ATERSIA ANI
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Anak 2
Disusun oleh:
2B-Keperawatan
Kelas 2B Keperawatan
Kelompok 1
Putriana Dewi
Ronengsih
Saprilia Indah
Siti Nurhalimah
Siti Rohmah
Vina Kamarudin
2018/2019
Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A, Kel. Sepanjang Jaya, Rawa Lumbu
KASUS
Pasien lahir 20 jam SMRS di rumah dengan bantuan bidan, bayi lahir cukup bulan,
dengan berat badan 3 Kg. saat lahir pasien langsung menangis saat dilahirkan. Saat
hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan USG dan tidak melakukan
pemeriksaan ke bidan setempat. Saat lahir pasien tidak mengeluarkan meoconium
dan saat diperiksa pasien tidak memiliki anus, kemudia ps juga mengalami perut
kembung, terlihat mengalami sesak napas dan ibu pasien mengatakan anaknya
muntah-muntah pada umur 24-48 jam kelahiran. Factor resoko ibu : keputihan gatal
berbau.
Step 1
1. USG
2. Meconium
Step 2
Step 3
Step 4
Step 5
Step 6
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang
anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam
atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Atresia berasal dari
bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan.
Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya
atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital
disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang
seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa
terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses
penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh
saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya
dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia
terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat
saluran seperti keadaan normalnya.
2. ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu
atau 3 bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
d. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan
sekumpulan gejala mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan
gen dimana terdapat ekstra salinan kromosom 21)
e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
3. PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal
pada kehidupan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik
bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi
kloaka yang merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi
atresia ani karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur
kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan
migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang
keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju
rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia,
sebaliknya feses mengalir ke arah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum
dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak
tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate.
(rektovesika). Pada letak rendah fistula menuju ke uretra (rektourethralis).
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada
fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002).
5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).
6. KLASIFIKASI
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum
dengan anus.
d. Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
a. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik
yang umum dilakukan pada gangguan ini.
b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu
pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan
jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar
pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek
tingkat tinggi.
f. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
1) Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di
daerah tersebut.
2) Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru
lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia
reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara
berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
3) Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan
kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak,
sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan
bayangan udara tertinggi dapat diukur.
8. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen
(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia
12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan
untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot
untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan
ringan di atas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai
lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa
hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran
tersebut dilubangi degan hemostratau skapel
b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3
bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf
Pengajar FKUI. 205)
Kasus 3
Pasien lahir 20 jam SMRS di rumah dengan bantuan bidan, bayi lahir cukup bulan,
dengan berat badan 3 Kg. saat lahir pasien langsung menangis saat dilahirkan. Saat
hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan USG dan tidak melakukan
pemeriksaan ke bidan setempat. Saat lahir pasien tidak mengeluarkan meoconium
dan saat diperiksa pasien tidak memiliki anus, kemudian ps juga mengalami perut
kembung, terlihat mengalami sesak napas, dan ibu pasien mengatakan anaknya
muntah-muntah pada umur 24-48 jam kelahiran. Factor resoko ibu : keputihan gatal
berbau.
I. Data demografi :
1. Biodata
Nama : An. A
Usia : 1 Hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tambun
Suku : Betawi
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Diagnosa medis : Atresia Ani
No. RM : 987
Tanggal masuk : 18-01-2018
Tanggal Pengkajian : 18-01-2018
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. U
Usia : 20 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Ibu
II. Keluhan Utama
Distansi Abdomen
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien menangis kuat, perut kembung disertai mual muntah, sesak nafas dan
klien tidak memiliki lubang anus.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serupa.
V. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan menurun.
VI. Pemeriksaan fisik
1. Kondisi umum klien
composmentis
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 37 ᵒc
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 18x/menit
TD : 110/80 mmHg
BB : 3 kg
3. Kesadaran
Compos mentis.
4. Sistem pernafasan
Klien mengalami sesak nafas.
5. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah klien normal
Denyut nadi normal
6. Sistem Perkemihan
Klien berkemih dengan normal
7. Sistem musculoskeletal
Kepala : bentuk kepala mesosepal
8. Sistem integumen
Kulit : turgor kulit elastis.
VII. Data Fokus
Nama Pasien : An. A
No RM : 981
Dx Medis : Atresia Ani
DS DO
- Ibu mengatakan ibu tidak melakukan - klien tampak menangis kuat.
pemeriksaan usg dan pemeriksaan ke - Klien tidak mengeluarkan
bidan selama kehamilan. meconium.
- Perut klien kembung.
- Ibu mengatakan memiliki factor - Tidak terdapat lubang anus
resiko keputihan gatal berbau. - perut klien kembung dan sesak
nafas.
- ibu pasien mengatakan anaknya
- Klien mengalami mual muntah 24
muntah-muntah pada umur 24-48
jam kelahiran.
jam kelahiran
ANALISA DATA
No.Rm : 981
No.Rm : 981
No.Rm : 981
IMPLEMENTASI
No.Rm : 981
O:
- ibu pasien cemas.
- Ibu pasien tampak lebih bekerjasama
- ibu pasien tida meninggalkan anaknya
dan selalu berada disamping bayinya.
- ibu pasien tampak koperatif
- berkolaborasi dengan dokter untuk
melanjutkan intervensi selanjutnya.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentika intervensi