Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

DALAM PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI
HEMODIALISA (HD) RAWAT JALAN DI
RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA
PURWODADI

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana
Keperawatan (S1)

Oleh
Rina Eka Candra Sari
NIM : 112019030460

Pembimbing:
1. Sukarmin, M.Kep.,Ns.,Sp.KMB
2. Sri Karyati, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Mat

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2019
i
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Mohammad Ponco Purnomo
NIM : E420163131

Menyatakan bahwa skripsi judul : “HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA


DENGAN KEPATUHAN DALAM PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI
HEMODIALISA (HD) RAWAT JALAN DI RS PERMATA BUNDA
PURWODADI” merupakan :
1. Hasil Karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan
dari suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Oleh karena itu pertanggungjawaban skripsi ini sepenuhnya berada pada
diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kudus, Maret 2018


Penyusun,

Mohammad Ponco Purnomo


NIM :E420163131

ii
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DALAM
PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
(GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA (HD) RAWAT JALAN DI RS.
PERMATA BUNDA PURWODADI

Mohammad Ponco Purnomo 1,


Noor Hidayah, A.Kep.,M.Kep2,
Yuli Setyaningrum, S.Kep. Ns., M.Si.Med3
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH
KUDUS

ABSTRAK

Keberhasilan menjalani hemodialisa tergantung pada kepatuhan pasien


dalam pembatasan asupan cairan penting agar klien yang menderita gagal
ginjal tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah
menjalani terapi hemodialisa. Salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan
pasien dalam pembatasan asupan cairan adalah dengan meningkatkan
pemahaman pasien mengenai pentingnya pembatasan asupan cairan pada
pasien yang menjalani hemodialisa. Faktor lain yang dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dalam menjalani terapi pengobatan termasuk pembatasan
asupan cairan adalah keluarga. Keluarga merupakan orang-orang terdekat
pasien yang berpengaruh dalam kepatuhan pasien dalam kepatuhan
pembatasan asupan cairan yang menjalani hemodialisa. Dukungan yang
diberikan oleh keluarga yaitu berupa dukungan secara instrumental,
informasional, emosional dan dukungan berupa pengharapan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa rawat jalan di RS. Permata
Bunda Purwodadi. Peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan data menggunakan
kuesioner yang sudah di uji validitas dan reliabilitas. Jumlah responden pada
panelitian ini adalah 34 responden.
Uji hepotesa yang digunakan adalah uji analisis korelasi chi square.
Dari pengolahan data di ketahui terdapat 19 responden yang masuk dalam
kategori baik dengan prosentase 55,9% dan 15 responden yang masuk
kategori tidak baik dengan prosentase 44,1 %. Dari pengolahan data di
ketahui terdapat 20 responden yang masuk dalam kategori patuh dengan
prosentase 58,8% dan 14 responden yang masuk kategori tidak patuh
dengan prosentase 41,2 %. diketahui hasil analisis korelasi Chi Square
didapatkan p value 0,000 yang artinya p value kurang dari derajat α (0,05).
Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan pasien dalam pembatasan cairan.
Disarankan hendaknya Petugas dapat menjalin komunikasi yang baik
pada keluarga untuk memberikan dukungan pada responden kemudian juga
Petugas hendaknya selalu memonitoring kepatuhan pasien dalam
pembatasan cairan melalui kehadiran keluarga.
Kata kunci : Dukungan keluarga, kepatuhan pembatasan cairan, gagal ginjal
kronik
Kepustakaan : 2002-2016

iii
FAMILY SUPPORT RELATIONSHIP WITH COMPLIANCE WITH LIMITATION OF LIQUID
INFLUENCES ON CRIMINAL CHRONIC FATAL PATIENTS (GGK) TALKING HEMODIALISA
(HD) RAWAT ROAD IN RS PERMATA BUNDA PURWODADI

Mohammad Ponco Purnomo 1,


Noor Hidayah, A.Kep.,M.Kep2,
Yuli Setyaningrum, S.Kep. Ns., M.Si.Med3

NURSING STUDY PROGRAM STUDY SCIENCE STUHES MUHAMMADIYAH HOLY

ABSTRACT

The success of undergoing hemodialysis depends on patient compliance


with the restriction of essential fluid intake so that clients suffering from renal
failure remain comfortable at the time before, during and after hemodialysis
therapy. One way to improve patient compliance with fluid intake restrictions
is to increase the patient's understanding of the importance of limiting fluid
intake in patients undergoing hemodialysis. Other factors that can improve
patient adherence in treatment therapy include restriction of fluid intake is
family. The family is the closest patient to the patient who is influential in
patient compliance in compliance with restriction of fluid intake undergoing
hemodialysis. Support provided by the family that is in the form of support
instrumental, informational, emotional and support in the form of hope.
The purpose of this study was to investigate the association of family
support with adherence to fluid intake restriction in patients with chronic renal
failure who underwent outpatient hemodialysis in hospital Permata Bunda of
Purwodadi. Researchers use the type of quantitative research with cross
sectional approach. Methods of data collection using questionnaires that have
been tested for validity and reliability. The number of respondents in this
panelitian is 34 respondents.
Test of hepotesa used is chi square correlation test. From the data
processing in the know there are 19 respondents who entered in both
category with the percentage of 55,9% and 15 respondents who entered not
good category with percentage 44,1%. From the data processing in the know
there are 20 respondents who entered in obedient category with the
percentage of 58,8% and 14 respondents who enter the category not
obedient with percentage 41,2%. Chi Square correlation analysis results
obtained p value 0,000 which means p value less than the degree of α (0.05).
So it can be concluded there is a relationship between family support with
patient compliance in fluid restriction.
It is recommended that the Officer be able to establish good
communication to the family to provide support to the respondent then also
Officer should always monitor the patient's compliance in fluid restriction
through family presence.
Keywords: Family support, fluid restriction compliance, chronic renal failure
Literature: 2002-2016

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL .......................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................v
PERNYATAAN...............................................................................................vi
ABSTRAK.....................................................................................................viii
ABSTACT ......................................................................................................ix
KATA PENGANTAR........................................................................................x
DAFTAR ISI ...................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ..................................................................................... 6
F. Ruang Lingkup ........................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Gagal Ginjal Kronik ..................................................................................... 8
B. Konsep Keseimbangan Cairan ...............................................................12
C. Kerangka Teori .......................................................................................23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Variabel Penelitian ..................................................................................24
B. Hipotesis Penelitian ................................................................................24
C. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................25
D. Rancangan Penelitin ..............................................................................25
E. Jadwal Penelitian ....................................................................................34

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Tempat Penelitian......................................................36
B. Karakteristik Demografi...........................................................................36
C. Hasil Penelitian........................................................................................38

BAB V PEMBAHASAN
A. Interprestasi dan diskusi hasil..................................................................40

v
1. Analisa Univariat......................................................................................40
2. Analisa Bivariat........................................................................................44
B. Keterbatasan Penelitian..........................................................................46

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................48
B. Saran .....................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1.1 Keaslian Penelitian................................................................................. 6


2.1 Penyebab gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.................10
2.2 Haluaran cairan..................................................................................13
2.3 Kerangka Teori...................................................................................23
3.1 Definisi Operasional Variabel dan Skema pengukuran.......................28
3.2 Uji Validitas........................................................................................`31
4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur...........................36
4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin...............37
4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan strata pendidikan........37
4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan....................37
4.5 Distribusi Frekuensi Responden dukungan keluarga..........................38
4.6 Distribusi Frekuensi Responden kepatuhan pembatasan cairan........38
4.7 Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pembatasan cairan39

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman


3.1 Kerangka Konsep Penelitian 25
3.2 Skema Studi Korelasional 25
3.3 Rencana Penelitian 34

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
1. Kuisoner
2. Out Put hasil spss
3. Lembar persetujuan responden
4. Data hasil penelitian
5. Dokumentasi

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Ginjal Kronik yang selanjutnya disebut CKD (Chronic Kidney
Disease) saat ini masih menjadi masalah besar, sebagaimana prediksi
penderita akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya jumlah
penderita diabetes dan hipertensi, dimana sekitar 1 dari 3 orang dewasa
diabetes dan 1 dari 5 orang dewasa dengan hipertensi memiliki peluang
CKD bersumber dari National Chronic Kidney Disease fast sheet, 2014
(Center for Desease Control, 2014)
Walaupun penyakit gagal ginjal tidak termasuk 10 (sepuluh) penyakit
mematikan di dunia (WHO, 2014). Namun demikian, penyakit ini juga
menjadi perhatian badan kesehatan dunia tersebut. Di seluruh dunia
terdapat sekitar 500 juta orang yang mengalami gagal ginjal dan sekitar 1,5
juta orang diantaranya harus menjalani terapi hemodialisa sepanjang
hidupnya (Wijiati,S.2014).
Kasus penyakit ginjal kronik pada laporan The United States Renal Data
System (USRDS, 2013) menunjukan prevalensi rate penderita penyakit
ginjal kronik di Amerika Serikat tahun 2011 sebesar 1.901 per 1 juta
penduduk. Berdasarkan Treatment of End Stage Organ Failure in Canada
pada tahun 2000 sampai 2009 menyebutkan bahwa hampir 38.000
penduduk Kanada hidup dengan penyakit gagal ginjal kronik dan telah
meningkat hampir 3 kali lipat dari tahun 1990, dari jumlah tersebut sebesar
59% atau sebanyak 22.300 orang telah menjalani hemodialisis dan
sebanyak 3.000 orang melakukan transplantasi ginjal ( coriggan, 2011). Di
United States, GGK adalah masalah kesehatan utama dengan angka
morbiditas telah mencapai 8 juta orang, dan sebanyak 600 ribu orang
meninggal akibat penyakit tersebut. (Black & Hawk, 2009).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menjelaskan bahwa prevalensi Gagal Ginjal Kronik di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter sebesar 0,2% sedangkan prevalensi Gagal Ginjal Kronik
berdasarkan diagnosis dokter di Jawa Tengah lebih tinggi yaitu sebesar
0,3%. Berdasarkan data Persatuan Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada
tahun 2011 diperkirakan ada 70.000 penderia ginjal di Indonesia. Namun

1
2

yang terdeteksi gagal ginjal tahap akhir yang menjalani terapi


hemodialisis hanya 4.000 – 5.000 orang. Dari data beberapa pusat dialysis
melaporkan bahwa penyebab Gagal Ginjal Kronik yang menjalani
hemodialisis adalah glomerulonefritis (36,4%), penyakit ginjal obstruksi
(24,4%), nefropati diabetik (19,9%), hipertensi (9,1%), penyebab lain (5,2%),
penyebab yang tidak diketahui (3,8%), dan penyakit ginjal polikistik (1,2%)
(Prodjosudjadi & Suhardjono, 2009).
Jumlah pasien di RS Permata Bunda Purwodadi pada tahun 2016 jumlah
penyakit gagal ginjal kronik yang rawat inap tercatat sebanyak 52 pasien dan
rawat jalan tercatat sebanyak 402 pasien. (Data Rekam Medis RS. Permata
Bunda Purwodadi 2016).
Keberhasilan menjalani hemodialisa tergantung pada kepatuhan pasien.
Berbagai riset mengenai kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa didapatkan hasil yang bervariasi. Secara umum
ketidakpatuhan pasien dialysis meliputi 4(empat) aspek yaitu ketidakpatuhan
mengikuti program hemodialisis (0%-32,3%), ketidakpatuhan dalam program
pengobatan (1,2%-81%), ketidakpatuhan terhadap asupan cairan (3,4%-
74%) dan ketidakpatuhan mengikuti program diet (1,2%-82,4%) (Syamsiah,
2011). Dilaporkan lebih dari 50% pasien yang menjalani terapi hemodialisis
tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan (Kartika, 2009).
Pembatasan cairan seringkali sulit dilakukan oleh pasien, terutama jika
pasien mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membrane mukosa
kering seperti diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan pasien
berusaha untuk minum. Hal ini karena dalam kondisi normal manusia tidak
dapat bertahan lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan
makanan (Potter & Perry, 2008 dalam Kartika, 2009). Pada pasien GGK
apabila tidak melakukan pembatasan asupan cairan dengan cara
menghitung berat badan yang cukup tajam mencapai lebih dari berat badan
normal (0,5 kg/24 jam) yang dianjurkan pada klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa. Pembatasan asupan cairan penting agar klien
yang menderita gagal ginjal tetap merasa nyaman pada saat sebelum,
selama dan sesudah menjalani terapi hemodialisa (Brunner & Suddart,
2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Delfia Rina (2010) tentang pengaruh
dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani

2
3

hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menyimpulkan bahwa ada


pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan berpola linier positif sempurna (p=0.000), artinya semakin tinggi
dukungan keluarga semakin rendah tingkat kecemasan responden GGK.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh kamerrer,et al. (2007)
mengemukakan bahwa faktor penting dalam kepatuhan terhadap program-
program medis yaitu adanya dukungan sosial dalam bentuk dukungan
emosional dari keluarga yang lain, teman, waktu dan uang.
Salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
pembatasan asupan cairan adalah dengan meningkatkan pemahaman
pasien mengenai pentingnya pembatasan asupan cairan pada pasien yang
menjalani hemodialisa.
Faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
terapi pengobatan termasuk pembatasan asupan cairan adalah keluarga.
Keluarga merupakan orang-orang terdekat pasien yang berpengaruh dalam
kepatuhan pasien dalam kepatuhan pembatasan asupan cairan yang
menjalani hemodialisa. Dukungan yang diberikan oleh keluarga yaitu berupa
dukungan secara instrumental, informasional, emosional dan dukungan
berupa pengharapan. Dukungan keluarga yang baik bisa membuat pasien
patuh terhadap pembatasan asupan cairan, disisi lain dukungan keluarga
belum tentu bisa membuat pasien patuh terhadap pembatasan asupan
cairan, sebaliknya tanpa adanya dukungan keluarga seorang pasien mampu
melakukan pembatasan asupan cairan, disini terlihat bahwa faktor internal
yaitu keinginan pasien untuk sembuh juga memegang peranan penting.
Sebagaimana pengamatan awal yang dilakukan pada 8 (delapan) pasien
yang menjalani hemodialisa pada tanggal 8-9 mei 2017 di ruang hemodialisa
RS Permata Bunda Purwodadi menunjukan perubahan status kesehatan,
fisik, psikologis, ekonomi dan sosial. Hampir semua mengalami kelemahan
fisik yaitu adanya gangguan aktifitas sehari-hari karena kakinya bengkak,
sesak nafas, kulit mengering, pusing, pucat, kurang tidur serta harus
pembatasan intake nutrisi dan asupan cairan yang harus dipenuhi.
Dari delapan pasien GGK tersebut, 3 (tiga) diantaranya datang sendiri
dengan alasan adanya kesibukan anggota keluarga, dan kurang mendapat
dukungan keluarga, sehingga saat jadwal hemodialisa yang harus dilakukan
mereka datang sendirian. Sementara yang lainnya senantiasa mendapatkan

3
4

pendampingan dari anggota keluarga selama menjalani hemodialisa.


Hemodialisa yang harus dijalani 4 – 5 jam selalu dipantau untuk
mengantisipasi munculnya komplikasi pada pasien selama dan sesudah
hemodialisa. Dengan demikian, pendampingan oleh keluarga saat
hemodialisa sangatlah penting bagi pasien dan juga merupakan salah satu
bentuk nyata dari dukungan keluarga. Sementara ketersediaan dukungan
keluarga belum banyak yang diketahui oleh keluarga juga pasien untuk
mengupayakannya, masih ditemui pasien merasakan sedih, minder, cemas
dan tidak mau menuruti anjuran untuk pembatasan asupan cairan selama
terapi meskipun keluarga ada saat terapi dijalani sehingga pasien tersebut
mengalami kenaikan berat badan antar sesi hemodialisa lebih dari 5% dari
berat badan kering pasien. Melihat adanya fenomena tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan dalam pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa rawat jalan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Apakah ada Hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
(GGK) yang menjalani hemodialisa (HD) rawat jalan di RS. Permata Bunda
Purwodadi ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
dalam pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa rawat jalan di RS. Permata Bunda Purwodadi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan dukungan keluarga pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
b. Mendeskripsikan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

4
5

c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam


pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi RS. Permata Bunda Purwodadi
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan tentang kepatuhan dalam
mengendalikan asupan cairan di RS Permata Bunda Purwodadi sehingga
dapat dijadikan pedoman dalam pemberian konseling.
2. Bagi Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa
Hasil penelitian ini sebagai pertimbangan agi pasien yang menjalani
terapi hemodialisa untuk lebih mentaati pola diit yang benar agar
mendapatkan hasil terapi yang maksimal.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan menambah
pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian. Serta dapat
dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

5
6

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Judul, Nama Peneliti Tahun Sasaran Metode Simpulan
1 Hubungan tingkat pengetahuan 2015 54 Sampling yang Jenis penelitian adalah Dari hasil penelitian tidak ada pengaruh
dengan kepatuhan diit pada pasien menjalani analitik observasional tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisis di RS dengan pendekatan diit pada pasien gagal ginjal kronik
hemodialisis regular di Rumah Sakit Darmo Surabaya cross sectional
Darmo Surabaya oleh Sri Sumilati,
Umdatus Soleha.

2 Hubungan dukungan keluarga 2016 55 pasien dan salah Jenis penelitian yang Dari hasil penelitian tedapat hubungan
dengan tingkat kepatuhan pasien seorang keluarga dilakukan adalah dukungan keluarga dengan tingkat
hemodialisa terhadap terapi gagal sebagai responden penelitian diskriptif kepatuhan pasien dalam menjalani
ginjal di RSUD Blambangan dengan pendekatan hemodialisa
Banyuwangi oleh Diyan Ajeng, Dessy. Cross Sectional

3 Analisis factor – factor yang 2009 51 responden pada Jenis penelitian non Dari hasil penelitian terdapat faktor -
mempengaruhi kepatuhan asupan pasien gagal ginjal eksperimen dengan faktor yang mempengaruhi dalam
cairan pada pasien gagal ginjal kronik kronik yang metode deskriptif kepatuhan pembatasan asupan cairan
dengan hemodialisis di RSUD Prof. menjalani analitik dengan pada pasien gagal ginjal kronik
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto hemodialisa rancangan Cross
oleh Ridlwan Kamaluddin, Eva Sectional
Rahayu,
4 Hubungan Tingkat Pengetahuan 2008 48 responden pada Observatif, dengan Adanya hubungan pengetahuan dengan
Pasien Gagal Ginjal Kronik Terhadap pasien gagal ginjal angket dan teknik rutinitas menjalani hemodialisa
Rutinitas Menjalani Hemodialisa kronik yang analisis yang
Dirumah sakit Dr. Soepraoen Malang menjalani digunakan adalah chi-
oleh Ari Naning hemodialisa square untuk uji
kebebasan
7

F. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu
Proposal penelitian ini akan dilakukan sejak bulan Mei 2017 yang dimulai
dengan kegiatan studi pendahuluan, penyusunan proposal, seminar
proposal, dan hasil penelitian selanjutnya
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
3. Ruang Lingkup Materi
Materi ini tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa rawat jalan di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi.
BAB II
TINJAUANPUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronik


1. Pengertian
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang
biasanya dieliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renaldan menyebabkan gangguan fungsi endokrin
dan metabolic cairan, elektrolit serta asam basa (Toto Suharyanto, dkk.,
2009).
Pada tahun 2008, National Kidney Foundation (NKF) Kidney
Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) telah menyusun
pedoman praktis penatalaksanaan klinik tentang evaluasi, klasifikasi,
dan stratifikasi penyakit ginjal kronik.Chronic Kidney Disease(CKD) atau
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang terjadi
selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis. Jika tidak ada
tanda kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika
nilai laju filtrasi glomerolus kurang dari 60 ml/menit/1,73m². Pada
keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG
sama atau lebih dari 60ml/menit/1,73m²,tidak termasuk criteria CKD.
Gagal ginjal kronik (Chronic Renal Failure, CRF) terjadi apabila
kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam
yang cocok untuk kelangsungan hidup, kerusakan pada kedua ginjal ini
irreversible (MaryBaradero,dkk., 2009).

2. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya tergantung
pada penyakit yang mendasarinya, tapidalam perkembangan
selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa
ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yang
masih tersisa sebagai upaya kompensasi. Hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus.

8
9

Adanya peningkatan aktivitas aksisrenin–angiotensin–aldosteron


intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi,
sclerosis dan progresifitas tersebut. Pada stadium dini penyakit ginjal
kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal, pada keadaan basa LFG
masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi
pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai
dengan peningkatan kadar serum urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan
keluhan (asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar serum
urea dan kreatinin serum.Sampai pada LFG 30%, mulai terjadi keluhan
pada pasien seperti,nokturia, badan lemah,mual,nafsu makan kurang
dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30%, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti,anemia,
peningkatan tekanan darah,gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,
pruritus,mual, muntah. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih serius dan pasien sudah memerlukan terapi
pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada
keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
Beberapa hal juga dianggap berperan pada terjadinya progresifitas
penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia,
dislipidemia. Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal, pada keadaan dimana laju filtrasi
glomerulus (LFG) masih normal atau justru meningkat. Kemudian secara
perlahan, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang
ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin serum dan urea (Suwitra,
2009).

3. Etiologi
Menurut Morton & Fontaine (2009) penyebab penyakit ginjal kronik
adalah diabetes militus, hipertensi, glomerulonefritis, nefritis intestitial
(alerginefritis interstitial, pyelonefritis), penyakit vaskuler mikroangiopati
(penyakit atheroembolic, skleroderma), penyakit bawaan, penyakit
genetik, obstructif uropathi, penolakan transplantasi, neoplasma atau
tumor, sindrom hepatorenal.
10

Tabel2.1
Penyebab Gagal Ginjal yang menjalani Hemodialisa diIndonesia tahun 2014

Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 46,39%
Diabetes Miletus 18,65%
Obstruksi dan Infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab Lain 13,65%

Sumber: Report of Indonesian Renal Registri (IRR) tahun 2014

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terlihat jelas karena GFR yang progresif. Gejala
awal insufisiensi renal dimulai pada stadium 3 ketika sudah terjadi
kerusakan pada minimal 50% fungsi nefron. Manifestasi klinis yang
sering ditemukan akan dikemukakan dibawah ini, yang banyak
diantaranya pada akhirnya mengacam jiwa. (Esther Chang, Jhon Daly,
Dang Elliot. 2009)
a. Gangguan padasystemgastrointestinal
1) Anoreksia,nausea,danvomitusyangberhubungandengan
gangguan metabolism protein didalam usus, terbentuknyazat-zat
toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan
metal gaunidin, serta sembabnya mukosa
2) Foetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air
liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga
nafas berbau ammonia. Akibat yang lain adalah timbulnya
stomatitis dan parotitis
3) Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui
4) Gastritiserosif, ulkuspeptik, dan kolitisuremik
b. Sistem integument
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan
akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan eksoriasi akibat
toksin uremik dan pengendapan kalsium dipori-pori kulit,Ekimosis
akibat gangguan hematologis Ureafrost: akibat kristalisasi urea yang
ada pada keringat (jarang dijumpai), dan bekas-bekas garukan
karena gatal-gatal
11

c. Sistem hematologic
1) Anemia, dapat disebabkan berbagai faktor antara lain:
Berkurangnya produksieritropoetin, sehingga rangsangan
eritropoesis pada sumsum tulang menurun Hemolisis, akibat
berkurangnya massa hidup eritrosit dalam suasana uremiatoksik
Defisiensibesi, asamfolat, dan lain-lain, akibat nafsu makan yang
berkurang Perdarahan,paling sering pada saluran cerna dan kulit
Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder.
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia, mengakibatkan
perdarahan.
d. Sistem saraf dan otot
1) Restlessleg syndrome, klien merasa pegal pada kaki nya
sehingga selalu digerakkan
2) Burning feet syndrome, klien merasa semutan dan seperti
terbakar,terutama ditelapak kaki
3) Ensefalopati metabolik, klien tampak lemah, tidak bisa tidur,
gangguan konsentrasi, tremor,mioklonus, kejang
4) Miopati Klien tampak mengalami kelemahan dan hipotrofiotot-
otot terutamaotot-otot ekstremitasproximal.
e. Sistem kardiovaskular
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin– angiotensin-aldosteron
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusipericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosisyang timbuldini,
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan
elektrolit, dan klasifikasi metastatic
4) Edema akibat penimbunan cairan
f. Sistem endokrin
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin, gangguan metabolisme lemak, gangguan
metabolisme vitamin D, gangguan seksual.
g. Gangguan sistem lainnya
12

1) Tulang osteodistrofi renal yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa,


osteoskelrosis, dan klasifikasi metastatik.
2) Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organik sebagai
hasil metabolisme.
3) Elektrolit:hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia

5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
dan homeostatis selama mungkin. Seluruh factor yang berperan pada
gagal ginjal kronik dan faktor yang dapat dipulihkan, diidentifikasi dan
ditangani. (Esther Chang, Jhon Daly, Dang Elliot. 2009)
Penatalaksanaan penyakit gagal ginjalkronik:
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya,
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid
condition)
c. Memperlambat pemburukan (progression) fungsiginjal
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
f. Terapi pengganti ginjal berupadialysisatau transplantasi ginjal.

B. Konsep Keseimbangan Cairan


1. Distribusi cairan tubuh
Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu : Cairan ekstrasel (CES) dan
cairan intrasel (CIS). Cairan ekstrasel 20% atau 1/3 berat tubuh terdiri dari
intersitial ¾ cairan ekstraselular, plasma ¼ cairan ekstraseluler,
transeluler. Cairan intrasel adalah cairan didalam membrane sel yang
berisi substansi terlarut atau solute yang penting untuk keseimbangan
cairan dan elektrolit serta utuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk
40% atau 2/3 berat tubuh (Morton & Fontaine, 2009).
2. Pengaturancairan tubuh
a. Asupan cairan
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati pada gagal
ginjal lanjut, karena rasa haus pasien merupakan panduan yang tidak
dapat diyakini mengenai keadaan hidrasi pasien, yang menyebabkan
terjadinya fenomena kelebihan cairan pada klien yang menjalani terapi
13

hemodialisis. Berat badan harian merupakan parameter penting yang


dipantau, selain catatan yang akurat mengenai asupan dan keluaran.
Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban
sirkulasi, edema,intoksikasi cairan. Aturan umum untuk asupan cairan
adalah keluaran urin dalam 24 jam + (IWL total) mencerminkan
kehilangan cairan yang tidak disadari. IWL total terdiri dari IWL normal
(1% dari BB) ditambah dengan IWL akibat peningkatan suhu (apabila
c
peningkatan suhu 10 maka rumus yang digunakan 10% x IWL
normal). Misalnya, jika keluaran urin pasien dalam 24 jam terakhir
adalah 400ml, asupan total perhari adalah iwl total 600
ml+400ml=1000ml. Kebutuhan yang diperbolehkan pada klien gagal
ginjal adalah 1000 ml/hari dan klien yang menjalani dialysis diberi
cairan yang mencukupi untuk memungkinkan penambahan berat
badan 0,9kg sampai dengan 1,3kg selama pengobatan,yang jelas,
asupan natrium dan cairan harus diatur sedemikian rupauntuk
mencapai keseimbangan cairan dan mencegah hipervolemia serta
hipertensi (Price &Wilson, 2002 dalam Rahmawati, 2008).
b. Haluaran cairan
Menurut Kozier, dkk. (2011) terdapat 4 rute haluaran cairan :
1) Urine
2) Kehilangan cairan yang tidak dirasakan dari kulit sebagai keringat
dan melalui paru sebagai uap air dalam udara yang diekspirasikan.
3) Kehilangan cairan yang terlihat jelas melalui kulit.
4) Kehilangan cairan melalui usus lewat feses.

Tabel 2.2 Haluaran Cairan


Rute Jumlah (mL)
Urine 1.400 sampai 1.500
Kehilangan yang tidak dirasakan
Paru 350 sampai 400
Kulit 350 sampai 400
Keringat 100
Feses 100 sampai 200
Total 2.300 sampai 2.600
14

3. Pembatasan Asupan Cairan


Kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lama tanpa asupan
cairan dibandingkan dengan makanan. Namun pasien dengan penyakit
ginjal kronik harus melakukan pembatasan asupan cairan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Mengontrol asupan cairan merupakan
salah satu masalah utama bagi pasien dialisis. Ginjal sehat melakukan
tugasnya menyaring dan membuang limbah dan racun di tubuh kita dalam
bentuk urin 24 jam sehari. Apabila fungsi ginjal berhenti maka terapi
dialisis menggantikan tugas dari ginjal tersebut. Mayoritas klien yang
menjalani terapi hemodialisis di Indonesia menjalani 2 kali seminggu
antara 4-5 jam pertindakan, itu artinya tubuh harus menanggung
kelebihan cairan diantara dua waktu terapi (Sari, 2009).
Apabila pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan maka cairan akan
menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema disekitar tubuh
seperti tangan, kaki dan muka. Banyak juga penumpukan cairan terjadi di
rongga perut yang membuat perut disebut ascites. Kondisi ini akan
membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung.
Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-paru sehingga pasien akan
mengalami sesak nafas, karena itulah pasien perlu mengontrol jumlah
asupan cairan yang masuk dalm tubuh. Pembatasan tersebut penting
agar pasien tetap nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi
hemodialisis (Smelzer & Bare, 2002 dalam Sari 2009).
Makanan–makanan cair dalam suhu ruang (agar-agar es krim)
dianggap cairan yang masuk. Untuk klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa, asupan cairan harus diatur sehingga berat
badan yang diperoleh tidak lebih dari 1 sampai 3kg diantara waktu dialisis
(Lewisetall, 2007). Peningkatan berat badan mengidentifikasi kelebihan
cairan. Kenaikan yang diterima adalah 0,5 kg per tiap 24 jam diantara
waktu dialysis (Hudak dan Gallo,1996).Kelebihan cairan yang terjadi
dapat dilihat dari terjadinya penambahan berat badan secara
cepat,penambahan berat badan 2% dari berat badan normal merupakan
kelebihancairan ringan, penambahan berat badan 5% merupakan
kelebihan cairan sedang, penambahan 8% merupakan kelebihan cairan
berat.(Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2004 dalam Rahmawati 2008).
Kelebihan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dapat berkembang
15

dengan progressif, yang dapat menimbulkan kondisi edema paru ataupun


komplikasi kegagalan fungsi jantung (Suwitra, 2009 dalam Sudoyo et al
2006; Black&Hawks, 2005 dalam Rahmawati 2008).
Menurut Arif Masjoer, dkk. 2009Pembatasan Asuan Cairan:
1. Penambahan BB 2% dari BB Kering : Kategori Ringan
2. Penambahan BB 5 % dari BB kering : Kategori Sedang
3. Penambahan BB > 8% dari BB Kering : Kategori Berat

4. Hemodialisa
a. Definisi
Dialisis adalah proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah di dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). Hemodialisa
adalah suatu proses mengeluarkan produk sisa metabolisme berupa
larutan (ureum dan kreatinin) dan air pada darah melalui membran
semipermeabel atau yang disebut dengan dialyzer (Thomas, 2002
dalam Syamsiah, 2011).
b. FungsiSistemGinjal Buatan
1) Membuang produk metabolism protein seperti urea, kreatinin,dan
asam urat
2) Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan
banding antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas
tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif
(penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses ultrafiltrasi).
3) Mempertahankan dan mengembalikan sistem buffer tubuh.
4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolittubuh.
c. Indikasi
Indikasi secara umum dialysis pada gagal ginjal kronik adalah
bila laju filtrasi glomerulus (LFG sudah kurang dari
5mL/menit).Pasien- pasien tersebut dinyatakan memerlukan
hemodialisa apabila terdapat kondisi sebagai berikut:
1) Hiperkalemia
2) Asidosis
3) Kegagalan terapi konservatif
16

4) Kadarureum/kreatinintinggidalamdarah(ureum>200mg/dLatau
Kreatinin > 6 mEq/L)
5) Kelebihan cairan(fluid overloaded)
6) Mual dan muntah hebat
7) Anuria berkepanjangan (>5 hari)

d. Prinsip–prinsip yang mendasari hemodialisis


Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis: yaitu
difusi,osmosis,ultra filtrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah
dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah,
yang memiliki konsentrasi tinggi, kecairan dialisat dengan konsentrasi
yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang
penting dengan konsentrasi ekstra sel yang ideal Kadar elektrolit
darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat
(dialisate bath) secara tepat (pori-pori kecil dalam membrane esemi
permeable tidak memungkinkan lolosnya sel darah merah dan
protein). Airyang berlebihan dikeluarkan dalam tubuh melalui
prosesosmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan
menciptakan gradient tekanan; dengan katalain, air bergerak dari
area dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ketekanan
yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient ini dapat ditingkatkan
melalui penambahan tekanan negative yang dikenal sebagai ultra
filtrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini
sebagai kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi
pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengeksresikan air,
kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairanhingga
tercapaiisovolemia (keseimbangancairan) (Brunner &Suddart, 2002).

5. Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap
intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang
ditentukan, diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan
dengan dokter (Stanley, 2007 dalam maryati, 2011). Kepatuhan adalah
tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang
disarankan. Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh
17

(total compliance)dimana pada kondisi ini penderita penyakit ginjal kronik


patuh secara sungguh-sungguh terhadap diet asupan cairan dan
penderita yang tidak patuh (non compliance) dimana pada keadaan ini
penderita tidak melakukan diet terhadap asupan cairannya.

6. Faktor– factor yangMempengaruhi Ketidakpatuhan dalam Pembatasan


Asupan Cairan
a. Pengetahuan tentang Pembatasan Cairan pada Pasien HD
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Bertalina,
dkk. 2012)
Pengetahuan atau kognitif merupakan factor yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebab dari
pengetahuan dan penelitian ternyata perilakunya yang disadari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Manusia mengembangkan
pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan
hidupnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan
tidak berarti meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan
yang diresepkan, yang paling penting,seseorang harusmemiliki
sumberdaya danmotivasiuntukmematuhi protocol pengobatan
(Morgan, 2000, dalam Kamerrer, 2007).
b. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan salah satu factor penguat atau
pendorong terjadinya perilaku. Dukungan keluarga dalam hal ini
memberikan motivasi,perhatian, mengingatkan untuk selalu
melakukan pembatasan asupan cairan sesuai dengan anjuran tim
medis. Pada Penelitian yang dilakukan (Bertalina, dkk. 2012)
membuktikan bahwa dukungan social juga mempunyai hubungan
yang positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan
kesejahteraannya atau dapat meningkatkan kreativitas individu
18

dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif terhadap stress dan


rasa sakit yang dialami.
Menurut Sheri & Radma cher(1992), Safarindo(1998)serta
Taylor (1999) dalam Sari (2008) membagi dukungan keluarga ke
dalam beberapa bentuk, yaitu:
1) Dukungan instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang
dapat memberikan pertolongan langsung seperti pemberian
uang, pemberian barang,makanan serta pelayanan. Bentuk ini
dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung
memecahkan masalahnya yang behubungan dengan materi.
Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam
mengatasi masalah yangdianggap dapat dikontrol
2) Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi,
saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.
Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk
mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah
3) Dukungan emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan
nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga
individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini
sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap
tidak dapat dikontrol
4) Dukungan pengharapan
Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu
untuk memahami kejadian stress lebih baik dan jugasumber
stress serta strategi koping yang dapat digunakan dalam
menghadapi stresor. Dukungan sosial keluarga dapat
membantu meningkatkan strategi koping individu dengan
menyarankan strategi-strategi alternative yang didasarkan pada
pengalaman sebelumnya dan dengan mengajak orang-orang
berfokus pada aspek–aspekyang lebih positif dari situasi
tersebut. Individu diarahkan kepada orang yang sama yang
pernah mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan
19

nasihat dan bantuan. Individu dibandingkan dengan orang lain


yang mengalami hal yang lebih buruk. Pada dukungan
pengharapan keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan
memberikan umpan balik
5) Dukungan harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif terhadap
individu,pemberian semangat, persetujuan terhadap pendapat
individu, perbandingan yang positif dengan individulain. Bentuk
dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri
dan kompetensi.
c. Akses Pelayanan Kesehatan
Faktor akses pelayanan kesehatan meliputi:fasilitas unit
hemodialisis, kemudahanmencapai pelayanan kesehatan(termasuk
didalamnya biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu pelayanan
dan keterampilan petugas). Fasilitas ukuran besar (10 atau lebih
pasien diHD) dihubungkan dengan reaksi melewatkan dan
memperpendek waktu pengobatan dialysis serta kelebihan IDWG.
Ketika mencari ukuran fasilitas optimal, ditemukan bahwa fasilitas
dengan lebih dari 60 pasien, resiko pasien melewatkan dialysis
meningkat77% (P=0,0001). Pada fasilitas dengan lebih dari 75
pasien, kemungkinan memperpendek waktu dialysis meningkat 57%
(P=0,0006).Dan pada fasilitas lebih besar dari 125 pasien
dihubungkan dengan peluang yang lebih besar untuk IDWG
berlebihan(P=0,03)
d. Persepsi Pasien Tentang Pelayanan Keperawatan
Perawat merupakan salah satu petugas kesehatan yang
berinteraksi paling lama dengan pasien hemodialisis, mulai
daripersiapan,Pre Hemodialisis,Intra Hemodialisis sampaipost
dialysis. Riset membuktikan bahwa keberadaan tenaga–tenaga
perawatyang terlatih dan professional dan kualitas interaksi perawat
dengan pasien memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat
kepatuhan pasien hemodialisis. Perawatharus bisa memberikan
kesanyangmendalampada interaksi dengan pasien,peduli dengan
masalah-masalah pasien pada saat pasien dirumah. Berbagai
penelitian telah menguatkan bahwa peran perawat sebagai edukator
20

mampu meningkatkan kepatuhan pasien secara signifikan.Hasil


studi menunjukkan keberadaan staf 10% jam staf terlatih mampu
menurunkan kemungkinan melewatkan sesi dialysis dari pasien
(OR=0,84, P=0,02). Setiap kenaikan10% Staf terlatih,mampu
menurunkan 11% melewatkan sesi dialysis(OR=0,89, P=0,06)
(Saran et al, 2003 dalam Kamerrer, 2007). Sehingga baik
prosentase waktu kehadiran seorang perawat terlatih maupun
jumlah staf terlatih tampaknya memiliki efek pada kepatuhan pasien.
Sebenarnya waktu yang didedikasikan perawat untuk konseling
pasien, sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
Karena jasa tidak kasat mata serta kualitas teknik jasa tidak
selalu dapat dievaluasi secara akurat, pelanggan berusaha menilai
kualitas jasa berdasarkan apa yang dirasakannya, yaitu atribut–
atributyang mewakili kualitas proses dan kualitas pelayanan.
Menurut zaithaml dan M.T.Bitner(1996) dan juga Adrian
Palmer(2011) adalima dimensi mutu pelayanan yang perlu
diperhatikan yaitu (Sari, 2008):
1) Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk melaksanakan
jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya,misalya;
pelayanan pemeriksaan,pengobatan,dan perawatan yang cepat
dan tepat, jadwal pelayanan dijalankan secara tepat, prosedur
pelayanan yang tidak berbelit-belit.
2) Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau
tanggap,misalnya; kemampuan dokter, Petugas/perawat untuk
tanggap menyelesaikan keluhan pasien,petugas memberikan
informasi yang jelas dan mudah dimengerti, tindakan cepat
padasaat pasien membutuhkan.
3) Assurance(jaminan) yaitu pengetahuan atau kesopanan petugas
serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
kenyakinan, misalnya; pengetahuan dan kemampuan medis
menetapkan diagnosa, keterampilan petugas dalam bekerja,
pelayanan yang sopan dan ramah, jaminan keamanan,
kepercayaan status social, dll.
21

