Anda di halaman 1dari 104

Plagiarism Checker X - Report

Originality Assessment

25%
Overall Similarity

Date: Oct 7, 2022 Remarks: Moderate similarity Verify Report:


Matches: 3054 / 12102 words detected, you better improve Scan this QR Code
Sources: 89 the document (if needed).

v 8.0.7 - WML 4
FILE - SKRIPSI LEDIYA-1.DOCX
SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD LABUANG BAJI

MAKASSAR

OLEH :

LEDIYA LOISA SLARMANAT

120111821

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

(STIK) FAMIKA MAKASSAR

TAHUN 2022

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S. Kep) dalam program studi ilmu

keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika Makassar

OLEH :

LEDIYA LOISA SLARMANAT

120111821
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

(STIK) FAMIKA MAKASSAR TAHUN 2022

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dibuat dan

dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di

Perguruan Tinggi manapun.

Sungguminasa, 19 April 2022

Yang menyatakan,

LEDIYA LOISA SLARMANAT

NIM : 120111821

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Disusun dan diajuhkan oleh :

LEDIYA LOISA SLARMANAT

Nim : 120111821
Dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan dalam seminar proposal.

Sungguminasa, 19 April 2022

Disetujui oleh :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Ns. Yudit Patiku,S.Si, S.Kep, M.Kes Ns. Robertus Masyuri, S. Kep.,M.M

NIDN: 0916096903 NIDN: 090018201

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Disusun Dan Diajukan Oleh :

LEDIYA LOISA SLARMANAT

NIM : 120111821

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji dalam 65 seminar Proposal

Pada Hari : Rabu

Tanggal : 13 Juli 2022

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk seminar skripsi


TIM PENGUJI :

1. Ns. Wahyuni Wahab, S. Kep ( )

2. Ns. Ambu Anto, S.Kep.,M.Mkep ( )

1. Dr. Ns. Yudit Patiku,S.Si, S.Kep, M.Kes ( )

2. Ns. Robertus Masyuri, S. Kep.,M.M ( )

Mengetahui

KETUA STIK FAMIKA KETUA PRODI S1

Dr. Ns. Yudit Patiku,S.Si, S.Kep, M.Kes Ns. Ambu Anto, S.Kep.,M.Mkep

NIDN: 0916096903 NIDN: 0930078901

MOTTO

“CATATLAH APA YANG KAMU LAKUKAN DAN LAKUKANLAH APA YANG KAMU

CATAT”
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan

anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Lama Menjalani Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD

Labuang Baji Makassar”.


Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan studi program S1

Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika Makassar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dan

kerja sama dari berbagai pihak. 44 Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga, teristimewa buat ayah dan ibu (Gotlif

Slarmanat dan Penina Elisabet Putnarubun), atas segala cinta dan kasih sayang serta

dukungan baik moral maupun materil selama menempuh masa pendidikanku. Buat kakak

Yety Slarmanat, kakak Alex Slarmanat dan adik-adikku serta keluarga besarku terima

kasih untuk doa dan dukungan yang selalu memicu untuk menggapai kemilau cita-cita,

serta penghormatan 44 yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Oichida, selaku Ketua 83 Yayasan Fani Mitra Karya Makassar.

2. Dr. Yudit Patiku,S.Si, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Sekola Tinggi Ilmu Keperawat

(STIK) Famika Makassar beserta stafnya .

3. Bapak Ns. Ambu Anto, S.Kep.,M.MKep, selaku ketua program S-1 Keperawatan STIK

FAMIKA Makassar

4. Ibu, Dr. Ns. Yudit Patiku,S.Si, S.Kep, M.Kes , dan Bapak Ns. Robertus Masyuri, S.

Kep.,M.M, 74 selaku dosen pembimbing l dan pembimbing ll yang telah meluangkan

banyak waktunya dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal

ini.

5. Ibu Ns. Wahyuni Wahab, S. Kep, dan , Ns. Ambu Anto, S.Kep.,M.MKep selaku 62

penguji l dan penguji ll yang telah meluangkan waktunya kesempurnaan proposal ini.

6. Seluruh dosen dan staf dilingkungan STIK famika Makassar yang telah membantu

dalam proses penyelesaian proposal

7. Bapak Ns. Septi Hendy Telaumbanua, S.Kep, selaku PA yang selalu memberika

arahan, masukan dan nasihat kepada saya.

8. 66 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas bantuan moral
maupun material dalam penyusunan proposal ini.

9. Sahabat dan teman-teman Jeksen Elath, Mansye Solissa, Enjel batkunde, Fera

metehohy, Antomina yensen dan kakak Nina Turalely, yang selalu menemani dan

memberikan dukungan dan dorongan 44 dalam penyusunan skripsi ini.

10. Rekan angkatan 2018 yang tidak penulis sebutkan satu persatu terima kasih telah

menjadi teman seperjuangan dan selalu semangat kawan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab iru, 57

dengan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran yang konstruktif demi

sempurnanya proposal ini.

Sungguminasa, 19 April 2022

Penulis

84 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

SURAT PERNYATAAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWAN xiii


(STIK) FAMIKA MAKASSAR xiii

JULI 2022 xiii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan penelitian 5

D. Manfaat penelitian 6

BAB II 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Tinjauan Umum Tentang Gagal Ginjal Kronik 7

B. Tinjauan Umum Tentang Lama Menjalani Hemodialisa 20

C. Tinjauan Umum Tentang Kulitas Hidup 41

BAB III 47

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 47

A. Kerangka Konseptual Penelitian 47

B. Variabel Penelitian 48

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 48

D. Hipotesis Penelitian 49

BAB IV 50

METODE PENELITIAN 50

A. Rancangan Penelitian 50

B. Populasi Dan Sampel 50

C. Pengumpulan Data Dan Analisa data 51

D. Cara Analisa Data 53

E. Etika Penelitian 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56

A. Hasil Penelitian 56
B. Pembahasan 66

BAB VI PENUTUP 71

A. Kesimpulan 71

B. Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 73

KUESIONER PENELITIAN 80

DAFTAR 85 LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembaran Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Instrumen Penelitian

Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : hasil SPSS

Lampiran 7 : Dokumentasi

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWAN

(STIK) FAMIKA MAKASSAR

JULI 2022

ABSTRAK
HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN

KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

TAHUN 2022

Oleh :

¹ Lediya ²yudit Pattiku ³Robert Mashyuri

(302 word + xii + 92 halaman + 15 Tabel + 7 Lampiran)

kualitas hidup adalah kondisi seseorang terhadap kebahagiaan dan kepuasan dari

berbagai aspek kehidupan, diantaranya aspek fisik, spikologis, sosial dan lingkungan.

Hemodialisis adalah proses dilakukannya 21 pembersihan darah dari akumulasi sampah

buangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan lama

menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di rsud labuang

baji makassar.

Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional study. Hasil penelitian diperoleh menggunakan lembar kuesioner dengan

metode wawancara. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 28 orang yang diambil dengan

menggunakan teknik total sampling. Penelitian dilaksanakan di RSUD Labuang Baji

Makassar . pada tanggal 2-16 juni 2022 .setelah melakukan penelitian, Selanjutnya data

diolah menggunakan program computer spss versi 22.

Hasil penelitian dari 28 responden didapatkan lama menjalani hemodialisa dikatakan lama

dan kualitas hidup baik sebanyak 1 (3.5%) responden dan lama menjalani hemodialisa

dikatakan baik akan tetapi kualitas hidup kurang sebanyak 2 (7.1%) responden. Selain itu

diperoleh lama menjalani hemodialisa dikatakan baru dan 58 kualitas hidup baik sebanyak

16 (57.1%) responden dan lama menjalani hemodialisa dikatakan baru akan tetapi kualitas

hidup kurang 9 (32.1%) responden.

Hasil uji statistic menggunakan penilaian Chi-square with ficher’s exact test terhadap 28

responden didapatkan tidak ada 7 hubungan lama menjalani hemodialisa dengan


kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik. Dimana. Nilai p value = 0,543 lebih besar dari

pada α = (0.05) sehingga diketahui bahwa Ho diterima sedangkan Ha ditolak, dengan

demikian 5 tidak ada hubungan antara lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik.

Kata kunci : Hemodialisa, Kualitas Hidup, Gagal Ginjal Kronik

Pustaka : 2016-2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. 32 Latar belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat

pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal memelihara

keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum (Putri,2020).

Salah satu metode terapi dari Penyakit ginjal kronis adalah dengan cara hemodialisis atau

biasa disebut cuci darah. Hemodialisis adalah proses dilakukannya 21 pembersihan darah

dari akumulasi sampah buangan. Tujuan utama terapi hemodialisis adalah mengembalikan

27 keseimbangan cairan intraseluler dan ekstraseluler yang terganggu akibat fungsi ginjal

yang rusak (Dewi fitriani et.al 2020).

28 Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 mengemukakan bahwa

angka kejadian GGK di seluruh dunia mencapai 10% dari populasi, sementara itu pasien

GGK yang menjalani hemodialisis (HD) diperkirakan mencapai 1,5 juta orang di seluruh

dunia. Angka kejadiannya 45 diperkirakan meningkat 8% setiap tahunnya. GGK

menempati penyakit kronis dengan angka kematian tertinggi ke-20 di dunia. Berdasarkan

67 National Chronic Kidney Disease Fact Sheet, (2017) di Amerika Serikat, terdapat 30

juta orang dewasa (15%) memiliki penyakit GGK. 29 Berdasarkan Center for Disease
Control and prevention, prevalensi GGK di Amerika Serikat pada tahun 2012 lebih dari

10% atau lebih dari 20 juta orang (Putri,2020).

Sedangkan di Indonesia (Masruroh, 2017), prevalensi gagal ginjal kronik sebesar 2% (

499.800 orang ). Perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua dengan biaya

terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung (Fitriani et al,2020).

Menurut data Indonesia Renal Registry ( IRR ) pada tahun 2017, jumlah pasien Penyakit

ginjal kronis dengan pilihan terapi hemodialisa di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

bertambah. Pada tahun 2017 terdapat 77.892 pasien hemodialisa yang tersebar di 433

unit Hemodialisa di Indonesia (Muhammad T.D,2020).

Data hasil Riskesdas (2018), Prevalensi tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Utara yakni

0,6 %, kemudian pada urutan kedua Provinsi Maluku Utara dan urutan ketiga Provinsi

Sulawesi Utara, dimana Provinsi Sumatera Utara berada diposisi ke-24 setelah 30

Provinsi NTT. Sedangkan angka accidental pasien Gagal Ginjal Kronik yang berusia

kurang dari 15 tahun dan menjalani hemodialisis yakni Provinsi DKI Jakarta berada

diurutan pertama yakni 38,7 %, diikuti Bali dan Daerah Istimewah Yogyakarta. Sedangkan

Provinsi Sumatera Utara berada di urutan ke-25 setelah Papua (Muhammad T.D,2020).

Penyakit ginjal kronis merupakan penurunan progresif fungsi ginjal dalam beberapa bulan

atau dalam hitungan tahun. Penyakit ginjal kronis 63 didefinisikan sebagai kerusakan

ginjal dan atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60ml/min/I,73m2

selama minimal 3 bulan (Dewi fitriani et.al 2020).

Menurut Nur pada tahun 2012, dimana salah satu metode terapi dari Penyakit ginjal kronis

adalah dengan cara hemodialisis atau biasa disebut cuci darah. Hemodialisis adalah

proses dilakukannya 21 pembersihan darah dari akumulasi sampah buangan.

Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien yang

berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Hemodialisis bukan untuk

menyembuhkan penyakit ginjal kronik, tetapi terapi pengganti fungsi ginjal untuk

membersihkan darah dari berbagai macam zat- zat sampah yang tidak bisa dikeluarkan

secara alami pada pasienpasien Penyakit ginjal kronis karena menurunnya atau rusaknya
fungsi ginjal penderita (Dewi fitriani et.al 2020).

Menurut Nuari dan Widayati pada tahun 2017 tujuan dari pengobatan hemodialisa adalah

7 meningkatkan kualitas hidup pasien. Tetapi, dalam proses hemodialisa yang

berlangsung dengan durasi 4 – 5 jam selama 2 -3 / minggu, dan dilakukan seumur hidup

tentu saja akan mempengaruhi kondisi fisik juga psikologis pada 34 pasien Penyakit ginjal

kronis dengan hemodialisa. Sedangkan kualitas hidup terdiri dari beberapa aspek kualitas

sekaligus, atau antara lain aspek kondisi fisik, psikologis, sosial dan juga lingkungan dalam

kehidupan sehari hari (Fitriani et.al 2020).

Riskesdas (2013) juga menunjukkan prevalensi gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar

0,2 persen, meningkat seiring dengan bertambahnya umur dengan peningkatan tajam

pada kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun, namun

prevalensi tertinggi pada umur 75 ke atas sebanyak (0,6%). Prevalensi pada lakilaki

(0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), selanjutnya prevalensi lebih tinggi terjadi pada

masyarakat perdesaan (0,3%). Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Sulawesi

Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masingmasing 0,4 %

dan Sulawesi Selatan sebesar 0,3% (Mardhatilah,2020).

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji Makassar,

angka kejadian GGK yang menjalankan terapi HD tahun 2019 sebanyak 289 orang,

sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 227 orang dan pada tahun 2021 sebanyak 282

orang dan pasien GGK yang menjalankan terapi HD pada bulan April 2022 sebanyak 28

orang. Rata-rata pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisa selama dalam

jangka waktu 4-5 jam.

Berdasarkan hasil studi pada latar belakang diatas, 75 maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa Dengan Kualitas

Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD Labuang Baji Makassar”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai

berikut : “Apakah Ada Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup

Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD Labuang Baji Makassar ?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui 5 Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup

Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi lama menjalani hemodialisa 22 pada pasien gagal ginjal kronik

di RSUD Labung Baji Makassar.

b. Untuk mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Labuang

Baji Makassar.

c. Untuk menganalisa 5 hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik di RSUD Labuang Baji Makassar.

D. Manfaat penelitian

a. Bagi Peneliti

Merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru dalam

melakukan penelitian serta dapat mengetahui hubungan 7 kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik.

b. Baji Institusi Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi tenaga kesehatan 83 dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gagal ginjal kronik

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan penelitian

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Gagal Ginjal Kronik

1. Defenisi gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible,

sehingga penderita gagal ginjal kronik akan kehilangan fungsi ginjal secara bertahap dan

tidak dapat ubah (Purwaty,2016).

2 Gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun secara bertahap akibat

kerusakan jaringan ginjal. Secara medis, gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai

penurunan laju penyaringan ginjal selama 3 bulan atau lebih (Nereza,2021).

Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal kronis (PGK) menyebabkan cairan,

elektrolit, dan limbah menumpuk di dalam tubuh dan menimbulkan banyak gangguan.

Gejala dapat lebih terasa ketika fungsi ginjal sudah semakin menurun. Pada tahap lanjut,

GGK dapat membahayakan jika tidak ditangani, salah satunya dengan cuci darah

(Nereza,2021).

2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis

Penyakit gagal ginjal disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensi dan diabetes

yaitu sebagai berikut (Bellasari et al,2020) :

a) Gangguan ginjal pada diabetes

Diabetes merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit gagal ginjal. 39 Jika

glukosa dalam darah terlalu tinggi, ini dapat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk

menyaring kotoran dalam darah dengan merusak system penyaringan ginjal. Maka dari itu

sangat penting bagi penderita diabetes untuk menjaga tingkat glukosa mereka melalui pola

makan yang sehat dan mengkonsumsi obat-obat anti diabetes sesuai aturan dokter.
b) Gangguan ginjal pada hipertensi

Tekanan darah adalah ukuran tekanan saat jantung memompa darah ke pembuluh arteri

dalam setiap denyut nadi. 9 Tekanan darah kerap diasosiasikan dengan penyakit ginjal,

karena tekanan darah yang berlebihan dapat merusak organ tubuh. Hipertensi

menghambat proses penyaringan dalam ginjal. Kondisi ini mreusak ginjal dengan

menekan pembuluh darah kecil dalam organ tersebut. Meski Sembilan dari sepuluh

penyebab kasus tekanan darah tinggi tidak diketahui, namun ada kaitan antara kondisi

tersebut dengan kesehatan tubuh seseorang secara menyeluruh, termasuk pola makan

dan gaya hidup. Orang yang memiliki kebiasaan tertentu seperti kurang berolahraga,

kebiasaan merokok, stress, obesitas, mengonsumsi minuman keras berlebihan, terlalu

banyak garam dan lemak dalam makanan yang dikonsumsi, serta kurang potassium dan

vitamin D, maka orang tersebut akan memiliki risiko mengidap penyakit hipertensi lebih

tinggi.

3. Manifestasi klinis gagal ginjal kronik

Pada gagal ginjal kronis, setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka

pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. 35 Keparahan tanda dan gejala

bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan

usia pasien (siregar,2016).

Menurut Nursalam (2006) yang dikutip dalam (siregar,2016), manifestasi klinis yang terjadi

Gastrointestinal: ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.

Kardiovaskuler : hipertensi, peru

bahan EKG, perikarditis, efusi pericardium, tamponade pericardium.

33 Respirasi : edema paru, efusi pleura, pleuritis. Neuromuskular : lemah, gangguan tidur,

sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati perifer, bingung dan koma.

Metabolik/endokrin: glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks menyebabkan

penurunan libido, impoten dan ammenore.

Cairan-elektrolit : gangguan asam basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi


dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia, hipokelemia.

Dermatologi : pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, uremia frost. 49 Abnormal

skeletal : osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalaisia. Hematologi : anemia, defek

kualitas flatelat, perdarahan meningkat.

Fungsi psikososial : perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif.

4. Gejala gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronis apabila tidak ditangani dapat 64 menjadi gagal ginjal akhir (ESRD),

yakni setelah terjadinya penumpukan limbah tubuh, cairan, dan elektrolit yang bisa

membahayakan tubuh jika tanpa dilakukan penyaringan buatan (dialisis/cuci darah) atau

transplantasi ginjal. GGK umumnya tidak menimbulkan gejala, sehingga membuat

pengidap penyakit ini biasanya tidak menyadari gejalanya (Halodoc,2019).

2 Gejala pada penderita gagal ginjal kronis stadium 1–3 biasanya tidak begitu terlihat.

Biasanya, gejala gagal ginjal kronis baru terasa ketika sudah mencapai stadium 4 dan 5

akibat beratnya gangguan metabolisme tubuh (Nereza,2021).

Ada beberapa gejala atau tanda-tanda sesorang mengalami penyakit ginjal diantaranya

sebagai berikut (Bellasari et al,2020) :

a) Lebih ingin 9 sering buang air kecil, terutama di malam hari

b) Kulit terasa gatal

c) Adanya darah atau protein dalam urine yang dideteksi saat tes urine

d) Mengalami kram otot

e) Barat badan turun atau kehilangan berat badan

f) Kehilangan nafsu makan atau nafsu makan menurun

g) Penumpukan cairan yang mengakibatkan pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki,

dan tangan

h) Nyeri pada dada, akibat cairan menumpuk di sekitar jantung

i) Mengalami kejang pada otot

j) Mengalami gangguan pernafasan atau sesak napas

k) Mengalami mual dan muntah


l) Mengalami gangguan tidur atau susah tidur

5. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik

Terdapat dua pendekatan teoritis yang umumnya diajukan untuk menjelaskan gangguan

fungsi ginjal pada gagal ginjal kronik. Sudut pandangan tradisional mengatakan bahwa

semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda- beda,

dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja

benar-benar rusak atau berubah strukturnya. Misalnya, lesi organik pada medula akan

merusak susunan anatomik pada lengkung Henle dan vasa rekta, atau pompa klorida

pada pars asendens lengkung Henle yang akan mengganggu proses aliran balik pemekat

dan aliran balik penukar. 16 Pendekatan kedua dikenal dengan nama hipotesis Bricker

atau hipotesis nefron yang utuh, yang berpendapat bahwa bila nefron terserang penyakit,

maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja

normal. Uremia akan terjadi bila jumlah nefron sudah sangat berkurang sehingga

keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi (Bellasari et al,2020).

1 Hipotesis nefron yang utuh ini sangat berguna untuk menjelaskan pola adaptasi

fungsional pada penyakit ginjal progresif, yaitu kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendati GFR sangat menurun. 6 Urutan peristiwa

dalam patofisiologi gagal ginjal progresif dapat diuraikan dari segi hipotesis nefron yang

utuh.Meskipun penyakit ginjal kronik terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus

diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah, kendati

jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif.

Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respons terhadap ancaman ketidak

seimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam

usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan filtrasi

beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk

seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal (Bellasari et

al,2020).

Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau

sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut

bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus

(keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus) tidak

dapat lagi dipertahankan, bahwa 6 dari 8 buah nefron telah hancur). Fleksibilitas baik pada

proses ekskresi maupun proses konservasi zat terlarut dan air meniadi berkurang. Sedikit

perubahan pada makanan dapat mengubah keseimbangan yang rawan tersebut, karena

makin rendah GFR (yang berarti makin sedikit nefron yang ada) semakin besar perubahan

kecepatan ekskresi per nefron. Hilangnya 1 kemampuan memekatkan atau

mengencerkan urine menyebabkan berat jenis urine tetap pada nilai 1,010 atau 285 mOsm

(yaitu sama dengan konsentrasi plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan

nokturia. Sebagai contoh, seseorang dengan makanan normal mengekskresi zat terlarut

sekitar 600 mOsm per hari. Kalau orang itu tidak dapat lagi memekatkan urinenya dari

osmolalitas plasma normal sebesar 285 mOsm, maka tanpa memandang banyaknya

asupan air akan 15 terdapat kehilangan obligatorik 2 liter air untuk ekskresi zat terlarut 600

mOsm (285 mOsm/ liter) (Bellasari et al,2020).

Sebagai respons terhadap beban zat terlarut yang sama dan keadaan kekurangan cairan,

orang normal dapat memekatkan urine sampai 4 kali lipat konsentrasi plasma dan dengan

demikian hanya akan mengekskresi sedikit urine yang pekat. Bila GFR terus turun sampai

akhirnya mencapai nol, maka semakin perlu mengatur asupan cairan dan zat terlarut

secara tepat untuk mampu mengakomodasikan penurunan fleksibilitas fungsi ginjal.

Hipotesis nefron yang utuh ini didukung beberapa pengamatan eksperimental. Bricker dan

Fine (1969) memperlihatkan bahwa pada pasien pielonefritis dan anjing-anjing yang

ginjalnya dirusak pada percobaan, nefron yang masih bertahan akan mengalami hipertrofi

dan menjadi lebih aktif dari keadaan normal. Juga diketahui bahwa bila satu ginjal seorang

yang normal dibuang, maka ginjal yang tersisa akan mengalami hipertrofi dan fungsi ginjal

ini mendekati kemampuan yang sebelumnya dimiliki oleh kedua ginjal itu secara bersama-

sama. Juga terbukti bahwa ginjal normal dengan beban zat terlarut meningkat akan
bertindak sama seperti ginjal yang mengalami gagal ginjal progresif (Bellasari et al,2020).

Hal ini mendukung 16 hipotesis nefron yang utuh. Data eksperimental memperlihatkan

bahwa dengan meningkatnya jumlah beban zat terlarut secara progresif, maka

kemampuan pemekatan 1 urine dalam keadaan kekurangan air (kurva atas) atau

kemampuan pengenceran urine dalam keadaan asupan yang banyak (kurva bawah) akan

menghilang secara progresif. Kedua kurva mendekati berat jenis 1,010 sampai urine

menjadi isoosmotik dengan plasma pada 285 mOsm sehingga terjadi berat jenis yang

tetap.Keadaan percobaan tersebut di atas dapat ditimbulkan pada seorang normal dengan

memberikan manitol (suatu diuretik osmotik). Angka 10 pada sumbu x sengaja dipilih untuk

memperlihatkan bahwa ginjal mengekskresi beban zat terlarut sebanyak 10 kali lipat.

Dalam keadaan ini setiap nefron yang normal mengalami diuresis osmotik disertai

kehilangan air obligatorik. Ginjal kehilangan fleksibilitasnya untuk memekatkan maupun

mengencerkan urine dari osmolalitas plasma sebesar 285 mOsm. Kejadian yang serupa

mungkin 50 terjadi pada pasien gagal ginjal progresif. Pasien dengan 90% massa nefron

yang pada grafik tersebut seperti orang normal dengan beban zat terlarut 10 kali keadaan

normal (Bellasari et al,2020).

Sepuluh persen sisa nefron dipaksa untuk mengekskresi 10 kali lipat beban zat terlarut

normal, dan dengan demikian kebilangan fleksibilitasnya Nefronnefron tersebut tidak dapat

mengkompensasi secara tepat dengan perubahan yang terjadi melalui reabsorpsi tubulus

terhadap kelebihan atau kekurangan natrium atau air. Tercatat beberapa kali bahwa gagal

ginjal kronik sering bersifat progresif, bahkan bila faktor pencetus cedera telah

disingkirkan. Sebagai contoh, pada anakanak dengan pielonefritis kronik yang disebabkan

oleh refluks vesikouretral dan infeksi traktus urinarius (UTI) yang berulang akan timbul

jaringan parut pielonefritis yang menyerang tubulus dan interstisium namun, bila refluks

tersebut dikoreksi secara bedah dan infeksi ginjal dihentikan dengan antibiotik, gagal ginjal

progresif tetap akan berlanjut. Observasi ini telah memulai upava penelitian utama baru-

baru ini untuk mempelajari alasan perkembangan penyakit ginjal dan cara untuk

menghentikan atau memperlambat perkembangan tersebut. Penjelasan terbaru yang


paling populer untuk gagal ginjal progresif tanpa penyakit ginjal primer yang aktif adalah

hipotesis hiperfiltrasi (Bellasari et al,2020).

Menurut teori hiperfiltrasi tersebut, nefron yang utuh pada akhirnya akan cedera karena

kenaikan aliran plasma dan GFR serta kenaikan tekanan hidrostatik intrakapiler

glomerulus (misalnya, tekanan kapiler glomerulus. Walaupun kenaikan SNGFR dapat

menyesuaikan diri dengan lari jangka pendek, namun tidak dapat menyesuaikan dengan

lari jangka panjang. Sebagian besar bukti teori hiperfiltrasi untuk cedera sekunder berasal

dari model sisa ginjal pada tikus. Jika satu ginjal pada tikus diangkat dan dua pertiga dari

ginjal yang lain rusak, terlihat bahwa binatang tersebut akan mengalami 1 gagal ginjal

stadium akhir (ESRD) dalam waktu 6 bulan, walaupun tidak ada penyakit ginjal primer.

Tikus itu mengalami proteinuria, dan biopsi ginjal pada sisa ginjal memperlihatkan

glomerulosklerosis yang meluas menyerupai lesi pada banyak penyakit ginjal primer. Satu

penjelasan untuk lesi ginjal dan gagal ginjal progresif berdasarkan pada perubahan fungsi

dan struktur yang timbul ketika jumlah nefron yang utuh menurun pada binatang

percobaan (Bellasari et al,2020).

Penyesuaian fungsi terhadap penurunan massa nefron menyehabkan hipertensi sistemik

dan peningkatan SNGFR (hiperfiltrasi) pada sisa nefron yang utuh. Peningkatan SNGFR

sebagian besar dicapai melalui dilatasi arteriol aferen. Pada saat yang ber- samaan,

arteriol eferen berkontraksi karena pelepasan angiotensin II lokal.Sebagai akibatnya, aliran

plasma ginjal (RPF) dan P meningkat, karena sebagian besar tekanan sistemik

dipindahkan ke glomerulus. 3 Kompensasi fungsional ini berkaitan dengan perubahan

struktural yang bermakna. Volume rumbai glomerulus meningkat tanpa diiringi peningkatan

jumlah sel epitel visera, dan mengakibatkan penurunan densitas dalam rumbai glomerulus

yang membesar. Diyakini bahwa kombinasi hipertensi glomerulus dan hipertrofi

merupakan perubahan signifikan yang menyebabkan cedera sekunder dari rumbai

glomerulus dan merusak nefron dengan progresif. Penurunan densitas epitel visera

menyebabkan penyatuan pedikulus dan hilangnya sawar selektif terukur sehingga akan

meningkatkan protein yang hilang dalam urine (Bellasari et al,2020).


Peningkatan permeabilitas dan hipertensi intraglomerulus juga membantu akumulasi dari

protein besar (misalnya, fibrin, imunoglobulin, komplemen dalam ruang subendotelial.

Akumulasi subendotelial ini menumpuk bersama proliferasi matriks mesangial yang pada

akhirnya menyebabkan penyempitan lumen kapiler akibat tertekan. Cedera sekunder

lainnya adalah pembentukan mikroaneurisma akibat disfungsi sel endotel. Akibat

keseluruhan adalah kolapsnya kapiler glomerulus dan glomerulosklerosis, yang

ditunjukkan dengan proteinuria dan gagal ginjal progresif. Selain itu, rangkaian ini

menyebabkan timbal balik positif dari lengkung henle dengan percepatan proses yang

destruktif, sehingga makin sedikit sisa nefron yang utuh. Perkembangan terbaru dalam

pemahaman mekanisme gagal ginjal progresif melalui hipotesis hiperfiltrasi menyebabkan

dokter lebih memusatkan perhatian pada pengobatan pencegahan cedera glomerus

sekunder daripada menitikberatkan pada penyakit ginjal primer. Percobaan klinis besar

yang sekarang sedang dilakukan adalah pembatasan protein pada makanan dan terapi

antihipertensi yang dimaksudkan untuk 1 memperlambat perkembangan gagal ginjal

kronik (Bellasari et al,2020).

6. 2 Pengobatan dan Pencegahan Gagal Ginjal Kronis

Penanganan GGK bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah penyakit ini

bertambah buruk akibat limbah yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh. Untuk itu, deteksi

dini dan penanganan secepatnya sangat diperlukan (Nareza,2020).

Secara umum, pengobatan gagal ginjal kronis meliputi:

a) Pemberian obat-obatan

b) Cuci darah

c) Transplantasi ginjal

GGK dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat dan mengontrol penyakit yang

dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal kronis.

B. Tinjauan Umum Tentang Lama Menjalani Hemodialisa

1. Pengertian Lama Menjalani Hemodialisa

Hemodialisis dapat di definisikan sebagai suatu proses pengubahan komposisi solute


darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membrane semi permeabel (membrane

dialysis). Tetapi pada prinsipnya, hemodialisis adalah suatu proses 40 pemisahan atau

penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu membrane semi permeabel yang

dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik akut maupun kronik (Bellasari

et al,2020).

25 Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan menggunakan

selaput membran semi permeabel (dialiser), yang berfungsi seperti nefron sehingga dapat

mengeluarkan produk sisa metabolism dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit pada pasien gagal ginjal (Bellasari et al,2020).

Hemodialisis adalah proses dilakukannya 21 pembersihan darah dari akumulasi sampah

buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan 3 tahap akhir gagal ginjal atau

pasien yang berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Hemodialisis

bukan untuk menyembuhkan penyakit ginjal kronik, tetapi terapi pengganti fungsi ginjal

untuk membersihkan darah dari berbagai macam zat- zat sampah yang tidak bisa

dikeluarkan secara alami pada pasien 34 pasien Penyakit ginjal kronis karena

menurunnya atau rusaknya fungsi ginjal penderita (Fitriani. et al,2020).

17 Hemodialisa merupakan salah satu terapi pengganti untuk menggantikan sebagian

kerja ginjal dalam mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat-zat

yang tidak dibutuhkan tubuh. Frekuensi tindakan hemodialisa bervariasi tergantung

banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, penderita yang menjalani hemodialisis akan terus

menerus melakukan hemodialisis secara rutin untuk menyambung hidupnya ( Astri,2016).

Terapi hemodialisa 18 merupakan suatu terapi yang menggunakan teknologi tinggi

sebagai pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sampah metabolisme atau racun

tertentu dari peredaran darah manusia.(Bellasari et al,2020).

Hemodialisis (HD) 10 adalah salah satu pilihan terapi pada pasien dengan ESRD.

Penyakit ginjal kronik terutama dengan terapi HD akan mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan seperti aspek fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi. Hal 60 tersebut tidak

hanya berdampak pada diri sendiri tapi juga berdampak pada keluarga dan
masyarakat.(Aidillah,2017).

Terapi HD 41 dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, namun tindakan ini tidak

akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari, dan juga tidak akan

mengembalikan seluruh fungsi ginjal. 15 Pasien tetap akan mengalami sejumlah

permasalah dan komplikasi dari penyakitnya. Terapi HD juga akan mempengaruhi

keadaan psikologis, sosial dan ekonomi pasien. Pasien akan mengalami gangguan proses

berpikir serta gangguan dalam berhubungan sosial. Belum lagi masalah kehilangan

pekerjaan, perubahan peran di keluarga, perubahan hubungan dan waktu yang terbuang

untuk dialisis serta biaya yang dikeluarkan untuk rutin menjalani hemodialisis. Semua

kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien GGK yang

menjalani terapi HD (Purwaty,2016).

Hemodialisa 7 dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik, terutama

dengan terapi hemodialisis akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seperti aspek

fisiologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Hal 60 tersebut tidak hanya berdampak pada diri

sendiri tetapi juga berdampak pada keluarga dan masyarakat. Pasien dapat mengalami

gangguan konsentrasi, proses berpikir, hingga gangguan dalam hubungan sosial .

(Bellasari et al,2020).

2. Tujuan lama menjalani hemodialisa

10 Tujuan utama dari HD adalah menggantikan fungsi ginjal sehingga mampu

mempertahankan homeostasis tubuh manusia. Terapi HD yang memerlukan waktu jangka

panjang akan mengakibatkan munculnya beberapa komplikasi yaitu hipotensi dan kram

otot, komplikasi tersebut dapat memberikan stressor fisiologis kepada pasien. Selain

mendapatkan stressor fisiologis, pasien yang menjalani HD juga mengalami stressor

psikologis. 42 Stressor psikologis tersebut diantaranya adalah pembatasan cairan,

pembatasan konsumsi makanan, gangguan tidur, ketidakjelasan tentang masa depan,

pembatasan aktivitas rekreasi, penurunan kehidupan sosial, pembatasan waktu dan

tempat bekerja, serta faktor ekonomi. 10 Pasien akan kehilangan kebebasan karena

berbagai aturan dan sangat bergantung kepada tenaga kesehatan, kondisi ini
mengakibatkan pasien tidak produktif, pendapatan akan semakin menurun atau bahkan

hilang. Sehingga hal tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup (Wahyuni, 2018).

Tujuan utama terapi hemodialisis adalah mengembalikan 27 keseimbangan cairan

intraseluler dan ekstraseluler yang terganggu akibat fungsi ginjal yang rusak. 18 Biasanya

pasien akan menjalani terapi hemodialisis seumur hidup. Pada 1 pasien gagal ginjal

kronik dengan hemodialisa berhubungan dengan gejala fisik dan komplikasi seperti

penyakit jantung, anemia, gangguan tidur yang dapat disebabkan oleh uremia, selain itu

adanya gangguan neurologis dan gangguan gastrointestinal menyebabkan dampak bagi

kualitas hidup penderita. Masing-masing perubahan fisik berpotensi untuk menurunkan

kualitas hidup. (Bellasari et al,2020).

Durasi hemodialisis dilaporkan dari lamanya pasien menjalani hemodialisis, yaitu dari awal

pasien mengikuti hemodialisis yang rutin sampai pada saat pemeriksaan. Sebuah

penelitian di Iran mengelompokkan durasi hemodialisis menjadi < 1 tahun, 1-5 tahun dan

> 5 tahun. Sementara penelitian lain menghitung durasi hemodialisis dengan memakai

satuan bulan (Ika,2021).

18 Biasanya pasien akan menjalani terapi hemodialisis seumur hidup yang umumnya

dilakukan sebanyak tiga kali seminggu selama 3-4 jam per kali terapi. Hemodialisis dapat

dilakukan sementara waktu jika kerusakan fungsi ginjal yang terjadi bersifat sementara

pada 3 pasien dengan gagal ginjal akut. Namun, hemodialisis akan dilakukan seumur

hidup ketika fungsi ginjal mengalami kerusakan yang bersifat menetap, pada pasien GGK

(Edilla, 2019).

Proses terapi HD yang memerlukan waktu jangka panjang akan mempengaruhi berbagai

aspek kehidupan. Pasien dapat mengalami gangguan konsentrasi, proses berpikir hingga

gangguan dalam hubungan sosial (Wahyuni, 2018).

3. Prinsip hemodialisis

Terdapat 3 komponen utama yang terlihat dalam proses hemodialisis yaitu alat dialiser,

cairan dialisat dan sistem pengantara darah. 76 Dialiser adalah alat dalam proses dialysis

yang mampu mengalirkan darah dan dialisat dalam komponen-komponen di dalamnya,


dengan dibatasi membran semi permeabel (Bellasari et al,2020).

Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi dan ultrafiltrasi. Difusi adalah

perpindahan zat terlarut melalui membrane semi permeabel. 22 Laju difusi terbesar terjadi

pada perbedaan konsentrasi molekul terbesar.Ini adalah mekanisme utama untuk

mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatinin, elektrolit, dan untuk menambahkan

serum bikarbonat. Zat terlarut yang terkait dengan protein tidak dapat dibuang melalui

difusi karena protein yang terikat tidak dapat menembus membrane (Bellasari et al,2020).

4. Jenis hemodialysis

Jenis hemodialisis dibagi menjadi dua yaitu (Bellasari et al,2020) :

1) Hemodialisis pada gangguan ginjal akut

2) Hemodialisis pada penyakit ginjal kronis:

a) Hemodialisis konvensional: hemodialisis kronis biasanya dilakukan 2- 3 kali per minggu,

31 selama sekitar 4-5 jam untuk setiap tindakan.

b) Hemodialisis harian: biasanya digunakan oleh pasien yang melakukan cuci darah

sendiri di rumah, dilakukan selama 2 jam setiap hari.

c) Hemodialisis nocturnal: dilakukan saat pasien tidur malam, 6-10 jam per tindakan, 3-6

kali dalam seminggu

5. Komplikasi Hemodialisis

Komplikasi akut 9 yang paling sering terjadi adalah hipotensi terutama pada pasien

diabetes. 13 Hipotensi pada HD dapat dicegah dengan melakukan evaluasi berat badan

kering dan modifikasi dan ultrafiltrasi, sehingga diharapkan jumlah cairan yang dikeluarkan

lebih banyak pada awal dibandingkan pada akhir dialysis. Kram otot juga sering terjadi

selama proses hemodialisis. Beberapa faktor pencetus yang dihubungkan dengan

kejadian kram otot ini adalah adanya gangguan perfusi otot karena pengambilan cairan

yang agresif dan pemakaian dialisat rendah sodium. Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser

sering dijumpai pada pemakaian pertama (Bellasari et al,2020).

Komplikasi kronik passion hemodialisis dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :
1) Komplikasi yang sering terjadi karena terapi hemodialisis seperti hipotensi, anemia,

endocarditis, dll.

2) Komplikasi yang terjadi karena penyakit ginjal primer seperti nefropati, kronik

gromeluropati, glomerulonefritis, dll.

Komplikasi kronik atau komplikasi jangka panjang yang 50 dapat terjadi pada pasien yang

mengalami terapi hemodialisa antara lain, penyakit kardiovaskular (Bellasari et al,2020).

6. Efek Samping dan Komplikasi Hemodialisis

Meskipun keamanan prosedur hemodialisis telah meningkat pesat selama bertahun-tahun,

prosedur ini bukan tanpa resiko. Komplikasi 50 yang mungkin terjadi selama tindakan

hemodialisis secara umum yaitu (Bellasari et al,2020) :

1) Pada Penderita :

a. Hipotensi dan hipertensi.

Hipotensi merupakan komplikasi yang paling sering dilaporkan selama hemodialissi.

b. Sindroma disequilibrium akibat perbedaan kecepatan perubahan kadar molekul pada

masing-masing kompartemen tubuh.

c. Kram

d. Mual dan muntah

36 Salah satu penyebab mual dan muntah adalah uremia atau penumpukan racun dalam

darah yang disebabkan oleh gagal ginjal.

7. Dampak Hemodialisis

Hemodialisis merupakan salah satu pilihan terapi pada pasien gagal ginjal kronik.

Sehingga hemodialisis membutuhkan waktu yang lama dan harus dijalani dengan rutin,

dan dapat mengganggu aktivitas penderita serta dapat mengubah kondisi fisik penderita

seperti kulit bersisik, berawarna hitam, dan menurunnya kualitas penderita.Juga dapat

mengganggu psikologis penderita sperti gangguan konsentrasi, proses berfikir, hingga

gangguan dalam hubungan sosial lainnya (Bellasari,2020).

8. Komponen Hemodialisis

Yang dikutip dalam (Bellasa,2020).


a. Membran semipermeable atau dialiser: Dialiser adalah bagian dari peralatan untuk

menyaring darah. Berbentuk tabung yang terdiri dari 2 kompatemen (ruang) yaitu

kompartemen darah dan kompartemen dialist. Masing-masing kompatermen memiliki

saluran masuk dan keluar. Terdapat berbagai jenis membrane dialiser, perbedaan masing-

masing dialiser ditentukan oleh ukuran pori, bahan membrane, luas permukaan, efisiensi

membrane.

b. Konsentrat dialisat terdiri dari 2 bagian yaitu cairan asma dan cairan/serbuk bas.

Masing-masing bagian mempunyai komposisi elektrolit yang berbeda. Terdaapat berbagai

jenis konsentrat dialisat dengan komposisi elektrolit yang berbeda-beda seperti kadar

kalium, kadar glukosa, kadar magnesium. Pemilihan konsentrat dialisat tergantung dengan

kebutuhan penderita.

c. Selang darah 1 terdiri dari beberapa bagian:

1) Area selang pada pompa aliran darah

2) Selang aliran anti koagulant

3) Buble trap untuk pengamanan terhadap emboli udara

4) Port untuk obat-obatan

d. Anti koagulant: terdapat berbagai pilihan seperti heparin, LMWH, citrate.

e. Akses vascular

1) Kateter vena sentral : umumnya bersifat sementara, sering digunakan pada penderita

yang membutuhkan hemodialisis pada kasus gangguan ginjal akut maupun kronis

sebelum mempunyai akses permanen.

2) Akses vascular fistula: umumnya bersifat permanen, digunakan pada 34 pasien

penyakit ginjal kronis. Sebuah fistula radiocephalic dengan menyambung arteri dan vena

melalui anastomosis. Keuntungan dari pengguanan AV fistula adalah tingkat infeksi yang

lebih rendah, karena tidak ada bahan asing yang terlibat dalam pembentukan mereka,

tingkat yang lebih tinggi alirandarah dan lebih rendah insiden trombosis.

3) Graft arteri: graft ditanam di bawah kulit untuk menghubungkan 34 arteri dan vena,

biasanya terbuat dari bahan sintetis, dan harus diganti apabila graft mengalami kerusakan.
Digunakan pada penderita ginjal kronis.

9. Sop Tindakan Hemodialisis

a. Pengertian

Hemodialysis 11 adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa

metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat

melewati membrane semi permeable secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi

b. Tujuan

Menolong penderita dengan 3 gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati

dengan terapi konservatif

c. Kebijakan

Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat

mempertahankan fungsi ginjalnya cecara optimal.

d. Prosedur

4 1) Persiapan pasien

a) Surat dari dokter penanggung jawabruiang HD untuk tindakan HD (instruksi dokter).

b) Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada di tempat atau tidak bisa dihubungi,

surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh 21 dokter spesialis penyakit dalam

yang diberi delegasi oleh dokter penanggung jawab HD.

11 c) Apabila pasien berasal dari luart RS (traveling) disertai dengan surat traveling dari

RS asal

d) Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD

e) Riwayat penyakit yang perna diderita (penyakit lain)

f) Keadaan umum pasien

g) Keadaan spikososial

h) 4 Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit,ekstremitas edema +/-).

i) Data laboratorium: darah rutin,GDS, ureum, kreatinin, HBsAG, HCV, HIV, CT, BT.

j) Pastiksn bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD.

11 2) Persiapan mesin
a) Listrik

b) Air ysng sudah diubah dengan cara : filtrasi, soflening, deionisasi,reverse osmosis.

4 c) Sistem sirkulasi dialisat: system proporsioning, acctatc/bicarbonate,

d) Sirkulasi darah : dialyzer / hollow fiber, priming

3) Persiapan alat

a) Dialyzer

b) Transfusi set

c) Normal saline 0.9%

d) AV blood line

e) AV fistula

f) Spuit

g) Heparin

h) Lidocain

i) Kassa steril

j) Duk

k) Sarung tangan

l) Mangkok kecil

m) Desinfektan (alkohol/betadin)

n) Klem

o) Matkan

p) Timbangan

q) Tensimeter

r) Termometer

s) Plastic

t) Perlak kecil

4) Langkah-langkah

a) Setting dan spriming

1) Mesin dihidupkan
2) 37 Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer AV blood line dari bungkusnya,

juga slang infus/tranfusi set dan NaCl (perhatikan sterilitasnya)

3) Sambungkan normal saline dengan set infus, set infus dengan selang arteri, selang

darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan selang darah venous

4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan menekan

tombol tanda V atau A (pompa akan otomatis berputas sesuai arah jarum jam)

5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri,tamping cairan

ke dalam gelas ukur

6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri di klem

b) Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) diatas dan merah (intlet) dibawah

1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau A untuk menetukan angka

yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm)

2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline, habiskan cairan

normal sebanyak 500 cc

3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 100 cc. putarlah qb dan rpm

4) Sambungakan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous

5) Semua klem dibuka kecuali klem heparing

6) Setelang priming, mesing akan posisi dialyzis, start layar menunjukan “preparation”

artinya consentrate : dan Ro telah tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah

mencapai (normal: 13,8 / 14,2). Pada keadaan “preparation”, selang conccntrate boleh

disambung ke dialyzer

7) Lakukan sirkulasi dalam. 4 Caranya: sambung ujung blood line arteri vena

a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc

b) Tekan tombol UVG 500 dan tine life 10 menit

c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rmp

d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan ultarafiltrasi (cairan

normal saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit)

e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached” itu artinya UFG
sudah tercapai

8) Pemberian heparin pada selang arteri berikan heparing sebanyak 1500 unit-2000 unit

pada selang arteri 11 lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisis ke seluru

selang darah dan lialyzer, berikan kecepatan 100 rpm

c) Dialyzer siap pakai ke pasien sambil menunggu matikan flow dialisat agar concentrate

tidak boros

Catatan : jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan qb 100 rpm sirkulasi untuk membuang

formalin ( UFG 500, time life 20 menit dengan qb 350 rpm). Bilaslah 4 selang darah dan

dialyzer dengan normal saline sebanyak 2000 cc

e. punksi akses faskuler

1) tentukan tempat punksi atau periksa tempat sunte

2) 14 alasi dengan perlak kecil dan atur posisi

3) bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukan ke dalam

bak steril)

4) cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen

5) beri tahu pasien bila akan dilakukan punksi

6) pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan di punksi dengan betadine

dan alcohol

7) ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila pelu lakukan anestesi local, kemudian

desinfeksi

8) punksi intlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi

f. memulai hemodialisasi

19 sebelum dilakukan punksi dan melalui hemodialisa, ukur tanda tanda vital dan berat pre

hemodialisasi

1) setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line di

klem

2) lakukan resep data untuk menghapus 23 program yang telah dibuat, mesin otomatis

menunjukan angka nol (0) pada UV, UFG,UFR,UFG dan time lefet
3) Tentukan program pasien dengan menghitung BB dating – BB Standar + jumlah makan

saat hemodialisasi

4) Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik

5) Tekan tombol time lifte = waktu yang akan deprogram

6) Atur concentrate sesuai keputusan pasien (jangan meruba Base Na + karena teknisi

sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di daLLon. Na = 140 mmol)

7) Tekan tombol temperature(suhu mesin = 360 c / 370 c

8) Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien

9) Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm

10) Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri

a) Matikan (klem) selang infus

b) Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (intlet)

c) Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-suab dengan 4 kassa

betadine sebagai desinfektan

d) Ujung selang darah venous masukan dalam gelas ukur

e) Hidupkan pompa darah dan tekan tombol P atau A 100 Rpm

f) Perhatikan aliran cimino apakah lancer, fiksasi dengan miceprotore. Jika aliran tidak

lancer. Ubalah posisi jarum fistula

g) Perhatikan darah, buple 4 trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknhya terisi ¾ bagian

h) Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya cairan sisa

priming

i) Setelah darah 19 mengisi semua selang darah dan dialyzer matikan pompa darah

11) Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet

a) Menyambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya diberi

kassa betadine sebagai disinfektan). Masing-masing sambungan dikencangkan

b) 4 Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup

c) Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah dari 100 rpm

– dengan yang diinginkan


d) Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”

e) Selama proses hemodialisasi ada tujuh lampu hijau yang menyala (lampu monitor,on,

dialysis start, pompa, heparing, UF dan flow)

f) Rapikan peralatan

g. Penatalaksanaan selama hemodialisasi

1) 4 Memprogram dan memonitor mesin hemodialisasi

a) Lamanya HD

b) QB (kecepatan aliran darah) 150-250 cc / menit

c) QD (kecepatan aliran dialisasi 500 cc / menit

d) Temperatur dialisat 370 C

e) UFR dan TMP otomatis

f) Heparinisasi

1) Dosis awal : 25-50 unit / kgbb

a) Diberika pada waktu punksi

b) Sirkulasi ekstra corporeal 1500 unit

c) Dosis maintenance 500-2000 u/jam diberikan pada waktu HD berlangsung

2) Dosis maintenance 500-2000 u/jam diberikan pada waktu HD berlangsung cara

pemberian dosis maintenance

a) Kontinyu : diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari awal HD sampai

dengan 1 jam sebelum HD berakhir

b) Intermitten : diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan pemberian selanjutnya

dimasukkan tiap selang waktu 1 jam, untuk 1 jam terakhir tidak berakhir

c) Minimal heparin : heparin dosis awal kurang lebih 200 unit, selanjutnya diberikan kalau

perlu

g) Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)

h) Pemberian obat-obatan, tranfusi, dll

i) Monitor tekanan : fistula pressure

C. Tinjauan Umum Tentang Kulitas Hidup


1. Pengertian Kulitas Hidup

Kualitas hidup 38 menjadi istilah yang umum untuk menyatakan status kesehatan, kendati

istilah ini juga memiliki makna khusus yang memungkinkan penentuan rangking penduduk

menurut aspek objektif maupun subjektif pada status kesehatan. Kualitas 20 hidup yang

berkaitan dengan kesehatan Health-related Quality of Life (HQL) mencakup keterbatasan

fungsional yang bersifat fisik maupun mental, dan ekspresi positif kesejahtraan fisik,

mental, serta spiritual. HQL dapat digunakan sebagai sebuah ukuran integrative yang

menyatukan mortalitas dan morbidilitas, serta merupakan indeks berbagai unsur yang

meliputi kematian, morbidilitas, keterbatasan fungsional, serta keadaan sehat sejahtra

(Juliantini,2021).

26 Kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu

yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. 48 Kualitas hidup individu tersebut biasanya

dapat dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya

(Juliantini,2021).

43 Kualitas hidup adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rasa

kesejahteraan, termasuk aspek kebahagiaan, kepuasan hidup dan sebagainya. 10

Kualitas hidup pasien HD dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penyakit dasar PGK, komorbid, status nutrisi,

penatalaksanaan medis dan lama menjalani HD (Wayuni et al,2018).

Sedangkan kualitas hidup terdiri dari beberapa aspek kualitas sekaligus, atau antara lain

aspek kondisi fisik, psikologis, sosial dan juga lingkungan dalam kehidupan sehari hari

(Fitriani et al,2020).

12 faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yang dikutip dari (Juliantini,2021)

adalah :

a. Usia

Usia sangat mempengaruhi kualitas hidup individu, karena individu yang semakin tua akan

semakin turun kualitas hidupnya.

b. Pendidikan
Pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, kualitas hidup akan

meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu.

Hal tersebut terjadi karena individu yang memiliki pendidikan yang rendah akan merasa

tidakpercaya diri dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.

c. Status Pernikahan

Individu yang telah 26 menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu

yang tidak menikah. Karena pasangan yang menikah akan merasa lebih bahagia dengan

adanya pasangan yang selalu menemaninya.

12 d. Keluarga

Keluarga juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Individu yang

memiliki keluarga yang utuh dan harmonis akan lebih tinggi kualitas hidupnya. 77

Dikarenakan keluarga dapat memberikan dukungan dan kasih sayang untuk meningkatkan

kualitas hidup.

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis antara

lain faktor demografi seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan serta faktor

lain yaitu lama menjalani hemodialisis dan status fungsional kesehatanya . 51 Kualitas

hidup merupakan penilaian dan kepuasan klien terhadap tingkat dan fungsi kehidupan

mereka dibandingkan dengan keadaan ideal yang seharusnya bisa dicapai menurut klien (

Purwaty,2016).

2. Tujuan Kualitas Hidup

Kualitas hidup juga bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kepuasan dan kualitas yang

dirasakan pasien terhadap kondisi kesehatannya. Lukkarinen dan Hentinen berpendapat

bahwa jika kualitas hidup ingin dihubungkan dengan kesehatan, maka dapat didefenisikan

sebagai bagaimana pengalaman subyektif seseorang mengenai kehidupannya yang

dipengaruhi oleh kondisi kesehatan fisiknya, sehingga kualitas hidup harus dilihat dari

pandangan pasien, karena pasienlah yang paling memahami bagaimana hidupnya

dipengaruhi oleh kesehatan atau penyakitnya (Sure,2019).

Berdasarkan penjelasan 78 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah
konsep multidimensional mengenai bagaimana seseorang memandang kesejahteraan,

kepuasan, dan keberfungsian hidupnya secara menyeluruh terkait kondisi kesehatan,

psikologis, sosial, spiritual, dan aspek-aspek lainnya. (Sure,2019).

Dikutip dalam (Sure,2019) menggagas bahwa kualitas hidup manusia dapat dicapai dan

ditolak ukur berdasarkan terpenuhinya enam dimensi/domain kualitas hidup, yaitu:

a. Kesehatan atau Kesejahteraan Fisik

Merupakan kemampuan optimal anggota, organ, dan keseluruhan tubuh manusia untuk

dapat menjalankan fungsinya, melakukan aktivitas sehari-hari, mampu mengurus diri

secara mandiri, memenuhi segala kebutuhan hidupnya, serta menjaga kesehatan fisiknya.

b. Emosional atau Kesejahteraan Psikologis

Merupakan kemampuan manusia dari segi psikis dan emosi untuk dapat menciptakan

segala perasaan positif, bahagia, dan kepuasan dalam menghadapi berbagai peristiwa

hidup, serta terhindar dari berbagai permasalahan psikologis yang dapat menguras

emosional dan pikiran seseorang.

c. Kesejahteraan Sosial

Merupakan kemampuan seseorang terkait dengan kemampuan sosialnya dengan sekitar

dan kemampuan seseorang membina hubungan interpersonal dengan orangorang di

sekitarnya.

d. Kesejahteraan Fungsional

Merupakan kemampuan seseorang untuk dapat berfungsi secara prima dan mandiri

terhadap dirinya sendiri dalam memenuhi aktivitas dan kebutuhan hidupnya sehari-hari,

misalnya seperti bekerja, dan self-help lainnya.

e. Kepuasan terhadap Lingkungan

Dikarenakan manusia pada dasarnya tidak hidup sendiri dan dikelilingi oleh banyak hal

dalam kehidupannya, kepuasan terhadap lingkungan merupakan kepuasan dan kenyaman

seseorang terhadap hal-hal lain di luar dirinya, baik itu terhadap lingkungan tempat

tinggalnya, akses pelayanan kesehatan, akses informasi, transportasi, dan sebagainya.

f. Kesejahteraan Spiritual
Merupakan kemampuan seseorang dalam aspek pendekatan dirinya dengan Tuhan-nya,

menemukan arti dan makna dari kehidupannya, melaksanakan ibadah, serta meyakini

adanya andil Tuhan dalam setiap peristiwa hidupnya.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konseptual Penelitian

Hemodialisis adalah proses dilakukannya 21 pembersihan darah dari akumulasi sampah

buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan 3 tahap akhir gagal ginjal atau

pasien yang berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Hemodialisis

bukan untuk menyembuhkan penyakit ginjal kronik, tetapi terapi pengganti fungsi ginjal

untuk membersihkan darah dari berbagai macam zat- zat sampah yang tidak bisa

dikeluarkan secara alami pada pasien-pasien Penyakit ginjal kronis karena menurunnya

atau rusaknya fungsi ginjal penderita (Fitriani et al,2020).

Kualitas hidup adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rasa kesejahteraan,

termasuk aspek kebahagiaan, kepuasan hidup dan sebagainya. 10 Kualitas hidup pasien

HD dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, penyakit dasar PGK,status nutrisi, penatalaksanaan medis dan lama menjalani

HD (Putri et al,2018).

Berdasarkan dasar pemikiran variabel tersebut, maka dibuat skema pola sebagai berikut :

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen
: Garis penghubung variabel

B. 3 Variabel Penelitian

1. Variabel independen : Lama menjalani hemodialisa

2. Variabel dependen : Kualitas hidup

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Lama Menjalani Hemodialisa 5 Dalam Penelitian Ini Adalah Jangka Waktu Yang

Dialami Dan Dilalui Oleh Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Melakukan Terapi Hemodialisa

Di RSUD Labuang Baji Makassar.

Dengan kategori yang dikutip dalam (Ika,2021) :

Lama : jika responden tergolong > 5 tahun

Baru : jika responden tergolong < 5 tahun

2. Kualitas Hidup Dalam Penelitian Ini Adalah Segala Kondisi Yang Dialami Oleh Respon

Dalam Kehidupan Sehari-Hari Yang Dilihat Dari Aspek Fisik, Aspek Psikologis, Sosial Dan

Lingkungan.

Dengan kriteria :

Baik : 68 jika responden mendapat total skor > 39

Kurang : jika responden mendapat total skor < 39

D. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada 5 hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik di RSUD Labuang Baji Makassar.

Ho : Tidak ada hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik di RSUD Labuang Baji Makassar

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

7 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasional analitik.

Observasional Analitik atau Survei Analitik adalah survei atau penelitian yang menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan ini terjadi. (Notoatmodjo, 2012 yang dikutip

dalam valentine,2019).

86 Dengan pendekatan Cross Sectional Studi dimana Cross Sectional Studi adalah jenis

penelitian yang mengamati data-data populasi atau sampel satu kali saja pada saat yang

sama (Budiharto, 2008. Yang dikutip dalam Hayati,2021) yang bertujuan untuk melihat

“Hubungan 5 lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronik di RSUD Labuang Baji Makassar “.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Menurut Kuncoro (2013), populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang

biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

mempelajari atau menjadi objek penelitian (S. Al’amin,2020). 61 Populasi dalam penelitian

ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Labuang

Baji Makassar berjumlah 28 orang.

2. Sampel

Sampel 5 dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik di RSUD Labuang Baji

Makassar, dengan teknik pengambilan “total sampling”. Menurut Sugiyono (2014)

mengatakan bahwa total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Sampel ini digunakan jika jumlah populasi relatif kecil

yaitu tidak lebih dari 30 orang (S. Al’amin,2020). Jadi 7 sampel dalam penelitian ini yaitu

semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa digunakan sebagai sampel.

C. Pengumpulan Data Dan Analisa data

1. Instrument penelitian

Instrument penelitian 3 yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket berupa

kuesioner yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuesioner berisi
pertanyaan yang berkaitan dengan data demografi responden yang meliputi:umur, jenis

kelamin, agama, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan Pekerjaan. Bagian kedua

yaitu kuesioner kualitas hidup. Yang terdiri dari 26 pernyataan, dimana terdapat 8

pertanyaan tentang kesehatan fisik (1,2,3,4,5,6,7,23), 5 pertanyaan tentang kesehatan

psikologis (8-12), 8 pertanyaan tentang hubungan sosial (13-20) dan 5 pertanyaan tentang

dimensi lingkungan (21,22,24,25,26).

69 Responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.

Instrumen penelitian yang menggunakan yaitu skala Likert yang dapat dibuat dalam bentuk

checklist dengan Pernyataan SS, S, TS, STS. 46 SS = Sangat setuju (4), S = Setuju (3),

TS = Tidak setuju (2), dan STS = Sangat tidak setuju (1) dengan pilihan jawaban dengan

menggunakan angka dan untuk setiap pertanyaan yang paling tinggi diberi skor 4 dan

rendah diberi skor 1. Penilaian responden baik jika responden mendapat total > 39 dan

penilaian responden kurang jika responden mendapat total < 39.

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi 79 dalam penelitian ini adalah RSUD Labuang Baji Makassar. Dengan waktu

penelitian mulai bulan Juni 2022

3. Prosedur Pengambilan Atau Pengumpulan Data

a. Data primer : Diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner

b. Data sekunder : Data yang di ambil dari (tempat penelitian) Analisa data dan

pengolahan data.

D. Cara Analisa Data

Data dianalisa melalui presentase 80 dan perhitungan jumlah dengan cara berikut :

a. Analisa univariat

Dilakukan dalam tiap variabel dari hasil penilitian. Analisa ini menghasilkan frekuensi dan

presentase dari setiap variabel yang di teliti.

b. Analisa Bivariat

Di lakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen dalam bentuk
tabulasi silang antara kedua variabel tersebut. Menggunakan uji statistik dengan tingkat

kemaknaan yang di pakai adalah  α  = 0,05 dengan menggunakan rumus chi- square

(Dahlan.M, 2017)

Keterangan :

: Nilai chi-square test

0: Nilai obaservasi

E: Nilai yang diharapkan

∑: Jumlah data

Penilaian:

a. Apabila X2 Hitung > X2 Tabel, maka Hₒ ditolak atau H ͣ  diterima, artinya ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

b. Apabila X2 Hitung ≤ X2 Tabel, maka Hₒ diterima atau H ͣ  ditolak, artinya 5 tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

E. 52 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusinya dengan

mengajukan permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. 53 Setelah

mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika

yang meliputi:

1. Informet Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi

kriteria inklusi disertai judul penelitian. Bila subyek, 70 maka peneliti tidak akan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi

lembar tersebut diberikan kode.

3. Konfodentiality (Kerasiaan)

71 Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengantar

Pelaksanaan penelitian 5 lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien

gagal ginjal kronik di RSUD Labuang Baji Makassar berlangsung dari tanggal 2 sampai 16

juni 2022.

7 Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross


sectional dengan sampel sebanyak 28 orang yang diambil dengan menggunakan teknik

total sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dengan metode

wawancara, sedangkan pengolahan data menggunakan program computer versi 22.

Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji statistic Chi Square dengan fisher’s exact

test.

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Sejarah berdirinya

Rumah Sakit Umum (RSU) 8 Labuang Baji didirikan oleh seorang zending geroformat

Malang dan Semalang sebagai Rumah Sakit Zending, yang diresmikan pada tanggal 12

juni 1938 dengan kapasitas 25 buah tempat tidur.

Pada tahun 1946-1948 RSU Labuang Baji mendapat bantuang dari pemerintah Indonesia

Timur dengan rehabilitasi gedung-gedung yang hancur akibat perang, dan digunakan

untuk menampung korban akibat perang tersebut. Dan pada tahun 1949-1951 Zending

mendirikan bangunan permanen, sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 170 buah.

Barulah pada tahun 1952-1955, oleh pemerintah Daerah Kotapraja Makassar diberikan

tambahan ruangan sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 190 buah.

Sejak tahun 1955 RSUD Labuang Baji dibiayai oleh pemerintah Daerah Tingkat l Sulawesi

Selatan. Dan pada tahun 1760 oleh zending, RSUD Labuang Baji diserahkan menjadi milik

pemerintah Daerah Tingkat l Sulawesi Selatan dan dikelola oleh Dinas Kesehatan Provinsi

Dati l Sulawesi Selatan dengan Klasifikasi Rumah Sakit Kelas C. Barulah terhitung mulai

tanggal 16 Januari 1996 mulai Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Dati l Sulawesi

Selatan nomor 2 tahun 1996 kelas Rumah Sakit ditingkatkan dari Rumah Sakit Kelas C

menjadi kelas B non pendidikan. 72 Pada tanggal 13 September 2002 RSUD Labuang

Baji berubah status Non Pendididkan menjadi Badan Pengelola (BP) Labuang Baji

Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Keadaan demografis dan geografis

RSUD Labuang Baji Makassar adalah salah satu RSUD yang ada 8 di Sulawesi Selatan

yang tempatnya beralamat di Jl. Dr. Ratulangi No. 81 Makassar, Sulawesi Selatan.
Dengan batas wilayah meliputi:

Utara : Apotik Sella Farma ( Jl. Landak )

Timur : Apotikblana Farma ( Jl. Tupai )

Selatan : SD Bertingkat Labuang Baji.

Barat : Apotik Andrian ( Jl. Dr. Ratulangi )

Adapun fasilitas pelayanan RSUD Labuang Baji terdiri dari pelayanan medic berupa

instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap. Pelayanan rawat jalan meliputi : poliklinik

mata, bedah, paru, dan TB, kebidanan dan kandungan/ KB, KIA dan Laktasi, penyakit

dalam, general Chek Up, Saraf, apotek rawat jalan, Kardiologi, Gigi, Jiwa, Anak, dan unit

Hemodialisa. Sedangjkan instalasi rawat inap dilengkapi oleh kapasitas berupa ruang

bedah sentral, bedah kebidanan/kandungan, perawatan khusus (RPK), rawat Intensif,

hemodialisa, dan kamar bersalin.

3. Karakteristik Responden

a. distribusi kelompok umur responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 dari 28 responden diperoleh kelompok umur

yang paling banyak adalah 36-41 tahun yaitu 8 (28.6%) responden dan yang paling sedikit

43-58 dan 67-72 tahun yaitu 1 (3.6%). Hal ini dapat dilihat dengan jelas 7 pada tabel

berikut ini.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pasien GGK Di RSUD Labuang Baji

Makassar

Tahun 2022

Umur

Frekuensi

Presentase
24-29 Tahun

30-35 Tahun

30-35 Tahun

42-47 Tahun

48-53 Tahun

54-59 Tahun

60-65 Tahun

67-72 Tahun

21.4

7.1

28.6

10.7

3.6

14.3

10.7

3.6

Total

28

100

3 Sumber : Data primer (2022)


b. Berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 dari 28 responden diperoleh jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan yaitu 16 responden (57.1%) dan yang paling sedikit

laki-laki yaitu 12 responden (42.9%). Hal ini dapat dilihat dengan jelas 7 pada tabel

berikut ini.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien GGK Di 59 RSUD

Labuang Baji Makassar

Tahun 2022

Jenis kelamin

Frekuensi

Presentase (%)

Laki-laki

Perempuan

12

16

42.9

57.1

Total

28

100

Sumber : Data primer (2022)


c. Berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 dari 28 responden diperoleh tingkat pendidikan

yang paling banyak adalah SMA yaitu 13 responden (46.4%) dan pendidikan responden

yang paling sedikit adalah SD yaitu 1 responden (3.6%). Hal ini dapat dilihat dengan jelas

7 pada tabel berikut ini.

Table 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien GGK Di RSUD Labuang

Baji Makassar

Tahun 2022

Pendidikan

Frekuensi

Presentase (%)

SD

SMP

SMA

Perguruan tinggi

13

3.6

18.6

46.4

21.4
Total

28

100

Sumber : Data primer (2022)

e. Berdasarkan pekerjaan terakhir

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 dari 28 responden diperoleh pekerjaan terakhir

responden yang paling banyak adalah tidak bekerja yaitu 10 responden (35.7%) dan

pekerjaan responden yang paling sedikit PNS yaitu 4 responden (14.3%). Hal ini dapat

dilihat dengan jelas 7 pada tabel berikut ini.

Table 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Terakhir Pasien GGK Di 59

RSUD Labuang Baji Makassar

Tahun 2022

Pekerjaan terakhir

Frekuensi

Presentase (%)

Tidak bekerja

Wiraswasta

Peg. Swasta

PNS

10

35.7
32.1

17.9

14.3

Total

28

100

Sumber : Data primer (2022)

4. Analisa Data

a. Analisa Univariat

1) Lama menjalani hemodialisa

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 dari 28 responden diperoleh lama menjalani

hemodialisa, yang paling banyak berada pada kategori baru yaitu 89.3% atau 25

responden kemudian kategori lama yaitu 10.7% atau 3 responden. Hal ini dapat dilihat

dengan jelas 7 pada tabel berikut ini.

Table 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menjalani Hemodialisa Pasien GGK Di

59 RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2022

Lama menjalani hemodialisa

Frekuensi

Presentase (%)

Lama

Baru

25
10.7

89.3

Total

28

100

2) Kualitas hidup

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 dari 28 responden diperoleh kualitas hidup

paling banyak berada pada kategori baik yaitu 60.7% atau 17 responden kemudian

kategori kurang yaitu 39.3% atau 11 responden. Hal ini dapat dilihat dengan jelas 7 pada

tabel berikut ini.

Table 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Pasien GGK Di RSUD

Labuang Baji Makassar

Tahun 2022

Kualitas hidup

Frekuensi

Presentase (%0

Baik

Kurang

17

11

60.7

39.3

Total

28

100
Sumber : Data Primer

b. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.7 yang merupakan tabel tabulasi silang antara

variabel independen dan variabel dependen. Dari 28 responden dapat diperoleh lama

menjalani hemodialisa dikatakan lama dan kualitas hidup baik sebanyak 1 (3.5%)

responden dan lama menjalani hemodialisa dikatakan baik akan tetapi kualitas hidup

kurang sebanyak 2 (7.1%) responden. Selain itu diperoleh lama menjalani hemodialisa

dikatakan baru dan 58 kualitas hidup baik sebanyak 16 (57.1%) responden dan lama

menjalani hemodialisa dikatakan baru akan tetapi kualitas hidup kurang 9 (32.1%)

responden.

Table 5.7

Analisis Hubungan Lam a 81 Menjalani Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal

Ginjal Kronik Di RSUD Labuang Baji Makassar 2022

Lama Menjalani HD

Kualitas Hidup Jumlah

BAIK

KURANG

(N)

Lama

3.5
2

7.1

10.7

Baru

16

57.1

32.1

25

89.3

Jumlah (N)

17

60.7

11

39.3

28

100

B. Pembahasan

7 Hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronik.

79 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 sampai 16 juni

2022 di RSUD Labuang Baji Makassar, yang diperoleh dari 28 responden dengan lama

menjalani hemodialisa dikatakan lama dan kualitas hidup baik sebanyak 1 responden

(3.5%). Menurut asumsi peneliti, bahwa 7 pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa dengan jangka waktu yang lama akan mengalami kualitas hidup yang baik

karena pasien gagal ginjal kronik sudah terbiasa dan bisa menerima kondisi yang
dialaminya sekarang ini.

Menurut (Haningrum et al, 2020) 10 Semakin lama pasien menjalani terapi hemodialisis

maka semakin patuh pasien tersebut, karena biasanya pasien telah mencapai tahap

menerima dan merasakan manfaat hemodialisis. Studi analisis Wijayanti, dkk pada 2017,

dimana penelitian ini menyatakan kesuksesan hemodialisis tergantung pada kepatuhan

pasien menjalani terapi hemodialisis.

Hasil analisis dari 28 responden diperoleh lama menjalani hemodialisa dikatakan lama

akan tetapi kualitas hidup kurang sebanyak 2 responden (7.1%) dengan jenis kelamin laki-

laki, pendidikan SMP, pekerjaan wiraswasta dan tidak bekerja, umur 41 dan 25 tahun

Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena keadaan fisik seperti pasien tampak

lemah, pasien belum bisa mandi sendiri tapi dibantu oleh keluarganya yang hanya bisa

pasien lakukan adalah menggosok gigi dan pasien belum menerima kondisinya saat ini,

kemudian keadaan spikologis seperti pasien merasa cemas dengan keadaannya, pasien

sering mengalami ketakutan terhadap kesehatannya, selanjutnya Keadaan sosial

lingkungan seperti ada keluarga pasien yang tidak menemani dalam melakukan

hemodialisa, pasien merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga dan pasien merasa

gagal dalam menjalani peran dalam keluarga.

Menurut Nuari dan Widayati pada tahun 2017 (yang dikutip dalam Haningrum et al, 2020)

tujuan dari pengobatan hemodialisa adalah 7 meningkatkan kualitas hidup pasien.

Tetapi, dalam proses hemodialisa yang berlangsung dengan durasi 4 – 5 jam selama 2 -3 /

minggu, dan dilakukan seumur hidup tentu saja akan mempengaruhi kondisi fisik juga

psikologis pada 34 pasien penyakit ginjal kronis dengan hemodialisa. Sedangkan kualitas

hidup terdiri dari beberapa aspek kualitas sekaligus, atau antara lain aspek kondisi fisik,

psikologis, sosial dan juga lingkungan dalam kehidupan sehari hari.

Hasil penelitian dari 28 responden diperoleh lama menjalani hemodialisa dikatakan baru

dan 58 kualitas hidup baik sebanyak 16 responden (57.1%). Menurut asumsi peneliti,

bahwa 7 pasien gagal ginjal kronik yang baru menjalani hemodialisa memiliki kualitas

hidup yang baik karena mempunyai pendidikan yaitu kebanyakan SMA dan ada juga yang
perguruan tinggi oleh sebab itu pasien memiliki pengetahuan, asumsi dan wawasan yang

luas dalam menanggapi permasalahan atau keadaan yang sedang terjadi.

Menurut (Lismayanur et al, 2019) pasien GGK yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan lebih luas yang memungkinkan pasien dapat mengontrol dirinya

dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa percaya tinggi yang tinggi,

berpengalaman dan perkiraan yang tepat tentang bagaimana mengatasi kejadian, mudah

mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.

Hasil penelitian dari 28 responden diperoleh lama menjalani hemodialisa dikatakan baru

akan tetapi kualitas hidup kurang 9 responden (32.1%) dengan usia

(55,39,37,25,57,28,29,55,60), jenis kelamin ( perempuan sebanyak 5 responden dan laki-

laki sebanyak 4), pendidikan (SD 1, SMP 5, SMA 2, perguruan tinggi 1) dan pekerjaan

terakhir (tidak bekerja sebanyak 6 respnden,wiraswasta 2 responden dan peg.swasta 1

responden. Menurut asumsi peneliti, bahwa hal ini sebabkan karena adanya perubahan

dalam kehidupan 7 pasien gagal ginjal kronik yang dulunya bebas beraktivitas apa saja

namun sekarang dibatasi dengan keadaannya seperti merasa lemah saat beraktivitas

sehingga mempengaruhi kualitas hidup dari 5 pasien gagal ginjal kronik tersebut.

Menurut ( Suri et al,2016) Pasien baru menjalani terapi hemodialisis cendrung

mempersepsikan kualitas hidupnya menurun ini dikaitkan dengan perubahan kehidupan,

ketergantungan pada mesin hemodialisis juga membuat aktivitas penderita menjadi

terbatas 82 serta penurunan kondisi kesehatan fisik dari waktu ke waktu.

Dari hasil uji statistik Chi-square dengan fisher’s exact test terhadap 28 responden

diperoleh nilai p value = 0,543 lebih besar dari pada α = (0.05) sehingga diketahui bahwa

H0 diterima sedangkan Ha ditolak, dengan demikian 5 tidak ada hubungan antara lama

menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di RSUD Labuang

Baji Makassar.

Menurut asumsi peneliti dalam kaitannya dengan penelitian ini bahwa semakin lama 3

pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisa,bukan berarti kualitas hidupnya

akan membaik menurut seberapa lama pasien tersebut menjalani hemodialisa, namun
kualitas hidup itu tergantung dan berasal dari dirinya sendiri karena pasien tersebut yang

merasakannya karena kualitas hidup itu sendiri dapat dipengaruhi dari aspek spikologis,

spiritual dan sosial. Jadi, tidak ada hubungannya 5 lama menjalani hemodialisa dengan

kualitas hidup dari pasien gagal ginjal kronik. Penelitian ini sejalan dengan Rahman

(2016), dan Mayuda (2017). Rahman (2016) menjelaskan lama menjalani hemodialisis

kurang dari 6 bulan mayoritas dengan kualitas hidup buruk (58,3%) dan yang menjalani

hemodialisis lebih dari 6 bulan (68,1%) dengan hasil penelitian menunjukkan tidak ada

hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup dengan nilai p =

0,579. Mayuda (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan

7 kualitas hidup pasien GGK antara hemodialysis > 5 tahun dengan hemodialysis < 5

tahun (p = 0.732) Terapi hemodialisis juga mempengaruhi pikologis pasien. Pasien

biasanya mengalami gangguan proses berfikir 73 dan konsentrasi serta gangguan dalam

berhubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas

hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialysis.

BAB VI

PENUTUP

A.Kesimpulan

Penelitian telah dilaksanakan di RSUD Labuang Baji Makassar, dari tanggal 2 – 16 Juni

2022, dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari 28 5 responden yang Lama menjalani terapi hemodialisa > 5 tahun sebanyak 3

(10.7%), dan lama menjalani hemodialisa < 5 tahun sebanyak 25 (89.3%).

2. Dari 28 responden yang mempunyai kualitas hidup baik sebanyak 17 (60.7%), dan

yang kurang 11 (39.3%).


3. 7 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan fisher’s exact test

diperoleh nilai ρ ( 0,543) > α (0.05),dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Sehingga

dapat diketahui tidak ada 5 hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik di RSUD Labuang Baji Makassar.

1 B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan agar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani HD agar meningkatkan kualitas

hidupnya dengan selalu berpikir positif dan selalu mendekatkan diri kepada tuhan .

2. Bagi Pihak Rumah Sakit

Disarankan hasil penelitian ini dapat digubnakan sebagai sumber informasi bagi pihak

RSUD Labuang Baji Makassar Agar Lebih Meningkatkan Kualitas Pelayanan Khususnya

7 Pasien GGK Yang Menjalani HD.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya bisa lebih konsisten lagi dalam melakukan penelitian.

JADWAL PENELITIAN

Lampiran 1
No

Kegiatan

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tahun 2022

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

24 1

2
3

Mengenal Masalah


2

Pengajuan Judul


3

Pengumpulan Referensi

47 √


4

Menyusun Proposal


Asistensi Proposal

Seminar Proposal

Revisi Proposal

Uji Validitas
9

Pelaksanaan Riset


10

Penyusunan Dan Pengolahan Data


11

Seminar Skripsi

12

Perbaikan Skripsi
Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN RESPONDEN

Kepada Yth,

BAPAK/IBU

Di-

87 Tempat

Dengan hormat,

Saya bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lediya Loisa Slarmanat

Nim : 120111821

Alamat : Sungguminasa Kab. Gowa

Saya adalah mahasiswa pendidikan S-1 keperawatan/Ners STIK FAMIKA Makassar yang

akan mengadakan penelitian tentang

“ hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di

RSUD labuang baji makassar”.

saya sangat mengharapkan partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini demi kelancaran

penelitian, dan saya akan menjamin kerahasiaan dan segala bentuk informasi yang

bapak/ibu berikan, dan apabila saya melanggarnya saya bersedia menanggung

kosekuensinya.

demikian penjelasan dari saya, atas perhatian dan kerjasamanya saya mengucapkan
terima kasih.

Makassar, ………….2022

Responden,

()

Lampiran 3

88 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya bertanta tangan dibawah ini menyatakan untuk berpartisipasi sebagai responden

pada penelitian yang dilaksanakan oleh Mahasiswa STIK FAMIKA Makassar atas nama :

Nama : LEDIYA LOISA SLARMANAT

Nim : 120111821

Alamat : Sungguminasa Kab. Gowa

Judul penelitian : “ 5 hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien

gagal ginjal kronik di RSUD labuang baji makassar “.

Saya menyadari bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini dan akan memberikan

informasi yang sebenar-benarnya yang dibutuhkan oleh peneliti, dan saya mengerti bahwa

penelitian ini tidak merugikan saya dan telah memberikan kesempatan oleh peneliti untuk

meminta penjelasan sehubungan dengan penelitian ini.

Saya mengerti bahwa hasil penelitian ini akan menjadi bahan masukan bagi saya dalam

mengetaui pengembangan kualitas hidup saya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka saya menyatakan bersedia menandatangani

lembar persetujuan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar,……………2022

Responden,

( )

KUESIONER PENELITIAN
1. Kuesioner Demografi

Berilah tanda (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan

kondisi dan situasi yang Anda alami.

a. Nama :

b. Umur : tahun.

c. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

d. Agama : ( ) Islam ( ) Kristen Prostestan

( ) Kristen Katolik ( ) Hindu ( ) Budha

e. Status : ( ) Belum Menikah ( ) Menikah

( ) Janda/ Duda

f. Pendidikan : ( ) SD ( ) SMA ( ) SMP

( ) Perguruan Tinggi

g. Pekerjaan terakhir : ( ) PNS/ TNI/ Polri ( ) Wiraswasta

( ) Peg. BUMN ( ) Tidak bekerja

( ) Peg. Swasta

h. Lama menjalani HD : ( ) 1 tahun ( ) 2 tahun

( ) 3 tahun ( ) 4 tahun

( ) 5 tahun ( ) lebih 5 tahun

2. Kuesioner Kualitas Hidup

Berilah tanda (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan

kondisi dan situasi yang anda alami.

SS= Sangat 54 setuju

S = Setuju

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

No
Pertanyaan

SS

TS

STS

Saya dapat melakukan kebersihan diri sendiri seperti: mandi, menggosok gigi, berpakaian,

dan lain-lain.

Saya masih dapat melakukan rutinitas aktivitas olahraga yang tidak membutuhkan tenaga

besar seperti: jalan santai, gerak badan ringan.

Saya menjaga penampilan fisik saya seperti berpakaian rapi

Saya dapat mengatasi komplikasi akibat terapi hemodialisa


5

Saya membatasi asupan makanan dan cairan

Saya merasa sedih dengan kondisi saya saat ini

Saya marah jika ada orang lain yang membicarakan penyakit yang saya derita

Saya cemas karena kondisi saya saat ini

9
Saya dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga

10

Saya sering mengalami ketakutan atau kecemasan terhadap kesehatan saya

11

Saya rajin berdoa dan mengikuti kegiatan agama

12

Saya selalu berpikir bahwa penyakit yang saya derita adalah kehendak-Nya

13

Saya yakin bahwa kepercayaan kepada tuhan akan memberi kekuatan dalam menghadapi

masalah
14

Saya yakin bahwa kepercayaan saya akan membuat saya bahagia menjalani hidup

15

Saya menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan

16

Saya dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan tempat kerja/sekolah

17

Saya masih senang berhubungan dengan tetangga dalam lingkungan masyarakat sekitar

tempat tinggal saya

18
Keluarga saya selalu menemani saya dalam pengobatan maupun pemeriksaan fisik

19

Saya mendapat perhatian dari keluarga dan teman-teman saya

20

Saya merasa nyaman dengan kondisi rumah dan lingkungan tempat saya tinggal

21

Saya merasa gagal dalam menjalani peran dalam keluarga

22

Saya merasa masih mampu melakukan kegiatan rumah tangga


23

Saya puas dengan kehidupan saya sekarang

24

Saya puas dengan pekerjaan saya sekarang

25

Saya merasa hidup saya sangat berarti

26

Saya menghabiskan waktu libur dengan rekreasi bersama keluarga

(Sumber : Putri Insyirah Siregar, 2016)


Lampiran 5

Lampiran 6

Frequencies statistics

UMUR

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

24-29 TAHUN
6

21.4

21.4

21.4

30-35 TAHUN

7.1

7.1

28.6

36-41 TAHUN

28.6

28.6

57.1

42-47 TAHUN

10.7

10.7

67.9

48-53 TAHUN

3.6

3.6

71.4

54-59 TAHUN

14.3

14.3
85.7

60-65 TAHUN

10.7

10.7

96.4

67-72 TAHUN

3.6

3.6

100.0

Total

28

100.0

100.0

JENIS KELAMIN

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

LAKI-LAKI

12

42.9

42.9
42.9

PEREMPUAN

16

57.1

57.1

55 100.0

Total

28

100.0

100.0

PENDIDIKAN

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

SD

3.6

3.6

3.6

SMP

28.6

28.6
32.1

SMA

13

46.4

46.4

78.6

PENDIDIKAN TINGGI

21.4

21.4

100.0

Total

28

100.0

100.0

PEKERJAAN TERAKHIR

89 Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

TIDAK BEKERJA
10

35.7

35.7

35.7

WIRASWASTA

32.1

32.1

67.9

PEG. SWASTA

17.9

17.9

85.7

PNS

14.3

14.3

100.0

Total

28

100.0

100.0

Statistics
lama menjalani hemodialisa

kualitas hidup

Valid

28

28

Missing

lama menjalani hemodialisa

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

LAMA

10.7

10.7

10.7

BARU

25

89.3

89.3

100.0
Total

28

100.0

100.0

56 Case Processing Summary

Cases

Valid

Missing

Total

Percent

Percent

Percent
lama menjalani hemodialisa * kualitas G BB

]FVCGB hidup

28

100.0%

0.0%

28

100.0%

lama menjalani hemodialisa * kualitas hidup Crosstabulation

kualitas hidup

Total

Baik

kurang baik

lama menjalani hemodialisa

lama

Count

Expected Count

1.8

1.2

3.0

% within lama menjalani hemodialisa


33.3%

66.7%

100.0%

% within kualitas hidup

5.9%

18.2%

10.7%

% of Total

3.6%

7.1%

10.7%

baru

Count

16

25

Expected Count

15.2

9.8

25.0

% within lama menjalani hemodialisa

64.0%

36.0%

100.0%

% within kualitas hidup

94.1%

81.8%

89.3%
% of Total

57.1%

32.1%

89.3%

Total

Count

17

11

28

Expected Count

17.0

11.0

28.0

% within lama menjalani hemodialisa

60.7%

39.3%

100.0%

% within kualitas hidup

100.0%

100.0%

100.0%

% of Total

60.7%

39.3%

100.0%

Chi-Square Tests
Value

Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square

1.056a

.304

Continuity Correctionb

.162

.688

Likelihood Ratio

1.031

.310

Fisher's Exact Test


.543

.336

Linear-by-Linear Association

1.018

.313

N of Valid Cases

28
Lampiran 7

DOKUMENTASI

xi

73
1

73

73

73

73

73

73
73

73

73

73
Sources
https://nunnaanna.blogspot.com/2011/11/uremia-pada-gagal-ginjal-kronik.html
1 INTERNET
2%
https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis
2 INTERNET
1%
https://adoc.pub/hubungan-gagal-ginjal-kronik-dengan-tebal-parenkim-ginjal-pa.html
3 INTERNET
1%
https://idoc.pub/documents/sop-pelayanan-pasien-dialisis-d47eygz78jn2
4 INTERNET
1%
https://repository.unair.ac.id/89576/
5 INTERNET
1%
https://rudialyst-hemodialisis.blogspot.com/2012/08/skripsi-bab-ii.html
6 INTERNET
1%
https://www.researchgate.net/publication/343100510_HUBUNGAN_LAMA_MENJALANI_HEMODIALISA_DAN_AN
EMIA_DENGAN_KUALITAS_HIDUP_PADA_PASIEN_GGK_YANG_MENJALANI_HEMODIALISA_DI_UNIT_HEMODIALI
7 SA_RUMAH_SAKIT_TK_II_030501_DUSTIRA
INTERNET
1%
https://rslabuangbaji.com/profil-rumah-sakit-labuang-baji/
8 INTERNET
1%
https://solusisehatonline.wordpress.com/tag/ginjal/#:~:text=Tekanan darah kerap diasosiasikan dengan
9 penyakit ginjal karena,dengan menekan pembuluh darah kecil dalam organ tersebut.
INTERNET
1%
https://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/905/759
10 INTERNET
1%
https://ratuputripertiwi.blogspot.com/2017/12/daftartilik-tindakanhemodialisa.html#!
11 INTERNET
1%
https://konsultasiskripsi.com/2021/09/25/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kualitas-hidup-skripsi-dan-tesis-3/
12 INTERNET
1%
https://text-id.123dok.com/document/9ynle1epq-indikasi-dan-kontraindikasi-hemodialisis.html
13 INTERNET
1%
https://ratuputripertiwi.blogspot.com/2017/12/ceklis-keterampilan-hemodialisa.html#!
14 INTERNET
<1%
https://griyahusada.id/journal/index.php/midwifery/article/download/34/9/
15 INTERNET
<1%
https://id.123dok.com/article/patofisiologi-chronic-kidney-disease-ckd.wye1er1z
16 INTERNET
<1%
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-malang/gizi-dan-kesehatan-health-and-
17 nutrition/makalah-gagal-ginjal-kronik/7477683
INTERNET
<1%
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1265382&val=16230&title=HUBUNGAN LAMA
MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
18 MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT GINJAL RASYIDA MEDAN
INTERNET
<1%
https://obby-allinone.blogspot.com/2014/12/hemodialisa-cara-kerja.html
19 INTERNET
<1%
https://www.coursehero.com/file/115135874/BAB-II-1pdf/
20 INTERNET
<1%
https://www.rshdbarabai.com/hemo
21 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/hubungan-lama-menjalani-terapi-hemodialisis-dengan-kualitas-.html
22 INTERNET
<1%
https://obby-allinone.blogspot.com/2014/12/hemodialisa-cara-kerja.html#!
23 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2198/8/8.Lampiran.pdf
24 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/nzw8jn8gz-hemodialisis-penatalaksanaan-penyakit-ginjal-kronik.html
25 INTERNET
<1%
https://psike.id/glossary/kualitas-hidup/
26 INTERNET
<1%
https://www.yakestelkom.or.id/serba-serbi-kesehatan/pengobatan-ggk#:~:text=Tujuan Hemodialisis: Tujuan
utama adalah untuk memperbaiki keseimbangan,kadar ureum darah), kelebihan cairan dan ketidakseimbangan
27 elektrolit.
INTERNET
<1%
https://repositori.stikes-ppni.ac.id/bitstream/handle/123456789/900/BAB 1_202103058.pdf?sequence=4
28 INTERNET
<1%
https://core.ac.uk/download/pdf/354977876.pdf
29 INTERNET
<1%
http://www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manuju/article/viewFile/2925/pdf
30 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/63468/3/BAB II.pdf
31 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1438/3/3. Chapter 1.pdf
32 INTERNET
<1%
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/996/4/4. Chapter 2.pdf
33 INTERNET
<1%
https://republika.co.id/berita/p8ap02399/jumlah-pasien-penyakit-ginjal-kronis-terus-meningkat
34 INTERNET
<1%
https://rahmatsaibunkep.blogspot.com/2014/07/asupan-protein-dan-status-gizi-pada.html
35 INTERNET
<1%
https://www.alodokter.com/ini-efek-samping-cuci-darah-yang-perlu-diketahui
36 INTERNET
<1%
https://www.academia.edu/en/38306418/HEMODIALISIS_BUK_NIA_docx
37 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/hubungan-maloklusi-terhadap-kualitas-hidup-remaja-dan-dewasa.html
38 INTERNET
<1%
https://www.dinkes-kotakupang.web.id/artikel/artikel-kesehatan/ketahui-penyebab-gagal-ginjal-kronis.html
39 INTERNET
<1%
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/28720-Full_Text.pdf
40 INTERNET
<1%
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1250743&val=14467&title=PENGARUH LATIHAN
FISIK SELAMA HEMODIALISIS TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH
41 SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN
INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/56190/2/BAB I.pdf
42 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/93548/2/BAB I.pdf
43 INTERNET
<1%
https://www.gramedia.com/literasi/contoh-kata-pengantar-skripsi/
44 INTERNET
<1%
http://digilib.unisayogya.ac.id/2265/1/NASKAH PUBLIKASI (IKBAL DWI CIPTA).pdf
45 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/7q07epjgz-ss-sangat-setuju-sl-selalu-ss-sangat-setuju-ts-tidak-
46 setuju-2.html
INTERNET
<1%
http://repo.undiksha.ac.id/8890/5/1806091078-LAMPIRAN.pdf
47 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/zkx5074y-kualitas-hidup-wanita-lansia-di-kelurahan-pabatu-kecamatan-
48 padang-hulu-tebing-tinggi-3.html
INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17111173028/11._BAB_II_.pdf
49 INTERNET
<1%
https://hellosehat.com/urologi/ginjal/hemodialisis/
50 INTERNET
<1%
https://www.e-skripsi.umpp.ac.id/detail/absdownload/6ea2ef7311b482724a9b7b0bc0dd85c6
51 INTERNET
<1%
http://eprints.undip.ac.id/43148/4/5._BAB_III_tesis_revisi.pdf
52 INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17210196009/11._BAB_3_.pdf
53 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/ydxmxdjz-s-setuju-ts-tidak-setuju-ss-sangat-setuju-n-netral.html
54 INTERNET
<1%
http://repository.unjaya.ac.id/3986/8/Lampiran_2517050_Nona Trirahayu_Farmasi.pdf
55 INTERNET
<1%
https://www.chegg.com/homework-help/questions-and-answers/case-processing-summary-cases-valid-
56 missing-total-n-percent-n-percent-n-percent-496-331-10-q79102769
INTERNET
<1%
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/7441-Full_Text.pdf
57 INTERNET
<1%
http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/194/
58 INTERNET
<1%
https://beritakotamakassar.com/berita/2017/03/08/rsud-labuang-baji-tiga-tower-tujuh-lantai/
59 INTERNET
<1%
https://baca.nuralwala.id/dampak-perbuatan-buruk/
60 INTERNET
<1%
http://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/wacana/article/view/153
61 INTERNET
<1%
https://repositori.uin-alauddin.ac.id/18728/1/NURALAM MAHMUDI.pdf
62 INTERNET
<1%
https://www.deherba.com/penyakit-ginjal-kronis.html
63 INTERNET
<1%
https://www.halodoc.com/kesehatan/gagal-ginjal-kronis
64 INTERNET
<1%
https://ecampus.unsika.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/125/1645751320540_BAB 1-5.pdf?sequence=1
65 INTERNET
<1%
http://wisuda.unissula.ac.id/app/webroot/img/library/detail79/S1 Ilmu Keperawatan_30901602122_fullpdf.pdf
66 INTERNET
<1%
https://repository.upnvj.ac.id/20116/2/BAB 1.pdf
67 INTERNET
<1%
https://text-id.123dok.com/document/9ynom4jqv-analisa-data-gambaran-umum-responden.html
68 INTERNET
<1%
https://123dok.com/article/skala-pengukuran-dalam-penelitian-kuantitatif.zk7nd28q
69 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/39909/5/BAB IV.pdf
70 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/bab-iii-metode-penelitian-group-pre-test-post-test-desain-ta.html
71 INTERNET
<1%
https://lapornanku.blogspot.com/
72 INTERNET
<1%
http://jku.unram.ac.id/article/download/586/367/
73 INTERNET
<1%
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/10343/1/FULL SKRIPSI.pdf
74 INTERNET
<1%
https://www.coursehero.com/file/p1rpsnl/Berdasarkan-latar-belakang-di-atas-maka-peneliti-tertarik-untuk-
75 melakukan/
INTERNET
<1%
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17211181023/12._BAB_II_.pdf
76 INTERNET
<1%
https://news.unair.ac.id/2020/07/23/cara-meningkatkan-kualitas-hidup-lansia-di-panti-werdha-beserta-
77 manfaatnya/?lang=id
INTERNET
<1%
https://www.universitaspsikologi.com/2019/12/pengertian-kualitas-hidup-dan-aspek-dimensi-quality-of-
78 life.html
INTERNET
<1%
https://adoc.pub/artikel-disusun-dan-diajukan-oleh-lestika-dewi-nim-telah-div.html
79 INTERNET
<1%
https://repository.unair.ac.id/94376/7/7. BAB 4 METODE PENELITIAN.pdf
80 INTERNET
<1%
http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/194/1/Abstrak.pdf
81 INTERNET
<1%
http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/download/7/7
82 INTERNET
<1%
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggi_Ilmu_Keperawatan_Famika
83 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/daftar-isi-halaman-judul-i-surat-pernyataan-ii-surat-keteran.html
84 INTERNET
<1%
https://repository.usd.ac.id/13419/2/002214156_Full.pdf
85 INTERNET
<1%
https://eprints.umm.ac.id/53247/56/BAB IV.pdf
86 INTERNET
<1%
http://scholar.unand.ac.id/6740/5/LAMPIRAN.pdf
87 INTERNET
<1%
https://adoc.pub/lembar-persetujuan-responden-saya-telah-mendapat-penjelasan-.html
88 INTERNET
<1%
https://www.coursehero.com/file/p7rs1igu/Frequency-Percent-Valid-Percent-Cumulative-Percent-Valid-
89 Yes-25-1000-1000-1000/
INTERNET
<1%

EXCLUDE CUSTOM MATCHES OFF

EXCLUDE QUOTES ON

EXCLUDE BIBLIOGRAPHY ON

Anda mungkin juga menyukai