Anda di halaman 1dari 120

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


JEMBATAN KECIL KOTA BENGKULU TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH :

NADIA REVALINA
NPM.18230025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JEMBATAN KECIL KOTA BENGKULU TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH :
NADIA REVALINA
NPM.18230025

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
 Orang positif saling mendoakan, orang negatif saling menjatuhkan. Orang
sukses mengerti pentingnya proses, orang gagal lebih banyak protes.
 Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan. Tidak ada kemudahan tanpa doa.” – Ridwan Kamil
 Sukses adalah guru yang buruk. Sukses menggoda orang yang tekun berpikir
bahwa mereka tidak bisa gagal.” – Bill Gates
 Jangan menilai saya dari kesuksesan, tetapi nilai saya dari seberapa sering
saya jatuh dan berhasil bangkit kembali.” – Nelson Mandela.

PERSEMBAHAN
Setelah melewati waktu yang tidak sebentar dan dengan cara yang tidak
mudah akhirnya cita dan harapanku tercapai, Skripsi ini saya persembahkan untuk:
 Kedua orang tuaku yang selama ini telah banyak memberikan doa dan
motivasi baik moril maupun materil selama saya menempuh pendidikan.
 Kakak-kakak dan adik-adikku yang turut serta mendoakan keberhasilanku
dalam menyelesaikan studi.
 Sahabat-sahabatku yang telah memberikan warna-warni yang selalu
memberikan aku semangat.
 Dosen pembimbing dan dosen penguji skripsi, ucapan terimakasih tak
terhingga atas ilmu dan bimbingannya selama ini.
 Dosen-dosen ku yang telah menjadi orang tua ku di perkuliahan, yang
namanya tak bisa ku sebutkan satu persatu yang selalu memberi motivasi
untuk ku, selalu peduli dan perhatian, ucapan terimakasih tak terhingga atas
ilmu yang kalian berikan sangatlah bermanfaat bagi ku.
 Almamaterku
 Kampus orange ku (FIKES Dehasen)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama penulis Nadia Revalina. Penulis dilahirkan di Bajak 1, 20 Juni


2000. Penulis beragama islam. Penulis tinggal di Bajak 1 Kecamatan
Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah. Penulis saat ini belum
menikah. Penulis anak kedua dari tiga bersaudara. Nama orang tua
penulis, Ibu Susilawati dan Ayah Sabirin Tori.
Bangku pendidikan yang telah penulis tempuh sampai saat ini adalah :
Tingkat Sekolah Dasar Negeri (SDN) 10 Taba Penanjung. SLTP di SMP Negeri 01
Taba Penanjung dan SMA di SMA Negeri 02 Bengkulu Tengah. Penulis saat ini
sedangn menyelesaikan studi S1 Keperawatan di prodi Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.

KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu Tahun 2022”. Skripsi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan
atau merupakan rangkaian kegiatan akademik yang merupakan syarat yang
diwajibkan untuk memperoleh gelar sarjana strata-1 (S-1) dalam Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Dehasen Bengkulu.
Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih
khususnya penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Kamaludin, SE.,MM selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu.
2. Dr. Ida Samidah, S.Kp, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes, selaku wakil dekan I Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku wakil dekan II Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
5. Ibu Ns. Murwati, S.kep, M.Kes, selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan (S-1)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen, sekaligus pembimbing utama yang
dengan sabar dan keprofesionalannya telah memberikan saran, bimbingan,
membantu, dorongan dan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusunan
skripsi ini
6. Ibu Ns. Ravika Ramlis, S.Kep, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang
dengan sabar dan keprofesionalannya telah memberikan saran, bimbingan,
membantu, dorongan dan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusunan
skripsi ini.
7. Bapak Ns.Hasanudin, S.Kep.,P.hD, selaku Penguji I yang telah memberikan
kritik dan saran dalam skripsi ini.
8. Bapak Ns. Handi Rustandi, S.Kep, MAN, selaku Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran dalam skripsi ini.
9. Seluruh dosen dan staff Administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
Universitas Dehasen Bengkulu yang telah banyak membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung demi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
10. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama pengerjaan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini sehigga akan lebih bermanfaat.
Bengkulu, Agustus 2022
Penulis,

Nadia Revalina

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JEMBATAN KECIL
KOTA BENGKULU TAHUN 2022

Oleh :

Nadia Revalina1)
Murwati2)
Ravika Ramlis2)
World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia kehamilan
sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11gr atau kurang dari 33% pada setiap waktu
pada kehamilan. Di Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus anemia,
dan 20 perempuan meninggal dunia karena kondisi tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.
Metode penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan rancangan penelitian cross
sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 71 responden yang dipilih sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan uji statistik chi
square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir seluruh responden (85,9%)
beruisa dengan rentang usia 20-35 tahun, lebih dari sebagian (53,5%) dengan
primipara. Hampir seluruhnya dari sebagian (81,7%) responden dengan status gizi
normal, hampir seluruhnya (88,7%) responden yang mengalami anemia. Hasil uji
statistik chi-square di dapatkan nilai p value 0,000 artinya ada hubungan usia dengan
kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2022. Didapatkan nilai p value 0,016 artinya ada hubungan paritas dengan kejadian
anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
dengan p value 0,016 dan p value 0,000 artinya ada hubungan status gizi dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu Tahun 2022.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor usia, paritas, dan status gizi
mempengaruhi kejadian enamia. Diharapkan kepada ibu hamil untuk rutin
memeriksakan kehamilannya secara rutin untuk mencegah terjadinya anemia.

Kata Kunci : Anemia, Ibu Hamil


Keterangan :
1: Calon Sarjana Keperawatan
2: Pembimbing

ABSTRACT
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
MOTTO DAN
PERSEMBAHAN ........................................................................................ iii
KEASLIAN
PENELITIAN .............................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
ABSTRAK .......................................................................................................
........................................................................................................................ viii
ABSTRACT .....................................................................................................
........................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 5
C. Tujuan penelitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Kehamilan...................................................................... 8
1. Pengertian............................................................................... 8
2. Fisiologi Kehamilan............................................................... 9
3. Tahap-Tahap Kehamilan........................................................ 10
B. Konsep Anemia Ibu Hamil.......................................................... 11
1. Pengertian............................................................................... 11
2. Hemoglobin............................................................................ 12
3. Pembentukan hemoglobin...................................................... 14
4. Fungsi hemoglobin................................................................. 15
5. Metabolisme Besi................................................................... 15
6. Sumber makanan berpengaruh terhadap hemoglobin............ 17
7. Klasifikasi anemia.................................................................. 19
8. Etiologi anemia....................................................................... 20
9. Pemeriksaan kadar hemoglobin.............................................. 21
10. Faktor yang mempengaruhi anemia....................................... 22
C. Konsep Usia................................................................................. 27
1. Pengertian............................................................................... 27
2. Usia ibu kurang dari 20 tahun ............................................... 27
3. Usia lebih dari 35 tahun ......................................................... 28
D. Konsep Paritas............................................................................. 28
1. Pengertian............................................................................... 28
2. Penentuan paritas.................................................................... 28
3. Klasifikasi paritas................................................................... 29
E. Konsep Status Gizi...................................................................... 30
1. Pengertian............................................................................... 30
2. Prinsip gizi ibu hamil............................................................. 31
3. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi.................. 31
4. Status gizi ibu hamil............................................................... 33
5. Penilaian status gizi................................................................ 35
F. Hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil............. 39
G. Hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil........ 40
H. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil... 41
I. Kerangka Teori............................................................................ 43

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep......................................................................... 44
B. Definisi Operasional..................................................................... 44
C. Hipotesis....................................................................................... 45

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian.......................................................................... 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 47
C. Popilasi dan Sampel..................................................................... 47
D. Instrumen Penelitian..................................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 49
F. Etika Penelitian............................................................................. 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian............................................................................. 55
B. Pembahasan.................................................................................. 61

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 71
B. Saran............................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


3.1 Definisi Operasional 43
5.1 Gambaran distribusi frekuensi faktor usia pada ibu hamil di 56
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
5.2 Gambaran distribusi frekuensi faktor paritas pada ibu 56
hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2022
5.3 Gambaran distribusi frekuensi faktor status gizi pada ibu 57
hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2022
5.4 Gambaran distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu 57
hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2022
5.5 Hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu 58
hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022
5.6 Hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil 59
di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
5.7 Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu 59
hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2022
DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Bagan Halaman

2.1 Kerangka teori 43

3.1 Kerangka Konsep 44


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Kuisioner

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Lembar Bimbingan Proposal

Lampiran 5. Surat Pra Penelitian

Lampiran 6. Surat Penelitian Dari Institusi Pendidikan

Lampiran 7 Surat Penelitian Dari Kesbangpol

Lampiran 8. Surat Penelitian dari Dinkes Kota Bengkulu

Lampiran 9. Surat Penelitian Dari PKM Jembatan Kecil

Lampiran 10 Master Tabel

Lampiran 11 Hasil Olahan Data


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kematian maternal merupakan masalah kesehatan global yang menjadi

indikator penting dalam keberhasilan program kesehatan ibu sekaligus salah satu

indikator dalam menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. World Health

Organization (WHO) tahun 2017 memperkirakan setiap harinya 800 perempuan

meninggal akibat komplikasi kehamilan dan proses melahirkan. Data WHO

menyebutkan bahwa kematian ibu dinegara berkembang disebabkan oleh

eklampsia 34%, karena penyakit 26 %, infeksi 12%, dan anemia dalam kehamilan

40 % (Proverawati, 2016 dalam Meidila, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia

kehamilan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11gr atau kurang dari 33%

pada setiap waktu pada kehamilan yang mempertimbangkan hemodilusi yang

normal terjadi dalam kehamilan dimana kadar hemoglobin kurang dari 11 gr pada

trimester pertama (Atikah Proverawati, 2018). Tingginya angka kematian ibu di

Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan.

Penyebab kematian langsung dapat bersifat medik maupun non medik. Faktor

non medik diantaranya keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikan ibu,

lingkungan hidup dan perilaku. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi status

kesehatan ibu, dimana status kesehatan ibu merupakan faktor penting penyebab

kematian ibu (Sarwono Prawiraharja, 2018).


Kematian ibu di Indonesia secara umum disebabkan oleh beberapa

faktor. Pertama, penyebab obstetri langsung meliputi perdarahan 28%,

preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung

yaitu adanya permasalahan nutrisi meliputi anemia pada ibu hamil 40%.

Kekurangan energi kronis 37%, serta ibu hamil dengan konsumsi energi dibawah

kebutuhan minimal 44,2% (Kemenkes RI, 2018).

Sebagian besar anemia di Indonesia selama ini dinyatakan sebagai akibat

kekurangan besi (Fe) yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga

Pemerintah Indonesia mengatasinya dengan mengadakan pemberian suplemen

besi untuk ibu hamil, namun hasilnya belum memuaskan. Penduduk Indonesia

pada umumnya mengkonsumsi Fe dari sumber nabati yang memiliki daya serap

rendah dibanding sumber hewani. Kebutuhan Fe pada janin akan meningkat

hingga pada trimester akhir sehingga diperlukan suplemen Fe (Sulistioningsih,

2018).

Di Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus anemia, dan 20

perempuan meninggal dunia karena kondisi tersebut. Tingginya angka ini

disebabkan oleh rendah pengetahuan dan kesadaran akan bahaya anemia dalam

kehamilan cenderung muncul pada kehamilan Trimester 1 dan III (Yuliatin,

2018). Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan

pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan, pemerintah

sudah melakukan program pencegahan anemia pada ibu hamil dengan

memberikan 90 tablet Fe selama kehamilan, ternyata masih banyak ibu hamil


yang terkena anemia. Secara nasional cakupan ibu hamil mengkonsumsi 90

tabletFeselama kehamilan sebesar 33,3 %. Ibu hamil yang mengkonsumsi kurang

dari 90 tabletFesebesar 34,4% dan sebesar 21,4% yang tidak mengkonsumsi 90

tablet Fe (Kartini, 2016).

Anemia merupakan gejala dari kondisi yang mendasari, seperti

kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurangnya nutrisi yang

dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah yang mengakibatkan penurunan

kapasitas pengangkut oksigen darah (Adi Sasmito, 2018). Dampak dari anemia

salah satunya menyebabkan kematian. Angka kematian ibu yang disebabkan

anemia sebesar 70% dan 19,7% untuk pasien yang non anemia. Kematian ibu 15-

20 secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia

pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu (Amalia,

2018).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil

adalah faktor usia, parita, dan status gizi ibu hamil. Usia ibu dapat mempengaruhi

timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah

kadar hemoglobinnya. Menurut Unicef paritas atau jumlah anak yang dilahirkan

ibu sangat berkaitan dengan jarak kelahiran. Semakin tinggi paritasnya, maka

semakin pendek jarak kelahirannya. Hal ini dapat membuat seorang ibu belum

cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Paritas yang tinggi dapat

menyebabkan kondisi kesehatan ibu menurun dan sering mengalami kurang darah

sehingga berpengaruh buruk pada kehamilan selanjutnya (Purwandari, Lumy &


Polak, 2016). Faktor penyebab terbesar anemia di negara berkembang adalah

masalah kurang gizi (Proverawati, 2011). Anemia disebabkan kurang gizi

karena asupan gizi yang dikonsumsi ibu hamil tidak adekuat. Ibu yang sedang

hamil membutuhkan lebih banyak dalam mengonsumsi zat gizi makro

(karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (zat besi, yodium, vitamin)

(Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Mardha & Syafitri (2019) bahwa ada

hubungan umur ibu hamil dan paritas dengan anemia di Rumah Bersalin Hj.

Dermawati Nasution Tembung. Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2016)

bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia di di Polindes Desa

Jabung Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Penelitian yang dilakukan oleh

Siregar (2019) bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester III di Klinik Aminah Amin Samarinda. Penelitian yang dilakukan

oleh Sjahriani & Faridah (2019) bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan

kejadian anemia pada ibu hamil. Sedangkan penelitian yang dilakukan Adawiyah

& Wijayanti (2021) bahwa danya pengaruh yang signifikan antara paritas dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Trauma Center Samarinda.

Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, bahwa jumlah ibu

hamil pada tahun 2020 di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu sebanyak

614 ibu hamil, merupakan peringkat tertinggi ke-2 dari 20 Puskesmas yang ada di

Kota Bengkulu. Sedangkan pada tahun 2021, jumlah ibu hamil di Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu sebanyak 558 ibu hamil dengan peringkat
tertinggi setelah Puskesmas Telaga Dewa. Jumlah ibu hamil di Puskesmas

Jembatan Kecil dari Januari sampai Juni 2022 sebanyak 236 ibu hamil. Hasil

observasi di Puskesmas Jembatan Kecil, didapatkan data amemia tahun 2021

sebanyak 17 orang yang mengalami anemia. Dari 4 ibu yang ditemui, didapatkan

ibu hamil yang memiliki hemoglobin normal semua. Dari 4 ibu tersebut,

terdapatkan usia 20-35 tahun terdapat 2 ibu hamil yang primipara, dan 2 ibu

hamul yang multipara. Dari 4 ibu hamil, terdapat 1 usia ibu hamil >35 tahun, dan

3 ibu hamil dengan rentang usia 20-35 tahun. Dari 4 ibu hamil tersebut, memiliki

IMT normal (18,5-24,9).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penting dilakukan penelitian

tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022 ”.

C. Tujuan Umum

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi usia ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu Tahun 2022

b. Diketahui distribusi frekuensi paritas pada ibu hamil di Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

c. Diketahui distribusi frekuensi status gizi pada ibu hamil Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

d. Diketahui distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

e. Diketahui hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

f. Diketahui hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

g. Diketahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah perbendaharaan naskah ilmiah dan dijadikan

sebagai bahan kepustakaan dan sebagai sumber informasi data untuk

penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor lainnya yang berhubungan

dengan anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Tahun 2022.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu guna meningkatkan kualitas

kesehatan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan

dengan anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu Tahun 2022.

b. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

Untuk menambah referensi/pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk menambah referensi bagi peneliti selanjutnya dengan

menggunakan variabel lainnya dalam penelitian.

d. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman penelitian tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia.


BAB I1`

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,

2013). Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara

kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan

dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan

terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi, dan


pertumbuhan zigot, Nidasi (implantasi) pada uterus, Pembentukan plasenta,

Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Bobak, 2012).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester

pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28

minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).

Berdasarkan beberapa teori diatas, kehamilan adalah pertumbuhan dan

perkembangan janin dari masa konsepsi sampai masa melahirkan.

2. Fisiologi Kehamilan

Kehamilan akan memicu perubahan baik secara anatomis, fisiologis,

maupun biokimia. Adanya perubahan tersebut akan sangat mempengaruhi

kebutuhan gizi ibu hamil yang bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan

dan perkembangan janin (Suliatyoningsih, 2011),

a. Proses Kehamilan

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adapun proses

terjadinya kehamilan yaitu (Saifuddin, 2009) :

1) Ovum dan Sperma

a) Ovum adalah sel telur yang matang yang dilepaskan oleh

ovarium pada saat ovulasi. Ovum dikeliling oleh zona pellusida

dimana dibagian luar dari zona pellusida ditemukan sel-sel


Korona radiatedan didalamnya terdapat ruang perivitellina,

tempat benda- benda kutub (Winkjosastro, 2009).

b) Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala

berbentuk menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan

ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak cepat.

Panjang ekor kira- kira sepuluh kali bagian kepala.

2) Fertilisasi (Pembuahan)

Pembuahan adalah suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel

telur dari tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke

11–14 dalam siklus menstruasi. Wanita mengalami ovulasi (peristiwa

matangnya sel telur) sehingga siap untuk dibuahi. Hanya satu sperma

yang mengalami proses kapitasi yang dapatmelintasi zona pellusida

dan masuk ke vitelus ovum. Dalam beberapa jam setelah pembuahan,

mulailah pembelahanzigot selama 3 hari sampai stadium morula.

Hasil konsepsi ini digerakkan ke arah rongga rahim oleh arus dan

getaran rambut (silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam

kavum uteri pada tingkat blastula.

3) Implantasi

Setelah 5-7 hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba di rahim

dalam keadaan siap untuk implantasi. Progesterone merangsang

pembuluh pembuluh darah pada endometrium agar tumbuh dan siap

menerima blastosit.Kira-kira 9 hari setelah pembuahan, blastosit


yang kini terdiri dari beratus-ratus sel, mulai meletakkan dirinya ke

dinding rahim dengan penjuluran serupa spons dari sel-sel trofoblast.

Sel-sel tersebut tumbuh menjadi vilus korionik yang akan

berkembang menjadi plasenta. ereka akan melepaskan enzim-enzim

yang menembus lapisan rahim dan menyebabkan jaringan terurai

(Winkjosastro, 2010).

b. Tahap–Tahap Kehamilan

Selain dari diagnosa dan proses kehamilan ada juga tahap-tahap

kehamilan yaitu (Manuaba, 2010) :

1) Trimester pertama

Trimester pertama pada umur kehamilan 0-12 minggu.Dianggap

sebagai periode penyesuaian.Penyesuaian yang dilakukan oleh wanita

adalah kenyataan bahwa dia sedang mengandung.Penerimaan

kenyataan ini sangat penting bagi dirinya danperan psikologi yang

paling penting pada trimester pertama kehamilan.

2) Trimester kedua

Trimester kedua pada umur kehamilan 13-28 minggu. Periode

kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nayaman

dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami selama

hamil.

3) Trimester ketiga

Trimester ketiga umur kehamilan 29-40 minggu. Periode penantian


dengan penuh kewaspadaan. Dimana saat wanita menyadari

kehadiran bayinya.

B. Konsep Anemia Ibu Hamil

1. Pengertian Anemia

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin

hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok

untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level

hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah

satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Ani,

2016).

Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan

kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh

manusia (Nursalam, 2010). Hampir semua gangguan pada sistem peredaran

darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada

tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab

anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Ani,

2016).

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan penurunan cadangan besi

dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun di bawah normal.

Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dahulu dengan keadaan kurang

gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum

parah dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan


mengalami kurang gizi beis saja (tidak disertai anemia gizi besi) (Soekirman,

2012). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan

mengakibatkan anemia gizi besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai cukup zat

besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang

baru (Arisman, 2014).

2. Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Mempunyai daya

gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di

dalam sel darah merah. Dengan fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru

ke jaringan tubuh (Evelyn, 2008). Hemoglobin hidup selama 120 hari.

penghancuran sel darah merah terjadi setelah umur 120 hari ketika sel

dipindahkan ke ekstravaskuler oleh makrofag sistem retikuloendotelial (RE).

Nilai normal Hb pada wanita 12-16g/dl, dan pria 14-18g/dl, anak 3 bulan 10-13

g/dl, dan diatas 1 tahun 11-14 g/dl.

Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-

butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira- kira

15gr setiap 100 ml darah dan jumlah ini disebut “100 persen” (Evelyn, 2008).

Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa oksigen pada eritrosit dan

dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sum-sum tulang, molekul

hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida (globin) dan empat

kelompok heme (Price & Wilson, 2006). Satu molekul hemoglobin memiliki

struktur satu monomer globin yang mengikat satu molekul heme, sedangkan
hemoglobin fungsional adalah molekul tetramer dengan masing-masing globin

mengikat molekul heme (Sofro, 2012).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan

Conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protopherphyrin dan

globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb

berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxyhemoglobin dan warnanya

merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung

karbondioksida (Sloane, 2005).

3. Pembentukan hemoglobin

Sintesis hemoglobin dimulai dari dalam eritroblast dan terus berlangsung

sampai tingkat normoblastdan retikulosit. Dari penyelidikan dengan isotop

diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam

asetat dan glisin dan sebagian besar sintesis ini terjadi didalam mitokondria.

Langkah awal sintesis adalah pembentukan pirol. Selanjutnya empat senyawa

pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin, yang kemudian berikatan

dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan

dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom

retikulum endoplasma membentuk hemoglobin (Guyton, 2008).

Pada tempat yang sangat tinggi yang jumlah udara dalam jaringan sangat

berkurang, aliran oksigen yang ditransfer kejaringan dan sel darah dihasilkan

sangat cepat sehingga jumlahnya dalam darah sangat meningkat. Usia juga

berpengaruh dalam proses pembentukan hemoglobin, usia anak-anak fungsi


organnya belum sempurna, orang tua karena penurunan fungsi sum-sum tulang

dalam memproduksi sel darah merah berkurang dan adanya masalah pada

saluran cerna yang mempengaruhi pola makan sehingga konsumsi zat besi

berkurang dan berdampak pada kadar hemoglobin, serta wanita hamil dimana

dibutuhkan asupan besi yang lebih agar mencegah terjadinya anemia defisiensi

besi. Konsumsi besi dalam pembentukan hemoglobin, dimana zat besi dalam

tubuh akan berikatan dengan molekul hem dan globin yang pada akhirnya

membentuk hemoglobin.

Sel darah merah yang berasal dari sel dikenal sebagai hemositoblast.

Hemositoblast secara berkelanjutan dibentuk dari sel induk primordial sumsum

tulang. Hemositoblast awalnya membentuk eritoblast basofil yang mulai

mensintesis hemoglobin. Eritroblast kemudian menjadi eritroblast

polikromatofilik karena mengandung campuran zat basofilik dan hemoglobin

merah. Kemudian inti sel menyusut sedangkan hemoglobin dibentuk dalam

jumlah lebih banyak dan sel menjadi normoblast. Setelah sitoplasma

normoblast terisi hemoglobin inti menjadi sangat kecil dan dibuang, pada waktu

bersamaan retikulum endoplasma direabsorpsi. Retikulum endoplasma tersisa

didalam retikulosit terus menghasilkan hemoglobin dalam jumlah kecil selama

satu sampai dua hari, tetapi pada akhir itu retikulum hilang sama sekali. Setelah

retikulum direabsorpsi semuanya, kemudian sel ini menjadi eritrosit matang

(Ganong, 2008)

4. Kategori Anemia
Kategorik Anemia berdasarkan nilai kadar Hemoglobin menurut WHO

dalam (Manuaba, 2007)

1) Anemia ringan : kadar Hb 9-11gr/dl

2) Anemia sedang : kadar Hb 7-8 gr/dl

3) Anemia berat : kadar Hb <7 gr/dl

Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin

dalam darah <11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb<10,5 g% pada

trimester 2 (Aritonang, 2015). Menurut Irianto (2014) selama kehamilan,

wanita hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%,

tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan

cukup tinggi.

Kebutuhan zat besi selama trimester I relative sedikit, yaitu 0,8 mg/hari,

kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg/hari

(Arisman,

2010). Namun menurut teori lain, bahwa kebutuhan zat besi pada Trimester I

yaitu ±1mg/hari (kehilangan basal 0,8mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk

kebutuhan janin dan sel darah merah. Kebutuhan zat besi pada trimester II ±5

mg/hari (kehilangan basal 0,8mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300

mg dan conceptus 115mg. Sedangkan kebutuhan zat besi pada trimester III

yaitu 5 mg/hari (kehilangan basal 0,8mg/hari) ditambahkan kebutuhan sel darah

merah 150 mg, conceptus 223 mg (Susiloningtyas, 2009).

5. Fungsi hemoglobin
Fungsi Hemoglobin yaitu :

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan tubuh

b. Mengangkut oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan

tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar

c. Mengatur Ph darah, buffer asam basa (Sloane, 2005)

6. Metabolisme Besi

Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram, dimana 65%

diantaranya dalam bentuk hemoglobin, 4% dalam bentuk mioglobin, 1% dalam

berbagai bentuk senyawa hem yang mengawasi oksidasi intra sel, 0,1%

berikatan dengan protein transferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan

di dalam hati dalam bentuk feritin.

Transport dan penyimpanan besi. Bila besi diabsorpsi dari usus halus

maka akan segera berikatan dengan globulin, transferin, dan ditranspor dalam

bentuk ikatan didalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan

molekul globuin, dan akibatnya dapat dilepaskan kesetiap sel jaringan dan pada

setiap tempat dalam tubuh.Kelebihan besi didalam darah maka akan ditimbun

didalam sel hati. Besi akan berikatan dengan protein apoferin (460.000) untuk

membentuk feritin. Bila jumlah besi didalam plasma turun sangat rendah, besi

akan dikeluarkan dari feritin dengan sangat mudah, besi kemudian ditranspor

kebagian tubuh yang memerlukan. Bila sel darah merah telah mencapai masa

hidupnya dan dihancurkan, hemoglobin yang dikeluarkan dari sel dicernakan


oleh sel retikuloendotel kemudian dapat disimpan dalam pangkalan feritin atau

dipakai kembali untuk pembentukan hemoglobin (Ganong, 2008).

Kehilangan besi perhari pada wanita sekitar 1,3 mg perhari karena adanya

menstruasi. Jumlah rata-rata besi yang berasal dari diet setiap hari harus sama

dengan besi yang hilang dari tubuh. Absopsi besi dari saluran pencernaan, besi

diabsorpsi hampir seluruhnya dalam usus halus bagian atas, terutama dalam

duodenum.

Metabolisme besi merupakan siklus kompleks antara penyimpanan,

penggunaan, transport, penghancuran dan penggunaan kembali. Besi di

absorpsi hampir diseluruh usus halus dengan bantuan alat angkut protein yaitu

transferin dan feritin. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna

kedalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferin reseptor yang ada

didalam mukosa sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah

kesemua jaringan tubuh. Dua ion feri diikatkan pada transferin yang terdapat

pada membran sel bergantung pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi

pertama dapat dilihat pada tingkat kejenuhan transferin.

Besi dalam makanan berupa bentuk besi hem seperti yang terdapat dalam

hemoglobin dan mioglobin pada hewan dan besi non hem pada makanan nabati.

Besi hem di absorpsi kedalam sel mukosa sebagai kompleks porfirin utuh.

Cincin porfirin didalam sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim

hemoksigenase dan besi dibebaskan. Besi non hem melewati alur yang sama

dan meninggalkan sel mukosa. Transferin mukosa dikeluarkan kedalam


empedu untuk diikat oleh transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran

cerna untuk mengangkut besi lain. Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat

apoferitin dan feritin membentuk pool besi. Penyebaran besi dari mukosa ke sel

tubuh berlangsung lebih lambat dari penerimaan bergantung pada simpanan

besi dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran diatur

oleh jumlah dan tingkat kejenuhan transferin (Almatsier S. , 2008).

7. Sumber makanan berpengaruh terhadap Hemoglobin

a. Protein

Protein merupakan zat gizi yang penting setelah air. Kebutuhan

protein remaja khususnya perempuan lebih tinggi dibanding laki- laki karena

perempuan memasuki masa pertumbuhan cepat. Menurut Angka Kecukupan

Gizi protein remaja 48-62 g/hari untuk perempuan dan 55-66 g/hari untuk

laki-laki. Kecukupan energi remaja 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. sumber protein

hewani lebih besar daripada nabati karena komposisi asam amino esensial

yang lebih baik. Sumber protein antara lain : daging sapi, kerbau, ayam, susu

(Proverawati, 2011).

b. Fe (Besi)

Kebutuhan Zat Besi pada wanita yang mengalami Haid yaitu 12

mg/hari. asupan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan

mengakibatkan terjadinya anemia karena terganggunya pembentukan sel

darah merah. Sumber makanan yang mengandung besi diantaranya : telur,

daging, ikan, hati (Proverawati, 2011) Angka Kecukupan Besi (AKB) pada
wanita sebesar 26 mg, pria sebesar 19 mg ( widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi, 2004).

Fungsi dari zat besi antara lain :

1) Pembentukan Hemoglobin baru

2) Mengembalikan hemoglobin pada nilai normal setelah perdarahan

3) Menggantikan zat besi yang hilang melalui darah

c. Asam folat

Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel Darah merah dan sel darah

putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya folat berperan

sebagai pembawa karbon tunggal dalam pembentukan hem. Angka

kecukupan folat pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 400 mg ( widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Makanan sumber asam folat

diantaranya :hati, daging tanpa lemak, serealia, biji-bijian, kacang-kacangan,

dan jeruk (Almatsier S. , 2008)

d. Vitamin C

Vitamin C mereduksi besi feri menjadi besi fero dalam usus ahlus

sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan

hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila

diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali bila

ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin

didalam plasma ke feritin hati (Almatsier S. , 2008). Angka kecukupan

Vitamin C yang dianjurkan sebesar 75 mg. Sumber makanan yang


mengandung vitamin C diantaranya: buah jeruk, nanas, rambutan, pepaya,

tomat, sayuran jenis kol, daun singkong.

8. Klasifikasi Anemia

Macam-macam anemia adalah sebagai berikut (Prawirohardjo, 2009) :

a. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya

mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya

unsur besi dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau

banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya pada pendarahan.

b. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam

folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering

ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau

makanan dengan protein hewani tinggi.

c. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel

darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

d. Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena

sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru

(Prawirohardjo, 2009). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau

zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis.

9. Etiologi Anemia

Penyebab terjadinya anemia adalah:

a) Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak

mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit,


dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat

besi tidak terpenuhi.

b) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan

makanan.

c) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya

melalui feses (tinja).

d) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi +

1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria

(Soekarti, 2011).

Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:

a) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat

dibawa oleh darah ke jaringan.

b) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Anemia gizi besi dapat terjadi karena berbagai hal yaitu :

a) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi

kebutuhan.

b) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal

dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).

c) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya: sayuran hijau tua, yang

walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap baik

oleh usus sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga

kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.


d) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya

melalui feses (tinja) (Handayani dan Haribowo, 2008).

10. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dengan alat Hemoglobinometer digital

Hemoglobin meter digital merupakan metode kuntitatif yang terpercaya

dalam mengukur konsentrasi hemoglobin dilapangan penelitian dengan

menggunakan prinsip tidak balas darah dengan bahan kimia pada strip yang

digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip adalah ferrosianida. Reaksi

tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang

dihasilkan adalah bertindak balas langsung dengan konsentrasi hemoglobin.

Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah dibawa dan sesuai

untuk penelitiandilapangan karena teknik untuk pengambilan sampel darah

yang mudah dan pengukuran kadar Hemoglobin tidak memerlukan penambahan

reagen. Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding

metode laboratorium standart. Alat ini juga stabil dan tahan rusak walaupun

digunakan dalam jangka waktu yang lama. Kelebihan dari hemoglobinometer

digital adalah tingkat keakuratannya lebih valid daripada hemoglobinometer

sahli, lebih cepat, dan lebih simpel pemeriksaannya.

Cara kerja hemoglobinometer family Dr digital :

a. Pastikan code card sudah terpasang pada alat digital

b. Tekan tombol on untuk menghidupkan alat

c. Pasang strip pada ujung alat


d. Bersihkan ujung jari pada bagian yang akan diambil darahnya dengan

menggunaka alkohol swab

e. Setelah darah keluar pada ujung jari sudah cukup, dekatkan sampel darah

pada ujung jari tersebut kesatu mulut strip supaya diserap langsung oleh

ujung mulut strip

f. Tunggu hasilnya da baca kadar Hb nya

11. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia

Faktor yang mempengaruhi hemoglobin menurut Guyton (2008) diantaranya :

a. Usia

Usia anak-anak, orang tua, serta ibu hamil akan lebih mudah

mengalami penurunan kadar hemoglobin. Pada anak-anak dapat terjadi

akibat pertumbuhan cepat tetapi tidak diimbangi dengan asupan zat besi

yang seimbang. Semakin bertambah usia maka produksi sel darah merah

semakin menurun karena terjadinya penurunan fungsi fisiologis pada semua

organ khususnya sum-sum tulang yang berfungsi memproduksi sel darah

merah, selain itu usia juga mempengaruhi pola makan seseorang dalam

mengkonsumsi makanan sehari-hari (Sulistyoningsih, 2011).

Menurut (Afriyanti, 2020) kelompok usia 20-35 merupakan kelompok

usia yang ideal untuk mengalami kehamilan akan tetapi, diusia ini pula

banyak risiko komplikasi terhadap kehamilan. Kondisi biologis maupun

psikologis ibu menjadi alasan utamanya. Dalam usia reproduksi yaitu 20-35

tahun tubuh akan mudah kehilangan zat besi oleh banyak sebab yaitu haid
dan nifas, jika dalam usia ini mengalami kehamilan, tuntutan pemenuhan zat

besi didalam kehamilan menjadi salah satu faktor pencetus untuk ibu dalam

usia reproduksi mengalami anemia dalam kehamilannya (Abioye, A.I.et al.

2018).