4) Empaty (empati) yaitu rasa peduli, memberikan perhatian


pribadi kepada pasien, misalnya; memberikan perhatian secara
khusus kepada setiap pasien, kepedulian terhadap keluhan
pasien, pelayanan kepada semua pasien tanpa membedakan
status, dll.
5) Tangibles (Bukti langsung) yaitu penampilan fasilitas fisik,
peralatan, personel dan media komunikasi, misalnya;
kebersihan,kerapihan dan kenyamanan ruangan, penataan
interior dan eksterior ruangan,kelengkapan,persiapandan
kebersihanalat, penampilan, kebersihan penampilan petugas.
e. Pendidikan
Menurut Azwar (1995) dalam Era (2008) menyebutkan terdapat
kaitan antara tingkat pendidikan terhadap perilaku positif yang
menjadi dasar pengertian (pemahaman) dan perilaku dalam diri
seorang individu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini
membutuhkan wakt ulama, tetapi perubahan yang dicapai akan
bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri.
Tingkat pendidikan individu memberikan kesempatan yang lebih
banyak terhadap diterimanya pengetahuan baru termasuk informasi
kesehatan.
f. LamaMenjalani Hemodialisis
Individu dengan hemodialysis jangka panjang sering merasa
khawatirakan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan
gangguan dalam kehidupannya.
g. Teori Keluarga
1) Definisi
Beberapa definisi keluarga menurut para ahli:
a) Keluarga adalah unit terecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
( Jhonsons dan Leny, 2010)
b) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami istri dan anaknya, atau ibu dan anaknya
( Suprayitno, 2008)
22

2) Tipe-Tipe Keluarga
Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
a) Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga
inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah
keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau
pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak
mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi.
b) Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa ( ibu
dan ayah ) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi
dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua
atau Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga
yang didalamnya seseorang dilahirkan.

c) Selain itu terdapat juga Keluarga luas atau keluarga besar


yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga
aslinya. Keluarga luas ini yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lainyang masih mempunyai hubungan
darah meliputi hubungan antara paman,bibi, keluarga kakek,
dan keluarga nenek.
3) Fungsi dan peran keluarga
Fungsi keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010
a) Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik
dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan
kedewasaan dan masa depan anak.
b) Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang
baik.
c) Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga
melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa
terlindung dan merasa aman
Peran keluarga menurut Jhonsons dan Leny, 2010
a) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
23

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota


masyarakat dari lingkungannya.
b) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual.

C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas dapat dibuat kerangka teori
sebagai berikut:

CKD (Chronik 1. LFG < 60 ml/menit/1,73m 2


Kidney Disease) / 2. Kerusakan ginjal > 3 bulan
GGK
Terapi Ginjal Pengganti:
HEMODIALISIS

Pembatasan Asuan Cairan: Tipe-tipe keluarga dibagi


1. Penambahan BB 2% dari atas keluarga inti, keluarga
BB Kering : Kategori orientasi, keluarga besar
Ringan
2. Penambahan BB 5 % dari
BB kering : Kategori Faktor – faktor yang
Sedang mempengaruhi Kesuksesan :
3. Penambahan BB > 8% dari 1. Pengetahuan TentangHD
2. Dukungan Keluarga
3. Akses
Kepatuhan dalam pelayananKesehatan
pembatasan cairan pada 4. Persepsi Pasien
tentangPelayanan
klien gagal ginjal kronik yang
Keperawatan
menjalani Hemodialisa 5. Pendidikan
Tabel 2.3 Kerangka Teori 6. LamaMenjalai HD
24

Sumber : Arief Masjoer, dkk. 2008

Keterangan :
: Yang akan diteliti
: Tidak diteliti
: Dapat mempengaruhi / stimulasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel juga merupakan
konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas
untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian ( Soeparto, Putra, &
Haryanto, 2000 dalam Nursalam, 2016)
Macam-macam tipe variable meliputi :
1. Variabel Independen (bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variable lain.
Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk
diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.
2. Variable Dependen (terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel
terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organism yang
dikenai stimulus.
Variabel Penelitian :
1. Variabel Independen yaitu Dukungan Keluarga
2. Variabel Dependen yaitu Kepatuhan dalam pembatasan cairan pasien
GGK

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesa penelitian menggunakan hipotesa alternative (Ha) yaitu ada
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan
cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS
Permata Bunda Purwodadi

C. Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Bebas Variabel Terikat
Kepatuhan pembatasan asupan
Dukungan Keluarga cairan di Unit Hemodialisa RS.
Permata Bunda Purwodadi tahun
2017
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

25
26

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
korelasional. Studi korelasional pada hakikatnya merupakan penelitian
atau penelaahan hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau
sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2010).

Variabel 1 Deskripsi Variabel


Interprestasi
Uji Hubungan
Makna
Variabel 2 Deskripsi Variabel

Gambar 3.2 Skema studi korelasional

Dimana dalam penelitian ini peneliti akan menelaah hubungan antara


dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan
pada pasien gagal ginjal konik (GGK) di unit hemodialisa RS. Permata
Bunda Purwodadi

2. Pendekatan waktu pengumpulan data


Pendekatan waktu pengumpulan data salah satunya dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian dengan pendekatan cross
sectional berusaha mempelajari hubungan antara factor resiko sebagai
penyebab dengan dampak dari penyebab tersebut. Factor resiko dan
dampaknya akan diobservasi pada saat yang sama (Budiharto, 2008).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan survey
cross sectionalyaitu suatu penelitian yang mempelajari korelasi atau
hubungan antara factor resiko dan factor efek dengan cara pendekatan,
observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau Point
Time Approach (Notoatmojo, 2012).
Penelitian ini menjelaskan tentang hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan pembatasan cairan pada pasien GGK di Unit
Hemodialisa RS. Permata Bunda Purwodadi.
27

3. Metode pengumpulan data


Menurut sumbernya data dapat dibedakan menjadi 2 jenis (Saryono,
Mekar Dwi Anggraeni, 2013 ), yaitu :
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data, langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.Peneliti mendapat
data primer dengan pengisian kuesioner langsung oleh pasien CKD
yang menjalani HD di RS Permata Bunda Purwodadi.Data yang
diambil pada responden seusai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Peneliti
mendapat data dari rekam medis pasien, petugas di ruangan HD, dan
keluarga pasien.

4. Populasi penelitian
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
GGK yang menjalani haemodialisa di RS Permata Bunda Purwodadi yang
berjumlah 34 pasien (Rekam medis HD RS. Permata Bunda 2017)
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sesuai pasien yang datang / aksidental
sampling dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Sampel
pada penelitian adalah pasien HD dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien bersedia menjadi responden penelitian.
2) Berusia 28 – 60 tahun
3) Responden dalam keadaan komposmentis.
4) Riwayat HD > 1 bulan
5) Tindakan haemodialisa ditanggung oleh BPJS
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien dengan penurunan kognitif
2) Tidak mau jadi responden
3) Riwayat HD < 6 Bulan
28

6. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran


Variabel Definisi Operasional ALat ukur Hasil Ukur Skala
Pengukuran
Dukungan Dukungan keluarga merupakan factor Menggunakan kuesioner Nilai kemudian Ordinal
penguat atau pendorong terjadinya perilaku dengan 20 item dengan
Keluarga dikategorikan menjadi :
terdiri dari : pilihan jawaban ya dan tidak.
1. Dukungan Emosional : Dukungan ini Jika jawaban ya diberi skor 2 a. Baik,≥ nilai median
membuat individu memiliki perasaan dan jawaban tidak diberi skor b. Tidak Baik, < nilai
nyaman, yakin, dipedulikan dan dicintai 1 median
oleh keluarga sehingga individu dapat
menghadapi masalah dengan baik
2. Dukungan Harga diri : Dukungan ini
berupa penghargaan positif terhadap
individu, pemberian semangat,
persetujuan terhadap pendapat individu,
perbandingan yang positif dengan
individu lain.
3. Dukungan Informasional : Bentuk
dukungan ini melibatkan pemberian
informasi, saran atau umpan balik
tentang situasi dan kondisi individu
4. Dukungan Instrumental : Bentuk
dukungan ini merupakan penyediaan
materi yang dapat memberikan
pertolongan lamgsung seperti
pemberian uang, barang, makanan
serta pelayanan.
29

5. Dukungan Pengharapan : Dukungan ini


meliputi pertolongan pada individu
untuk memahami kejadian stress lebih
baik dan juga sumber stress serta
strategi koping yang dapat digunakan
dalam menghadapi stressor.
Kepatuhan Perilakudalam membatasi cairan yang Menggunakan kuesioner yang Nilai kemudian Nominal
pembatasan dikonsumsiyang dapat dilihat dari berat terdiri dari 15 pertanyaan
dikategorikan menjadi :
cairan badan setelah dialysis sebelumnya dan dengan pilihan jawaban ya
berat badan sebelum dialysis sekarang. dan tidak. Jika jawaban ya Baik,≥ nilai median
diberi skor 2 dan jawaban Tidak Baik, < nilai
tidak diberi skor 1 median
30

7. Instrumen Penelitian dan Cara Penilaian Data


a. Instrumen Penelitian
Menurut Saryono (2008), instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat , lengkap
dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2008).
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
dibuat oleh peneliti untuk mengidentifikasi bentuk dukungan keluarga
dan perilaku kepatuhan pembatasan asupan cairan.Pada kuesioner
ini terdiri dari 20 buah pertanyaan tentang dukungan Keluarga, dan
15 kuesioner tentang kepatuhan pembatasan asupan cairan.
Peneliti membagi kuesioner menjadi 3 bagian pertanyaan, yaitu:
1) Pertanyaan A berisi tentang karakteristik responden
2) Pertanyaan B berisi tentang 20 pertanyaan dukungan keluarga
yang terdiri dari :
a) 4 butir pertanyaan dukungan emosional seperti dukungan
untuk kepercayaan dan perhatian
b) 4 butir pertanyaan dukungan harga diri seperti dukungan
dengan komunikasi untuk menguatkan harga diri
c) 4 butir pertanyaan dukungan informasional seperti dukungan
informasi yang bermanfaat untuk pemecahan masalah
d) 4 butir pertanyaan dukungan instrumental seperti dukungan
secara keuangan untuk kegiatan
e) 4 butir pertanyaan dukungan pengharapan seperti dukungan
secara nasihat dan saran dalam menghadapi stresor
3) Pertanyaan C berisi tentang kepatuhan yang terdiri dari 15 butir
pertanyaan.

Jenis kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data adalah


kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang
disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih jawaban dengan
tanda check list pada alternatif jawaban yang telah disediakan.
31

Kuesioner menggunakan skala guttman yaitu skala yang digunakan


untuk jawaban yang tegas dan konsisten (ya-tidak) (Sugiyono, 2009).
b. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan di unit
HemodialisaRSUD R. Soedjati Purwodadi dengan jumlah responden
10 responden dengan karakteristik yang sama pada sampel
penelitian.
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat Kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen ( Arikunto,
2008 ). Hasil uji validitas yang dilakukan pada bulan November
2017 di unit hemodialisa RSUD R.Soedjati Purwodadi
menghasilkan :
Kuesioner dukungan keluarga
No Responden R Tabel R hitung
1 Pertanyaan 1 .632 .831
2 Pertanyaan 2 .632 .831
3 Pertanyaan 3 .632 .904
4 Pertanyaan 4 .632 .828
5 Pertanyaan 5 .632 .831
6 Pertanyaan 6 .632 .828
7 Pertanyaan 7 .632 .904
8 Pertanyaan 8 .632 .831
9 Pertanyaan 9 .632 .831
10 Pertanyaan 10 .632 .831
11 Pertanyaan 11 .632 .904
12 Pertanyaan 12 .632 .828
13 Pertanyaan 13 .632 .831
14 Pertanyaan 14 .632 .828
15 Pertanyaan 15 .632 .904
16 Pertanyaan 16 .632 .828
17 Pertanyaan 17 .632 .828
18 Pertanyaan 18 .632 .660
19 Pertanyaan 19 .632 .831
20 Pertanyaan 20 .632 .718

Kemudian pada kuesioer kepatuhan pasien dalam pembatasan


cairan:
No Responden R tabel R Hitung
1 Pertanyaan 1 .632 .855
2 Pertanyaan 2 .632 .810
3 Pertanyaan 3 .632 .855
4 Pertanyaan 4 .632 .905
5 Pertanyaan 5 .632 .810
6 Pertanyaan 6 .632 .855
32

7 Pertanyaan 7 .632 .810


8 Pertanyaan 8 .632 .855
9 Pertanyaan 9 .632 .905
10 Pertanyaan 10 .632 .855
11 Pertanyaan 11 .632 .810
12 Pertanyaan 12 .632 .810
13 Pertanyaan 13 .632 .905
14 Pertanyaan 14 .632 .855
15 Pertanyaan 15 .632 .810
Dari hasil uji validitas pada kedua kuesioner di dapatkan semua
soal valid. Karena R hitung lebih dari R tabel. Dengan R Tabel
pada N : 10 adalah 0.632.
2) Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan internal consistensi,
dengan cara mencoba instrumen sekali saja, kemudian data
yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Jika nilai alpha
cronbach > konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabel. Tetapi,
jika nilai alpha cronbach < konstanta (0,6), maka pertanyaaan
tidak reliabel. Hasil uji reliabilitas di dapatkan, pada kuesioner
dukungan keluarga nilai alpha .977 dan kuesioner kepatuhan
dalam pembatasan cairan .972 yang artinya kedua kuesioner
reliable untuk digunakan.
8. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dari kuesioner yang telah diisi responden
dan observasi kemudian diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1) Editing
Editing adalah mengoreksi lembar observasi apakah
terdapat yang tidak lengkap pengisiannya. Jika ditemukan yang
tidak lengkap akan dilakukan konfirmasi lagi kepada responden,
tetapi jika responden tidak bersedia, maka data tidak
dipergunakan.
2) Coding
Tehnik ini dilakukan dengan memberi tanda pada masing-
masing jawaban dengan kode berupa angka yaitu pada variabel
dukungan sosial, kode 1 diberikan pada dukungan keluarga baik,
kode 2 diberikan untuk dukungan keluarga tidak baik. Sedangkan
33

pada variabel kepatuhan, kode 1 diberikan pada kategori patuh,


dan kode 2 diberikan pda kategori tidak patuh.
3) Tabulating
Sebelum data dikelompokkan menurut kategori yang telah
ditentukan, selanjutnya data ditabulasikan dengan melakukan
penentuan data, sehingga diperoleh frekuensi dari masing-masing
variabel penelitian. Kemudian memindahkan data ke dalam tabel-
tabel yang sesuai denga kriteria.
b. Analisa Data
1) Analisa Univariat
Dalam analisa univariat data-data disajikan dengan tabel
frekuensi (Hastono, 2007), Analisis yang dilakukan terhadap
masing-masing varaiabel dari hasil penelitian. Analisis univariate
ini untuk melihat distribusi frekuensi dan prosentase dari umur,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan responden. Kemudian
juga distribusi dukungan keluarga dan kepatuhan pembatasan
cairan.
2) Bivariat Analisa
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara 2 variabel. Uji statistik korelasional dalam penelitian ini
adalah uji kai kuadrat (chi-square) dengan alasan uji kai kuadrat
dilakukan pada 2 variabel yang memiliki jenis data kategorik.
Untuk uji chi square didapatkan p value 0,00. Sehingga p value
kurang dari derajat α 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima atau
ada dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam
menjalani diit hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Dr. Raden
Soedjati Soemodihardjo Purwodadi
9. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, masalah etika dalam penelitian


keperawatan merupakan masalah yang sangat penting mengingat
masalah keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia,
maka peneliti menjaminhak asasi responden dalam penelitian ini. Etika
dalam penelitian keperawatan meliputi :
a. Informed Consent
34

Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan


penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.
Jika subyek bersedia menjadi responden, maka harus
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Jika
subyek menolak menjadi responden maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati haknya.
b. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak
akan memberi nama responden kepada lembar pengumpulan data
(kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi
kode tertentu.
c. Confidentiality
Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang
telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti.

E. Jadwal Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei - Desember 2017
No Kegiatan Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan
1 Pemilihan
Judul
2 Pengumpulan
Data
3 Penyusunan
proposal
4 Ujian proposal
5 Pelaksanaan
penelitian
6 Penyusunan
laporan

Gambar 3.3 Rencana Penelitian


35

b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Ruang Hemodialisa RS Permata
Bunda Purwodadi Kabupaten Grobogan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal bulan November-Desember
2017 di Ruang Hemodialisa RS. Permata Bunda Purwodadi. Rumah sakit
permata bunda memiliki visi Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat
Grobogan dan sekitarnya. Untuk mewujudkan visi tersebut, rumah sakit
permata bunda memiliki misi meningkatkan profesionalisme sumber daya
manusia, memberikan pelayanan kesehatan yang menjamin mutu dan
keselamatan pasien, pemenuhan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan
masyarakat dan menumbuhkan budaya kerja yang positif, adaptif serta
proaktif. Kemudian untuk motto rumah sakit permata bunda adalah kami
memberi hanya yang terbaik. Dalam pelayanan, rumah sakit permata bunda
memiliki pedoman dalam budaya kerja, yaitu tepat waktu, tepat mutu dan
tepat biaya.
B. Karakteristik demografi
1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
umur di Rs Permata Bunda (N:34)
Kategori Umur Responden Frekuensi Presentase
<25 3 8,8 %
26-35 6 17,6 %
36-45 21 61,8%
>46 4 11,8 %
Total 34 100 %

Hasil penelitian pada 34 responden di dapatkan karakteristik responden


berdasarkan umur, tertinggi pada umur 36-45 tahun sejumlah 21
responden dengan prosentase 61,8 %. dan terendah pada responden
yang berusia <25 sejumlah 3 responden dengan prosentase 8,8%.
2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden
Berdasarkan jenis kelamin di Rs Permata bunda (N:34)

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase


Laki-laki 15 44,1 %
Perempuan 19 55,9 %

36
37

Hasil penelian menunjukan prosentase responden berjenis


kelamin laki-laki sebesar 44,1 % yaitu 15 responden dan perempuan
sebesar 55,9 % yaitu 19 responden.
3. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan strata
pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan strata
pendidikan di Rs permata bunda (N:34)
Strata Pendidikan Frekuensi Presentase
Tidak sekolah 3 8,8%
SD 15 44,1%
SMP 8 23,5%
SMA 5 14,7%
PT 3 8,8%
Total 85 100%

Hasil penelitan di peroleh data jumlah responden dengan strata


pendidikan tertinggi adalah SD sebesar 15 responden dengan
prosentase 44,1 %, dan terendah pada perguruan tinggi sebesar 3
responden dengan prosentase 8,8 % serta responden tidak sekolah
sebesar 3 responden dengan prosentase 8,8%.
4. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan di Rs permata bunda (N;34)
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Petani 15 44,1 %
Wiraswasta 11 32,4 %
IRT 5 14,7 %
PNS 3 8,8 %
Total 85 100 %

Hasil penelitan di peroleh data prosentase responden berdasarkan


pekerjaan, tertinggi pada responden yang bekerja sebagai petani sejumlah
15 responden dengan prosentase 44,1 %, dan terendah sebagai PNS
sejumlah 3 responden dengan prosentase 8,8%.

C. Hasil penelitian
1. Hasil analisa univariat
a. Distribusi frekuensi dukungan keluarga
Table 4.5 Distribusi frekuensi dukungan keluarga (N:34)
Di ruang hemodialisa Rs permata bunda (N:34)
38

Kategori dukungan keluarga Frekuensi Presentase


Baik 19 55,9 %
Tidak Baik 15 44,1 %
Total 34 100%

Table 4.5 merupakan tabel distribusi frekuensi dukungan keluarga


pasien hemodialisa Rs Permata Bunda Purwodadi dengan N: 34.
Hasil pengolahan data di kategorikan berdasarkan nilai median. Dari
pengolahan data di ketahui terdapat 19 responden yang masuk
dalam kategori baik dengan prosentase 55,9% dan 15 responden
yang masuk kategori tidak baik dengan prosentase 44,1 %.
b. Distribusi frekuensi kepatuhan pembatasan cairan
Table 4.6 Distribusi frekuensi kepatuhan pembatasan cairan
Di ruang hemodialisa Rs permata bunda (N:34)
Kategori Kepuasan Frekuensi Presentase
Patuh 20 58,8 %
Tidak Patuh 14 41,2 %
Total 34 100%

Table 4.6 merupakan tabel distribusi frekuensi kepatuhan


pembatasan cairan pasien hemodialisa Rs Permata Bunda
Purwodadi dengan N: 34. Hasil pengolahan data di kategorikan
berdasarkan nilai median. Dari pengolahan data di ketahui terdapat
20 responden yang masuk dalam kategori patuh dengan prosentase
58,8% dan 14 responden yang masuk kategori tidak patuh dengan
prosentase 41,2 %.
2. Analisa bivariat
Tabel 4.7 hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam
pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik (N:34)

Uji Chi Square


Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui dari 34 responden yang
diteliti 19 responden memiliki dukungan keluarga baik dan sebagian
besar patuh terhadap pembatasan cairan yaitu 18 responden
(94,7%) dari pada tidak patuh 1 responden (5,3%). Kemudian
terdapat 15 responden yang memiliki dukungan keluarga tidak baik
dengan sebagian besar tidak patuh yaitu 13 responden (86,7%)
sedangkan yang patuh 2 responden (13,3%).
39

Hasil analisis korelasi Chi Square didapatkan p value 0,000


yang artinya p value kurang dari derajat α (0,05). Sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan pasien dalam pembatasan cairan. Dari tabel tersebut juga
didapatkan data bahwa terdapat 18 (94,7%) responden memiliki
dukungan keluarga baik dan patuh, akan tetapi terdapat 1 (5,3%)
responden yang memiliki dukungan keluarga baik tetapi tidak patuh.
Kemudian terdapat 2 responden (13,3%) yang memiliki dukungan
tidak baik tetapi patuh terhadap pembatasan diet dan terdapat 13
(86,7%) responden yang memiliki dukungan tidak baik dan tidak patuh
dalam pembatasan cairan.
BAB V
PEMBAHASAN

Bab V ini akan membahas hasil penelitian yang telah di peroleh.


Pembahasan akan dibagi dalam beberapa bagian, yaitu pembahasan mengenai
interprestasi dan diskusi hasil dengan membandingkan hasil penelitian dengan
teori terkait dan hasil penelitian sebelumnya. Selain itu, pada bab ini juga
menjelaskan tentang keterbatasan penelitian dan implementasi penelitian bagi
dunia penelitian, pendidikan maupun kesehatan.
A. Interprestasi dan diskusi hasil
1. Analisa univariat
a. Umur Responden
Berdasarkan tabel 4.1. Hasil penelitian pada 34 responden
didapatkan karasteristik responden berdasarkan umur, tetinggi pada
umur 36-45 tahun sejumlah 21 responden dengan prosentase 61.8%.
Hal tersebut dipengaruhi karena semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir . Dari
segi kepercayaan masyrakat yang belum dewasa dipercayai dari
orang yang belum tinggi kedewasaannya ( wawan. 2011) semakin
dewasa umur seseorang juga akan semakin matang dalam berfikir
tentang kesehatannya, termasuk dalam hal kepatuhan pembatasan
cairan.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.2, Hasil penelitian menunjukan prosentase
responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 44,1 % yaitu 15
responden dan perempuan sebesar 55,9% yaitu 19 responden. Pada
penelitian Chan et al (2012) yang menyatakan ahwa kepatuhan
pembatasan cairan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Responden
perempuan lebih patuh daripada responden laki-laki. Hal ini
disebabkan responden perempuan lebih sadar dan peduli terhadap
kesehatannya.
c. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.3, Hasl penelitian diperoleh data jumlah
responden dengan strata pendidikan tertinggi adalah SD sebesar 15

40
41

responden dengan prosentse 44,1 %. Semakin tinggi tingkat


pendidikan kemungkinan akan mendapatkan dukungan sosial dari
orang yang erada di sekitarnya. Konsep dasar pedidikan adalah suatu
proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjad proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih
dewasa lebih baik dan lebih matang dari individu, kelompok atau
masyarakat (Kodriati, 2010).
d. Pekerjaan
Pada tabel 4.4. Hasil Penelitian diperoleh data prosentase
responden berdasarkan pekerjaan, tertinggi pada responden yang
bekerja sebagai petani sejumlah 15 responden dengan prosentase
44,1 % . pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi dukungan
keluarga maupun kepatuhan pasien. Kesibukan dalam dunia kerja
akan mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan.
e. Dukungan keluarga
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dukungan keluarga
pasien hemodialisa Rs Permata Bunda Purwodadi terdapat 19
responden yang masuk dalam kategori baik dengan prosentase
55,9% dan 15 responden yang masuk kategori tidak baik dengan
prosentase 44,1 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
keluarga responden sangat mendukung responden dalam menjalani
hemodialisis. Dukungan yang diberikan menunjukan bahwa keluarga
menyadari responden membutuhkan kehadiran keluarga. Wardani
(2014) menjelaskan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu
upaya yang diberikan kepada anggota keluarga, baik moril maupun
materil dalam bentuk motivasi, informasi, saran, bantuan yang nyata
atau tingkah laku. Orang yang mendapat dukungan secara emosional
akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan. Dalam hal ini keluarga memberikan motivasi,
perhatian, mengingatkan untuk selalu melakukan pembatasan
asupan cairan sesuai anjuran tim medis.
Dukungan keluarga diperlukan karena klien gagal ginjal kronik
akan mengalami sejumlah perubahan bagi kehidupannya sehingga
menghilangkan semangat hidup klien, diharapkan dengan adanya
dukungan keluarga dapat menunjang kepatuhan klien. Tanpa
42

dukungan keluarga pasien akan sulit sembuh, mengalami


perburukan dan sulit untuk bersosialisasi. Dukungan keluarga
sangat memainkan peran yang bersifat mendukung selama
penyembuhan dan pemulihan anggota keluarga yang sakit. Hal
tersebut di dukung oleh Sumigar (2015) yang menyatakan bahwa
dukungan keluarga juga mempunyai hubungan yang positif yang
dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya
atau dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan
penyesuaian yang adaptif terhadap stress dan rasa sakit yang di
alami.
Dari teori dan beberapa pendapat di atas, diperlukan
dukungan keluarga yang positif pada pasien yang menjalani
hemodialisa. Dukungan yang diperlukan dapat berupa dukungan
dalam pembatasan asupan cairan pasien. Hal ini peran keluarga
sangat diperlukan, karena keluarga yang selalu dekat pasien
dirumah, sehingga dapat benar-benar mengawasi asupan cairan
pasien.
Dilihat dari distribusi frekuensi jawaban responden pada
kuesioner dukungan keluarga, ditemukan beberapa masalah. Yaitu
pada pertanyaan apakah keluarga selalu membimbing responden
apabila responden mengalami kebingungan dalam proses yang
dijalani, terdapat 30 (88,8%) responden menjawab tidak. Berarti
sebagian besar keluarga tidak membimbing responden saat
mengalami kebingungan. Kemudian pada pertanyaan apakah
keluarga selalu memuji responden saat responden menjalani terapi
hemodialisa, terdapat 31 (91,2%) responden menjawab tidak. Dan
pada pertanyaan apakah keluarga selalu memberikan semangat
dalam menjalani terapi hemodialisa, terdapat 27 (79,4%) responden
menjawab tidak.
f. Kepatuhan dalam pembatasan cairan
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi kepatuhan pembatasan
cairan pasien hemodialisa Rs Permata Bunda Purwodadi di ketahui
terdapat 20 responden yang masuk dalam kategori patuh dengan
prosentase 58,8% dan 14 responden yang masuk kategori tidak
patuh dengan prosentase 41,2 %. Dari hasil tersebut dapat
43

disimpulkan bahwa responden sebagian besar patuh dalam


pembatasan cairan.
Tingkat kepatuhan adalah sikap yang ditunjukan oleh penderita
gagal ginjak kronik untuk mematuhi asupan cairan yang harus dijalani.
Syamsiah (2011) menyatakan bahwa kepatuhan secara umum di
definisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan
pengobatan, mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup sesuai
dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Kepatuhan
pasien terhadap rekomendasi dan perawatan dari pemberian
pelayanan kesehatan adalah penting untuk kesuksesan suatu
intervensi, ketidakpatuhan menjadi masalah besar terutama pada
pasien yang menjalani hemodialisis, sehingga berdampak pada
berbagai aspek perawatan pasien, termasuk kunjungan, pembatasan
makanan dan cairan.
Kepatuhan klien dalam mentaati jumlah konsumsi cairan
menentukan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa, karena semakin besar konsumsi cairan dapat
menimbulkan semakin buruk prognosis jangka panjang serta
mengakibatkan tekanan darah naik saat akan melakukan
hemodialisa.
Untuk klien tidak patuh akan mengakibatkan kenaikan berat
badan yang cepat, sehinga berakibat pada control volume yang buruk
pada klien gagal ginjal kronik, memperburuk hipertensi dan
mengakibatkann efek merugikan pada system kardiovaskuler (Imelda,
2010). Selain itu pasien yang menjalani hemodialisis yang tidak
mematuhi pembatasan asupan cairan akan mengalami penumpukan
cairan sehingga menyebabkan edema paru dan hipertropi pada
ventrikel kiri. Penumpukan cairan dalam tubuh menyebabkan fungsi
kerja jantung dan pau-paru berat, yang berakibat pada repson fisik
pasien, cepat lelah dan sesak, aktivitas fisik juga mengalami
gangguan baik pada saat beraktivitas ringan maupun sedang.
Pembatasan asupan cairan akan merubah gaya hidup dan dirasakan
pasien sebagai gangguan, serta diet yang di anjurkan tersebut tidak
sesuai oleh kebanyakan penderita sehingga sering mengabaikan
dietnya (Riyanto, 201).
44

Dari teori dan beberapa pendapat tersebut, dapat di simpulkan


bahwa kepatuhan dalam pembatasan cairan pada pasien yang
menjalani hemodialisis sangat penting dilakukan, hal ini akan
menentukan kualitas hidup serta perkembangan pengobatan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Dilihat dari distibusi frekuensi jawaban responden pada
kuesioner kepatuhan pembatasan cairan, ditemukan beberapa
masalah. Yaitu pada pertanyaan apakah responden mengkonsumsi
asupan cairan tidak lebih dari 1000 cc dalam sehari, terdapat 24
(70,6%) responden menjawab tidak. Kemudian pada pertanyaan
apakah responden mengikuti anjuran untuk membatasi buah-buahan
dengan tinggi air, terdapat 25 (73,5%) responden menjawab tidak.
Dari frekuensi jawaban tersebut, diharapkan dukungan keluarga perlu
ditingkatkan agar kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal
ginjal kronik dapat lebih baik.
2. Analisa bivariat
Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam
pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik. hasil analisis
korelasi Chi Square didapatkan p value 0,000. yang artinya terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam
pembatasan cairan. Selain itu dari hasil tersebut juga diketahui bahwa
pasien yang mendapatkan dukungan keluarga baik dan patuh
terhadap pembatasan cairan sejumlah 18 pasien. Kemudian tidak baik
dalam mendapatkan dukungan keluarga yang patuh dalam
pembatasan cairan hanya 2 responden. Pada responden yang
mendapatkan dukungan keluarga baik tetapi tidak patuh dalam
pembatasan cairan terdapat 1 responden. Sedangkan tidak baik
dalam dukungan keluarga yang tidak patuh terhadap pembatasan
cairan terdapat 13 responden.
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit terminal yang di derita
oleh seorang seumur hidup karena penurunan fungsi ginjal yang
terjadi secara progresif sehingga membutuhkan terapi hemodialisa.
Hemodialisis adalah dialysis dengan menggunakan mesin dialiser
yang memiliki fungsi sebagai pengganti ginjal dengan proses yaitu
darah dipompa keluar dari tubuh kemudian darah masuk ke dalam
45

mesin dialiser, di dalam mesin dialiser darah dibersihkan dari zat-zat


racun oleh cairan khusus dialysis, lalu setelah darah dibersihkan
dialirkan kembali dalam darah (Syamsiah, 2011). Dialysis dilakukan 1-
2 kali dalam seminggu dirumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan
4-5 jam lamanya. Terapi ini sangat membutuhkan adanya dukungan
keluarga sehingga mempengaruhi kepatuhan dari pasien dalam
menjalani hemodialisis. Selain itu dukungan keluarga diperlukan
karena pasien hemodialisa di anjurkan membatasi konsumsi cairan
dalam sehari (Marantika & Devi, 2014). Pasien hemodialisa
mengeluarkan urin tidak lebih dari 200-300 mL setiap hari. karenanya,
perlu dukungan keluarga untuk membatasai konsumsi cairan
responden yang hanya disarankan mengkonsumsi cairan tidak lebih
dari 500 mL atau setara 2 gelas perhari. Selain itu, konsumsi garam
juga dikurangi agar pasien tidak merasa haus. Rasa haus akan
mendorong pasien untuk minum sehingga dapat menimbulkan
kenaikan berat badan yang besar selama periode diantara dialysis
(Rahardjo, 2009).
Dukungan keluarga yang dimaksud adalah dorongan atau
penyemangat pasien yang berasal dari anggota keluarga dalam
bentuk informasi, instrumental, emosional dan penghargaan. Hal
tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan terhadap
program-program medis. Peran keluarga sangat berpengaruh dalam
setiap segi kehidupan individu karena merupakan konteks awal
individu memulai suatu hubungan interpersonal (Friedman, 2010).
Menurut peneliti, Pada dasarnya seseorang yang memiliki
dukungan keluarga yang baik maka kepatuhan menjalani pembatasan
cairan juga akan baik, hal ini dikarenakan dengan adanya dukungan
keluarga dapat meningkatkan bantin dan perasaan senang pasien
hemodialisa. Selain itu dukungan keluarga juga dapat memberikan
dukungan dalam bentuk informasional dengan selalu memotivasi
pasien dalam pembatasan cairan sehingga kepatuhan pasien dalam
pembatasan cairan dapat dilakukan.
Kepatuhan klien adalah sejauhmana perilaku klien sesuai
dengan instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi
apapun yang ditentukan seperti diet, latihan maupun pengobatan
46

(Maryati, 2011). Tingkat kepatuhan sendiri di pengaruhi oleh beberapa


faktor, salah satunya adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga
merupakan menerima dan merasakan kenyamanan, perhatian,
penghargaan, dan bantuan moril maupun maupun materi yang
diberikan oleh anggota keluarga sehingga dapat meningkatkan
kesehatan. Hal tersebut di dukung oleh Bertalina (2012) yang
menyatakan bahwa dukungan social keluarga mempunyai hubungan
yang positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan
kesejahteraannya.
Peran dari keluarga sangat diperlukan sebagai penunjang dari
terapi yang sudah dilakukan. Dalam terapi hemodialisa bagi pasien
gagal ginjal kronik, kepatuhan diit dan pembatasan cairan sangat
penting dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi. Sehingga
peran dukungan keluarga dalam mengawasi dan memotivasi pasien
ketika dirumah sangat perlu dilakukan. Seorang perawat maupun
dokter hanya bisa memberikan dukungan dalam hal pengobatan
ketika dirumah sakit, akan tetapi kehidupan pasien banyak dilakukan
dirumah, sehingga peran keluarga sangat penting Karena waktu yang
dihabiskan oleh pasien banyak bersama keluarga dirumah.
Dalam penelitian ini, ditemukan masalah bahwa terdapat 1
responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik tetapi tidak
patuh dalam pembatasan cairan. Hal tersebut dapat disebabkan
karena persepsi responden terhadap dukungan keluarga salah.
Keluarga tidak mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh keluarga.
Kemudian pada pasien yang tidak mendapatkan dukungan dengan
baik tetapi patuh terhadap pembatasan cairan terdapat 2 responden.
Hal ini dapat disebabkan karena koping diri yang baik dari responden
terhadap kepatuhan dalam pembatasan cairan.
B. Keterbatasan penelitian
Selama proses penelitian, peneliti menemukan beberapa hal yang
menjadi keterbatasan penelitian, keterbatasan tersebut yaitu :
1. Terdapat beberapa kendala saat pemberian kuesioner tidak sesuai
perencanaan, seperti saat diberikan kuesioner pasien tiba-tiba lemas
atau mau istirahat
47

2. Kepatuhan responden dalam membatasi cairan dapat dipengaruhi oleh


banyak hal, akan tetapi peneliti hanya fokus pada kaitannya dengan
dukungan keluarga.
3. Terdapat beberapa instrument yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kepatuhan, akan tetapi peneliti hanya menggunakan instrument
kuesioner.
4. Apabila terdapat responden yang tidak dapat membaca atau mengalami
gangguan penglihatan, peneliti harus membantu responden dalam
menjawab kuesioner
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian tentang Hubungan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan pada pasien gagal
ginjal kronik :
1. Terdapat 19 responden yang masuk dalam kategori baik dengan
prosentase 55,9% dan 15 responden yang masuk kategori tidak baik
dengan prosentase 44,1 %
2. Terdapat 20 responden yang masuk dalam kategori patuh dengan
prosentase 58,8% dan 14 responden yang masuk kategori tidak patuh
dengan prosentase 41,2 %.
3. Hasil analisis korelasi Chi Square didapatkan p value 0,000. yang
artinya p value kurang dari derajat α 0,055 sehingga dapat di artikan
terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
pasien dalam pembatasan cairan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah daftar pustaka di bidang
kesehatan, dan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya
khususnya berkaitan dengan pasien gagal ginjal kronik
2. Bagi Unit Hemodialisa RS Permara Bunda
a. Petugas hendaknya dapat menjalin komunikasi yang baik pada
keluarga untuk memberikan dukungan pada responden
b. Petugas hendaknya selalu memonitoring kepatuhan pasien dalam
pembatasan cairan melalui kehadiran keluarga
c. Pemberian informasi tentang perkembangan responden pada
keluarga sangat perlu dilakukan, untuk memotivasi keluarga
dalam memberikan dukungan pada pasien.

48
49

3. Bagi penelitian selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
penelitian faktor-faktor lain berkaitan dengan dukungan keluarga
maupun kepatuhan pembatasan cairan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif masjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius, 2009.
Andra Saferi, Yessie Mariza Putri. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Nuha Medika, 2013.
Bare, Suzanne C. Smeltzer and Brenda. Medical Surgical Nursing. 2010.
Bertalina, dkk.Faktor Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani
Haemodialisa. Tanjukarang, 2012.
C.A.O'Callaghan. At a Glance Sistem Ginjal. s.l. : Erlangga, 2009.
Esther Chang, Jhon Daly, Doug Elliot.Pathofisiologi Aplikasi pada Praktik
Keperawatan. Australia : Buku Kedokteran EGC, 2009.
Friedman, L. M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : riset, teori, praktik.
Jakarta : EGC
Gallo, Carolyn M. Hudak & Barbara M.Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010.
Indonesia Renal Registrasi. IRR. Report Of Indonesian Renal Registry, 2014.
Istanti, Yini Permata sari. Hubungan Antara Masukan Cairan Dengan Interdialytic
Weight Gains (IDWG) Pada Pasien Chronic Kidney Disease Di Unit
Haemodialisis RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta,2014.
Isroinn L, Istanti Y. P, Soejono S. K.Manajemen Cairan pada Pasien
Haemodialisa Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup di RSUD Dr. Harjono
Ponorogo. Yogyakarta : Muhamadiyah Journal of Nursing, 2016.
Marantika, Devi, P. N. 2014. Gambaran Kepatuhan Terhadap Anjuran Medis
pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Menjalani Terapi Hemodialisa
di Kota Medan. Universitas Sumatra Utara
Mardelina, Ida. Dasar dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Expres, 2017.
Niven, N. 2002. Psikologi kesehatan dan Pengantar untuk Perawat dan
Profesional Kesehatan. Jakarta ; EGC
Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika,
2016.
Notoatmojo.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Prima
Grafika, 2016.
Rahardjo, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam . Jakarta
Riyanto, Agus.Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medikaa, 2011.
Saryono, Mekar Dwi Anggraeni.Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika, 2013.
Setiadi.Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007.
Smeltzer, S., & Bare, B. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta :
EGC
Suddarth,B., 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta :EGC
Syamsiah, N., 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien
CKD yang menjalani Hemodialisa di RSPAU dr. Esnawan Antariksa
Halim Perdana Kusuma. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas
Indonesia
Wardani, I.O., 2014. Hubungan Depresi dan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan kepatuhan Menjalani Rehabilitasi Pada Pasien Strok di RSU
Haji Surabaya. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universeitas Airlanga
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai