SKRIPSI
OLEH :
NADIA REVALINA
NPM.18230025
SKRIPSI
OLEH :
NADIA REVALINA
NPM.18230025
MOTTO :
Orang positif saling mendoakan, orang negatif saling menjatuhkan. Orang
sukses mengerti pentingnya proses, orang gagal lebih banyak protes.
Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan. Tidak ada kemudahan tanpa doa.” – Ridwan Kamil
Sukses adalah guru yang buruk. Sukses menggoda orang yang tekun berpikir
bahwa mereka tidak bisa gagal.” – Bill Gates
Jangan menilai saya dari kesuksesan, tetapi nilai saya dari seberapa sering
saya jatuh dan berhasil bangkit kembali.” – Nelson Mandela.
PERSEMBAHAN
Setelah melewati waktu yang tidak sebentar dan dengan cara yang tidak
mudah akhirnya cita dan harapanku tercapai, Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku yang selama ini telah banyak memberikan doa dan
motivasi baik moril maupun materil selama saya menempuh pendidikan.
Kakak-kakak dan adik-adikku yang turut serta mendoakan keberhasilanku
dalam menyelesaikan studi.
Sahabat-sahabatku yang telah memberikan warna-warni yang selalu
memberikan aku semangat.
Dosen pembimbing dan dosen penguji skripsi, ucapan terimakasih tak
terhingga atas ilmu dan bimbingannya selama ini.
Dosen-dosen ku yang telah menjadi orang tua ku di perkuliahan, yang
namanya tak bisa ku sebutkan satu persatu yang selalu memberi motivasi
untuk ku, selalu peduli dan perhatian, ucapan terimakasih tak terhingga atas
ilmu yang kalian berikan sangatlah bermanfaat bagi ku.
Almamaterku
Kampus orange ku (FIKES Dehasen)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil
Kota Bengkulu Tahun 2022”. Skripsi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan
atau merupakan rangkaian kegiatan akademik yang merupakan syarat yang
diwajibkan untuk memperoleh gelar sarjana strata-1 (S-1) dalam Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Dehasen Bengkulu.
Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih
khususnya penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Kamaludin, SE.,MM selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu.
2. Dr. Ida Samidah, S.Kp, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes, selaku wakil dekan I Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku wakil dekan II Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
5. Ibu Ns. Murwati, S.kep, M.Kes, selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan (S-1)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen, sekaligus pembimbing utama yang
dengan sabar dan keprofesionalannya telah memberikan saran, bimbingan,
membantu, dorongan dan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusunan
skripsi ini
6. Ibu Ns. Ravika Ramlis, S.Kep, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang
dengan sabar dan keprofesionalannya telah memberikan saran, bimbingan,
membantu, dorongan dan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusunan
skripsi ini.
7. Bapak Ns.Hasanudin, S.Kep.,P.hD, selaku Penguji I yang telah memberikan
kritik dan saran dalam skripsi ini.
8. Bapak Ns. Handi Rustandi, S.Kep, MAN, selaku Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran dalam skripsi ini.
9. Seluruh dosen dan staff Administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
Universitas Dehasen Bengkulu yang telah banyak membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung demi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
10. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama pengerjaan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini sehigga akan lebih bermanfaat.
Bengkulu, Agustus 2022
Penulis,
Nadia Revalina
ABSTRAK
Oleh :
Nadia Revalina1)
Murwati2)
Ravika Ramlis2)
World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia kehamilan
sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11gr atau kurang dari 33% pada setiap waktu
pada kehamilan. Di Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus anemia,
dan 20 perempuan meninggal dunia karena kondisi tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022.
Metode penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan rancangan penelitian cross
sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 71 responden yang dipilih sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan uji statistik chi
square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir seluruh responden (85,9%)
beruisa dengan rentang usia 20-35 tahun, lebih dari sebagian (53,5%) dengan
primipara. Hampir seluruhnya dari sebagian (81,7%) responden dengan status gizi
normal, hampir seluruhnya (88,7%) responden yang mengalami anemia. Hasil uji
statistik chi-square di dapatkan nilai p value 0,000 artinya ada hubungan usia dengan
kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2022. Didapatkan nilai p value 0,016 artinya ada hubungan paritas dengan kejadian
anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
dengan p value 0,016 dan p value 0,000 artinya ada hubungan status gizi dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu Tahun 2022.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor usia, paritas, dan status gizi
mempengaruhi kejadian enamia. Diharapkan kepada ibu hamil untuk rutin
memeriksakan kehamilannya secara rutin untuk mencegah terjadinya anemia.
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
MOTTO DAN
PERSEMBAHAN ........................................................................................ iii
KEASLIAN
PENELITIAN .............................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
ABSTRAK .......................................................................................................
........................................................................................................................ viii
ABSTRACT .....................................................................................................
........................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 5
C. Tujuan penelitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 71
B. Saran............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
indikator penting dalam keberhasilan program kesehatan ibu sekaligus salah satu
eklampsia 34%, karena penyakit 26 %, infeksi 12%, dan anemia dalam kehamilan
kehamilan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11gr atau kurang dari 33%
normal terjadi dalam kehamilan dimana kadar hemoglobin kurang dari 11 gr pada
Penyebab kematian langsung dapat bersifat medik maupun non medik. Faktor
kesehatan ibu, dimana status kesehatan ibu merupakan faktor penting penyebab
yaitu adanya permasalahan nutrisi meliputi anemia pada ibu hamil 40%.
