Anda di halaman 1dari 76

GAMBARAN FAKTOR RISIKO GANGGUAN SIKLUS

MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS


KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTER UNIVERSITAS SYIAH KUALA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

SHELDIS SYIFA AZZAHRI


1907101010009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Gambaran Faktor Risiko Gangguan Siklus Menstruasi
Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Syiah Kuala”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kebodohan
ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak baik secara moral maupun materi kepada penulis. Untuk itu
dengan sepenuh hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD, KGH, FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala
2. dr. Rusnaidi, Sp. OG-KFER selaku Dosen Pembimbing utama yang tulus
ikhlas dan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan sampai akhir penulisan tugas akhir ini.
3. dr. Rezania Razali, M. Biomed selaku Dosen Pembimbing pendamping yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. dr. Hilwah Nora, M. Med. Sci, ART, Sp. OG (K) selaku dosen penguji pertama
yang dengan sabar telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. drh. Cut Gina Inggriyani, M. Sc selaku dosen penguji kedua yang dengan sabar
telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. dr Azhari Gani Sp.PD.KKV, FCIC, FINASIM selaku Dosen Wali penulis
serta seluruh Staf Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang telah memberi ilmu pengetahuan
dan bimbingan bagi penulis.

ii
7. Kedua orangtua Ayahanda Irwan Ibrahim, SE., M. Si, AK dan Ibunda dr. Libya
Husen, Sp. PD., KGEH., FINASIM yang selalu memberikan dukungan moral,
material dan spiritual bagi keberhasilan penulis.
8. Kakak Shelda Syifa Azzahra, adik perempuan Syakira Syifa Risky, dan adik
laki-laki Ahmad Shafiq Bariski, yang telah memberikan dukungan dan doa.
9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2019 yang telah
berbaik hati bersedia berbagi ilmu dengan penulis.
10. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberi saran yang membangun untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.


Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari
berbagai pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, November 2022

Penulis

iii
ABSTRAK

Introduksi: Menstruasi memiliki siklus periodik setiap bulannya yang berlangsung


normal setiap 21 – 35 hari sekali. Proses siklus menstruasi terkadang berlangsung
pasang surut dan berubah setiap bulannya yang bisa menyebabkan gangguan pada
interval siklus menstruasi. World Health Organization (WHO) pada tahun 2012
memberikan laporan terkait prevalensi gangguan siklus menstruasi pada wanita
sekitar 45%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko
gangguan siklus menstruasi berdasarkan usia menarche, status gizi dan tingkat stres
pada mahasiswi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain
cross sectional. Subjek penelitian ini adalah mahasiswi angkatan 2022 FK program
studi Pendidikan Dokter USK berjumlah 54 responden.
Hasil: Analisis univariat pada penelitian ini menunjukkan responden mayoritas
mengalami polimenorea berjumlah 64,81%. Responden mayoritas memiliki usia
menarche normal 74,07%, status gizi normal 51,85% dan tingkat stres dengan
kategori sedang 70,37%.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan tingkat stres merupakan faktor risiko
gangguan siklus menstruasi yang memiliki angka paling tinggi dengan kategori
tingkat stres sedang sebanyak 70,37% pada mahasiswi FK USK angkatan 2022
dibandingkan usia menarche dan status gizi.

Kata Kunci: Faktor Risiko; Gangguan Siklus Menstruasi; Mahasiswi

iv
ABSTRACT

Introduction: Menstruation has a periodic cycle every month which takes place
normally every 21-35 days. The process of the menstrual cycle sometimes goes up
and down and changes every month which can cause disturbances at the menstrual
cycle intervals. World Health Organization (WHO) in 2012 provided a report
regarding the prevalence of menstrual cycle disorders in women of around 45%.
This study aims to describe the risk factors for menstrual cycle disorders based on
the age of menarche, nutritional status and stress levels in female students.
Method: This research is a quantitative descriptive study with a cross sectional
design. The subjects of this study were female students of the 2022 FK class of the
USK Medical Education study program, totaling 54 respondents.
Results: Univariate analysis in this study showed that the majority of respondents
had polymenorrhea, amounting to 64.81%. The majority of respondents had a
normal menarche age of 74.07%, normal nutritional status of 51.85% and
moderate stress level of 70.37%.
Conclusion: This study shows that stress level is a risk factor for menstrual cycle
disorders which has the highest rate in the moderate stress category of 70.37% in
USK Faculty of Medicine students class of 2022 compared to menarche age and
nutritional status.

Keywords: Risk Factors; Menstrual Cycle Disorders; Female Students

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5


2.1 Menstruasi ..................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi ................................................................................................... 5
2.1.2 Siklus Menstruasi ................................................................................... 5
2.1.3 Fisiologi Menstruasi ............................................................................... 6
2.1.4 Hormon yang memengaruhi siklus menstruasi .................................... 10
2.1.5 Gangguan Siklus Menstruasi................................................................ 12
2.1.6 Faktor Risiko Gangguan Siklus Menstruasi ......................................... 15
2.2 Kerangka Teori............................................................................................ 22

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 23


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................. 23
3.1.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 23
3.1.2 Rancangan Penelitian ........................................................................... 23
3.2 Tempat dan Waktu ...................................................................................... 23
3.2.1 Tempat Penelitian................................................................................. 23
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 23
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 23

vi
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................................... 23
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 24
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel................................................................ 24
3.3.4 Besar Sampel........................................................................................ 24
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 25
3.4.1 Variabel Penelitian ............................................................................... 25
3.4.2 Definisi Operasional............................................................................. 25
3.5 Alat/instrumen dan Bahan Penelitian .......................................................... 28
3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 28
3.7 Prosedur Penelitian...................................................................................... 28
3.8 Analisis Data Penelitian .............................................................................. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ................................... 30


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 30
4.1.1 Karakteristik Responden Ganggguan Siklus Menstruasi ..................... 30
4.1.2 Gambaran Gangguan Siklus Menstruasi Responden ........................... 31
4.1.3 Gambaran Faktor Risiko Gangguan Siklus Menstruasi Responden .... 32
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 33
4.2.1 Gangguan Siklus Menstruasi Responden ............................................. 33
4.2.2 Faktor Risiko Gangguan Siklus Menstruasi Responden ...................... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 41


5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 41
5.2 Saran............................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42


LAMPIRAN ......................................................................................................... 49

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi IMT (Indeks Massa Tubuh) ............................................... 17


Tabel 3. 1 Definisi Operasional ............................................................................ 27
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .................................... 31
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Gangguan Siklus Menstruasi Responden ........... 32
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Berdasarkan Usia Menarche
Responden ............................................................................................ 32
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Berdasarkan Status Gizi Responden
.............................................................................................................. 33
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Berdasarkan Tingkat Stres
Responden ............................................................................................ 33

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus Ovarium................................................................................... 7


Gambar 2. 2 Regulasi Hormon Pada Fase Folikular, Ovulasi, dan Luteal ............. 8
Gambar 2. 3 Siklus Menstruasi ............................................................................. 10
Gambar 2. 4 Kerangka Teori ................................................................................. 22
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep ............................................................................. 25

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 49


Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ........................................................................ 50
Lampiran 3. Persetujuan Etik ................................................................................ 58
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian.......................................................................... 59
Lampiran 5. Kuesioner Siklus Menstruasi ............................................................ 60
Lampiran 6. Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS) .......................................... 61
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Siklus Menstruasi ..................... 62
Lampiran 8. Permintaan Izin menggunakan Kuesioner ........................................ 63
Lampiran 9. Biodata Penulis ................................................................................. 64

x
DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adrenocorticotropic Hormone


AMH : Anti-Mullerian Hormone
AUB : Abnormal Uterine Bleeding
BB : Berat Badan
CRH : Corticotropic Releasing Hormone
DHEA : Dehidroepiandrosterone
DHT : Dihidrotestosterone
FSH : Follicle Stimulating Hormone
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone
HPA : Hypothalamus-Pituitary-Adrenal cortex
IGF-1 : Insulin like Growth Factor-I
IMT : Indeks Massa Tubuh
LH : Luteinizing Hormone
LILA : Lingkar Lengan Atas
PUA : Perdarahan Uterus Abnormal
PSS : Perceived Stress Scale
RH : Releasing Hormone
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SHBG : Sex Hormone Binding Globulin
SOPK : Sindroma Ovarium Polikistik
TB : Tinggi Badan
WHO : World Health Organization

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, berupa peristiwa


pengeluaran darah, lendir dan sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa
uterus, terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause.1 Menstruasi
memiliki siklus periodik setiap bulannya yang dihitung sejak hari pertama
menstruasi sebelumnya sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus
menstruasi normal berlangsung setiap 21 – 35 hari sekali.2 Proses siklus menstruasi
terkadang berlangsung pasang surut dan berubah setiap bulannya yang bisa
menyebabkan masalah gangguan siklus menstruasi.3 Gangguan siklus menstruasi
yaitu, apabila panjang siklus dengan interval kurang dari 21 hari (Polimenorea),
apabila panjang siklus dengan interval lebih dari 35 hari (oligomenorea) dan apabila
tidak mengalami menstruasi (amenorea).4 World Health Organization (WHO) pada
tahun 2012 memberikan laporan terkait prevalensi gangguan siklus menstruasi pada
wanita sekitar 45%.5 Menurut Riskesdas tahun 2010, melaporkan bahwa
perempuan di Indonesia yang mengalami menstruasi tidak teratur adalah sebesar
6
13,7% dalam 1 tahun terakhir. Menstruasi yang tidak terpola dengan baik juga
dapat menyebabkan terjadinya masalah kesehatan seksual dan reproduksi yang
memiliki konsekuensi dalam jangka panjang. Penelitian mengenai gangguan siklus
menstruasi di Indonesia masih terbatas, konsekuensinya pengetahuan mengenai
gangguan siklus menstruasi tidak dipahami dengan baik. Terdapat banyak faktor
risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi, beberapa diantaranya adalah usia
menarche, status gizi, dan ada tidaknya kejadian stres.7
Menarche didefinisikan sebagai menstruasi pertama yang terjadi pada masa
awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.
Menarche memiliki permasalahan ginekologi yaitu usia menarche dini yang
merupakan menstruasi pertama pada perempuan yang terjadi di usia lebih awal.8,9
Penelitian yang dilakukan Andriana (2018) pada mahasiswi Universitas Pasir
Pengaraian, mahasiswi yang pertama kali mengalami menstruasi usia < 12 tahun
berjumlah 12 orang (22,6%), 12-14 tahun berjumlah 40 orang (75,5%), > 14 tahun

1
2

berjumlah 1 orang (1,9%). Hasil penelitian ini diketahui bahwa siklus mentruasi
normal pada usia menarche dengan rentang usia 12-14 tahun sebesar 76% (28
orang), sedangkan siklus mentruasi tidak normal banyak terjadi pada usia menarche
<12 tahun sebesar 67% (10 orang) yang artinya antara usia menarche dini dengan
siklus menstruasi cukup berkaitan erat.10
Gizi adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh (intake)
dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan proses metabolisme tubuh.
Indikator status gizi adalah tanda-tanda yang dapat diketahui untuk
menggambarkan status gizi seseorang termasuk adanya gangguan siklus menstruasi
yang bisa disebabkan karena gizi kurang atau berlebih.11 Hupitoyo (2011) dalam
penelitiannya disebutkan bahwa penyebab lebih panjangnya siklus mentruasi
diakibatkan karena jumlah estrogen yang meningkat dalam darah akibat
meningkatnya jumlah lemak tubuh. Berat badan yang berlebih karena peningkatan
jumlah lemak dalam tubuh dapat memengaruhi pemanjangan siklus menstruasi.12
Islamy dan farida (2019) dalam penelitiannya mengatakan seorang wanita dengan
status gizi dibawah normal atau underweight cenderung kekurangan sel lemak
tubuh sehingga produksi hormon estrogen pun berkurang yang juga berdampak
pada siklus menstruasi.13
Stres merupakan respon individual terhadap stressor dalam lingkungan, yaitu
situasi dan peristiwa yang dirasa mengancam dan menghambat kemampuan
seseorang dalam beradaptasi.14 Tingkat stres berhubungan dengan siklus
menstruasi karena stres dapat merangsang HPA (Hypothalamus-Pituitary-Adrenal
cortex) aksis, sehingga dihasilkan hormon kortisol yang menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormonal sehingga berdampak pada siklus.15 Manurung pada
tahun 2017 menunjukkan 72,5% responden dengan stres berat didapati 60%
responden mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Sebanyak 27,5% yang
stres ringan didapati 2,5% mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, artinya
ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi,
semakin tinggi tingkat stresnya maka semakin tinggi pula kemungkinan tejadinya
gangguan pada siklus menstruasi.16
Mahasiswa baru fakultas kedokteran cenderung mengalami stress yang
beberapa penyebabnya jadwal perkuliahan yang padat, tuntutan prestasi akademik,
3

perubahan gaya hidup, lingkup pertemanan, serta penyesuaian diri terhadap


lingkungan sosial yang baru.17 Berbagai penelitian menunjukan mahasiswa
kedokteran mengalami stres yang lebih tinggi dibanding dengan mahasiswa
program studi di sektor non medis, pada penelitian Jafri (2017) terhadap 50
mahasiswa dari 12 universitas berbeda memberikan hasil bahwa 54,6% mahasiswa
kedokteran terkategori stres tinggi dibanding jurusan lain seperti jurusan mesin
hanya 20,6%, jurusan seni 20,6%, dan jurusan bisnis 32%.18 Tingkat stres ini dapat
memengaruhi siklus menstruasi yang akan berdampak pada kesehatan reproduksi
seorang wanita.3 Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan siklus menstruasi. Penelitian
ini dilakukan pada mahasiswi baru fakultas kedokteran program studi Pendidikan
Dokter, Universitas Syiah Kuala.

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana gambaran gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas


kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala?
- Bagaimana gambaran faktor risiko gangguan siklus menstruasi pada
mahasiswi fakultas kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas
Syiah Kuala?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran faktor risiko gangguan siklus menstruasi pada


mahasiswi fakultas kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas Syiah
Kuala.

1.3.2 Tujuan Khusus

- Mengidentifikasi jenis gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas


kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala.
- Mengidentifikasi jenis faktor risiko yang mencetuskan terjadinya gangguan
siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas kedokteran program studi
pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala.
4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi secara


ilmiah dan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terkait gambaran faktor
risiko gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas kedokteran program
studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala dan dapat menjadi referensi bagi
pembelajaran selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi penelitian di
fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala dan sebagai data awal untuk
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
sebagai bahan bacaan mengenai gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi
fakultas kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala.
c. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai gangguan
siklus menstruasi, serta meningkatkan kesadaran untuk dapat meminimalisir faktor
risiko terjadinya gangguan siklus menstruasi.
d. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan
kesadaran akan pencegahan terjadinya gangguan siklus menstruasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstruasi

2.1.1 Definisi

Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada seorang perempuan.


Menstruasi merupakan suatu perdarahan yang teratur dan periodik dari uterus
sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah berfungsi matang.3 Menstruasi adalah
perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara
berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Kondisi ini terjadi karena
tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim
(endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh.
Siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya Ketika seorang wanita tidak
mengalami kehamilan. Siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah 21-35
hari dan lama haid antara 3-7 hari, sedangkan siklus menstruasi pada wanita
dikatakan tidak normal jika siklus menstruasinya kurang dari 21 hari atau lebih dari
35-40 hari.7

2.1.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah pola yang menggambarkan jarak antara hari


pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi periode berikutnya. Pola siklus
menstruasi dikatakan normal jika tidak kurang dari 21 hari dan tidak melebihi 35
hari dengan lama haid berkisar 3-7 hari. Jumlah darah haid normal berkisar 30-40
mililiter (ml). 15
Siklus menstruasi terjadi selama masa reproduksi dari masa pubertas hingga
masa menopause sebagai reaksi terhadap variasi gerak hormon. 19 Fluktuasi kadar
estrogen dan progesteron dalam sirkulasi (plasma) yang terjadi selama siklus
ovarium menyebabkan perubahan mencolok di uterus. Hal inilah menyebabkan
timbulnya daur haid atau siklus menstruasi.20

5
6

2.1.3 Fisiologi Menstruasi

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, yang merupakan


peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal
dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai
menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama keluarnya darah menstruasi
juga bervariasi yang pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai
9 hari masih dapat dianggap normal.1
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon. Hipotalamus
menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) oleh nukleus
arkuatus untuk menstimulasi adenohipofisis atau hipofisis anterior dalam
menghasilkan hormon gonadotropin. Ada dua hormon gonadotropin yang
dihasilkan oleh hipofisis anterior, yaitu follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Siklus menstruasi terdiri dari dua siklus yang terjadi
secara bersamaan, yakni siklus ovarium dan siklus endometrium. Siklus ovarium
memiliki tiga fase yaitu fase folikular (sebelum telur dilepaskan), fase ovulasi
(pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur dilepaskan). Siklus endometrium
juga memiliki 3 fase yaitu fase menstrual, fase proliferatif, dan fase sekretori atau
fase progestasional.21
Perkembangan folikel dimulai dari folikel primordial yang sudah ada saat
bayi perempuan masih di dalam kandungan. Jumlah folikel primordial sekitar 15
dari 400.000 yang akan berkembang menjadi folikel primer. Follicle stimulating
hormone (FSH) berfungsi untuk menstimulasi perkembangan folikel yang dimulai
dari perkembangan folikel primer menuju folikel sekunder hingga membentuk
folikel de graaf. Pada saat folikel sekunder telah terbentuk, terdapat suatu struktur
zona pellucida yang merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh sel ovum. Zona
pellucida ini berfungsi untuk menghambat sperma lain masuk ke sel ovum ketika
satu sperma lainnya telah masuk sebelumnya. Folikel de graaf yang matur memiliki
cairan yang kaya akan estrogen. Beberapa fungsi hormon estrogen diantaranya
memberikan feedback negatif ke hipofisis anterior untuk menurunkan hormon FSH
sehingga hanya 1 dari 15 folikel yang berhasil berkembang menjadi folikel de graaf
sedangkan folikel yang lainnya berdegenerasi. Kemudian di pertengahan siklus,
estrogen akan memberikan feedback positif ke hipofisis anterior untuk
7

meningkatkan kembali hormon FSH dan LH yang sangat signifikan. Luteinizing


Hormone yang meningkat (LH-surge) akan menstimulasi terjadinya fase ovulasi
yaitu lepasnya sel ovum dari folikel. Folikel yang telah kosong akan mejadi badan
kuning/corpus luteum yang terdiri dari sisa sel folikel dan tetap memproduksi
estrogen dan progesteron. Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan uterus
dengan menambah ketebalan dinding endometrium yang kaya akan nutrisi dan
pembuluh darah. Periode inilah yang disebut sebagai fase luteal. Korpus luteum
hanya bertahan sekitar 10-14 hari, setelahnya korpus luteum akan mati dan berubah
menjadi korpus albicans. Saat sudah terbentuknya korpus albicans, estrogen dan
progesteron akan menurun sehingga ketebalan endometrium pun ikut menipis yang
diakibatkan karena aliran darah ke endometrium yang menurun dan pemberian
nutrisi terhenti. Endometrium menjadi mengering dan terjadi peluruhan dari
dinding endometrium sehingga terjadinya pendarahan menstruasi.22 Siklus ovarium
dan regulasi hormon pada fase folikular, ovulasi, dan luteal dapat dilihat dari
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2. 1 Siklus Ovarium 23


8

Gambar 2. 2 Regulasi Hormon Pada Fase Folikular, Ovulasi, dan Luteal 23

Siklus endometrium atau siklus uterus terjadi akibat regulasi hormonal pada
siklus ovarium. Estrogen yang dihasilkan pada fase folikular menstimulasi
terjadinya pertumbuhan miometrium dan endometrium uterus serta menginduksi
terbentuknya reseptor progesteron pada endometrium. Progesteron akan
menyebabkan jaringan ikat endometrium melonggar dan mengalami edema akibat
akumulasi elektrolit dan air, progesteron juga menstimulasi sekresi dari kelenjar
endometrium dan meningkatkan jumlah pembuluh darah di endometrium, serta
menurunkan kontraktilitas uterus. Progesteron kemudian dapat mempersiapkan
uterus agar implantasi ovum dapat terjadi. 23 Siklus endometrium terdiri dari tiga
fase, yakni fase menstrual, fase proliferatif, dan fase sekretori atau fase
progestasional.
9

Fase menstrual ditandai dengan terjadinya menstruasi. Hari pertama


menstruasi merupakan awal dari siklus baru yang bersamaan dengan akhir fase
luteal, kemudian berlanjut ke fase folikular. Saat korpus luteum mengalami
degenerasi akibat terjadinya implantasi ovum pada siklus sebelumnya, hormon
estrogen serta progesteron yang ada di sirkulasi darah menurun signifikan.
Penurunan hormon ovarium menstimulasi pelepasan prostaglandin uterus yg
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah di endometrium, sehingga suplai
darah ke endometrium terganggu, kemudian terjadinya penurunan oksigen akan
menyebabkan stratum fungsional pada endometrium mati dan meluruh,
menyisakan stratum basal yang berisi epitel dan kelenjar agar endometrium dapat
beregenerasi. Prostaglandin juga mengakibatkan kontraksi ritmik dari miometrium
uterus, kontraksi ini akan membantu peluruhan endometrium dari rongga uterus
menuju vagina. Fase menstrual akan bertahan selama 5 hingga 7 hari setelah
degenerasi korpus luteum terjadi.23
Fase proliferatif adalah fase yang muncul setelah fase menstrual pada uterus
yang terjadi secara bersamaan dengan terbentuknya folikel antral. Saat terjadinya
fase proliferatif melalui stimulus dari estrogen, stratum basal endometrium akan
mengalami proliferasi sel dan kelenjar serta pembuluh darah yang akan membentuk
stratum fungsional endometrium. Fase proliferatif ini berlangsung dari akhir siklus
menstruasi hingga terjadinya ovulasi. Tingkat estrogen yang tinggi pada fase
proliferatif ini akan memicu lonjakan LH pada saat ovulasi. 23
Fase Sekretori atau fase progestasional terjadi setelah ovulasi ketika
terbentuknya korpus luteum yang baru. Fase sekretori atau progestasional ini terjadi
bersamaan dengan fase luteal pada siklus ovarium. Estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum pada fase luteal akan mengubah endometrium yang
menebal menjadi kaya akan vaskularisasi dan glikogen untuk menutrisi embrio
setelah implantasi, jika pada fase ini tidak terjadinya fertilisasi dan implantasi pada
endometrium maka korpus luteum akan mengalami degenerasi dan fase folikular
serta fase menstrual terulang kembali. 23 Perjalanan siklus menstruasi dapat dilihat
dari Gambar 2.3 dibawah ini.
10

Gambar 2. 3 Siklus Menstruasi 23


2.1.4 Hormon yang memengaruhi siklus menstruasi

Menstruasi merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem


hormon organ tubuh, seperti hipotalamus, hipofisis, ovarium dan uterus.24
Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis anterior dengan mensekresi gonadotropin
releasing hormone (GnRH) suatu deka peptide yang disekresi secara pulsatif oleh
hipotalamus. Mensekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil di sistem portal
kelenjar hipofisis anterior, gonadotropin hipofsis memacu sintesis dan pelepasan
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).25
Follicle Stimulating Hormone (FSH) adalah hormon glikoprotein yang
memacu pematangan folikel selama fase folikuler dari siklus, serta juga membantu
11

LH memacu sekresi hormon steroid, terutama estrogen oleh sel granulosa dari
folikel matur. LH berperan dalam steridogenesis dalam folikel dan penting dalam
terjadinya ovulasi. Aktivitas siklik dalam ovarium atau siklus ovarium
dipertahankan oleh mekanisme umpan balik yang bekerja antara ovarium,
hipotalamus, dan hipofisis.25
Hackney (2016) dalam bukunya mengatakan bahwa menstruasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa hormon, diantaranya:26
a. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium dari folikel matur. Ada beberapa jenis dari
hormon estrogen salah satunya dalam siklus Reproduksi adalah estradiol. Hormon
estrogen sangat memengaruhi siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan vagina sehingga
sesuai untuk penetrasi sperma. Estrogen diproduksi terutama oleh sel-sel teka
interna folikel di ovarium secara primer.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesteron mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zigot. Progesteron
menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik atau fase sekresi pada
endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada
keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
c. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus otak dan akan
merangsang pelepasan follicle stimulating hormone (FSH) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, Maka estrogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus
sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya. Hormon ini
diproduksi di hipotalamus kemudian dilepaskan yang berfungsi menstimulasi
hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon
gonadotropin seperti FSH dan LH.
d. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon ini diproduksi pada sel-sel basa hipofisis anterior sebagai respon
terhadap GnRH yang berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan
sel-sel granulosa di ovarium wanita. Pelepasannya periodik dan waktu paruh
12

eliminasinya pendek sekitar 3 jam. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibit dari sel-
sel granulosa ovarium melalui mekanisme umpan balik negatif.
e. Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini diproduksi di sel-sel kromosom hipofisis anterior bersama FSH
dan LH yang berfungsi memicu perkembangan folikel sel-sel teka dan sel-sel
granulosa, dan mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge).
Selama fase luteal, siklus LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus
luteum pasca ovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya periodik
dengan kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh
eliminasinya pendek sekitar 1 jam.

2.1.5 Gangguan Siklus Menstruasi

Gangguan menstruasi merupakan kelainan yang terjadi pada siklus


menstruasi yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter
atau tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari
ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita
maupun keluarganya.27 Kelainan menstruasi biasanya terjadi karena
ketidakseimbangan hormon-hormon yang mengatur menstruasi, namun dapat juga
disebabkan oleh kondisi medis lainnya.28 Berikut jenis gangguan siklus menstruasi:
a) Polimenorea
Polimenorea adalah kelainan siklus menstruasi yang mengacu pada interval
siklus menstruasi kurang dari 21 hari.29 Menurut Rosenfield (2013), perdarahan
uterus abnormal (PUA) atau abnormal uterine bleeding (AUB) ini didefinisikan
sebagai tidak beraturannya siklus menstruasi yang ditandai dengan siklus
menstruasi lebih sering pada interval kurang dari 21 hari atau pendarahan
pervagina berlebihan dan berlangsung lebih dari 7 hari.30 Polimenorea merupakan
gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek sehingga siklus
menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi
pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya. Polimenorea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh
akibat darah yang keluar terus menerus seperti keadaan anemia.31
13

Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang


mengakibatkan gangguan ovulasi, dan akan menjadi pendeknya fase luteal.
Penyebabnya adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan
sebagainya.32 Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada beberapa
kondisi, yaitu pada 3-5 tahun pertama setelah menstruasi pertama (menarche),
adanya gangguan indung telur, stress dan depresi, anorexia nervosa, obesitas,
penurunan berat badan berlebihan, dan olahraga berlebihan.32
Polimenorea bisa diakibatkan oleh sebagian aspek, yaitu dari aspek
anatomis organ, fisiologis, serta aspek psikis seseorang perempuan. Suatu
kelainan ataupun gangguan pada ovarium yang merupakan organ penghasil ovum
bisa menimbulkan polimenorea. Polimenorea bisa diakibatkan oleh
ketidakseimbangan sistem hormonal pada hipotalamus hipofisis ovarium yang
berdampak pada kendala proses ovulasi apabila dilihat dari aspek fisiologisnya.
Polimenorea juga bisa didapatkan pada seseorang menjelang menopause, ini
terjadi sebab ada pergantian fisiologis secara ekstrem disaat pubertas maupun
memasuki masa menopause.7, 33
Ketidakseimbangan regulasi hormon hipotalamus-hipofisis ovarium yang
mengganggu proses ovulasi juga bisa diakibatkan oleh obesitas. Adiposa akan
mengubah mutu oosit dan penerimaan endometrium melalui asam lemak bebas
dan adipokin.33 Polimenorea pada umumnya bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Polimenorea adalah suatu hal yang wajar bagi seorang wanita
di awal usia menarche, namun apabila polimenorea terjadi terus menerus akan
menyebabkan gangguan hemodinamik dan gangguan kesuburan.7
b) Oligomenorea
Oligomenorea adalah siklus menstruasi dengan durasi menstruasi lebih dari
35 hari. Volume perdarahan umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan
menstruasi biasanya. Gangguan jenis ini berakibat ketidaksuburan dalam jangka
panjang karena sel telur jarang diproduksi sehingga tidak terjadi pembuahan.
Oligomenorea tidak berbahaya pada wanita, namun dapat berpotensi sulit hamil
karena jarang terjadi ovulasi.34
Oligomenorea pada remaja dapat terjadi karena imaturitas poros
hipotalamus hipofisis ovarium endometrium. Penyebab lain oligominorea adalah
14

karena adanya stres baik fisik ataupun psikis, penyakit kronis, serta gangguan
nutrisi. Oligomenorea memerlukan evaluasi lebih lanjut agar dapat mengetahui
penyebab pastinya. Oligomenorea perlu perhatian lebih apabila disertai dengan
kejadian obesitas dan infertilitas karena memungkinkan berhubungan dengan
adanya sindroma metabolik.28
c) Amenorea
Amenorea adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seorang wanita tidak
mengalami menstruasi sebagaimana mestinya atau secara sederhana disebut dengan
tidak mengalami menstruasi pada suatu periode.35 Terdapat 2 jenis klasifikasi
amenorea, yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah
apabila seorang wanita berusia 16 tahun atau lebih belum pernah mengalami
menstruasi dengan adanya pertumbuhan normal seks sekunder atau seorang wanita
berusia 14 tahun bila tanpa disertai seks sekunder.36 Amenorea primer umumnya
mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui, seperti kelainan
kongenital dan kelainan genetik.37 Penyebab amenore primer terbanyak adalah
kelainan genetik yaitu sekitar 43% dan penyebab terkecil adalah hymen
imperforate, Androgen Insensitivity Syndrom (AIS), Hiperplasia Adrenal
Kongenital (HAK), dan penyakit susunan saraf pusat yang masingmasing diketahui
frekuensinya adalah sekitar 1%.38 Amenorea sekunder adalah keadaan seorang
wanita yang mempunyai masa/periode atau siklus menstruasi yang normal, tetapi
kemudian tidak mendapatkannya lagi selama 3 siklus atau lebih secara
berurutuan.36 Amenorea sekunder lebih menunjukkan kepada sebab-sebab yang
timbul kemudian dalam kehidupan wanita seperti stres, gangguan gizi, gangguan
metabolisme, tumor, dan penyakit infeksi reproduksi.37 Penyebab tidak datangnya
menstruasi berarti terdapat adanya gangguan pada organ-organ yang bertanggung
jawab terhadap proses terjadinya siklus menstruasi, yaitu hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan uterus. Prevalensi amenorea sekunder sekitar 3-4% wanita usia
reproduktif, sebagian besar kasus disebabkan oleh sindroma ovarium polikistik
(SOPK), amenorea hipotalamik, hiperprolaktinemia, dan kegagalan ovarium dini.39
15

2.1.6 Faktor Risiko Gangguan Siklus Menstruasi


Adapun beberapa faktor yang dapat memengaruhi siklus menstruasi antara lain:
a. Usia Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama kali yang menjadi pertanda
kematangan seksual pada remaja wanita. Menarche merupakan menstruasi yang
terjadi pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi. Seiring dengan perkembangan biologis maka pada usia tertentu
seseorang mencapai tahap kematangan organ-organ seks yang ditandai dengan
menstruasi pertama atau yang disebut dengan menarche. Menarche merupakan
suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi
hormon yang disekresikan oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan pada
ovarium dan uterus.40
Menarche didefinisikan sebagai menstruasi pertama yang terjadi pada masa
awal remaja saat masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche
memiliki permasalahan ginekologi yaitu usia menarche dini. Menarche dini adalah
menstruasi pertama yang terjadi pada perempuan dengan usia lebih awal atau lebih
cepat sebelum usia 12 tahun, meskipun tidak ada standarisasi untuk batasan usia
menarche.8, 9 Kematangan seksual yang terjadi pada seorang wanita salah satunya
dipengaruhi oleh keberadaan nutrisi dalam tubuhnya sehingga usia menarche dini
dapat terjadi karena faktor gizi. Remaja yang mengalami menarche lebih dini
memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi dibandingkan remaja dengan
IMT lebih kecil pada usia yang sama.41 Menarche yang semakin dini pada seorang
remaja dikaitkan dengan peningkatan IMT. Remaja dengan IMT berlebih
(overweight) menyebabkan terjadinya usia menarche dini dibandingkan remaja
dengan IMT yang normal atau kurus (underweight), hal ini memberikan bukti
bahwa status gizi sebagai faktor terkuat penyebab cepat atau lambatnya terjadinya
usia menarche pada remaja. Status gizi merupakan faktor signifikan yang
berhubungan dengan usia menarche.42 Status gizi seseorang merupakan dampak
dari asupan makanannya yang diperoleh baik secara adekuat ataupun berlebih akan
berpengaruh pada hormon pertumbuhan tubuh, terutama dapat mempercepat
kematangan hormon reproduksi untuk dapat terjadi menarche dini, begitu pula
sebaliknya apabila seorang remaja mendapatkan asupan gizi yang kurang, maka
16

akan berpengaruh pada penurunan fungsi reproduksi yang mengakibatkan


terjadinya menarche pada usia yang tidak seharusnya.43, 44
Menarche dini biasanya dapat terjadi pada remaja yang memiliki indeks massa
tubuh (IMT) yang lebih tinggi atau berlebih (overweight) dibandingkan remaja
yang lainnya.45 Remaja yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) berlebih memiliki
tumpukan lemak yang akan dipecah menjadi hormon androgen, sehingga hormon
ini akan berlebihan didalam organ reproduksi Wanita (hiperandrogenisme).
Wanita yang memiliki hormon androgen berlebih (hiperandrogen) biasanya
adalah wanita dengan berat badan diatas normal dan harus menjaga pola makannya
karena makanan yang berlemak tinggi akan dipecah menjadi hormon androgen lagi.
Hormon androgen adalah sekelompok hormon seksual di dalam tubuh yang
meliputi hormon testosterone, androstenedione, dehidroepiandrosterone (DHEA),
DHEA sulfat, dan dihidrotestosterone (DHT).46 Hormon ini berperan penting
dalam tubuh wanita meski jumlahnya sedikit yang berfungsi membantu seseorang
mencapai pubertas dan kematangan secara fisik serta menjaga kesehatan sistem
reproduksi. Akan tetapi, jika produksi hormon ini berlebihan pada wanita
(hiperandrogen) maka akan menyebabkan berbagai macam masalah salah satunya
dapat memicu gangguan siklus menstruasi baik siklusnya yang jarang
(oligomenorea) atau tidak mengalami menstruasi (amenorea).10, 47
b. Status gizi
Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Status gizi merupakan faktor penting untuk menilai seseorang
dalam keadaan sehat atau tidak menderita penyakit akibat gangguan gizi, baik
secara mental maupun fisik. Ketidakseimbangan dalam penyediaan pangan
menyebabkan masalah dalam pemenuhan gizi, yakni masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Penentuan status gizi remaja dapat ditentukan dengan
pengukuran antropometri yaitu dari berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).48
Pengukuran untuk menilai status gizi remaja adalah: 49
1. Pengukuran klinis
Diarahkan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan seperti anemia gizi
besi, pembesaran kelenjar gondok, dan lain-lain.
17

2. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini biasanya dilakukan untuk penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar lengan atas (LILA). Pemeriksaan ini
penting untuk anak remaja yang masih dalam proses pertumbuhan dan sudah
mengalami pubertas.
3. Pengukuran biokimiawi
Pemeriksaan biokimiawi yang terpenting adalah pemeriksaan kadar
hemoglobin. Pengukuran ini sangat penting terutama pada remaja wanita karena
mereka sudah mulai mendapatkan menstruasi tiap bulannya.
Diantara ketiga cara diatas, pengukuran dengan cara antropometri adalah
yang paling sering dilakukan, mudah, murah dan relatif sederhana. Penentuan status
gizi remaja dapat ditentukan dengan pengukuran antropometri yaitu berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB). Metode yang digunakan adalah dengan perhitungan
indeks massa tubuh yang didapatkan dengan cara membagi berat badan (kg) dengan
kuadrat tinggi badan (meter).48

Setelah mendapatkan nilai IMT, kemudian dicocokkan dengan tabel berikut:

Tabel 2. 1 Klasifikasi IMT (Indeks Massa Tubuh)50

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2)


Berat badan kurang (underweight) < 18,5
Berat badan normal 18,5 - 22.9
Berat badan lebih (overweight) 23- 24.9
Obesitas 1 25 – 29.9
Obesitas 2 >30

Penelitian yang dilakukan oleh Dahliansyah dalam jurnal yang ditulis oleh
Adnyani (2013), disebutkan bahwa ada hubungan antara lemak tubuh dengan siklus
menstruasi. Salah satu hormon yang berperan dalam proses menstruasi adalah
estrogen. Estrogen ini disintesis di ovarium, adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak
dan susunan saraf pusat. Menurut analisis, penyebab lebih panjangnya siklus
mentruasi diakibatkan jumlah estrogen yang meningkat dalam darah akibat
18

meningkatnya jumlah lemak tubuh. Kadar estrogen yang tinggi akan memberikan
feedback negatif terhadap sekresi GnRh.51, 52
Status gizi seorang perempuan baik gizi kurang maupun lebih dapat
menyebabkan penurunan aktivitas hipotalamus, yang mencegah hipofisis anterior
dirangsang untuk melepaskan FSH dan LH.53 Kadar hormon estrogen yang tinggi
memberikan feedback negatif terhadap produksi gonadotropin releasing hormone
(GnRH) melalui sekresi protein inhibitor yang dapat menghambat kerja hipofisis
anterior untuk memproduksi hormon FSH. Hambatan ini menyebabkan gangguan
proliferasi folikel sehingga folikel matur tidak dapat terbentuk yang berakibat pada
terjadinya pemanjangan siklus menstruasi (Oligomenorea). Peningkatan hormon
estrogen juga memberikan feedback positif pada hormon LH sehingga terjadi
peningkatan kadar hormon LH secara cepat dalam tubuh. Hormon FSH dan LH
bekerja secara bersamaan dan LH tidak berfungsi dengan baik jika ada masalah
dengan sekresi FSH. Siklus menstruasi yang tidak teratur disebabkan oleh LH yang
dilepaskan terlalu cepat karena terus menerus merangsang pembentukan folikel
baru tetapi tidak sampai pada proses pematangan dan ovulasi.54
Gizi kurang dapat memicu terjadinya gangguan fungsi reproduksi dan
perubahan kadar hormon estrogen yang akan memengaruhi keteraturan siklus
menstruasi. Wanita dengan malnutrisi atau underweight umumnya akibat eating
disorder, mengalami keterlambatan dalam maturitas seksual dan menyebabkan
risiko siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, sekresi hormon LH yang
terganggu akibat penurunan berat badan juga akan mengganggu siklus dengan
menyebabkan pemendekan fase luteal sehingga berdampak negatif pada siklus
menstruasi yang dapat menghambat terjadinya proses ovulasi. Wanita dengan gizi
kurang, berarti cenderung memiliki lemak tubuh sedikit sehingga kadar estrogen
yang dihasilkan lebih sedikit. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan masalah
kesuburan dan menyebabkan pemendekan siklus menstruasi (Polimenorea).55
Gizi lebih (overweight) dalam istilah awam lebih dikenal sebagai
kegemukan yang merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan gizi yang
berlebihan sehingga menghasilkan ketidakseimbangan energi antara konsumsi
makanan dan pengeluaran energi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
parameter yang digunakan untuk menentukan status gizi seseorang dewasa normal
19

atau tidak adalah dengan menggunakan ukuran indeks massa tubuh (IMT), dengan
nilai overweight adalah IMT 23-24,9.56
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidak
seimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy
expenditure) dalam waktu lama.57 Obesitas dapat menyebabkan sindroma
metabolik yang menjadi awal diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner dan
osteoporosis, selain itu obesitas dapat menjadi faktor resiko pada kasus gangguan
menstruasi yang terkait dengan gangguan hormonal. 58 Obesitas dapat mengganggu
siklus menstruasi yang secara aktif memengaruhi rasio peningkatan hormon
estrogen dan androgen melalui jaringan adiposa. Peningkatan kadar estrogen secara
persisten tidak hanya menyebabkan peningkatan hormon androgen, tetapi juga
dapat mengganggu perkembangan folikel yang matur.59 Wanita yang mengalami
obesitas menghasilkan estrogen lebih banyak dan dapat menyebabkan gangguan
siklus menstruasi dengan siklus menstruasi yang lebih jarang (oligomenorea) atau
tidak mengalami siklus menstruasi (amenorea).58
c. Stres
Stres adalah sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu, yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh
individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Stres adalah
suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang mengganggu stabilitas
kehidupan sehari-hari.60
Stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar
peranannya dalam reproduksi wanita. Saat stress, terjadinya aktivasi aksis
hipotalamus pituitari adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yaitu
aktivasi amygdala pada sistem limbik. Sistem ini menstimulasi pelepasan hormon
dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini akan
secara langsung menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya
di nukleus arkuata. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan
adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah. Peningkatan ACTH akan
menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Hormon-hormon tersebut
secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH dalam
bentuk follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang akan
20

menghambat pertumbuhan dan perkembangan awal folikel sehingga nantinya akan


memengaruhi terjadinya siklus menstruasi.22, 61
Maryunani (2010) mengatakan bahwa stres seringkali membuat siklus
mentruasi yang tidak teratur, hal ini terjadi karena stres merupakan rangsangan
sistem saraf yang diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu sistem limbik melalui
tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom akan diteruskan ke kelenjar
kelenjar hormonal (endokrin) sampai mengeluarkan sekret (cairan) neurohormonal
menuju hipofisis guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk follicle
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Hormon tersebut
dipengaruhi oleh releasing hormone (RH) yang di salurkan dari hipotalamus ke
hipofisis. Pengeluaran RH sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
estrogen terhadap hipotalamus sehingga selanjutnya akan memengaruhi siklus
menstruasi.62, 63 Gangguan pada siklus menstruasi melibatkan mekanisme regulasi
intergratif yang memengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk
otak dan psikis. Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, terkhusus
sistem saraf dalam hipotalamus yang melalui perubahan prolaktin atau endogen
opiat sehingga dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan
luteinizing hormone (LH) yang dapat menyebabkan terhentinya siklus menstruasi
(amenorea).62
Perceived Stress Scale (PSS) merupakan kuesioner yang telah terstandar dan
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Kuesioner ini dibuat oleh
Sheldon Cohen yang mampu mengukur persepsi global dari stres yang memberikan
beberapa fungsi penting. Perceived Stress Scale terdiri dari sepuluh pertanyaan,
terdapat enam pertanyaan negatif dan empat positif. Setiap pertanyaan diberikan
skor dari 0 hingga 4. Skor 0 untuk jawaban tidak pernah, skor 1 untuk jawaban
hampir tidak pernah, skor 2 untuk jawabaan kadang-kadang, skor 3 untuk jawaban
sering dan skor 4 untuk jawaban sangat sering.64 Nilai skor ini dibalik untuk
menjawab pertanyaan positif, sehingga skor 0=4, skor 1=3, skor 2=2 dan
seterusnya. Pertanyaan positif pada kuesioner ini terdapat pada pertanyaan nomor
4,5,7 dan 8.
Tingkat stress diketahui setelah menjumlahkan semua skor dari sepuluh
pertanyaan yang terdapat pada kuesioner Perceived Stress Scale (PSS).65
21

0-13 = Stres rendah


14-26 = Stres sedang
27-40 = Stres berat
22

2.2 Kerangka Teori

Siklus menstruasi 2
(Normal: 21-35 hari)

Fisiologi menstruasi: 20

Siklus Ovarium Siklus Uterus/Endometrium


- Fase folikular - Fase Menstrual
- Fase Ovulasi - Fase Proliferatif
- Fase luteal - Fase Sekretorik/Progestasional

Hormon yang memengaruhi


menstruasi: 25, 45, 60

- Estrogen - Androgen
- Progesteron - CRH
- GnRH - ACTH
- FSH - Kortisol
- LH

- Polimenorea
4 - Oligomenorea
Gangguan siklus menstruasi
- Amenorea

Faktor risiko gangguan


siklus menstruasi: 7

Usia Menarche Status Gizi Stres Kelainan Hormonal

Sindrom Turner Kelainan Ginekologi Aktifitas fisik

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Durasi Tidur

Gambar 2. 4 Kerangka Teori

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu rancangan


penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain deskriptif dengan
pendekatan cross sectional.

3.1.2 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain


cross sectional dimana pengumpulan data dilakukan pada saat yang bersamaan
guna mengetahui gambaran gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi baru
fakultas kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala.

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di fakultas kedokteran program studi


Pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala yang berlokasi di Jl. Teuku Tanoh
Abee, Kopelma Darussalam, Kec. Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pegambilan data awal dan penelitian dilaksanakan pada bulan September


2022 sampai dengan November 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh mahasiswi baru fakultas


kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala angkatan
2022 yang mengalami gangguan siklus menstruasi.

23
24

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang diambil berdasarkan


survei data awal mahasiswi dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan
kuesioner yang diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi baru fakultas
kedokteran program studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala angkatan
2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Mahasiswi yang memiliki gangguan siklus menstruasi
2. Bersedia menjadi sampel penelitian

b. Kriteria eksklusi
1. Mahasiswi sedang mengkonsumsi obat-obatan (Obat antidepresan,
antiansietas, antipsikotik, obat kemoterapi, kortikosteroid oral, dan
obat-obatan hormonal)
2. Mahasiswi menderita penyakit reproduksi (Kanker, tumor, miom, dan
polip)

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik total
sampling dimana jumlah sampel mengambil seluruh populasi yang ada. Sampel
pada penelitian ini merupakan mahasiswi dengan gangguan siklus menstruasi
sesuai dengan kriteria inklusi.

3.3.4 Besar Sampel

Berdasarkan hasil survei data awal pada mahasiswi baru fakultas kedokteran
program studi pendidikan dokter angkatan 2022 yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Besar sampel pada penelitian ini adalah 54 mahasiswi dengan
gangguan siklus menstruasi.
25

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor risiko gangguan siklus menstruasi
berupa usia menarche, status gizi, dan stress pada mahasiswi fakultas kedokteran
program studi pendidikan dokter Universitas Syiah Kuala.

Faktor risiko gangguan Gangguan siklus


siklus menstruasi menstruasi

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

3.4.2 Definisi Operasional

1. Siklus Menstruasi adalah periode awal terjadinya menstruasi sampai mestruasi


Berikutnya.2, 4
Dikategorikan menjadi:
- Normal : 21-35 hari
- Polimenorea : <21 hari
- Oligomenorea : >35 hari
- Amenorea
o Primer : apabila seorang wanita berusia 16 tahun belum pernah
mengalami menstruasi dengan adanya pertumbuhan normal seks sekunder
atau seorang wanita berusia 14 tahun bila tanpa disertai seks sekunder.
o Sekunder : wanita yang mempunyai periode siklus menstruasi yang
normal, tetapi kemudian tidak mendapatkannya lagi selama 3 siklus atau lebih
secara berurutuan.
2. Usia Menarche adalah usia menstruasi pertama di tengah masa pubertas yang
terjadi di awal masa remaja.8, 9
Dikategorikan menjadi:
- Menarche normal : 12-14 tahun
- Menarche cepat : <12 tahun
- Menarche lambat : >14 tahun, atau usia 16 tahun dengan sex sekunder
26

3. IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui
status gizi seseorang yang didapatkan dari perbandingan berat dan tinggi badan.
Dikategorikan menjadi: 50
- Berat badan kurang : <18,5 (underweight)
- Berat badan normal : 18,5-22.9
- Berat badah lebih : 23-24.9 (overweight)
- Obesitas 1 : 25-29.9
- Obesitas 2 : >30
4. Stres adalah keadaan dimana terdapat ketidakseimbangan antara kemampuan
individu dengan tekanan atau beban yang diberikan kepadannya. Tingkat stress
dapat diukur dengan menggunakan kuisioner Perceived Stress Scale (PSS).
Dikategorikan menjadi: 65
- 0-13 : Stres rendah
- 14-26 : Stres sedang
- 27-40 : Stres berat
27

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Siklus Kuesioner Responden Normal: 21-35 Ordinal
Menstruasi Siklus diminta untuk hari
Menstruasi mengisi
kuesioner. Polimenorea:
<21 hari

Oligomenorea:
>35 hari

Amenorea:
Tidak
mengalami
menstruasi

Usia Kuesioner Responden Menarche Ordinal


Menarche diminta untuk normal: 12-14
mengisi tahun
kuesioner
Menarche
cepat: <12
tahun

Menarche
lambat: >14
tahun

IMT Kuesioner Responden Underweight: Ordinal


(Indeks diminta untuk <18,5
Massa mengisi
Tubuh) kuesioner Normal: 18,5-
22.9

Overweight:
23-24.9

Obesitas 1: 25-
29.9

Obesitas 2:
>30

Stres Kuesioner Responden 0-13: ringan Ordinal


Perceived diminta untuk 14-26: sedang
Stress Scale mengisi 27-40: berat
(PSS-10) kuesioner
28

3.5 Alat/instrumen dan Bahan Penelitian

Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur


penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang
diperlukan.66 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu
daftar beberapa pertanyaan yang diberikan kepada responden. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner siklus menstruasi yang sudah divalidasi dan kuesioner
Perceived Stress Scale (PSS) yang telah terstandar dan memiliki validitas dan
reliabilitas yang tinggi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik dan alat berbentuk kuesioner. Peneliti sudah menyiapkan
daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden untuk menilai siklus menstruasi,
usia menarche, status gizi dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan tingkat stress
pada mahasiswi baru fakultas kedokteran program studi pendidikan dokter
angkatan 2022 Universitas Syiah Kuala yang sesuai kriteria inklusi.

3.7 Prosedur Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat
langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Prosedur pengambilan
data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan survei data awal responden yang sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi
2. Kuesioner kemudian dibagikan kepada responden yang sudah ditetapkan
melalui google form
3. Memberikan penjelasan secara singkat tentang tujuan dan maksud
penelitian
4. Responden diminta mengisi informed consent sebagai bukti persetujuan
responden sebagai subjek penelitian
5. Responden diminta untuk mejawab pertanyaan kuesioner sesuai dengan
petunjuk yang tertera
29

6. Selanjutnya peneliti akan melakukan pengecekan dan penilaian terhadap


jawaban responden untuk kemudian data akan dianalisa.

3.8 Analisis Data Penelitian

Analisa data penelitian dilakukan dengan cara melihat persentase data yang
telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel univariat yaitu untuk
menggambarkan jumlah setiap variabel yang ada, lalu dilanjutkan dengan
membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada. Analisis
univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dari setiap variabel penelitian.
Pada umumnya dalam analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi
dan persentase dari tiap variabel. Rumus untuk mencari persentase adalah:
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛

Keterangan:
p : Persentase
f : Frekuensi
n : Jumlah Total
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah


Kuala. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen
berupa kuesioner yang dibagikan secara online melalui google formulir pada
tanggal 18-20 November 2022 kepada mahasiswi fakultas kedokteran program
studi pendidikan dokter angkatan 2022 yang mengalami gangguan siklus
menstruasi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Peneliti memperoleh sampel
sejumlah 54 mahasiswi dengan total sampling yang telah dilakukan survei awal
sebelumnya dan pembekalan video mengenai menstruasi, cara menghitung siklus
menstruasi, gangguan siklus menstruasi, dan faktor risiko yang mencetusnya.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai gambaran faktor risiko terjadinya gangguan
siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas kedokteran program studi Pendidikan
dokter angkatan 2022 berdasarkan usia menarche, status gizi, dan tingkat stress
setiap mahasiswi.

4.1.1 Karakteristik Responden Ganggguan Siklus Menstruasi


Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, berat badan, dan
tinggi badan. Besar sampel pada penelitian ini adalah 54 responden. Data distribusi
frekuensi responden berdasarkan meliputi usia, berat badan, dan tinggi badan
disajikan dalam tabel 4.1

30
31

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia
16 1 1,85%
17 9 16,67%
18 37 68,52%
19 6 11,11%
20 1 1,85%
Total 54 100,00%

Berat Badan (Kg)


<40 kg 3 5,56%
40-50 kg 24 44,44%
51-60 kg 13 24,07%
61-70 kg 10 18,52%
71-80 kg 3 5,56%
>80 kg 1 1,85%
Total 54 100,00%

Tinggi Badan (cm)


140-150 cm 4 7,41%
151-160 cm 35 64,81%
161-170 cm 15 27,78%
Total 54 100,00%

Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwasanya rentang usia responden
adalah 16- 20 tahun dengan mayoritas responden usia 18 tahun berjumlah 37 orang
(68,5%), sedangkan kelompok usia responden yang paling sedikit adalah usia 16
dan 20 tahun, masing-masing berjumlah 1 orang (1,85%). Karakteristik
berdasarkan berat badan responden paling banyak adalah kisaran 40-50 kg
berjumlah 24 orang (44,44%), dan yang paling sedikit adalah berat badan >80 kg
yang berjumlah 1 orang (1,85%). Berdasarkan tinggi badan mayoritas responden
adalah kisaran 151-160 cm berjumlah 35 orang (64,81%), sedangkan rentang tinggi
badan 140-150 cm adalah yang paling sedikit berjumlah 4 orang (7,41%).

4.1.2 Gambaran Gangguan Siklus Menstruasi Responden


Berdasarkan data yang diambil dari kuesioner didapatkan gambaran
gangguan siklus menstruasi responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
32

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Gangguan Siklus Menstruasi Responden


Gangguan Siklus Menstruasi Frekuensi (n) Persentase (%)

Polimenorea 35 64,81%
Oligomenorea 17 31,48%
Amenorea 2 3,70%
Total 54 100,00%

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi gangguan siklus menstruasi pada


mahasiswi angkatan 2022, didapatkan hasil bahwa gangguan siklus menstruasi
yang paling banyak dialami oleh responden angkatan 2022 adalah polimenorea
sebanyak 35 orang (64,81%), dan yang paling sedikit adalah amenorea sebanyak 2
orang (3,70%).

4.1.3 Gambaran Faktor Risiko Gangguan Siklus Menstruasi Responden


Karakteristik sampel penelitian berupa distribusi subjek penelitian
berdasarkan faktor risiko gangguan siklus menstruasi yaitu usia menarche
responden yang disajikan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Berdasarkan Usia Menarche


Responden
Faktor Risiko Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia Menarche
<12 tahun 6 11,11%
12-14 tahun 40 74,07%
>14 tahun 8 14,81%
Total 54 100,00%

Tabel 4.3 menunjukkan bahwasanya responden mahasiswi fakultas


kedokteran program studi pendidikan dokter angkatan 2022 dominan memiliki usia
menarche normal berjumlah 40 orang (74,07%) dan paling sedikit yang memiliki
usia menarche dini berjumlah 6 orang (11,11%).
33

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Berdasarkan Status Gizi


Responden
Faktor Risiko Frekuensi (n) Persentase (%)
Status Gizi
Kurang (Underweight) 11 20,37%
Normal 28 51,85%
Lebih (Overweight) 6 11,11%
Obesitas I 7 12,96%
Obesitas II 2 3,70%
Total 54 100,00%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwasanya responden dalam penelitian ini


dominan memiliki status gizi normal berjumlah 28 orang (51,85%) dan status gizi
yang paling sedikit adalah obesitas II yang berjumlah 2 orang (3,70%).

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Berdasarkan Tingkat Stres


Responden
Faktor Risiko Frekuensi (n) Persentase (%)
Tingkat Stres
Ringan 9 16,67%
Sedang 38 70,37%
Berat 7 12,96%
Total 54 100,00%

Tabel 4.5 menggambarkan faktor risiko gangguan siklus menstruasi


berdasarkan tingkat stres, didapatkan dominan responden memiliki tingkat stres
sedang berjumlah 38 orang (70,37%), serta yang paling sedikit adalah tingkat stres
berat berjumlah 7 orang (12,96%).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Gangguan Siklus Menstruasi Responden
Gangguan siklus menstruasi yang dialami responden mayoritas mengalami
polimenorea yaitu siklus menstruasi dengan interval <21 hari yang ditandai dengan
siklus menstruasi lebih sering/pendek daripada normal, sebanyak 35 orang
(64,81%), dan yang paling sedikit mahasiswi dengan amenorea sebanyak 2 orang
(3,70%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Nursalsabila di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun
2019 yang menyatakan bahwa dari 55 responden (25,7%) mengalami gangguan
siklus menstruasi diantaranya mahasiswi mayoritas mengalami gangguan siklus
menstruasi berupa polimenorea sebanyak 25 responden (13,4%), oligomenorea
34

sebanyak 21 responden (11,2%) dan paling sedikit amenorea sebanyak 9 responden


(4,8%). 67 Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sughra Abbasi, et al (2022)
di Karachi Institute of Medical Sciences, Pakistan didapatkan prevalensi responden
dengan Abnormal Uterine Bleeding (AUB) berdasarkan gangguan siklus
menstruasi mayoritas mengalami oligomenorea sebanyak 42,7%, polimenorea
sebanyak 21,3% dan amenorea sebanyak 5,3%.68 Pada penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Urge Gerema di kota Jimma wilayah Oromia, Ethiopia Barat Daya,
dari total 660 partisipan didapatkan prevalensi responden dengan Abnormal Uterine
Bleeding (AUB) berdasarkan gangguan siklus menstruasi mayoritas mengalami
oligomenorea sebanyak 53 orang (23,5%), polimenorea sebanyak 35 orang (15,5%)
dan amenorea sebanyak 25 orang (11,1%). Penelitian ini menilai prevalensi dan
faktor-faktor yang terkait dengan pendarahan uterus abnormal di antara wanita usia
reproduksi.69
Seluruh fungsional dari siklus menstruasi dikendalikan secara hormonal.
Hormon disekresikan dengan cara umpan balik negatif dan positif untuk
mengontrol siklus menstruasi.70 Siklus menstruasi merupakan proses alami dalam
sistem reproduksi wanita yang berulang setiap bulan dari menarche hingga
menopause. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode
menstruasi dan diakhiri dengan hari sebelum timbulnya perdarahan berikutnya,
panjang siklus rata-rata adalah 28 hari. Pola siklus menstruasi dikatakan normal jika
intervalnya tidak kurang dari 21 hari dan tidak melebihi 35 hari dengan lama haid
berkisar 3-7 hari. Apabila siklus menstruasi dalam 3 siklus intervalnya kurang dari
21 hari kemungkinan diagnosis polimenorea dapat ditegakkan, dan jika siklus
menstruasi intervalnya lebih lama dari 35 hari kemungkinan diagnosis
oligomenorea dapat ditegakkan.71 Amenorea didefinisikan sebagai tidak adanya
menstruasi selama sedikitnya 3 siklus berturut pada satu periode.72
Menstruasi yang tidak terpola dengan baik juga dapat menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan seksual dan reproduksi yang memiliki konsekuensi
dalam jangka panjang. Penelitian mengenai gangguan siklus menstruasi di
Indonesia masih terbatas, konsekuensinya pengetahuan mengenai gangguan siklus
menstruasi tidak dipahami dengan baik. Faktanya, banyak perempuan yang
memiliki siklus menstruasi tidak teratur.3, 7
35

4.2.2 Faktor Risiko Gangguan Siklus Menstruasi Responden


Faktor risiko gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi berdasarkan usia
menarche yang ditampilkan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwasanya mahasiswi
dominan memiliki usia menarche normal 12-14 tahun berjumlah 40 orang (74,07%)
dan paling sedikit yang memiliki usia menarche dini <12 tahun berjumlah 6 orang
(11,11%). Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Liton Chandra Sen, et al (2018) di universitas Patuakhali Science and Technology,
Bangladesh menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami menarche
dalam kategori usia normal 12-14 tahun berjumlah 77,1%, dan sisanya responden
dengan menarche tarda 14-16 tahun berjumlah 18,6%.73 Penelitian ini juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Indah Milanti (2017), didapatkan
bahwa usia menarche responden paling banyak pada usia normal yaitu 12-14 tahun
sebesar 56,7%. Pada kategori usia awal/dini sebesar 23,7% (46 orang) dan
terlambat sebesar 19,6% (38 orang).74
Menarche merupakan awal tanda usia kehidupan reproduksi yang memiliki
banyak variasi, tetapi rata-rata usia normal menarche adalah 13 tahun. Statistik
menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi
faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. Menarche dini maupun tarda
dapat disebabkan salah satunya oleh faktor gizi.41,75 Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Syamsul et al (2021), menunjukkan bahwa remaja dengan gizi baik dengan
usia menarche tidak normal (<12/>14tahun) yaitu sebesar 56,25% dan proporsinya
lebih tinggi pada remaja putri dengan status gizi kurang/lebih yang mengalami usia
menarche tidak normal sebesar 84,62%. Organ reproduksi pada wanita berkembang
sesuai fungsi biologisnya yang dapat dipengaruhi adanya asupan makanan beragam
dengan gizi seimbang dan terpenuhi. Percepatan dan perlambatan usia menarche
yang terjadi pada remaja putri karena adanya peran dari asupan konsumsi gizi
makro berupa lemak, protein dan mikro berupa kalsium dan serat.43 Menarche yang
semakin dini pada seorang remaja dikaitkan dengan peningkatan IMT. Remaja
dengan IMT berlebih (overweight) menyebabkan terjadinya usia menarche dini
dibandingkan remaja dengan IMT yang normal atau kurus (underweight), begitu
juga sebaliknya apabila seorang remaja mendapatkan asupan gizi yang kurang,
maka akan berpengaruh pada penurunan fungsi reproduksi yang mengakibatkan
36

terjadinya menarche pada usia yang tidak seharusnya (lambat). Hal ini memberikan
bukti bahwa status gizi merupakan faktor signifikan yang berhubungan dengan usia
menarche.43, 44
Faktor risiko gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi berdasarkan
status gizi yang ditampilkan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwasanya mahasiswi
mayoritas memiliki status gizi normal berjumlah 28 orang (51,85%), dan status gizi
yang paling sedikit adalah obesitas II yang berjumlah 2 orang (3,70%). Hasil dari
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Felicia dan Ester
Hutagaol (2017), menyatakan bahwasanya status gizi mahasiswi dominan normal
sebanyak 29 orang (43,3%), kurus sebanyak 27 orang (40,3%) dan status gizi
gemuk sebanyak 11 orang (16,4%).76 Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Nurul Maulidia dya (2019), menyatakan bahwasanya mahasiswi mayoritas
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal sebanyak 55 orang (66,3%) gemuk
sebanyak 15 orang (18,1%), obesitas sebanyak 7 orang (8,4%), kurus sebanyak 4
orang (4,8%), dan sangat kurus sebanyak 2 orang (2,4%).54
Indeks Massa Tubuh (IMT) dan gangguan siklus menstruasi memiliki
hubungan yang didasarkan pada jumlah lemak tubuh. Wanita yang memiliki IMT
rendah, komposisi lemak tubuhnya juga rendah, demikian pula sebaliknya. Lemak
tubuh merupakan prekursor pada pembentukan hormon gonadotropin dan hormon
steroid ovarium, kekurangan bahan ini menyebabkan hormon yang terbentuk tidak
adekuat untuk mencapai siklus menstruasi normal. Sebaliknya bila jumlah
prekursor ini berlimpah, produksi estrogen akan berlebih pula sehingga menganggu
keseimbangan hormonal yang ada. Status gizi dapat memengaruhi pola siklus
menstruasi, baik pada wanita dengan gizi kurang maupun gizi lebih.77 Wanita
dengan gizi kurang cenderung memiliki lemak tubuh sedikit sehingga kadar
estrogen yang dihasilkan lebih sedikit dari normal. Kadar estrogen yang rendah
menyebabkan masalah kesuburan dan menyebabkan pemendekan fase luteal
sehingga berdampak negatif pada siklus menstruasi yang dapat menghambat
terjadinya proses ovulasi sehingga menyebabkan pemendekan siklus menstruasi
terjadi (polimenorea), sedangkan wanita dengan gizi lebih dan obesitas cenderung
memiliki sel lemak berlebih sehingga estrogen yang diproduksi juga meningkat dan
menghambat kadar hormon FSH mencapai puncak. Hal ini menyebabkan
37

terhentinya pertumbuhan folikel (sel telur) sehingga terbentuk folikel yang tidak
matang. Keadaan inilah yang menyebabkan siklus menstruasi wanita menjadi lebih
panjang (oligomenorea) ataupun tidak mengalami menstruasi bulanan
(amenorea).78
Wanita yang memiliki persentase lemak tubuh tinggi atau kategori obesitas
dapat memengaruhi fungsi reproduksi wanita akibat adanya kadar leptin dan insulin
yang tinggi (namun pada beberapa keaadan seorang dengan obesitas tidak
memengaruhi siklus menstruasinya, hal ini mungkin disebabkan belum terjadinya
resistensi insulin dan resistensi leptin). Kadar leptin yang tinggi memengaruhi
steroidogenesis di ovarium. Kadar insulin di dalam tubuh berbanding lurus dengan
persentase lemak di dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan perubahan pada
sensitivitas dan sekresi insulin. Pada orang yang obesitas akan terjadi peningkatan
kadar glukosa darah secara langsung sehingga peningkatan kadar glukosa darah
akan berakibat terjadi glukoneogenesis. Hal ini akan memengaruhi kadar insulin
yang terus meningkat, yang disebut hiperinsulinemia. Selain itu insulin secara
langsung dapat menurunkan Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) pada
perempuan obesitas karena SHBG bekerja berlawanan dengan insulin yaitu
menekan produksi androgen. Insulin bekerja pada proses steroidogenesis untuk
merangsang sel teka untuk memproduksi androgen sehingga tingginya kadar
insulin dapat menyebabkan hiperandrogen. Pada resistensi insulin, dimana jumlah
reseptor insulin menurun/tidak berfungsi (blocked), maka kadar insulin yang
berlebih akan berikatan dengan resptor Insulin like Growth Factor-I (IGF-I), yang
mempunyai bentuk/struktur sama dengan reseptor insulin. IGF-I bekerja
memperkuat rangsangan Luteinizing Hormon (LH) terhadap sel teka ovarium untuk
menghasilkan androstenedion yang merupakan prekursor hormon reproduksi.79
Sel granulosa dan sel teka keduanya bekerja sama dalam mengubah
androgen menjadi estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga
reseptor FSH hanya ada pada granulosa. LH memicu sel teka untuk menghasilkan
hormon androgen, selanjutnya androgen memasuki sel granulosa. Pada sel
granulosa, androgen akan diubah menjadi estradiol oleh FSH dengan mengaktifkan
enzim aromatase sehingga sel granulosa akan berproliferasi.80 Dengan demikian,
peningkatan kadar estrogen yang terus-menerus dapat memberikan feedback
38

negatif sehingga menghambat kerja adenohipofisis dalam memproduksi hormon


FSH. Hambatan ini menyebabkan gangguan proliferasi folikel sehingga folikel
matur tidak dapat terbentuk.54,81
Hormon anti-mullerian (AMH) pada beberapa keadaan dapat meningkat
pada wanita obesitas. Peningkatan hormon AMH ini dapat menghambat proses
aromatase oleh FSH sehingga androgen tidak dapat dikonversi menjadi estrogen.
Kadar androgen yang terlalu tinggi dan estrogen yang rendah dapat menyebabkan
folikel menjadi atresia sehingga ovulasi tidak terjadi. 80 Ada kesepakatan bahwa
remaja wanita dengan oligo-amenorea dan IMT yang tinggi didapatkan lebih
hiperandrogenik dan resistensi insulin dibandingkan dengan kelompok wanita yang
lebih kurus dengan IMT rendah. Hal ini membenarkan bahwa hubungan antara
obesitas, hiperandrogen, dan risiko metabolik sering muncul pada masa remaja.82
Penelitian yang dilakukan oleh Reavey dalam jurnal Annarahayu (2021) yang
menyatakan bahwa wanita dengan obesitas memiliki risiko gangguan interval
siklus menstruasi 5,4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan berat
badan normal. Peningkatan IMT akan berdampak pada fungsi endometrium.83
Ganesan et al (2019) juga melakukan penelitian serupa dengan hasil bahwa wanita
gemuk memiliki risiko 3,08 kali lebih besar mengalami siklus menstruasi tidak
teratur dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal. 84
Faktor risiko gangguan siklus menstruasi pada mahasiswi berdasarkan
tingkat stres yang ditampilkan pada tabel 4.5 menggambarkan mahasiswi dominan
memiliki tingkat stres sedang berjumlah 38 orang (70,37%), serta yang paling
sedikit adalah tingkat stres berat berjumlah 7 orang (12,96%). Hasil dari penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fildzah Hasifa (2019),
didapatkan dari 503 responden penelitian terdapat mayoritas mahasiswi mengalami
stres sedang sebanyak 67,8%, stres berat 30,6%, dan stres ringan 1,6%.85 Penelitian
lainnya yg dilakukan oleh Cantika yustira (2022) didapatkan mahasiswi mayoritas
mengalami tingkat stres sedang sebanyak 21 orang (70,0%), stres ringan sebanyak
7 orang (23,3%) dan tingkat stres berat sebanyak 2 orang (6,7%).86
Tingkat stres menimbulkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Stres
merupakan respon tubuh yang tidak dapat dijelaskan secara spesifik. Respon
tersebut muncul akibat adanya stressor atau rangsangan terhadap faktor-faktor yang
39

mengancam sistem pertahanan homeostasis.23 Status reproduksi merupakan


cerminan dari keadaan psikologis seseorang, jika terjadi peningkatan paparan stres
maka otomatis fungsi reproduksi akan menurun untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Sistem stres diatur oleh aksis hipotalamus hipofisis adrenal
(HPA) dan sistem otonom. Mediator utama dari sistem stres termasuk CRH,
glukokortikoid, dan beta endorfin.83
Gangguan siklus menstruasi melibatkan mekanisme pengaturan integratif
yang memengaruhi proses biokimia dan seluler di seluruh tubuh. Saat stres,
terjadinya aktivasi aksis hipotalamus pituitari adrenal bersama-sama dengan sistem
saraf autonom yaitu aktivasi amygdala pada sistem limbik. Sistem ini menstimulasi
pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH).
Hormon ini akan secara langsung menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari
tempat produksinya di nukleus arkuata. Peningkatan CRH akan menstimulasi
pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah.
Peningkatan ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah.
Hormon-hormon tersebut secara langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH
sehingga terhambatnya produksi FSH dan LH. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
yang rendah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan awal folikel
sehingga folikel yang dihasilkan imatur dan akan memengaruhi terjadinya siklus
menstruasi.87
Chan Pei et al pada penelitiannya menyatakan bahwa wanita yang stres 1,7
kali lebih mungkin mengalami gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan
wanita yang tidak stres. Stres psikologis atau tekanan berlebih meliputi stressor
dalam kehidupan yang dapat mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur. Salah
satu mekanisme yang menghubungkan stres dengan fungsi menstruasi dapat terjadi
melalui gangguan fungsi aksis HPA (Hypothalamus-Pituitary-Adrenal cortex)
sebagai respon stres tubuh sehingga glukokortikoid memiliki interaksi timbal balik
dengan hormon di ovarium yang akan memengaruhi siklus menstruasi pada wanita.
Stres dapat mengganggu fungsi endokrin dan ritme biologis yang dapat
menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur serta perubahan pola perdarahan
menstruasi yang tidak normal.88 Hasil analisis univariat pada penelitian ini dapat
menunjukkan bahwasanya tingkat stres merupakan faktor risiko gangguan siklus
40

menstruasi yang memiliki angka paling tinggi pada responden mahasiswi angkatan
2022 dengan kategori tingkat stres sedang sebanyak 70,37%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dari penelitian, analisis dan pembahasan yang sudah dilakukan
maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswi fakultas kedokteran angkatan 2022 dalam penelitian ini mayoritas
mengalami gangguan siklus menstruasi berupa polimenorea sebanyak 64,81%.
2. Penelitian ini menunjukkan bahwasanya tingkat stres merupakan faktor risiko
gangguan siklus menstruasi yang memiliki angka paling tinggi dengan kategori
tingkat stress sedang sebanyak 70,37% pada mahasiswi fakultas kedokteran
angkatan 2022 dibandingkan faktor risiko menarche dan status gizi.

5.2 Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi klinisi agar dapat
memberikan edukasi tentang upaya menghindari faktor risiko yang dapat
menyebabkan gangguan siklus menstruasi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi masyarakat agar dapat
meningkatkan kesadaran akan pencegahan terjadinya gangguan siklus
menstruasi.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya agar
mengembangkan penelitian mengenai faktor risiko lainnya yang dapat
memengaruhi gangguan siklus menstruasi.

41
Daftar Pustaka

1. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd Ed. Jakarta: Egc; 2008.

2. Irianto K. Kesehatan Reproduksi/ Reproductive Health: Teori Dan


Praktikum. 1st Ed. Bandung: Alfabeta; 2015. 812 P.

3. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika; 2016.

4. Manuaba Ibg. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta: Egc; 2018.

5. Who (World Health Organization). The Prevalence Of Menstrual Cycle


Disorders. 2012;

6. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. 2010; Available From:


Http://Depkes.Go.Id/Download/Risk%0aesdas2010/Hasil%25riskesdas%2
52010.Pdf

7. Sinaga E. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas Nasional Iwwash


Global One; 2017. 181 P.

8. Yu Ej, Choe Sa, Yun Jw, Son M. Association Of Early Menarche With
Adolescent Health In The Setting Of Rapidly Decreasing Age At Menarche.
J Pediatr Adolesc Gynecol [Internet]. 2020;33(3):264–70. Available From:
Https://Doi.Org/10.1016/J.Jpag.2019.12.006

9. Soetjiningsih. Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak. Ed.2. Jakarta: Egc;


2013.

10. Andriana N, Aldriana A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus


Menstruasi Pada Mahasiswi Di Universitas Pasir Pengaraian. J Matern
Neonatal. 2018;2(5):271–9.

11. Netty T. Penilaian Status Gizi. In: 1st Ed. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2017. P. 315.

12. Harahap V. I. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Terhadap Siklus


Menstruasi Pada Remaja Putri Di Smpn 17 Kota Jambi Tahun 2012. Stikes
Prima Jambi [Internet]. 2013;2:17–20.

13. Islamy A, Farida F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi


Pada Remaja Putri Tingkat Iii. J Keperawatan Jiwa. 2019;7(1):13.

14. King, Laura A. The Science Of Psychology-An Appreciative View. 3rd Ed.
Jakarta: Salemba Humanika; 2017. 542 P.

15. Yudita Na, Yanis A, Iryani D. Hubungan Antara Stres Dengan Pola Siklus
Menstruasi Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. J Kesehat

42
Andalas. 2017;6(2):299.

16. Manurung Ss. Hubungan Tingkat Stres Terhadap Siklus Menstruasi Pada
Remaja Di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016. J Ilm Keperawatan
Imelda. 2017;3(2):307–14.

17. Maulina B, Sari Dr. Derajat Stres Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran
Ditinjau Dari Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Tuntutan Akademik. J
Psikol Pendidik Dan Konseling J Kaji Psikol Pendidik Dan Bimbing
Konseling. 2018;4(1):1.

18. Jafri Sam. Stress Level Comparison Of Medical And Nonmedical Students:
A Cross Sectional Study Done At Various Professional Colleges In Karachi,
Pakistan. Acta Psychopathol. 2017;03(02):1–6.

19. Nida Rm, Sari Ds. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas Xi Smk Muhammadiyah
Watukelir Sukoharjo (The Influence Of Warm Compress Decrease In
Dismenorhea Eleventh Grade Students Of Smk Muhammadiyah Watukelir
Sukoharjo). J Kebidanan Dan Kesehat Tradis. 2016;1(2):103–9.

20. Sibagariang Er. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media;
2010.

21. Guyton, A.C, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th Ed. Jakarta: Egc;
2014.

22. Sherwood L. Human Physiologi From Cells To Cells To System. West


Virginia Thomsan. 09 Ed. Publishing Inc 2009; 2009.

23. Sherwood L. Human Physiology From Cells To Systems. In: 9th Ed. Boston,
Usa: Cengage Learning; 2016. Available From: Www.Cengage.Com

24. Prayuni Ed, Imandiri A, Adianti M. Therapy For Irregular Menstruation


With Acupunture And Herbal Pegagan (Centella Asiatica (L.)). J Vocat Heal
Stud. 2019;2(2):86.

25. Seri Wahyuni, Sst Mk. Obstetri Fisiologi. Wineka Media; 2022. 163 P.

26. Hackney, A.C. Sex Hormones, Exercise & Women. 1st Ed. Chapel Hill, Nc,
Usa: Springer Berlin Heidelberg; 2016.

27. Proverawati A, Misaroh S. Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna.


Yogyakarta: Nuha Medika; 2009. 144 P.

28. Anwar M Dr. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. In: Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952. 3rd Ed. Jakarta: Pt Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011.

29. Long Wn. Abnormal Vaginal Bleeding. In: Clinical Methods: The History,

43
Physical, And Laboratory Examinations. 3rd Ed. Boston, Usa: Butterworths;
2019.

30. Rosenfield Rl. Adolescent Anovulation: Maturational Mechanisms And


Implications. J Clin Endocrinol Metab. 2013;98(9):3572–83.

31. Walyani Siwi E, Purwoastuti E. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam


Kebidanan : Konsep,Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press;
2015. 224 P.

32. Azizah N, Sari Sa, Afandi Aa, Muhidayati W. Diskripsi Pengetahuan


Mahasiswa Putri Tentang Gangguan Menstruasi ( Polimenorea). J Penelit
Sekol Tinggi Ilmu Kesehat Nahdlatul Ulama Tuban. 2020;2(2):22–36.

33. Tonda Kc. Analisis Penyebab Polymenorrhea Di Kalangan Remaja. Prodi


Kedokteran, Fak Kedokt Univ Sebel Maret, Surakarta, Indones [Internet].
2019;35. Available From: Https://Osf.Io/Dpku8/Download/?Format=Pdf

34. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th Ed. Jakarta: Pt Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2016. 981 P.

35. Heffner, J L, Schust Dj. At A Glance: Sistem Reproduksi. 2nd Ed. Jakarta:
Erlangga; 2010.

36. The Practice Committee Of The American Society For Reproductive


Medicine. Current Evaluation Of Amenorrhea. Fertil Steril [Internet].
2008;90(5 Suppl.):219–25.

37. Prawirohardjo. Amenorea Pada Remaja. 1st Ed. Yogyakarta: Araska; 2008.

38. Arifiandi Md, Wiyasa Iwa. Amenore Primer Et Causa Hiperplasia Adrenal
Kongenital Non Klasik. J Issues Midwifery. 2018;2(1):30–6.

39. Suparman E, Suparman E. Amenorea Sekunder: Tinjauan Dan Diagnosis. J


Biomedik. 2017;9(3).

40. Sukarni I, P W. Buku Ajar Keperawatan Maternita. Tasikmalya, Jawa Barat:


Nuha Medika; 2013.

41. Batubara Jr. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari


Pediatr. 2016;12(1):21.

42. Diananda A. Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. J Istighna.


2019;1(1):116–33.

43. Alam S, Syahrir S, Adnan Y, Asis A. Hubungan Status Gizi Dengan Usia
Menarche Pada Remaja Putri. J Ilmu Kesehat Masy. 2021;10(03):200–7.

44. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). Paediatric. 2011;3(2):5–

44
6.

45. Putri Fr, Wesiana W. Indeks Massa Tubuh Berpengaruh Terhadap Usia
Menarche Pada Siswi Kelas 5 Dan 6 Di Sdn 01 Wiyung Surabaya. J Heal
Sci. 2018;7(2):73–9.

46. Giovanni M. Induksi Ovulasi Pada Pasien Sindroma Ovarium Polikistik (


Sopk ). Fk Unud Denpasar [Internet]. 2016;68. Available From:
Https://Simdos.Unud.Ac.Id/Uploads/File_Penelitian_Dir/8a9ba3fefb757dff
500acdaa434b81a6.Pdf

47. Novita R. Hubungan Status Gizi Dengan Gangguan Menstruasi Pada Remaja
Putri Di Sma Al-Azhar Surabaya. Amerta Nutr. 2018;2(2):172.

48. Dieny Ff. Permasalahn Gizi Pada Remaja Putri. 1st Ed. Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2014. 364 P.

49. Dewi A, Mahmudiono T. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, Sikap, Dan
Pengetahuan Tentang Obesitas Dengan Status Gizi Pegawai Negeri Sipil Di
Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. J Media Gizi Indones.
2013;9(1):42–8.

50. Kemenkes Ri. Klasifikasi Obesitas Setelah Pengukuran Imt. 2018;

51. Adnyani,Nkw. Nng. Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada
Remaja Putri Kelas X Putri Kelas X Di Sma Pgri 4 Denpasar. J Chem Inf
Model. 2013;53(9):1689–99.

52. Felicia F, Hutagaol E, Kundre R. Hubungan Status Gizi Dengan Siklus


Menstruasi Pada Remaja Putri Di Psik Fk Unsrat Manado. J Keperawatan
Unsrat. 2015;3(1):110354.

53. Marmi. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. 1st Ed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2013. 450 P.

54. Dya Nm, Adiningsih S. The Correlation Between Nutritional Status And
Menstrual Cycle Of Female Students At Islamic Senior High School 1,
Lamongan. Amerta Nutr. 2019;3(4):310.

55. Jappe Lm, Cao L, Crosby Rd, Crow Sj, Peterson Cb, Le Grange D, Et Al.
Stress And Eating Disorder Behavior In Anorexia Nervosa As A Function
Of Menstrual Cycle Status. Int J Eat Disord [Internet]. 2014 Mar;47(2):181–
8.

56. Makaryani Ry. Hubungan Konsumsi Serat Dengan Kejadian Overweight


Pada Remaja Putri Sma Batik 1 Surakarta. Univ Muhammadiyah Surakarta.
2013;1–17.

57. Who (World Health Organization). The Asia-Pacific Perspective:


Redefining Obesity And It’s Treatment. 2000;

45
58. Misnadiarly. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Cet. 1.
Jakarta: Pustaka Obor Populer; 2007.

59. Susilo Dh. Mensturasi Relations Of Obesity With Mensturasi Cycle


Disorders. Oksitosin, Kebidanan. 2015;2(1):49–55.

60. Barseli M, Ifdil I, Nikmarijal N. Konsep Stres Akademik Siswa. J Konseling


Dan Pendidik. 2017;5(3):143–8.

61. Setiyono A, Prasetyo B, Maramis M. Pengaruh Tingkat Stres Dan Kadar


Kortisol Dengan Jumlah Folikel Dominan Pada Penderita Infertilitas Yang
Menjalani Fertilisasi Invitro. Maj Obstet Ginekol. 2015;23(3):128.

62. Manggul Ms, Syamsudin M. Hubungan Stres Dengan Gangguan Siklus


Menstruasi Pada Siswi Kelas Xii Sma Karya Ruteng. Wawasan Kesehat.
2016;1(2):142–8.

63. Maryuni, Anik. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta: Tim; 2010.

64. Indira Ie. Stress Questionnaire: Stress Investigation From Dermatologist


Perspective. Psychoneuroimmunology In Dermatology. 2016;141–2.

65. Program State Of New Hampshire Employee Assistance. Perceived Stress


Scale Score. State New Hampsh Empl Assist Progr. 2020;2.

66. Aedi N. Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data. J Chem Inf
Model. 2018;53(9):1689–99.

67. Nursalsabila. Hubungan Tingkat Stres Terhadap Kejadian Gangguan


Menstruasi Pada Mahasiswi Preklinik Di Fakultas Kedokteran Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2019. 2019;

68. Abbasi S, Naz S, Khalid S, Bukhari A. Menstrual Pattern And Common


Menstrual Disorders Among Adolescent Girls. Pakistan J Med Heal Sci.
2022;16(6):1031–3.

69. Gerema U, Kene K, Abera D, Adugna T, Nigussie M, Dereje D, Et Al.


Abnormal Uterine Bleeding And Associated Factors Among Reproductive
Age Women In Jimma Town, Oromia Region, Southwest Ethiopia.
Women’s Heal. 2022;18.

70. Thiyagarajan D, Basitr H, Rebecca J. Physiology, Menstrual Cycle.


Statpearls; 2022.

71. Schmalenberger Km, Tauseef Ha, Barone Jc, Owens Sa, Lieberman L,
Jarczok Mn, Et Al. How To Study The Menstrual Cycle: Practical Tools And
Recommendations. Psychoneuroendocrinology. 2021;123.

72. Nawaz G, Clinic M. Amenorrhea Amenorrhea. 2020;(December).

46
73. Sen Lc, Annee Ij, Akter N, Fatha F, Mali Sk, Debnath S. Study On
Relationship Between Obesity And Menstrual Disorders. Asian J Med Biol
Res. 2018;4(3):259–66.

74. Milanti I. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi


Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. 2017;

75. Fitriningtyas E, Redjeki Es, Kurniawan A. Usia Menarche, Status Gizi, Dan
Siklus Menstruasi Santri Putri. Prev Indones J Public Heal. 2017;2(2):58.

76. Felicia, Hutagaol E, Kundre R. Hubungan Status Gizi Dengan Siklus


Menstruasi Pada Remaja Putri Di Psik Fk Unsrat Manado. Ejournal
Keperawatan (E-Kp). 2017;3(1):1–6.

77. Maedy Fs, Astika T, Permatasari E. Hubungan Status Gizi Dan Stres
Terhadap Siklus Menstruasi Remaja Putri Di Indonesia. Muhammadiyah J
Nutrtion Food Sci [Internet]. 2022;3(1):1–10. Available From:
Jurnal.Umj.Ac.Id/Index.Php/Mjnf

78. Wei S, Schmidt Md. Obesity And Menstrual Irregularity: Associations With
Shbg, Testosterone, And Insulin. In: North American Association For The
Study Of Obesity (Naaso). John Wiley & Sons, Ltd; 2012. P. 1070–6.

79. Hugh S. Taylor, Md Lubna Pal, Mbbs, Ms Emre Seli M. Speroff’s Clinical
Gynecologic Endocrinology And Infertility. 9th Ed. New York: Woltres
Kluwer; 2022.

80. Speroff L, Fritz Ma, Kase Ng. Clinical Gynecologic Endocrinology And
Infertility. Ninth. New Haven, Connecticut, U.S State: Wolters Kluwer;
2020.

81. Septian A. Konsumsi Fitoestrogen, Persen Lemak Tubuh Dan Siklus


Menstruasi Pada Wanita Vegetarian (Phytoestrogen Consumption, Percent
Body Fat And Menstrual Cycle In Vegetarian Women). J Nutr Coll.
2017;6:180–90.

82. Diamanti-Kandarakis E, Dunaif A. Insulin Resistance And The Polycystic


Ovary Syndrome Revisited: An Update On Mechanisms And Implications.
Endocr Rev. 2012;33(6):981–1030.

83. Annarahayu L, Dewi Ylr, Adriyani Rb. Meta-Analysis The Effect Of


Obesity And Stress On Menstrual Cycle Disorder. J Matern Child Heal.
2021;6(4):423–35.

84. Ganesan Dk, Krishnan Gk, Chitharaj Rr, Boopathirajan R. A Cross-Sectional


Study On Relationship Between Body Mass Index And Menstrual
Irregularity Among Rural Women In Tamil Nadu. Int J Community Med
Public Heal. 2019;6(11):4635.

85. Taufiq Fh, Hasnawi H, Hidayat R. Stress Induces Menstrual Cycle

47
Disturbance Among Female Students In Faculty Of Medicine Universitas
Sriwijaya. Biosci Med. 2019;3(1):1–13.

86. Purnama Cyi, Priasmoro Dp, Kurniawan Aw. Gambaran Gangguan Siklus
Menstruasi Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Yang Mengalami Stres Di Itsk
Rs Dr.Soepraoen Malang. J Borneo Holist Heal. 2022;5(1):47–56.

87. Manurung Ef. The Relationship Of Stress Level With Menstrual Cycle
Disorders In Smk Health Nafsiah Stabat Year 2022. Sci Midwifery.
2022;10(3):2377–84.

88. Chang P-J, Chen P-C. Risk Factors On The Menstrual Cycle Of Healthy
Taiwanese College Nursing Students. Aust New Zeal J Obstet Gynaecol.
2009;49(6):689–94.

48
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Tabel Perencanaan Kegiatan Penelitian

Bulan
No Kegiatan
5 6 7 8 9 10 11 12
1. Studi kepustakaan
2. Penyusunan proposal
3. Seminar proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Pengajuan Etik
5. Pengambilan Data
6. Pengolahan Data
7. Penyusunan Skripsi
8. Sidang Skripsi

49
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian

Data Karakteristik dan Status Gizi Responden

Tinggi Berat Jumlah Kategori


NO Nama Angkatan Usia Badan (cm) Badan (kg) IMT Status Gizi

1. ZN 2022 17 157 cm 55 kg 22,3 Normal


2. AC 2022 17 168 cm 76 kg 26,9 Obesitas I
3. QSA 2022 18 163 cm 58 kg 21,8 Normal
4. NFP 2022 18 159 cm 56 kg 22,1 Normal
5. SMF 2022 18 151 cm 38 kg 16,6 Kurang
6. AZR 2022 19 157 cm 48 kg 19,4 Normal
7. NY 2022 18 165 cm 67 kg 24,6 Lebih
8. DZP 2022 18 160 cm 64 kg 25 Obesitas I
9. DA 2022 18 150 cm 45 kg 20 Normal
10. AK 2022 18 144 cm 40 kg 19,2 Normal
11. RM 2022 18 158 cm 80 kg 32,0 Obesitas II
12. SM 2022 18 152 cm 43 kg 18,6 Normal
13. NS 2022 18 166 cm 70 kg 25,4 Obesitas I
14. NAB 2022 18 155 cm 46 kg 19,1 Normal
15. ASH 2022 17 156 cm 50 kg 20,5 Normal
16. FAP 2022 17 159 cm 47 kg 18,5 Normal
17. ENR 2022 18 160 cm 52 kg 20,3 Normal
18. SMW 2022 18 170 cm 70 kg 24,2 Lebih
19. PB 2022 18 160 cm 65 kg 25,3 Obesitas I
20. DDA 2022 17 161 cm 60 kg 23,1 Lebih
21. NLA 2022 18 155 cm 46 kg 19,1 Normal
22. AR 2022 18 150 cm 39 kg 17,3 Kurang
23. SZ 2022 18 154 cm 71 kg 29,9 Obesitas II
24. DAB 2022 18 155 cm 53 kg 22,0 Normal
25. RS 2022 17 150 cm 40 kg 17,7 Kurang
26. SF 2022 19 155 cm 45 kg 18,7 Normal
27. TKD 2022 19 165cm 55kg 20,2 Normal
28. RZ 2022 18 159 cm 46 kg 18,1 Kurang
29. WR 2022 18 160 cm 59 kg 23,0 Lebih
30. NFM 2022 18 158 cm 61 kg 24,4 Lebih
31. CR 2022 18 160 cm 56 kg 21,8 Normal
32. NW 2022 18 164 cm 52 kg 19,3 Normal
33. CS 2022 19 169 cm 85 kg 29,7 Obesitas I
34. SS 2022 18 152 cm 48 kg 20,7 Normal

50
35. ZQ 2022 18 168 cm 57 kg 20,1 Normal
36. K 2022 17 165 cm 50 kg 18,3 Kurang
37. FB 2022 18 153 cm 48 kg 20,5 Normal
38. RF 2022 18 153 cm 38 kg 16,2 Kurang
39. KAH 2022 18 152 cm 64 kg 27,7 Obesitas I
40. SSR 2022 18 160 cm 45.6 kg 17,9 Kurang
41. AA 2022 18 152 cm 49 kg 21,2 Normal
42. WH 2022 18 155 cm 45 kg 18,7 Normal
43. GAP 2022 19 154 cm 55 kg 23,1 Lebih
44. CCA 2022 18 154 cm 50 kg 21,0 Normal
45. NDS 2022 18 157 cm 52 kg 21,0 Normal
46. AW 2022 20 155 cm 50 kg 20,8 Normal
47. SSA 2022 18 153 cm 50 kg 21,3 Normal
48. FR 2022 18 165 cm 47 kg 17,2 Kurang
49. NI 2022 18 156 cm 45 kg 18,4 Kurang
50. NA 2022 19 160 cm 43 kg 16,7 Kurang
51. PG 2022 17 168 cm 61 kg 21,6 Normal
52. NH 2022 18 165 cm 62 kg 22,7 Normal
53. CFA 2022 16 165 cm 45 kg 16,5 Kurang
54. SAD 2022 17 153 cm 65 kg 27,7 Obesitas I

51
Data Menstruasi Responden

P1
NO Nama P2 P3 P4 P5 P6 P7 Gangguan Siklus
(Menarche)
Menstruasi
1. ZN 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
2. AC 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
3. QSA 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
4. NFP 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
5. SMF 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
6. AZR 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
7. NY 10 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
8. DZP 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
9. DA 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
10. AK 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
11. RM 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
12. SM 10 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
13. NS 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
14. NAB 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
15. ASH 11 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
16. FAP 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
17. ENR 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
18. SMW 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
19. PB 14 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
20. DDA 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
21. NLA 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea

52
22. AR 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
23. SZ 11 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
24. DAB 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
25. RS 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
26. SF 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
27. TKD 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
28. RZ 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
29. WR 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
30. NFM 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Tidak Ya Amenorea
31. CR 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
32. NW 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
33. CS 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
34. SS 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
35. ZQ 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
36. K 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
37. FB 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
38. RF 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
39. KAH 11 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
40. SSR 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
41. AA 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
42. WH 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
43. GAP 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
44. CCA 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
45. NDS 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
46. AW 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
47. SSA 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea

53
48. FR 10 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
49. NI 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
50. NA 14 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea
51. PG 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
52. NH 13 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Ya Tidak Tidak Polimenorea
53. CFA 15 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Tidak Ya Amenorea
54. SAD 12 tahun Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Tidak Ya Tidak Oligomenorea

54
Data Tingkat Stres Responden

NO Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total Kategori Tingkat Stress

1. ZN 2 2 4 3 1 2 3 1 1 2 21 Sedang
2. AC 4 3 4 2 1 4 3 0 4 4 29 Berat
3. QSA 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 15 Sedang
4. NFP 0 0 3 3 1 1 1 1 1 2 13 Ringan
5. SMF 1 1 2 1 2 2 2 1 0 2 14 Sedang
6. AZR 1 2 4 1 3 4 2 2 1 3 23 Sedang
7. NY 0 1 1 2 3 2 0 1 0 2 12 Ringan
8. DZP 0 3 4 3 1 4 1 3 0 3 22 Sedang
9. DA 3 1 4 0 2 1 2 1 1 3 18 Sedang
10. AK 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 22 Sedang
11. RM 2 2 2 4 4 4 1 4 1 1 25 Sedang
12. SM 3 3 2 3 2 0 3 2 2 3 23 Sedang
13. NS 1 2 3 2 2 3 1 2 2 3 21 Sedang
14. NAB 1 1 0 4 4 0 2 2 1 0 15 Sedang
15. ASH 1 1 1 3 0 0 0 0 2 0 8 Ringan
16. FAP 1 1 4 2 3 0 0 2 2 4 19 Sedang
17. ENR 4 2 4 2 3 2 2 3 4 1 27 Berat
18. SMW 2 2 3 2 1 2 3 1 2 3 21 Sedang
19. PB 1 1 2 1 0 0 0 0 1 2 8 Ringan
20. DDA 2 2 4 2 1 3 1 4 2 3 24 Sedang
21. NLA 3 3 2 1 1 2 0 2 1 1 16 Sedang
22. AR 1 1 2 1 1 2 0 1 1 3 13 Ringan

55
23. SZ 4 4 4 2 2 3 2 2 1 4 28 Berat
24. DAB 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 8 Ringan
25. RS 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 14 Sedang
26. SF 1 1 3 2 3 1 3 2 1 0 17 Sedang
27. TKD 1 1 3 0 2 1 1 1 1 1 12 Ringan
28. RZ 4 4 4 2 3 2 2 3 3 3 30 Berat
29. WR 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 Sedang
30. NFM 1 3 4 3 1 2 3 2 0 3 22 Sedang
31. CR 3 3 3 1 2 3 2 1 2 2 22 Sedang
32. NW 2 1 3 3 2 2 1 3 1 2 20 Sedang
33. CS 1 1 2 2 0 1 3 1 1 1 13 Ringan
34. SS 1 2 3 3 3 2 3 1 1 3 22 Sedang
35. ZQ 2 1 3 1 3 2 2 2 2 2 20 Sedang
36. K 4 3 4 2 2 3 0 0 3 2 23 Sedang
37. FB 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 17 Sedang
38. RF 2 3 4 2 3 1 4 2 3 1 25 Sedang
39. KAH 2 1 2 3 1 2 4 2 1 1 19 Sedang
40. SSR 4 3 4 3 3 2 4 2 3 3 31 Berat
41. AA 3 4 4 0 4 4 4 4 4 4 35 Berat
42. WH 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 20 Sedang
43. GAP 3 3 4 1 2 3 1 0 3 4 24 Sedang
44. CCA 2 3 4 3 2 2 3 2 1 2 24 Sedang
45. NDS 4 3 4 0 3 4 2 2 3 4 29 Berat
46. AW 2 2 1 3 3 3 2 4 3 2 25 Sedang
47. SSA 2 3 4 2 2 2 1 2 2 2 22 Sedang
48. FR 1 3 2 2 2 2 4 2 2 2 22 Sedang

56
49. NI 2 4 1 1 1 1 2 1 2 1 16 Sedang
50. NA 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2 22 Sedang
51. PG 4 4 4 3 2 1 1 2 0 1 22 Sedang
52. NH 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11 Ringan
53. CFA 2 0 4 0 0 0 3 3 2 1 15 Sedang
54. SAD 2 2 2 1 2 3 3 2 1 1 19 Sedang

57
Lampiran 3. Persetujuan Etik

58
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

59
Lampiran 5. Kuesioner Siklus Menstruasi

KUESIONER SIKLUS MESTRUASI

Kuesioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan terkait siklus menstruasi anda
selama tiga bulan terakhir. Siklus menstruasi adalah jarak antara hari pertama
menstruasi yang lalu dan menstruasi yang berikutnya.

1. Usia berapakah menstruasi pertama anda (menarche)?


2. Apakah pernah ada riwayat penyakit ginekologi sebelumnya? (contoh: tumor
ovarium, mioma uteri, dan lain-lain)
a. Pernah
b. Tidak Pernah
3. Apakah anda pernah memiliki riwayat pengobatan pskiatri?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
4. Apakah pola siklus menstruasi anda dalam 3 bulan terakhir di antara 21-35
hari?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah pola siklus menstruasi anda dalam 3 bulan terakhir kurang dari 21 hari?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah pola siklus menstruasi anda dalam 3 bulan terakhir lebih dari 35 hari?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda tidak menstruasi selama 3 bulan terakhir?
a. Ya
b. Tidak

60
Lampiran 6. Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS)
KUESIONER PERCEIVED STRESS SCALE (PSS)

Terdapat lima pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan, yaitu:
0: Tidak pernah
1: Hampir tidak pernah (1-2 kali)
2: Kadang-kadang (3-4 kali)
3: Hampir sering (5-6 kali)
4: Sangat sering (lebih dari 6 kali).
Selanjutnya, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah dengan cara
memilih tanda poin pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan
perasaan dan pikiran Anda selama satu bulan terakhir.

61
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Siklus Menstruasi

Pertanyaan r Tabel r Hitung Validitas (r Hitung > r Tabel)


Q1 0,3338 0,499 Valid
Q2 0,3338 0,908 Valid
Q3 0,3338 0,865 Valid
Q4 0,3338 0,670 Valid

Alpha Cronchbach’s > 0,7 (Reliable)

62
Lampiran 8. Permintaan Izin menggunakan Kuesioner

63
Lampiran 9. Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

1. Nama : Sheldis Syifa Azzahri

2. Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh/13 Juli 2002

3. Nomor Mahasisw : 1907101010009

4. Nomor HP/email : 08116887505 (WA)/ sheldissyifa02@gmail.com

5. Asal Sekolah/Tahun Lulus

a) SD : SDIT Al-Fityan Aceh / 2012

b) SLTP : SMPN 1 Banda Aceh / 2016

c) SLTA : MAS Ruhul Islam Anak Bangsa / 2019

6. Tahun Masuk Universitas : 2019

7. Program Studi : Pendidikan Dokter

8. Alamat Lengkap : Jl. Fajar Harapan, Lr. Beo, No. 10, Batoh,

Banda Aceh

9. Status : Belum Menikah

10. Nama Ayah : Irwan Ibrahim, SE., M. Si., AK

11. Pekerjaan Ayah : PNS

12. Nama Ibu : dr. Libya Husen, Sp. PD., K-GEH., FINASIM

13. Pekerjaan Ibu : PNS/ Dokter

14. Alamat Lengkap Orang Tua : Jl. Fajar Harapan, Lr. Beo, No. 10, Batoh,

Banda Aceh

64

Anda mungkin juga menyukai