdapat
dikeluarganya dan penelitian ini juga sejalan dengan teori Smeltzer dan
Bare60 yang menyatakan bahwa dukungan informasional, merupakan
dukungan yang termaksuk dalam pemberian nasehat, petunjuk, saran, atau
umpan balik tentang pemecahan suatu persoalan yang mungkin dihadapi
2. Identifikasi Tingkat Ansietas Pada Pasien yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Berdasarkan hasil analisis univariat pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani Hemodialisa di RSUD Undata Palu didapatkan bahwa
pasien yang memiliki kecemasan berat yaitu sebanyak 32 responden
(51,6%) responden dengan kecemasan ringan yaitu 16 responden (25,8%)
dan responden dengan kecemasan sedang yaitu 14 responden (22,6%).
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum pasien yang
menjalani terapi hemodialisa sebagian besar memiliki kemasan yang berat.
Peneliti berasumsi hal ini disebabkan karena sebagian responden yang
diwawancarai oleh peneliti mengatakan merasakan kekhawatiran serta
42

cemas karena baru beberapa kali melakukan tindakan hemodialisa serta


pasien merasa khawatir dengan pengobatan jangka panjang yang akan
dijalani seumur hidup, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rikayoni61 yang mengatakan kecemasan berat disebabkan
karena pertama kali pasien dengan penyakit ginjal kronik harus menjalani
dialysis jangka panjang, pasien merasa khawatir atas kondisi sakit serta
pengobatan jangka panjangnya dan juga menyebabkan pasien belum
menerima kenyataan bahwa terapi hemodialisa akan dijalani sampai
seumur hidupnya.
Berdasarkan analisis univariat didapatkan hasil Tingkat kecemasan
yang ringan yaitu sebanyak 16 responden (25,8%). Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara umum pasien yang menjalani terapi hemodialisa
di RSUD Undata Palu memiliki tingkat kecemasan yang ringan.
Berdasarkan hasil penelitian serta wawancara yang dilakukan, Peneliti
berasumsi bahwa responden yang memliki kecemasan ringan dapat
diartikan bahwa pasien sudah tidak merasa cemas saat melakukan tindakan
hemodialisa karena sudah lebih dari 1 tahun menjalani terapi hemodialisa
dan sudah terbiasa terhadap proses HD serta dapat menyesuaikan diri
terhadap efek samping dari hemodialisa, asumsi peneliti sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Insan Kamil62 mengatakan tingkat kecemasan
ringan dikarenakan pasien gagal ginjal kronik suda terbiasa akan tindakan
hemodialisa yang dijalaninya dalam waktu yang sudah lama. Mereka suda
paham benar akan prosedur hemodialisa sehingga pengendalian akan
kecemasan dapat ditangani.
Sedangkan berdasarkan hasil analisis univariat Tingkat kecemasan
yang sedang yaitu sebanyak 14 responden (22,6%). Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara umum pasien yang menjalani terapi hemodialisa
di RSUD Undata Palu sebagian kecil memiliki tingkat kecemasan yang
sedang. Peneliti berasumsi bahwa tingkat kecemasan pada pasien HD
masuk dalam kategori sedang karena dari 14 pernyataan kuesioner serta
wawancara yang diberikan peneliti kepada responden memberikan
jawaban mengenai bahwa perasaan cemas, gelisah, dan sulit untuk tidur
43

dirasakan hanya ketika baru pertama kali melakukan HD, serta gejalah
yang timbul setelah HD seperti nyeri otot,lemas, dan pusing, sudah biasa
dirasakan pasien, mereka mulai paham bahwa hal tersebut dirasakan pada
saat setelah menjalani hemodialisa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wartilisna63 Tingkat kecemasan sedang diperoleh dari
respon fisiologis (ketegangan pada otot, penglihatan kabur), dan respon
kognitif (menurunnya konsentrasi) serta dilihat dari respon perilaku dan
emosi (merasa gelisah, sedih, lemas, dan muka memerah).
3. Identifikasi Quality of life pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa
di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu
Hasil analisis univariat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Undata Palu didapatkan bahwa pasien
yang memiliki Kualitas Hidup baik yaitu sebanyak 29 responden (46,8%),
dan Kualitas Hidup buruk yaitu 33 responden (53,2%). Peneliti menilai
bahwa seseorang dikatakan kualitas hidup baik apabila jumlah skornya
dari semua pertanyaaan kuesioner diberikan nilai >61 sedangkan dikatakan
memiliki Kualitas Hidup buruk diberikan skor nilai < 61 hal ini peneliti
dapatkan dari hasil jawaban responden saat mengisi kuesioner yang
diberikan oleh peneliti.
Peneliti berpendapat bahwa pasien yang memiliki Kualitas Hidup
baik yaitu pasien yang memiliki menejemen diri yang efektif baik
menejemen fisik, psikologis, sosial, maupun lingkungan. Peneliti
berasumsi bahwa hal ini terjadi karena pasien yang menjalani terapi
hemodialisa masih tinggal bersama anggota keluarga sehingga meskipun
pasien menjalani terapi hemodialisa, pasien masih dapat berinteraksi baik
dengan keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Pasien juga merasa masih
berguna bagi keluarga atau masyarakat di sekitar tempat tinggalnya
sehingga membuat kualitas hidup mereka menjadi lebih baik. Kualitas
hidup yang baik di tunjukan dari responden yang memberikan jawaban
bahwa kondisi kesehatannya baik, dapat melakukan aktivitas sehari – hari
seperti beribadah, bekerja,mandi serta memakai pakaian sendiri tanpa
bantuan orang lain. Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana
44

pasien tetap merasa nyaman secara fisik , psikologis, sosial maupun


spiritual. Menurut Suhud64 kualitas hidup merupakan kondisi dimana
pasien mampu melakukan aktivitas seperti bekerja, memakai pakaian
sendiri tanpa di bantu orang lain. Sejalan dengan penelitian Malcolm65
bahwa kualitas hidup pasien menjalani hemodialisis yaitu fisik, psikologis,
sosial dan lingkungan. Kesungguhan dan kematangan diri seseorang
bergerak dari ketergantungan total menuju ke arah pengembangan diri
sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri secara mandiri tanpa
bantuan orang lain
Sedangkan berdasarkan hasil analisis univariat buruk yaitu
sebanyak 33 responden (53,2,%). Hasil penelitian menunjukan bahwa
secara umum pasien yang menjalani terapi hemodialisa sebagian kecil
memiliki kualitas hidup buruk dari hasil penelitian ini. Peneliti berasumsi
bahwa pasien yang menjalani hemodialisa dalam jangka waktu panjang
harus menghadapi berbagai masalah, salah satu aspek yang terjadi pada
masalah ini adalah gangguan konsep diri. Seseorang yang menjalani
hemodialisa akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak percaya diri karena
penyakit yang dideritanya, dan merasa tidak berharga atau putus asa
karena hilangnya harapan atas kesembuhan penyakit yang diderita, dan
tidak mampu menghargai dan menerima, sehingga hal ini memperburuk
kualitas hidup pada pasien hemodoialisa, asumsi peneliti sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Arini & Rinawati 66 bahwa konsep diri yang
dialami pasien GGK yang menjalani hemodialisa mayoritas mengalami
konsep diri negatif. Serta penelitian Azahra67 juga menunjukkan bahwa
konsep diri mempunyai hubungan atau peranan negative yang signifikan
terrhadap kualitas hidup. Semakin tinggi kosnep diri maka akan semakin
baik kualitas hidup dan sebaliknya, semakin rendah konsep diri maka akan
semakin buruk kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani hrmodialisa
45

4. Analisis adanya hubungan antara dukungan terhadap quality of life pada


pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 62 responden
didapatkan hasil bahwa 23 responden (37,1%) memiliki dukungan
keluarga baik dan juga kualitas hidup baik, dan dukungan keluarga baik
dan kualitas hidup buruk yaitu 9 responden (14,5%). Kemudian terdapat 6
responden (9,7%) yang memiliki dukungan keluarga kurang baik dan
kualitas hidup baik, serta dukungan keluarga kurang baik dan kualitas
hidup buruk yaitu 24 responden (38,7%). Namun, berdasarkan analisis
bivariat dengan menggunakan uji chi-square diketahui bahwa nilai p-value
sebesar 0,000 (p-value < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien yang
menjalani terapi hemodialisa yang ada di rumah sakit umum daerah
Undata Palu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 23 responden (37,1%)
memiliki dukungan keluarga baik dan kualitas hidup baik dari hasil
tersebut peneliti berasumsi berdasarkan dari hasil penyebaran kuesioner
dan wawancara yang dilakukan, responden yang memiliki dukungan
keluarga baik dikarenakan keluarga selalu memberikan perhatian serta
semangat dalam menjalani terapi hemodialisa kepada pasien dan kualitas
hidup baik dikarenakan pasien merasa percaya diri terhadap kondisi yang
dialaminya karena keluarga selalu mendukung dan memberikan semangat
terhadap pasien oleh karena itu, semakin besar dukungan keluarga yang
diberikan maka semakin baik pula kualitas hidup baik pasien hemodialisa.
Hal ini didukung oleh teori Friedman 68 yang mengatakan kualitas
hidup berkaitan erat dengan dukungan keluarga, karena dukungan keluarga
adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit dimana keluarga menjalankan fungsinya sebagai sistem yang
bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan jika diperlukan.
Selain penelitian ini memiliki hubungan, ada beberapa hal yang
menurut peneliti menarik untuk dibahas diantaranya adalah ditemukannya
46

hasil 9 responden (14,5%) dengan dukungan keluarga baik namun


menunjukkan kualitas hidup buruk dari hasil tersebut peneliti berasumsi
berdasarkan penyebaran kuesioner dan wawancara yang dilakukan,
responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik disebabkan karena
keluarga selalu mendampingi pasien selama proses terapi hemodialisa serta
membantu dalam biaya pengobatan, Namun kualitas hidup buruk pada
pasien hemodialisa dikarenakan pasien belum bisa menerima keadaanya
selalu merasa sedih dengan kondisi yang dialami, serta tidak percaya diri
dalam menghadapi masalah, oleh karena itu penerimaan diri yang buruk
juga dapat menyebabkan kualitas hidup pasien menjadi buruk.
Asumsi peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Esfandiari69 yang mengatakan bahwa orang dengan penerimaan diri yang
buruk biasanya karena mereka tidak percaya diri dengan kemampuan
mereka dalam mengatasi suatu masalah, merasa bahwa mereka tidak layak
dan karena itu mengalami kesulitan beradpatasi dengan penyakit mereka,
sehingga memperburuk kualitas hidup serta Asumsi peneliti juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusniawati70 bahwa keluarga
merupakan faktor eksternal yang memilik hubungan paling kuat dengan
pasien, keberadaan keluarga mampu memberikan motivasi yang sangat
bermakna pada pasien disaat pasien memiliki berbagai permasalahan
perubahan pola kehidupan yang demikian rumit.Dukungan keluarga juga
akan mempengaruhi kesehatan secara fisik maupun psikologis pasien,
keluarga di percaya sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan, oleh karena itu dukungan keluarga yang kurang baik akan
mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisa menjadi buruk.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 24 responden (38,7%)
memiliki dukungan keluarga kurang baik dan kualitas hidup buruk dari
hasil tersebut peneliti berasumsi berdasarkan dari hasil penyebaran
kuesioner dan wawancara yang dilakukan, responden yang memiliki
dukungan keluarga kurang baik akan mempengaruhi kualitas hidup
menjadi buruk, dikarenakan pasien hemodialisa sangat membutuhkan
dukungan, perhatian serta semangat dari keluarga dalam menjalani
47

