SKRIPSI
NOVAL ARAHMAN
NIM. C01415079
Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki “Arsy yang agung”
(Q.S At-Taubah:129)
Janganlah bergantung pada orang lain karena bayanganmu saja dapat meninggalkanmu saat
kamu ada di kegelapan
(Ibnu Taimiyah)
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memudahkan segala urusan ini.
Teruntuk kedua orangtua Ayah dan Ibu tercinta (Rohani Ibrahim) dan (Abd Rahman Falila)
terimakasih atas perjuangan sepenuh hati ini yang telah membesarkanku, merawat dan
mendidikku dari kecil hingga sekarang, yang terus memberikan nasihat, memberikan doa
terbaik, semangat dan dukungan dalam proses studiku yang selalu bersabar dan berkorban
demi kesuksesan anakmu ini. Terima kasih juga kepada saudara adik-adikku yang selalu
memberikan dorongan dan semangat yang membuat aku termotivasi agar tetap semangat
dalam mengejar cita-cita,
Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di dunia, dimana
penderita merasa sulit untuk tidur atau terlalu lama tidur. Kemudian insomnia juga
merupakan keadaan individu yang mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan
kualitas pola istirahatnya, sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi adanya
hubungan gangguan insomnia dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa
keperawatan. Penelitian ini menggunakan metode Sistematic Literatur Review dengan
melakukan pengumpulan data melalui website Google dengan melakukan pencarian
pada situs Researchgate, Google Schoolar, dan One Search. Dengan menggunakan
kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah artikel/jurnal yang ditemukan sebanyak 10 jurnal
yang kemudian dikelompokkan melalui metode penelitian yang digunakan. Hasil
penelitian berdasarkan literatur review terdapat 10 jurnal penelitian ada hubungan
gangguan insomnia dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa keperawatan
1
KATA PENGANTAR
2
6. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
7. Pipin Yunus S.Kep, Ns. M.Kep Selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
8. Ns. Rona Febriyona S.Kep, M.Kes Selaku Ketua Program StudiI lmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
9. Ibu Rona Febriyona, S.Kep, Ns. M.Kes,M.Kep selaku dosen pembimbing 1 dan
Ibu Inne Ariane Gobel, SKM. M.Kes selaku Dosen Pembimbing2 yang telah
memberikan arahannya tanpa kenal bosan, sabar serta tegas.
10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ners Universitas Muhammadiyah
Gorontalo, Terima Kasih Atas Ilmu Yang di Berikan
11. Seluruh Staf Administrasi di Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan yang lebih
khusus lagi pada jurusan Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo yang telah banyak membantu dalam penyelesaian studi
12. Kedua Orang Tua Yang Telah Membimbing dengan Kasih Sayang dan
Pengorbanannya Hingga Penulis dapat Mengikuti Program Pendidikan Ini
13. Teman seperjuangan S1 Keperawatan 2015 dan para pegawai di UMG dan atas
kerjasamanya yang baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebab kan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis.Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan
Penelitian ini.
Gorontalo, 2020
Noval Arahman
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
DAFTAR SINGKATAN...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................5
1.3 RumusanMasalah...........................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................6
1.5.1 Manfaat Teoritis....................................................................................6
1.5.2 Manfaat Praktis......................................................................................6
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Umum Mahasiswa dan Keperawatan................................................7
2.1.1 Tinjauan umum Mahasiwa....................................................................7
2.1.2 Keperawatan..........................................................................................8
2.2 Tinjauan Umum tentang insomnia.................................................................9
2.2.1 Insomnia................................................................................................9
2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Insomnia.........................................................10
2.2.3 Tingkat Insomnia...................................................................................12
2.2.4 Dampak Insomnia Bagi Kesehatan.......................................................12
2.2.5 Kebutuhan Tidur....................................................................................13
2.2.6 Ganguan Tidur.......................................................................................14
2.3 Konsentrasi Belajar.........................................................................................15
2.3.1 Konsentrasi............................................................................................15
2.3.2 Belajar...................................................................................................16
2.3.3 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Konsentrasi Belajar17
2.3.4 Ciri-ciri Konsentrasi Belajar.................................................................18
2.4 Kerangka Berpikir...........................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.............................................................................................21
3.2 Cara Pengumpulan Data..................................................................................21
3.3Diagram Alir.....................................................................................................22
3.4 Metode Analisis Data......................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Literatur Review....................................................................................26
4.2 Pembahasan.........................................................................................33
4.3 Keterbatasan Penelitian.......................................................................37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................................................................38
5.2 Saran....................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1
keperawatan serta pembinaan kehidupan keprofesian, karena pendidikan keperawatan
sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan (Nursalam & Ferry, 2018).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.Insomnia
merupakan keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang di sebabkan karena sulit
memasuki tidur, sering terbangun tengah malam kemudian kesulitan untuk kembali
tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak.Setiap tahun diperkirakan
sekitar 20-50 % orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 %
mengalami gangguan tidur serius.Berdasarkan survei yang ada, prevalensi insomnia
yang terjadi di Amerika mencapai 60-70 kasus orang dewasa. Di Indonesia,
prevalensi insomnia sekitar 10 %, yang berarti 28 juta orang dari total 238 juta
penduduk Indonesia menderita insomnia (Amir, 2017).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) kurang lebih 18%
penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur dan meningkat setiap
tahunnya dengan keluhan yang sedemikian hebat sehingga menyebabkan tekanan
jiwa bagi penderitanya. Pada saat ini diperkirakan 1 dari 3 orang mengalami
insomnia. Nilai ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lainnya (Siregar,
2011).
Di Indonesia Prevalensi insomnia sekitar 10%. Artinya kurang lebih 28 juta
dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia. Jumlah ini hanya mereka
yang terdata dalam data statistik. Selain itu, masih banyak jumlah penderita insomnia
yang belum terdeteksi dan Seseorang yang mengalami insomnia akan mengantuk
pada siang hari, sehingga dapat menurunkan konsentrasi dan akan mengganggu
aktivitas yang khususnya adalah aktivitas belajar (WHO dalam Munir, 2015).
Proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) jumlah
remaja dewasa yang menagalami gangguan insmonia pada tahun 2025 diperkirakan
akan meningkat hingga 11,44%, jumlah tersebut merupakan salah satu jumlah
terbesar di dunia(BPS, 2012).
Menurut (Slameto, 2013) mengungkapkan konsentrasi dalam belajar
merupakan pemusatan perhatian terhadap mata pelajaran dengan mengenyampingkan
2
semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Maka dari itu konsentrasi
merupakan salah satu aspek yang mendukung mahasiswa untuk mencapai prestasi
yang baik dan apabila konsentrasi ini berkurang maka dalam mengikuti proses belajar
di kelas maupun belajar secara pribadi akan terganggu.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Rahmadi, 2017) yang dilakukan pada
mahasiswa keperawatan di salah satu Universitas swasta di Yogyakarta sebanyak 85
orang didapatkan hasil bahwa 17 (20,2%) kesulitan memulai tidur, 12 (14,1%) tiba-
tiba terbangun pada malam hari, 38 (44,7%) sering mengantuk pada siang hari, 23
(27,1%) kurang puas dengan tidurnya, dan 10 (11,9%) merasa letih setelah tidur.
Sama Halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisni Pratiwi
(2017), tentang Hubungan Derajat Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Menunjukan 57,1% mahasiswa mengalami insomnia kategori ringan dan 73,6%
mahasiswa memiliki tingkat konsentrasi belajar kategori cukup. Analisa dengan
Spearman Rank diperoleh p value 0,013 (<0,05).
Tidur merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, secara primer,
tidur memiliki peran tersendiri bagi otak. Tidur menyediakan waktu bagi otak untuk
pulih kembali. Selama tidur, otak dapat memproses informasl, memperkuat memori,
mengelompokkan informasi yang telah ada dan memberikan kesempatan untuk
belajar dan berfungsi secara efektif pada siang hari (Robotham, 2011).
Menurut (Smith 2012,Buysee, 2011, dan Astuti 2016) Kualitas tidur
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keadaan ruang tidur, peralatan
yang digunakan saat tidur, posisi tidur, ada atau tidaknya depresi ataupun gangguan
tidur, dan lama tidur. Walaupun lama tidur mempengaruhi efektivitas aktivitas saat
terjaga, kualitas tidur lebih berperan dalam efektivitas saat terjaga. Sehingga,
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur berupa kesulitan untuk memulai tidur,
kesulitan mempertahankan tidur, dan ketidakpuasan tidur.
Kemampuan konsentrasi pada dasarnya sama, Mahasiswa dapat fokus terhadap
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sikap positif terhadap pelajaran
3
dan sikap positif terhadap dosen. Jika mahasiswa memiliki kesenangan terhadap
pelajaran atau dosen yang mengajar, mereka akan berusaha untuk memperhatikan
pelajaran (Yuniarti, 2017)
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh dewi pujiana (2017)
tentang Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Konsentrasi Belajar Mahasiswa/I
Program Studi Ilmu Keperawatan (Psik) Semester Vi Stikes Muhammadiyah
Palembang, didapatkan hasil bahwa 32 responden lainnya memiliki konsentrasi
belajar kurang baik.Oleh karena itu insomnia memiliki dampak pada kemampuan
untuk berkonsentrasi sehingga dapat mempngaruhi setiap aktivitas yang di lakukan
setiap individu atau mahasiswa, khusunya dalam konsentrasi belajar.
Beberapa aspek dan tindakan pemanfaatan agar supaya dapat mengendalikan
minat belajar ataupun konsentrasi belajar mahasiwa. Salah satunya menurut
penelitian yang dilakukan oleh Cintami Anggun Pratiwi (2015), Berdasarkan hasil
penelitiannya disarankan mahasiswa dapat menggurangi insomnia mereka dengan
upaya melakukan olahraga ringan secara teratur pada pagi hari dan menjaga pola
makan setiap harinya. Dengan upaya ini akan menggurangi insomnia dan minat
belajar mereka akan semakin meningkat dan baik.
ٍ ك َأليَا
َت لِّقَوْ ٍم يَ ْس َمعُون ِ ََو ِم ْن َءايَاتِ ِه َمنَا ُم ُكم بِالَّلي ِْل َوالنَّه
َ ِار َوا ْبتِغَآُؤ ُكم ِّمن فَضْ لِ ِه ِإ َّن فِي َذل
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah tidurmu diwaktu malam dan siang
hari serta usahamu mencari sebagian dari karuniaNya.Sesungguhnya pada
yangdemikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mendengarkan”.[Ar Rum: 23]
4
pendek mereka mengatakan karena ada banyaknya tugas dan beban praktik. Insomnia
yang dialami mahasiswa ditandai dengan berbagai macam hal seperti kesulitan tidur,
bangun ditengah malam dan terbangun lebih awal.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
melalui penelitian yang berjudul tentang “Hubungan Gangguan Insomnia Dengan
Konsentrasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan”.
5
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yakni :Apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan insomnia dengan konsentrasi
belajar pada mahasiswaKeperawatan?
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Mahasiswa dan Keperawatan
2.1.1 Tinjauan Umum Mahasiswa
1. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun
belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan
tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat
dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang
tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis
dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada
diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi (Hartaji,
2012: 5).
Menurut (Yusuf, 2012: 27).Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap
perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada
masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan,
tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup. Ia
juga menyimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai
25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari
akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa
Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama
yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi dari
sekolah menengah atas menuju universitas. Dalam banyak hal, terdapat perubahan
yang sama dalam dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu
struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan
8
kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada
prestasi dan penilaiannya (Santrock, 2012:74)
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan pertumbuhan
kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap kurikulum yang
menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti; terhadap mahasiswa lain yang
berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur mahasiswa yang berbeda
dengan kultur pada umumnya,dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model
baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang
menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2018: 672).
2.1.2 Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalami gangguna fisik, psikis, dan sosial agar dapat pencapai derajat kesehatan
yang optimal. Bentuk pemenuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan
yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari
suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalim, 2018). Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial spiritual yang komperhensif, ditunjukan pada individu,
keluarga dan masyarkat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Kusnanto, 2013).
Roy dalam (Nursalim, 2018) mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan empat model respon
adaptasi. Perubahan internal, eksetrnal, dan stimulus input bergantung dari kondisi
koping individu. Kondisi koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat
adaptasi ditentukan oles stimulus fokal konstektual, dan residual. Stimulus fokal
adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap input yang masuk.
Penggunakan fokal pada umummnya bergantung pada tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang . stimulus konstektual adalah semua stimulus lain
9
yang merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta mempengaruhi
situasi dan dapat di observasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu.
Stimulus residual adalah karakteristik atau riwayat seseorang dan timbul secara
relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respon adaptasi pada
situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawatn dalam
memanipulasi stimulus fokal, konsektual, atau residual pada individu. Dengan
memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan diharapkan individu akan berada
pada zona adaptasi. Jika memungkinkan, stimulus fokal yang dapat mewakili semua
stimulus harus dirangsang dengan baik.
10
tertentu diikuti dengan terjadinya penurunan kesadarandan kemampuan tubuh untuk
merespon stimulus yang tidak begitu penting ( Iqbal, 218)
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan dalam
memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur seseorangdapat
digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur
ataupun sehabis bangun tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh
faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas
tidur) (Bela, 2019)
Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yaitu, faktor
fisiologis, faktor psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis
berdampak dengan penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lemah, lelah, daya tahan
tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda-tannda vital, sedangkan dari faktor
psikologis berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi (Bela, 2019)
11
2.2.2 Ciri-ciri Tidur
ciri tidur di bagi menjadi empat bagian yaitu :
a. Adanya aktifitas yang minim
b. Memiliki kesadaran yang bervariasi
c. Terdapat perubahan proses fisiologis
d. Terjadinya penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
12
Sistim yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah Reticular
Activavating System (RAS)dan Bulbar Synchonizing Regional (BSR) yang terletak
pada batang otak dan bekerja secara intermitten. RAS merupakan jaringan sel yang
membentuk sistim komunikasi dua arah, Memanjang dari batang otak hingga keotak
tengah dan systim. Selain itu RAS dapat menerima rangsangan visual, audio,nyeri
dan stimulus dari korteks serebi termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepinepin
yang membuat individu waspada atau terjaga demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons
danbatang otak tengah,yaitu BSR (Bulbar Synchronizing Regional).
Seseorang yang mencoba tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisi rileks. Jika ruang gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkan serum serotonin.
13
yang memiliki jadwal kerja berubah –ubah, misalnya jadwal kerja (shift) setiap
minggu berubah akan mempengarui pola tidur.
14
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola
istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup
yang di inginkan. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan
transport oksigen, gangguan metabolism, kerusakan eliminasi, pengaruh obat,
imnobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang menganggu
dan lain-lain (Carpenito, 2012).
15
Menurut (Ilham, 2017) insomnia merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur,
dan rasa tidak puas dengan tidurnya.Insomnia juga merupakan keadaan tidak dapat
tidur atau terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat
tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi.24 Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa insomnia sebagai kondisi dimana seseorang
sulit untuk memulai tidur dan mempertahankan tidurnya, atau mudah terbangun dan
tidak dapat tidur lagi. Walaupun mereka memiliki waktu tidur yang cukup, namun
tidur mereka lakukan tidak memiliki kualitas akan menimbulkan kelelahan dipagi
harinya sehingga merasa tidak puas dengan tidurnya.
Menuurut (Nindhy, 2017) seseorang yang mengalami gangguan sulit tidur
(insomnia) akan berkurang kuantitas dan kualitas tidurnya. Insomnia adalah
gangguan tidur yang sering dikeluhkan. Gangguan tidur ini dapat mempengaruhi
pekerjaan, aktivitas sosial dan status kesehatan bagi penderita. Seseorang dapat
mengalami insomnia akibat stress situasional seperti masalah keluarga, masalah
ditempat kerja atau kampus, penyakit atau kehilangan orang yang dicintai. Kesulitan
tidur, sering terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali, dan bangun dini hari
serta merasa tidak segar saat bangun pagi adalah jenis-jenis keluhan inspmnia yang
biasa dialami oleh penderita
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur sehingga
dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat baik kualitas maupun kuantitas.
Insomnia juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mana seseorang
mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari dan mereka sering terbangun lebih
awal dan tidak tidur lagi dengan nyenyak. Insomnia bisa terjadi kepada siapa saja
baik itu dengan anak-anak, remaja maupun lanjut usia, tentunya dengan tingkatan dan
penyebab yang berbeda-beda. Begitu juga dengan mahasiswa, kebanyakan
mahasiswa pasti pernah mengalami insomnia. Banyak penyebab yang menyebabkan
mahasiswa menjadi insomnia namun yang paling sering disebabkan dua hal, yaitu
faktor kebiasaan dan faktor psikologis (Cintami, 2015)
16
Menurut NSF (National Sleep Foundation), gangguan tidur dapat menimbulkan
beberapa efek pada manusia. Ketika kurang tidur, seseorang akan berpikir dan
bekerja lebih lambat, membuat ba- nyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat se-
suatu. Hal ini mengakibatkan penurunan produk-tivitas kerja dan dapat menyebabkan
kecelakaan. Efek lainnya pada pekerja, yaitu pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak
sabar, gelisah dan dep- resi. Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan
keluarga, serta mengurangi aktivi-tas sosial. Kurang tidur pada pekerja merupakan
penyebab utama terjadinya penurunan produktivi-tas, ketidakhadiran pekerja
(absentisme), dan ke-celakaan di tempat kerja (Muhamad, 2014)
Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah
kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah
episode tidur tersebut. Jadi, insomniaadalah gejalakelainan dalam tidurberupa
kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan
untuk melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala
yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan
pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi
dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup (Fitriani, 2017)
Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang, mengalami kesulitan
kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur atau tidur singkat atau tidur non
restoratife. Penderita insomnia mengeluarkan rasa ngantuk yang berlebihan di siang
hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup. Insomnia dapat menandakan
adanya gangguan fisik atau psikologis. Seseorang dapat mengalami insomnia
transient akibat stress situsional seperti masalah keluarga, kerja, sekolah, kehilangan
orang yang dicintai, Insomnia dapat terjadi berulang tetapi di antara episode tersebut
klien dapat tidur dengan baik. Namun, kasua insomnia temporer akibat situasi stress
dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin
disebabkan oleh kekhawatiran dan kecemasan yang terjadi untuk mendapatkan tidur
yang adekuat tersebut ( Evi, 2011)
17
2.3.2 Klasifikasi Insomnia
Menurut (Fitriani, 2017) Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem
diagnostik yaitu International Code Of Diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep
Disorders (ISD). Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Organik
2. Non organik
a. Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
b. Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti
mimpu buruk, berjalan sambil tidur, dll). (WHO, 2010)
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
2. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
3. Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan tertentu
18
kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko
terjadinya insomnia.
e. Perjalanan jauh (jet lag)dan perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari
sering meningkatkan resiko insomnia ( Fitriani, 2017)
19
Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap terjadinya insomnia, lingkungan
yang bising, seperti lingkungan pesawat terbang, lintasan kereta api, pabrik yang
terus beroperasi atau suara tv yang keras dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.
Lingkungan dengan ketegangan, situasi berisik dan pertengkaran yang terus menerus
dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.Bagi sebagian orang, tidur perlu suasana
dan kondisi yang benar-benar tenang. Selain itu suhu dan bau dalam suatu lingkungan
akan mempengaruhi pola tidur.
5. Faktor gaya hidup
Faktor gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu munculnya insomnia.
Kebiasaan mengonsumsi kopi, rokok, alkohol, obat penurun berat badan dan jadwal
kegiatan yang tidak teratur, juga dapat menjadi penyebab sulit tidur. Mengkonsumsi
alkohol, rokok, makanan atau minuman yang mengandung kafein, atau obat penurun
berat bedan sebelum tidur akan membuat tubuh tetap terjaga, akibatnya tidur semakin
sulit didaptkan.
6. Faktor tidur siang berlebihan
Faktor yang terakhir adalah tidur siang yang berlebihan.Tidur siang bagi
sebagian orang memang diperlukan, tapi dalam batas dan keperluan yang sewajarnya.
Gunakan waktu di siang hari untuk berkerja dan melakukan aktivitas, sehingga ketika
malam sudah tidak ada pekerjaan dan aktivitas, ketika siang hari tubuh digunakan
untuk beraktivitas dan bekerja, pada malam hari tubuh akan merasa lelah dan akan
mempermudah untuk tidur.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar
belakangi terjadinya insomnia yaitu Faktor psikologi yang ditandai dengan stress
yang berkepanjangan, keinginan yang tidak tercapai, berita-berita buruk atau
kegagalan. Problem psikiatri yang ditandai dengan depresi.Faktor fisik yang ditandai
dengan asma, flu, sinusitus, asam urat dan sebagainya.Faktor lingkungan yang
ditandai dengan lingkungan yang bising. Faktor gaya hidup seperti Mengkonsumsi
alkohol, rokok, makanan atau minuman yang mengandung kafein, atau
mengkonsumsi obat-obatan, dan faktor tidur siang berlebihan.
20
2.3.5 Tingkat Insomnia
Akoso dalam (Erliana, 2013) menyatakan ada 3 tingkatan insomnia yaitu :
1. Insomnia akut/ ringan
Insomnia yang berlangsung beberapa malam hingga beberapa hari.
2. Insomnia sedang
Insomnia yang biasanya berlangsung kurang dari tiga minggu.
3. Insomnia berat/ kronik
Insomnia yang terjadi setiap saat, menimbulkan penderitaan dan berlangsung
sebulan atau lebih (kadang bertahun-tahun).
21
5. Kecelakaan
Penelitian telah menunjukkan bahwa insomnia memainkan peran utama
dalam kecelakaan mobil. Setiap tahun, lebih dari 100.000 kecelakaan mobil
di jalan raya disebabkan oleh kantuk atau insomnia.
6. Kematian dini
Insomnia yang dipicu kelainan genetik Fatal Familial Insomnia bisa
memicu dampak yang benar-benar fatal, yakni kematian. Kelainan bawaan
yang dicirikan dengan susah tidur ini mempengaruhi fungsi otak hingga
kehilangan memori dan sulit mengendalikan gerakan. Pasien bisa
meninggal karena kelelahan parah setelah berbulan-bulan tidak bisa tidur
nyenyak, ditambah tremor atau gemetaran seluruh badan.
7. Darah tinggi dan penyakit kronis lainnya
Para ilmuwan di Henry Ford Center of Sleep Disorder membuktikan, makin
lama waktu yang dibutuhkan sejak berbaring hingga terlelap bisa berarti
semakin tinggi pula risiko kematian hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Demikian juga yang tidurnya tidak nyenyak, makin sering terbangun di
tengah malam risiko hipertensi juga makin meningkat. Selain hipertensi,
berbagai penyakit kronis lainnya juga sering dikaitkan dengan riwayat
insomnia. Di antaranya yang masih berkaitan dengan hipertensi adalah
serangan jantung, lalu diabetes, obesitas dan kanker payudara.
8. Gangguan pendengaran
Memang tidak banyak orang yang jadi tuli hanya karena insomnia atau
susah tidur. Namun bagi yang memiliki riwayat tinnitus atau telinga
berdenging, kurang tidur akibat gangguan insomnia bisa memperburuk
kondisi itu dan jika tidak diatasi bukan mungkin bisa berakhir jadi tuli
permanen.
22
Terapi tingkah laku meliputi edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.dan
teknik relaksasi.
b. Terapi kognitif.
- Restriksi Tidur
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di
tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol Stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas
c. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :
- Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
- Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
- Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit
setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
- Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.Hanya
menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
- Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
pernapasan atau beribadah
- Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur
pada malam hari.
- Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti
menghindari kebisingan
- Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
- Menghindari makan besar sebelum tidur
- Cek kesehatan secara rutin (Fitriani, 2017)
-
23
2.4 Konsentrasi Belajar
2.4.1 Konsentrasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsentrasi merupakan pemusatan
perhatian atau pikiran pada suatu hal. Konsentrasi belajar berasal dari kata
konsentrasi dan belajar (KBBI, 2014).
Menurut asal katanya, konsentrasi atau concentrate (kata kerja) berarti
memustakan, dan dalam bentuk kata bentuk kata benda, concentration artinya
pemusatan. Konsentrasi adalah pemusatan perhatian pikiran terhadap suatu hal
dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Implikasi
pengertian diatas berarti pemusatan pikiran terhadap bahan yang dipelajari dengan
mengesampingkan semua hal yang tidak ada hubungannya degan pelajaran tersebut.
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan
menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar
konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan
menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran
(Amalia, 2014)
Konsentrasi adalah pemusatan kesadaran jiwa terhadap suatu objek
yangmemang disengaja. Konsentrasi juga disebut sebagai perhatian yang memusat
atauperhatian konsentratif, yakni perhatian yang hanya ditujukan kepada satu
objektertentu. Konsentrasi memiliki fungsi selektif, dalam memilih informasi
yangsesuai dengan objek yang dijadikan sasaran fokus pikiran dengan
memadamkanperangsang lain yang dapat mengganggu (Hidayat 2016).
Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti
konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi
dalam bentuk perhatian yang terpusat pada suatu pelajaran. Maka dari itu konsentrasi
pekerjaan paruh waktu yang menekan waktu untuk tidur, sehingga menyebabkan
dewasa mudah akan tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu kuliah.
Akibat adanya tuntutan gaya hidup tersebut, maka akan memperpendek waktu yang
tersedia untuk tidur dan kebutuhan fisiologis, maka sering kali mengantuk berlebihan
24
karena mengalami sejumlah perubahan yang sering kali mengurangi waktu tidur
(Dewi, 2017)
Menurut Rori (dalam Wiwin Lindarto: 2012) konsentrasi adalah pemusatan
pemikiran kepada suatu objek tertentu. Semua kegiatan membutuhkan konsentrasi,
dengan konsentrasi kegiatan tersebut dapat dikerjakan lebih cepat dan hasil yang
diperoleh bisa lebih baik. Oleh karena itu konsentrasi sangat penting dan perlu dilatih.
Pengertian konsentrasi secara umum adalah sebagai suatu proses pemusatan
pikiran kepada suatu objek tertentu. Artinya tindakan atau pekerjaan yang kita
lakukan dilakukan secara sungguh-sungguh dengan memusatkan seluruh panca indra
kita, penciuman, pendengaran, penglihatan dan fikiran kita. Bahkan yang sifatnya
abstrak sekalipun yaitu perasaan. Konsentrasi ketika mendengar guru menyampaikan
materi pastilah harus kita dengar oleh telinga dengan memastikan bahasa dan
perintahnya jelas dan pesan itu untuk siapa dan apakah itu perlu disampaikan lagi
oleh oranglain apa tidak. Ketika memahami kata perkata tentu harus paham betul arti
kata yang dimaksud, pendengaran kita harus mampumenyerap apa yang disampaikan
guru. Sehingga maksud dan tujuannya sampai. Ketika kita memahami dengan
pendengaran dan mampu mengerti apa yang dimaksud dengan bersungguh-sungguh
mendengar serta memperhatikannya dengan sungguh-sungguh maka itu dinamakan
konsentrasi ( Amalia, 2014).
Gangguan konsentrasi pada saat belajar banyak dialami oleh para pelajar
terutama didalam mempelajari mata pelajaran yang mempunyai tingkat kesulitan
cukup tinggi, misalnya pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pasti, atau mata
pelajaan yang termasuk kelompok ilmu sosial. Kesulitan konsentrasi semakin
bertambah berat jikaseorang pelajar terpaksa mempelajari pelajaran yang tidak
disukainya atau pelajaran tersebut diajarkan oleh pengajar yang juga tidak disukainya
(Amalia, 2014)
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
25
memperolehnya. Jika seorang siswa sering merasa tidak dapat berkonsentrasi di
dalam belajar, sangat mungkin ia tidak dapat merasakan nikmat dari proses belajar
yang dilakukannya. Sulitnya berkonsentrasi mungkin dapat terjadi karena seseorang
mempelajari pelajaran yang tidak disukai, pelajaran yang dirasakan sulit, pelajaran
dari guru yang tidak disukai, atau suasana tempat belajar yang ia pakai tidak
menyenangkan. Sering kali masalah konsentrasi pada saat belajar dialami oleh para
pelajar terutama di dalam mempelajari mata pelajaran yang mempunyai tingkat
kesulitan cukup tinggi, misalnya pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pasti, atau
mata pelajaran yang termasuk kelompok ilmu sosial ( Amalia, 2014)
26
c. Perilaku psikomotor
siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan :
1. adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk
guru
2. komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang
penuh arti
2.4.3 Prinsip Konsentrasi
Menurut (Amalia, 2014) Konsentrasi yang efektif adalah suatu proses
terfokusnya perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang
dilakukannya dan proses tersebut terjadi secara otomatis serta mudah karena orang
yang bersangkutan mampu menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya
Ada beberapa prinsip konsentrasi yang efektif :
a. Konsentrasi pada hakekatnya merupakan kemampuan seseorang dalam
mengandalikan kemauan, pikiran, dan perasaannya. Dengan kemampuan
tersebut, seseorang akan mampu memfokuskan sebagian besar perhatiannya
pada objek yang dikehendaki.
b. Untuk mengendalikan kemauan, pikiran, dan perasaan agar tercapai
konsentrasi yang efektif dan mudah, seseorang harus berusaha menikmati
kegiatan yang saat itu sedang dilakukannya
c. Konsentrasi akan terjadi secara otomatis dan mudah jika seseorang telah
menikmati kegiatan yang dilakukannya
d. Salah satu penunjang pertama dan utama untuk dapat melakukan
konsentrasi efektif adalah adanya kemauan yang kuat dan konsisten
e. Untuk dapat melakukan konsentrasi efektif diperlukan faktor pendukung
dari dalam diri orang tersebut (faktor internal) yang meliputi konsisi mental
dan fisik yang sehat
f. Konsentrasi efektif juga baru akan terjadi maksimal jika didukung oleh
faktor-faktor yang ada di luar orang tersebut (faktor eksternal), yaitu situasi
dan konsisi lingkungan yang menimbulkan rasa aman, nyaman, dan
menyenangkan
27
g. Salah satu prinsip utama terjadinya konsentrasi efektif adalah jika seseorang
dapat menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya
ketidaknyamanan.
28
Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi
kesehatan badan secara menyeluruh, artinya (a) kondisi badan yang
normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius,
(b) kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih menunjang
konsentrasi, (c) cukup tidur dan istirahat, (d) cukup makan dan minum
serta makanan yang dikonsumsi memenuhi standar gizi untuk hidup
sehat, (e) seluruh panca indera berfungsi dengan baik, (f) tidak
mengalami gangguan fungsi otak karena penyakit tertentu, seperti sering
kejang, ayan, dan hiperaktif, (g) tidak mengalami gangguan saraf, (h)
tidak dihinggapi rasa nyeri karena penyakit tertentu, seperti mag dan
sakit kepala, (i) detak jantung normal. Detak jantung ini mempengaruhi
ketenangan dan sangat mempengaruhi konsentrasi efektif, dan (j) irama
napas berjalan baik. Sama halnya dengan jantung, irama napas juga
sangat mempengaruhi ketenangan
b. Faktor Rohaniah
Untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif, kondisi rohani
seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi hal-hal berikut (a) kondisi
kehidupan sehari-hari cukup tenang, (b) memiliki sifat baik, terutama
sifat sabar dan konsisten, (c) taat beribadah sebagai penunjang
ketenangan dan daya pengendalian diri, (d) tidak dihinggapi berbagai
jenis masalah yang terlalu berat, (e) tidak emosional, (f) tidak sedang
dihinggapi stres berat, (g) memiliki rasa percaya diri yang cukup, (h)
tidak mudah putus asa, (i) memiliki kemauan keras yang tidak mudah
padam, dan (j) bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut,
was-was, dan gelisah.
2.4.6 Cara Meningkatkan Konsentrasi
Menurut (Ema, 2016) beberapa cara untuk meningkatkan konsentrasi belajar
seperti: memberikan kerangka waktu yang jelas, mencegah siswa agar tidak terlalu
29
cepat berganti dari tugas satu ke tugas lain, mengurangi jumlah gangguan dalam
ruangan kelas, memberikan umpan balik dengan segera, merencanakan tugas yang
lebih sedikit daripada memberikan satu sesi yang banyak dan menetapkan tujuan
dengan menawarkan hadiah untuk memotivasina agar terus bekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Nuryana & Purwanto (2013) berjudul
Efektivitas Brain Gym dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar pada Anak
menyebutkan bahwa otak yang bekerja terlalu keras akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri, selain itu juga menyebabkan
kelelahan pada otak sehingga konsentrasi belajar pada anak dapat menurun. Brain
gym dilakukan dengan cara menstimulasi gelombang otak melalui gerakan-gerakan
ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki seperti gerakan silang, saklar
otak dan pasang telinga. Gerakan tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar
dan pemusatan perhatian atau konsentrasi anak karena seluruh bagian otak digunakan
dalam proses belajar dan konsentrasi, sehingga brain gym dapat berpengaruh untuk
meningkatkan konsentrasi, atensi dan kewaspadaan.
Konsentrasi juga dapat ditingkankan melalui relaksasi atensi untuk
meningkatkan kepekaan indra visual. Relaksasi atensi merupakan teknik pereduksian
kecemasan, stres, dan tegangan oleh individu sehingga dapat bermanfaat untuk
meningkatkan konsentrasi. ajar yang berisik, gangguan kesehatan jasmani, dan tidak
memiliki cara berkonsentrasi yang baik (Ema, 2016)
2.4.7 Belajar
Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik
latihan di dalam laboratorium maupun di dalam lingkungan alamiah. Belajar juga
dapat dikatakan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman.
Dimyati dan Mudjiono (2013) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku.
Pada saat orang belajar maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responsnya akan menurun. Selain itu, menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama
30
periode waktu tertentu, dan perubahan perilku itu tidak berasal dari proses
pertumbuhan. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa belajar mengacu pada
perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dalam arti luas belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau
mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat
dalam berbagai bidang studi atau, lebih luas lagi, dalam berbagai aspek kehidupan
atau pengalaman yang terorganisasi. Belajar selalu menunjukkan suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu.
Belajar merupakan suatu proses perubahan kepribadian didalam diri manusia.
Perubahan tersebut terlihat dari peningkatan kualitas dan kuantitastingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
dan daya pikir. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas, dengan begitu orang
dapat menentukan arah dan tahapan belajar guna mencapai tujuan belajar.
Keberhasilan belajar seseorang dapat dilihat dari sejauh mana mereka mencapai
tujuan belajar tersebut. Selain tujuan yang jelas, kemauan yang kuat untuk belajar
juga diperlukan agar tujuan belajar dapat tercapai (Ema, 2016)
31
c) cukup tidur dan istirahat,
d) cukup makan dan minum serta makanan yang dikonsumsi memenuhi
standar gizi untuk hidup sehat,
e) seluruh panca indera berfungsi dengan baik,
f) detak jantung normal. Detak jantung ini mempengaruhi ketenangan dan
sangat mempengaruhi konsentrasi efektif, dan
g) irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan jantung, irama napas
juga sangat mempengaruhi ketenangan.
2) Rohani :
a) kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang,
b) memiliki sifat baik,
c) taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan daya pengendalian
diri,
d) tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu berat,
e) tidak emosional,
f) memiliki rasa percaya diri yang cukup,
g) tidak mudah putus asa,
h) memiliki kemauan keras yang tidak mudah padam, dan
i) bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa takut, was-was, dan
gelisah.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal berarti hal-hal yang berada di luar diri seseorang atau dapat
dikatakan hal-hal yang berada di sekitar lingkungan. Beberapa factor eksternal yang
mempengaruhi belajar adalah:
1) Lingkungan : terbebas dari berbagai suara yang keras dan bising sehingga
mengganggu ketenangan. Udara sekitar harus cukup nyaman, bebas dari
polusi dan bau yang mengganggu.
2) Penerangan harus cukup agar tidak mengganggu penglihatan.
32
3) Orang-orang di sekitar harus mendukung suasana tenang apalagi
lingkungan tersebut merupakan lingkungan belajar.
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar salah satunya adalah kondisi
kesehatan. Kondisi yang sehat merupakan kondisi yang plaing baik untuk aktivitas
belajar sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik. Cara menjaga kondisi kesehatan
yaitu dengan makan makanan yang sehat, olahraga yang teratur, dan tidur yang
cukup.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI menyebutkan bahwa
keberhasilan belajar pada siswa dipengaruhi oleh strategic invesment yaitu prinsip
yang mempercayai bahwa pada dasarnya keberhasilan belajar dipengaruhi oleh
kemauan siswa untuk menginvestasikan waktu, upaya, dan perhatiannya terhadap
proses belajarnya dengan menggunakan strategi belajar dalam proses belajarnya.
Ketika hendak untukfokus belajar, kita harus mempersiapkan fisik yang fresh,
bebas dari gangguan rasa lapar, rasa mengantuk, rasa letih, dan bebas dari gangguan
segala jenis penyakit. Selain itu kondisi mental juga harus bebas dari ketegangan
emosional agar dapat mudah terfokus untuk belajar (Ema, 2016)
33
1. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,
informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa
yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan kesiapan
pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan, komprehensif dalam
penafsiran informasi, mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, dan
mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
2. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku
ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan adanya
penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu, respon yang berupa keinginan
untuk mereaksi bahan yang diajarkan, mengemukakan suatu pandangan atau
keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
3. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar
dapat ditengarai dengan adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai
dengan petunjuk guru, serta komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan
gerakan-gerakan yang penuh arti.
34
2.4 Kerangka Konsep
2.4.1 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan suatu kerangka untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Istilah “teori” disini menunjuk pada sumber penyusunan kerangka dapat
berupa teori yang ada, definisi konsep, atau dapat dari logika (Sumantri, 2018).
Berdasarkan tinjauan teori yang telah di bahas sebelumnya, peneliti merangkumnya
dalam kerangka teori berikut ini :
35
2.4.2 Kerangka Berpikir
Keterangan :
: Variabel Independet
: Variabel Dependent
: Hubungan
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
37
2. Strategi dalam pengumpulan jurnal berbagai literatur dengan menggunakan
situs jurnal yang sudah terakreditasi seperti Google Schoolar, Onesearch.id,
Garuda.ristekbrin.go.id,doaj.org.
3. Cara penulisan yang efektif untuk setting jurnal dengan memasukkan kata
kunci sesuai judul penulisan dan melakukan penelusuran berdasarkan advance
search dengan penambahan notasi AND/OR atau menambakan simbol +.
Misalnya peneliti melakukan pencarian pada mesin pencarian Google Schoolar
dengan mengetik kata ”Gangguan Insomnia”, “Konsentrasi belajar”.
4. Melakukan Pencarian Berdasarkan Full Text
5. Melakukan penilaian terhadap jurnal dari abstrak apakah berdasarkan
penelitian dan melakukan critical appraisal dengan tool yang ada.
Studi literatur
pengumpulan data
konseptualisasi
analisa data
38
Literature review dimulai dengan materi hasil penulisan yang secara sekuensi
diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Kemudian
membaca abstrak, setiap jurnal terlebih dahulu untuk memberikan penilaian apakah
permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam suatu
jurnal.Mencatat poin-poin penting dan relevansinya dengan permasalahan penelitian,
Untuk menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat, penulis hendaknya juga mencatat
sumber informasi dan mencantumkan daftar pustaka. Jika memang informasi berasal
dari ide atau hasil penulisan orang lain. Membuat catatan, kutipan, atau informasi
yang disusun secara sistematis sehingga penulisan dengan mudah dapat mencari
kembali jika sewaktu-waktu diperlukan (Darmadi, 2011 dalam Nursalam, 2016).
Setiap jurnal yang telah dipilih berdasarkan kriteria, dibuat sebuah kesimpulan
yang menggambarkan penjelasanGangguan Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar
Pada Mahasiswa Keperawatan Sebelum penulis membuat kesimpulan dari beberapa
hasil literatur, penulis akan mengidentifikasi dalam bentuk ringkasan secara singkat
berupa tabel yang beirisi nama penulis, tahun penulisan, rancangan studi, sampel,
instrumen (alat ukur), dan hasil penelitian. Setelah hasil penulisan dari beberapa
literatur sudah dikumpulkan, penulis akan menganalisaGangguan Insomnia Dengan
Konsentrasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatandalam bentuk pembahasan.
Tabel 3.1 Kriteria inklusi pada litelature ini yaitu:
Kriteria Inklusi
39
Alur Seleksi literatur berdasarkan jurnal di bawah ini:
Literatur diidentifikasi
Literatur dikeluarkan
1. Judul
Literatur di screening melalui 2. Hanya abstrak (tidak full
SCREENING akses dan full text, tahun text)
terbitan 5 tahun terakhir. 3. Goggle akses (tidak bisa
didownload/berbayar)
4. Memerlukan username dan
pasword untuk login
repository
Literatur d keluarkan
Literatur dikaji kelayakan 1. Literatur merupakan
KELAYAKAN
ulasan, opini
2. Literatur review
Kriteria Inklusi
1. Full text
INKLUSI 2. Literatur studi
Literatur yang memenuhi kuantitatif
kriteria inklusi 3. Hasil menunjukkan
tujuan dari penelitian
40
3.4 Metode analisis data
Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan
dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, rancangan
studi, tujuan penelitian, sampel, instrument (alat ukur) dan ringkasan hasil atau
temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan
sesuai alfabel dan tahun terbit jurnal dan sesuai dengan format tersebut di atas.
Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan
dicermati.Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang
terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian.Metode analisis yang
digunakan menggunakan analisis isi jurnal.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
42
Proses pencarian artikel yang direview dapat dilihat pada gambardi bawah ini:
Identification
keyword : Artikel yang diidentifikasi melalui
1. Gangguan pencarian (N= 1.091 )
Insomnia 1. Onesearch (∑ 31 )
2. Konsentrasi 2. Google Scholar (∑
Belajar 1.060)
3. Mahasiwa
Keperawatan
Penulisan Judul
43
1. Nindhy Olii “Hubungan Kejadian Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar Pada Mahasiswa
Semester V Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi “ 2018 (Jurnal Pendukung)
2. Wisni Pratiwi “Hubungan Derajat Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta “ 2017 (Jurnal
Pendukung)
3. Varlie Charoline Tanawani “Hubungan Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar Mahasiswa
Program Studi Kedokteran Tingkat 1 Universitas Sebelas Maret” 2017 (Jurnal
Pendukung)
4. Ema waliyanti “Hubungan Derajat Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan di Yogyakarta “ 2017 (Jurnal Pendukung)
5. Erni Purwaningsih “Hubungan Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar Pada Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta”2010 (Jurnal Pendukung)
6. Cintami Anggun Pratiwi “Hubungan Antara Insomnia Dengan Konsentrasi Belajar Pada
Mahasiswa Asrama Stikes Muhammadiyah Palembang” 2015 (Jurnal Pendukung)
44
Berdasarkan review jurnal sebagaimana dijabarkan dalam studi karakterisitik, peneliti melakukan pengelompokan dan
pemetaan data sebagai berikut:
Tehnik
Jenis
Penulis Judul Tujuan Responden Pengambilan Hasil Perbedaan Persamaan
Penelitian
Sampel
Nindhy Hubungan Untuk pendekatan 66 Total Sampling Sebagian besar Menggunakan Mengkaji
Olii Kejadian menganali Cross Responden responden metode cross variable yang
(2018) Insomnia sis sectional mengalami sectional yang sama antara
Dengan hubungan insomnia jangka menggunakan kejadian
Konsentrasi kejadian pendek dengan sistim kuisiner insomenia dan
Belajar insomnia konsentrasi konsentrasi
Pada dengan belajar baik belajar
Mahasiswa konsentras berjumlah 22
Semester V i belajar responden
Program pada (52,4%).
Studi Ilmu mahasiswa Kesimpulannya
Keperawata ada hubungan
n Fakultas kejadian
Kedokteran insomnia dengan
Universitas konsentrasi
Sam belajar pada
Ratulangi mahasiswa.
Wisni Hubungan Untuk Penelitian 91 proportional 57,1% Menggunakan Mengkaji
Pratiwi Derajat mengetahu kuantitatif Responden stratified mahasiswa metode cross variable yang
(2017) Insomnia i hubungan menggunakan random mengalami sectional yang sama antara
Dengan antara rancangan sampling insomnia menggunakan kejadian
Konsentrasi derajat korelasional kategori ringan sistim kuisiner insomenia dan
Belajar insomnia dengan dan 73,6% konsentrasi
Mahasiswa dengan pendekatan mahasiswa belajar
Program konsentras cross memiliki tingkat
Studi Ilmu i belajar sectional konsentrasi
Keperawata pada belajar kategori
45
n mahasiswa cukup. Analisa
Universitas dengan Spearman
Muhammad Rank diperoleh p
iyah value 0,013
Yogyakarta (<0,05).
Kesimpulannya
Terdapat
hubungan antara
derajat insomnia
dengan
konsentrasi
belajar
mahasiswa, dari
hasil tersebut
disarankan bagi
mahasiswa dapat
menjaga pola
tidur dan
menghindari
faktor penyebab
insomnia agar
konsentrasi
belajar ketika
dikelas tidak
terganggu.
46
Varlie Hubungan Untuk pendekatan 221 Total sampling Hasil Menggunakan Mengkaji
Charoline Insomnia mengetahu Cross responden Menunjukan metode cross variable yang
Tanawani Dengan i hubungan sectional Mahasiswa yang sectional yang sama antara
(2017) Konsentrasi derajat mengalami menggunakan kejadian
Belajar insomnia insomnia dengan sistim kuisiner insomenia dan
Mahasiswa dengan konsentrasi baik konsentrasi
Program konsentras sebanyak 72 belajar
Studi i belajar orang, yang
Kedokteran mahasiswa kurang baik 59
Tingkat 1 program orang.
Universitas studi
Sebelas kedokteran
Maret
47
terdapat
hubungan derajat
insomnia dengan
konsentrasi
belajar mahasiwa
keperawatan di
Yogyakarta.
Erni Hubungan untuk pendekatan 90 responden Total sampling Hasil penelitian Menggunakan Mengkaji
Purwanin Insomnia mengetahu Cross ini menunjukkan metode cross variable yang
gsih Dengan i hubungan sectional mayoritas sectional yang sama antara
(2010) Konsentrsi insomniad mengalami menggunakan kejadian
Belajar engan insomniatinggi sistim kuisiner insomenia dan
Pada konsentras sebanyak konsentrasi
Mahasiswa i belajar (65,6%), dan belajar
Sekolah mahasiswa konsentrasi
Tinggi Ilmu sekolah belajar mayoritas
Kesehatan tinggi ilmu rendah sebanyak
Guna kesehatan (58,9%).
Bangsa guna
Yogyakarta bangsa
yogyakarta
48
Cintami Hubungan untuk pendekatan 79 Simple Random Hasil penelitian Menggunakan Mengkaji
Anggung Antara mengetahu Cross Responden Sampling ini menunjukkan metode cross variable yang
Pratiwi Insomnia i hubungan sectional mayoritas sectional yang sama antara
(2015) Dengan antara mengalami menggunakan kejadian
Konsentrsi insomnia insomniatinggi sistim kuisiner insomenia dan
Belajar dengan sebanyak konsentrasi
Pada konsentras (75,9%), dan belajar
Mahasiswa i belajar konsentrasi
Stikes pada belajar mayoritas
Muhammad mahasiswa rendah sebanyak
iyah asrama (53,2%).
Palembang STIKes
Muhamma
diyah
Palembang
49
4.2 Pembahasan
Insomnia memiliki dampak pada kemampuan untuk berkonsentrasi. Seseorang
yang mengalami insomnia akan mengantuk pada siang hari sehingga dapat
menurunkan konsentrasi dan akan menganggu aktivitas. Konsentrasi diperlukan agar
dapat berpikir dan bertindak untuk memiliki perhatian terhadap objek yang dipelajari
dengan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan
pembelajaran (Munir,2015).
Insomnia yang terjadi pada mahasiswa biasanya disebabkan oleh beban atau
tanggung jawab yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas atau harus belajar dengan
materi yang cukup banyak. Jadi meskipun pada malam hari mahasiswa mengalami
insomnia namun di siang hari mereka harus tetap mempertahankan konsentrasi
belajar yang baik. Pemusatan pemikiran yang tergantung dari mahasiswa itu sendiri.
Meskipun mempunyai kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk berkonsentrasi
karena kurangnya istirahat tetapi tetap mereka berusaha untuk fokus, juga didukung
oleh minat dan ketertarikan dalam diri sendiri sehingga tetap ingin belajar (Nindhy
Olii 2018, Wisni Pratiwi 2017, dan Varlie Charoline Tanawani 2017).
Manusia membutuhkan hampir seperempat hingga sepertiga waktunya untuk
tidur. Tidur berguna untuk pemulihan fungsi kognitif dalam diri manusia. Pada saat
tidur terjadi peningkatan aliran darah menuju serebral, sehingga otak akan
mendapatkan lebih banyak oksigen yang berfungsi untuk membantu penyimpanan
memori dan pembelajaran yang berhubungan dengan fungsi kognitif. Insomnia
merupakan salah satu gangguan tidur berupa kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan
mempertahankan tidur, dan ketidakpuasan tidur (Putri, A.A, 2015).
Pada masa remaja jumlah tidur yang dibutuhkan 8 sampai 5 jam/hari. Tidur
pada remaja – dewasa muda (16 – 30 tahun) mempunyai pola yang berbeda
dibandingkan usia lainnya. Ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi
masa pubertas. Pada masa ini mereka mengalami pergeseran irama sirkadian,
sehingga jam tidur pun bergeser. Hal ini yang menyebabkan remaja sering
50
menggalami sulit untuk menggawali tidurnya yang disebut insomnia ringan
(insomnia inisial) (Saryono, 2010).
Tidur merupakan suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam
tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi
seseorang pada keadaan semula, dengan begitu tubuh yang tadinya mengalami
kelelahan akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat
menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang
kurang tidur akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi (Ulimudiin,
2017).
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Ema Waliyanti (2017), Erni
Purwaningsih (2010), Cintami Anggung Pratiwi (2015), dengan hasil yang sama
mendapati tingkat insomnia yang tinggi dengan konsentrasi belajar yang kurang,
Menyimpulkan bahwa kurangnya kebutuhan tidur akan berdampak pada menurunnya
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam
aktivitas sehari-hari. Dewasa muda yang mengalami hambatan dalam proses belajar
disebabkan oleh rasa mengantuk dan lelah akibat kurang tidur, sehingga konsentrasi
belajar menurun.
Pendapat lain mengatakan, Setiap orang memiliki jam biologis yang berbeda-
beda. Untuk mereka yang memasuki usia 20 tahun, umumnya akan sulit untuk bisa
tidur jam 10 malam. Karena pada usia remaja dan dewasa muda ketika jam 10
malam, otak justru dalam keadaan segar dan penuh kreativitas. Inilah waktu yang
tepat unutk mereka berkarya dan belajar karena sebenarnya dewasa muda akan
mengantuk setelah lewat tengah malam. Artinya jika seorang dewasa muda tidur
lewat jam tengah malam hal ini adalah normal. Namum, yang menjadi prioritas
adalah tidur pada jam-jam normal (Prasadja, 2019).
Semua kebutuhan tidur diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel – sel
tubuh yang baru dan perbaikan sel - sel tubuh yang rusak (natural healing
mechanism), serta memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk
menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Hal ini perlu di
51
perhatikan karena jika mengalami gangguan tidur dapat mempengaruhi proses
belajar, gangguan memori dan kesehatan emosi. Konsentrasi yang baik dapat
memperoleh hasil prestasi belajar yang memuaskan (Setiyo, 2017).
Menurut Peneliti, Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan oleh semua orang, untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin
senja mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka
untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan
pola tidur yang sesuai. Kesulitan tidur, sering terbangun di malam hari, sulit untuk
tidur kembali, dan bangun dini hari serta merasa tidak segar saat bangun pagi adala h
jenis-jenis keluhan insomnia yang biasa dialami oleh penderita. Pada mahasiswa
keperawatan yang dapat memicu insomnia berasal dari tekanan akademik seperti
belajar mengajar yang lebih lama hingga larut malam, masalah perkuliahan, tugas
yang di dapatkan saat perkuliahan, pratik klinik keperawatan di rumah sakit,
persaingan akademis antar individu, dan kemampuan untuk mengatur waktu,
sehingga mahasiswa mengalami insomnia.
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Berdasarkan studi literatur pada 10 literatur yang didapatkan, maka dapat
disimpulkan bahwa adanya hubungan gangguan insomnia pada konsentrasi
belajar mahasiswa keperawatan. Karena semakin turun intensitas insomnia
semakin tinggi konsentrasi belajar mahasiswa. Konsentrasi belajar merupakan
hasil dari pengaruhnya gangguan insomnia yang berpengaruh pada konsentrasi
belajar
5.2 Saran
1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini kiranya dapat diterima dan disajikan salah satu literatur
kepustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa-mahasiswa lainnya
dalam melakukan penelitian mengenai hubungan gangguan insomnia dengan
konsentrasi belajar pada mahasiswa keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa
Karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber referensi atau bahan
informasi meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya
hubungan gangguan insomnia dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa
keperawatan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lapangan untuk
mengetahui hubungan gangguan insomnia dengan konsentrasi belajar pada
mahasiswa keperawatan, hendaknya juga meneliti dari beberapa faktor
lainnya yang bisa mempengaruhi kedisiplinan dalam melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, dalam Erliana. (2013). Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan
Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif (Profressive Muscle Relaxation)
di BPSTW Cipary Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
54
Hoeve dalam Ilham. (2017). Insomnia, Gangguan Tidur. Jakarta : Elek Media
Komputindo.
Kozier, & Erb (2017). Fundamental of Nursing Eight edition. Pearson Education
South Asia.
Lopez, dalam Ilham (2017) Older Adults and insomnia resource guide.750 fisrt street
NE, Washington, DC 20002-4242.American psycological Association.
55
Papalia, Dkk. (2018). Human Development. Jakarta: Kencana.
Perdana. (2012). Tips sehat dengan pola tidur tepat dan cerdas, Jakarta: Buku Biru.
Perry & Potter (2015). Fundamental Keperawatan (buku I. edisi 7). Jakarta : Salemba
Medika
Prodi Kep. (2018). Laporan Jumlah Mahasiswa Angkatan 2017. Fak. Ilmu
Kesehatan. UMGo.
Ramaita. (2010). Hubungan Tingkat Stres Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia di
Panti Sosial. Di akses tanggal 27 Juni 2019.
Rori dalam Wiwin Lindarto. (2016). Pengertian dan Ciri-Ciri Konsentrasi Belajar.
[online]. (http://abudaud2010.blogspot.com/2010/11/pengertian-dan-ciri-
ciri-konsentrasi.html diakses tanggal 13 januari 2013 pukul 14.15 WIB).
Roy, Dalam Nursalim. (2018) The roy adaptation model, the definitive statement.
California: Appletion & Lange.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2) Yogyakarta:
Graha Ilmu
Siregar, MH. (2011). Mengenal Sebab – Sebab, Akibat – Akibat dan Cara Terapi
Insomnia. Yogyakarta: Flash Books.
Smith, M, & Segal, R. (2011). How much sleep do you need? Sleep cycles &stages,
lack of sleep, and getting the hours you need. Diakses pada tanggal 6 Juni
2019 dari http://www.helpguide.org/articles/sleep/how-much-sleep-doyou-
need.html
56
Sugiyono. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Tarwoto, dan Watonah. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Uno Hamzah. (2018). Teori Motivasi Belajar dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi
Aksara.
WHO.(2015).PrevalensiInsomnia.http://www.gov.im/media/739589/
mh_olderpeople.pdf. diakses 2 Juni2019.
57