Anda di halaman 1dari 100

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP

TERJADINYA OVERLOAD CAIRAN PADA PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK DIRUANGAN HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh :

Junasih
NIM. 19142012016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
2021
HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP
TERJADINYA OVERLOAD CAIRAN PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK DIRUANGAN HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Program Sarjana Keperawatan

Oleh :

Junasih
NIM. 19142012016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
2021
i
ii
iii
iv
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKes YPIB MAJALENGKA

Skripsi, 27 September 2021

JUNASIH

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP


TERJADINYA OVERLOAD CAIRAN PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK DIRUANGAN HEMODIALISA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2021
xvi + 57 halaman + 9 Tabel + 2 Diagram + 8 Lampiran

ABSTRAK

Gagal ginjal kronik secara progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu
persatu yang secara bertahap menurunkan keseluruhan fungsi ginjal (Lukman,
2013). Tahun 2020 tercatat sebanyak 181 pasien hemodialisis yang melakukan
hemodialisis seminggu 2x secara rutin (Rekam Medik RSUD Kab. Subang, 2020).
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui Hubungan Kepatuhan
Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Subang Tahun 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian merupakan
penelitian deskriptif korelasional, dengan desain crossectional. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 33 responden, pengambilan data dengan teknik
accidental sampling. Pengumpulan data berupa data primer. Hasil penelitian
menunjukkan sebesar 67,5% dengan adanya overload cairan, sebesar 57,5%
dengan pembatasan cairan tidak patuh di ruangan Hemodialisa Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Subang Tahun 2021. Hasil. Terdapat hubungan antara
kepatuhan pembatasan cairan dengan overload cairan pada pasien gagal ginjal
kronik. Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,001 (p.Value> 0,05).
Saran dari hasil penelitian ini adalah membuat daftar diet dan pembatasan cairan
yang lebih ketat serta memberikan edukasi terhadap pasien gagal ginjal kronik
yang sedang melakukan hemodialisa, serta mengali informasi lebih dalam
sehingga kenapa pasien tidak mengikuti instruksi yang diberikan sehingga
mengalami overload cairan dan meningkatkan tingkat kepatuhan pasien gagal
ginjal terhadap pembatasan cairan.

Kata Kunci : Kepatuhan, Overload Cairan.

v
BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM
STIKes YPIB OF MAJALENGKA

Research, September 27, 2021

JUNASIH

THE RELATIONSHIP OF LIQUID LIMITATION COMPLIANCE WITH


FLUIDS OVERLOAD IN FAILED PATIENTS CHRONIC KIDNEY IN
HEMODIALIZATION ROOM SUBANG REGENCY 2021
xvi + 57 pages + 9 Tables + 2 Diagrams + 8 Attachments

ABSTRACT

Chronic kidney failure progressively loses its nephron kidney function one by one
which gradually decreases overall kidney function (Lukman, 2013). In 2020 there
were 181 hemodialysis patients who did hemodialysis 2x a week on a regular
basis (Medical Record of Subang District Hospital, 2020). The general purpose of
this study was to determine the relationship between compliance with fluid
restrictions and the occurrence of fluid overload in patients with chronic kidney
failure in the hemodialysis room at the Subang Regency General Hospital in
2021. The method used in this research is a descriptive correlational research,
with a cross-sectional design. The sample in this study as many as 33
respondents, data collection by accidental sampling technique. Data collection in
the form of primary data. The results showed 67.5% with fluid overload, 57.5%
with non-adherent fluid restrictions in the Hemodialysis room at Subang Regency
General Hospital in 2021. Results. There is a relationship between compliance
with fluid restriction and fluid overload in patients with chronic renal failure. The
results of the Chi Square statistical test are known to be p.Value = 0.001
(p.Value> 0.05). Suggestions from the results of this study are to make a diet list
and stricter fluid restrictions and provide education to chronic kidney failure
patients who are undergoing hemodialysis, as well as dig deeper information so
that why patients do not follow the instructions given so that they experience fluid
overload and increase the level of patient compliance. renal failure to fluid
restriction.

Keywords: Compliance, Fluid Overload.

vi
Persembahan

vii
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Junasih


Tempat/Tanggal lahir : Subang, 14 Desember 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Kebangsaan : Sunda / Indonesia
Alamat : Kp. Handiwung RT 020/07 Ds. Gembor Kec.
Padagen Kab. Subang
Email : jujujunasih82@yahoo.com
No. HP : 081322074942
Alamat Kantor : Jl Brigjen Katamso No 37 Kab. Subang
Pendidikan
1. SDN Budi Karya : Tahun 2003
2. SMPN 1 Pagaden : Tahun 2006
3. SMAN PGRI 1 Subang : Tahun 2009
4. D III Keperawatan Pemda Subang : Tahun 2012
5. S 1 Keperawatan STIKes YPIB : Tahun 2019 sd sekarang
Majalengka

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi. Penulisan Skripsi ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana dalam

bidang Keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Skripsi ini. Oleh

karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. H. Jejen Nurbayan, S.Sos, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol

Majalengka;

2. Dr. Wawan Kurniawan, SKM., S.Kep., Ners., M.Kes, selaku Ketua STIKes

YPIB Majalengka;

3. Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Ka. Prodi S 1 Keperawatan

STIKes YPIB Majalengka;

4. Eti Rohayati, SKM., S.Kep., MH.Kes, selaku dosen pembimbing utama yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan Skripsi ini;

5. Merlly Amalia, SST., M.Kes dosen pembimbing pendamping yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan Skripsi ini

6. dr. H. Achmad Nasuhi, selaku Direktur RSUD Kabupaten Subang yang telah

memberikan ijin pengambilan data awal dan ijin penelitian;

ix
7. Edi Suryadi, S.Kep., Ners, selaku Kepala Ruang Haemodialisa RSUD

Kabupaten Subang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh

data yang saya perlukan serta memberikan ijin penulisan Skripsi;

8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral; dan

9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala

kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan

Majalengka, 30 September 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL SKRIPSI ................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

1. Tujuan Umum ........................................................................ 6

2. Tujuan Khusus ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6


xi
1. Manfaat Praktis ...................................................................... 6

2. Manfaat Teoritis ..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepatuhan ..................................................................................... 8

1. Pengertian Kepatuhan .............................................................. 8

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ...................... 9

3. Pengukuran Kepatuhan ............................................................ 11

B. Konsep Gagal Ginjal Kronik ........................................................ 11

1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik .............................................. 11

2. Etiologi .................................................................................... 12

3. Manifestasi Klinis .................................................................... 13

4. Stadium Gagal Ginjal Kronik .................................................. 15

5. Patofisiologi ............................................................................. 15

6. Penatalaksanaan ....................................................................... 17

7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 24

8. Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal dengan Hemodialisis ............ 25

C. Konsep Keseimbangan Cairan ..................................................... 26

1. Distribusi Cairan Tubuh .......................................................... 26

2. Pengaturan Cairan Tubuh ........................................................ 26

3. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ..................... 28

D. Overload Cairan ........................................................................... 29

1. Pengertian Overload/Hipervolemia ......................................... 29

2. Etiologi .................................................................................... 29

xii
3. Patofisiologi ............................................................................. 30

4. Manifestasi Klinis .................................................................... 30

E. Penelitian yang Relevan ............................................................... 33

F. Kerangka Teori ............................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ....................................................................... 34

1. Visualisasi Kerangka Konsep ............................................... 34

2. Variabel Penelitian ................................................................ 34

B. Hipotesis ..................................................................................... 36

C. Definisi operasional ................................................................... 36

D. Metode Penelitian ...................................................................... 37

1. Desain Penelitian ................................................................... 37

2. Populasi dan Sampel ............................................................. 37

3. Cara Pengambilan Data ......................................................... 39

4. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 39

5. Tenaga Pengumpulan Data ................................................... 39

6. Instrument Penelitian ............................................................ 40

7. Pengolahan Data..................................................................... 42

8. Teknik Analisis Data ............................................................. 42

9. Etika Penelitian ..................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 46

B. Pembahasan .................................................................................. 49

xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 56

B. Saran ............................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan Derajat Penyakitnya 15

Tabel 2.2 Penatalaksanaan Penyakit Gagal Ginjal Kronik Sesuai denga

Derajatnya ....................................................................................................... 23

Tabel 2.3 Kisaran Hubungan Cairan Harian Orang Dewasa ......................... 27

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 36

Tabel 3.2 Tabel Distribusi Univariat .............................................................. 43

Tabel 3.3 Tabel Distribusi Bivariat ................................................................ 44

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Overload Cairan ................................. 46

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Kepatuhan............................................ 47

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Hubungan Overload Cairan dengan

Kepatuhan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik .................................................. 48

xv
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 33

Diagram 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 34

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Akademik

Lampiran 2 Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 3 Jadual Penelitian

Lampiran 4 Persetujuan Responden Penelitian

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Hasil Penelitian

Lampiran 7 Master Tabel Penelitian

Lampiran 8 Lembar Monitoring

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah

berbagai macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik

keduanya tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan

ekstetoriknya untuk mempertahankan homeostatis. Gagal ginjal kronik secara

progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu persatu yang secara bertahap

menurunkan keseluruhan fungsi ginjal (Lukman, 2013).

Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan

menjadi masalah kesehatan serius, hasil penelitian Global Burden of

Disease tahun 2010, Penyakit Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian

peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada

tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan

dengan dialisis atau transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-

benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk di dunia

mengalami Penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun karena

tidak mempunyai akses untuk pengobatan. Pada tahun 2011 sekitar 113.136

pasien di Amerika Serikat mengalami End Stage Renal Disease (ESDR),

penyebab utamanya adalah diabetes dan hipertensi dengan jumlah kasus

terbanyak ditemukan pada usia lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika

Serikat risiko 2,3 kali mengalami PGK bagi orang yang mengonsumsi cola dua

1
2

gelas atau lebih per hari (Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

menunjukkan prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter di

Indonesia sebesar 0,2% (2013) meningkat pada tahun 2018 sebesar 0,38%.

Prevalensi tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara sebesar 0,64% dan terkecil di

Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,18%. Dibagi berdasarkan kelompok umur

15,24 tahun sebesar 0.13%, 25-34 tahun sebesar 0,23%, 35-44 tahun sebesar

0,33%, 45-54 tahun sebesar 0,56%, 55-64 tahun 0.72%, dan kelompok umur,

65-74 tahun sebesar 0,82%, serta kelompok umur 75+ sebesar 0,75%.

Berdasarkan jenis kelamin terbagi atas laki-laki sebesar 0,42% dan perempuan

0,35% (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

menunjukkan prevalensi gagal ginjal kronis di provinsi Jawa Barat berdasarkan

diagnosis dokter di Indonesia sebesar sebesar 0,48%. Dibagi berdasarkan

kelompok umur 15,24 tahun sebesar 26,53%, 25-34 tahun sebesar 8,36%, 35-

44 tahun sebesar 18,88%, 45-54 tahun sebesar 19,01%, 55-64 tahun 30,15%,

65-74 tahun sebesar 14,11% dan kelompok umur 75+ sebesar 15,96%.

Berdasarkan jenis kelamin terbagi atas laki-laki sebesar 13,05% dan

perempuan 27,04% (Kemenkes RI, 2019).

Persentase diagnosa penyakit utama pasien hemodialisis di Indonesia

tahun 2014 menunjukkan pasien gagal ginjal terminal/ESRD merupakan pasien

terbanyak dengan 84% diikuti dengan pasien gagal ginjal akut/ARF sebanyak

9%. Data pasien baru dan pasien aktif yang menjalani hemodialisis di
3

Indonesia dari tahun 2007-2014 jumlah pasien baru terus meningkat dari tahun

ke tahun, tetapi pasien yang kemudian masih aktif pada akhir tahunnya tidak

bertambah sejalan pertambahan pasien baru. Jumlah pasien baru terbanyak

pada tahun 2012 sebanyak 19.621 pasien, tahun 2013 sebanyak 15.128 pasien,

dan pada tahun 2014 meningkat 17.193 pasien (Perkumpulan Nefrologi

Indonesia, 2014).

Data yang diperoleh dari rekam medik ruang Hemodialisis RSUD

Kabupaten Subang pada tahun 2020 tercatat sebanyak 181 pasien hemodialisis

yang melakukan hemodialisis seminggu 2x secara rutin (Rekam Medik RSUD

Kab. Subang, 2020). Sebagai data pembanding di RS AMN PTPN VIII

Kabupaten Subang pada tahun 2020 tercatat 124 orang dengan gagal ginjal

kronik dan harus melakukan hemodialisis (Rekam Medik RS AMN PTPN

VIII, 2020).

Pada penyakit ginjal tahap akhir urine tidak dapat dikonsentrasikan atau

diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit.

Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema di sekitar tubuh

seperti tangan, kaki, dan muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di rongga

perut disebut acites, sehingga penting bagi pasien hemodialisis dalam

mengontrol cairan guna mengurangi terjadinya kelebihan cairan. Selain itu

natrium dan cairan yang tertahan akan meningkatkan resiko terjadinya gagal

jantung kongestif. Pasien akan menjadi sesak akibat ketidakseimbangan

asupan zat oksigen dengan kebutuhan tubuh (Hirmawaty, 2014).

Terapi yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik yaitu dengan
4

terapi konservatif dan terapi pengganti. Terapi konservatif digunakan untuk

pasien gagal ginjal kronik dengan tingkat clieren dan kreatin 25 ml/menit. Bila

pasien gagal ginjal kronik sudah berada dalam tahap end stage renal disease

maka terapi pengganti ginjal menjadi satu-satunya jalan untuk

mempertahankan fungsi tubuh. Saat ini hemodialisa adalah merupakan terapi

pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlah penggunaannya

terus meningkat dari tahun ke tahun. Kesuksesan hemodialisa tergantung pada

kepatuhan pasien. Pada populasi pasien hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan

cairan antara 10% sampai 60%, ketidakpatuhan diet 2% sampai 57%, waktu

dialisis terhambat 19%, ketidakpatuhan obat 9%, pasien hemodialisa

mengalami kesulitan lebih tinggi dalam pengelolaan kontrol pembatasan

asupan cairan (Melianna, 2019).

Klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis yang

mengalami kegagalan dalam diet, pengaturan cairan dan pengobatan akan

memberikan dampak yang besar dalam morbiditas dan kelangsungan hidup

klien. Kegagalan dalam mengikuti pengaturan pengobatan akan berakibat fatal.

Dilaporkan lebih dari 50% pasien yang menjalani terapi hemodialisis tidak

patuh dalam pembatasan asupan cairan. Jika penderita gangguan ginjal tidak

tahu, dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang cepat (melebihi 5 %),

edema, ronkhi basah dalam paru-paru, kelopak mata yang bengkak dan sesak

nafas yang diakibatkan oleh volume cairan yang berlebihan dan gejala uremik

yang dapat mengancam keselamatan jiwa, terutama bagi mereka yang telah

berada pada tahap gagal ginjal kronik (Smeltzer & Bare, 2013).
5

Kepatuhan terhadap pengontrol diet dan pembatasan cairan merupakan

faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan

kesejahteraan pasien dengan hemodialisis kronis. Diantara semua manajemen

yang harus dipatuhi dalam terapi hemodialisis, pembatasan cairan yang paling

sulit untuk dilakukan dan paling membuat pasien stres dan depresi terutama

jika mereka mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membran mukosa

kering seperti diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan pasien berusaha

untuk minum. Banyak penelitian terhadap pasien-pasien hemodialisis yang

menunjukkan bahwa konsumsi cairan yang berlebih merugikan kelangsungan

hidup karena dapat menimbulkan penambahan berat badan interdialitik atau

Interdialytic Weight Gain (IDWG) lebih besar dari 5,7% dari berat badan

kering mereka, memiliki resiko 35% lebih tinggi terhadap kematian (Price

&Wilson, 2015).

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti ingin mengetahui apakah

ada Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload

Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik diruangan Hemodialisa Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Subang Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian

ini adalah “Adakah Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap

Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Diruangan

Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang Tahun 2021”?.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan

Terhadap Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang

Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal

ginjal kronik diruangan hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Subang Tahun 2021

b. Mengetahui gambaran terjadinya overload cairan pada pasien gagal

ginjal kronik diruangan hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Subang Tahun 2021.

c. Mengetahui Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap

Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang

Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dalam bidang keilmuan diharapkan penelitian ini bisa

dijadikan tambahan bahan referensi mengenai pendidikan, terutama

mengenai hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap terjadinya


7

overload cairan pada pasien gagal ginjal kronik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru

dalam melakukan penelitian serta dapat mengetahui hubungan kepatuhan

pembatasan cairan terhadap terjadinya overload cairan pada pasien gagal

ginjal kronik.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan

bagi pihak rumah sakit khususnya perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien gagal ginjal kronik.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan profesi

keperawatan dan meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

keperawatan medikal bedah tentang gagal ginjal kronik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul

akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien

mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana

tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI, 2015).

Kepatuhan adalah prilaku individu (misalnya : minum obat, mematuhi

diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan

kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan

setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana (Kozier, 2011).

Sedangkan Sarafino (2016) mendefinisikan kepatuhan sebagai tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan oleh

dokternya. Dikatakan lebih lanjut, bahwa tingkat kepatuhan pada seluruh

populasi medis yang kronis adalah sekitar 20% hingga 60%.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

kepatuhan terhadap pengobatan adalah upaya dan perilaku individu

menunjukkan kesesuaian dengan peraturan atau anjuran yang diberikan oleh

profesional kesehatan untuk menunjang kesembuhannya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Notoatmodjo (2014) faktor yang mempengaruhi kepatuhan

8
9

terbagi menjadi :

a. Faktor predisposisi (faktor pendorong)

1) Kepercayaan atau agama yang dianut

Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang

dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap

agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa

serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara akan lebih baik.

Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi

oleh kepercayaan penderita dimana penderita yang memiliki

kepercayaan yang kuat akan lebih patuh terhadap anjuran dan

larangan kalau tahu akibatnya.

2) Faktor geografis

Lingkungan yang jauh atau jarak yang jauh dari pelayanan

kesehatan memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan.

3) Individu

a) Sikap individu yang ingin sembuh

Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu sendiri.

Keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatannya sangat

berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

b) Pengetahuan

Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak

terindentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa


10

dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol

terhadap kesehatannya.

b. Faktor reinforcing (faktor penguat)

1) Dukungan petugas

Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi penderita

sebab petugas adalah pengelola penderita yang paling sering

berinteraksi sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun

psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi

rasa percaya dan selalu menerima kehadiran petugas kesehatan

termasuk anjuran-anjuran yang diberikan.

2) Dukungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat

dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram

apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya karena

dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya

untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan baik, serta

penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan keluarga untuk

penunjang pengelolaan penyakitnya.

c. Faktor enabling (faktor pemungkin)

Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam memberikan

penyuluhan terhadap penderita yang diharapkan dengan prasarana

kesehatan yang lengkap dan mudah terjangkau oleh penderita dapat lebih

mendorong kepatuhan penderita.


11

3. Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan pembatasan terdiri dari pernyataan favorable

dan pernyataan unfavorable. Alat ukur sikap menggunakan skala likert

Selalu, Sering, Kadang-Kadang, Jarang, Tidak Pernah dengan kategori

favorable dan unfavorable. Kategori favorable Selalu (4) Sering (3), Jarang

(2), Kadang-Kadang (1), Tidak Pernah (0), sedangkan kategori unfavorable

Selalu (0) Sering (1), Jarang (2), Kadang-Kadang (3), Tidak Pernah (4).

Hasil ukur variabel kepatuhan pembatasan cairan terdiri dari dua kategori

yaitu patuh (T ≥ mean/median) dan tidak patuh (T < mean/median), sesuai

dengan standar kriteria objektif (Riduwan, 2015).

B. Konsep Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi

penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin &

Sari, 2012).

Penyakit ginjal kronik adalah keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal

progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia dan limbah

nitrogen lainnya yang beredar dalam darah, serta komplikasinya jika tidak

dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal (Nursalam & Batticaca, 2011).

Penyakit ginjal kronik merupakan akibat terminal destruksi jaringan


12

dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung secara berangsur – angsur

yang ditandai dengan fungsi filtrasi glomerulus yang tersisa kurang dari

25% (Kowalak, Weish, & Mayer, 2012).

Kesimpulan definisi penyakit ginjal kronik (PGK) berdasarkan

beberapa sumber diatas adalah suatu keadaan dimana terjadi kegagalan atau

kerusakan fungsi kedua ginjal untuk mempertahankan metabolisme,

keseimbangan cairan dan elektrolit serta lingkungan dalam yang cocok

untuk bertahan hidup sebagai akibat terminal dari destruksi atau kerusakan

struktur ginjal yang berangsur-angsur, progresif, ireversibel dan ditandai

dengan penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik), limbah nitrogen

lainnya yang beredar dalam darah dan fungsi filtrasi glomerulus yang tersisa

kurang dari 25% serta komplikasi dan berakibat fatal jika tidak dilakukan

dialisis atau transplantasi ginjal.

2. Etiologi

Menurut Suharyanto (2015), klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik

adalah sebagai berikut :

1. Penyakit infeksi tubulointerstisial : pielonefritis kronik atau refluks

nefropati.

Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat

terjadi akibat infeksi berulang dan biasanya dijumpai pada penderita

batu.

2. Penyakit peradangan : Glomerulonefritis

Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara


13

mendadak. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat peradangan

komplek antigen dan antibodi di kapiler-kapiler glomerulus.

Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel-sel

glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang

tidak membaik atau timbul secara spontan.

3. Penyakit vaskuler hipertensif : nefrosklerosiss benigna, nefrosklerosis

maligna, sterosis arterina renalis

4. Gangguan jaringan ikat : Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis

nodusa, sklerosis sistemik progresif

Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit radang atau inflamasi

multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan sistem

imun.

5. Gangguan congenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik asidosis

tubulus ginjal

6. Penyakit metabolic : diabetes milletus, gout, hiperparatiroidisme,

amiloidosis

7. Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik, nefropati timah

3. Manifestasi Klinis

Pada gagal ginjal kronis, setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi

uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala.

Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan

ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia pasien. Pada gagal ginjal

stadium 1, tidak tampak gejala- gejala klinis. Seiring dengan perburukan


14

penyakit, penurunan pembentukan eritropoitin menyebabkan kelitan kronis

dan muncul tanda-tanda awal hipoksia jaringan dan gangguan

kardiovaskuler. Dapat poliuria (peningkatan pengeluaran urine) karena

ginjal tidak mampu memekatkan urine seiring dengan pemburukan

penyakit. Pada ginjal stadium akhir, pengeluaran urine turun akibat GFR

rendah (Smeltzer & Bare, 2013).

Menurut Price & Wilson (2015), manifestasi klinis sistem tubuh pada

gagal ginjal kronik antara lain :

1. Sistem hematopoietik : anemia, cepat lelah, trombositopenia, ekimosis,

perdarahan.

2. Sistem kardiovaskular : hipervolemia, hipertensi, takikardi, disritmia,

gagal jantung kongestif, perikarditis.

3. Sistem pernapasan : takipnea, pernapasan kusmaul, halitosis uremik atau

fetor, sputum yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat,

hilar pneumonitis, edema paru.

4. Sistem gastrointestinal : anoreksia, mual dan muntah, perdarahan

gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan konstipasi.

5. Sistem neurologi : perubahan tingkat kesadaran, letargi, bingung, stupor

dan koma, kejang, tidur terganggu, asteriksis.

6. Sistem skeletal : osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi,

pertumbuhan lambat pada anak.

7. Kulit : pucat, pigmentasi, pruritus, ekimosis, lecet, uremic frosts.

8. Sistem perkemihan : haluaran urine berkurang, berat jenis urine menurun,


15

proteinuria, fragmen dan sel dalam urine, natrium dalam urine berkurang.

9. Sistem reproduksi : infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi,

amenorea, lambat pubertas.

4. Stadium Gagal Ginjal Kronik

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan Derajat


Penyakitnya

LFG
Derajat Penjelasan
(ml/mnt/1,73m2)
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
1 >90
meningkat

2 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun berat 15-29

<15 atau
5 Gagal ginjal tahap akhir
dialisis
Suharyanto (2015)

5. Patofisiologi

Menurut Price & Wilson (2015) selama gagal ginjal kronik, beberapa

nefron termasuk glomeruli dan tubula masih berfungsi, sedangkan nefron

yang lain sudah rusak dan tidak berfungsi lagi. Nefron yang masih utuh dan

berfungsi mengalami hipertrofi dan menghasilkan filtrat dalam jumlah

banyak. Reabsorpsi tubula juga meningkat walaupun laju filtrasi glomelurus

berkurang. Kompensasi nefron yang masih utuh dapat membuat ginjal

mempertahankan fungsinya sampai tiga perempat nefron rusak. Solut dalam

cairan menjadi lebih banyak dari yang dapat direabsorpsi dan


16

mengakibatkan diuresis osmotik dengan poluria dan haus.

Akhirnya, nefron yang rusak bertambah dan terjadi oliguria akibat sisa

metabolisme tidak diekskresikan. Tanda dan gejala timbul akibat cairan dan

elektrolit yang tidak seimbang, perubahan fungsi regulator tubuh, dan

retensi solut. Anemia terjadi karena produksi eritrosit juga terganggu

(sekresi eritropoietin ginjal berkurang). Pasien mengeluh cepat lelah,

pusing, dan letargi.

Hiperurisemia sering ditemukan pada pasien dengan ESRD. Fosfat

serum juga meningkat, tetapi kalsium mungkin normal atau dibawah

normal. Hal ini disebabkan ekskresi ginjal terhadap fosfat menurun. Ada

peningkatan produksi parathormon sehingga kalsium serum mungkin

normal.

Tekanan darah meningkat karena adanya hipervolemia, ginjal

mengeluarkan vasopresor (renin). Kulit pasien juga mengalami

hiperpigmentasi serta kulit tampak kekuningan atau kecoklatan. Uremic

frosts adalah kristal deposit yang tampak pada pori-pori kulit. Sisa

metabolisme yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal diekskresikan

melalui kapiler kulit yang halus sehingga tampak uremic frosts. Pasien

dengan gagal ginjal yang berkembang dan menjadi berat (tanpa pengobatan

yang efektif) dapat mengalami tremor otot, kesemutan betis dan kaki,

perikarditis dan pleuritis. Tanda ini dapat hilang apabila kegagalan ginjal

ditangani dengan modifikasi diet, medikasi dan atau dialisis.

Gejala uremia terjadi sangat perlahan sehingga pasien tidak dapat


17

menyebutkan awitan uremianya. Gejala azotemia juga berkembang,

termasuk letargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan

menurun, cepat marah dan depresi. Gagal ginjal yang berat menunjukkan

gejala anoreksia, mual, dan muntah yang berlangsung terus, pernapasan

pendek, edema pitting, serta pruritus.

Wanita dengan ESRD yang sudah berkembang mengalami perubahan

siklus menstruasi. Kemungkinan terjadi perdarahan di antara menstruasi

(ringan atau berat) atau menstruasi berhenti sama sekali. Perubahan pada

menstruasi dapat mengakibatkan infertilitas. Pria dapat mengalami kesulitan

ereksi. Apabila 80- 90% fungsi ginjal sudah hilang, pasien akan

menunjukkan kegagalan ginjal yang khas. Sekitar 30-70% dari pasien

dengan CRF mengalami hipertrigliseridemia. Aterosklerosis mungkin

terjadi sebagai akibat peningkatan rasio high-density lipoprotein (HDL).

6. Penatalaksanaan

Menurut Price & Wilson (2015) penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik

meliputi :

a. Pengendalian cairan

Perubahan kemampuan untuk mengatur air dan mengekskresi

natrium merupakan tanda awal gagal ginjal. Biasanya, pasien CRF

mengalami hipervolemia akibat ginjal yang tidak mampu

mengeksresikan natrium dan air. Namun, ada juga beberapa pasien

dengan CRF yang tidak mampu menahan natrium dan air sehingga

mengalami hipovolemia. Tujuan pengendalian cairan adalah


18

mempertahankan status normotensif (tekanan darah dalam batas normal)

dan status normovolemik (volume cairan dalam batas normal).

Pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik, sangat

perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema dan

komplikasi kardiovaskular. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat

seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun IWL. Dalam

melakukan pembatasan asupan cairan, bergantung dengan haluaran urin

dalam 24 jam dan ditambahkan dengan IWL, ini merupakan jumlah yang

diperbolehkan untuk pasien dengan gagal ginjal kronik yang mendapat

dialisis. Misalnya : jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24

jam adalah 400 ml, maka asupan cairan total dalam sehari adalah 400 +

500 ml = 900 ml (Smeltzer & Bare, 2013).

Makanan-makanan cair dalam suhu ruang (agar-agar, soup dan es

krim) dianggap cairan yang masuk. Pasien GGK yang mendapatkan

terapi hemodialisis harus mengatur asupan cairan, sehingga berat badan

yang diperoleh tidak lebih dari 1,5 kilogram diantara waktu dialisis.

Mengontrol asupan cairan merupakan salah satu masalah bagi pasien

yang mendapatkan terapi dialisis, karena dalam kondisi normal manusia

tidak dapat bertahan lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan

makanan. Namun bagi penderita penyakit gagal ginjal kronik harus

melakukan pembatasan asupan cairan untuk meningkatkan kualitas

hidupnya. Ginjal sehat melakukan tugasnya menyaring dan membuang

limbah dan racun ditubuh kita dalam bentuk urin 24 jam, apabila fungsi
19

ginjal terganggu maka terapi HD yang menggantikan tugas tersebut.

Mayoritas pasien yang mendapatkan terapi HD di Indonesia

dilakukan dialisis dalam 2 kali perminggu, dan 4-5 jam perkali dialisis,

itu artinya tubuh harus menanggung kelebihan cairan diantara dua waktu

terapi. Apabila pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan yang

terdapat dalam minuman maupun makanan, maka cairan akan menumpuk

di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh. Kondisi

ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja

jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-paru sehingga

membuat pasien mengalami sesak nafas, karena itu pasien perlu

mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam

tubuh. Pembatasan tersebut penting agar pasien tetap merasa nyaman

pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis (Smeltzer &

Bare, 2013).

Penambahan berat badan antara dua waktu dialisis merupakan salah

satu indikator kualitas bagi pasien HD yang perlu dikaji, sehingga dapat

digunakan untuk meningkatkan perawatan berkelanjutan diantara dua

waktu dialisis dan meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan cairan.

Kelebihan cairan yang terjadi dapat dilihat dari terjadinya penambahan

berat badan secara cepat. Penambahan berat badan 2% dari berat badan

normal merupakan kelebihan cairan ringan, penambahan berat badan 4%

merupakan kelebihan cairan sedang, penambahan 6% merupakan

kelebihan cairan berat (Price & Wilson, 2015).


20

Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam gagal

ginjal lanjut, karena rasa haus pasien merupakan panduan yang tidak

dapat diyakini mengenai keadaan hidrasi pasien. Berat badan harian

merupakan parameter penting yang dipantau, selain catatan yang akurat

mengenai asupan dan keluaran. Asupan yang terlalu bebas dapat

menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan intoksikasi cairan.

Asupan yang kurang dari optimal dapat menyebabkan dehidrasi,

hipotensi, dan pemburukan fungsi ginjal (Price&Wilson, 2015).

b. Pengendalian elektrolit

a) Hiperkalemia

Kadar kalium plasma pada hiperkalemia adalah lebih dari 5,5

mEq/L. Pada psien dengan CRF, retensi kalium terjadi karena nefron

kurang mampu melakukan ekskresi. Hiperkalemia dapat dikendalikan

dengan mengurangi asupan makanan yang kaya dengan kalium

(pisang, jeruk, kentang, kismis, dan sayuran berdaun hijau) atau

hemodialisis dengan dialisat tanpa mengandung kalium plasma yang

dapat segera mengambil kalium dalam tubulus pasien.

b) Asidosis metabolik

Asidosis metabolik terjadi karena nefron yang rusak tidak dapat

mengekskresikan asam yang dihasilkan dari metabolisme tubuh.

Apabila laju filtrasi glomerulus menurun sampai 30-40%, asidosis

metabolik mulai berkembang karena kemampuan tubulus distal untuk

mereabsorpsi bikarbonat menurun. Walaupun terjadi retensi ion


21

hidrogen dan hilangnya bikarbonat, pH plasma masih dapat

dipertahankan karena tubuh mempunyai mekanisme pendaparan

(buffering).

c) Hipokalsemia/hipofosfatemia

Pada gagal ginjal, kemampuan ginjal untuk mengekskresi fosfor

berkurang. Siklus hipokalsemia/hiperfosfatemia mengakibatkan

demineralisasi tulang. Kalsium dan fosfor dikeluarkan dalam darah.

Berkurangnya laju filtrasi glomerulus mengakibatkan peningkatan

fosfat plasma, sekaligus penurunan kalsium serum. Penurunan kadar

kalsium serum akan menstimulasi sekresi hormon paratiroid dengan

akibat kalsium di resorpsi dari tulang. Ginjal tidak mampu

mengekskresikan sintesis vitamin D ke bentuk yang aktif, yaitu 1,25-

dihidroksikolekalsiferol. Vitamin D yang aktif ini diperlukan untuk

mengabsorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan menyimpan

kalsium dalam tulang. Gangguan ini mengakibatkan lambatnya

pertumbuhan (pada anak-anak), nyeri tulang, dan osteodistrofi ginjal

pada orang dewasa. Tujuan terapi adalah menurunkan fosfor serum ke

batas normal. Obat yang diberikan antara lain AlrenalGel, Amfogel

Alu-Cap (gel yang mengandung aluminum), kalsium karbonat, dan

kalsium asetat. Pasien dapat juga diberi vitamin D aktif, seperti

kalsitriol 0,5 setiap hari.

d. Penanganan anemia

Anemia menyertai CRF. Pengobatan dengan epoitin alfa (EPO),


22

(bentuk rekombinan dari eritropoietin) berhasil meningkatkan

hematokrit, mengurangi kebutuhan transfusi darah, dan menambah

tenaga pasien. Peningkatan hematokrit ini dapat membuat pasien mampu

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. EPO diberikan subkutan 50U/kg

berat badan 3 kali seminggu. EPO dapat diberikan sewaktu dialisis

dilakukan zat besi merupakan komponen penting eritropoiesis karena

pasien perlu tambahan zat besi. Zat besi mempunyai efek samping pada

gastrointestinal misalnya mual dan konstipasi. Efek samping ini dapat

diatasi dengan mengonsumsi zat besi setelah makan dan pasien diberi

obat laksatif untuk membuat feses menjadi lunak.

e. Hemodialisis

Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui

dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah

kembali lagi ke dalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke

sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke

dan dari dializen (tempat terjadinya pertukaran cairan, elektrolit, dan zat

sisa tubuh), serta dialiser. Segera setelah dialisis, berat badan pasien

ditimbang, tanda vital diperiksa, spesimen darah diambil untuk

mengetahui kadar elektrolit serum dan zat sisa tubuh.

Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu : hemodialisis

emergency atau hemodialisis segera dan hemodialisis kronik. Keadaan

akut tindakan dialisis dilakukan pada kegawatan ginjal dengan keadaan

klinis uremik berat, overhidrasi, oliguria, anuria, hiperkalemia, asidosis


23

berat, uremia, ensefalopati uremikum,

neuropati/miopati uremikum, perikarditis uremikum, disnatremia

berat, hipertermia, keracunan akut yang bisa melewati membran dialisis.

Indikasi hemodialisis kronis adalah hemodialisis yang dilakukan

berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin

hemodialisis, dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt, keadaan pasien yang

mempunyai GFR<!5 ml/mnt tidak selalu sama, sehingga dialisis

dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari : GFR <!5

ml/mnt tergantung gejala klinis, gejala uremia, adanya malnutrisi atau

hilangnya massa otot, hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya

kelebihan cairan, komplikasi metabolik yang refrakter.

f. Dialisis Peritoneal

Pada dialisis peritoneal, cairan pendialisis dimasukkan ke dalam

rongga peritoneum dan peritoneum menjadi membran pendialisis.

Hemodialisis berlangsung selama 2-4 jam, sedangkan dialisis peritoneal

berlangsung selama 36 jam. Dialisis peritoneal dipakai untuk menangani

gagal ginjal akut dan kronik. Dialisis peritoneal dapat dilakukan dirumah

atau dirumah sakit.


24

Tabel 2.2 Penatalaksanaan Penyakit Gagal Ginjal Kronik Sesuai dengan


Derajatnya
LFG
Derajat (ml/mnt/1,73 Penatalaksanaan
m2)
Terapi penyakit dasarnya, terapi
kondisi komorbid, terapi fungsi
1 >90
ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskuler
Menghambat pemburukan fungsi
2 60-89
ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
Persiapan untuk terapi pengganti
4 15-29
ginjal
Terapi pengganti ginjal meliputi
dialisis (hemodialisis dan
5 <15 atau dialisis
peritoneal dialisis) dan
transplantasi ginjal
Suharyanto (2015)

7. Pemeriksaan Penunjang

Karena CRF mempunyai efek multisitemik, banyak kelainan berat

yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium. Kadar kreatinin

serum penting dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Kreatinin serum

meningkat apabila sudah banyak nefron yang rusak sehingga kreatinin tidak

dapat diekskresikan oleh ginjal. Pemeriksaan uji klirens kreatinin urine 12

atau 24 jam dapat mengevaluasi fungsi ginjal dan menentukan beratnya

disfungsi ginjal. Uji ini adalah indikator yang paling spesifik untuk

mengetahui fungsi ginjal. Kecepatan klirens kreatinin sama dengan Grit.

Klirens kreatinin yang kurang dari 10 ml per menit menunjukkan kerusakan

ginjal yang berat.


25

Kadar kreatinin akan berubah sebagai respons hanya terhadap

disfungsi ginjal, sedangkan BUN akan berubah sebagai respons terhadap

dehidrasi dan pemecahan protein.

Pemeriksaan radiografik tidak banyak bermanfaat untuk pasien

dengan ESRD. Sinar X KUB hanya memperlihatkan bentuk, besar, dan

posisi ginjal. Pasien dengan ESRD mempunyai ginjal yang atrofik.

Ultrasonografi atau pemindaian CT hanya mengesampingkan adanya

obstruksi. Tidak dianjurkan pemindaian CT dengan zat kontras karena

nefrotoksik efek zat kontras (Price & Wilson, 2015).

8. Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal dengan Hemodialisis

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien hemodialisis

menurut (Syamsiah, 2011) adalah :

a. Faktor Pasien

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien meliputi sumber

daya, pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi, dan harapan pasien.

Pengetahuan pasien dan keyakinan tentang penyakit, motivasi untuk

mengelolanya, kepercayaan (self efficacy) tentang kemampuan untuk

terlibat dalam perilaku manajemen penyakit, dan harapan mengenai hasil

pengobatan serta konsekuensinya dari ketidakpatuhan berinteraksi untuk

mempengaruhi kepatuhan dengan cara yang sepenuhnya dipahami.

b. Sistem Pelayanan Kesehatan

Komunikasi dengan pasien adalah komponen penting dari

perawatan, sehingga pemberi pelayanan kesehatan harus mempunyai


26

waktu yang cukup untuk berbagi dengan pasien dalam diskusi tentang

perilaku mereka dan motivasi perawatan diri. Perilaku pada penelitian

pendidikan menunjukkan kepatuhan terbaik mengenai pasien yang

menerima perhatian individu.

c. Petugas Hemodialisis

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan adalah

hubungan yang dijalin oleh anggota staf hemodialisis dengan pasien.

Waktu yang didedikasikan perawat untuk konseling pasien meningkatkan

kepatuhan pasien. Selain itu, kehadiran diet terlatih (terintegrasi)

tampaknya juga menurunkan kemungkinan kelebihan IDGW.

C. Konsep Keseimbangan Cairan

1. Distribusi Cairan Tubuh

Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yakni : cairan

ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan

interstisial dan cairan intravaskuler. Cairan interstisial mengisi ruangan yang

berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menysusun sejumlah besar

lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan

interstisial. Cairan intravaskular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe

yang mengandung air dan tidak berwarna, dan mengandung suspense

leukosit, eritrosit dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh cairan

intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi substansi terlarut

atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta
27

untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Komposisi

cairan tubuh diantaranya elektrolit, mineral, dan sel (Price & Wilson, 2015).

2. Pengaturan Cairan Tubuh

a. Asupan cairan

Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat

pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus di dalam otak.

Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan

konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Asupan cairan melalui

mulut (oral) dimungkinkan jika kondisi individu sadar. Bayi, klien yang

mengalami kerusakan neurologis atau psikologis, beberapa lansia, tidak

dapat merasakan atau merespon mekanisme rasa haus yang terjadi pada

diri mereka. Akibatnya mereka beresiko mengalami dehidrasi (Smeltzer,

& Bare, 2013).

Aturan yang dipakai untuk menentukan banyaknya asupan cairan

adalah :

Jumlah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml (IWL)

b. Haluaran Cairan

Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran

gastrointestinal. Menurut Kozier (2011) rata-rata hilangnya cairan setiap

hari pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg terangkum dalam tabel

berikut.
28

Tabel 2.3 Kisaran Hubungan Cairan Harian Orang Dewasa

ORGAN ATAU SISTEM JUMLAH (ML)


Urine 1400-1500
Kehilangan yang tidak
dirasakan (IWL)
Paru 350-400
Kulit 350-400
Kerin 100
gat 100-200
Feses
Jumlah total 2300-2600
Kozier, 2011

Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml

plasma untuk disaring dan memproduksi urine sekitar 60 ml dalam setiap

jam atau totalnya sekitar 1,5 L dalam satu hari (Smeltzer, & Bare, 2013).

3. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar.

Kekurangan dan kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit

diperoleh atau hilang dalam proporsi yang sama. Sebaliknya,

ketidakseimbangan cairan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air

saja sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi (Smeltzer, &

Bare, 2013).

a. Hipovolemia

Hipovolemia adalah defisit volume cairan (fluid volume deficit,

FVD) isotonik yang terjadi apabila tubuh kehilangan air dan elektrolit

dari CES dalam jumlah yang sama. Pada FVD, cairan pada awalnya

keluar dari kompartemen intravaskular. FVD pada umumnya terjadi

akibat kehilangan abnormal melalui kulit, saluran perncernaan atau


29

ginjal, penurunan asupan cairan, perdarahan atau pergerakan cairan

keruang ketiga (Kozier, 2011).

b. Hipervolemia

Hipervolemia merupakan kelebihan volume cairan mengacu pada

perluasan isotonik dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium

yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka

secara normal berasa dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada

peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya

menyebabkan peningkatan air tubuh total (Smeltzer & Bare, 2013).

D. Overload Cairan

1. Pengertian Overload Cairan

Overload cairan adalah kelebihan volume cairan (fluid volume excess,

FVE) yang terjadi saat tubuh menahan air dan natrium dengan proporsi yang

sama dengan CES normal. Karena air dan natrium ditahan dalam tubuh,

konsentrasi natrium serum pada intinya tetap normal. FVE selalu menjadi

akibat sekunder dari peningkatan kandungan natrium tubuh total (Kozier,

2011).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa overload

cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam

kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya

retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.

Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah


30

natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan /

adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi

keseimbangan cairan.

2. Etiologi

Menurut Kozier (2011) penyebab spesifik overload cairan antara lain :

a. Asupan natrium klorida yang berlebihan

b. Pemberian infus yang mengandung natrium dalam waktu terlalu cepat

dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi.

c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung

(gagal jantung kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom cushing.

3. Patofisiologi

Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air

kedua- duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan

terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia)

maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstisial sehingga

menyebabkan edema. Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang

berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata. Kelebihan cairan

tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam

serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan

mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan

(Smeltzer, & Bare, 2013).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Kozier (2011) tanda dan gejala klinik yang didapatkan pada
31

klien dengan hipervolemia antara lain :

a. Pertambahan berat badan. Pertambahan 2% = hipervolemia ringan,

pertambahan 5% = hipervolemia sedang, pertambahan 8% =

hipervolemia berat.

b. Asupan cairan lebih besar dibandingkan haluaran.

c. Membran mukosa lembab

d. Denyut nadi penuh dan kuat, takikardia

e. Peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral

f. Vena leher dan perifer terdistensi, pengosongan vena lambat.

g. Terdengar suara ronkhi basah di paru-paru, dispnea, nafas pendek

h. Kebingungan mental

E. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Melianna (2019), tentang Hubungan Kepatuhan Pembatasan

Cairan Terhadap Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Post Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Hasil univariat

menunjukkan, responden tidak patuh terhadap pembatasan cairan sebesar

76%, responden mengalami overload sebesar 53,6%. Hasil bivariat (Chi-

Square) dengan α=0,05, didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna

antara kepatuhan pembatasan cairan dengan overload (p=0,35). Semakin

besar klien patuh pada pembatasan cairan maka akan semakin kecil terjadi

overload.

2. Penelitian Jamiatun (2015), tentang Analisis Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis


32

Yang Menjalani Hemodialisa. Analisis hasil penelitian menggunakan Chi-

Square (bivariat) dengan α=0,05, didapatkan hasil penelitian terdapat

hubungan yang bermakna antara kepatuhan dengan lama hemodialisa

(p=0,039), kepatuhan dengan pengetahuan (p=0,028), kepatuhan dengan

dukungan keluarga (p=0,013) dan berdasarkan pemodelan akhir analisa

multivariat didapatkan hasil variabel yang paling berhubungan secara

signifikan adalah dukungan keluarga dengan nilai OR 3,563 yang berarti

responden yang mendapat dukungan keluarga baik memiliki peluang untuk

patuh sebesar 3,563 kali dibandingkan dengan responden yang mendapat

dukungan keluarga kurang baik. Saran untuk pelayanan keperawatan dalam

memberikan health education perlu adanya penekanan yang lebih pada

pengetahuan dan dukungan keluarga sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan pasien gagal ginjal kronis dalam pembatasan asupan cairan.

3. Penelitian Suarniati (2019), tentang Application of nursing care in patients

with fluid and electrolyte needs in hemodialisa room, labuang baji

makassar’s hospital. Hasil penelitian menunjukkan kelebihan volume cairan

ditandai dengan edema grade 2 pada ekstremitas, merasa sesak ketika tidak

mengikuti terapi HD, haus, olguria, anemia dan azotemia. Penerapan asuhan

keperawatan dilakukan untuk memantau intake output dan pembatasan

cairan sehingga tidak terjadi kelebihan volume cairan,sehingga disimpulkan

bahwa pemantauan intake output dan pembatasan cairan pada pasien GGK

yang menjalani HD efektif dapat menurunkan derajat edema dan berat

badan. Disarankan kepada perawat untuk memantau intake output selama 24


33

jam dan memberikan edukasi untuk pelaksanaan perawatan di rumah dalam

mencegah kelebihan volume cairan.

4. Penelitian Mahmaudi (2018), tentang Hubungan Kepatuhan Diit Dan

Pembatasan Cairan Dengan Komplikasi Intra Hemodialisis Di Ruang

Hemodialisis RSU Haji Surabaya. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan

diet dan kejadian komplikasi intradialisis dilakukan uji statistik chi square

dengan tingkat kesalahan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan kepatuhan

klien terhadap diet adalah 53,3 % tidak patuh diit protein; 60% tidak patuh

diit natrium, 53,3% tidak patuh diit kalium; 63,3% tidak patuh diit

karbohidrat, 63,3% tidak patuh pembatasan cairan. 66,7% klien mengalami

komplikasi intradialisis dan 33,3% tidak terjadi komplikasi. Terdapat

hubungan antara kepatuhan diit protein (p=0,01), kalium (p=0,04), natrium

(p=0,01) dan pembatasan cairan (p=0,01) dengan kejadian komplikasi intra

hemodialisis, dimana kepatuhan klien terhadap diet protein, kalium, natrium

dan pembatasan cairan mengurangi kejadian komplikasi intradialisis. Perlu

peningkatan kepatuhan klien GGK yang menjalani hemodialysis terhadap

diit dan pembatasan cairan melalui edukasi oleh petugas kesehatan untuk

mengurangi komplikasi intradialisis.

5. Penelitian Anita (2018), tentang Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan

Terhadap Lama Menjalani Hemodialisa. This research was a descriptive-

quantitative study applying cross sectional method. Samples were chosen

using accidental sampling technique, involving 60 respondents. The

instruments used in this research were questionnaires and patients’ medical


34

records. Data were analyzed using Spearman Rank correlation formula and

Kruskall Wallis test. The results of this research showed that there was a

correlation with p=0,033, but the difference was not statistically significant

(p=0,088) between the continuatio of hemodialysis treatment and the

patients’ obedience towards fluid intake restriction. In conclusion, the

longer time the patients experienced hemodialysis therapy, the less

obedience they had in restricting the fluid intake.

F. Kerangka Teori

Faktor yang Pembatasan


mempengaruhi kepatuhan Cairan Pasien
: GGK
1. Faktor predisposisi
(pendorong), meliputi :
kepercayaan, faktor
geografis, sikap
individu Kepatuhan Status cairan :
2. Faktor reinforcing pembatasan - Hipovolemia
(penguat), meliputi : cairan pasien - Hipervolemia
dukungan petugas, GGK Isovolemia
dukungan keluarga
3. Faktor enabling
(pemungkin) : fasilitas
kesehatan, prasarana
kesehatan yang lengkap
dan mudah dijangkau

Hipervolemia

Diagram 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Diadopsi dari : Syamsiah (2011), Kozier (2011).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

1. Visualisasi Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan konsep

yang dikemukakan oleh Syamsiah (2011), Kozier (2011), yang membagi

kepatuhan seseorang seseorang, dan konsep kelebihan cairan, khususnya

pada pasien gagal ginjal kronik.

2. Variabel Penelitian

Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan

disesuaikan dengan adanya keterbatasan kemampuan dan waktu, maka

penulis melakukan modifikasi teori tersebut diatas menjadi variabel

dependen dan independen. Variabel independen yang akan diteliti yaitu

kepatuhan pembatasan cairan. Sedangkan variabel dependennya ialah

overload cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan haemodialisis, maka

kerangka konsep penelitian yang penulis rancang adalah seperti diagram

berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Overload cairan pada


Kepatuhan pasien gagal ginjal
Pembatasan Cairan kronik dengan
haemodialisis

Diagram 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian.

35
36

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada

suatu penelitian (Arikunto, 2013).

Hipotesis dalam penelitian ini :

1. Terdapat hubungan antara kepatuhan pembatasan cairan dengan overload

cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan haemodialisis di Ruang

Hemodialisis RSUD Kabupaten Subang tahun 2021.

C. Definisi Operasional

Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Kriteria dan Hasil ukur
Operasional Ukur
Variabel Dependen
Overload Overload cairan Observasi Timbangan 0 : Tidak ada Overload Ordinal
Cairan merupakan Berat Cairan, jika tidak ada
kelebihan volume Badan
pertambahan berat
cairan mengacu
pada perluasan badan = isovolemia
isotonik dari CES 1 : Adanya Overload
yang disebabkan Cairan ringan, jika
oleh retensi, pertambahan berat
dibuktikan dengan badan > 1%
adanya
pertambahan berat
badan pre dan post
Hemodialisa.
Variabel Independen
Kepatuhan Seseorang/pasien Observasi Timbangan 0 : Tidak Patuh jika skor Ordinal
pembatasan dalam Berat < mean 35,82
cairan pasien melaksanakan Badan
GGK suatu aturan 1 : Patuh jika skor ≥
perilaku yang mean 35,82
disarankan oleh
perawat, dokter
atau tenaga
kesehatan terhadap
pembatasan cairan.
37

D. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu berbentuk angka-angka

hasil perhitungan atau pengukuran. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan

penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan

hasilnya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen. Sedangkan metode pendekatan yang dilakukan menggunakan

pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen (kepatuhan pembatasan

cairan) dan variabel dependen (kejadian overload cairan) hanya satu kali

pada satu saat. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu

fenomena (variabel independen) dihubungkan dengan penyebab (variabel

dependen) (Nursalam, 2016).

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Nursalam (2016) populasi adalah subyek yang memenuhi

kriteria yang ditetapkan dalam penelitian misalkan manusia, klien atau

yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis 2 x seminggu secara

rutin di ruang hemodialisa RSUD Kabupaten Subang sebanyak 181

orang.
38

b. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2015). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

accidental sampling, metode sampel secara accidental sampling adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu responden

yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, jumlah sampel yang dalam penelitian ini

sebanyak 40 orang pasien, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui

itu cocok sebagai sumber (Sugiyono, 2018), data dengan kriteria sebagai

berikut :

Kriteria Inklusi :

1. Dapat ditimbang berat badannya dengan berdiri

2. Dapat berkomunikasi secara verbal

3. Dapat membaca dan menulis

4. Bersedia menjadi responden

3. Cara Pengambilan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, Data primer

merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti terhadap

sasaran. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tehnik

wawancara langsung dan kuesioner yang ditujukan untuk hubungan

pembatasan cairan terhadap terjadinya overload cairan pada pasien gagal

ginjal kronik. Pengumpulan data direncanakan dilakukan dengan


39

membagikan kuesioner penelitian sejumlah dengan sampel yang ditetapkan.

Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

kegiatan yang dialami (Notoatmodjo, 2015). Selanjutnya responden

membuat kesepakatan dengan menandatangani lembar persetujuan

(informed consent). Responden kemudian diberi kuesioner untuk diisi. Bila

ada pertanyaan responden bisa bertanya langsung kepada peneliti. Peneliti

akan menjelaskan tentang hal-hal yang ditanyakan responden berkenaan

dengan kuesioner tersebut. Kuesioner dikembalikan lagi kepada peneliti.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD Kabupaten Subang

Pada Bulan Agustus 2021.

5. Tenaga Pengumpulan Data

Dalam penyebaran questioner penelitian sebagai bahan dari

pengumpulan penelitian, penulis merencanakan bekerjasama dengan Kepala

Ruangan dan Perawat Asossiate yang bertugas baik Dinas Pagi, Siang dan

Malam, yang akan membantu dalam pelaksanaan penelitian nantinya.

Dalam penyebaran questioner tersebut penulis tidak bosan-bosan agar selalu

tidak mengindahkan 5 M, agar penelitian dapat berjalan sesuai harapan

walau dalam keadaan Pandemi Covid-19.

6. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2018) instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih


40

mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

Dalam instrumen ini, peneliti mengumpulkan data secara formal

dari subjek untuk menjawab pernyataan secara tertulis. Jenis kuesioner

yang digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu yang sudah disediakan

jawabannya sehingga responden hanya tinggal membutuhkan tanda

check-list ( ) pada kolom yang tersedia. Kuesioner ini terdiri dari dua

bagian yaitu kuesioner data umum (demografi) pasien gagal ginjal

kronik, dan data khusus berupa kuesioner pernyataan tentang

kepatuhan pembatasan cairan dengan menggunakan skala Likert.

Kuesioner pembatasan cairan berisi 16 pernyataan yang terdiri dari

pernyataan favorable berjumlah 7 pernyataan dan pernyataan unfavorable

berjumlah 9 pernyataan. Kategori favorable Selalu (4) Sering (3), Jarang

(2), Kadang-Kadang (1), Tidak Pernah (0), sedangkan kategori

unfavorable Selalu (0) Sering (1), Jarang (2), Kadang-Kadang (3), Tidak

Pernah (4).

2. Metode Observasi dan Pengukuran

Observasi merupakan tehnik pengumpulan data dengan menggunakan

panca indera, jadi tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata.

Dalam mengukur adanya kejadian overload cairan pada pasien gagal ginjal

kronik peneliti menggunakan tehnik observasi, yaitu dengan mengobservasi

pengukuran berat badan menggunakan alat ukur timbangan berat badan


41

serta menggunakan data rekam medis pasien (dokumentasi) sebagai sumber

data.

Kuesioner yang penulis gunakan nanti merupakan kuesioner yang

pernah digunakan dalam penelitian Rahma, Siela Febrianti Ainur (2017)

tentang Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya

Hipervolemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa

Rsud Dr. Harjono Ponorogo. Berdasarkan uji coba terhadap 10 pasien di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo yang dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2017

diperoleh nilai corrected item-total correlation paling besar sebesar 0,932

pada taraf kesalahan 5% dengan n = 10 diperoleh r tabel = 0,632.

Setelah item pertanyaan tersebut valid maka proses selanjutnya masuk

pada uji reliabilitas kuesioner tersebut dengan cara yang sama dengan

komputerisasi menggunakan Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil uji coba 10

pasien di RSUD Dr. Harjono Ponorogo diperoleh nilai Alpha Cronbach

sebesar 0,964 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut reliabel.

7. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data diolah secara manual /

komputerisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh responden. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi

kesalahan/kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah

diselesaikan sampai sejauhmungkin.


42

2. Coding

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden kedalam

kategori-kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda/kode

berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Processing

Memproses data agar dapat dianalisa dengan cara memindahkan data

dari kuesioner ke dalam master tabel.

4. Cleaning

Pengecekan kembali data yang telah di masukkan kedalam master

tabel/ kedalam Komputer untuk melihat ada kesalahan atau tidak.

8. Teknik Analisis Penelitian

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

komputer melalui dua jenis analisis statistik, yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat presentase/proporsi tiap

variabel dari hasil penelitian. Analisis presentase ini bertujuan

menghitung jumlah kategori dari jawaban responden dan menghasilkan

distribusi frekuensi dari persentase dari tiap variabel. Variabel-variabel

yang ada dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis kuantitatif yaitu menggunakan angka-angka dari data yang

terkumpul kemudian diambil kesimpulan secara umum (Notoatmodjo,

2015).
43

Tabel tabulasi analisis univariat dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 3.2. Tabulasi Analisis Univariat

Kepatuhan
No Pembatasan Jumlah Persentase
Cairan
1 Patuh
2 Tidak Patuh
Total 40 100

Selanjutnya data diinterpretasikan, interpretasikan data tersebut

menurut Arikunto (2013) dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Data

No Skala pengukuran Interpretasi


1 0 Tidak ada satupun
2 1% - 25 % Sebagian kecil responden
3 26% -49% Kurang dari Setengah responden
4 50% Setengahnya responden
5 51% - 75% Lebih dari setengahnya
6 76% - 99% Sebagai besar responden
7 100% Seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan tabulasi silang

antara variabel bebas dan variabel terikat serta mencari hubungan antara

keduanya. Kriteria pengujian adalah ; bila ρ value ≤ α (0,05) maka ada

hubungan yang signifikan, tetapi bila ρ value > α (0,05) maka tida ada

hubungan yang signifikan.

Analisis ini digunakan untuk melihat adanya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Dalam analisa ini uji

statistik yang digunakan Chi-Square. Uji Chi-Square adalah uji yang


44

digunakan untuk menguji variabel kepatuhan pembatasan cairan dan

overload cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa

digunakan rumus berikut :

X2 = ∑ (fo – fe)2
fe

Keterangan :

X2 = Nilai chi-kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) (Arikunto, 2010).

Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi

yang terjadi (observasi) dengan frekuansi harapan (ekspetasi). Bila nilai

frekuensi harapan sama atau lebih besar maka dikatakan tidak ada

perbedaan yang bermakna dan sebaliknya bila nilai frekuensi observasi

dan nilai frekuensi harapan lebih kecil maka dikatakan tidak ada

perbedaan bermakna (Arikunto, 2010).

Tabel 3.4. Tabulasi Analisis Bivariat

Overload Cairan
Kepatuhan Tidak Ada Ada
Pembatasan Overload Overload Total % P Value
Cairan Cairan Cairan
n % n %
Patuh 100
Tidak Patuh 100
Total 40 100
45

9. Etika Penelitian

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia,

adalah : peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed

consent).

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga

peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

c. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama dalam penelitian.


46

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek (non maleficence) (Nursalam, 2016).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian pada 40 responden dan selanjutnya

dilakukan pengolahan data sehingga hasil penelitian akan disajikan ke dalam

bentuk tabulasi distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu

Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload

Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Subang Tahun 2021.

Berikut dibawah ini hasil penelitian yang telah dilakukan, disajikan

dalam bentuk tabulasi :

1. Gambaran Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Subang Tahun 2021

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Overload Cairan Pada Pasien Gagal


Ginjal Kronik Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Subang Tahun 2021.

Overload Cairan Jumlah Persentase


Tidak Ada Overload Cairan 13 32,5%
Adanya Overload Cairan 27 67,5%
Total 40 100 %

Berdasarkan tabel diatas pasien gagal ginjal kronik dengan adanya

overload cairan lebih banyak yaitu 27 responden (67,5%) dibandingkan

pasien gagal ginjal kronik dengan tidak ada overload cairan yaitu 13

47
48

responden (32,5%). Hal ini menunjukkan lebih dari setengahnya (67,5%)

dengan adanya overload cairan, dan kurang dari setengah responden

(32,5%) dengan tidak ada overload cairan.

2. Gambaran Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Subang Tahun 2021

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Gambaran Kepatuhan Pembatasan


Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Diruangan Hemodialisa
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang Tahun 2021.

Kepatuhan
Jumlah Persentase
Pembatasan Cairan
Tidak Patuh 23 57,5%
Patuh 17 42,5
Total 40 100 %

Berdasarkan tabel diatas pasien gagal ginjal kronik dengan tidak

patuh terhadap pembatasan cairan lebih banyak yaitu 23 responden

(57,5%) dibandingkan pasien gagal ginjal kronik dengan patuh terhadap

pembatasan cairan yaitu 17 responden (42,5%). Hal ini menunjukkan lebih

dari setengahnya (57,5%) dengan tidak patuh terhadap pembatasan cairan,

dan kurang dari setengah responden (42,5%) dengan patuh terhadap

pembatasan cairan.
49

3. Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya

Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Diruangan

Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang Tahun

2021

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Hubungan Kepatuhan Pembatasan


Cairan Terhadap Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Subang Tahun 2021.

Overload Cairan
Kepatuhan Tidak Ada Adanya
Pembatasan Overload Overload Total % P Value
Cairan Cairan Cairan
n % n %
Tidak Patuh 2 8,7 21 91,3 23 100
Patuh 11 64,7 6 35,3 17 100 0,001
Total 13 32,5 27 67,5 40 100

Berdasarkan tabel diatas, dari hasil penelitian diketahui sebanyak 2

responden (8,7%) memiliki kepatuhan pembatasan cairan tidak patuh

dengan tidak ada overload cairan, sedangkan diantara pasien gagal ginjal

dengan patuh terhadap pembatasan cairan yaitu sebanyak 11 responden

(64,7%) dengan tidak ada overload cairan. Hal ini menunjukkan lebih dari

setengahnya (64,7%) dengan patuh terhadap pembatasan cairan dengan

tidak ada overload cairan, serta sebagian kecil responden (8,7%) memiliki

pembatasan cairan tidak patuh dengan tidak ada overload cairan. Sebagian

besar responden (91,3%) memiliki kepatuhan pembatasan cairan tidak patuh

dengan adanya overload cairan, dan kurang dari setengah responden

(35,3%) memiliki kepatuhan pembatasan cairan patuh dengan adanya

overload cairan. Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,001
50

(p.Value< 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan dengan overload cairan pada

pasien gagal kronik.

B. Pembahasan

1. Gambaran Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Subang Tahun 2021

Hasil penelitian lebih dari setengahnya (67,5%) dengan adanya

overload cairan, dan kurang dari setengah responden (32,5%) dengan tidak

ada overload cairan. Hal ini disebabkan kurang patuhnya pasien dengan

gagal ginjal dalam konsumsi cairan elektrolit dan disebabkan pula oleh

kejenuhan yang dirasakan karena penyakit yang dideritanya dialami relatif

lebih lama.

Penelitian sejalan dengan penelitian Melianna, R. (2019). Hubungan

Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload Pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati. FIK Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan lebih

dari setengahnya (54%) pasien gagal ginjal kronik mengalami overload

cairan.

Overload cairan adalah kelebihan volume cairan (fluid volume excess,

FVE) yang terjadi saat tubuh menahan air dan natrium dengan proporsi yang

sama dengan CES normal. Karena air dan natrium ditahan dalam tubuh,
51

konsentrasi natrium serum pada intinya tetap normal. FVE selalu menjadi

akibat sekunder dari peningkatan kandungan natrium tubuh total (Kozier,

2011).

Menurut Kozier (2011) penyebab spesifik overload cairan antara lain

asupan natrium klorida yang berlebihan, pemberian infus yang mengandung

natrium dalam waktu terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan

gangguan mekanisme regulasi, serta penyakit yang mengubah mekanisme

regulasi, seperti gangguan jantung (gagal jantung kongestif), gagal ginjal,

sirosis hati, sindrom cushing.

Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air

kedua- duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan

terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia)

maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstisial sehingga

menyebabkan edema. Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang

berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata. Kelebihan cairan

tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam

serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan

mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan

(Smeltzer, & Bare, 2013).

Upaya yang dilakukan adalah membuat daftar diet dan pembatasan

cairan yang lebih ketat serta memberikan edukasi terhadap pasien gagal

ginjal kronik yang sedang melakukan hemodialisa, serta mengali informasi

lebih dalam sehingga kenapa pasien tidak mengikuti instruksi yang


52

diberikan sehingga mengalami overload cairan dan angka kepatuhan

terhadap pembatasan cairan lebih baik lagi.

2. Gambaran Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Subang Tahun 2021

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengahnya (57,5%) dengan

tidak patuh terhadap pembatasan cairan, dan kurang dari setengah responden

(42,5%) dengan patuh terhadap pembatasan cairan. Hal ini disebabkan rasa

jenuh yang dialami oleh pasien gagal ginjal kronik selama dilakukan

hemodialisa.

Penelitian sejalan dengan Penelitian sejalan dengan penelitian

Melianna, R. (2019). Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap

Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisa di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. FIK Universitas Indonesia. Hasil

penelitian menunjukkan lebih dari setengahnya (68%) pasien gagal ginjal

kronik dengan kategori tidak patuh dalam pembatasan cairan.

Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul

akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien

mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana

tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI, 2015).

Kepatuhan adalah prilaku individu (misalnya : minum obat, mematuhi

diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan

kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan


53

setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana (Kozier, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2014) faktor yang mempengaruhi kepatuhan

terbagi menjadi Faktor predisposisi (faktor pendorong), yang terdiri dari

kepercayaan atau agama yang dianut, faktor geografis, individu. Faktor

reinforcing (faktor penguat) yang terdiri dari dukungan petugas, dukungan

keluarga. Serta faktor enabling (faktor pemungkin) yang terdiri dari fasilitas

kesehatan, pemuka agama dan tokoh masyarakat.

Upaya yang dilakukan adalah membuat daftar diet dan pembatasan

cairan yang lebih ketat serta memberikan edukasi terhadap pasien gagal

ginjal kronik yang sedang melakukan hemodialisa, serta mengali informasi

lebih dalam sehingga kenapa pasien tidak mengikuti instruksi yang

diberikan sehingga mengalami overload cairan.

3. Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya

Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Diruangan

Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang Tahun

2021

Berdasarkan hasil penelitian dari diketahui sebanyak 2 responden

(8,7%) memiliki kepatuhan pembatasan cairan tidak patuh dengan tidak ada

overload cairan, sedangkan diantara pasien gagal ginjal dengan patuh

terhadap pembatasan cairan yaitu sebanyak 11 responden (64,7%) dengan

tidak ada overload cairan.

Hal ini menunjukkan lebih dari setengahnya (64,7%) dengan patuh

terhadap pembatasan cairan dengan tidak ada overload cairan, serta sebagian
54

kecil responden (8,7%) memiliki pembatasan cairan tidak patuh dengan

tidak ada overload cairan. Sebagian besar responden (91,3%) memiliki

kepatuhan pembatasan cairan tidak patuh dengan adanya overload cairan,

dan kurang dari setengah responden (35,3%) memiliki kepatuhan

pembatasan cairan patuh dengan adanya overload cairan. Hasil uji statistik

Chi Square diketahui p.Value = 0,001 (p.Value< 0,05) sehingga dapat dikatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan

dengan overload cairan pada pasien gagal kronik.

Penelitian sejalan dengan Rahma, Siela Febrianti Ainur. (2017).

Tentang Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya

Hipervolemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa

Rsud Dr. Harjono Ponorogo. Hasil bivariat (Chi-Square) dengan α=0,05,

didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan

pembatasan cairan dengan overload (p=0,000).

Penelitian tidak sejalan dengan Penelitian Melianna (2019), tentang

Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload

Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati. Hasil univariat menunjukkan, responden tidak patuh

terhadap pembatasan cairan sebesar 76%, responden mengalami overload

sebesar 53,6%. Hasil bivariat (Chi-Square) dengan α=0,05, didapatkan tidak

ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan dengan

overload (p=0,35). Semakin besar klien patuh pada pembatasan cairan maka

akan semakin kecil terjadi overload


55

Upaya yang dilakukan adalah membuat daftar diet dan pembatasan

cairan yang lebih ketat serta memberikan edukasi terhadap pasien gagal

ginjal kronik yang sedang melakukan hemodialisa, serta mengali informasi

lebih dalam sehingga kenapa pasien tidak mengikuti instruksi yang

diberikan sehingga mengalami overload cairan dan meningkatkan tingkat

kepatuhan pasien gagal ginjal terhadap pembatasan cairan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 40 responden tentang Hubungan

Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload Cairan Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik di ruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Subang Tahun 2021, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Lebih dari setengahnya responden sebesar 67,5% dengan adanya overload

cairan di ruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Subang Tahun 2021.

2. Lebih dari setengahnya responden sebesar 57,5% dengan pembatasan cairan

tidak patuh di ruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Subang Tahun 2021.

3. Terdapat hubungan antara kepatuhan pembatasan cairan dengan overload

cairan pada pasien gagal ginjal kronik. Hasil uji statistik Chi Square

diketahui p.Value = 0,001 (p.Value> 0,05).

56
57

B. Saran

1. Bagi STIKes YPIB Majalengka

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan menjadi

tambahan referensi khususnya tentang overload cairan pada pasien gagal

ginjal kronik yang disebabkan oleh kepatuhan terhadap pembatasan cairan.

2. Bagi Pasien

Hasil penelitian dapat dijadikan saran akan kepatuhan pembatasan

cairan sangat berpengaruh terhadap overload cairan khususnya pada pasien

gagal ginjal kronik.

3. Bagi Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Subang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengambilan

keputusan dan tindakan preventif terhadap overload cairan pada pasien

gagal ginjal kronik.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian mampu dijadikan bahan atau acuan penelitian

selanjutnya dengan variabel yang lebih komplek agar menghasilkan

penelitian yang lebih lengkap sehingga mampu memberikan sumbangsih

secara ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta

Anita. (2018). Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Terhadap Lama Menjalani


Hemodialisa. Skripsi.

Hirmawaty, T. (2014). Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan Terhadap


Kepatuhan dalam Pembatasan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
di RSUD Tarakan. Jakarta : Universitas Esa Unggul. Diakses tanggal 7 Juni 2021.

Jamiatun. (2015). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Pembatasan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisa. Skripsi.

Kemenkes RI. (2017). Gagal Ginjal Kronis (GGK) tersedia di


http://www.p2ptm.kemkes.go.id. Diakses Tanggal 09 April 2021 Pukul 23.11
WIB.

. (2019). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta : Kemenkes RI 2019.

. (2015). Kepatuhan Dalam Pengobatan. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 2 Juni 2021.
Tersedia di www.depkes.go.id.

Kowalak, J.P, Weish, W & Mayer, B. (2012). Buku Aja Patofisiologis (Profesional
Guide to Pathophysiology). Jakarta : EGC.

Kozier, B. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 7. Jakarta


: EGC.

Lukman, 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta :


Salemba Medika

Mahmaudi. (2018). Hubungan Kepatuhan Diit Dan Pembatasan Cairan Dengan


Komplikasi Intra Hemodialisis Di Ruang Hemodialisis RSU Haji Surabaya.
Skripsi.

Melianna, R. (2019). Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap


Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisa Di
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. FIK Universitas Indonesia. Diakses pada
tanggal 6 Juni 2019.

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Siste
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.

.(2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Ilmiah.


Jakarta : Salemba Medika.

. Nursalam & Batticaca. (2011). Asuhan Keperawatan dengan


Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Saemba Medika.

Perkumpulan Nefrologi Indonesia. (2014).Angka Kejadian Gagal Ginjal Kronik


dengan Hemodislisis. Tersedia di https://www.pernefri.org. Diunduh tanggal 10
Juni 2021 Pukul 12.30 WIB.

Price, Sylvia. A & Wilson, Lorraine. M. (2015). Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Rahma, Siela Febrianti Ainur. (2017). Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan


Terhadap Terjadinya Hipervolemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang
Hemodialisa Rsud Dr. Harjono Ponorogo. Skripsi.

Rekam Medik RSUD Kab. Subang. (2020). Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Hemodialisis. Subang : Rekam Medik RSUD Kab. Subang.

Rekam Medik RS AMN PTPN VIII Kab. Subang. (2020). Jumlah Pasien Gagal
Ginjal Kronik dengan Hemodialisis. Subang : Rekam Medik RS AMN PTPN VIII
Kab. Subang.

Riduwan. (2015). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung :


Alfhabeta.

Sarafino, Edward. P & Smith, Timothy. P. (2016). Health Psycology.


Biopsychososial Interactions. International Student Version. Jakarta :
Perpustakaan Nasional Indonesia.

Suharyanto, T. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta.

Suarniati. (2019). Application of nursing care in patients with fluid and electrolyte
needs in hemodialisa room, labuang baji makassar’s hospital. Thesis.
Smeltzer, Suzanne. C & Bare, Brenda. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Medical Bedah Volume 1-Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.

Syamsiah, N. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien


CKD yang Menjalani Hemodialisa di RSPAU Dr Esnawan Antariksa
Halim Perdanakusuma Jakarta. Skripsi.
SEKOlAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
SK. Mendiknas Nomor : 06/D/O/2005
Terakreditasi “B” LAM-PTKes
Alamat : Jalan Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka 45411 Telp/Fax. (0233) 284098 website :
http://stikesypib.ac.id email : kampus@stikesypib.ac.id WA 0811 222 1913

Nomor : 208 /STIKes-SI.Kep/06-Penelitian/VI/2021


Lampiran :-
Perihal : Permohanan Izin Studi Penelitian

Kepada Yth :
Direktur RSUD Subang
Kabupaten Subang
Di
Tempat

Dengan Hormat

Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana


keperawatan bagi Mahasiswa/i Tingkat IV Semester VIII Program Studi S1
Keperawatan STIKes YPIB Majalengka Tahun Akademik 2020/2021, maka
diperlukan pengambilan data yang akurat sesuai dengan judul skripsi yang akan
dilakukan penelitian dengan tetap memenuhi protocol kesehatan.

Oleh karena itu kami mohon bantuan kepada bapak/ibu kiranya dapat berkenan
memberikan izin penelitian yang diperlukan oleh mahasiswa/i kami dibawah ini:

Nama : Junasih
NIM : 19142012016
Judul Penelitian : Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan
Terhadap Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik di Ruangan Hemodialisa Rumah
Sakit Umum daerah Kabupaten Subang
Tempat Penelitian : Ruang Hemodialisa RSUD Subang
Waktu : 04 Juni – 04 Juli 021

Demikian surat permohonan ini, atas perhatian dan perkenannya kami


sampaikan terima kasih.

Majalengka, 02 Juni 2021


Ka. Prodi S1 Keperawatan

Tembusan disampaikan Kepada Yth :


Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep
1. Pertinggal
JADWAL PENELITIAN

Bulan
Rencana Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Pengajuan Judul
Bimbingan Proposal Skripsi
Ujian Sidang Proposal
Skripsi
Penelitian
Bimbingan Skripsi
Ujian Sidang Hasil
INFORMED CONSENT

(PENJELASAN PENELITIAN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Junasih

NIM : 19142012016

Alamat :

Adalah mahasiswa STIKes YPIB Majalengka Jurusan Strata 1 Keperawatan akan

melakukan penelitian tentang “ Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan

Terhadap Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang 2021”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “ Hubungan Kepatuhan Pembatasan

Cairan Terhadap Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang 202.

A. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian

bapa/ibu/sdra/sdri bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini dan bebas

mengundurkan diri sewaktu-waktu jika tidak berkenan menjadi responden

penelitian.

B. Prosedur Penelitian

bapa/ibu/sdra/sdri akan diberikan informasi mengenai manfaat dan tujuan dari

penelitian ini, apabila bapa/ibu/sdra/sdri bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini, selanjutnya Saya mohon untuk menandatangani lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Kemudian bapa/ibu/sdra/sdri mengisi


data diri, membaca penjelasan tentang cara mengisi kuesioner, setelah itu

bapa/ibu/sdra/sdri dapat mengisi kuesioner yang tersedia.

C. Kewajiban Subjek Penelitian

Sebagai responden penelitian, Saya mohon bapa/ibu/sdra/sdri berkenan untuk

menandatangani lembar persetujuan, mengikuti kegiatan penelitian dan

mengisi lembar kuesioner secara lengkap dengan informasi yang sebenar-

benarnya.

D. Risiko, Efek Samping, dan Penanganannya

Tidak ada risiko atau efek samping yang ditimbulkan. Tidak perlu khawatir

identitas bapa/ibu/sdra/sdri sebagai responden akan dijaga. Penelitian akan

dilakukan selama ± 45 menit.

E. Manfaat

Keuntungan yang didapatkan adalah anda dapat meningkatkan wawasan

bapa/ibu/sdra/sdri tentang kelebihan cairan yang membahayakan bagi pasien

gagal ginjal kronik.

F. Kompensasi

Sebagai ucapan rasa terimakasih atas kesediaan menjadi responden,

bapa/ibu/sdra/sdri akan mendapat gantungan kunci.

G. Pembiayaan

Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung peneliti.


H. Informasi Tambahan

Bila ada hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, bapa/ibu/sdra/sdri

dapat menghubungi :

Nama : Junasih

NIM : 19142012016

Alamat :

Terima Kasih

Junasih
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara rinci dan jelas mengenai:


1. Penelitian yang berjudul “ Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan
Terhadap Terjadinya Overload Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Diruangan Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang
2021”.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Dan subjek penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh
karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek
penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Subang, .....................2021
Peneliti, Responden,

(Junasih) (………………………)
KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Kepatuhan Pembatasan Cairan

Variabel Indikator Nomor Favorable Unfavorable Jumlah


Pertanyaan
Kepatuhan Jumlah minum sesuai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 1, 3, 4, 5, 2, 7 8
Pembatasan intake-output 7, 8 6, 8
Cairan
Mengikuti anjuran 9, 10, 11, 12, 13 - 9, 10, 11, 12, 5
untuk menghindari 13
makan makanan
berkuah, makanan
instan, makanan yang
mengandung pengawet,
makanan yang dapat
meningkatkan kadar
natrium (kuning telur,
kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau,
dll)
Mengikuti anjuran 14, 15 1 1 2
membatasi buah-
buahan dengan
kandungan tinggi air
(semangka, melon,
jeruk, pepaya, dll)
Mengikuti anjuran 16 - 1 1
untuk menghindari
minuman
bersuplemen/penambah
energi.
Rahma, Siela Febrianti Ainur (2017)
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP


TERJADINYA OVERLOAD CAIRAN PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK DIRUANGAN HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2021

Petunjuk pengisian kuesioner :


1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner ini.
2. Pilihlah jawaban yang sesuai menurut Anda dengan cara memberi tanda ceklist
( ) pada kotak pilihan atau kolom yang tersedia.
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar. Tanggapilah
pernyataan-pernyataan pada lembar berikut ini, dengan cara memberi tanda (√)
pada kolom jawaban disebelah kanan sesuai dengan keadaan anda. Terdapat
pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu : Selalu ; Sering
; Kadang-Kadang ; Jarang ; Tidak Pernah

Nama : …… (Initial)

No Responden : …….
KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN

Kadang- Tidak
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
Kadang Pernah
1 Saya mengkonsumsi
asupan cairan sesuai yang
dianjurkan petugas
kesehatan.
2 Saya mengkonsumsi air
dalam jumlah banyak.
3 Saya mengkonsumsi
asupan cairan tidak lebih
dari 1000 cc dalam sehari
4 Saya menghitung jumlah
air yang diminum sehari-
hari
5 Saya mengukur jumlah air
kencing (urin) dalam
sehari
6 Saya mengkonsumsi
asupan air sebanyak
jumlah air kencing (urin)
dalam sehari ditambah
dengan ± 500 cc (2-3 gelas
belimbing)
7 Sebelum cuci
darah/hemodialisa, berat
badan saya bertambah dari
berat badan sebelumnya
8 Pada saat kebutuhan cairan
sudah mencapai batas,
untuk menghilangkan haus
biasanya saya mengulum
es batu atau sikat gigi dan
berkumur
9 Saya mengkonsumsi
makanan instan (contoh :
ikan kaleng, buah kaleng,
cornet, jamur kaleng, jus
kalengan, mie kuah, dll)
10 Selain asupan cairan yang
dianjurkan, saya
mengkonsumsi makanan
berkuah (sop, gule
kambing, soto, mie kuah,
sayur lodeh, dll)
11 Saya mengkonsumsi
bayam, daun pepaya, daun
singkong, dan sayuran
yang lain

12 Saya mengkonsumsi lebih


dari 1 butir telur dalam
sehari

13 Saya mengkonsumsi lebih


dari 4 potong tempe/tahu
dalam sehari
14 Pada saat ada jamuan
pesta/acara yang
menyuguhkan minuman
segar (es buah, es jeruk,
teh) saya akan
meminumnya
15 Saya mengikuti anjuran
untuk membatasi buah-
buahan dengan kandungan
tinggi air (seperti :
semangka, melon, pepaya,
pir, jeruk, dll)
16 Saat tubuh terasa lelah saya
minum minuman
penambah energi.

Rahma, Siela Febrianti Ainur (2017)


Panduan Perhitungan Berat Badan

1. Hitung berat badan pasien sebelum dilakukan hemodialisis saat sekarang

2. Hitung berat badan post hemodialisis sebelumnya

3. Hitung selisih penambahan berat badan antara berat post hemodialisis pada

periode sebelumnya dengan berat badan sebelum hemodialisis saat sekarang

4. Hitung penambahan berat badan dengan rumus berat badan post hemodialisis

pada periode HD sebelumnya dikurangi berat badan pasien sebelum HD saat

sekarang dibagi berat badan sebelum HD saat sekarang dikali 100%

Misalnya :
a. Berat badan sebelum HD sekarang : 59,60 Kg

b. Berat badan setelah HD sebelumnya : 56,40 Kg

Penambahan berat badannya adalah : 59,60 - 56,40 = 3,20 Kg Maka nilai

penambahan berat badan : x 100% = 5,4 %


LEMBAR PENGUKURAN OVELOAD CAIRAN

Pengukuran dilakukan oleh peneliti. Peneliti mengisi format pengukuran


yang telah disediakan dibawah ini .

Edema
Berat Badan Edema
Selisih
Kode Post HD Pre HD Penambahan Post HD Pre HD
Berat Ket
Responden Sebelumny Saat BB (%) Sebelumny Saat
Badan .
a (HD I) Sekaran a (HD I) Sekaran
g (HD g (HD
II) II)

Rahma, Siela Febrianti Ainur (2017)


LEMBAR MONITORING KONSULTASI BIMBINGAN

NO HARI/TGL HAL YANG DIKONSULTASIKAN NAMA PEMBIMBING PARAF

1. 22 Maret Judul penelitian : hubungan Eti Rohayati, SKM.,


2021 kepatuhan pembatasan cairan S.Kep., MH.Kes
terhadap terjadinya overload
pada pasien CKD
2. 23 Maret Acc judul penelitian Eti Rohayati, SKM.,
2021 S.Kep., MH.Kes

3. 27 Maret Konsul Bab 1,2,3 Eti Rohayati, SKM.,


2021 S.Kep., MH.Kes

4. 17 April 2021 Acc Bab 1,2,3 Eti Rohayati, SKM.,


S.Kep., MH.Kes

5. 20 September Konsul hasil penelitian Eti Rohayati, SKM.,


2021 kuisoner setelah sidang S.Kep., MH.Kes
profosal
6. 21 September Acc hasil penelitian Eti Rohayati, SKM.,
2021 S.Kep., MH.Kes

7. 22 September Proses pembuatan Bab 4 dan 5 Eti Rohayati, SKM.,


2021 S.Kep., MH.Kes
LEMBAR MONITORING KONSULTASI BIMBINGAN

NO HARI/TGL HAL YANG DIKONSULTASIKAN NAMA PEMBIMBING PARAF

1. 25 Maret Judul penelitian : hubungan Merlly Amalia, SST.,


2021 kepatuhan pembatasan cairan M.Kes
terhadap terjadinya overload
pada pasien CKD
2. 26 Maret Acc judul penelitin Merlly Amalia, SST.,
2021 M.Kes

3. 18 April 2021 Konsul Bab 1,2,3 Merlly Amalia, SST.,


M.Kes

4. 16 Juni 2021 Acc Bab 1,2,3 Merlly Amalia, SST.,


M.Kes

5. 20 September Konsul hasil penelitian Merlly Amalia, SST.,


2021 kuisoner setelah sidang M.Kes
profosal

6. 24 September Acc hasil penelitian Merlly Amalia, SST.,


2021 M.Kes

7. 23 September Proses pembuatan Bab 4 dan 5 Merlly Amalia, SST.,


2021 M.Kes
HASIL PENELITIAN

Frequency Table

Overload Cairan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak ada Overload Cairan 13 32,5 32,5 32,5

Adanya Overload Cairan 27 67,5 67,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

Kepatuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Patuh 23 57,5 57,5 57,5

Patuh 17 42,5 42,5 100,0

Total 40 100,0 100,0


Frequencies

Statistics
jmlk

N Valid 40

Missing 0
Mean 37,42
Median 34,00
Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jmlk 40 100,0% 0 ,0% 40 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

jmlk Mean 37,42 ,811

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 35,78

Upper Bound 39,07

5% Trimmed Mean 37,33

Median 34,00

Variance 26,302

Std. Deviation 5,129

Minimum 32

Maximum 45

Range 13

Interquartile Range 11

Skewness ,262 ,374

Kurtosis -1,905 ,733

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jmlk ,323 40 ,000 ,744 40 ,000

a. Lilliefors Significance Correction


Crosstabs
Kepatuhan * Overload Cairan Crosstabulation

Overload Cairan

Tidak ada Overload Adanya Overload


Cairan Cairan Total

Kepatuhan Tidak Count 2 21 23


Patuh Expected Count 7,5 15,5 23,0

% within Kepatuhan 8,7% 91,3% 100,0%

% within Overload Cairan 15,4% 77,8% 57,5%

% of Total 5,0% 52,5% 57,5%

Patuh Count 11 6 17

Expected Count 5,5 11,5 17,0


% within Kepatuhan 64,7% 35,3% 100,0%

% within Overload Cairan 84,6% 22,2% 42,5%

% of Total 27,5% 15,0% 42,5%


Total Count 13 27 40

Expected Count 13,0 27,0 40,0

% within Kepatuhan 32,5% 67,5% 100,0%

% within Overload Cairan 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 32,5% 67,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 13,979a 1 ,000


Continuity Correctionb 11,542 1 ,001
Likelihood Ratio 14,782 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 13,629 1 ,000
N of Valid Cases 40

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,53.
b. Computed only for a 2x2 table
MASTER TABEL PENELITIAN

BERAT BADAN Kepatuhan


Pre HD Selisih
Penambahan
NO Post HD
Saat Berat
BB (%) Kategori ∑ Kategori
Sebelumnya
Sekarang Badan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
(HD I)
(HD II)
1 61,00 62,00 0,40 Kg 0,66 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 44 Patuh
2 64,00 63,00 0,00 Kg 0,00 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 4 44 Patuh
3 56,00 56,00 0,00 Kg 0,00 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
4 58,00 58,00 0,00 Kg 0,00 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
5 68,00 68,50 0,50 Kg 0,73 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
6 56,00 56,00 0,00 Kg 0,00 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
7 58,00 58,00 0,00 Kg 0,00 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
8 60,00 62,00 2,00 Kg 3,23 Adanya Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
9 58,00 65,00 7,00 Kg 10,77 Adanya Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
10 62,00 62,40 0,40 Kg 0,64 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 45 Patuh
11 68,00 68,50 0,50 Kg 0,73 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
12 63,00 68,00 5,00 Kg 7,35 Adanya Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
13 58,00 61,50 3,50 Kg 5,69 Adanya Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
14 62,00 62,00 0,00 Kg 0,00 Tidak ada Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
15 61,00 61,00 0,00 Kg 0,00 Tidak ada Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
16 67,00 68,00 1,00 Kg 1,47 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
17 59,00 64,00 5,00 Kg 7,81 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
18 59,00 59,50 0,50 Kg 0,84 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
19 59,00 63,00 4,00 Kg 6,35 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
20 59,00 63,00 4,00 Kg 6,35 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
21 67,00 70,00 3,00 Kg 4,29 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
22 62,00 67,50 5,50 Kg 8,15 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
23 69,00 72,00 3,00 Kg 4,17 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
24 67,00 70,00 3,00 Kg 4,29 Adanya Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
25 59,00 63,00 4,00 Kg 6,35 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
26 59,00 63,00 4,00 Kg 6,35 Adanya Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
27 59,00 63,00 4,00 Kg 6,35 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
28 59,00 63,00 4,00 Kg 6,35 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
29 62,00 67,50 5,50 Kg 8,15 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
30 62,00 67,50 5,50 Kg 8,15 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
31 62,00 67,50 5,50 Kg 8,15 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
32 69,00 70,00 1,00 Kg 1,43 Adanya Overload Cairan 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 34 Tidak Patuh
33 67,00 68,00 1,00 Kg 1,47 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
34 56,00 59,00 3,00 Kg 5,08 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
35 62,00 67,50 5,50 Kg 8,15 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
36 62,00 67,50 5,50 Kg 8,15 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
37 61,00 63,00 2,00 Kg 3,17 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
38 64,00 66,00 2,00 Kg 3,03 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh
39 62,00 62,40 0,40 Kg 0,64 Tidak ada Overload Cairan 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 43 Patuh
40 62,00 67,50 5,50 Kg 8,15 Adanya Overload Cairan 4 0 3 4 4 3 1 4 1 1 1 0 1 4 1 0 32 Tidak Patuh

Anda mungkin juga menyukai