pengobatan, pasien yang sudah lama menjalani terapi hemodialisa


cenderung kualitas hidupnya semakin menurun dikarenakan tingginya
biaya yang harus dikeluarkan untuk satu kali proses hemodialisa. Hal ini
seringkali dirasakan dapat membebani penderita, ketergantungan pada
mesin hemodialisa juga dapat embuat aktivitas penderita terbatas serta
mengakibatkan penurunan kesehatan secara psikososial.
Asumsi peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusniawati70 bahwa keluarga merupakan faktor ekternal yang memiliki
hubungan paling kuat dengan pasien keberadaan keluarga mampu
memberikan motivasi yang sangat bermakna pada pasien disaat pasien
memiliki berbagai permasalahan perubahn pola kehidupan yang demikian
rumit. Dukungan keluarga juga akan mempengaruhi kesehatan secara fisik
maupun psikologis pasien, keluarga dipercaya sebagai tempat yang
nyaman untuk pemulihan pasien, oleh karena itu dukungan keluarga yang
kurang baik akan mempengaruhi kulitas hidup pasien menjadi buruk.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa ada beberapa responden
yang memiliki dukungan keluarga kurang baik namun kualitas hidupnya
baik yaitu sebanyak 6 responden (9,7%) peneliti berasumsi bahwa
dukungan keluarga yang kurang baik dikarenakan keluarga kurang
meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita ataupun keluhan yang ingin
diceritakan oleh pasien hal ini mengakibatkan pasien merasa tidak
diperhatikan dan merasa menjadi beban buat keluarga, walaupun dukungan
keluarga kurang baik namun kualitas hidup pasien hemodialisa tetap baik
dikarenkan pasien menerima segala kondisi yang dialaminya serta rajin
beribadah yakin bahwa kepercayaanya akan memberikan kekuatan dalam
menghadapi cobaan atau masalah yang dihadapinya saat ini, serta pasien
selalu berfikir bahwa penyakit yang diderita saat ini adalah kehendak tuhan
yang maha esa. Asumsi peneliti didukung oleh Ni Putu Sriyani ddk 71 yang
menunjukan bahwa spiritual wellbeing dan quality of life memliki
konsistensi korelasi, kesejahteraan spiritual memeberikan kontribusi
terhadap kualitas hidup. Kemampuan seseorang dapat dilihat dari kualitas
dalam memaknai peluang yang diperoleh dalam hidupnya sebagai hasil
48

interaksi dengan lingkuangan dan pencapaian keselarasan hidup, salah


satunya danya keselarasan menyakini adanya sang pencipta. Hal ini juga
didukung oleh teori Friedman 68 kualitas hidup berkaitan erat dengan
adanya dukungan keluarga, karena dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit dimana
keluarga menjalankan fungsinya sebagai system yang bersifat mendukung,
selalu siap memberikan pertolongan jika diperlukan.
Namun hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah Udata Palu dengan nilai signifikasi p value =
0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Peneliti berasumsi bahwa dukungan
keluarga yang baik dapat mempertahankan status kesehatan pasiendan
menjadi kekuatan bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisa,
pasiennhemodialisa akan mendapat ketenangan saat menjalani terapi dan
dukungan keluarga juga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien seperti
membangkitkan harga diri pasien, dan membangkitkan kepercayaan akan
kemampuannya dalam menghadapi masalah yang dirasakannya
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
Susilowati Sagiyo73 bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dengan nilai p- value = 0,009 (p<0,005). Sehingga
kecenderungan yang ada adalah semakin baik dukungan keluarga yang
diberikan maka semakin baik pula kualitas hidup pasien yang menjalani
terapi hemodialisa
Serta penelitian ini sejalan dengan penelitian Istiqomah75
menunjukkan bahwa pasien yang menerima kondisinya serta menerima
perhatian, dan pertolongan dari keluarganya akan lebih bersemangat
menjalani hidup dan meningkatkan kualitas hidupnya, penelitian ini
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan
penerimaan diri dan kualitas hidup pasien hemodialisa dengan nilai p-
value = 0,000 (p<0,005).
49

5. Analisis adanya hubungan tingkat ansietas terhadap quality of life pada


pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-
square diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,033, (p-value < 0,05) yang
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ansietas dengan
quality of life pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa yang ada di
rumah sakit umum daerah Undata Palu.
Selain adanya hubungan peneliti juga tertarik membahas
bahwa ada beberapa responden yeng menjalani hemodialisa dengan
kategori kecemasan berat namun kualitas hidup baik dengan hasil
sebanyak 10 responden (16.1%) dari hasil tersebut peneliti berasumsi
berdasarkan penyebaran kuesioner serta wawancara yang dilakukan bahwa
kecemasan berat dengan kualitas hidup baik, disebabkan karna pasien yang
baru pertama kali menjalani terapi hemodialisa, dan merasa cemas pada
saat dilakukannya terapi hal tersebut yang membuat pasien menjadi
gelisah,takut akan pikirannya sendiri sehingga menyebabkan terjadinya
mimpi buruk, oleh karena itu dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan
oleh pasien hemodalisa untuk tetap meningkatkan kualitas hidupnya,
meskipun tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa berat, namun
kualitas hidupnya tetap baik dikarenakan keluarga selalu memberikan
dukungan dan perhatian serta selalu mendamping pasien dalam pengobatan
selama menjalani hemodialisa hal tersebut membuat pasien semangat
dalam menjalani pengobatan yang dilakukan.
Asumsi peneliti ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Harsudianto Silaen76 menyatakan bahwa didapatkan hubungan yang
signifikan antara lamanya menjalani hemodialisa dengan tingkat
kecemasan pada pasien hemodialisa. Namun, pasien dengan gagal ginjal
yang menjalani hemodialisa seumur hidup membutuhkan dukungan
keluarga untuk tetap meningkatkan kualitas hidupnya sehingga pada pasien
yang menjalani hemodialisa akan dapat mempertahankan kemampuan
50

fungsional, memenuhi kebutuhannya menghilangkan gejalah dan


mengembalikan rasa nyaman dalam menjalani sisa hidupnya sehingga
ketika pasien merasa nyaman dan aman akan meningkatkan kualitas hidup
pasien tetap baik.
Hal menarik lainya yang ingin peneliti bahas yaitu ada
beberapa responden yang memiliki tingkat kecemasan ringan dengan
kualitas hidup buruk, didapatkan hasil sebanyak 5 responden dengan
kecemasan ringan (8,1%) berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan
wawancara peneliti berasumsi bahwa pasien yang sudah lama menjalani
hemodialisa terlihat lebih santai dan tenang menjawab semua pertanyaan
kuesioner yang diberikan oleh peneliti, responden yang suda berstatus
lama menjalani hemodialisa mengatakan bahwa ia sudah terbiasa dengan
proses serta efek samping dari hemodialisa namun kualitas hidup pasien
hemodialisa buruk disebabkan pasien sudah merasa putus asa dengan
terapi yang dijalaninya seumur hidup, pasien tidak dapat melakukan
aktivitas sepeti biasanya karena keterbatasan aktivitas mengakibatkan
terjadinya stressss, dan depresi sehingga memperburuk kondisi kesehatan
serta kualitas hidup pasien hemodialisa. Asumsi peneliti didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Asri kusyani ddk77, pasien depresi
cenderung mengaku mempunyai kualitas hidup yang buruk karena selain
mengalami penurunan kualitas diri dari domain fisik seperti mudah letih,
dan keterbatasan beraktivitas juga mengalami penurunan domain
psikologis seperti cemas, putus asa, dan kehilangan rasa percaya diri.
Permasalahan fisik maupun psikologis pada pasien yang didiagnosis gagal
ginjal kronik merupakan penyebab timbulnya rasa cemas serta
memperburuk kualitas hidup.
Namun hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan
tingkat ansietas dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisa di Rumah
Sakit Umum Daerah Udata Palu dengan nilai signifikasi p value = 0,033
lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Peneliti berasumsi bahwa kecemasan pada
pasien hemodialisa disebabkan oleh faktor psikis dan fisik, faktor psikis
yang menimbulkan kecemasan pada pasien hd adalah perubahan yang
51

terjadi pada kehidupannya seperti ketergantungan pada mesin dyalisis serta


proses dyalisis dilakukan seumur hidup sehingga memicu kebosanan, serta
faktor fisik disebabkan karena lingkungan dan kesehatan, suasana
lingkungan ruangan terdapat banyak bentuk suara dan banyak alat yang
ditempelkan ketubuh pasien mengakibatkan pasien merasa takut dan cemas
dan berdampak pada kualitas hidupnya .
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakakukan
oleh Dedi78 tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan nilai p-
value = 0,001 (p<0,005) maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
karena terbukti banyaknya pasien yang mengalami kecemasan serta pasien
yang memiliki kualitas hidup rendah disebabkan karena berbagai faktor
yang mempengaruhi baik fisik maupun psikologis.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Nurlela Perta Saragih
dkk79 tentang hubungan antara tingkat kecemasan dengan lamanya
menjalani terapi hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa dengan nilai nilai p- value = 0,000 (p<0,005)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama menjalani
HD dengan tingkat kecemasan pasien HD Semakin lama menjalani HD
semakin rendah tingkat kecemasan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu mendapatkan dukungan keluarga yang baik
2. Sebagian besar pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu merasakan tingkat ansietas yang berat
3. Sebagian besar pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu memiliki quality of life buruk
4. Terdapat adanya hubungan antara dukungan keluarga terhadap quality of life
pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu.
5. Terdapat adanya hubungan antara tingkat ansietas terhadap quality of life pada
pasien yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu.
B. Saran
1. Bagi institusi (STIKes Widya Nusanatara Palu)
Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan
bacaan pada perpustakaan STIKes Widya Nusantara Palu untuk menambah
wawasan yang lebih luas tentang pentingnya dukungan keluarga dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa, kemudian bisa dijadikan sebagai pengembangan penelitian
dengan menambah variabel lainya seperti motivasi, dan mekanisme koping
pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
pengetahuan terkait penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
3. Bagi instansi tempat meneliti

50
51

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan asuhan


keperawatan tentang terapi hemodialisa. Kemudian dalam pelayanan kesehatan
sebaiknya dapat memberikan program pendidikan tentang pentingnya
dukungan keluarga untuk menurunkan tingkat ansietas serta meningkatkan
kualitas hidup pada pasien terutama pada pasien dengan penyakit kronis dan
dengan adanya penelitian ini semoga dapat dijadikan sumber referensi dalam
layanan kesehatan di UPT. RSUD Undata Palu.
52

DAFTAR PUSTAKA

1. Mailani, F. & Andriani, R. F. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis. J. Endur. 2, 416 (2017).
2. WHO & RI KK. Situasi Penyaki Gagal Ginjal Kronik di Indonesia. 1–18.
3. Putri, E., Alini & Indrawati. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kebutuhan
Spiritual Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam
Menjalani Terapi Hemodialisis Di RSUD Bangkinang. J. NERS Res. Learn.
Nurs. Sci. 4, 47–55 (2020).
4. dr. Siswanto, MHP., D. laporan Nasional RISKESDAS. (KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2018).
5. Arehentari, K. A., Gasela, V., Hasanah, N. A., & Iskandarsyah, A. Harga Diri
dan Kualitas Hidup Pada Pasien Dengan Chronic Kidney Disease yang
Menjalani Hemodialisis. Vol. 16 N0, (2017).
6. Mulia, D. S., Mulyani, E., Pratomo, G. S. & Chusna, N. Mulia, Ds Qol Ggk Di
Rs Palangkaraya. 19–21 (2018).
7. Nurchayati, S. Hubungan kecemasan dengan kualitas hidup pasien penyakit
ginjal kronik yang menjalani hemodialisisfile:///C:/Users/LENOVO
IDEAPAD/Downloads/BAB I.pdf. J. Keperawatan Jiwa 4, 1–6 (2016).
8. Muhammad Yakob, Fatma Siti Fatimah, L. E. Hubungan Tingkat Kecemasan
Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RSUD Panembahan Senopati
Kabupaten Bantul Yogyakarta. 16, 2042 (2018).
9. Fauziah, N., Rafiyah, I. & Solehati, T. Parent’s Anxiety Towards Juvenile
Deliquency Phenomenon in Bandung, Indonesia. NurseLine J. 3, 52 (2018).
10. TN, J. Hubungan kadar gula darah dengan kecemasan pada pasien diabetes
mellitus di Rumah Sakit Islam Surakarta. J. Univ. Muhammadiyah Surakarta
2, (2018).
11. WIJAYANTI, D., Dinarwiyata, D. & Tumini, T. Self Care Management
Pasien Hemodialisa Ditinjau Dari Dukungan Keluarga Di Rsud Dr.Soetomo
Surabaya. J. Ilmu Kesehat. 6, 109 (2018).
53

12. S., D. Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Tingkat


Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan pada Pasien dengan Hemodialisis
Rutin di RSUD Saras Husada Purworejo. (2017).
13. Friedman. Keperawatan Keluarga. (Gosyen Publishing, 2013).
14. Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga. (EGC, 2004).
15. Rosyidah, K. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Penerimaan Diri
Paien Gagal Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisa RSUD dr. Sayidman
Magetan. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 1–122 (2017).
16. JITNO, S. ASUHAN KEERAWATAN KELUARGA APLIKASI DALAM
PRAKTIK. (buku kedokteran EGC, 2012).
17. Friedman MM, Bowden VR, J. E. (2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga.
(riset,teori dan praktek edisi-5, 2011).
18. ACHJAR. APLIKASI PRAKTIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.
(Sagung seto, 2010).
19. SUDIHARTO. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
PENDEKATAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL. (EGC).
20. Puspitasari, D. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga
dengan Keaktifan Lanjut Usia dalam Mengikuti Kegiatan di Posyandu Lansia
Desa Gajahan Kecamatan Colomadu. Naskah Publ. (2014).
21. setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. (graha mulia, 2008).
22. Kurniarivin, R. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Penerimaan
Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD Dr. Saidiman
Magetan. (2017).
23. Ratna, W. Sosiologi dan antropologi kesehatan. (Pustaka Rihama, 2010).
24. Nanda International. Diagnosa keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. (Alih
bahasa Sumarwati, Subekti, EGC).
25. Yusuf, dkk. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Salemba Medika,
2015).
26. Lestari. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. (Nuha
Medika, 2015).
27. Stuart, W. G. Buku Saku Keperawatan Jiwa. (EGC, 2013).
28. Hawari, D. Manajemen Sres Cemas dan Depresi, Edisi ke-2 Cetakan ke-5.
54

(FKUI, 2017).
29. Sundeen dan Stuart. Buku Saku Keperawatan Jiwa. (EGC, 2015).
30. Stuart. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi ke-5. (EGC, 2013).
31. Stuart. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Elsevier, 2016).
32. Purba, Jenny dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah
Psikososial Dan Gangguan Jiwa. (USU Pres, 2010).
33. Asmadi. Tehnik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. (SSalemba Medika, 2009).
34. Fauzy, R. & Fourianalisyawati, E. Hubungan antara Depresi dengan Kualitas
Hidup pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi The Relationship Of Depression With
Quality Of Life In Pregnant Women At High Risk. J. Psikogenes. 4, 206–214
(2016).
35. Yuliati, A., Baroya, N. & Ririanty, M. Perbedaan kualitas hidup lansia yang
tinggal di komunitas dengan di pelayanan sosial lanjut usia. J. Pustaka
Kesehat. 2, 87–94 (2014).
36. Simbolon, N. F. Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa
di RSUD Dr. Pirngadi Medan. (2018).
37. Rubbyana. Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Skizofrenia Remisi Simptom.Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental.Vol. 1. No. 2. 1, 1–8 (2012).
38. Puja Hidayanti. Gambaran Kualitas hidup Pada Anak Penderita
THALASEMIA MAYOR DIRUANG ANYELIR 1 RSUD MAJALAYA. (2018).
39. Handini, (D). Pengaruh sense of humor terhadap kualitas hidup pada lansia.
(2017).
40. Karangora, M. L. B. Hubungan antara dukungan sosial dan kualitas hidup
pada lesbian disurabaya. J. Ilm. Mhs. Univ. Surabaya 8, (2018).
41. Nimas, F. Kualitas hidup pada penderita kanker serviks yang menjalani
pengobatan radio terapi. J. Psikol. Klin. dan Kesehat. Ment. (2017).
42. Munir, N. W., Indah, S. M. & Maryunis, M. Kualitas Hidup Pasien Trauma
Kapitis Berdasarkan QOLIBRI dan WHOQOL di RS Bhayangkara Makassa.
J. Kesehat. Vokasional 6, 167 (2021).
43. Rohmah, A. I. N., Purwaningsih & Bariyah, K. Kualitas Hidup Lanjut Usia. J.
55

Keperawatan 120–132 (2012).


44. Nursalam. Metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi
4. (Salemba Medika, 2017).
45. Nurhayati, A. & Rahayuningsih, N. Analisis Kualitas Hidup (QoLY) dan
Kepatuhan Terapi pada Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit X Kota
Tasikmalaya. J. Pharmacopolium 3, 183–189 (2020).
46. Mailani, F. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. NERS J. Keperawatan 11, 1 (2017).
47. Suhardjono. Hemodialisis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid.2.
(Interna Publishing, 2014).
48. Suhardjono. Hemodialisis., Prinsip Dasar dan Pemakaian Kliniknya. Dalam:
Setiati S, Alwi, Sudoyo AW, Simandibrata, M, Setyohadi B, Penyunting. Buku
Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. (Interna Publishing, 2014).
49. Harmilah. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Perkemihan.
(PT Pustaka Baru, 2020).
50. Dosen KMB Indonesia. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Diagnosis Nanda. (Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2017).
51. Notoamodjo., P. D. S. Metode Penelitian Kesehatan. (Rineka Cipta, 2012).
52. Sujarweni, V. W. Metode Penelitian: Lengkap. Praktis dan Mudah Dipahami.
(Pustaka Baru Press, 2014).
53. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. (Alfa Beta, 2017).
54. Prof.Dr.Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. (Alfa Beta, 2019).
55. Natoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. (Salemba Medika, 2010).
56. Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. (Rineka Cipta, 2012).
57. profil UPT RSUD UNDATA. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu. (2018).
58. Anggeria, E. & Marsia, R. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan
Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Royal Prima
Medan. J. Keperawatan Prior. 2, 9–16 (2019).
59. Novita, H., Tahjoo, A. & Jus, I. Pengaruh Dukungan Keluarga , Kompetensi
Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal yang
Menjalani Hemodialisis Melalui Kepatuhan Pengobatan. 5, (2022).
56

60. Smeltzer, S, & B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (EGC, 2011).
61. Rikayoni. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik
Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Isla Siti Rahmah Padang.
ejournal keperawatan (e-Kp) XII, No.5 (2018).
62. Insan, Kmail. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalanni Hemodialisis Di RSUD Ulin Banjarmasin. ejournal
keperawatan (e-Kp) 9, no.2 (2018).
63. Wartilisna, dkk. Hubungan Tindakan Hemodialisa Dengan Tingkat
Kecemasan Klien Gagal Ginjal Di Ruang Dahlia RSUP Prof Dr.R, Kandou
Manado. ejournal keperawatan (e-Kp) 3, No.1 (2018).
64. Suhud, M. Cuci Darah Demi Kualitas Hidup. (Kompas Syb, 2018).
65. Rabitti E, Cavuto S, Lani L, Ottonelli S, De Vicenso F, C. M. The assesment
of spritual well-being in cancer patients with advanced disease which are its
meaningful dimensions. (BMC Palliative Care, 2020).
66. Arini, S. & Rinawati, W. Konsep Diri Berhubungan Dengan Kejadian Depresi
Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa. J. Persat. Perawat Nas. Indones. 5,
3 (2020).
67. Azahra, M. Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada
Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. J. Univ. Ahmad
Dahlan Yogyakarta 2(1), 23–25 (2019).
68. Friedman, M. M., Bowden, V. R., dan Jones, E. G. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga. (EGC, 2014).
69. Esfandiari, F., Rusmini, H. and Ridho Santoso, N. Hubungan Penerimaan Diri
Dengan Kualitas Hidup Pasien Lupus Eritematosus Sistemiik (LES) Di
komunitas Odapus Provinsi Lampung. ejournal keperawatan (e-Kp) (2018).
70. Kusniawati, K. Hubungan Kepatuhan Menjalani Hemodialisis Dan Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. J. Med. (Media Inf.
Kesehatan) 5, 206–233 (2018).
71. Sriyanti, N. P., Basit, M., Tinggi, S., Kesehatan, I. & Insan, S. Hubungan
Kesejahteraan Spiritual Dengan Kualitas. 1–8 (2016).
72. Sukriswati, I. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien
57

Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsud Moewardi


Surakarta. ejournal keperawatan (e-Kp) (2019).
73. Susilowati Sagiyo. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. (2019).
74. Septiwi cahyu. Hubungan Antara Edukasi Hemodialisa Dengan Kualitas
Hidup Pasien Hemodialisa RS PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO. (Universitas Indonesia, 2019).
75. Istiqomah, N. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Penerimaan Diri Pada
Pasien Hemodialisa Di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
76. Zamrodah, Y. 済無 No Title No Title No Title. 15, 1–23 (2016).
77. Sekar, D. S., Kurniawan, V. E. & Sutomo, H. KECEMASAN KELUARGA
( Improve The Quality Of Life Of Hemodialisa Patients With Decrease
Anxiety And Improve Family Support ) STIKes Bahrul Ulum Jombang , Jawa
Timur . data dari ruang Hemodialisa di RSUD Jombang . Pada tahun 2016 dari
bulan Januari sampai N. 3, 1–7 (2018).
78. Dedi. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Rasyida Medan.
J. Nurs. Updat. 1, 1–5 (2019).
79. Nurlela Petra Saragih, Theresia Ivana Sianipar, Ruisna Wati Naibaho, S. D. H.
Hubungan antara tingkat kecemasan dengan lamanya hemodialisis pada pasien
gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani HD. J. Penelit. Perawat Prof. 4, 3,.
DOKUMENTASI PENELITIAN
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informant Concent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


No. Responden :
Hari/Tanggal :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan


oleh ROSANTI Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Widya
Nusantara Palu, sampai dengan berakhirnya masa penelitian yang dimaksud.
Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai
dengan kondisi yang sesungguhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palu, 08 juli 2022

Responden
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth. Bapak – Ibu
Di Tempat.

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu :
Nama : ROSANTI
NIM : 201801083
Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Ansietas
Terhadap Quality Of Life Pada Pasien Yang Menjalani
Hemodialisa di UPT. RSUD Undata Palu

Dengan ini memohon kesedian saudara untuk menjadi responden dalam


penelitian ini guna membantu dalam penyusunan skripsi. Segala hal yang bersifat
rahasia akan saya rahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Untuk itu, saya mengharap kesediaan saudara secara sukarela untuk menjadi
responden dalam penelitian saya.
Atas bantuan dan kesediaan saudara menjadi responden, saya ucapkan
terima kasih.

Palu, 08 Juli 2022

Peneliti

(ROSANTI)
KUESIONER PENELITIAN DUKUNGAN KELUARGA

Tanggal wawancara :

Nama pewawancara :

No.Responden :

A. Identitas Responden
Jawablah beberapa petanyaan ini sebagai identitas diri anda, yaitu sebgai
berikut :
1. Inisial nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
1. Pendidikan
a. Tidak sekolah :
b. SD :
c. SMP :
d. SMA :
e. Diploma/Sarjana :
2. Pekerjaan
a. Tidak bekerrja :
b. Pedagang :
c. Petani :
d. Pegawai :
e. Wiraswasta :
f. TNI/POLRI :
g. Lain-lain :
3. Status Pernikahan
a. Lajang :
b. Menikah :
c. Cerai Hidup :
d. Cerai Mati :
4. Tempat tinggal
a. Sendiri :
b. Bersama keluarga :
B. Petunjuk Pengisian Angket
1. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan apa yang anda rasakan saat ini.
Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya
2. Berilah tanda(√ ) pada salah satu kolom yang menurut anda cocok atau
anda setuju dengan peryataan tersebut
3. Untuk kerjasama dan perhatiannya peneliti ucapkan terimakasih.

Dukungan Kadang- Tidak


No Selalu Sering
Instrumental Kadang Pernah
1 Keluarga membantu
saya dalam mengatasi
masalah perekonomian
dengan memberikan
bantuan dana untuk
menjalani terapi
hemodialisa
2 Keluarga membantu
saya melakukan aktivitas
yang tidak bisa saya
lakukan selama sakit
atau selama menjalani
hemodialisa
3 Keluarga memmberikan
lingkungan yang
nyaman untuk saya
dirumah
4 Keluarga menghibur
saya disaat saya sedih
5 Keluarga mendukung
tindakan saya selama
melakukan kegiatan
Dukungan Emosional
6 Keluarga dekat dan
teman-teman saya
mengunjungi saya
sewaktu sakit atau
selama menjalani
hemodalisa
7 Keluarga
mendapampingi saya
selama menjalani
hemodialisa
8 Keluarga memberikan
banyak perhatian dan
kasih sayang selama
saya sakit
9 Keluarga memberikan
kekuatan dan semangt
untuk mengatasi rasa
takut dalam menghadapi
penyakit yang saya
alami
10 Keluarga memberikan
pujian atas
perkembangan kondisi
dari terapi hemodialisis
yang saya lakukan
Dukungan Penilaian
11 Saya dan anggota
keluarga berdiskusi
untuk mengatasi
masalah yang timbul
karena penyakit saya
selama menjalani
hemodialisa
12 Keluarga
memperhatikan minum
dan makanan yang saya
konsumsi selama sakit
13 Keluarga
membandingkan kondisi
saya dengan orang lain
yang menderita penyakit
lebih parah selama saya
sakit
14 Keluarga meminta
pendapat saya terkait
terapi hemodialisa yang
saya jalani
15 Keluarga memberikan
semangat kepada saya
untuk melakukan
aktivitas sehari-hari
selama saya sakit
Dukungan Informasih
16 Keluarga memberikan
nasehat kepada saya
ketika merasa putus asa
17 Keluarga mencari
informasi tentang
pengobatan alternatif
untuk membantu saya
dalam penyembuhan
penyakit
18 Keluarga mencari
informasi dalam
mengatasi kompikasi
akibat terapi hemodialisa
19 Keluarga mengingatkan
jadwal saya untuk terapi
hemodialisa
20 Keluarga menyarankan
saya untuk tetep
menjalin hubungan
denngnan lingkungan
selama saya sakit
Rosidah Kurniarifin (2017)
KUESIONER PENELITIAN KECEMASAN- HAMILTON RATING
SCALE FOR ANXIETY (HRS-A)

A. Tingkat Kecemasan dengan Menggunakan Alat Ukur HRS-A


(Hamilton Rating Scale For Anxiety)
Silahkan anda membri tanda check list (√ ) dikolom da nisi sesuai dengan
yang anda rasakan saat ini dengan skala penilaian :
0 : Tidak ada gejala (tidak ada gejalah sama sekali)
1 : Gejala ringan (Satu atau kurang dari separuh gejalah pilihan yang ada)
2 : Gejala sedang (Separuh dari gejalah yang ada)
3 : Gejala berat (Lebih dari separuh dari gejalah yang ada)
4 : Gejala berat sekali (Semua gejalah ada)
Penilain derajat kecemasan :
Score <14 : Tidak ada
Score 14-20 : Ringan
Score 21-27 : Sedang
Score >27 : Berat
Berilah tanda(√ ) gejala yang terjadi selama pemeriksaan (dimulai dari
anamnesa)
1. Perasaan cemas (Ansietas)
Cemas
Firasat buruk Score :
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Ketegangan
Merasa tegang
lesuh
Tidak bisa istirahat dengan tenang Score :
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3. Ketakutan
Pada gelap
b. Pada orang asing
Ditinggal sendiri Score :
Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan orang banyak
4. Gangguan tidur
Sukar masuk tidur
Tidur tidak nyenyak Score :
Bangun dengan lesu
Banyak mimpi-mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
Sukar bersama
Daya ingat yang menurun Score :
Daya ingat buruk
6. Perasaan depresi (murung)
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada hoby
Score:
Sedih
Bangun dini hari
Perasaan berubah-ubah setiap hari
7. Gejala somati/fisik
Sakit dan nyeri otot-otot
Score:
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemerutuk
Suara tidak stabil
8. Gejala somatic/fisik (sensorik)
Tinitus
Penglihatan kabur
Score:
Muka merah atau pucat
Merasa lemas
Perasaan seperti ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler(Jantung dan pembuluh darah)
Takikardia
Berdebar-debar
Nyeri di dada Score:

Denyut nadi mengeras


Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
Detak jantung menghilang atau berhenti sejenak
10. Gejala Respiratori
Rasa tertekan atau sempit di dada
Rasa tercekik
Score:
Sering menarik nafas
Nafas pendek dn sesak
11. Gejala gastrointestinal
Sulit menelan
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri sebelum dan sesudah makan
Perasaan terbakar di perut
Rasa penuh atau kembung Score:
Mual dan muntah
Buang air besar lembek
Konstipasi (Sukar buang air besar)
Kehilangan berat badan
12. Gejala urogenital (Perkemihan dan kelamin)
Sering buang air kecil
Tidak dapat menahan air seni
Tidak datang bulan
Darah haid yang berlebihan
Darah haid yang teramat sedikit
Masa haid yang berkepanjangan
Masa haid yang amat pendek
Haid beberapa kali dalam sebulan
Menjadi dingin
Ejakulasi dini Score:

Ereksi melemah
Ereksi hilang
Hiotensi
13. Gejala autonomy
Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Kepala pusing
Score:
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
Bulu-bulu berdiri
14. Tingkah laku (sikap) pada saat wawancara
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening Score:

Muka tegang
Otot mengeras/tegang
Nafas pendek dan cepat
KUESIONER PENELITIAN KUALITAS HIDUP
(QUAALITY OF LIFE)

A. Petunjuk pengisian
Berikan tanda check list (√ ) pada setiap kolom jawaban yang tersediah
dibawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami.
SS : Sangat sering
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak pernah

No. Pernyataan TP J S SS
1. Saya dapat melakukan kebersihan diri sendiri
seperti mandi, bergosok gigi, berpakaian dan
lain-lain selam menjalani terapi hemodialisa
2. Saya masi dapat melakukan rutinitas aktivitas
olahraga yang tidak membutuhkan tenaga yang
besar seperti jalan santai, gerak badan ringan
selama menjalani terapi hemodialisa
3. Saya menjaga penampilan fisik saya seperti
berpakaian dengan rapi dalm kekhidiupan
sehari-hari
4. Saya dapat mengatasi komplikasi akkibat
terapi hemodialisa yang saya alami
5. Saya selalu membatasi asupan makanan dan
cairan setelah menderita sakit yang saya alami
6. Saya merasa sedih dengan kondisi diri saya
saat ini setelah menjalani hemodialisa
7. Saya marah atau tersinggung jika ada orang
lain membicarakan penyakit yang saya derita
saat ini
8. Saya depresi atau cemas karena kondisi saya
saat ini
9. Saya sering mengalami ketakutan atau
kecemasan terhadap kesehatan saya selama
No. Pernyataan TP J S SS
Menjalani terapi hemodialisa
10. Saya dilibatkan dalam pengambilan keputusan
di dalam keluarga saya terhadap penyakit yang
saya derita
11. Saya rajin berdoa dan mengikuti kegiatan
keagamaan dilingkungan saya
12. Saya selalu berfikiran bahwa penyakit yang
saya derita adalah kehendak tuhan yang maha
esa
13. Saya yakit bahwa kepercayaan saya akan
memberi saya kekuatan dalam menghadapi
masalah saya saat ini
14. Saya yakin bahwa kepercayaan saya akan
membuat saya bahagia dalam menjalani hidup
kedepannya
15. Saya menyerahkan seluruh hidup saya kepada
tuhan
16. Saya masi dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sekitar saya
17. Saya masi senang berhubungan dengan
tetangga, dalam lingkungan masyarakat sekitar
tempat tinggal saya
18. Keluarga saya selalu mendampingi saya dalam
pengobatan maupun pemeriksaan fisik selama
ini
19. Saya mendapat perhatian dari keluarga dan
teman-teman saya terhadap sakit yang saya
alami
20. Saya merasa nyaman dengan kondisi rumah
dan lingkungan tempat tempat tinggal saya
21. Saya merasa gagal dalam menjalani kehidupan
saya
22. Saya merasa masih dapat melakukan kegiatan
didalam rumah tangga seperti membersihkan
rumah,memasak dan lain-lain
23. Saya puas dengan kehidupan saya sekarang
walaupun saya hahrus menjalani hemodialisa
24. Saya merasa puas dengan pekerjaan saya
sekarang
25. Saya merasa hidup saya berarti untuk saya dan
orang lain
Novita Fransisca Simbolan (2018)
Riwayat Hidup Penulis

Riwayat Hidup Penulis di lahirkan di Salumbia Kec.Dondo Kab.Toli-Toli


pada tanggal 22 september 2000, dari ayah Rahli Ahmad dan ibu Suharni. Penulis
adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2006-2012 penulis bersekolah di
SDN 2 Salumbia, kemudian pada tahun 2012-2015 penulis melanjutkan
pendidikan di MTS DDI Salumbia. Tahun 2018, penulis lulus dari MA DDI
Salumbia dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk STIKes Widya
Nusantara Palu dan diterima di Program Studi Ners Jurusan Ilmu Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai