Anda di halaman 1dari 12

KONSEP KEHILANGAN

DAN BERDUKA

OLEH : Suharno, S.Kep.,Ners.,M.Kes


KEHILANGAN (LOSS)
a/ suatu keadaan individu dg sesuatu sebelumnya ada,
kemungkinan mjd tdk ada, baik terjadi sebagian/keseluruhan.
☞ Kehilangan m/ pengalaman yg pernah dialami o/ setiap
individu selama rentang kehidupan. Sejak lahir individu sdh
mengalami kehilangan & cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dlm bentuk yg berbeda.

Jenis Kehilangan :
Kehilangan objek eksternal, misalnya : kecurian atau kehancuran
akibat bencana alam
Kehilangan lingkungan yang dikenal, misalnya : berpindah rumah,
dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan
Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti, misalnya :
pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat, orang
yang dipercaya atau binatang peliharaan
Kehilangan hidup, misalnya : kematian anggota keluarga, teman
dekat, atau diri sendiri
KEHILANGAN
B. Fase-fase Kehilangan
1. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yg akan kehilangan a/ syok atau tdk
percaya.
Biasanya dengan mengatakan “Tidak”
“Saya tdk percaya, bahwa itu terjadi”. “Itu tidak mungkin”

2. Fase Marah
Mulai dgn timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan.
Muncul sikap agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, & menuduh
dokter dan perawat yg tdk becus.Respon fisik : muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar Menawar
Apabila individu tlh mengungkapkan rasa marahnya scr intensif,
maka ia akan maju ke fase tawar menawar dgn memohon
kemurahan Tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dgn kata-kata : “Kalau saja kejadian
ini bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”

4. Fase Depresi
Munculdg sikap menarik diri, tdk mau berbicara, kadang-kadang
bersikap sbg pasien yg sangat baik & menurut, atau dgn ungkapan
yg menyatakan keputus-asaan, perasaan tdk berharga.
Gejala fisik yg sering diperlihatkan a/ menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libido menurun.

5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dgn reorganisasi perasaan kehilangan.
Pikiran berpusat pd objek/orang hilang akan mulai
berkurang/hilang, individu telah menerima kenyataan kehilangan
yg dialaminya.
Fase ini disebut juga sbg fase damai.
dapat mengakhiri proses berduka & mengatasi perasaan kehilangan
scr tuntas.
Dampak Kehilangan :
Pada masa anak-anak, kehilangan dapat
mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang-kadang akan timbul regresi serta
merasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan
kesepian.
Pada masa remaja atau dewasa muda,
kehilangan dapat terjadi disintegrasi dalam
keluarga.
Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya
kematian pasangan hidup, dapat menjadi
pukulan yang sangat berat dan menghilangkan
semangat hidup orang yang ditinggalkan.
BERDUKA (GRIEVING)
Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini
diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing
orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya,
dan keyakinan spiritual yang dianutnya
Jenis berduka :
Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang
normal terhadap kehilangan.
Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.
Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke
tahap, berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung
seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan
orang yang bersangkutan dengan orang lain.
Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat
diakui secara terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena
AIDS, anak mengalami kematian orang tua, atau ibu yang kehilangan
anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
TINDAKAN PADA PASIEN MENGHADAPI
KEHILANGAN
Tahap Pengingkaran
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya, dengan cara:
Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
berdukanya.
Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang
kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara
emosional.
Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang
dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi
pada orang yang mengalami kehilangan.
Tahap Marah
Mengizinkan dan mendorong pasien untuk
mengungkapkan rasa marah secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan, dengan
cara:
Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan
pasien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka.
Mengizinkan pasien untuk menangis.
Mendorong pasien untuk membicarakan rasa
marahnya.
Membantu pasien menguatkan sistem pendukung
dari orang lain.
Tahap Tawar-Menawar
Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa
bersalah dan takut dengan cara:
– Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
– Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut
atau rasa bersalahnya.
– Bila pasien selalu mengungkapkan kata "kalau...."
atau "seandainya... ", beritahu pasien, bahwa bidan
hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata.
Membahas bersama pasien mengenai
penyebab rasa bersalah atau rasa takutnya
Tahap Depresi

Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan


takut dengan cara:
Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya
membahas perasaannya.
Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai
derajat resikonya.
Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan
cara:
Menghargai perasaan pasien.
Membantu pasien menemukan dukungan yang positif
dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
Memberi kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya.
Bersama pasien membahas pikiran yang selalu timbul.
Tahap Penerimaan

Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa


dielakkan dengan cara:
Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur.
Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota
keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat
yang bersamaan.
Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai