PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2
2.1.2 Sumber Filosofi Patricia Benner
Menurut Benner bahwa pengetahuan tentang keperawatan sangat dipengaruhi
oleh Virginia Henderson. Benner mempelajari praktik keperawatan klinis dalam
upaya untuk menemukan dan menggambarkan pengetahuan dalam keperawatan
praktik. Menurutnya pengetahuan berkembang dan pengalaman belajar dan berfikir
melalui refleksi pada situasi praktik dalam keperawatan. Filosofis Benner yang
pertama adalah membedakan antara pengetahuan praktis dan teoritis. Untuk
membangun body of knowledge dalam disiplin ilmu keperawatan melalui disiplin
praktik dengan memperluas pengetahuan dalam praktik keperawatan dikembangkan
melalui pengalaman klinis dan penyelidikan ilmiah berbasis teori.
Menurut Benner perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan kurang
melakukan dokumentasi dengan baik sehingga data dalam praktik dan pengamatan
klinis kurang menghalangi perkembangan teori keperawatan yang unik dan
kekayaan pengetahuan yang tertanam dalam praktik keperawatan (Benner, 1983
dalam Alligood, 2014). Situasi klinis lebih bervariasi dan rumit sehingga praktik
klinis merupakan tempat penelitian dan sumber pengembangan pengetahuan. Dengan
mempelajari praktik perawat dapat mengungkapkan pengetahuan baru. Perawat harus
mengembangkan dasar pengetahuan praktik dan melalui penyelidikan dan
pengamatan mulai merekam dan mengembangkan pengetahuan klinis. Karya dari
Benner ini lebih merujuk kepada artikulasi, artinya sebagai deskripsi/melukiskan,
ilustrasi/menggambarkan dan mengkomunikasikan pada area – area kebijakan
praktis, keterampilan tentang tahu dan bagaimana serta menjelaskan praktik yang
baik (Alligood & Tomey, 2014).
Teori Benner banyak dipengaruhi dari Model Dreyfus yang dikembangkan
oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori Dreyfus mengembangkan akusisi
keterampilan model dengan mempelajari kinerja dan situasi darurat. Dalam
model Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan
perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) Competent,
(4) Proficient, dan (5) Expert. Perubahan dalam empat aspek kinerja terjadi dalam
gerakan melalui tingkat keterampilan akuisisi yaitu :
a. Pergerakan dari ketergantungan pada prinsip abstrak dan aturan untuk penggunaa
berdasarakan pada masa lalu dan pengalaman kongkrit
3
b. Pergeseran dari ketergantungan pada analisis berdasarkan aturan berfikir dan
intuisi
c. Perubahan dalam persepsi pembelajaran situasi yang dilihat sebagai kompilasi
d. Pengamat terpisah berdiri di luar situasi kesalah satu posisi .
Model berbasis situasi dan tidak berbasis sifat sehingga tingkat kinerja individu
bukan bedasarkan karekteristik individu sebagai pemberi tindakan tetapi berdasarkan
fungsi bagaimana perawat dalam pengalamanya menghadapi situasi dan
dikombinasikan dengan latar belakang pendidikan. Dalam penerapan model untuk
keperawatan Benner mencatat bahwa keterampilan berbasis pengalaman lebih aman
dan lebih cepat dibandingkan dengan pengalaman belajar dengan mendengar. Benner
mendefinisikan keterampilan dan praktik trampil berarti menerapkan intervensi
keperawatan dan keterampilan klinis dalam situasi klinis yang sebenarnya. Benner
mengidentifikasikan dua aspek yang saling terkait praktik yang membedakan tingkat
praktik pemula dan lanjutan.
Benner dalam konsep pengalaman yang diuraikan sebagai hasil perkiraan yang
sedang dipertanyakan, diperbaiki atau disangka dalam situasi yang sebenarnya
didasarkan pada karya-karya Heidger (1962) dan Gadamer (1970). Terbukti dengan
tulisan Benner berikutnya mengenai keutamaan asuhan (caring). Dimana manusia
selalu berada dalam situasi, dengan kata lain mereka terlibat dengan penuh makna
didalam konteks tempat mereka berada. Keutaman sebagai manusia adalah
mewujudkan kecerdasan, yang dimaknai sebagai mengetahui sesuatu dengan berada
dalam situasi tersebut, ketika dihadapkan pada situsi yang pernah kita alami ada
kesadaran sebagai makna yang terkandung (Heider dalam Alligood, 2014).
Keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman keperawatan dan kesadaran
persepsi bahwa perawat expert berkembang sebagai pengambil keputusan pada
keadaan situasi menuntun mereka untuk mengikuti firasat mereka saat mencari bukti
untuk mengkonfirasi perubahan yang mereka amati. Teori stress dan koping dari
Lazarus digambarkan sebagai fenomenologis yang digunakan oleh Benner untuk
menggambarkan situasi klinis keperawatan dimana perawat membuat perbedaan
dalam situasi dengan jalan caring. Pendekatan Benner untuk mengembangkan
model From Novice to Expert dimulai dengan menumbuhkan dan hidup dengan
belajar dari praktik keperawatan melalui pengumpulan dan interpretasi masalah
dalam klinis. Patricia Benner’s mencetuskan tentang keutamaan caring. Selain itu
4
visi dari praktik asuhan keperawatan haruslah terdiri dari individu-individu praktisi
yang memiliki keterampilan “tahu bagaimana, kiat ilmu pengetahuan, dan imajinasi
moral, yang terus menerus menciptakan dan mencontohkan praktik yang baik”
(Benner, 1999 dalam Alligood 2014). Sehingga perawat dapat memperluas,
mengubah, menjaga perbedaan etika dan kepentingan serta mampu memvalidasi
keperawatan sebagai suatu praktik yang etis.
5
2.2.3 Competent (Kompeten/Mampu)
Di level ini perawat telah mampu memilih dan memilah aspek mana dari suatu
situasi keperawatan yang benar-benarpenting dan kurang perlu dipertimbangkan
lebih lanjut. Kriteria utama level ini adalah perawat masih memandang suatu situasi
pasien secara parsial, sehingga tindakannya pun kurang dapat menyentuh setiap
dimensi pasien sebagai individu yang holistik.
2.2.4 Proficient (Terampil)
Level ini perawat dapat emmandang situasi secara holistic, tidak hanya per
aspek dari situasi tersebut. Perawat mampu bertindak bagi pasien tanpaterebih dahulu
melalui tahapan penetapan tujuan dan penyusunan rencana tindakan. Perawattelah
lebih banyak berinteraksi dengan pasien dan keluarga pasien.
2.2.5 Expert (Ahli)
Pada level ini perawat telha dapat menentukan inti masalah yang dialami oleh pasien
segera mengetahui intervensi apa yang paling tepat diberikan kepada pasien tanpa harus
melalui serangkaian tahap berpikir analitis. Secara intuitif, perawat ahli dapat menentukan
masalah dan tindakan tanpa dibingungkan dengan berbagai alternative. Pengalaman dan
pengetahuan yang bersinergi dengan baik telah membentuk nilai dan intuisinya sehingga
dapat memandang pasien secara keseluruhan dalamwaktu yang singkat.
6
Bagian dari pengamatan yang terpisah, berdiri diluar situasi, menempatkan diri
terpisah, berdiri di luar situasi, menempatkan diri pada salah satu posisi terlibat, dan
sepenuhnya terlibat dalam situasi tersebut (Benner, Tanner & Chesla, 1996) . Karena
model ini berbasis situasional dan bukan berbasis sifat, tingkatan kinerja bukan merupakan
karakteristik individual dari pelaku individu, namun merupakan fungsi dari kebiasaan yang
diberikan kepada perawat terhadap situasi tertentu dikombinasikan dengan latarbelakang
pendidikannya.
Pada penerapan model dalam keperawatan, Benner mengatakan bahwa “penguasaan
keterampilan berbasis pengalaman lebih aman dan cepat ketika bersandar pada basis
pendidikan”. Benner mendefiniskan keterampilan dan praktik terampil berarti melakukan
intervansi keperawatan yang terampil dan keterampilan dalam penilaian klinis pada situasi
yang sebenarnya. Hal ini sama sekali tidak mengacu pada kemampuan psikomotor bebas-
konteks atau keterampilan demostratif lainnya diluar konteks keperawatan. Fokus
Keunikan, meliputi:
a. Filosofi Benner tentang caring berdasarkan seni moral dan etik pelayanan dan
tanggungjawab, sehingga akan menghasilkan hubungan diantara perawat dan pasien
b. Fokus unik adalah model situasional dimana dalam parktek klinik secara langsung
terdapat adanya level kompetensi atau penjenjangan keterampilan perawat berdasarkan
pada etika praktek keperawatan, sehingga tidak semua perawat di berikan kewenangan
dalam melakukan asuhan keperawatan
c. Benner menekankan adanya lima keterampilan perawat yaitu : pemula, pemula
lanjut, kompeten, profisien dan terampil.
7
Patricia Benner mengambil sudut pandang dari pengamatan terhadap dua fenomena
ini, bahwasanya teori diturunkan atau dikembangkan dari situasi klinis, dan praktik
keperawatan di klinik yang dilaksanakan berdasarkan teori (Alligood, Raille and Tomey.
2006). Maka pada intinya, sesungguhnya antara pengetahuan yang bersifat teoritis dan
pengalaman/pengetahuan yang diperoleh saling menunjang dan memperkuat satu sama
lain. Inilah yang menjadi dasar pemikiran Patricia Benner dalam mengembangkan teorinya
yaitu mengubah pengalaman perawat di klinik dengan menjadikan pengetahuan teoritis
sebagai acuannya. Patricia Benner menjadikan pengalaman klinik sebagai titik tolak karena
memang selalu lebih bervariasi dan kompleks dibandingkan apa yang dituliskan dalam
teori, akan tetapi tetap sangat bergantung pada teori itu sendiri.
Penerapan konsep model keperawatan oleh Benner lebih difokuskan dalam
penguasaan keterampilan. Menurut Benner dalam Alligood (2014), situasi klinis selalu
lebih beragam dibandingkan catatan teoritis, sehingga praktik klinis menjadi sebuah area
pengembangan pengetahuan. Pengalaman yang dimiliki saat berada di praktik klinis
menjadikan seorang perawat untuk bersikap caring, bijak dalam memberikan keputusan,
serta memiliki etika dan moral yang baik. Perawat yang memiliki pengalaman dengan
berbagai masalah dan kasus yang terjadi di lahan praktik memiliki perbedaan pola berpikir
kritis dibandingkan perawat yang jarang mendapatkan kasus dan masalah. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Gobet & Chassy (2008), elemen situasional akan
meningkatkan kompetensi individu dalam mengatur tindakan yang efisien, sehingga saat
perawat berfokus terhadap penyelesaian masalah, maka secara alami perawat akan mudah
saat mengatasi masalah selanjutnya.
Konsep model keperawatan Benner digunakan sebagai konsep dalam pengembangan
tahap keahlian perawat. Benner menjelaskan bahwa asuhan keperawatan yang berkualitas
adalah asuhan keperawatan yang didapatkan dari pengalaman dan latar belakang
pendidikan perawat. Benner menegaskan adanya interaksi yang saling berkaitan antara
teori keperawatan dan praktik keperawatan (Gobet & Chassy, 2008). Teori keperawatan
menjadi pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada tahap
pendidikan, teori keperawatan yang dikuasai oleh peserta didik juga beragam, semakin
tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak teori yang dikuasai. Namun, perancangan
teori tidak akan berkembang jika tidak diseimbangkan dengan praktik yang dilakukan.
Oleh karena itu, semakin banyak pengalaman praktik, semakin berkembang teori yang
disusun. Hal ini akan memberikan dampak pada pemberian asuhan keperawatan pada
pasien.
8
2.3.2. Hubungan Paradigma dengan Model Konseptual Patricia Benner
Patricia Benner melakukan serangkaian pengamatan terkait integrasi antara
pengalaman dan pengetahuan. Hal ini dilakukan karena Patricia Benner berkeyakinan
bahwa pengembangan kompetensi yang berdasarkan pengalaman klinik yang mengacu
pada proses pendidikan akan memberikan hasil yang lebih cepat dan berkualitas (Benner,
1994 dalam Alligood, 2006).Salah satu penelitian yang esensial dalam teori Patricia
Benner adalah yang dilakukan pada tahaun 1978 – 1981. Pada penelitian ini, Patricia
Benner mengkaji persepsi dan interpretasi suatu fenomena keperawatan yang sama oleh
perawat yangmemiliki perbedaan signifikan dalam hal pengalaman, mahasiswa baru
praktik, dan mahasiswa senior. Melalui penelitian ini Patricia Benner mengkaji bagaimana
tingkat pengalaman dan pengetahuan dapat memepengaruhi penilaian perawat terhadap
fenomena keperawatan. Patricia Benner berhasil mengidentifikasi 31 kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang perawat ahli (expert), yang secara induktif dituangkan kedalam
7 domain yaitu peran sebagai pemberi pertolongan, fungsi pemberi edukasi dan pemberi
pelatihan, fungsi sebagai pembuat diagnosa keperawatan dan monitoring pasien,
kemampuan mengatasi situasi yang berubah secara tepat dan mendadak, memberikan
intervensi dan monitoring respon pasien terhadap intervensi keperawatan, memonitor dan
memastikan kualitas pelayanan kesehatan, kemampuan untuk bekerja dan berperan dalam
organisasi/tim.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki integritas dan bersifat satu kesatuan
utuh (Alligood, 2014). Kondisi fiisik dan psikologis tidak dapat saling dipisahkan dari
manusia. Benner meyakini bahwa ada aspek signifikan yang membuat keberadaan manusia
dengan konseptualisasi sebagai peran situasi, tubuh, masalah pribadi, dan temporalitas..
Oleh karena itu, perawat memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan
komprehensif pada klien. Pada penerapan konsep keperawatan, Benner menjelaskan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkan pengalaman yang dimiliki
oleh perawat (Alligood, 2014). Menurut Benner, tingkatan kecerdasan yang dimiliki oleh
individu berasal dari tindakan terampil, sehingga pengalaman klinik yang dimiliki perawat
akan mempengaruhi model asuhan keperawatan yang diberikan.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat akan mempengaruhi peningkatan
dan pertahanan kondisi kesehatan manusia. Menurut Benner, sakit adalah pengalaman
manusia mengenai gangguan, sedangkan penyakit adalah gangguan fisik yang dapat dikaji
(Alligood, 2014). Oleh karena itu, untuk menyelesaikan gangguan sakit dan penyakit yang
terjadi pada manusia, perawat sebaiknya memiliki pengalaman relevan dalam mengatasi
9
gangguan tersebut. Pengalaman tersebut diasumsikan dapat mengatasi gangguan sakit yang
disebabkan dari pengalaman individu tersebut.
Pada intinya, model konseptual yang dikembangkan oleh Patricia Benner sangat
berhubungan dengan konsep paradigma keperawatan. Konsep asuhan keperawatan yang
dikembangkan oleh Benner mengacu pada pengalaman yang dimiliki perawat dalam situasi
di sekitarnya. Benner lebih menggunakan istilah situasi daripada lingkungkan, sehingga
penafsiran situasi dibatasi oleh cara individu yang berada di dalamnya (Alligood,
2014). Interaksi antara perawat dan pasien adalah hal yang menunjang keahlian perawat
dalam mengatasi masalah berikutnya. Interaksi antara manusia, perawat, dan
lingkungannya di masa lalu sangat mempengaruhi kebiasaan dan cara pandang perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan di masa kini dan masa mendatang.
10
BAB 3
KESIMPULAN
Teori yang dikemukakan Patricia Benner tentang caring, kebijaksanaan klinis, dan
etika dalam praktik keperawatan digunakan untuk menegaskan dan mengembalikan praktik
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dengan berorintasi pada efisiensi,
keterampilan teknis dan hasil yang terukur. Seorang perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan haruslah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang kebutuhan manusia
sehari-hari, sehingga dalam penerapannya perawat mampu selaras dengan pasien dan
situasi yang dihadapi saat itu.
Filosofi, praktik, penelitian dan teori adalah hal yang saling ketergantungan, saling
terkait dan hermeneutik menurut Benner. hal ini membuktikkan bahwa pengetahuan
keperawatan tertanam erat dalam praktik, dimana perawat dalam pemberian asuhan
keperawatannya berdasarkan pengetahuan yang didapatkannya dari teori dan penelitian.
Selain itu caring dan etika terkait erat dalam praktik keperawatan, dimana perawat harus
mampu mengatasi batasan antara perawat dengan pasien dalam cerminan kemampuan
berkomunikasi dan kebijaksanaan dalam berkasih sayang, sehingga perawat dapat
memperluas, mengubah, menjaga perbedaan etka dan kepentingan serta mampu
memvalidasi keperawatan sebagai suatu praktik yang etis.
11
DAFTAR PUSTAKA.
Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8th ed.). St. Louis: Elseiver Mosby.
Alligood, Martha Raille and Ann Marriner Tomey. (2006). Nursing Theory Utilization and
Application. Sr. Louis, Missouri: Elsevier Mosby.
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work (8th edn)Alligood, M. R. (2014).
Nursing Theorists and Their Work (8th edn). Nursing Theorists and Their Work (8th edn).
http://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a. Nursing Theorists and Their Work (8th edn).
https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
American Association of Critical-Care Nurses (2013). Retrieved from www.aacn.org
Benner, P. (1996). Expertise in nursing practice: caring, clinical judjment, and ethics. (P.
Lankas, Ed.). New York: Springter Publishing Company, Inc.
Benner, P. Tanner, A., C. & Chesla., A., C. ((1996). Expertis in nursing practice: Caring,
clinical judgment, and ethics. New York : Springer Publishing Company.
Benner, P., (2001). From novice to expert: Excellence and power in clinical
nursing practice (Commemorative edition). New Jersey: Prentice Hall Health.
Black, B.P. (2011). Becoming a nurse: Defining nursing and socialization into professional
practice. In K.K. Chitty& B.P. Black (Eds.), Professional nursing: Concepts and
challenges (6th ed. pp. 126-145). Maryland Heights, MO: Saunders Elsevier.
Dreyfus, S. E., & Dreyfus, H. L. (1980). A five-stage model of the mental activities involved in
directed skill acquisition (Operations Research Center Rep. No. ORC-80-2).
Gobet, F., & Chassy, P. (2008). Towards an alternative to Benner’s theory of expert intuition in
nursing: A discussion paper. International Journal of Nursing Studies, 45(1), 129–139.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2007.01.005
Sitzman, Kathleen L and Lisa Wright Eichelberger. (2011). Understanding the Work of
Nurse Theorists, A Creative Beginning. 2nd Edition. Jones and Bartlett Publishers:
Massachusett
iii 12