Kekurangan energi kronis 37%, serta ibu hamil dengan konsumsi energi dibawah
besi untuk ibu hamil, namun hasilnya belum memuaskan. Penduduk Indonesia
pada umumnya mengkonsumsi Fe dari sumber nabati yang memiliki daya serap
2018).
disebabkan oleh rendah pengetahuan dan kesadaran akan bahaya anemia dalam
kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
kapasitas pengangkut oksigen darah (Adi Sasmito, 2018). Dampak dari anemia
anemia sebesar 70% dan 19,7% untuk pasien yang non anemia. Kematian ibu 15-
2018).
adalah faktor usia, parita, dan status gizi ibu hamil. Usia ibu dapat mempengaruhi
timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah
kadar hemoglobinnya. Menurut Unicef paritas atau jumlah anak yang dilahirkan
ibu sangat berkaitan dengan jarak kelahiran. Semakin tinggi paritasnya, maka
semakin pendek jarak kelahirannya. Hal ini dapat membuat seorang ibu belum
cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Paritas yang tinggi dapat
menyebabkan kondisi kesehatan ibu menurun dan sering mengalami kurang darah
karena asupan gizi yang dikonsumsi ibu hamil tidak adekuat. Ibu yang sedang
(karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (zat besi, yodium, vitamin)
Penelitian yang dilakukan oleh Mardha & Syafitri (2019) bahwa ada
hubungan umur ibu hamil dan paritas dengan anemia di Rumah Bersalin Hj.
bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia di di Polindes Desa
Siregar (2019) bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu
hamil trimester III di Klinik Aminah Amin Samarinda. Penelitian yang dilakukan
oleh Sjahriani & Faridah (2019) bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan
kejadian anemia pada ibu hamil. Sedangkan penelitian yang dilakukan Adawiyah
& Wijayanti (2021) bahwa danya pengaruh yang signifikan antara paritas dengan
hamil pada tahun 2020 di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu sebanyak
614 ibu hamil, merupakan peringkat tertinggi ke-2 dari 20 Puskesmas yang ada di
Kota Bengkulu. Sedangkan pada tahun 2021, jumlah ibu hamil di Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu sebanyak 558 ibu hamil dengan peringkat
tertinggi setelah Puskesmas Telaga Dewa. Jumlah ibu hamil di Puskesmas
Jembatan Kecil dari Januari sampai Juni 2022 sebanyak 236 ibu hamil. Hasil
sebanyak 17 orang yang mengalami anemia. Dari 4 ibu yang ditemui, didapatkan
ibu hamil yang memiliki hemoglobin normal semua. Dari 4 ibu tersebut,
terdapatkan usia 20-35 tahun terdapat 2 ibu hamil yang primipara, dan 2 ibu
hamul yang multipara. Dari 4 ibu hamil, terdapat 1 usia ibu hamil >35 tahun, dan
3 ibu hamil dengan rentang usia 20-35 tahun. Dari 4 ibu hamil tersebut, memiliki
tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil
B. Rumusan Masalah
adalah Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu
C. Tujuan Umum
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi usia ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil
g. Diketahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dengan anemia pada ibu hamil Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
d. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian
dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013).
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester
pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28
minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).
2. Fisiologi Kehamilan
a. Proses Kehamilan
2) Fertilisasi (Pembuahan)
Pembuahan adalah suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel
telur dari tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke
matangnya sel telur) sehingga siap untuk dibuahi. Hanya satu sperma
Hasil konsepsi ini digerakkan ke arah rongga rahim oleh arus dan
getaran rambut (silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam
3) Implantasi
Setelah 5-7 hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba di rahim
(Winkjosastro, 2010).
b. Tahap–Tahap Kehamilan
1) Trimester pertama
2) Trimester kedua
hamil.
3) Trimester ketiga
kehadiran bayinya.
1. Pengertian Anemia
hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok
2016).
kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh
darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada
tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab
2016).
Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dahulu dengan keadaan kurang
gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum
2012). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan
mengakibatkan anemia gizi besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai cukup zat
besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang
2. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Mempunyai daya
dalam sel darah merah. Dengan fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru
penghancuran sel darah merah terjadi setelah umur 120 hari ketika sel
Nilai normal Hb pada wanita 12-16g/dl, dan pria 14-18g/dl, anak 3 bulan 10-13
butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira- kira
15gr setiap 100 ml darah dan jumlah ini disebut “100 persen” (Evelyn, 2008).
hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida (globin) dan empat
kelompok heme (Price & Wilson, 2006). Satu molekul hemoglobin memiliki
struktur satu monomer globin yang mengikat satu molekul heme, sedangkan
hemoglobin fungsional adalah molekul tetramer dengan masing-masing globin
globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb
merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
3. Pembentukan hemoglobin
diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintesis dari asam
asetat dan glisin dan sebagian besar sintesis ini terjadi didalam mitokondria.
dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan
dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom
Pada tempat yang sangat tinggi yang jumlah udara dalam jaringan sangat
berkurang, aliran oksigen yang ditransfer kejaringan dan sel darah dihasilkan
sangat cepat sehingga jumlahnya dalam darah sangat meningkat. Usia juga
dalam memproduksi sel darah merah berkurang dan adanya masalah pada
saluran cerna yang mempengaruhi pola makan sehingga konsumsi zat besi
berkurang dan berdampak pada kadar hemoglobin, serta wanita hamil dimana
dibutuhkan asupan besi yang lebih agar mencegah terjadinya anemia defisiensi
besi. Konsumsi besi dalam pembentukan hemoglobin, dimana zat besi dalam
tubuh akan berikatan dengan molekul hem dan globin yang pada akhirnya
membentuk hemoglobin.
Sel darah merah yang berasal dari sel dikenal sebagai hemositoblast.
normoblast terisi hemoglobin inti menjadi sangat kecil dan dibuang, pada waktu
satu sampai dua hari, tetapi pada akhir itu retikulum hilang sama sekali. Setelah
(Ganong, 2008)
4. Kategori Anemia
Kategorik Anemia berdasarkan nilai kadar Hemoglobin menurut WHO
dalam darah <11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb<10,5 g% pada
wanita hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%,
cukup tinggi.
Kebutuhan zat besi selama trimester I relative sedikit, yaitu 0,8 mg/hari,
kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg/hari
(Arisman,
2010). Namun menurut teori lain, bahwa kebutuhan zat besi pada Trimester I
kebutuhan janin dan sel darah merah. Kebutuhan zat besi pada trimester II ±5
mg/hari (kehilangan basal 0,8mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300
mg dan conceptus 115mg. Sedangkan kebutuhan zat besi pada trimester III
5. Fungsi hemoglobin
Fungsi Hemoglobin yaitu :
6. Metabolisme Besi
Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata sekitar 4 gram, dimana 65%
berbagai bentuk senyawa hem yang mengawasi oksidasi intra sel, 0,1%
berikatan dengan protein transferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan
Transport dan penyimpanan besi. Bila besi diabsorpsi dari usus halus
maka akan segera berikatan dengan globulin, transferin, dan ditranspor dalam
bentuk ikatan didalam plasma darah. Besi berikatan sangat lemah dengan
molekul globuin, dan akibatnya dapat dilepaskan kesetiap sel jaringan dan pada
setiap tempat dalam tubuh.Kelebihan besi didalam darah maka akan ditimbun
didalam sel hati. Besi akan berikatan dengan protein apoferin (460.000) untuk
membentuk feritin. Bila jumlah besi didalam plasma turun sangat rendah, besi
akan dikeluarkan dari feritin dengan sangat mudah, besi kemudian ditranspor
kebagian tubuh yang memerlukan. Bila sel darah merah telah mencapai masa
Kehilangan besi perhari pada wanita sekitar 1,3 mg perhari karena adanya
menstruasi. Jumlah rata-rata besi yang berasal dari diet setiap hari harus sama
dengan besi yang hilang dari tubuh. Absopsi besi dari saluran pencernaan, besi
diabsorpsi hampir seluruhnya dalam usus halus bagian atas, terutama dalam
duodenum.
absorpsi hampir diseluruh usus halus dengan bantuan alat angkut protein yaitu
transferin dan feritin. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna
kesemua jaringan tubuh. Dua ion feri diikatkan pada transferin yang terdapat
pada membran sel bergantung pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi
Besi dalam makanan berupa bentuk besi hem seperti yang terdapat dalam
hemoglobin dan mioglobin pada hewan dan besi non hem pada makanan nabati.
Besi hem di absorpsi kedalam sel mukosa sebagai kompleks porfirin utuh.
hemoksigenase dan besi dibebaskan. Besi non hem melewati alur yang sama
cerna untuk mengangkut besi lain. Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat
apoferitin dan feritin membentuk pool besi. Penyebaran besi dari mukosa ke sel
besi dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran diatur
a. Protein
protein remaja khususnya perempuan lebih tinggi dibanding laki- laki karena
Gizi protein remaja 48-62 g/hari untuk perempuan dan 55-66 g/hari untuk
hewani lebih besar daripada nabati karena komposisi asam amino esensial
yang lebih baik. Sumber protein antara lain : daging sapi, kerbau, ayam, susu
(Proverawati, 2011).
b. Fe (Besi)
mg/hari. asupan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan
daging, ikan, hati (Proverawati, 2011) Angka Kecukupan Besi (AKB) pada
wanita sebesar 26 mg, pria sebesar 19 mg ( widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi, 2004).
c. Asam folat
Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel Darah merah dan sel darah
kecukupan folat pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 400 mg ( widyakarya
d. Vitamin C
Vitamin C mereduksi besi feri menjadi besi fero dalam usus ahlus
diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali bila
8. Klasifikasi Anemia
folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering
ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau
sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru
(Prawirohardjo, 2009). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau
9. Etiologi Anemia
makanan.
c) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi, khususnya
d) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat besi +
1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria
(Soekarti, 2011).
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
kebutuhan.
b) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal
walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap baik
menggunakan prinsip tidak balas darah dengan bahan kimia pada strip yang
digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip adalah ferrosianida. Reaksi
tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang
reagen. Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding
metode laboratorium standart. Alat ini juga stabil dan tahan rusak walaupun
e. Setelah darah keluar pada ujung jari sudah cukup, dekatkan sampel darah
pada ujung jari tersebut kesatu mulut strip supaya diserap langsung oleh
a. Usia
Usia anak-anak, orang tua, serta ibu hamil akan lebih mudah
akibat pertumbuhan cepat tetapi tidak diimbangi dengan asupan zat besi
yang seimbang. Semakin bertambah usia maka produksi sel darah merah
merah, selain itu usia juga mempengaruhi pola makan seseorang dalam
usia yang ideal untuk mengalami kehamilan akan tetapi, diusia ini pula
psikologis ibu menjadi alasan utamanya. Dalam usia reproduksi yaitu 20-35
tahun tubuh akan mudah kehilangan zat besi oleh banyak sebab yaitu haid
dan nifas, jika dalam usia ini mengalami kehamilan, tuntutan pemenuhan zat
besi didalam kehamilan menjadi salah satu faktor pencetus untuk ibu dalam
2018).
diatas 35 tahun juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun
tubuh mulai menurun dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa
Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Tri Wahyu
(2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia salah satunya usia.
Dalam penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun menduduki posisi
II Usia termasuk dalam salah satu faktor tersebut. Dalam hal ini, lamanya
keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu yang di pandang dari segi
perkembangan anatomi dan fisiologisnya apakah sama atau tidak, hal ini
kandungan protein, zat besi yang cukup tinggi. Kecukupan besi dalam tubuh,
minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup
besi untuk setiap individu sehingga dapat terhindar dari anemia defisiensi
besi. Metabolisme dalam tubuh, Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari
c. Aktivitas
otot meningkat, oksigen yang cukup sedangkan oksigen sendiri dibawa oleh
hemoglobin. Jika aktivitas yang dikerjakan berat maka pembentukan
d. Paritas
yang dialami oleh kelompok paritas 3 keatas lebih tinggi dari pada kelompok
melahirkan. Jumlah zat besi berkurang hingga sebesar kurang lebih 250 mg
setiap kali wanita melahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Jumlah Paritas dan Umur Kehamilan dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil”
dari data ini dapat dilihat bahwa lebih dari 3 kali jumlah paritas pada ibu
hamil dan anemia sebesar 66,7%, tidak anemia sebesar 33,3%. Sedangkan
jumlah paritas ibu hamil ≥ 3 kali dan anemia sebesar 34,8%, tidak anemia
sebesar 65,2%. Menurut hasil uji korelasi rank spearman didapatkan nilai p
value 0,044 < 0,05 lalu correlation coefficient yang diperoleh sebesar 0,217
e. Penyakit kronis
diare serta dapat menurunkan nafsu makan. Penyakit kronis seperti TBC,
diare juga berpengaruh terhadap kehilangan zat besi dalam tubuh serta
f. Status Gizi
gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan
total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat
lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Gultom, 2003 dalam
antara Indeks Massa Tubuh dengan anemia, Indeks Massa Tubuh kurus
memiliki resiko 1,4 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja
bahwa defisiensi besi juga dapat terjadi 2-4 kali pada wanita obesitas. Hal
C. Konsep Usia
1. Pengertian Usia
dalam satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang
(Dorland, 2010).
maternal age atau usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian
yang hamil muda belum bias memberikan suplai makanan dengan baik dari
atau remaja (di bawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin
belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap
Umur pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk
menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya
dapat terjamin. Begitu juga kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan
D. Konsep Paritas
1. Pengertian
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup
perineum. Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami robekan perineum daripada ibu dengan paritas
lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh
kepala bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang (Wiknjosastro,
2012)
2. Penentuan Paritas
dan bukan dari jumlah bayi yang dilahirkan. Oleh itu, paritas tidak lebih besar
apabila yang dilahirkan adalah janin tunggal, kembar, atau kuintuplet, atau
lebih kecil apabila janin lahir mati (Cunningham et al, 2010). Paritas adalah
sebelumnya. Angka yang pertama merupakan jumlah angka janin yang masih
hidup, ditambah dengan angka janin yang hidup selepas 24 minggu gestasi.
3. Klasifikasi Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup
(viable). Jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu :
a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu
hidup
b. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang telah
c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih
d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.
Pada
dan
dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat tersebut atau keadaan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Azizah,
2011).
Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan fisik yang merupakan hasil
dari konsumsi, absorbsi, dan utilasi berbagai macam zat gizi baik makro
maupun mikro (Mutalazimah, 2005). Status gizi ibu sebelum dan selama
status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan
besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Dengan kata lain, kualitas bayi yang dilahirkan sangat bergantung
pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Kartikasari, 2011).
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur
status gizi masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.
Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat
rawan, hal ini ditandai masih tingginya angka kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan karena anemia gizi dan KEK selama masa kehamilan
(Yuliastuti, 2014).
kebutuhan gizinya.
ibu hamil :
a. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh
a. Faktor Primer
zat gizi tidak cukup atau berlebihan. Hal ini disebabkan karena konsumsi
bagi anggota kelurga berkaitan dengan keadaan sosial dan ekonomi dari
wilayah tertentu.
3) Pengetahuan tentang pentingnya zat gizi untuk kesehatan rendah
adalah kesukaan seseorang pada makanan jeroan, maka hal ini dapat
menjadi kebiasaan dan memiliki dampak buruk pada status gizi yang
dimilikinya.
b. Faktor sekunder
seseorang yang mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup tetapi zat gizi
adanya gangguan pada fungsi organ hati (liver), penyakit kencing manis,
LLA kurang dari 23,5 cm. Akibat lanjutan dari LLA kurang dari 23,5
cm : dalam hal ini ibu masuk dalam kategori risiko KEK. Ibu hamil yang
menderita KEK mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada
trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil LLA kurang dari 23,5
cm, mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
selama hamil. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relative sedikit,
yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat selama trimester II dan III
hingga 6,3 mg sehari. Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan
besi dan dari peningkatan jumlah presentasi besi yang terserap melalui saluran
cerna. Namun, jika cadangan ini sangat sedikit sementara kandungan dan
serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi
pada masa ini sangat penting. Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah
diserap disbandingkan dengan zat besi dalam bentuk ferri (Arisman, 2010).
Tablet zat besi yang banyak tersedia, mudah didapat, murah, serta
khasiatnya paling efektif ialah ferro sulfat, ferro glukonat, dan ferro fumarat.
Ibu hamil biasanya tidak hanya diberi suplementasi zat besi tetapi juga asam
folat. Dosis pemberian asam folat sebesar 500 µg dan zat besi sebanyak 120
mg. Respons positif terhadap pemberian suplemen zat besi dan asam folat
dapat dilihat dari peningkatan kadar hemoglobin sebesar 0,1 gr/dl sehari mulai
zat besi tiga kali sehari akan meningkatkan kadar hemoglobin paling sedikit
Untuk menentukan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain :
a. Penilaian Klinis
epitel atau bagian tubuh lain terutama pada mata, kulit, dan rambut.
Selain itu, pengamatan juga dapat dilakukan pada bagian tubuh yang
dapat diraba dan dilihat atau bagian tubuh lain yang terletak dekat
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Cara ini relative murah dan tidak
b. Penilaian Biokimia
perubahan status gizi lebih dini pada lansia, seperti hiperlidemia, kurang
kalori protein, dan anemia defisiensi besi (Fe) dan asam folat (Fatmah,
2010).
c. Biofisik
d. LiLA
Ukuran lingkar lengan atas digunakan untuk mengetahui risiko KEK pada
wanita usia subur. Ukuran lingkar lengan atas tidak dapat digunakan
mengukur lingkar lengan atas. Batas imbang lingkar lengan atas untuk
1) Jika ukuran LLA sama atau lebih dari 23,5 cm, wanita tergolong
2) Jika ukuran LLA kurang dari 23,5 cm, wanita tergolong status gizi
kurang artinya menderita KEK. Akibat KEK pada wanita usia subur
Faktor risiko diet dibagi dalam dua kelompok, yaitu risiko selama hamil
dan risiko selama perawatan (antenatal). Risiko yang pertama adalah usia
dibawah 18 tahun, berat badan 120% dari berat badan baku, dan terlalu
e. Antropometri
Adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi
tubuh secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan.
Pengukuran dilakukan meliputi berat badan, lingkar lengan atas dan tebal
lemak bawah kulit dan khusus pada lansia adalah pola distribusi lemak.
pola distribusi lemak) dan jenis kelamin perlu ditekankan disini bahwa
bersifat cukup objektif dan terpercaya. Penilaian status gizi lansia diukur
dengan antropometri atau ukuran tubuh, yaitu tinggi badan (TB) dan berat
yang telah lalu dan keadaan saat ini, serta menggambarkan keadaan
dan jenis kelamin, tetapi kurang dipengaruhi oleh tinggi badan. Bentuk
menurut IOM (2009) bahwa IMT kurang jika <18,5 Kg/m2 harus
memiliki kenaikan BB dengan rentang 12,5-18 Kg. Ibu hamil dengan IMT
mencapai 11,5-16 Kg. IMT lebih jika 25-29,9 Kg/m2 dengan kenaikan
berat badan hanya 7-11,5 Kg, dan IMT obesitas Jika >30 Kg/m2 dengan
badan dengan tinggi badan kuadrat dalam satuan meter dengan rumus
usia yang ideal untuk mengalami kehamilan akan tetapi, diusia ini pula banyak
menjadi alasan utamanya. Dalam usia reproduksi yaitu 20-35 tahun tubuh akan
mudah kehilangan zat besi oleh banyak sebab yaitu haid dan nifas, jika dalam usia
menjadi salah satu faktor pencetus untuk ibu dalam usia reproduksi mengalami
Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Tri Wahyu
(2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia salah satunya usia. Dalam
penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun menduduki posisi tertinggi yaitu
bahwa karakteristik usia ibu hamil di puskesmas Godean II Usia termasuk dalam
salah satu faktor tersebut. Dalam hal ini, lamanya keberadaan seseorang diukur
dalam satuan waktu yang di pandang dari segi kronologik, dan memperlihatkan
apakah sama atau tidak, hal ini merupakan definisi usia. Usia reproduksi (20-
pembuluh darah menjadi rusak lalu pada pembuluh darah dan dinding uterus juga
hal ini menyebabkan risiko anemia akan mudah dialami oleh ibu yang mengalami
kehamilan yang ketiga. Oleh karena itu, jumlah paritas mempengaruhi kejadian
anemia, karena pada saat wanita melahirkan, maka risiko kehilangan darah
semakin meningkat akibatnya kadar hb menurun. Jumlah zat besi akan berkurang
0,05% dengan nilai p = 0,03 < α 0,05, sehingga Ho gagal ditolak. Dengan begitu,
paritas dengan kejadian anemia pada Ibu hamil di Puskesmas Trauma Center
Samarinda.
bahwa jumlah paritas responden terbanyak adalah jumlah paritas 2-4 sejumlah 36
responden (64%) dan hasil uji statistik didapatkan nilai hitung X² = 14.761 dan p
= 0.005, 95%=0.006 – 0.01 dan nilai chi square tabel 9,448. Hal ini menunjukkan
nilai chi square hitung lebih besar dari nilai tabel sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang berarti antara paritas ibu hamil dengan tingkat anemia.
H. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil
dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2
& 3 (Wiknjosastro, 2012). Anemia yang paling sering terjadi dalam kehamilan
dan persalinan adalah anemia defisiensi zat besi yaitu anemia akibat
kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur
kurang gizi (Proverawati, 2011). Anemia disebabkan kurang gizi karena asupan
gizi yang dikonsumsi ibu hamil tidak adekuat. Ibu yang sedang hamil
protein, lemak) dan zat gizi mikro (zat besi, yodium, vitamin) (Adriani &
Wirjatmadi, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar, Azhari, & Syukur (2018) bahwa
terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) bahwa ada hubungan status gizi
dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Hj Sri Sulasmiati,SST
Usia
Pola Konsumsi
Makanan
Aktivitas
Paritas
Status Gizi
Keterangan :
:Diteliti
: Tidak Diteliti
A. Kerangka Konsep
yang menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang akan
Usia
Paritas Anemia
Status Gizi
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Untuk membatasi
ruang lingkup atau pengertian variabel diamati atau diteliti perlu sekali variabel
tersebut diberi batasan. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk
2010).
3. Statu
s Adalah Ti 0= Gizi Ordi
G keadaan m Kurang n
i status b jika a
z gizi a IMT l
i seseoran n <18,5
g yang g cm
diukur a 1 = Gizi
dengan n lebih/o
indeks besitas
masa B jika
tubuh B IMT
(IMT) ≥25
d 2 = Gizi
a Normal
n jika
IMT
M 18,5-
e 24,9
t
e
r
a
n
T
B
4. Ane
m Adalah Cek 0 : Anemia Ordi
i jumlah L jika Hb n
a pigmen a <11 gr/ a
sel darah b dl l
merah 1 : Tidak
yang anemia,
membaw jika Hb
a ≥ 11
oksigen gr/dl
di dalam
darah
yang
diketahui
melalui
pemeriks
aan
darah/lab
oratoriu
m.
C. Hipotesis
Ho1 : Tidak ada hubungan usia dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Ha1 : Ada hubungan usia dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Ho2 : Tidak ada hubungan paritas dengan anemia pada ibu hamil di
Ha2: Ada hubungan paritas dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Ho3: Tidak ada hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil di
Ha3: Ada hubungan status gizi dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
lintang). Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada
waktu yang bersamaan (sekali waktu). Sehingga variabel dependen dan variabel
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu.
2. Waktu Penelitian
2022.
1. Populasi
(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada saat penelitian adalah semua ibu hamil
2. Sampel
n= N
1 + N (d)2
n = 236
1 + 236 (0,1)2
n= 236
3,36
N=71 Responden
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
Adapun kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
2. Di periksa hemoglobin
3. Trimester 3
D. Instrument Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang
mengetahui usia, paritas, data status gizi dan anemia serta lembar format
pada ibu hamil dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
sehingga didapatkan nilai IMT ibu hamil, sedangkan paritas, dan usia ditanya
langsung kepada responden. Kondisi anemia pada ibu hamil diketahui melalui
hasil laboratorium.
2. Pengolahan Data
a. Editing
d. Entry Data
Data yang telah diberi kode kemudia diolah kedalam computer melalui
program SPPS.
e. Cleaning Data
sehingga dapat diperbaiki dan nilai (skor) yang ada sesuai dengan
3. Analisa data
a. Analisis Univariat
F
P= x 100%
n
Keterangan :
b. Analisis Bivariat
digunakan adalah tabel silang. Pada penelitian ini analisis bivariat yaitu
untuk mengetahui hubungan usia, paritasm status gizi dengan kejadian
1) Jika p≤0,05 maka secara statistik ada hubungan usia dengan kejadian
Tahun 2022.
4) Jika p>0,05 p maka secara statistik tidak ada hubungan paritas dengan
5) Jika p≤0,05 maka secara statistik ada hubungan status gizi dengan
6) Jika p>0,05 p maka secara statistik tidak ada hubungan status gizi
dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat
penelitian hal ini diajukan kepada Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu. Setelah
1. Informed Consent
Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, serta menjelaskan
manfaat yang akan diperoleh bila bersedia menjadi responden. Tujuan responden
agar mengetahui dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika subjek
2. Anonymity
responden melainkan hanya kode nomor atau inisial pada lembar pengumpulan
data yang diisi oleh responden sehingga identitas responden tidak diketahui
publik.
3. Confidential
Selain itu kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan
BAB V
A. Hasil Penelitian
ibu hamil.
2. Jalannya Penelitian
adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah sampel 71 responden dan
penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada seluruh
data usia, paritas, status gizi. Data sekunder diperoleh dengan cara melihat data
memberi kode pada data yang telah dikumpulkan dan diperiksa ulang
cleaning yaitu proses pengecekan ulang data untuk melihat ada tidaknya
program SPSS untuk mendapatkan nilai p value dari setiap variabel yang
diteliti.
a. Analisis Univariat
variabel penelitian faktor usia, paritas, status gizi dengan anemia pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2022
Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Usia Pada Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022
Usia Frekuensi Persentase
(f) (%)
<20 th atau >35 th 10 14,1
Usia 20-35 th 61 85,9
Total 71 100
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Status Gizi Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu Tahun 2022
Status Gizi Frekuensi Persentase
(f) (%)
Gizi kurang 3 4,2
Gizi lebih/obesitas 10 14,1
Gizi Normal 58 81,7
Total 71 100
Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 71 responden, terdapat hampir seluruh
b. Analisis Bivariat
Tabel 5.5 Hubungan Usia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022
Ya Tidak
F % F % F %
<20 th atau 6 6 4 40 10 1 0,
>35 th
20-35 th 2 3 5 96 61 1
Total 8 1 6 88 71 1
Berdasarkan tabel 5.5 diatas bahwa dari 10 responden yang berusia <20
tahun atau kategori >35 tahun didapatkan lebih dari sebagian 6 (60%)
responden yang tidak mengalami anemia. Dari 61 responden dengan usia 20-35
anemia, dan hampir seluruh dari responden 59 (96,7) yang tidak mengalami
anemia.
artinya ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian anemia pada ibu
Tabel 5.6 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022
Total 8 1 6 8 7 1
responden 36 (94,7%) yang tidak mengalami anemia, dan hanya sebagian kecil
mengalami anemia.
artinya ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu
Tabel 5.7 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022
Berdasarkan tabel 5.7 diatas bahwa dari 3 responden yang mengalami gizi
anemia dan sebagian responden 5 (50%) yang tidak mengalami anemia. Dari 58
artinya ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada
B. Pembahasan
usia yang ideal untuk mengalami kehamilan akan tetapi, diusia ini pula banyak
menjadi alasan utamanya. Dalam usia reproduksi yaitu 20-35 tahun tubuh akan
mudah kehilangan zat besi oleh banyak sebab yaitu haid dan nifas, jika dalam
kehamilan menjadi salah satu faktor pencetus untuk ibu dalam usia reproduksi
optimal. Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan
kehamilan yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun
juga akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh mulai
(Fatkhiyah, 2018).
Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Tri Wahyu
(2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia salah satunya usia.
Dalam penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun menduduki posisi
tertinggi yaitu sebanyak 66 responden (73,3%). Dari data yang diperoleh hasil
termasuk dalam salah satu faktor tersebut. Dalam hal ini, lamanya keberadaan
seseorang diukur dalam satuan waktu yang di pandang dari segi kronologik,
anatomi dan fisiologisnya apakah sama atau tidak, hal ini merupakan definisi
yang dialami oleh kelompok paritas 3 keatas lebih tinggi dari pada kelompok
melahirkan. Jumlah zat besi berkurang hingga sebesar kurang lebih 250 mg
setiap kali wanita melahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Jumlah Paritas dan Umur Kehamilan dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil”
dari data ini dapat dilihat bahwa lebih dari 3 kali jumlah paritas pada ibu
hamil dan anemia sebesar 66,7%, tidak anemia sebesar 33,3%. Sedangkan
jumlah paritas ibu hamil ≥ 3 kali dan anemia sebesar 34,8%, tidak anemia
sebesar 65,2%. Menurut hasil uji korelasi rank spearman didapatkan nilai p
value 0,044 < 0,05 lalu correlation coefficient yang diperoleh sebesar 0,217
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur
status gizi masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.
Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat
rawan, hal ini ditandai masih tingginya angka kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan karena anemia gizi dan KEK selama masa kehamilan
(Yuliastuti, 2014).
selama hamil. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relative sedikit,
yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat selama trimester II dan III
hingga 6,3 mg sehari. Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan
besi dan dari peningkatan jumlah presentasi besi yang terserap melalui saluran
cerna. Namun, jika cadangan ini sangat sedikit sementara kandungan dan
serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi
pada masa ini sangat penting. Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah
diserap disbandingkan dengan zat besi dalam bentuk ferri (Arisman, 2010).
k. Gambaran distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar
hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia
disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
ringan jika kadar Hb 9-11gr/dl, anemia sedang jika kadar Hb 7-8 gr/dl, dan
anemia berat jika kadar Hb <7 gr/dl (Manuaba, 2007). Sehingga yang
dikatakan anemia jika kadar hemoglobin ≤11 gr/dl, dan tidak anemia jika
l. Hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
<20 tahun atau kategori >35 tahun didapatkan lebih dari sebagian 6 (60%)
responden yang tidak mengalami anemia. Dari 61 responden dengan usia 20-
mengalami anemia.
Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value = 0,000 < α = 0,05
artinya ada hubungan bermakna antara usia dengan kejadian anemia pada ibu
usia 20-35 merupakan kelompok usia yang ideal untuk mengalami kehamilan
akan tetapi, diusia ini pula banyak risiko komplikasi terhadap kehamilan.
Kondisi biologis maupun psikologis ibu menjadi alasan utamanya. Dalam usia
reproduksi yaitu 20-35 tahun tubuh akan mudah kehilangan zat besi oleh
banyak sebab yaitu haid dan nifas, jika dalam usia ini mengalami kehamilan,
tuntutan pemenuhan zat besi didalam kehamilan menjadi salah satu faktor
Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wiwin Tri Wahyu (2016), ada banyak faktor yang mempengaruhi anemia
salah satunya usia. Dalam penelitian Wiwin Tri (2016), usia 20-35 tahun
puskesmas Godean II Usia termasuk dalam salah satu faktor tersebut. Dalam
hal ini, lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu yang di
tidak, hal ini merupakan definisi usia. Usia reproduksi (20-35tahun) bila
mengalami anemia.
Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value = 0,016 < α = 0,05
artinya ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kehamilan yang sering terjadi
atau berulang dapat membuat pembuluh darah menjadi rusak lalu pada
risiko anemia akan mudah dialami oleh ibu yang mengalami kehamilan yang
karena pada saat wanita melahirkan, maka risiko kehilangan darah semakin
meningkat akibatnya kadar hb menurun. Jumlah zat besi akan berkurang kira-
Exact dengan taraf signifikasi α = 0,05% dengan nilai p = 0,03 < α 0,05,
Selain itu sejalan dengan hasil penelitian Purwandari Etpal (2018) yang
2-4 sejumlah 36 responden (64%) dan hasil uji statistik didapatkan nilai
hitung X² = 14.761 dan p = 0.005, 95%=0.006 – 0.01 dan nilai chi square
tabel 9,448. Hal ini menunjukkan nilai chi square hitung lebih besar dari nilai
tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang berarti antara
mempengaruhi kejadian anemia selain dari paritas seperti usia dan status gizi,
dilakukan oleh Sari, Yarmaliza, & Zakiyuddin (2022) bahwa ada pengaruh
Asupan zat besi (Fe) (p value = 0,026), Tingkat pendapatan (p value = 0,015),
anemia ibu hamil. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa semua variabel
n. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2022
gizi kurang terdapat 2 (66,7%) responden yang mengalami anemia, dan hanya
Hasil uji statistic chi-square didapat nilai ρ value = 0,000 < α = 0,05
artinya ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2022.
hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr%
terjadi dalam kehamilan dan persalinan adalah anemia defisiensi zat besi
yaitu anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena
kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan dan gangguan reabsorbsi
(Proverawati, 2011).
karena asupan gizi yang dikonsumsi ibu hamil tidak adekuat. Ibu yang
makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (zat besi, yodium,
anemia pada ibu hamil trimester III di Klinik Aminah Amin Samarinda Tahun
2018. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) bahwa ada hubungan status
gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPS Hj Sri
Madiun.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
1. Sebagian kecil 10 (14,1%) responden berusia <20 tahun atau >35 tahun di
Tahun 2022
5. Ada hubungan usia dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas
6. Ada hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas
7. Ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil Puskesmas
B. Saran
3. Teoritis
4. Praktis
h. Bagi Peneliti
anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. 2018. Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Jakarta.
Amalia. 2018. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta,
Rineka Cipta.
Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC.
Arisman, 2014, Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi, Jakarta, EGC.
Atikah Proverawati, 2018. Anemia dan anemia kehamilan. Penerbit Buku Nuha
Medika. Yogyakarta.
Bobak, I. M. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (ed. 4), Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Demmouche A, Khelil S, and Moulessehoul S. “Journal An Epidemiologic Study :
Anemia Among Pregnant Women in the Sidi Bel Abbes Region (West
Algeria)”. Journal of Blood Disorders and Transfusion 2:113. 2011
Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku.
Kedokteran EGC;
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Kartini. 2016. Hubungan Cara konsumsi tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil. Journal of Nutrition College. Volume 3. Di akses tanggal 25
Februari 2022.
Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI. Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2010. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri &
Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Meidila, P. 2017. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil
Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe.Yogyakarta. Diakses tanggal 20 Februari
2022.
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sari, Yarmaliza, & Zakiyuddin. 2022. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Samadua Kecamatan
Samadua Kabupaten Aceh Selatan. http://jurnal.utu.ac.id/JURMAKEMAS
Siregar, Azhari, & Syukur. 2018. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada
ibu hamil trimester III di Klinik Aminah Amin Samarinda Tahun 2018.
Jurnal Husada Mahakam. Volume IV No. 8 Mei 2019, Hal 492-504
Sloane E. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Sofro, A.S.M. 2012. Darah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta:
Nuha Medika
Sulistioningsih. 2018. Kejadian Anemia Pada Kadar Hemoglobin. EGC : Jakarta.
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha.
Ilmu.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Yuli, Aspiani, Reni. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Trans Info Media
Yuliatin, 2018. Kehamilan. Jilid I. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Usia :
bersedia menjadi responden untuk penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan
Kesediaan saya menjadi responden atas kesediaan saya sendiri dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun karena saya memahami bahwa data dan informasi yang
saya berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluaan
penelitian demi pengembangan ilmu keperawatan serta tidak akan merugikan bagi
saya.
Bengkulu...........................2022
Responden
( )
Kepada Yth.
Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Ilmu Keperawatan FIKes
NPM : 18230025
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2022. Bersama ini peneliti mohon kesediaan ibu hamil menjadi responden dan
ucapkan terimaksih.
Bengkulu, 2022
TTD
Peneliti
LEMBAR KUISIONER
Nomor Responden :
Nama :
Umur :
Paritas :
Nulipara
Primipara
Multipara
Grandemultipara
TB :..............................cm
IMT :
Statistics
N Valid 71 71 71 71
Missing 0 0 0 0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Nullipara 17 24 24 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Anemia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Cases
Anemia
Total Count 8 63 71
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 71
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.
N of Valid Cases 71
Crosstabs
Cases
Anemia
Nullipara Count 1 16 17
Total Count 8 63 71
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 71
Symmetric Measures
N of Valid Cases 71
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Anemia
Total Count 8 63 71
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 71
Chi-Square Tests
Symmetric Measures
N of Valid Cases 71
DOKUMENTASI PENELITIAN