Anda di halaman 1dari 88

KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA DIABETES MELITUS

DITINJAU DARI HEALTH LOCUS OF CONTROL

SKRIPSI

Novia Yana Sulistyani


15.E1.0194

PROGRAM STUDI SARJANA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2022
KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA DIABETES MELITUS
DITINJAU DARI HEALTH LOCUS OF CONTROL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas


Katolik Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Novia Yana Sulistyani
15.E1.0194

PROGRAM STUDI SARJANA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Sarjana Psikologi


Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima
untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Pada Tanggal

28 Juli 2022

Mengesahkan
Ketua Program Studi Sarjana Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

(Dr. Suparmi, M.Si.)

Pembimbing Utama Dewan Penguji

(D. L. Novi Parmitasari, S.Psi., MA) (Dr. Christin Wibhowo, M.Si)

(Dr. M. Suharsono, M.Si.)

(D. L. Novi Parmitasari, S.Psi., MA)


UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat dan

hidayahNya yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan

skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepatuhan

Minum Obat Penderita Diabetes Melitus Ditinjau Dari Health Locus Of Control”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik

tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dr. Suparmi, M.Si selaku ketua Program Studi Sarjana Psikologi Universitas

Katolik Soegijapranata yang telah bersedia membantu penulis jika

mengalami kesulitan selama penyusunan skripsi.

2. Damasia Linggarjati Novi P., S.Psi., MA., selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu bagi penulis, memberi dorongan, serta

bimbingan dengan penuh kebaikan, kebijaksanaan, dan kesabaran,

sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Dr. A. Rachmad Djati Winarno, MS, selaku Dosen Wali kelas 03 angkatan

2015 yang telah memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama

proses perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang.

4. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis

menjalani masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang

5. Segenap Staff Tata Usaha Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Katolik


Soegijapranata Semarang yang telah memberikan pelayanan yang baik,

memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses administrasi selama

menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang

6. Para petugas UPTD Puskesmas Kendal I yang telah banyak membantu

penulis selama penelitian dan terima kasih untuk para pasien Diabetes

Melitus di Puskesmas Kendal I yang kooperatif dalam pengisian kuesioner

penelitian.

7. Keluarga tercinta Bapak, Ibuk (almarhumah), Mas Yogie, Mbak Ismi, Azka,

Una terima kasih atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya yang

luar biasa serta nasihat untuk penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan baik.

8. Sahabat terbaik penulis Tisa, mas Iqbal terima kasih telah bersedia

meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah penulis, serta selalu

memberikan motivasi dan semangat agar penulis tidak menyerah untuk

menyelesaikan studi.

9. Sahabat-sahabat penulis Berlan, Tashya, Belinda, Eka terima kasih telah

bersedia memberikan motivasi dan semangat kepada penulis agar penulis

tidak menyerah untuk menyelesaikan studi.

10. Sahabat-sahabat penulis selama di Kendal, Zaenal, Ghozi, Bunga, Asa,

Deananda, Sonia, mbak Amyda, Affan yang selalu ada untuk penulis dan

selalu memberikan semangat agar penulis tidak menyerah untuk

menyelesaikan studi.

11. Teman-teman seperjuangan Mitha, Adrian, Luisa, Mesa terima kasih atas

segala doa dan dukungan serta semangat untuk menyelesaikan studi.


12. Teman-teman kelas 03 2015 terima kasih sudah menjadi teman penulis

selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi.

13. Ibu-ibu tetangga yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada

penulis agar tidak menyerah untuk menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun untuk perbaikan dan dapat memberikan wawasan yang

lebih luas serta bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

Semarang, 28 Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDU

L i
HALAMAN PENGESAHAN iii
UCAPAN TERIMAKASIH iv
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
ABSTRAKSI viii
ABSTRACT ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Tujuan Penelitian 5
1.3. Manfaat Penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Kepatuhan Minum Obat 6
2.2. Health Locus of control 10
2.2.1. Definisi Health Locus of control 10
2.2.2. Dimensi Health Locus of control 11
2.3. Dinamika Hubungan Antara Health Locus of Control Dengan Kepatuhan
Minum Obat 12
2.4. Hipotesis 15
BAB 3 METODE PENELITIAN 16
3.1. Jenis Penelitian 16
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 16
3.2.1. Kepatuhan minum obat 16
3.2.2. Health Locus of Control 17
3.3. Populasi dan Teknik Sampling 17
3.3.1. Populasi 17
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel 17
3.4. Alat Ukur 18
3.5. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur 20
3.5.1. Validitas Alat Ukur 20
3.5.2. Realibilitas Alat Ukur 20
3.6. Metode Analisis Data 21
BAB 4 PELAKSANAAN PENELITIAN 22
4.1. Orientasi Kancah Penelitian 22
4.2. Persiapan Penelitian 22
4.2.1. Penyusunan Alat Ukur 23
4.2.2. Permohonan Izin 24
4.3. Pelaksanaan Penelitian 24
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 25
4.4.1. Validitas dan Reliabilitas Skala Kepatuhan minum obat 25
4.4.2. Validitas dan Reliabilitas Skala Health Locus of Control 26
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 27
5.1. Hasil Penelitian 27
5.1.1. Uji Asumsi 27
5.1.2. Uji Hipotesis 28
5.2. Pembahasan 28
5.3. Keterbatasan Penelitian 30
BAB 6 PENUTUP 31
6.1. Kesimpulan 31
6.2. Saran 31
6.2.1. Bagi Masyarakat 31
6.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya 32
DAFTAR PUSTAKA 33
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Blue Print Skala Kepatuhan 19


Tabel 3. 2. Blue Print Skala Health Locus Of Control 20

Tabel 4. 1. Aspek dan item skala Kepatuhan minum obat 23


Tabel 4. 2. Aspek dan item skala Health Locus of Control 24
Tabel 4. 3. Uji validitas dan reliabilitas skala Health Locus of Control 26

9
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. SKALA PENELITIAN 38


Lampiran B. DATA UJI COBA 44
Lampiran C UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS 50
Lampiran D. DATA PENELITIAN 57
Lampiran E. UJI ASUMSI 64
Lampiran F. UJI HIPOTESIS 70
Lampiran G. SURAT IJIN PENELITIAN 72
Lampiran H. SURAT BUKTI PENELITIAN 74

10
ABSTRAKSI

Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan minum obat penderita


penyakit diabetes melitus ditinjau dari health locus of control. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara health
locus of control kepatuhan minum obat. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuantitatif dengan alat ukur berupa skala. Teknik sampling yang
digunakan adalah incidental sampling., dengan total subyek 53 responden.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment. Hasil
analisis Product Moment diperoleh rxy = 0,293 dengan p sebesar 0,034
(p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara hubungan
Health Locus of Control dan kepatuhan minum obat pada penderita diabetes
miletus.. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata Kunci : Health Locus of Control, kepatuhan minum obat, penderita diabetes
miletus.

11
ABSTRACT

This study aims to determine adherence to taking medication for patients with
diabetes mellitus in terms of health locus of control. The hypothesis proposed in
this study is that there is a positive relationship between health locus of control
medication adherence. The method used in this research is quantitative with a
measuring instrument in the form of a scale. The sampling technique used is
incidental sampling, with a total of 53 respondents as subjects. This research
uses Product Moment correlation analysis technique. Product Moment analysis
results obtained rxy = 0.293 with p of 0.034 (p <0.05). This shows that there is a
positive relationship between the relationship between Health Locus of Control
and adherence to medication in patients with diabetes mellitus. Thus, the
hypothesis in this study is accepted.

Keywords: Health Locus of Control, medication adherence, diabetes mellitus


patients.

12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Diabetes (DM) adalah gangguan metabolisme kronis yang berhubungan

dengan sistem tubuh dan ditandai dengan adanya kadar gula yang berlebihan

dalam darah (hiperglikemia) dan jumlah lemak yang berlebihan (hiperlipidemia)

yang disebabkan oleh suatu faktor, karena kurangnya sekresi insulin atau tidak

efektifnya insulin yang disekresi oleh pankreas (Livana, Keliat dan Putri, 2018).

Diabetes melitus merupakan induk dari beberapa penyakit, pasien diabetes

mellitus mengalami efek secara fisik dan psikologis. Hal ini memengaruhi

motivasi untuk mempertahankan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

(Hussain, Bhowik dan Moreira., 2020).

Prevalensi DM semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut data World

Health Organization (WHO), terdapat 422 juta pasien diabetes mellitus di seluruh

dunia (WHO, 2016). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat

dari 1,1% menjadi 2,1% pada 2019 menurut survei Riset Kesehatan Daerah

(Riskesdas, 2020). Prevalensi DM di Jawa Tengah juga terus meningkat setiap

tahunnya, menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah meningkat menjadi

13,6% penderita DM pada tahun 2013, 14,96% pada tahun 2014, dan semakin

meningkat menjadi 16,69% pada tahun 2015. Prevalensi diabetes mellitus di

Kabupaten Kendal mencapai 2.954. Jumlah tersebut menjadikan diabetes

mellitus sebagai kasus penyakit tidak menular (PTM) tertinggi kedua setelah

hipertensi (Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, 2019).


2

Salah satu penyebab meningkatnya morbiditas dan mortalitas diabetes

mellitus di Indonesia adalah ketidakpatuhan pasien dalam berobat (Yulianti &

Anggraini, 2020). Kepatuhan berobat yang buruk tentunya berdampak negatif

terhadap peningkatan berbagai jenis komplikasi penyakit, peningkatan risiko

biaya pengobatan dan rawat inap. Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada

penderita diabetes melitus antara lain komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati,

neuropati, nefropati dan komplikasi makrovaskuler seperti penyakit arteri

koroner, stroke, kardiovaskuler, dan vaskuler (Dipiro, Robert, Gary, 2014).

Identifikasi ketidakpatuhan pasien berobat jalan sangat penting untuk

menerapkan pengobatan yang efektif, menghindari komplikasi, dan

meningkatkan kualitas hidup pasien (Srikartika, Cahya dan Hardiarti, 2016).

Berdasarkan data tersebut, kepatuhan pasien terhadap pengobatan memegang

peranan penting dalam keberhasilan pengobatan agar kadar glukosa darah tetap

dalam batas normal (Mokolomban, 2018).

Hal itu ditemukan dalam penelitian Fandinata & Darmawan (2020).

Penelitian ini memahami pentingnya minum obat dengan benar dan teratur bagi

pasien yang memahami penyakitnya untuk mengontrol kadar gula darahnya dan

mencegah kemungkinan komplikasi di kemudian hari. Oleh karena itu, kepatuhan

minum obat anti diabetes mempengaruhi kadar glikemik pada pasien (Jasmine,

Wahyuningsih, Thadeus, 2020). Kepatuhan terhadap terapi obat sangat penting

untuk pengendalian kadar glukosa darah, pasien diabetes melitus perlu

mendapatkan pelayanan medis yang optimal dan membutuhkan kerjasama antar

tenaga kesehatan (Firdiawan, 2020).

Berdasarkan observasi pasien yang datang ke Puskesmas Kendal I untuk

berobat, banyak pasien diabetes mellitus sudah diobati dengan berbagai jenis
3

agen hipoglikemik, baik insulin oral maupun suntik, agar gula darah pasien DM

tetap terkendali. Beberapa pasien melaporkan bahwa mereka melakukan

pengobatan yang terbaik untuk mengontrol kadar glukosa darah mereka, baik

melalui pengobatan secara teratur, diet sesuai dengan anjuran dokter, atau

olahraga secara teratur, tetapi masih banyak dari mereka yang terkadang jenuh

untuk melakukan itu semua. Situasi ini dapat menjadi akibat dari kurangnya

literasi yang tidak tepat yang menyebabkan perawatan diri yang gagal. Alasan

yang diberikan termasuk fakta bahwa pasien tidak dapat menemukan motivasi

untuk tetap bisa menjalani hidup yang harus mengonsumsi obat diabetes setiap

harinya.

Kepatuhan adalah suatu kondisi di mana pasien bersedia untuk mengikuti

semua rekomendasi terapeutik yang ditetapkan oleh seorang profesional medis

(Poursharif & Bababour, 2011). Menurut (Horne, Weinman, Barber, & Elliott,

2005) menambahkan bahwa kepatuhan juga mencakup kesediaan pasien untuk

memulai pengobatan dan kesediaan pasien untuk mengambil dan mengonsumsi

obat yang direkomendasikan oleh profesional perawatan kesehatan. Faktanya,

tingkat kepatuhan penderita diabetes masih tergolong rendah. Wibowo (2021)

menjelaskan melalui temuannya, dengan 18,2% dari total 110 responden sangat

patuh. Berdasarkan survei yang dilakukan (Poursharifi & Babapour, 2011),

perilaku kepatuhan dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti memori dan locus

of control.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratita (2012), menunjukkan

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara health locus of control dengan

kepatuhan dalam menjalankan proses pengobatan pada penderita diabetes

melitus. Pada penelitian tersebut, menunjukkan bahwa seluruh (100%) subjek


4

penelitian yang memiliki health locus of control tinggi memiliki kepatuhan yang

tinggi. Sedangkan sebagian besar (86.4%) subjek penelitian yang health locus of

control sedang memiliki kepatuhan yang sedang.

Penelitian yang dilakukan oleh Zahednezhad, Poursharifi, & Babapour

(2011) ditemukan bahwa individu dengan powerful others health locus of control

dapat memiliki korelasi yang positif dengan kepatuhan minum obat. Pasien

dengan powerful individual seperti dokter yang bertanggung jawab terhadap

kesehatannya dan mereka percaya peran diri dokter tersebut terhadap

kesehatannya memiliki kepatuhan yang tinggi

Morowatisharifabad, Mahmoodabad, Baghianimoghadam, dan

Tonekaboni (2010) mengatakan, penelitan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi locus of control dan kepatuhan terapi pasien

diabetes melitus di Iran. Penelitian cross-sectional ini melibatkan 120 subjek

yang dirujuk ke Pusat Penelitian Diabetes Yazd Iran. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara internal health locus of

control dengan kepatuhan terapi serta hubungan negatif antara chance health

locus of control dengan kepatuhan terapi. Artinya subjek yang memiliki internal

health locus of control cenderung lebih patuh untuk melakukan terapi diabetes

melitus dibandingkan subjek yang memiliki chance health locus of control

Locus of control berasal dari teori pembelajaran sosial Rotter. Hal ini

didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap suatu tempat yang mengontrol

kekuasaan dalam kehidupan, baik secara internal maupun eksternal

(Iskandarsyah, de Klerk, Suardi, Sadarjoen & Passchier, 2014). Wallston

(Wallston, Wallston & DeVellis, 1978) mengembangkan konsep locus of control


5

untuk mengontrol untuk mengidentifikasi harapan individu dari kontrol untuk

kesehatan. Keberadaan health locus of control merupakan atribusi dari ciri-ciri

individu yang merupakan bentuk tanggung jawab terhadap kesehatan individu.

Setiap individu memiliki keyakinan yang berbeda tentang sejauh mana

kesehatan mereka saat ini ditentukan oleh perilaku mereka sendiri (internal) atau

kekuatan eksternal. Individu dengan internal health locus control percaya bahwa

apa yang terjadi pada kesehatan mereka adalah hasil dari tindakan mereka.

Hal ini sesuai dengan penelitian Omeje dan Nebo (2011) yang

menunjukkan bahwa pasien yang berorientasi pada bidang pengendalian

kesehatan internal lebih sering mengikuti proses pengobatan daripada pasien

yang berorientasi pada pengendalian eksternal. Sementara itu, pasien yang

dirujuk ke fasilitas kesehatan percaya bahwa kondisi kesehatannya dikendalikan

oleh kekuatan di luar individu, seperti tim medis yang mengelola kesehatannya

(Gerland & Prell, 2021).

Penelitian tentang topik kepatuhan minum obat penderita diabetes melitus

dalam health locus of control di Indonesia masih kurang dan berdasarkan hasil

wawancara pasien yang peneliti lakukan juga ditemukan adanya health locus of

control pada subjek dengan kecenderungan untuk patuh terhadap obat.

Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas, dan berdasarkan uraian

permasalahan yang peneliti temukan di lapangan, peneliti ingin melihat apakah

ada hubungan antara kepatuhan minum obat pasien diabetes melitus ditinjau dari

health locus of control.


6

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empirik kepatuhan

penderita diabetes mellitus ditinjau dari health locus of control.

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkaan ilmu psikologi kesehatan

yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan minum obat penderita diabetes melitus

yang ditinjau dari health locus of control.

1.3.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi terkait dengan

kepatuhan minum obat dan health locus of control pada penderita penyakit

diabetes melitus.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepatuhan Minum Obat

2.1.1. Definisi Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan minum obat adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan sejauh mana seorang pasien berperilaku dan mengikuti

pengobatan yang dianjurkan oleh dokter (Firdiawan, 2020). Pandangan lain dari

Albéry, kepatuhan pengobatan adalah situasi di mana individu mengambil

tindakan untuk mencapai efek kuratif berdasarkan rekomendasi dari profesional

medis atau sumber informasi lainnya. Definisi kepatuhan minum obat atau

medicine compliance menurut American Psychological Association dalam

Sawkin, Chase, dan Darby (2015) adalah kemampuan individu untuk beradaptasi

dengan aturan pengobatan yang direkomendasikan dokter (APA, 2007).

Sedangkan pendapat lain mendefinisikan kepatuhan minum obat sebagai

perilaku pasien, seperti minum obat, melakukan diet sesuai dengan anjuran

dokter atau perubahan gaya hidup lainnya serta konsultasi kesehatan lainnya.

Kepatuhan menjadi penting karena mengikuti anjuran tenaga kesehatan menjadi

pertimbangan utama untuk kesembuhan pasien (Mokolomban, 2018).

Sedangkan pasien yang tidak setuju dengan perubahan perilaku dan pengobatan

yang direkomendasikan oleh dokter disebut non compliant atau tidak patuh

(Yulianti & Anggraini, 2020)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

minum obat adalah sejauh mana upaya dan perilaku seorang individu
8

menunjukkan kesesuaian dengan peraturan atau anjuran mengenai dosis dan

regimen obat yang diberikan oleh tenaga medis profesional untuk menunjang

kesembuhannya.

2.1.2. Aspek Kepatuhan Minum Obat

Menurut Niven dalam (Safitri, 2013), kepatuhan pada pasien dalam

menjalani pengobatan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tingkat pasien dalam menjalani pengobatan sesuai aturan yang terdiri

dari:

1. Disiplin minum obat

Minum obat resep secara teratur sesuai aturan pemakaian obat. Tidak

mencampur dengan obat lain tanpa terlebih dahulu berkonsultasi

dengan dokter.

2. Nutrisi menurut rekomendasi medis

Diet rendah gula seumur hidup menurut rekomendasi medis dan

nutrisi. Jika subjek kelebihan berat badan, subjek harus mencoba

menurunkan berat badan secara bertahap dengan cara yang benar.

Kunci diet diabetes melitus adalah memilih karbohidrat yang aman,

mengurangi jumlah makanan berlemak tinggi yang dapat

meningkatkan kolesterol, mengurangi makanan tinggi gula, dan

makan makanan yang berserat tinggi.

3. Pemantauan glukosa darah

Pemantauan pasien diabetes melitus meliputi pemantauan tingkat

diabetes pasien sendiri secara sistematis dan teratur. Ini dapat

dilakukan dengan menggunakan strip tes urine dan darah. Tujuan dari

tes urine adalah untuk mendeteksi adanya glukosa atau kadar gula
9

darah. Dengan cara ini, pasien dapat mengetahui apakah glukosa

pada dalam darahnya masih kisaran normal atau tidak normal.

b. Tingkat pasien dalam menjalankan tingkah lakunya yang disarankan atau

diperintahkan, terdiri dari :

1. Menemui dokter secara teratur untuk menentukan apa yang harus

dilakukan oleh penderita diabetes melitus.

2. Berolahraga dengan benar dan teratur, tetapi jangan berlebihan.

3. Menjaga kebersihan pada penderita diabetes, diperlukan perawatan

khusus untuk menjaga kebersihan anggota tubuh, terutama kaki dan

tangan. Pasien yang mengalami kerusakan saraf akibat kadar gula

darah tinggi yang menyebabkan kesemutan, nyeri, dan akhirnya mati

rasa pada tungkai kakinya. Ini sangat berbahaya apabila terjadi infeksi

dan infeksi tersebut dapat dengan mudah menyebar ke bagian tubuh

lainnya dengan sangat cepat. Menjaga kebersihan kaki juga sangat

penting, karena kemungkinan ada gesekan antara kaki dan sepatu

serta lecet pada telapak kaki.

Sementara Morisky (2009) membuat skala yang secara khusus mengukur

kepatuhan minum obat yang bernama Morisky Medication Adherence Scale

(MMAS). Skala ini mencakup aspek sebagai berikut :

a. Aspek yang tidak diinginkan, yaitu perilaku individu yang terjadi tanpa

disadari selama pengobatan. Aspek ini terjadi di luar kendali pasien. Contoh

perilaku dari aspek ini adalah pasien lupa minum obat yang diberikan atau

lupa memeriksakan diri ke dokter.

b. Aspek kesengajaan, yaitu perilaku di mana seorang individu tampak sadar

untuk menghentikan, menggunakan, atau mengonsumsi obat sesuai dengan


10

aturan yang diberikan oleh spesialis kesehatan. Aspek ini terjadi pada pasien

di bawah kendalinya. Contoh perilaku dalam aspek ini adalah pasien lelah

minum obat terus menerus kemudian secara sadar mengurangi dosis atau

berhenti minum obat yang diresepkan dokter.

Dari penjelasan di atas, penulis menggunakan aspek yang dikemukakan

oleh Morisky yaitu aspek yang tidak diinginkan dan aspek kesengajaan.

2.1.3. Faktor-faktor Kepatuhan Minum Obat

Niven (2013) membagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat

kepatuhan pasien terhadap perilaku minum obat menjadi empat, yakni:

a) Pahami petunjuknya

Menurut penelitian Ley dan Spelman (Niven, 2013), 60% orang yang

disurvei setelah bertemu dengan dokter mengaku tidak memahami

instruksi dokter. Hal ini dikarenakan tenaga medis tidak dapat

memberikan informasi yang lengkap tentang obat-obatan yang

digunakan.

b) Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien

merupakan indikator penting kepatuhan pasien. Informasi yang

dikomunikasikan dengan benar oleh profesional kesehatan memberi

pasien pemahaman tentang rekomendasi yang dibuat untuk

meningkatkan kepatuhan mereka terhadap obat yang mereka pakai.

c) Dukungan sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keyakinan pasien

dalam memutuskan program pengobatan yang akan diterima pasien.

Niven (2013) menjelaskan bahwa keluarga dapat menjadi salah satu


11

cara mendidik anak tentang pola hidup sehat. Keluarga juga dapat

menjadi support system sekaligus pengambil keputusan keluarga

yang sakit.

d) Keyakinan, sikap, kepribadian Keyakinan dan sikap individu dapat

mempengaruhi kepatuhan berobat bagi penderita diabetes. Hal ini

juga didukung oleh penelitian Omeje dan Nebo (2011) yang

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara locus of

control dan kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi. Studi ini

menemukan bahwa pasien yang berorientasi kontrol internal lebih

patuh dengan proses pengobatan yang mereka lakukan daripada

pasien yang berorientasi kontrol eksternal.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat

unsur: pemahaman terhadap pengajaran, kualitas interaksi, isolasi sosial

dan keluarga, sikap dan keyakinan kepribadian (locus of control).

2.2. Health Locus of control

2.2.1. Definisi Health Locus of control

Rahmatika (2019) mendefinisikan locus of control sebagai persepsi

individu pengontrol tentang apa yang terjadi pada dirinya. Locus of control juga

didefinisikan sebagai komponen psikologis yang mengidentifikasi keyakinan

individu tentang sejauh mana kontrol individu dapat dilakukan atas lingkungan

(Nurjanah, 2016). Health locus of control didefinisikan sebagai tingkat keyakinan

individu bahwa kesehatan dipengaruhi oleh aspek internal atau eksternal.

Individu dengan situs perawatan kesehatan memengaruhi perilaku berisiko

terkait kesehatan dan kepatuhan mereka terhadap rekomendasi kesehatan


12

(Marton, 2021). Health locus control juga didefinisikan sebagai sejauh mana

pasien percaya bahwa pasien dapat mempengaruhi proses penyembuhan

(Pourhoseinzadeh, 2017). Health locus control mempengaruhi perilaku terkait

kesehatan individu dan kepatuhan terhadap rekomendasi profesional medis

(Pramesti & Suristyarini, 2019).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa health locus of

control merupakan kontrol individu terhadap persepsi kondisi kesehatan individu.

2.2.2. Aspek Health Locus of control

Menurut Wallston dalam Bąk-Sosnowska (2022) dimensi Health Locus of

control terdiri dari:

a. Internal Health Locus of control (IHLC)

Internal Health Locus of control (IHLC) adalah pandangan mereka yang

percaya bahwa pengendalian atas peristiwa kehidupan, termasuk kualitas

kesehatan, ditentukan oleh kemampuan mereka. Orang dengan orientasi ini

cenderung menjalani hidup sehat dan memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi

terhadap proses pengobatan. Ini karena dia percaya bahwa kesehatan

adalah yang terpenting dan hanya dia yang bertanggung jawab untuk itu.

b. Chance Health Locus of control (CHLC)

Chance Health Locus of control (CHLC) adalah pandangan mereka yang

percaya bahwa pengelolaan peristiwa kehidupan, termasuk kesehatan,

tergantung pada nasib, kesempatan, dan keberuntungan. Ketika seseorang

sakit, orang dengan tipe ini cenderung berpikir sudah waktunya untuk sakit.

c. Powerful others Health Locus of control (PHLC)

Powerful others Health Locus of control (PHLC) adalah pandangan

mereka yang percaya bahwa kontrol atas peristiwa kehidupan, termasuk


13

kesehatan mereka sendiri, diberikan kepada seseorang yang lebih kuat.

Individu cenderung bergantung pada orang lain ketika mereka sakit. Dengan

kata lain, masih kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan sehingga

menyebabkan pola hidup yang tidak teratur.

Wallston (dalam Budiyansyah dan Rositawat 2015), mengatakan Health

locus of control bahwa kesehatan seorang individu dikendalikan oleh faktor

internal atau eksternal (Wallston et al 1994). Wallston & Wallston

mengembangkan Multidimensional Health Locus of Control Scale. Mereka

menjelaskan bahwa skala yang dibuat tersebut dapat mengukur tingkat

seseorang mempersepsikan dirinya antara powerful others, atau chance sebagai

faktor yang memegang kontrol atas kesehatannya. Skala IPC (Internal, Powerful

others, Chance) yang terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Internal

Seseorang dengan internal locus of control memiliki keyakinan bahwa

kesehatan tergantung pada dirinya sendiri. Apabila individu jatuh sakit,

maka akan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat menjaga

kesehatannya serta akan berusaha untuk sembuh kembali.

2. Powerful Others

Seseorang dengan powerful others locus of control memiliki keyakinan

bahwa sehat atau tidaknya dirinya disebabkan oleh orang lain (eksternal).

Individu dengan tipe ini cenderung bergantung pada orang lain, dan

apabila ia jatuh sakit akan menyalahkan orang lain atas penyakit yang ia

derita. Sedangkan orang lain (orangtua, saudara, teman dekat) belum

tentu selamanya akan berada di sampingnya, serta mengerti apa yang

sedang terjadi pada dirinya dan apa yang dibutuhkannya.


14

3. Chance

Seseorang dengan chance locus of control memiliki keyakinan bahwa apa

yang terjadi dalam hidupnya bergantung pada nasib, keberuntungan,

serta peluang. Begitu juga dengan kesehatan dirinya sendiri. Apabila

individu jatuh sakit, maka ia akan berpikir bahwa memang “waktunya”

untuk sakit.

Berdasarkan penjelasan di atas, aspek Health Locus of Control memiliki

tiga aspek: Internal Health Locus of control (IHLC), Chance Health Locus of

control (CHLC), Powerful others Health Locus of control (PHLC).

2.3. Dinamika Hubungan Antara Health Locus of Control Dengan

Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana seorang pasien mematuhi

perintah dan larangan seorang profesional medis untuk tujuan mendukung

proses medis. Jika pasien melakukan upaya yang diusulkan oleh seorang

profesional medis, pasien dianggap patuh. Toharin (2015) menjelaskan bahwa

diabetes melitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang perlu

dikelola dan dikendalikan selama proses pengobatan untuk mengurangi faktor

risiko komplikasi. Salah satu pengobatan yang efektif untuk pasien diabetes

melitus adalah pengobatan farmakologis. Keberhasilan pengobatan farmakologis

pada pasien diabetes melitus adalah dosis harian yang membantu mengontrol

kadar insulin darah pada pasien diabetes melitus dan ditentukan oleh tingkat

kepatuhan pasien saat mengambil rangkaian dosis harian.

Tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satunya adalah keyakinan, sikap, dan kepribadian pasien mengenai

persepsi terhadap penyakit yang sedang dialaminya (Niven, 2013). Keyakinan


15

individu tentang siapa yang mengelola kesehatan seseorang juga disebut konsep

keberadaan perawatan kesehatan. Ada tiga aspek yang menjelaskan konsep

Health Locus of Control, yaitu Internal Health Locus of Control (IHLC), Powerful

Locus of Control (PHLC), dan Chance Health Locus of Control (CHLC) (Bąk-

Sosnowskaetal., 2022).

Dimensi Internal Health Locus of Control (IHLC) adalah keadaan individu

yang percaya bahwa kesehatannya tergantung pada dirinya sendiri. Individu juga

terlibat penuh dalam proses penyembuhan karena merasa bertanggung jawab

penuh atas penyakit yang dialaminya. Berkaitan dengan perilaku kepatuhan

pasien diabetes melitus, orang yang berpikiran pengendalian internal

menunjukkan kecenderungan pola hidup sehat dan kepatuhan yang tinggi

terhadap pelaksanaan prosedur pengobatan farmakologis. Hal ini dikarenakan

subjek merasa dapat mengarahkan kesembuhan dari penyakit yang dialaminya.

Oleh karena itu, upaya penyembuhan harus berdasarkan keinginan individu itu

sendiri. (Ganjoo, 2021).

Aspek lain yang menjelaskan konsep keberadaan pelayanan kesehatan

adalah powerful others health locus of control (PHLC). Powerful others health

locus of control adalah kondisi seseorang yang percaya bahwa kesehatannya

bergantung pada orang lain, anggota keluarga, tim medis, atau kepentingan

pribadi lainnya. Individu merasa terlibat penuh dalam proses penyembuhan dan

tidak bertanggung jawab. Individu yang memiliki control-mindedness dari orang

lain cenderung lupa minum obat. Ini terjadi ketika subjek hilang atau karakter

yang diyakini subjek tidak ada hubungannya dengan subjek. Subjek merasa

bahwa karakter lebih tertarik pada proses penyembuhan. Orang yang berpikiran

powerful others health locus of control lebih mungkin untuk berhenti minum obat
16

jika mereka tidak memiliki teman dekat. Kondisi ini merupakan akibat dari

buruknya kemampuan subjek dalam mengontrol penggunaan obat dan

melakukan pengendalian diri.

Aspek terakhir dalam menjelaskan konsep Health Locus of Control adalah

Chance Health Locus of Control (CHLC). Chance Health Locus of Control

(CHLC) adalah keyakinan individu bahwa sesuatu yang berhubungan dengan

kesehatan seseorang didominasi oleh sesuatu yang tidak spesifik, seperti nasib,

keberuntungan, atau kesempatan. Subjek dalam uji coba terkontrol secara acak

cenderung percaya bahwa semua upaya untuk menyembuhkan penyakit akan

gagal jika nasib untuk menyembuhkan penyakit belum tiba. Subjek cenderung

melakukan sedikit usaha dalam proses penyembuhan, terutama jika mengikuti

anjuran dokter. (Kuning, 2020)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien

diabetes melitus dengan internal health locus control (IHLC) cenderung memiliki

tingkat kepatuhan yang tinggi saat minum obat. Ini karena kesehatan mereka

adalah tanggung jawab mereka sendiri karena kontrol diambil dari dalam subjek.

Di sisi lain, pasien diabetes melitus dengan powerful others health locus of

control (PHLC) dan chance health locus control (CHLC) lebih rentan terhadap

ketidakpatuhan saat melakukan pengobatan farmakologis. Hal ini dikarenakan

kontrol subjek yang sedikit untuk berpartisipasi aktif dalam upaya penyembuhan.

Subjek dengan powerful others health locus control (PHLC) dan chance health

locus control (CHLC) cenderung memiliki motivasi yang datang dari luar subjek

misalnya, karakter atau nasib tertentu (Huang et al., 2020)


17

2.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian inii adalah terdapat hubungan positif antara

Health Locus of Control dengan kepatuhan minum obat. Semakin tinggi Health

Locus of control pada penderita diabetes melitus maka semakin tinggi pula

kepatuhan minum obat pada penderita diabetes melitus begitu juga sebaliknya,

Semakin rendah Health Locus of Control pada penderita diabetes melitus maka

semakin rendah pula kepatuhan minum obat pada penderita diabetes melitus.
18

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Survei ini menggunakan survei kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif ini

menggunakan teknik statistik. Jenis penelitian kuantitatif ini menghasilkan hasil

yang signifikan antar kelompok atau variabel yang diteliti (Azwar, 2014).

Kuantitatif juga merupakan metode yang terstruktur, sistematis, dan

menggunakan banyak angka.

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Tergantung : Kepatuhan minum obat

Variabel Bebas : Health Locus of control

Menurut Azwar (2014) definisi operasional adalah “definisi suatu variabel

yang disimpulkan berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh variabel tersebut

dan dapat diamati.” Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1. Kepatuhan minum obat

Sejauh upaya dan perilaku seseorang sesuai dengan resep atau

rekomendasi mengenai dosis dan obat yang diberikan oleh profesional medis

untuk membantu pemulihan. Variabel Kepatuhan minum obat dapat diukur

menggunakan skala MMAS-8 (Morisky Medical Adherence Scale- 8 Items) yang

dikembangkan oleh Morisky.

Semakin tinggi skor yang dicapai, semakin tinggi kepatuhan minum obat,

semakin rendah skor yang dicapai, dan semakin rendah kepatuhan minum obat.
19

3.2.2. Health Locus of Control

Health Locus of control merupakan Kontrol individu atas persepsinya

tentang kesehatannya sendiri. Kendali ini bisa datang dari dirinya sendiri sebagai

akibat dari perbuatannya sendiri, atau dari kendali di luar kendalinya. Health

Locus Control (HLOC) memiliki tiga aspek : Internal Health Locus of Control

(IHLC), Powerful Locus of Control (PHLC), dan Chance Health Locus of Control

(CHLC).

Semakin tinggi skor yang dicapai, semakin tinggi pula Health Locus of

control, semakin rendah skor yang dicapai, dan semakin rendah Health Locus of

control.

3.3. Populasi dan Teknik Sampling

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan “kelompok subjek yang nantinya dikenai generalisasi

oleh hasil penelitian” (Azwar, 2014). Populasi bukan hanya jumlah subjek yang

disurvei, tetapi semua sifat/karakteristik yang dimiliki subjek (Sugiyono, 2017).

Populasi penelitian ini adalah pasien Diabetes Melitus di UPTD Puskesmas

Kendal I dengan karakteristik populasi pasien Diabetes Melitus anggota Prolanis

di UPTD Puskesmas Kendal I.

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

incidental sampling. Teknik ini digunakan pada saat sampel diambil secara

kebetulan. Siapa yang bertemu peneliti pada saat itu secara kebetulan/incidental

dan cocok dengan sumber data, maka dapat digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2017)
20

3.4. Alat Ukur

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data. Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan

menjadi dua, yaitu data primer yang diperoleh langsung dari subjek dengan

menggunakan alat ukur. Lalu data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat

pihak lain, tidak diperoleh langsung dari subjek (Azwar, 2014). Tujuan dari

metode penelitian ini adalah untuk mengungkapkan fakta dari variable yang

diteliti. Ada beberapa macam skala pengukuran yang dapat digunakan untuk

penelitian, administrasi, pendidikan, dan sosial antara lain skala likert, skala

guttman, rating scale, dan semantic deferential (Sugiyono, 2017)

Metode dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala ini digunakan

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang maupun sekelompok

tentang suatu fenomena (Sugiyono, 2017). Variabel yang diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel yang dijadikan titik tolak menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan. Pernyataan sikap

terdiri dari dua macam, yaitu favourable (mendukung atau memihak pada objek

sikap) dan unfavourable (tidak mendukung objek sikap).

Skala dibuat dalam bentuk skala Likert untuk health locus of control dengan

empat kategori respon yaitu, SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju),

STS (sangat tidak setuju). Pada skala health locus of control terdapat dua bentuk

item favourable dan unfavourable. Pada pernyataan favourable, jawaban SS

bernilai 4, S bernilai 3, TS bernilai 2, dan STS bernilai 1. Sebaliknya, pada

unfavourable jawaban SS bernilai 1, S bernilai 2, TS bernilai 3, dan STS bernilai

4. Penggunaan empat alternatif jawaban bertujuan agar lebih mudah dalam

menentukan jawaban yang ragu-ragu.

Skala kepatuhan minum obat dibuat dengan bentuk skala dikotomi dengan
21

respon Ya dan Tidak. Pada item yang favorable jawaban Ya bernilai 1, dan

jawaban Tidak bernali 0. Sebaliknya pada aitem unfafourable jawaban Ya bernilai

0, dan jawaban Tidak bernilai 1.

Skala yang digunakan dalam pengambilan data adalah :

3.4.1. Skala Kepatuhan

Skala ini terdiri dari 8 item. Berikut ini adalah blue-print skala kepatuhan :

Tabel 3. 1. Blue Print Skala Kepatuhan

No Aspek Favourable Unafavo Jumlah


urable
1. Tidak 1 4,5,8 4
2. diinginkan 2,3,6,7 4
Kesengajaan
Jumlah 8

Skala MMAS-8 berjumlah 8 item yang terdiri dari 1 item skala likert dan 7

item skala dikotomi. Skala MMAS-8 memiliki 7 aitem unfavourable dan 1 item

favourable. Skala dikotomis unfavorable pada skala MMAS-8 diberikan skor 1

untuk jawaban “tidak” dan 0 untuk jawaban “ya”. Sementara untuk item 1

diberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”. Item 8 yang

merupakan skala likert diberikan skor 1 untuk jawaban “tidak pernah”, skor 0,75

untuk jawaban “sesekali”, skor 0,5 untuk jawaban “kadang-kadang”, skor 0,25

untuk jawaban “biasanya”, dan skor 0 untuk jawaban “selalu”. Skor total

kemudian dikategorikan dalam tiga kategori yaitu kategori kepatuhan rendah

dengan total skor 0-5, kategori kepatuhan sedang dengan skor 6- 7,9 , dan

kategori kepatuhan tinggi dengan skor 8.


22

3.4.2. Skala Health Locus Of Control

Skala ini didasarkan pada pengukuran health locus of control merupakan

proses mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi kesehatan di

bidang kesehatan dan pencegahan penyakit. Item pada skala ini mencakup item

yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Skala ini terdiri dari 32 item, 16

item positif dan 16 item merugikan. Di bawah ini adalah blue print untuk skala

health locus of control :

Tabel 3. 2. Blue Print Skala Health Locus Of Control

Jumlah Item Jumlah


Aspek-aspek Favour Unfavour Item
able able
Internal Health Locus of control (IHLC) 3 3 6

Chance Health Locus of control (CHLC) 3 3 6

Powerful others Health Locus of control 3 3 6


(PHLC)

Jumlah 9 9 18

3.5. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur

3.5.1. Validitas Alat Ukur

Validitas merupakan hasil perhitungan derajat alat ukur tentang apa yang

harus diukur (Jogiyanto, 2017). Pada penelitian ini, supaya skala yang digunakan

valid, maka skala aka diuji validitasnya, dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment.

3.5.2. Realibilitas Alat Ukur

Jogiyanto (2017) realibilitas didefinisikan sebagai akurasi dan konsistensi

pengukuran. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach's

Alpha, dengan membagi item menjadi dua atau tiga bagian sehingga setiap

bagian berisi jumlah yang sama.


23

3.6. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data korelasi

product moment dari Pearson. Alasan menggunakan product moment Pearson

adalah untuk menguji hubungan antara kedua variabel yaitu hipotesis tentang

health locus of control dan kepatuhan minum obat.


24

BAB 4

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1. Orientasi Kancah Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menentukan tempat yang

dirasa tepat untuk lokasi penelitian. Lokasi penelitian berada di UPTD

Puskesmas Kendal I. Pertimbangan peneliti menentukan lokasi kancah di

UPTD Puskesmas Kendal I karena selain dekat dengan tempat tinggal

peneliti, kondisi pasien di sana juga memenuhi kriteria yang dibutuhkan

untuk melakukan penelitian ini. Menurut data dari UPTD Puskesmas Kendal

I sebulah sekali ada kegiatan Prolanis yaitu saat pasien-pasien Diabetes

Melitus dan Hipertensi ada pemeriksaan di Puskesmas Kendal I. Pasien

yang mengikuti Prolanis kebanyakan para lansia. Tujuan utama dari Prolanis

adalah untuk mendorong pasien penyandang penyakit kronis agar mencapai

kualitas hidup yang optimal dan ada pemeriksaan spesifik untuk pasien

Diabetes Melitus dan Hipertensi.

4.2. Persiapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu teknik

incidental sampling. Incidental sampling merupakan teknik pengambilan

sampel yang secara kebetulan/incidental dan cocok dengan siapa saja yang

cocok dengan sumber data, maka dapat digunakan sebagai sampel

(Priyono,2016). Dalam penelitian ini, sampel dikumpulkan dari pasien

Puskesmas Kendal I yang terkena diabetes melitus berusia antara 50

sampai 70 tahun. Data survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah
25

eksperimen bekas di mana peneliti mengumpulkan data hanya satu kali yaitu

uji validitas, uji reliabilitas asumsi, dan analisis data menggunakan program

SPSS V.21. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan

penelitian, antara lain :

4.2.1. Penyusunan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala kepatuhan minum

obat dan skala health locus of control. Setiap skala ditempatkan berdasarkan

aspek dari kedua variabel tersebut. Model skala ini menggunakan skala

Likert untuk mendorong responden memilih salah satu dari empat pilihan

jawaban tergantung situasi dan kondisi.

1. Skala Kepatuhan Minum Obat

Kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale) berisi

pertanyaan Morisky et al, mempublikasikan versi terbaru pada tahun

2008. Dengan kata lain adalah MMAS-8 dengan keandalan tinggi 0,83

dan sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Morisky telah menciptakan skala

delapan item khusus untuk mengukur kepatuhan pengobatan yang

disebut Skala Kepatuhan Obat Morisky (MMAS) (Morisky & Muntner,

2009), kepatuhan minum obat dengan sebaran item dengan table di

bawah ini :

Tabel 4. 1. Aspek dan item skala Kepatuhan minum obat


No Aspek Favourable Unafavo Jumlah
urable
1. Tidak 1 4,5,8 4
2. diinginkan 2,3,6,7 4
Kesengajaan
Jumlah 8

Skala dikotomi unfavourable pada skala MMAS-8 diberikan skor 1

untuk jawaban “tidak” dan 0 untuk jawaban “ya”. Sementara untuk item 1
26

diberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”. Item 8

yang merupakan skala likert diberikan skor 1 untuk jawaban “tidak

pernah”, skor 0,75 untuk jawaban “sesekali”, skor 0,5 untuk jawaban

“kadang-kadang”, skor 0,25 untuk jawaban “biasanya”, dan skor 0 untuk

jawaban “selalu”. Skor total kemudian dikategorikan dalam tiga kategori

yaitu kategori kepatuhan rendah dengan total skor 0-5, kategori

kepatuhan sedang dengan skor 6-7,9 , dan kategori kepatuhan tinggi

dengan skor 8.

2. Skala Health Locus of Control

Skala Health Locus of Control disusun berdasarkan Jenis-jenis

Health Locus of Control yang terdiri dari “Internal Health Locus of control

(IHLC), Chance Health Locus of control (CHLC), dan Powerful others

Health Locus of control (PHLC). Jumlah item keseluruhan adalah 18 item,

terdiri dari 9 item favorable dan 9 item unfavourable.”

Tabel 4. 2. Aspek dan item skala Health Locus of Control

Item
No Aspek Total
Favourable Unfavourable
1 Internal Health Locus of 1,3,5 2,4,6 6
control (IHLC)
2. Chance Health Locus of 7,9,11 8,10,12 4
control (CHLC)
3. Powerful others Health 13,15,17 14,16,18 4
Locus of control (PHLC)
Total 7 7 14

4.2.2. Permohonan Izin

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengurusan izin penelitian. Ini

merupakan tanda bahwa penelitian diperbolehkan untuk dilakukan. Peneliti telah


27

mengajukan permohonan izin penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang sebagai surat, nomor surat

0993/B.7.3/FP/VI/2022 yang ditandatangani oleh Kepala Program Studi Dr.

Suparmi, M.Si. pada tanggal 21 Juni 2022.

4.3. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti mengumpulkan data selama lima hari dari Senin, 27 Juni 2022

hingga Senin, 4 Juli 2022. Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini

berjumlah 53 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 36 perempuan yang

bertempat tinggal di sekitar wilayah UPTD Puskesmas Kendal I. Data

dikumpulkan dengan dua cara. Metode pertama adalah peneliti datang ke

Puskemas Kendal I setiap hari untuk menunggu pasien-pasien diabetes melitus

yang datang periksa ke Puskesmas Kendal diberikan informasi dari petugas

Puskesmas untuk peneliti menemui pasien tersebut untuk memberikan kuesioner

kepada pasien yang telah didiagnosis penyakit diabetes melitus. Kuesioner yang

telah diisi oleh para pasien diabetes melitus di Puskesmas Kendal I masih belum

mencukupi. Lalu peneliti menggunakan metode kedua yaitu membagikan skala

langsung ke pasien dengan melakukan cara datang ke rumah-rumah pasien di

sekitar wilayah Puskesmas Kendal I atas izin dari petugas Puskesmas Kendal I,

bahkan petugas Puskesmas pun membantu peneliti waktu peneliti datang ke

rumah-rumah para pasien diabetes melitus. Sebenarnya di Puskesmas Kendal I

diadakan kegiatan Prolanis setiap tanggal 15 di setiap bulannya. Tetapi karena

waktu peneliti itu terbatas, maka menggunakan metode lain untuk memperoleh

data yang dibutuhkan. Try out terpakai adalah metode pengumpulan data satu

kali yang juga digunakan untuk uji statistik seperti reliabilitas, validitas, pengujian
28

hipotesis, dan analisis data. Pengambilan data menggunakan metode try out

terpakai.

4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

4.4.1. Validitas dan Reliabilitas Skala Kepatuhan minum obat

Pengujian validitas untuk skala Kepatuhan minum obat menggunakan

metode Product Moment dengan teknik part whole. Hasil uji validitas pada skala

Kepatuhan minum obat menunjukan terdapat 7 item yang valid dan 1 item yang

gugur dengan rentang koefisien korelasi antara 0,347 sampai 0,586

Hasil uji reliabilitas pada skala Kepatuhan minum obat menunjukkan

koefisien Alpha sebesar 0,744 dengan pengujian dua kali putaran.

Tabel 4. 3. Uji validitas dan reliabilitas skala Health Locus of Control

No Aspek Favourable Unafavo Jumlah


urable
1. Tidak 1 4,5,8 4
2. diinginkan 2,3,6*,7 3
Kesengajaan
Jumlah 7
Keterangan:

Tanda(*) : item yang gugur

Setelah dilakukan pengujian skala Health Locus of Control, beberapa item

ada yang valid dan ada yang gugur, dan empat item yang gugur adalah item

nomor 9,10,15,16 Item yang dibuang disisihkan dan item yang valid dikumpulkan

untuk menghasilkan data survei.

4.4.2. Validitas dan Reliabilitas Skala Health Locus of Control

Uji validitas skala Health Locus of Control menunjukkan bahwa koefisien

korelasi berkisar antara 0,296 hingga 0,655, dengan 4 item hilang dari total 18
29

item. Hasil uji reliabilitas pada skala Health Locus of Control menunjukkan faktor

alpha 0,852 dalam dua kali putaran.

Tabel 4. 3. Uji validitas dan reliabilitas skala Health Locus of Control

Item
No Aspek Total
Favourable Unfavourable
1 Internal Health Locus of 1,3,5 2,4,6 6
control (IHLC)
2. Chance Health Locus of 7,9*,11 8,10*,12 4
control (CHLC)
3. Powerful others Health 13,15*,17 14,16*,18 4
Locus of control (PHLC)
Total 7 7 14

Keterangan:

Tanda(*) : item yang gugur

Setelah dilakukan pengujian skala Health Locus of Control, beberapa item

ada yang valid dan ada yang gugur, dan empat item yang gugur adalah item

nomor 9,10,15,16. Item yang dibuang disisihkan dan item yang valid dikumpulkan

untuk menghasilkan data survei.


30

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Uji Asumsi

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi sebelum melakukan uji

hipotesis. Uji asumsi ini dilakukan untuk mengetahui sebaran item normal atau

tidak normal sehingga dapat mengetahui apakah ada hubungan antara variabel

tergantung dan variabel bebas pada penelitian. Uji asumsi terdiri atas dua jenis

yaitu uji normalitas dan linearitas.

1. Uji Normalitas

a. Kepatuhan minum obat

Hasil uji normalitas terhadap skala Kepatuhan minum obat dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z menunjukkan hasil K-S-Z

sebesar 1,383 dengan nilai signifikansi sebesar 0,044 (p<0,05) yang

berarti distribusi persebaran data bersifat tidak normal.

b. Health Locus of Control

Hasil uji normalitas terhadap skala Health Locus of Control

dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z menunjukkan hasil K-S-

Z sebesar 1,530 dengan nilai signifikansi sebesar 0,019 (p<0,05) yang

berarti distribusi persebaran data bersifat tidak normal.

2. Uji Linearitas

Untuk skala Kepatuhan Minum Obat dan skala Health Locus Of Control

distribusi persebaran data bersifat tidak normal, maka dari itu tidak perlu

diuji linearitas, dan bisa langsung analisis data menggunakan non-

parametric yang menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho.


31

5.1.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah ada hubungan antara

health locus of control dan kepatuhan minum obat. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan teknik korelasi Spearman's rho menggunakan program SPSS V.21.

Peneliti menggunakan metode korelasi Spearman's rho karena dua variabel yang

bersifat tidak normal. Hasil tersebut mencapai tingkat signifikansi 0,034 (p <

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara health

locus of control dengan kepatuhan minum obat. Semakin tinggi health locus

control maka kepatuhan minum obat semakin tinggi dan begitu sebaliknya.

Semakin rendah health locus control pada penderita diabetes melitus maka

semakin rendah pula kepatuhan minum obat pada penderita diabetes melitus.

Hasil koefisien korelasi rho = 0,293. Menurut Sugiyono (Muizu, Evita, &

Suherman, 2016), hasil koefisien korelasi masuk dalam kategori hubungan

rendah. Jika koefisien korelasi antara 0,100 dan 0,299, maka ada kategori tingkat

hubungan rendah menurut Sugishirono (Muizu, Evita, & Suherman, 2016).

Berdasarkan hasil analisis data, kita dapat menerima hipotesis yang diajukan

oleh peneliti.

5.2. Pembahasan

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan korelasi Spearman's rho =

0,293 maka hasil hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Artinya, terdapat

hubungan positif antara health locus of control dengan kepatuhan minum obat,

yaitu signifikan 0,034, p<0,05 untuk kategori penting. Hal ini menunjukkan bahwa

health locus of control berkorelasi dengan kepatuhan minum obat pasien


32

diabetes melitus, pasien dengan health locus of control yang tinggi juga memiliki

kepatuhan minum obat yang tinggi dan pasien dengan health locus of control

yang rendah juga memiliki kepatuhan minum obat yang rendah.

Berdasarkan atas data yang valid untuk skala kepatuhan minum kategori

rendah ada 41 subjek (77,36%), kategori sedang ada 12 subjek (22,64%),

kategori tinggi tidak ada. Berdasarkan data yang valid untuk skala health locus of

control kategori rendah tidak ada, kategori sedang ada 42 subjek (79,24%),

kategori tinggi ada 11 subjek (20,76%). Adapun sumbangan efektif (SE) health

locus of control terhadap kepatuhan minum obat pada penderita diabetes melitus

sebesar 8,58%.

Hasil dari uji hipotesis menggunakan metode non-parametric yang

menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho. karena dua variabel yang

distribusi datanya bersifat tidak normal. Konsekuensi menggunakan metode

teknik korelasi Spearman’s rho adalah data tidak dapat digeneralisasikan dan

hanya berlaku untuk populasi tersebut.

Dimensi health locus of control seharusnya dianalisa per dimensi untuk

mengetahui dimensi mana yang mempengaruhi kepatuhan.

Temuan ini konsisten dengan hasil temuan sebelumnya oleh Taher et al.

(2015) yang menemukan bahwa pasien dengan locus of control memiliki

kepatuhan pengobatan yang baik. Ada penelitian lain yang setuju dengan temuan

di atas. Artinya, sebuah studi oleh Omeje & Nebo (2019) menemukan bahwa

individu yang berpikiran internal lebih patuh terhadap pengobatan individu yang

berorientasi eksternal.

Temuan lainnya analisis data penelitian ini adalah terdapat hubungan

positif yang signifikan antara powerful others health locus of control dengan

kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus. Hal ini memiliki arti bahwa
33

seseorang dengan powerful others health locus of control yang tinggi, memiliki

kepatuhan yang tinggi juga. Zahednezhad, Poursharifi, & Babapour (2019)

menambahkan bahwa individu dengan powerful others health locus of control

memiliki hubungan positif dengan kepatuhan dapat dipengaruhi oleh regional dan

karakteristik budaya sehingga penelitian ini terbatas dalam generalisasinya.

Hal yang sama terjadi dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat

hubungan positif yang signifikan antara powerful others health locus of control

dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus. Salah seorang

responden mengatakan bahwa keluarga seperti suami dan cucu menjadi tokoh

utama dalam membuat dirinya selalu ingat untuk meminum obat dan menjaga

kesehatannya. Temuan ini dapat dijelaskan bahwa Indonesia memiliki

karakteristik budaya yang berbeda yaitu budaya kolektif dimana masyarakatnya

terbiasa untuk hidup bersama dan berkelompok. Hal ini membuat dukungan dari

orang terdekat atau kelompok dapat memberikan pengaruh yang cukup besar

kepada individu sehingga hasil penelitian ini terbatas pada wilayah tertentu.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini pasti memiliki kelemahan dan keterbatasan, baik yang

bersifat eksternal maupun internal bagi peneliti. Peneliti cenderung kesulitan

untuk mengumpulkan data pasiennya dikarenakan kegiatan Prolanis dari

Puskesmas Kendal I dibatasi. Kegiatan Prolanis diadakan setiap tanggal 15 di

setiap bulannya, karena waktu peneliti sangat terbatas maka dari itu peneliti

harus berkunjung ke rumah-rumah para pasien diabetes melitus yang di

sekitaran UPTD Puskesmas Kendal I untuk memenuhi pengumpulan data

peneliti. Kelemahan penelitian ini, bahwa health locus of control yang

mempengaruhi kepatuhan hanyalah internal health locus of control (IHLC). Untuk


34

chance locus of control (CHLC) dan powerful others health locus of control

(PHLC) tidak mempegaruhi kepatuhan. Dimensi health locus of control

seharusnya dianalisa per dimensi untuk mengetahui dimensi mana yang

mempengaruhi kepatuhan.
35

BAB 6

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pasien diabetes melitus di UPTD

Puskesmas Kendal I, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Health Locus of

Control dengan kepatuhan minum obat pada penderita diabetes melitus. Pasien

yang mempunyai Health Locus of Control yang tinggi, maka akan mempunyai

kepatuhan minum obat yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Adapun sumbangan efektif (SE) health

locus of control terhadap kepatuhan minum obat pada penderita diabetes melitus

sebesar 8,58%.

6.2. Saran

Melalui penelitian yang sudah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan

saran sebagai berikut :

6.2.1.Bagi Masyarakat

Saran untuk penderita diabetes melitus diharapkan untuk meningkatkan

kepatuhan karena sangat berpengaruh pada kesehatan.

6.2.2.Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan subjek yang lebih

representative, menggunakan teori yang lebih tepat atau sesuai dan

menggunakan teori yang lebih lengkap. Peneliti selanjutnya menganalisa

masing-masing dimensi health locus of control untuk mengetahui dimensi mana

yang mempengaruhi kepatuhan.


36

DAFTAR PUSTAKA

Abredari, H., Bolourchifard, F., Rassouli, M., Nasiri, N., Taher, M., & Abedi, A.
(2015). Health locus of control and self-care behaviors in diabetic foot
patients. Medical Journal of the Islamic Republic of Iran, 29, 283.
http://journal.jptranstech.or.id/index.php/ACHNR/article/view/49

Azwar, S. (2014). Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. In


Reliabilitas dan Validitas Edisi (Vol. 4).
https://scholar.google.co.id/citations?user=_MWswTMAAAAJ&hl=en

Bąk-Sosnowska, M., Gruszczyńska, M., Wyszomirska, J., & Daniel-Sielańczyk,


A. (2022). The Influence of Selected Psychological Factors on Medication
Adherence in Patients with Chronic Diseases. Healthcare, 10(3), 426.
https://doi.org/10.3390/healthcare10030426

BUDIANSYAH, F. D., & ROSITAWATI, S. (2015). Hubungan Health Belief


dengan Health Locus Of Control pada Lansia Etnis Tionghoa Hipertensi di
Kelompok Senam Aerobik Tegalega. Prosiding Psikologi, 566-573.
https://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1539/pdf

Dinkes Jateng. 2018. Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2017. Dinkes
Jateng. Semarang
https://dinkesjatengprov.go.id

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L.
M. (2014). Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach, ed. McGraw-Hill
Medical, New York. https://accesspharmacy.mhmedical.com/book.aspx?
bookID=1861

Fandinata, S. S., & Darmawan, R. (2020). Pengaruh Kepatuhan Minum Obat


Oral Anti Diabetik Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 10(1), 23–31.
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/825

Firdiawan, A. (2020). Kepatuhan Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2


dengan Medication Adherence Rating Scale-5. Jurnal Farmasetis, 9(1), 65–
72. https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/880

Ganjoo, M., Farhadi, A., Baghbani, R., Daneshi, S., & Nemati, R. (2021).
Association between health locus of control and perceived stress in college
student during the COVID-19 outbreak: a cross-sectional study in Iran. BMC
Psychiatry, 21(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s12888-021-03543-1

Gerland, H. M. E., & Prell, T. (2021). Association Between the Health Locus of
Control and Medication Adherence: An Observational, Cross-Sectional
Study in Primary Care. Frontiers in Medicine, 8(August), 1–9.
https://doi.org/10.3389/fmed.2021.705202

Horne, R., Weinman, J., Barber, N., Elliott, R., Morgan, M., Cribb, A., & Kellar, I.
37

(2005). Concordance, adherence and compliance in medicine taking.


London: NCCSDO, 2005(1), 40–46.
https://www.researchgate.net/publication/271443859_Concordance_Adhere
nce_and_Compliance_in_Medicine_Taking

Huang, Y. M., Pecanac, K. E., & Shiyanbola, O. O. (2020). “Why Am I Not Taking
Medications?” Barriers and Facilitators of Diabetes Medication Adherence
Across Different Health Literacy Levels. Qualitative Health Research,
30(14), 2331–2342.
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1049732320945296

Hussain, A., Bhowmik, B., & do Vale Moreira, N. C. (2020). COVID-19 and
diabetes: Knowledge in progress. Diabetes Research and Clinical Practice,
162, 108142. https://www.researchgate.net/publication/340545987_COVID-
19_and_diabetes_Knowledge_in_progress

Iskandarsyah, A., de Klerk, C., Suardi, D. R., Soemitro, M. P., Sadarjoen, S. S., &
Passchier, J. (2014). Psychosocial and cultural reasons for delay in seeking
help and nonadherence to treatment in Indonesian women with breast
cancer: a qualitative study. Health Psychology, 33(3), 214.
https://scholar.google.com/citations?user=mVB0zmMAAAAJ&hl=en

Jasmine, N. S., Wahyuningsih, S., & Thadeus, M. S. (2020). Analisis Faktor


Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas
Pancoran Mas Periode Maret–April 2019. Jurnal Manajemen Kesehatan
Indonesia, 8(1), 61–66.
https://doi.org/https://doi.org/10.14710/jmki.8.1.2020.61-66

Jogiyanto, H. M. (2017). Analisis dan Desain (Sistem Informasi Pendekatan


Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis). Penerbit Andi.
https://scholar.google.co.id/citations?user=6eDyhRgAAAAJ&hl=id

Livana, Keliat, B. A., & Putri, Y. S. E. (2019). Penerapan Terapi Spiritual


Emotional Freedom Technique (SEFT) Pada Penderita Tuberculosis
dengan Masalah Keperawatan Ansietas di Puskesmas Sawahan Surabaya.
Jurnal Keperawatan, 8(2), 64–73.
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/JHS/article/view/1287/1009

Marton, G., Pizzoli, S. F. M., Vergani, L., Mazzocco, K., Monzani, D., Bailo, L.,
Pancani, L., & Pravettoni, G. (2021). Patients’ health locus of control and
preferences about the role that they want to play in the medical decision-
making process. Psychology, Health and Medicine, 26(2), 260–266.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32323553/

Mokolomban, C. (2018). Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Diabetes Melitus


Tipe 2 Disertai Hipertensi Dengan Menggunakan Metode MMAS-8.
Pharmacon, 7(4).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/21424

Mokolomban, C., Wiyono, W. I., & Mpila, D. A. (2018). KEPATUHAN MINUM


OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DISERTAI
HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE MMAS-8.
38

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi, 7(4), 69–78.


https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/download/
21424/21130

Morisky, DE, Ang, A, Krousel-Wood, M, Ward, HJ 2008, ‘Predictive Validity of a


Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting’, The Journal of
Clinical Hypertension, vol.10, no.5, hlm. 348 – 354, diakses 15 Maret 2022
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18453793

Morowatisharifabad, M. A., Mahmoodabad, S. S. M., Baghianimoghadam, M. H.,


& Tonekaboni, N. R. (2010). Relationships between locus of control and
adherence to diabetes regimen in a sample of Iranians. International journal
of diabetes in developing countries, 30(1), 27.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2859281/

Muizu, W. O., Evita, S. N., & Suherman, D. (2016). Disiplin Kerja dan
Pengaruhnya terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Wa Ode Zusnita
Muizu, Siti Noni Evita & Dindin Suherman). Pekbis Jurnal, 8, 172–182.
https://pekbis.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPEB/article/view/3633

Niven, N., 2013, Psikologi Kesehatan, Edisi 2, 192-198, Penerbit EGC, Jakarta.
Diterjemahkan oleh Agung Waluyo.

Nurjanah, Soenaryanti, S., & Rachmani, E. (2016). Health Literacy Pada


Mahasiswa Kesehatan, Sebuah Indikator Kompetensi Kesehatan Yang
Penting. VisiKes Jurnal Kesehatan Masyarakat, 15(2), 142.
http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes/index%0AVisiKes

Omeje, O., & Nebo, C. (2011). The influence of locus control on adherence to
treatment regimen among hypertensive patients. Patient Preference and
Adherence, 5, 141.
https://www.researchgate.net/publication/51127530_The_influence_of_locus
_control_on_adherence_to_treatment_regimen_among_hypertensive_patie
nts

Pourhoseinzadeh, M., Gheibizadeh, M., Moradikalboland, M., & Cheraghian, B.


(2017). The relationship between health locus of control and health
behaviors in emergency medicine personnel. International Journal of
Community Based Nursing and Midwifery, 5(4), 397–407.
http://www.sciepub.com/reference/271043

Poursharifi, H., & Babapour, J. (2011). Memory, health locus of control and
adherence in type II diabetic patients in Iran-Tabriz. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 30, 2621–2624.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042811023408

Pramesti, A. D., & Sulistyarini, R. I. (2019). HUBUNGAN ANTARA HEALTH


LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA SEMARANG. Jurnal Psikologi Dan
Ilmu Sosial Budaya, 1(1), 1–
27.https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13456/Anindita
39

%20Dwi Hubungan%20Health%20Locus%20of%20Control%20dengan
%20Kepatuh.pdf?isAllowed=y&sequence=1

Pratita, N. D. (2013). Hubungan dukungan pasangan dan health locus of control


dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita
diabetes mellitus tipe-2. Calyptra, 1(1), 1-24.
https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/69/49

Rahmatika, R. (2019). HUBUNGAN ANTARA HEALTH LOCUS OF CONTROL


DAN SELF-EFFICACY PADA MAHASISWA KEPERAWATAN. SCHEMA
(Journal of Psychological Research), 1(July 2018), 116–127.
https://www.researchgate.net/publication/333103219_HUBUNGAN_ANTAR
A_HEALTH_LOCUS_OF_CONTROL_DAN_SELF-
EFFICACY_PADA_MAHASISWA_KEPERAWATAN_1

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2020). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2020.
https://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2
0 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2021.

Safitri, I. N. (2013). Kepatuhan penderita diabetes mellitus tipe II ditinjau dari


locus of control. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 273–290.
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1583

Sawkin, M. T., Deppe, S. J., Thelen, J., Stoner, S. C., Dietz, C. A., & Rasu, R. S.
(2015). Health Literacy and Medication Adherence Among Patients Treated
in a Free Health Clinic : A Pilot Study. Health Services Research and
Managerial Epidemiology, 2(333392815589094).
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/2333392815589094

Srikartika, V. M., Cahya, A. D., & Hardiati, R. S. W. (2016). Analisis faktor yang
memengaruhi kepatuhan penggunaan obat pasien diabetes melitus tipe 2.
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of
Management and Pharmacy Practice), 6(3), 205–212.
https://jurnal.ugm.ac.id/jmpf/article/view/29409

Sugiyono. (2017). MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet. In Sugiyono. (2017). MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: PT Alfabet. https://scholar.google.com/citations?
user=uUIIujUAAAAJ&hl=en

Toharin, S. N. R., Cahyati, W. H., & Zainafree, I. (2015). HUBUNGAN


MODIFIKASI GAYA HIDUP DAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT
ANTIDIABETIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS QIM BATANG TAHUN 2013. Unnes
Journal of Public Health, 4(2), 153–161.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/5193

Wallston, K. A., Strudler Wallston, B., & DeVellis, R. (1978). Development of the
multidimensional health locus of control (MHLC) scales. Health Education
Monographs, 6(1), 160–170.
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/109019817800600107
40

WHO. (2016). Global report on diabetes. World Health Organization.


https://www.who.int/publications-detail-redirect/9789241565257.

Wibowo, M. I. N. A., Fitri, F. M., Yasin, N. M., Kristina, S. A., & Prabandari, Y. S.
(2021). Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Beberapa Puskesmas Kabupaten Banyumas. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 11(2), 98–108.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jki/article/view/3635

Yulianti, T., & Anggraini, L. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Pengobatan pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan di RSUD
Sukoharjo. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(2), 110–120.
https://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon/article/download/12261/628
9

Zahednezhad, H., Poursharifi, H., & Babapour, J. (2011). Relationship between


Health Locus of Control, Memory, and Physician--Patient relationship With
Satisfaction of Treatment in Type II Diabetic Patients. Journal of Urmia
Nursing & Midwifery Faculty, 9(2). DOI:10.1016/j.sbspro.2011.10.513
41

LAMPIRAN
42

Lampiran A.
SKALA PENELITIAN

A-1 SKALA KEPATUHAN MINUM OBAT


A-2 SKALA HEALTH LOCUS OF CONTROL
43

A-1 SKALA KEPATUHAN MINUM OBAT


44

KUESIONER

Isilah kolom dibawah ini dengan tanda checklist (√) sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Setiap
pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang menurut anda paling sesuai,
dengan penjelasan sebagai berikut :
Kuisioner kepatuhan minum obat di tanyakan kepada keluarga
dalam kurun waktu 1 tahun kebelakang, peneliti bertanya kepada pihak
keluarga riwayat minum obat dalam 1 tahun terakir.
NO PERTANYAAN JAWAB SEKO SEK
AN R OR
PASI
EN
1 Apakah bapak/ibu/saudara minum Ya 1
obat secara teratur? Tidak 0
2 Apakah bapak/ibu/saudara Ya 0
terkadang Tidak 1
lupa minum obat?
3 Seseorang kadang–kadang lupa Ya 0
minum obat, coba ingat apakah 2
minggu terakir apakah bapak / ibu / Tidak 1
saudara tidak minum obat?
4 Apakah anda pernah mengurangi Ya 0
atau berhenti minum obat tanpa
Tidak 1
memberitahu dokter?
5 Jika anda sedang berpergian jauh Ya 0
dengan cukup lama apakah anda
Tidak 1
pernah lupa membawa obat yang
harus anda minum?
6 Jika anda merasa sudah baikan, dan Ya 0
gejala penyakit anda berkurang
Tidak 1
apakah anda pernah berhenti untuk
minumobat
7 Minum obat setiap hari merupakan Ya 0
hal yang tidak nyaman bagi sebagian
orang, apakah anda merasa Tidak 1
terganggu dengan rencana
pengobatan yang anda dapatkan
8 Apakah anda kesulitan untuk Tidakper 1
mengingat semua obat yang harus nah
anda minum Sesekali 0,75
45

Jika ”YA” pilih salah satu keadaan di Kadang- 0,5


bawah ini: kadang
Selalu = 7 kali dalam semingu
Biasanya = 4-6 kali dalam semingu Biasany 0,25
Kadang-kadang = 2-3 kali dalam a
semingu Selalu 0
Sesekali = 1 kali dalam seminggu
Tidak pernah = tidak pernah lupa
TOTAL SEKOR

Klasifikasi Tingkat Kepatuhan Minum Obat

Skor Tingkat Kepatuhan


>2 Rendah
1 atau 2 Sedang
0 Tinggi
46

A-2 SKALA HEALTH LOCUS OF CONTROL


47

Kuisoner Health Locus of Control

N Pernyataan ST T S S
O S S S
1 Jika saya sakit saya sendiri yang menentukan
seberapa cepat saya akan sembuh lagi
2 Tidak peduli apa yang saya lakukan jika saya
sakit, saya akan sakit.
3 Memiliki kontak teratur dengan dokter adalah cara
terbaik bagi saya untuk menghindari penyakit.
4 Hal-hal yang mengganggu kesehatan saya
terajadi karena ketidaksengajaan.
5 Hal-hal yang saya lakukan ketika kondisi saya

tidak baik adalah berkonsultasi dengan tenaga

medis yang profesional.

6 Saya mengendalikan kesehatan saya.


7 Keluarga memiliki banyak peran terhadap sehat
sakit saya.
8 Ketika saya sakit saya yang selalu disalahkan.
9 Keberuntungan meniliki peranan besar dalam
menentukan seberapa cepat saya akan sembuh.
10 Profesional kesehatan mengontrol kesehatan
saya.
11 Kesehatan saya yang baik sebagian besar adalah
keberuntungan.
12 Kesehatan saya dipengaruhi oleh apa yang saya
lakukan.
13 Jika saya mampu merawat diri, saya akan
terhindar dari penyakit.
14 Setiap kali saya sembuh dari penyakit biasanya
karena orang lain ( misalnya, dokter, perawat,
keluarga, teman-teman) yang telah merawat
saya.
15 Tidak peduli apa yang saya lakukan mungkin

saya akan sakit.

16 Jika keberuntungan terjadi saya akan tetap sehat.


17 Jika saya mengambil tindakan yang tepat saya
akan tetap sehat.
18 Mengenai kesehatan saya saya hanya bisa
melakukan apa yang dokter perintahkan
48
49

Lampiran B.
DATA UJI COBA
B-1 UJI COBA MINUM OBAT
B-2 UJI COBA HEALTH LOCUS OF CONTROL
50

B-1 UJI COBA MINUM OBAT

Subjek y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 y8
1 1 0 1 1 1 1 0 1
2 0 0 1 1 0 1 0 0,75
3 0 0 0 0 0 0 0 0,25
4 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 0 1 1 1 1 0 0,75
6 0 0 0 0 0 0 0 0,25
7 1 0 1 1 0 0 1 0,75
8 1 0 0 1 0 0 1 0,25
9 1 0 1 1 0 0 1 0,75
10 0 0 1 0 1 0 1 0,25
11 1 1 1 1 1 1 1 0,75
12 0 1 0 0 0 1 0 0,75
13 1 0 1 0 0 1 0 0,75
14 1 1 1 1 0 0 0 0,5
15 1 0 0 1 1 1 0 0,75
16 1 0 1 1 1 1 1 1
17 1 0 0 1 0 1 1 1
18 0 1 1 0 0 1 1 0,25
19 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 0 1 0 0,75
22 1 0 0 0 0 0 0 0,75
23 1 0 1 1 1 1 1 0,75
24 0 0 0 0 0 0 0 0,25
25 1 0 0 0 1 1 1 0,75
51

26 1 0 1 0 0 0 1 0,5
27 0 0 0 0 0 0 0 0,25
28 1 1 1 0 0 0 0 0,75
29 1 1 1 0 0 0 1 0,5
30 1 1 0 0 0 0 0 0,5
31 1 1 1 0 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 0 1
33 1 0 1 0 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 0 0 0 1 1 1
36 1 1 1 1 1 0 0 0,75
37 1 0 0 1 1 1 0 0,5
38 1 0 1 1 0 1 0 1
39 1 1 0 1 1 1 1 0,5
40 1 1 0 1 0 1 1 1
41 1 1 0 1 1 1 1 0,75
42 1 1 1 1 1 1 1 0,75
43 1 1 1 1 1 1 1 0,75
44 1 1 1 1 1 1 1 0,5
45 1 0 1 1 1 1 1 0,25
46 1 1 1 1 1 1 1 0,5
47 1 1 0 1 1 1 1 0,75
48 1 0 0 1 0 0 0 0,25
49 1 1 0 0 1 0 0 0,5
50 1 1 0 1 1 1 1 0,25
51 1 1 0 0 1 1 0 0,5
52 1 1 0 0 0 0 0 0,75
53 1 1 0 0 0 0 1 0,25
52

B-2 UJI COBA HEALTH LOCUS OF CONTROL

Subje x1 x1 x1 x1
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x11 x13 x15 x17 x18
k 0 2 4 6
1 2 3 3 3 4 2 4 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4
2 2 3 4 2 3 3 4 4 2 4 1 1 2 2 3 1 3 4
3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 4 1 2 1 3 2 1 3 4
4 1 3 3 3 4 3 3 3 2 4 2 2 2 2 4 3 3 4
5 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 2 1 1 4 2 2 4 2
6 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 3
7 3 3 3 4 4 3 3 4 1 3 2 2 1 4 1 2 3 3
8 2 3 3 4 3 3 4 3 2 4 1 2 2 2 3 1 4 4
9 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 1 1 3 2 4 4 4
10 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 4 2 3 4 3
11 3 4 3 4 4 4 4 4 1 3 1 2 1 3 1 2 4 3
12 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 1 1 1 4 1 2 4 4
13 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 1 2 1 3 1 2 4 3
14 2 3 4 4 3 3 4 3 1 3 2 1 2 3 3 2 4 3
15 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 2 3 4 3
16 2 3 3 2 4 2 3 4 2 3 2 2 2 2 1 1 3 3
17 2 3 4 2 3 3 3 3 2 4 1 2 1 3 2 1 4 4
18 2 3 4 4 3 3 2 4 2 3 2 1 1 3 3 1 4 3
19 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3 2 1 1 3 1 1 4 3
20 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 1 1 1 2 1 2 4 2
21 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 2 2 3 1 1 4 2
22 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 2 2 2 3 1 1 4 3
53

23 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 2 2 2 3 2 3 3 2
24 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 2
25 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3
26 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3
27 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3
28 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3
29 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 1 3 3 2
30 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 1 1 3 1 3 4 2
31 3 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 2 1 2 1 2 4 3
32 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 1 2 2 3 2 3 4
33 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2
34 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2
35 2 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2 2 2 4 2 1 3 4
36 2 3 3 3 4 3 3 4 1 4 1 2 2 2 2 1 3 2
37 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 1 2 4 3 4 4 4
38 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 1 1 1 3 3 2 4 3
39 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 1 1 3 3 1 3 3
40 4 2 4 4 3 4 2 3 1 3 2 1 2 3 3 3 4 4
41 3 2 4 3 3 3 3 4 1 4 2 1 1 4 2 3 3 3
42 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 2 3 3 4
43 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2
44 3 3 3 4 4 3 3 4 1 3 2 1 1 2 3 3 4 3
45 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 2 4 4 2
46 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 2 3 4 4
47 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 1 2 3 2 4 4 4
48 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3
54

49 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 4 3
50 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3
51 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 1 1 4 2 3 4 3
52 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 2 3 3 2
53 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3
55

Lampiran C
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
C-1 SKALA MINUM OBAT
C-2 SKALA HEALTH LOCUS OF CONTROL
56

C-1 SKALA MINUM OBAT

Reliability

PUTARAN 1

Scale: Kepatuhan Minum Obat

Case Processing Summary


N %
Valid 53 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 53 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.733 8

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
Y1 4.5849 3.622 .476 .695
Y2 4.4528 3.541 .549 .679
Y3 4.4528 3.666 .473 .695
Y4 4.5283 3.860 .344 .723
Y5 4.4151 3.805 .407 .709
Y6 4.4717 4.071 .239 .744
Y7 4.3208 3.732 .520 .688
Y8 4.3019 4.176 .493 .706
Koefisien r-tabel= 0,271

Reliability

PUTARAN 2

Scale: Kepatuhan Minum Obat


57

Case Processing Summary


N %
Valid 53 100.0
Cases Excluded a
0 .0
Total 53 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.744 7

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
Y1 3.9811 2.875 .550 .690
Y2 3.8491 2.861 .586 .681
Y3 3.8491 3.063 .449 .716
Y4 3.9245 3.196 .347 .741
Y5 3.8113 3.233 .355 .737
Y7 3.7170 3.082 .525 .699
Y8 3.6981 3.522 .470 .722
Koefisien r-tabel= 0,271

C-2 HEALTH LOCUS OF CONTROL


Reliability

PUTARAN 1

Scale: Health Locus Of Control

Case Processing Summary


58

N %
Valid 53 100.0
Cases Excluded a
0 .0
Total 53 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.822 18

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
X1 46.40 19.128 .647 .799
X2 46.60 20.244 .399 .814
X3 46.51 18.755 .637 .798
X4 46.74 20.390 .300 .822
X5 46.55 20.483 .405 .814
X6 46.36 19.734 .552 .805
X7 46.49 19.332 .612 .801
X8 46.42 19.709 .595 .803
X9 46.77 21.640 .159 .826
X10 46.64 21.581 .165 .826
X11 46.51 20.639 .390 .815
X12 46.60 20.744 .398 .814
X13 46.34 19.806 .513 .807
X14 46.58 20.324 .514 .809
X15 46.72 21.591 .136 .829
X16 47.06 22.401 .012 .831
X17 46.40 20.590 .406 .814
X18 46.45 20.176 .551 .807
Koefisien r-tabel= 0,271

Reliability

PUTARAN 2

Scale: Health Locus Of Control

Case Processing Summary


N %
59

Valid 53 100.0
Cases Excluded a
0 .0
Total 53 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.852 14

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
X1 36.38 16.047 .655 .833
X2 36.58 17.094 .400 .849
X3 36.49 15.678 .649 .833
X4 36.72 17.245 .296 .858
X5 36.53 17.177 .440 .846
X6 36.34 16.652 .547 .840
X7 36.47 16.177 .633 .834
X8 36.40 16.705 .571 .839
X11 36.49 17.447 .395 .848
X12 36.58 17.709 .358 .850
X13 36.32 16.607 .534 .841
X14 36.57 17.058 .548 .841
X17 36.38 17.393 .412 .848
X18 36.43 16.904 .590 .839
Koefisien r-tabel= 0,271
60

Lampiran D.
DATA PENELITIAN

D-1 DATA PENELITIAN SKALA A-1


D-2 DATA PENELITIAN SKALA A-2
61

D-1 DATA PENELITIAN SKALA A-1


Subjek y1 y2 y3 y4 y5 y7 y8 JML
1 1 0 1 1 1 0 1 5
2 0 0 1 1 0 0 0,75 2,75
3 0 0 0 0 0 0 0,25 0,25
4 1 1 1 1 1 1 1 7
5 1 0 1 1 1 0 0,75 4,75
6 0 0 0 0 0 0 0,25 0,25
7 1 0 1 1 0 1 0,75 4,75
8 1 0 0 1 0 1 0,25 3,25
9 1 0 1 1 0 1 0,75 4,75
10 0 0 1 0 1 1 0,25 3,25
11 1 1 1 1 1 1 0,75 6,75
12 0 1 0 0 0 0 0,75 1,75
13 1 0 1 0 0 0 0,75 2,75
14 1 1 1 1 0 0 0,5 4,5
15 1 0 0 1 1 0 0,75 3,75
16 1 0 1 1 1 1 1 6
17 1 0 0 1 0 1 1 4
18 0 1 1 0 0 1 0,25 3,25
19 1 1 1 1 1 1 1 7
20 1 1 1 1 1 1 1 7
21 1 1 1 1 0 0 0,75 4,75
22 1 0 0 0 0 0 0,75 1,75
23 1 0 1 1 1 1 0,75 5,75

61
62

24 0 0 0 0 0 0 0,25 0,25
25 1 0 0 0 1 1 0,75 3,75
26 1 0 1 0 0 1 0,5 3,5
27 0 0 0 0 0 0 0,25 0,25
28 1 1 1 0 0 0 0,75 3,75
29 1 1 1 0 0 1 0,5 4,5
30 1 1 0 0 0 0 0,5 2,5
31 1 1 1 0 1 1 1 6
32 1 1 1 1 1 0 1 6
33 1 0 1 0 1 1 1 5
34 1 1 1 1 1 1 1 7
35 1 1 0 0 0 1 1 4
36 1 1 1 1 1 0 0,75 5,75
37 1 0 0 1 1 0 0,5 3,5
38 1 0 1 1 0 0 1 4
39 1 1 0 1 1 1 0,5 5,5
40 1 1 0 1 0 1 1 5
41 1 1 0 1 1 1 0,75 5,75
42 1 1 1 1 1 1 0,75 6,75
43 1 1 1 1 1 1 0,75 6,75
44 1 1 1 1 1 1 0,5 6,5
45 1 0 1 1 1 1 0,25 5,25
46 1 1 1 1 1 1 0,5 6,5
47 1 1 0 1 1 1 0,75 5,75
48 1 0 0 1 0 0 0,25 2,25
49 1 1 0 0 1 0 0,5 3,5

62
63

50 1 1 0 1 1 1 0,25 5,25
51 1 1 0 0 1 0 0,5 3,5
52 1 1 0 0 0 0 0,75 2,75
53 1 1 0 0 0 1 0,25 3,25

D-2 DATA PENELITIAN SKALA A-2

63
64

x1
Subjek x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x11 x12 x14 x17 x18 JML
3
1 2 3 3 3 4 2 4 4 2 2 2 2 3 4 40
2 2 3 4 2 3 3 4 4 1 1 2 2 3 4 38
3 3 3 3 4 4 3 4 3 1 2 1 3 3 4 41
4 1 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 3 4 38
5 4 4 4 3 3 3 3 4 2 1 1 4 4 2 42
6 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 41
7 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 1 4 3 3 42
8 2 3 3 4 3 3 4 3 1 2 2 2 4 4 40
9 3 3 3 3 4 4 4 4 3 1 1 3 4 4 44
10 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 42
11 3 4 3 4 4 4 4 4 1 2 1 3 4 3 44
12 3 3 3 4 3 3 4 4 1 1 1 4 4 4 42
13 3 4 4 4 3 3 4 3 1 2 1 3 4 3 42
14 2 3 4 4 3 3 4 3 2 1 2 3 4 3 41
15 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 42
16 2 3 3 2 4 2 3 4 2 2 2 2 3 3 37
17 2 3 4 2 3 3 3 3 1 2 1 3 4 4 38
18 2 3 4 4 3 3 2 4 2 1 1 3 4 3 39
19 4 4 3 4 4 4 4 4 2 1 1 3 4 3 45
20 4 4 3 3 4 4 4 4 1 1 1 2 4 2 41
21 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 3 4 2 46
22 4 3 3 3 3 4 4 4 2 2 2 3 4 3 44

64
65

23 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 3 3 2 41
24 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 4 3 2 39
25 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 3 3 42
26 3 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 41
27 4 3 3 3 4 3 4 4 3 2 2 4 3 3 45
28 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 41
29 3 4 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 40
30 4 4 3 2 3 4 4 4 3 1 1 3 4 2 42
31 3 3 4 2 4 3 3 4 3 2 1 2 4 3 41
32 2 3 4 4 3 3 4 4 2 1 2 2 3 4 41
33 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 36
34 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 36
35 2 3 4 2 3 3 4 4 2 2 2 4 3 4 42
36 2 3 3 3 4 3 3 4 1 2 2 2 3 2 37
37 3 3 4 2 3 2 3 4 3 1 2 4 4 4 42
38 3 3 3 4 4 3 3 3 1 1 1 3 4 3 39
39 3 2 3 4 3 3 2 3 2 1 1 3 3 3 36
40 4 2 4 4 3 4 2 3 2 1 2 3 4 4 42
41 3 2 4 3 3 3 3 4 2 1 1 4 3 3 39
42 2 2 3 4 3 3 3 3 2 1 2 2 3 4 37
43 3 3 3 2 2 4 4 4 3 2 2 3 3 2 40
44 3 3 3 4 4 3 3 4 2 1 1 2 4 3 40
45 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 1 4 4 2 46
46 3 2 3 3 4 4 4 4 4 1 1 3 4 4 44
47 3 3 3 2 3 3 4 4 4 1 2 3 4 4 43
48 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 39

65
66

49 3 2 3 3 3 3 2 4 3 2 2 3 4 3 40
50 3 3 3 2 4 4 4 4 3 2 2 3 3 3 43
51 3 2 4 3 3 4 4 4 4 1 1 4 4 3 44
52 3 2 3 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 2 35
53 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 37

66
67

Lampiran E.
UJI ASUMSI
E-1 UJI NORMALITAS

67
68

E-1 UJI NORMALITAS


UJI NORMALITAS

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Health Locus Of Kepatuhan
Control Minum Obat
N 53 53
Mean 39.28 3.6981
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 4.396 1.87683
Absolute .210 .190
Most Extreme Differences Positive .193 .119
Negative -.210 -.190
Kolmogorov-Smirnov Z 1.530 1.383
Asymp. Sig. (2-tailed) .019 .044
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Graph

68
69

Graph

69
70

70
71

Lampiran F.
UJI HIPOTESIS

71
72

Uji Hipotesis

Nonparametric Correlations

Correlations
Health Locus Of Kepatuhan
Control Minum Obat
Correlation Coefficient 1.000 .293
Health Locus Of Control Sig. (2-tailed) . .034
N 53 53
Spearman's rho
Correlation Coefficient .293* 1.000
Kepatuhan Minum Obat Sig. (2-tailed) .034
N 53 53
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

72
73

Lampiran G.
SURAT IJIN PENELITIAN

73
74

74
75

Lampiran H
SURAT BUKTI PENELITIAN

75
76

76

Anda mungkin juga menyukai