Pada kelompok umur <20 tahun beresiko anemia sebab pada

kelompok umur tersebut perkembangan biologis reproduksinya belum

optimal. Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun

merupakan kehamilan yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur

diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun

tubuh mulai menurun dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa

kehamilan (Fatkhiyah, 2018).

Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Tri Wahyu

(2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia salah satunya usia.

Dalam penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun menduduki posisi

tertinggi yaitu sebanyak 66 responden (73,3%). Dari data yang diperoleh

hasil menunjukkan bahwa karakteristik usia ibu hamil di puskesmas Godean

II Usia termasuk dalam salah satu faktor tersebut. Dalam hal ini, lamanya

keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu yang di pandang dari segi

kronologik, dan memperlihatkan bagaimana individual normalnya derajat

perkembangan anatomi dan fisiologisnya apakah sama atau tidak, hal ini

merupakan definisi usia. Usia reproduksi (20-35tahun) bila dikaitkan dengan

kesehatan reproduksi kehamilan termasuk kedalam masa aman, ditandai


dengan kematangan mental maupun organ reproduksi calon ibu untuk

menjalani kehamilan serta menghadapi persalinan.

b. Pola konsumsi makanan

Makanan merupakan komponen zat gizi dalam makanan yang

digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin diantaranya zat besi

dan protein. Konsumsi makanan yang berasal dari hewan mempunyai

kandungan protein, zat besi yang cukup tinggi. Kecukupan besi dalam tubuh,

Besi merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin

yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh untuk

diekskresikan kedalam saluran pernafasan. Kecukupan besi adalah jumlah

minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup

besi untuk setiap individu sehingga dapat terhindar dari anemia defisiensi

besi. Metabolisme dalam tubuh, Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari

proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran

(Zarianis, 2006). Pemilihan pola konsumsi makanan seperti, jenis makanan,

dan frekuensi makanan yang dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap nilai

kadar Hb seseorang (Almatsier S. , 2008).

c. Aktivitas

Aktivitas yang berat seperti seorang atlet dapat mempengaruhi kadar

hemoglobin, hal ini diakibatkan saat olahraga kebutuhan metabolik sel-sel

otot meningkat, oksigen yang cukup sedangkan oksigen sendiri dibawa oleh
hemoglobin. Jika aktivitas yang dikerjakan berat maka pembentukan

hemoglobin juga harus memadai dengan konsumsi makanan yang

mengandung Fe dan protein yang cukup.

d. Paritas

Menurut teori risiko anemia meningkat setelah kehamilan yang ketiga

penyebabnya adalah karena kerusakan pada pembuluh darah dan dinding

uterus yang biasanya mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin karena

kehamilan yang berulang. Anemia sangat dipengaruhi oleh paritas. Menurut

Wijianto (2002), dari hasil SKRT 1985-1986, jumlah keseluruhan anemia

yang dialami oleh kelompok paritas 3 keatas lebih tinggi dari pada kelompok

paritas 0. Risiko kehilangan darah akan mempengaruhi hemoglobin sehingga

kadar hb menurun hal ini disebabkan karena seorang wanita sering

melahirkan. Jumlah zat besi berkurang hingga sebesar kurang lebih 250 mg

setiap kali wanita melahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh irul Hidayati (2018), dengan judul penelitian “Hubungan

Jumlah Paritas dan Umur Kehamilan dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil”

dari data ini dapat dilihat bahwa lebih dari 3 kali jumlah paritas pada ibu

hamil dan anemia sebesar 66,7%, tidak anemia sebesar 33,3%. Sedangkan

jumlah paritas ibu hamil ≥ 3 kali dan anemia sebesar 34,8%, tidak anemia

sebesar 65,2%. Menurut hasil uji korelasi rank spearman didapatkan nilai p

value 0,044 < 0,05 lalu correlation coefficient yang diperoleh sebesar 0,217

yang menandakan jika Ho tidak diterima. Dengan demikian, kejadian anemia


pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kintamani dipengaruhi oleh

jumlah paritasnya, dengan kuat hubungan rendah.

e. Penyakit kronis

Penyakit infeksi berpengaruh terhadap kadar Hb seseorang diantaranya

kecacingan yang akan mengakibatkan gangguan gizi melalui muntah dan

diare serta dapat menurunkan nafsu makan. Penyakit kronis seperti TBC,

diare juga berpengaruh terhadap kehilangan zat besi dalam tubuh serta

anemia (Arisman, 2005).

f. Status Gizi

Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga

kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan

gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan

saturasi (jenuh) transferin menurun, akan berperan penting mengikat besi

total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat

lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Gultom, 2003 dalam

Rumpiati, Mella & Mustafidah, 2010).

Status gizi berkorelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin, artinya

semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hb

didalam darah. Penelitian Permaesih (2005), menyatakan ada hubungan

antara Indeks Massa Tubuh dengan anemia, Indeks Massa Tubuh kurus
memiliki resiko 1,4 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja

putri dengan IMT normal. Berdasarkan penelitian di Meksiko diketahui

bahwa defisiensi besi juga dapat terjadi 2-4 kali pada wanita obesitas. Hal

ini dikarenakan adanya peningkatan produksi hepcidin yang dapat

menghambat penyerapan zat besi (Capeda et al., 2011).

C. Konsep Usia

1. Pengertian Usia

Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur

dalam satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang

memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama

(Dorland, 2010).

2. Usia Ibu 20-35 tahun

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah

maternal age atau usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia

aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 tahun sampai dengan 30

tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di

bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal

meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Prawirohardjo, 2012).

3. Usia Ibu Kurang dari 20 Tahun

Kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak

permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan


bayi bisa prematur dan berat lahir kurang. Hal ini disebabkan karena wanita

yang hamil muda belum bias memberikan suplai makanan dengan baik dari

tubuhnya ke janin di dalam rahimnya (Marmi, 2012). Kehamilan di usia muda

atau remaja (di bawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap

kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin

belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap

untuk hamil (Prawirohardjo, 2012)

4. Usia lebih dari 35 Tahun

Umur pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk

menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya

manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus

dapat terjamin. Begitu juga kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan

menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinan serta alat-alat

reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil (Prawirohardjo, 2012).

D. Konsep Paritas

1. Pengertian

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup

maupun mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian rupture

perineum. Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko

lebih besar untuk mengalami robekan perineum daripada ibu dengan paritas

lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh
kepala bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang (Wiknjosastro,

2012)

2. Penentuan Paritas

Paritas ditentukan dari jumlah kehamilan yang mencapai 20 minggu

dan bukan dari jumlah bayi yang dilahirkan. Oleh itu, paritas tidak lebih besar

apabila yang dilahirkan adalah janin tunggal, kembar, atau kuintuplet, atau

lebih kecil apabila janin lahir mati (Cunningham et al, 2010). Paritas adalah

ringkasan dari riwayat kehamilan dan 2 angka digunakan untuk dokumentasi.

Penambahan kedua angka ini memberi nilai untuk kehamilan sebelumnya.

Sebagai contoh para 0+0 bererti tidak mempunyai riwayat kehamilan

sebelumnya. Angka yang pertama merupakan jumlah angka janin yang masih

hidup, ditambah dengan angka janin yang hidup selepas 24 minggu gestasi.

Angka yang kedua merupakan angka kehamilan sebelum 24 minggu di mana

janin tidak dilahirkan hidup (Drife et al, 2014).

3. Klasifikasi Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat

hidup

(viable). Jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu :

a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu

hidup
b. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang telah

mencapai tahap mampu hidup

c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih

d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.

Pada

seorang grande multipara biasanya lebih banyak penyulit dalam kehamilan

dan

persalinan (Prawiroharjo, 2012).

E. Konsep Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi

dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat tersebut atau keadaan

fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Azizah,

2011).

Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan fisik yang merupakan hasil

dari konsumsi, absorbsi, dan utilasi berbagai macam zat gizi baik makro

maupun mikro (Mutalazimah, 2005). Status gizi ibu sebelum dan selama

hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila

status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan
besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan

normal. Dengan kata lain, kualitas bayi yang dilahirkan sangat bergantung

pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Kartikasari, 2011).

Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur

status gizi masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak

seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.

Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat

rawan, hal ini ditandai masih tingginya angka kematian ibu yang disebabkan

oleh perdarahan karena anemia gizi dan KEK selama masa kehamilan

(Yuliastuti, 2014).

2. Prinsip Gizi Ibu Hamil

Makanan ibu hamil harus disesuaikan dengan kebutuhan yaitu

makanan yang seimbang dengan perkembangan masa kehamilan.

Pertumbuhan janin pada trimester I masih lambat sehingga kebutuhan energi

untuk pertumbuhan janin belum begitu besar, tetapi ibu mengalami

ketidaknyamanan, seperti mual, muntah, dan ngidam. Pertumbuhan janin pada

trimester II dan III berlangsung dengan cepat sehingga perlu memperhatikan

kebutuhan gizinya.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan tentang makanan sehat bagi

ibu hamil :
a. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh

ibu dan pertumbuhan bayi.

b. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral)

c. Dapat menghindarkan pengaruh buruh bagi bayi

d. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat,

kadar gula darah, dan tekanan darah

e. Kontrol ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan vitamin bagi

kesehatan ibu hamil (Marmi, 2013).

3. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi oleh tubuh

Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi oleh tubuh, yaitu

faktor primer dan faktor sekunder.

a. Faktor Primer

Faktor primer adalah faktor asupan makanan yang dapat menyebabkan

zat gizi tidak cukup atau berlebihan. Hal ini disebabkan karena konsumsi

makanan yang tidak tepat, baik kualitas maupun kuantitasnya, seperti :

1) Kurangnya ketersediaan pangan dalam keluarga, sehingga anggota

keluarga tidak mendapatkan makanan yang cukup.

2) Kemiskinan, keluarga tidak mampu menyediakan makanan yang cukup

bagi anggota kelurga berkaitan dengan keadaan sosial dan ekonomi dari

wilayah tertentu.
3) Pengetahuan tentang pentingnya zat gizi untuk kesehatan rendah

walaupun memiliki keuangan yang cukup. Keluarga yang memiliki

pengetahuan yang kurang lebih mengutamakan hal-hal yang tidak

berkaitan dengan makanan, misalnya kendaraan, perhiasa, dan lainnya.

4) Kebiasaan makan yang salah. Kebiasaan makan berawal dari kesukaan

seseorang terhadap suatu makanan. Contoh kebiasaan makan yang salah

adalah kesukaan seseorang pada makanan jeroan, maka hal ini dapat

menjadi kebiasaan dan memiliki dampak buruk pada status gizi yang

dimilikinya.

b. Faktor sekunder

Gangguan pada pemanfaatan zat gizi merupakan faktor yang

mempengaruhi tidak tercukupinya zat gizi bagi kebutuhan tubuh, yaitu

seseorang yang mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup tetapi zat gizi

dalam makanan yang dikonsumsinya tidak dimanfaatkan secara optimal

oleh tubuh. Contoh faktor sekunder adalah :

1) Gangguan pencernaan makanan, seperti gangguan pada alat cerna, gigi

geligi, atau enzim yang menyebabkan makanan tidak dicerna dengan

baik, sehingga zat gizi tidak terabsorbsi secara sempurna dan

mengakibatkan kebutuhan tubuh tidak terpenuhi.

2) Gangguan penyerapan (absorbsi) zat gizi seperti akibat dari adanya

parasit atau penggunaan obat-obatan tertentu.


3) Gangguan pada metabolisme zat gizi. Umumnya disebabkan karena

adanya gangguan pada fungsi organ hati (liver), penyakit kencing manis,

atau penggunaan obat-obatan tertentu yang mengakibatkan gangguan

pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.

4) Gangguan ekskresi, akibatnya terlalu banyak keringat, banyak kencing

sehingga mengganggu pemanfaatan zat gizi (Par’i, 2017).

4. Status Gizi ibu Hamil

LLA kurang dari 23,5 cm. Akibat lanjutan dari LLA kurang dari 23,5

cm : dalam hal ini ibu masuk dalam kategori risiko KEK. Ibu hamil yang

menderita KEK mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada

trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil LLA kurang dari 23,5

cm, mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,

kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena

lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan

dengan BBLR (1500-2500 gram) umumnya kurang mampu meredam tekanan

lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan

hidupnya (Irianto, 2014).

Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan yang meningkat bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan janin dalam tubuh, pertumbuhan plasenta, dan

peningkatan volume darah ibu; jumlah yang diperlukan sekitar 1000 mg

selama hamil. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relative sedikit,
yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat selama trimester II dan III

hingga 6,3 mg sehari. Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan

besi dan dari peningkatan jumlah presentasi besi yang terserap melalui saluran

cerna. Namun, jika cadangan ini sangat sedikit sementara kandungan dan

serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi

pada masa ini sangat penting. Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah

diserap disbandingkan dengan zat besi dalam bentuk ferri (Arisman, 2010).

Tablet zat besi yang banyak tersedia, mudah didapat, murah, serta

khasiatnya paling efektif ialah ferro sulfat, ferro glukonat, dan ferro fumarat.

Ibu hamil biasanya tidak hanya diberi suplementasi zat besi tetapi juga asam

folat. Dosis pemberian asam folat sebesar 500 µg dan zat besi sebanyak 120

mg. Respons positif terhadap pemberian suplemen zat besi dan asam folat

dapat dilihat dari peningkatan kadar hemoglobin sebesar 0,1 gr/dl sehari mulai

dari hari kelima dan seterusnya, sehingga dengan pemberian sebanyak 30 gr

zat besi tiga kali sehari akan meningkatkan kadar hemoglobin paling sedikit

sebesar 0,3 gr/dl/minggu, atau 10 hari (Arisman, 2010).

5. Penilaian Status Gizi

Untuk menentukan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara

lain :

a. Penilaian Klinis

Digunakan untuk memeriksa tanda-tanda fisik dan gejala-gejala kesehatan

dalam kaitannya dengan kurang gizi (Darwita, 2011). Cara pengukuran


ini didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan

epitel atau bagian tubuh lain terutama pada mata, kulit, dan rambut.

Selain itu, pengamatan juga dapat dilakukan pada bagian tubuh yang

dapat diraba dan dilihat atau bagian tubuh lain yang terletak dekat

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Cara ini relative murah dan tidak

memerlukan peralatan canggih, namun hasilnya sangat subjektif dan

memerlukan tenaga terlatih (Fatmah, 2010).

b. Penilaian Biokimia

Digunakan untuk mengatasi kejadian status gizi kurang secara dini,

pemeriksaan cara biokimia ini dilakukan pada pemeriksaan jaringan

tubuh seperti darah dan urin (Darwita, 2011). Penilaian biokimia

merupakan cara penilaian yang lebih sensitif dan mampu menggambarkan

perubahan status gizi lebih dini pada lansia, seperti hiperlidemia, kurang

kalori protein, dan anemia defisiensi besi (Fe) dan asam folat (Fatmah,

2010).

c. Biofisik

Dilakukan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat asteoporosis,

jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ

tertentu (Darwita, 2011).

d. LiLA
Ukuran lingkar lengan atas digunakan untuk mengetahui risiko KEK pada

wanita usia subur. Ukuran lingkar lengan atas tidak dapat digunakan

untuk mengetahui perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pita

meteran kain yang terdapat di masyarakat dapat digunakan untuk

mengukur lingkar lengan atas. Batas imbang lingkar lengan atas untuk

menentukan KEK pada wanita usia subur adalah :

1) Jika ukuran LLA sama atau lebih dari 23,5 cm, wanita tergolong

normal atau tidak menderita KEK.

2) Jika ukuran LLA kurang dari 23,5 cm, wanita tergolong status gizi

kurang artinya menderita KEK. Akibat KEK pada wanita usia subur

adalah wanita mempunyai risiko melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) (Par’i, 2017).

Penilaian status gizi ibu hamil meliputi evaluasi terhadap faktor

risiko diet, pengukuran antropometri dan biokimia. Penilaian tentang

asupan pangan dapat diperoleh memalui ingatan 24 jam (recall-24 hour).

Faktor risiko diet dibagi dalam dua kelompok, yaitu risiko selama hamil

dan risiko selama perawatan (antenatal). Risiko yang pertama adalah usia

dibawah 18 tahun, berat badan 120% dari berat badan baku, dan terlalu

sering hamil dengan selang waktu 1 kg/bulan), hemoglobin (Hb) 140/90

mmHg, edema, dan albumin >2+ ; e. Janin kembar (Arisman, 2010).

e. Antropometri
Adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi

tubuh secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan.

Pengukuran dilakukan meliputi berat badan, lingkar lengan atas dan tebal

lemak bawah kulit dan khusus pada lansia adalah pola distribusi lemak.

Semua hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur (kecuali

pola distribusi lemak) dan jenis kelamin perlu ditekankan disini bahwa

pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat bermasalah karena terjadinya

osteoporosis untuk diganti dengan penentuan indeks masa tubuh

(BMI/IMT) (Darwita, 2011).

Antropometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi

kerangka tubuh manusia secara kuantitatif. Antropometri seringkali

digunakan sebagai perangkat pengukuran antropologi biologi yang

bersifat cukup objektif dan terpercaya. Penilaian status gizi lansia diukur

dengan antropometri atau ukuran tubuh, yaitu tinggi badan (TB) dan berat

badan (BB). Tinggi badan merupakan parameter penting bagi keadaan

yang telah lalu dan keadaan saat ini, serta menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal (Fatmah, 2011).

IMT berhubungan erat dengan berat badan populasi tiap-tiap etnis

dan jenis kelamin, tetapi kurang dipengaruhi oleh tinggi badan. Bentuk

tubuh seseorang berkaitan dengan jenis kelamin, etnis, jenis aktivitas

fisik, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status pernikahan,

keturunana dan sebagainya.


Rekomendasi kenaikan berat badan dengan IMT sebagai indikator

menurut IOM (2009) bahwa IMT kurang jika <18,5 Kg/m2 harus

memiliki kenaikan BB dengan rentang 12,5-18 Kg. Ibu hamil dengan IMT

normal jika 18,5-24,9 Kg/m2 dengan kenaikan berat badan harus

mencapai 11,5-16 Kg. IMT lebih jika 25-29,9 Kg/m2 dengan kenaikan

berat badan hanya 7-11,5 Kg, dan IMT obesitas Jika >30 Kg/m2 dengan

kenaikan BB hamil sebesar 5-9 Kg (Isnaniar, 2019).

IMT dapat ditentukan melalui perhitungan perbandingan berat

badan dengan tinggi badan kuadrat dalam satuan meter dengan rumus

sebagai berikut (Boediman, 2009) :

Berat Badan (Kg)


IMT =
Tinggi Badan2 (m)

Table 2.1 Kategori Status Gizi Ibu Hamil Menurut IMT

Klasifikasi IMT (Kg/M2)


Gizi kurang <18,5
Normal 18,5-24,9
Gizi lebih 25-29,9
Obesitas >30

(Sumber : Isnaniar, 2019).

F. Hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil


Menurut Afriyanti (2020) kelompok usia 20-35 merupakan kelompok

usia yang ideal untuk mengalami kehamilan akan tetapi, diusia ini pula banyak

risiko komplikasi terhadap kehamilan. Kondisi biologis maupun psikologis ibu

menjadi alasan utamanya. Dalam usia reproduksi yaitu 20-35 tahun tubuh akan

mudah kehilangan zat besi oleh banyak sebab yaitu haid dan nifas, jika dalam usia

ini mengalami kehamilan, tuntutan pemenuhan zat besi didalam kehamilan

menjadi salah satu faktor pencetus untuk ibu dalam usia reproduksi mengalami

anemia dalam kehamilannya (Abioye,A.I.et al. 2018).

Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Tri Wahyu

(2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia salah satunya usia. Dalam

penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun menduduki posisi tertinggi yaitu

sebanyak 66 responden (73,3%). Dari data yang diperoleh hasil menunjukkan

bahwa karakteristik usia ibu hamil di puskesmas Godean II Usia termasuk dalam

salah satu faktor tersebut. Dalam hal ini, lamanya keberadaan seseorang diukur

dalam satuan waktu yang di pandang dari segi kronologik, dan memperlihatkan

bagaimana individual normalnya derajat perkembangan anatomi dan fisiologisnya

apakah sama atau tidak, hal ini merupakan definisi usia. Usia reproduksi (20-

35tahun) bila dikaitkan dengan kesehatan reproduksi kehamilan termasuk

kedalam masa aman, ditandai dengan kematangan mental maupun organ

reproduksi calon ibu untuk menjalani kehamilan serta menghadapi persalinan.

G. Hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil


Menurut teori kehamilan yang sering terjadi atau berulang dapat membuat

pembuluh darah menjadi rusak lalu pada pembuluh darah dan dinding uterus juga

ikut terhambat sehingga mempengaruhi pergerakan sirkulasi dari nutrisi ke janin,

hal ini menyebabkan risiko anemia akan mudah dialami oleh ibu yang mengalami

kehamilan yang ketiga. Oleh karena itu, jumlah paritas mempengaruhi kejadian

anemia, karena pada saat wanita melahirkan, maka risiko kehilangan darah

semakin meningkat akibatnya kadar hb menurun. Jumlah zat besi akan berkurang

kira-kira sebanyak 250mg setiap wanita melahirkan.

Dari hasil penelitian Adawiyah & Wijayanti (2021) pengaruh antara

jumlah paritas dengan terjadinya anemia di Puskesmas Trauma Center Samarinda

dilakukan dengan menggunakan rumus Fisher Exact dengan taraf signifikasi α =

0,05% dengan nilai p = 0,03 < α 0,05, sehingga Ho gagal ditolak. Dengan begitu,

terdapat hubungan yang signifikan (bermakna) secara statistik antara hubungan

paritas dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Puskesmas Trauma Center

Samarinda.

Sejalan dengan hasil penelitian Purwandari Etpal (2018) yang menyatakan

bahwa jumlah paritas responden terbanyak adalah jumlah paritas 2-4 sejumlah 36

responden (64%) dan hasil uji statistik didapatkan nilai hitung X² = 14.761 dan p

= 0.005, 95%=0.006 – 0.01 dan nilai chi square tabel 9,448. Hal ini menunjukkan

nilai chi square hitung lebih besar dari nilai tabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang berarti antara paritas ibu hamil dengan tingkat anemia.
H. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Anemia kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin

dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2

& 3 (Wiknjosastro, 2012). Anemia yang paling sering terjadi dalam kehamilan

dan persalinan adalah anemia defisiensi zat besi yaitu anemia akibat

kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur

zat besi dalam makanan dan gangguan reabsorbsi (Proverawati, 2011).

Faktor penyebab terbesar anemia di negara berkembang adalah masalah

kurang gizi (Proverawati, 2011). Anemia disebabkan kurang gizi karena asupan

gizi yang dikonsumsi ibu hamil tidak adekuat. Ibu yang sedang hamil

membutuhkan lebih banyak dalam mengonsumsi zat gizi makro (karbohidrat,

protein, lemak) dan zat gizi mikro (zat besi, yodium, vitamin) (Adriani &

Wirjatmadi, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar, Azhari, & Syukur (2018) bahwa

terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester III di Klinik Aminah Amin Samarinda Tahun 2018.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) bahwa ada hubungan status gizi

dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Hj Sri Sulasmiati,SST

Desa Wonoayu Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun.


I. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil :

Usia

Pola Konsumsi
Makanan

Penyakit Kronis Anemia

Aktivitas

Paritas

Status Gizi

Keterangan :

:Diteliti

: Tidak Diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori

(Sumber :Guyton, 2008)


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dimulai dari kerangka konsep

yang menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan

Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022”.

Variable Independent Variabel Dependent

Usia

Paritas Anemia

Status Gizi
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Untuk membatasi

ruang lingkup atau pengertian variabel diamati atau diteliti perlu sekali variabel
tersebut diberi batasan. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel

yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo,

2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Vari Definisi Ala Hasil Ukur Skal


a Operasio t a
b nal
e U
l k
u
r
1 Usia
Jumlah Tan 0 : Usia
umur g <20 th Ordi
seseoran g atau n
g yang di a >35 th a
hitung l 1 : Usia 20- l
dari lahir 35 th
sampai L
pada saat a
pemeriks h
aan i
r
/
K
u
i
s
i
o
n
e
r
2 Parit
a Jumlah anak Kui 0 : Ordi
s yang s Multipa n
telah i ra/Gran a
dilahirka o de l
n n 1 :
e Primipa
r ra
2 :
Nullipa
ra

3. Statu
s Adalah Ti 0= Gizi Ordi
G keadaan m Kurang n
i status b jika a
z gizi a IMT l
i seseoran n <18,5
g yang g cm
diukur a 1 = Gizi
dengan n lebih/o
indeks besitas
masa B jika
tubuh B IMT
(IMT) ≥25
d 2 = Gizi
a Normal
n jika
IMT
M 18,5-
e 24,9
t
e
r
a
n

T
B
4. Ane
m Adalah Cek 0 : Anemia Ordi
i jumlah L jika Hb n
a pigmen a <11 gr/ a
sel darah b dl l
merah 1 : Tidak
yang anemia,
membaw jika Hb
a ≥ 11
oksigen gr/dl
di dalam
darah
yang
diketahui
melalui
pemeriks
aan
darah/lab
oratoriu
m.

C. Hipotesis

Ho1 : Tidak ada hubungan usia dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

Ha1 : Ada hubungan usia dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

Ho2 : Tidak ada hubungan paritas dengan anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

Ha2: Ada hubungan paritas dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

Ho3: Tidak ada hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

Ha3: Ada hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan

menggunakan rancangan penelitian analitik dan desain cross sectional (potong

lintang). Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada

waktu yang bersamaan (sekali waktu). Sehingga variabel dependen dan variabel

independen diteliti secara bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 21 Juli- 13 Agustus Tahun

2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada saat penelitian adalah semua ibu hamil

trimester 3 di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu dari Januari sampai

Juni Tahun 2022 berjumlah 236 responden.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan purpusive sampling, artinya pengambilan sampel sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi. Menurut Arikunto (2013) untuk menentukan

besar sampel, dapat digunakan dengan rumus :

n= N

1 + N (d)2

n = 236
1 + 236 (0,1)2

n= 236

3,36

N=71 Responden

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat kepercayaan (alfa 0,1)

Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel berjumlah 71 Responden.

Adapun kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Bersedia menjadi responden

2. Di periksa hemoglobin

3. Trimester 3

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah :

1. Pasien dengan penyakit penyerta

D. Instrument Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang

dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa lembar kuesioner untuk

mengetahui usia, paritas, data status gizi dan anemia serta lembar format

pengumpulan data. Status gizi ibu hamil dilakukan pemeriksaan antropometri

pada ibu hamil dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

sehingga didapatkan nilai IMT ibu hamil, sedangkan paritas, dan usia ditanya

langsung kepada responden. Kondisi anemia pada ibu hamil diketahui melalui

hasil laboratorium.

E. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh Puskesmas Jembatan

Kecil Kota Bengkulu dan data primer dengan kuisioner (pengukuran

langsung) dan wawancarai langsung responden untuk mendapatkan data usia,

paritas, status gizi dan anemia.

2. Pengolahan Data

a. Editing

Melihat apakah isi jawaban/data yang diolah tersebut sudah tersedia

lengkap dan apakah sudah relevan dengan tujuan penelitian.

b. Coding yaitu kode pada setiap jawaban


c. Tabulating yaitu mentabulasi data berdasarkan kelompok data yang telah

ditentukan kedalam master tabel.

d. Entry Data

Data yang telah diberi kode kemudia diolah kedalam computer melalui

program SPPS.

e. Cleaning Data

Sebelum melakukan analisa data yang sudah dimasukkan, dilakukan

pengecekan, pembersihan, jika ditemukan kesalahan pada entry data,

sehingga dapat diperbaiki dan nilai (skor) yang ada sesuai dengan

pengumpulan data kemudian dilakukan tranformasi data untuk

menggambarkan variable independen (bebas) dan variable dependen

(terikat) lalu dilakukan scoring terhadap pertanyaan yang berhubungan

masing-masing dengan menggunakan rumus Chi-square.

3. Analisa data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap variabel dependen

(Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini, analisis univariat untuk

mengetahui distribusi frekuensi faktor usia, paritas, status gizi dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu Tahun 2022.


Analisis ini dilakukan dengan menggunakan rumus :

F
P= x 100%
n

Keterangan :

P = Persentase yang ingin diketahui

F = Jumlah responden setiap kategori

n = Jumlah sampel penelitian

Dari rumus di atas nilai proporsi yang diharapkan dalam bentuk

persentase dapat di interprestasikan dengan menggunakan data:

0% = Tidak satupun dari responden

1% - 39 % = Sebagian kecil dari responden

40% - 49% = Hampir sebagian dari responden

50% = Setengah dari responden

51% - 60% = Lebih dari setengah dari responden

61% - 80% = Sebagian besar dari responden

81% - 99% = Hampir seluruh responden

100% = Seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas

yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait. Analisa data

digunakan adalah tabel silang. Pada penelitian ini analisis bivariat yaitu
untuk mengetahui hubungan usia, paritasm status gizi dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

dengan menggunakan uji chi-square (Dahlan, 2014). Maka dengan

derajat kepercayaan 95% atau α = 0,05 di dapatkan ketentuan :

1) Jika p≤0,05 maka secara statistik ada hubungan usia dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Tahun 2022.

2) Jika p>0,05 p maka secara statistik tidak hubungan usia dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu Tahun 2022.

3) Jika p≤0,05 maka secara statistik ada hubungan paritas dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu Tahun 2022.

4) Jika p>0,05 p maka secara statistik tidak ada hubungan paritas dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu Tahun 2022.

5) Jika p≤0,05 maka secara statistik ada hubungan status gizi dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu Tahun 2022.

6) Jika p>0,05 p maka secara statistik tidak ada hubungan status gizi

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu Tahun 2022.


I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian hal ini diajukan kepada Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu. Setelah

mendapatkan persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan

masalah etika penelitian meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

Lembar perstujuan diberikan kepada responden dengan memberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, serta menjelaskan

manfaat yang akan diperoleh bila bersedia menjadi responden. Tujuan responden

agar mengetahui dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika subjek

bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden melainkan hanya kode nomor atau inisial pada lembar pengumpulan

data yang diisi oleh responden sehingga identitas responden tidak diketahui

publik.

3. Confidential
Selain itu kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil peneliti.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu beralamatkan di Jalan

Rinjani 7, Jembatan Kecil, Singaran Pati, Jemb. Kecil, Bengkulu, Kota

Bengkulu. Seiring dengan adanya perubahan kecamatan di kota Bengkulu


sejak Januari 2011, Puskesmas Jembatan Kecil memiliki 3 wilayah kerja yaitu

Kelurahan Jembatan Kecil, Kelurahan Panorama, dan Kelurahan Dusun Besa.

Penelitian dilakukan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu yang

meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada

ibu hamil.

2. Jalannya Penelitian

Penelitian ini diawali dengan membawa surat permohonan izin penelitian

dari kampus FIKes Universitas Dehasen Bengkulu untuk dibawa ke

Kesbangpol Kota Bengkulu. Setelah peneliti mendapatkan surat perizinan

penelitian dari Kesbangpol tentang Rekomendasi Penelitian. Selanjutnya

peneliti membawa surat Rekomendasi penelitian dan surat permohonan izin

penelitian dari kampus FIKes Universitas Dehasen Bengkulu tersebut ke

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu, setelah mendapatkan surat

pemberian izin penelitian dari tempat penelitian, kemudian peneliti melakukan

penelitian di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu yang dilaksanakan dari

tanggal 21 Juli-13 Agustus 2022.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara

analitik, dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu sesuai

dengan kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah sampel 71 responden dan

pengambilan sampel menggunakan teknik Purpusive Sampling. Dalam

penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada seluruh

responden di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu untuk mendapatkan

data usia, paritas, status gizi. Data sekunder diperoleh dengan cara melihat data

catatan medis atau hasil laboratorium tentang nilai hemoglobin.

Data yang didapat dimasukkan ke dalam format pengumpulan data (master

tabel). Setelah data terkumpul, peneliti melakukan editing yaitu memeriksa

kelengkapan data. Setelah data lengkap, peneliti melakuakan coding yaitu

memberi kode pada data yang telah dikumpulkan dan diperiksa ulang

kelengkapannya, setelah itu melakukan entry yaitu memasukkan data yang

telah di coding ke dalam komputer kemudian peneliti melakukan proses

cleaning yaitu proses pengecekan ulang data untuk melihat ada tidaknya

kesalahan dalam pengolahan data. Kemudian dilakukan tabulating data untuk

dianalisis secara univariat dan bivariat dengan komputerisasi menggunakan

program SPSS untuk mendapatkan nilai p value dari setiap variabel yang

diteliti.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini untuk melihat distribusi frekuensi

variabel penelitian faktor usia, paritas, status gizi dengan anemia pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun

2022

Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Usia Pada Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022
Usia Frekuensi Persentase
(f) (%)
<20 th atau >35 th 10 14,1
Usia 20-35 th 61 85,9
Total 71 100

Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dari 71 responden, terdapat sebagian besar 61

(85,9%) responden yang berusia 20-35 tahun.

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Paritas Pada Ibu


Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu Tahun 2022
Paritas Frekuensi Persentase
(f) (%)
Multi/Grande 16 22,5
Primipara 38 53,5
Nullipara 17 24
Total 71 100

Berdasarkan tabel 5.2 bahwa dari 71 responden, terdapat lebih dari

sebagian 38 (53,5%) responden dengan primipara.

Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Status Gizi Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu Tahun 2022
Status Gizi Frekuensi Persentase
(f) (%)
Gizi kurang 3 4,2
Gizi lebih/obesitas 10 14,1
Gizi Normal 58 81,7
Total 71 100
Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 71 responden, terdapat hampir seluruh

responden 58 (81,7%) dengan status gizi normal.

Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Pada Ibu


Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu Tahun 2022
Anemia Frekuensi Persentase
(f) (%)
Anemia 8 11,3
Tidak anemia 63 88,7
Total 71 100

Berdasarkan tabel 5.4 bahwa dari 71 responden, terdapat hampir seluruh

responden 63 (88,7%) yang tidak mengalami anemia.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

Tabel 5.5 Hubungan Usia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022

Usia Anemia Total P

Ya Tidak
F % F % F %
<20 th atau 6 6 4 40 10 1 0,
>35 th
20-35 th 2 3 5 96 61 1

Total 8 1 6 88 71 1
Berdasarkan tabel 5.5 diatas bahwa dari 10 responden yang berusia <20

tahun atau kategori >35 tahun didapatkan lebih dari sebagian 6 (60%)

responden yang mengalami anemia dan kurang dari sebagian 4 (40%)

responden yang tidak mengalami anemia. Dari 61 responden dengan usia 20-35

tahun didapatkan, hanya sebagian kecil 2 (3,3%) responden yang mengalami

anemia, dan hampir seluruh dari responden 59 (96,7) yang tidak mengalami

anemia.

Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value=0,000<α=0,05

artinya ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2022.

Tabel 5.6 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022

Paritas Anemia Total P


Ya Tidak
F % F % F %
Multi/ 5 3 1 6 1 1 0
Gran
de
Primipar 2 5 3 9 3 1
a
Nullipara 1 5 1 9 1 1

Total 8 1 6 8 7 1

Berdasarkan tabel 5.6 diatas bahwa dari 16 responden dengan kategori

multipara didapatkan hanya sebagian kecil 5 (31,2%) responden yang

mengalami anemia, dan 11 (68,8%) responden yang tidak mengalami anemia.


Dari 38 responden dengan kategori primipara, didapatkan sebagian besar

responden 36 (94,7%) yang tidak mengalami anemia, dan hanya sebagian kecil

2 (5,3%) responden yang mengalami anemia. Dari 17 responden dengan

kategori nullipara, didapatkan sebagian kecil 1 (5,9%) responden yang

mengalami anemia,dan sebagian besar 16 (94,1%) responden yang tidak

mengalami anemia.

Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value =0,016< α = 0,05

artinya ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2022.

Tabel 5.7 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022

Status Anemia Total P


Giz Ya Tidak
i F % F % F %
Gizi 2 6 1 33 3 1 0,0
kur
ang
Gizi 5 5 5 50 1 1
lebi
h
Gizi 1 1 5 98 5 1
Nor
mal
Total 8 1 6 88 7 1

Berdasarkan tabel 5.7 diatas bahwa dari 3 responden yang mengalami gizi

kurang terdapat 2 (66,7%) responden yang mengalami anemia, dan hanya 1

(33,3%) responden yang tidak mengalami anemia. Dari 10 tesponden dengan


status gizi lebih didapatkan sebagian 5 (50%) responden yang mengalami

anemia dan sebagian responden 5 (50%) yang tidak mengalami anemia. Dari 58

tesponden dengan status gizi normal didapatkan sebagian besar 57 (98,3%)

responden yang tidak mengalami anemia dan sebagian kecil responden 1

(1,7%) yang mengalami anemia.

Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value = 0,000< α = 0,05

artinya ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2022.

B. Pembahasan

h. Gambaran distribusi frekuensi usia ibu hamil di Puskesmas Jembatan


Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dari 71 responden, terdapat sebagian

besar 61 (85,9%) responden yang berusia 20-35 tahun.

Menurut (Afriyanti, 2020) kelompok usia 20-35 merupakan kelompok

usia yang ideal untuk mengalami kehamilan akan tetapi, diusia ini pula banyak

risiko komplikasi terhadap kehamilan. Kondisi biologis maupun psikologis ibu

menjadi alasan utamanya. Dalam usia reproduksi yaitu 20-35 tahun tubuh akan

mudah kehilangan zat besi oleh banyak sebab yaitu haid dan nifas, jika dalam

usia ini mengalami kehamilan, tuntutan pemenuhan zat besi didalam

kehamilan menjadi salah satu faktor pencetus untuk ibu dalam usia reproduksi

mengalami anemia dalam kehamilannya (Abioye, A.I.et al. 2018).


Pada kelompok umur <20 tahun beresiko anemia sebab pada

kelompok umur tersebut perkembangan biologis reproduksinya belum

optimal. Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan

kehamilan yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun

juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh mulai

menurun dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa kehamilan

(Fatkhiyah, 2018).

Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Tri Wahyu

(2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia salah satunya usia.

Dalam penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun menduduki posisi

tertinggi yaitu sebanyak 66 responden (73,3%). Dari data yang diperoleh hasil

menunjukkan bahwa karakteristik usia ibu hamil di puskesmas Godean II Usia

termasuk dalam salah satu faktor tersebut. Dalam hal ini, lamanya keberadaan

seseorang diukur dalam satuan waktu yang di pandang dari segi kronologik,

dan memperlihatkan bagaimana individual normalnya derajat perkembangan

anatomi dan fisiologisnya apakah sama atau tidak, hal ini merupakan definisi

usia. Usia reproduksi (20-35tahun) bila dikaitkan dengan kesehatan

reproduksi kehamilan termasuk kedalam masa aman, ditandai dengan

kematangan mental maupun organ reproduksi calon ibu untuk menjalani

kehamilan serta menghadapi persalinan.

i. Gambaran distribusi frekuensi paritas pada ibu hamil di Puskesmas


Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
Berdasarkan tabel 5.2 bahwa dari 71 responden, terdapat lebih dari

sebagian 38 (53,5%) responden dengan primipara.

Menurut teori risiko anemia meningkat setelah kehamilan yang ketiga

penyebabnya adalah karena kerusakan pada pembuluh darah dan dinding

uterus yang biasanya mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin karena

kehamilan yang berulang. Anemia sangat dipengaruhi oleh paritas. Menurut

Wijianto (2002), dari hasil SKRT 1985-1986, jumlah keseluruhan anemia

yang dialami oleh kelompok paritas 3 keatas lebih tinggi dari pada kelompok

paritas 0. Risiko kehilangan darah akan mempengaruhi hemoglobin sehingga

kadar hb menurun hal ini disebabkan karena seorang wanita sering

melahirkan. Jumlah zat besi berkurang hingga sebesar kurang lebih 250 mg

setiap kali wanita melahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh irul Hidayati (2018), dengan judul penelitian “Hubungan

Jumlah Paritas dan Umur Kehamilan dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil”

dari data ini dapat dilihat bahwa lebih dari 3 kali jumlah paritas pada ibu

hamil dan anemia sebesar 66,7%, tidak anemia sebesar 33,3%. Sedangkan

jumlah paritas ibu hamil ≥ 3 kali dan anemia sebesar 34,8%, tidak anemia

sebesar 65,2%. Menurut hasil uji korelasi rank spearman didapatkan nilai p

value 0,044 < 0,05 lalu correlation coefficient yang diperoleh sebesar 0,217

yang menandakan jika Ho tidak diterima. Dengan demikian, kejadian anemia

pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kintamani dipengaruhi oleh

jumlah paritasnya, dengan kuat hubungan rendah.


j. Gambaran distribusi frekuensi status gizi pada ibu hamil di Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 71 responden, terdapat sebagian

besar 58 (81,7%) responden dengan status gizi normal.

Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur

status gizi masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak

seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.

Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat

rawan, hal ini ditandai masih tingginya angka kematian ibu yang disebabkan

oleh perdarahan karena anemia gizi dan KEK selama masa kehamilan

(Yuliastuti, 2014).

Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan yang meningkat bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan janin dalam tubuh, pertumbuhan plasenta, dan

peningkatan volume darah ibu; jumlah yang diperlukan sekitar 1000 mg

selama hamil. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relative sedikit,

yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat selama trimester II dan III

hingga 6,3 mg sehari. Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan

besi dan dari peningkatan jumlah presentasi besi yang terserap melalui saluran

cerna. Namun, jika cadangan ini sangat sedikit sementara kandungan dan

serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi

pada masa ini sangat penting. Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah

diserap disbandingkan dengan zat besi dalam bentuk ferri (Arisman, 2010).
k. Gambaran distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.4 bahwa dari 71 responden, terdapat sebagian besar

63 (88,7%) responden yang tidak mengalami anemia.

Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar

hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia

(Nursalam, 2010). Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah

disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,

penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia

bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Ani, 2016).

Kategorik Anemia berdasarkan nilai kadar Hemoglobin adalah nemia

ringan jika kadar Hb 9-11gr/dl, anemia sedang jika kadar Hb 7-8 gr/dl, dan

anemia berat jika kadar Hb <7 gr/dl (Manuaba, 2007). Sehingga yang

dikatakan anemia jika kadar hemoglobin ≤11 gr/dl, dan tidak anemia jika

kadar hemoglobin >11 gr/dl

l. Hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.5 diatas bahwa dari 10 responden yang berusia

<20 tahun atau kategori >35 tahun didapatkan lebih dari sebagian 6 (60%)

responden yang mengalami anemia dan kurang dari sebagian 4 (40%)

responden yang tidak mengalami anemia. Dari 61 responden dengan usia 20-

35 tahun didapatkan, hanya sebagian kecil 2 (3,3%) responden yang


mengalami anemia, dan hampir seluruh dari responden 59 (96,7) yang tidak

mengalami anemia.

Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value = 0,000 < α = 0,05

artinya ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2022.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Afriyanti (2020) kelompok

usia 20-35 merupakan kelompok usia yang ideal untuk mengalami kehamilan

akan tetapi, diusia ini pula banyak risiko komplikasi terhadap kehamilan.

Kondisi biologis maupun psikologis ibu menjadi alasan utamanya. Dalam usia

reproduksi yaitu 20-35 tahun tubuh akan mudah kehilangan zat besi oleh

banyak sebab yaitu haid dan nifas, jika dalam usia ini mengalami kehamilan,

tuntutan pemenuhan zat besi didalam kehamilan menjadi salah satu faktor

pencetus untuk ibu dalam usia reproduksi mengalami anemia dalam

kehamilannya (Abioye,A.I.et al. 2018).

Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wiwin Tri Wahyu (2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia

salah satunya usia. Dalam penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun

menduduki posisi tertinggi yaitu sebanyak 66 responden (73,3%). Dari data

yang diperoleh hasil menunjukkan bahwa karakteristik usia ibu hamil di

puskesmas Godean II Usia termasuk dalam salah satu faktor tersebut. Dalam

hal ini, lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu yang di

pandang dari segi kronologik, dan memperlihatkan bagaimana individual


normalnya derajat perkembangan anatomi dan fisiologisnya apakah sama atau

tidak, hal ini merupakan definisi usia. Usia reproduksi (20-35tahun) bila

dikaitkan dengan kesehatan reproduksi kehamilan termasuk kedalam masa

aman, ditandai dengan kematangan mental maupun organ reproduksi calon

ibu untuk menjalani kehamilan serta menghadapi persalinan.

m. Hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah


Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.6 diatas bahwa dari 16 responden dengan kategori

multipara didapatkan hanya sebagian kecil 5 (31,2%) responden yang

mengalami anemia, dan 11 (68,8%) responden yang tidak mengalami anemia.

Dari 38 responden dengan kategori primipara, didapatkan sebagian besar

responden 36 (94,7%) yang tidak mengalami anemia, dan hanya sebagian

kecil 2 (5,3%) responden yang mengalami anemia. Dari 17 responden dengan

kategori nullipara, didapatkan sebagian kecil 1 (5,9%) responden yang

mengalami anemia,dan sebagian besar 16 (94,1%) responden yang tidak

mengalami anemia.

Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value = 0,016 < α = 0,05

artinya ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2022.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kehamilan yang sering terjadi

atau berulang dapat membuat pembuluh darah menjadi rusak lalu pada

pembuluh darah dan dinding uterus juga ikut terhambat sehingga


mempengaruhi pergerakan sirkulasi dari nutrisi ke janin, hal ini menyebabkan

risiko anemia akan mudah dialami oleh ibu yang mengalami kehamilan yang

ketiga. Oleh karena itu, jumlah paritas mempengaruhi kejadian anemia,

karena pada saat wanita melahirkan, maka risiko kehilangan darah semakin

meningkat akibatnya kadar hb menurun. Jumlah zat besi akan berkurang kira-

kira sebanyak 250mg setiap wanita melahirkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adawiyah & Wijayanti

(2021) pengaruh antara jumlah paritas dengan terjadinya anemia di Puskesmas

Trauma Center Samarinda dilakukan dengan menggunakan rumus Fisher

Exact dengan taraf signifikasi α = 0,05% dengan nilai p = 0,03 < α 0,05,

sehingga Ho gagal ditolak. Dengan begitu, terdapat hubungan yang signifikan

(bermakna) secara statistik antara hubungan paritas dengan kejadian anemia

pada Ibu hamil di Puskesmas Trauma Center Samarinda.

Selain itu sejalan dengan hasil penelitian Purwandari Etpal (2018) yang

menyatakan bahwa jumlah paritas responden terbanyak adalah jumlah paritas

2-4 sejumlah 36 responden (64%) dan hasil uji statistik didapatkan nilai

hitung X² = 14.761 dan p = 0.005, 95%=0.006 – 0.01 dan nilai chi square

tabel 9,448. Hal ini menunjukkan nilai chi square hitung lebih besar dari nilai

tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang berarti antara

paritas ibu hamil dengan tingkat anemia.

Dari 38 responden dengan kategori primipara, didapatkan sebagian kecil

2 (5,3%) responden yang mengalami anemia. Dari 17 responden dengan


kategori nullipara, didapatkan sebagian kecil 1 (5,9%) responden yang

mengalami anemia. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kejadian anemia selain dari paritas seperti usia dan status gizi,

pendapatan keluarga, dukungan keluarga. Hal ini sesuai penelitian yang

dilakukan oleh Sari, Yarmaliza, & Zakiyuddin (2022) bahwa ada pengaruh

Asupan zat besi (Fe) (p value = 0,026), Tingkat pendapatan (p value = 0,015),

pengetahuan (p value = 0,055), dukungan keluarga (p value = 0,049) terhadap

anemia ibu hamil. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa semua variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen (P < 0.05) yaitu ada

pengaruh antara asupan zat besi (Fe), tingkat pendapatan, pengetahuan,

dukungan keluarga dengan anemia pada ibu hamil.

n. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.7 diatas bahwa dari 3 responden yang mengalami

gizi kurang terdapat 2 (66,7%) responden yang mengalami anemia, dan hanya

1 (33,3%) responden yang tidak mengalami anemia. Dari 10 tesponden

dengan status gizi lebih didapatkan sebagian 5 (50%) responden yang

mengalami anemia dan sebagian responden 5 (50%) yang tidak mengalami

anemia. Dari 58 tesponden dengan status gizi normal didapatkan sebagian


besar 57 (98,3%) responden yang tidak mengalami anemia dan sebagian kecil

responden 1 (1,7%) yang mengalami anemia.

Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value = 0,000 < α = 0,05

artinya ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia

pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2022.

Anemia kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar

hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr%

pada trimester 2 & 3 (Wiknjosastro, 2012). Anemia yang paling sering

terjadi dalam kehamilan dan persalinan adalah anemia defisiensi zat besi

yaitu anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena

kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan dan gangguan reabsorbsi

(Proverawati, 2011).

Faktor penyebab terbesar anemia di negara berkembang adalah

masalah kurang gizi (Proverawati, 2011). Anemia disebabkan kurang gizi

karena asupan gizi yang dikonsumsi ibu hamil tidak adekuat. Ibu yang

sedang hamil membutuhkan lebih banyak dalam mengonsumsi zat gizi

makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (zat besi, yodium,

vitamin) (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar, Azhari, & Syukur (2018)

bahwa terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian

anemia pada ibu hamil trimester III di Klinik Aminah Amin Samarinda Tahun

2018. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) bahwa ada hubungan status
gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Hj Sri

Sulasmiati,SST Desa Wonoayu Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten

Madiun.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Tahun 2022 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian kecil 10 (14,1%) responden berusia <20 tahun atau >35 tahun di

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022

2. Sebagian kecil 16 (22,5%) responden dengan paritas

multipara/grandemultipara di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Tahun 2022

3. Sebagian kecil 10 (14,1%) responden dengan status gizi lebih/obesitas di

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022


4. Sebagian kecil 8 (11,3%) responden ibu hamil yang mengalami anemia di

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

5. Ada hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022 dengan p value 0,000

6. Ada hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022 dengan p value 0,016

7. Ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022 dengan p value 0,000.

B. Saran

3. Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

kepustakaan dan sebagai sumber informasi data untuk penelitian selanjutnya

tentang faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan anemia pada ibu

hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.

4. Praktis

e. Bagi Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan leaflet oleh Pihak

Puskesmas untuk memberikan informasi guna meningkatkan kualitas

kesehatan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan

dengan anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota


Bengkulu Tahun 2022.

f. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi/pustaka di

Perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

g. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan referensi bagi peneliti

selanjutnya dengan menggunakan variabel lainnya dalam penelitian.

h. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti untuk memberikan sumber berbasis bukti

kepada lingkungan agar dapat menambah wawasan dan pengalaman

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

anemia.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito. 2018. Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Jakarta.
Amalia. 2018. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta,
Rineka Cipta.
Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC.
Arisman, 2014, Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi, Jakarta, EGC.
Atikah Proverawati, 2018. Anemia dan anemia kehamilan. Penerbit Buku Nuha
Medika. Yogyakarta.
Bobak, I. M. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (ed. 4), Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Demmouche A, Khelil S, and Moulessehoul S. “Journal An Epidemiologic Study :
Anemia Among Pregnant Women in the Sidi Bel Abbes Region (West
Algeria)”. Journal of Blood Disorders and Transfusion 2:113. 2011
Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku.
Kedokteran EGC;
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Kartini. 2016. Hubungan Cara konsumsi tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil. Journal of Nutrition College. Volume 3. Di akses tanggal 25
Februari 2022.
Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI. Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2010. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri &
Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Meidila, P. 2017. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil
Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe.Yogyakarta. Diakses tanggal 20 Februari
2022.
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sari, Yarmaliza, & Zakiyuddin. 2022. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Samadua Kecamatan
Samadua Kabupaten Aceh Selatan. http://jurnal.utu.ac.id/JURMAKEMAS
Siregar, Azhari, & Syukur. 2018. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada
ibu hamil trimester III di Klinik Aminah Amin Samarinda Tahun 2018.
Jurnal Husada Mahakam. Volume IV No. 8 Mei 2019, Hal 492-504
Sloane E. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Sofro, A.S.M. 2012. Darah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta:
Nuha Medika
Sulistioningsih. 2018. Kejadian Anemia Pada Kadar Hemoglobin. EGC : Jakarta.
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha.
Ilmu.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Yuli, Aspiani, Reni. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Trans Info Media
Yuliatin, 2018. Kehamilan. Jilid I. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini,

Nama :

Usia :

Setelah membaca dan memahami surat pengantar responden, menyatakan

bersedia menjadi responden untuk penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan

S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu dengan


judul: “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022”.

Kesediaan saya menjadi responden atas kesediaan saya sendiri dan tanpa ada

paksaan dari pihak manapun karena saya memahami bahwa data dan informasi yang

saya berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluaan

penelitian demi pengembangan ilmu keperawatan serta tidak akan merugikan bagi

saya.

Bengkulu...........................2022

Responden

( )

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Ibu Hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Ilmu Keperawatan FIKes

Universitas Dehasen Bengkulu:

Nama : Nadia Revalina

NPM : 18230025

Akan mengadakan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Tahun 2022. Bersama ini peneliti mohon kesediaan ibu hamil menjadi responden dan

menandatangani lembar persetujuan. Kerahasiaan akan dijaga dan pergunakan untuk

kepentingan penelitian. Atas kesedian menjadi responden dan kerjasamanya saya

ucapkan terimaksih.

Bengkulu, 2022

TTD

Peneliti

LEMBAR KUISIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JEMBATAN KECIL
KOTA BENGKULU TAHUN 2022

Nomor Responden :
Nama :

Umur :

Paritas :

Nulipara

Primipara

Multipara

Grandemultipara

BB Ibu Hamil :.............................Kg

TB :..............................cm

IMT :

Kesimpulan Status Gizi :

Hasil Lab Hemoglobin :


MASTER TABEL
HASIL OLAHAN DATA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JEMBATAN KECIL
KOTA BENGKULU TAHUN 2022

Statistics

Usia Paritas Status Gizi Anemia

N Valid 71 71 71 71

Missing 0 0 0 0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Usia <20 th atau >35 th 10 14.1 14.1 14.1

Usia 20-35 th 61 85.9 85.9 100.0

Total 71 100.0 100.0

Paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Multi/Garnde 16 22.5 22.5 22.5

Primipara 38 53.5 53.5 76.1

Nullipara 17 24 24 100.0

Total 71 100.0 100.0


Status Gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Gizi kurang 3 4.2 4.2 4.2

Gizi lebih/obes 10 14.1 14.1 18.3

Gizi normal 58 81.7 81.7 100.0

Total 71 100.0 100.0

Anemia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Anemia 8 11.3 11.3 11.3

Tidak anemia 63 88.7 88.7 100.0

Total 71 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Anemia 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%

Usia * Anemia Crosstabulation

Anemia

Anemia Tidak anemia Total


Usia Usia <20 th atau >35 th Count 6 4 10

Expected Count 1.1 8.9 10.0

% within Usia 60.0% 40.0% 100.0%

Usia 20-35 th Count 2 59 61

Expected Count 6.9 54.1 61.0

% within Usia 3.3% 96.7% 100.0%

Total Count 8 63 71

Expected Count 8.0 63.0 71.0

% within Usia 11.3% 88.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 27.647a 1 .000

Continuity Correctionb 22.265 1 .000

Likelihood Ratio 18.930 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 27.258 1 .000

N of Valid Casesb 71

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.

b. Computed only for a 2x2 table


Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .529 .000

N of Valid Cases 71

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Paritas * Anemia 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%

Paritas * Anemia Crosstabulation

Anemia

Anemia Tidak anemia Total

Paritas Multi/Garnde Count 5 11 16

Expected Count 1.8 14.2 16.0

% within Paritas 31.2% 68.8% 100.0%


Primipara Count 2 36 38

Expected Count 4.3 33.7 38.0

% within Paritas 5.3% 94.7% 100.0%

Nullipara Count 1 16 17

Expected Count 1.9 15.1 17.0

% within Paritas 5.9% 94.1% 100.0%

Total Count 8 63 71

Expected Count 8.0 63.0 71.0

% within Paritas 11.3% 88.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 8.253a 2 .016

Likelihood Ratio 6.843 2 .033

Linear-by-Linear Association 5.056 1 .025

N of Valid Cases 71

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,80.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .323 .016

N of Valid Cases 71

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Status Gizi * Anemia 71 100.0% 0 .0% 71 100.0%

Status Gizi * Anemia Crosstabulation

Anemia

Anemia Tidak anemia Total

Status Gizi Gizi kurang Count 2 1 3

Expected Count .3 2.7 3.0

% within Status Gizi 66.7% 33.3% 100.0%

Gizi lebih/obes Count 5 5 10

Expected Count 1.1 8.9 10.0

% within Status Gizi 50.0% 50.0% 100.0%

Gizi normal Count 1 57 58

Expected Count 6.5 51.5 58.0

% within Status Gizi 1.7% 98.3% 100.0%

Total Count 8 63 71

Expected Count 8.0 63.0 71.0

% within Status Gizi 11.3% 88.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 29.498a 2 .000

Likelihood Ratio 22.209 2 .000

Linear-by-Linear Association 27.769 1 .000

N of Valid Cases 71
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 29.498a 2 .000

Likelihood Ratio 22.209 2 .000

Linear-by-Linear Association 27.769 1 .000

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,34.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .542 .000

N of Valid Cases 71

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai