Anda di halaman 1dari 23

SEVEN JUMP

ATERSIA ANI

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Anak 2

Dosen Pembimbing : Ibu Ns. Nurti Gea. S.Kep.

Disusun oleh:

2B-Keperawatan

Kelas 2B Keperawatan

Kelompok 1

Putriana Dewi

Ronengsih

Saprilia Indah

Siti Nurhalimah

Siti Rohmah

Vina Kamarudin

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes MEDISTRA INDONESIA

2018/2019

Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A, Kel. Sepanjang Jaya, Rawa Lumbu
KASUS

Pasien lahir 20 jam SMRS di rumah dengan bantuan bidan, bayi lahir cukup bulan,
dengan berat badan 3 Kg. saat lahir pasien langsung menangis saat dilahirkan. Saat
hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan USG dan tidak melakukan
pemeriksaan ke bidan setempat. Saat lahir pasien tidak mengeluarkan meoconium
dan saat diperiksa pasien tidak memiliki anus, kemudia ps juga mengalami perut
kembung, terlihat mengalami sesak napas dan ibu pasien mengatakan anaknya
muntah-muntah pada umur 24-48 jam kelahiran. Factor resoko ibu : keputihan gatal
berbau.

Step 1

1. USG
2. Meconium

Step 2

1. USG (Ultrasonografi) adalah teknik menampilkan gambaran atau citra dari


kondisi bagian dlam tubuh.
2. Mekonium adalah istilah medis yang diartikan sebagai tinja pertama bayi.

Step 3

1. Apakah pemeriksaan USG berpengaruh terhadap keadaan bayi setelah


lahir?
2. Kenapa bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan meconium?
3. Kenapa bayi yang tidak memiliki anus megalami perut kembung dan sesak
napas?
4. Apakah ibu yang mengalami keputihan gatal berbau berpengaruh terhadap
bayi?
5. Apakah penyakit ini penyakit kongenital?

Step 4

1. Iya berpengaruh, karna pemeriksaan USG bisa mengetahui keadaan bayi


pada saat didalam kandungan.
2. Karena pada kasus di atas pasien tidak memiliki anus sehingga tidak ada
saluran.
3. Karena adanya tekanan pada abdomen sehingga adanya penumpukan udara
didalam lambung yang menyembabkan kembung dan sesak napas.
4. Iya berpengaruh karena ibu mengalami keputihan yang tidak normal
5. Karna bayi mengalami cacat dari dalam kandungan tidak memiliki anus.

Step 5

Learning Objec : Atresia Ani

Step 6

LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang
anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam
atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Atresia berasal dari
bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan.
Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya
atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital
disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang
seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa
terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses
penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh
saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya
dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia
terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat
saluran seperti keadaan normalnya.

2. ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu
atau 3 bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
d. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan
sekumpulan gejala mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan
gen dimana terdapat ekstra salinan kromosom 21)
e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

3. PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal
pada kehidupan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik
bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi
kloaka yang merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi
atresia ani karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur
kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan
migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang
keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju
rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia,
sebaliknya feses mengalir ke arah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum
dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak
tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate.
(rektovesika). Pada letak rendah fistula menuju ke uretra (rektourethralis).

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada
fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002).

5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).

6. KLASIFIKASI
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum
dengan anus.
d. Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
a. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik
yang umum dilakukan pada gangguan ini.
b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu
pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan
jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar
pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek
tingkat tinggi.
f. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
1) Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di
daerah tersebut.
2) Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru
lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia
reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara
berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
3) Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan
kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak,
sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan
bayangan udara tertinggi dapat diukur.

8. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen
(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia
12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan
untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot
untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan
ringan di atas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai
lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa
hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran
tersebut dilubangi degan hemostratau skapel
b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3
bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf
Pengajar FKUI. 205)
Kasus 3

Pasien lahir 20 jam SMRS di rumah dengan bantuan bidan, bayi lahir cukup bulan,
dengan berat badan 3 Kg. saat lahir pasien langsung menangis saat dilahirkan. Saat
hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan USG dan tidak melakukan
pemeriksaan ke bidan setempat. Saat lahir pasien tidak mengeluarkan meoconium
dan saat diperiksa pasien tidak memiliki anus, kemudian ps juga mengalami perut
kembung, terlihat mengalami sesak napas, dan ibu pasien mengatakan anaknya
muntah-muntah pada umur 24-48 jam kelahiran. Factor resoko ibu : keputihan gatal
berbau.

Asuhan Keperawatan pada klien Atresia Ani

I. Data demografi :
1. Biodata
Nama : An. A
Usia : 1 Hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tambun
Suku : Betawi
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Diagnosa medis : Atresia Ani
No. RM : 987
Tanggal masuk : 18-01-2018
Tanggal Pengkajian : 18-01-2018

2. Penanggung jawab
Nama : Ny. U
Usia : 20 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Ibu
II. Keluhan Utama
Distansi Abdomen
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien menangis kuat, perut kembung disertai mual muntah, sesak nafas dan
klien tidak memiliki lubang anus.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serupa.
V. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan menurun.
VI. Pemeriksaan fisik
1. Kondisi umum klien
composmentis
2. Tanda-tanda vital
 Suhu : 37 ᵒc
 Nadi : 90x/menit
 Pernafasan : 18x/menit
 TD : 110/80 mmHg
 BB : 3 kg
3. Kesadaran
Compos mentis.
4. Sistem pernafasan
Klien mengalami sesak nafas.
5. Sistem kardiovaskuler
 Tekanan darah klien normal
 Denyut nadi normal
6. Sistem Perkemihan
 Klien berkemih dengan normal
7. Sistem musculoskeletal
 Kepala : bentuk kepala mesosepal
8. Sistem integumen
 Kulit : turgor kulit elastis.
VII. Data Fokus
Nama Pasien : An. A
No RM : 981
Dx Medis : Atresia Ani

DS DO
- Ibu mengatakan ibu tidak melakukan - klien tampak menangis kuat.
pemeriksaan usg dan pemeriksaan ke - Klien tidak mengeluarkan
bidan selama kehamilan. meconium.
- Perut klien kembung.
- Ibu mengatakan memiliki factor - Tidak terdapat lubang anus
resiko keputihan gatal berbau. - perut klien kembung dan sesak
nafas.
- ibu pasien mengatakan anaknya
- Klien mengalami mual muntah 24
muntah-muntah pada umur 24-48
jam kelahiran.
jam kelahiran
ANALISA DATA

Nama pasien : An. A

No.Rm : 981

Dx medis : Atresia Ani

No Data Problem Etiologi


1 DS : Pola nafas tidak kerusakan
Ibu mengatakan perut anaknya efektif. inervasi
kembung. diafragma.
DO :
- Anak menangis kuat
- Klien sesak nafas
2 DS : Defisit Nutrisi ketidakmampuan
DO : mengabsorbsi
- Klien mengalami mual muntah nutrient (ASI)
24 jam kelahiran.
3 DS : Ansietas kurang terpapar
- Ibu mengatakan ibu tidak informasi
melakukan pemeriksaan usg
dan pemeriksaan ke bidan
selama kehamilan.
DO :
- Klien tidak mengeluarkan
meconium dalam 24 jam.
- Tidak terdapat lubang anus.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : An. A

No.Rm : 981

Dx medis : Atresia Ani

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal


ditemukan teratasi
1 Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan 18-01-2018
inervasi diafragma.
2 Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan 18-01-2018
mengabsorbsi nutrient (ASI)
3 Ansietas b.d kurang terpapar 18-01-2018
informasi
INTERVENSI

Nama pasien : An. A

No.Rm : 981

Dx medis : Atresia Ani

NO Dx.Kep Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Identifikasi kebutuhan 1. Untuk
efektif b.d tindakan actual/potensial ps mengetahui
kerusakan inervasi keperawatan selama untuk memasukan alat kebutuhan
diafragma. 2x24 jam diharapkan membuka jalan napas. pernapasan
pola nafas pasien pasien.
dapat tekontrol
teratasi dengan KH : 2. Masukan alat 2. Untuk
1. Frekuensi napas nasophyngeal airway melancarkan
normal. (NPA) atau jalan
2. Irama napas orophayngel airway pernapasan
teratur. (OPA) sebagaimana pasien
3. Kepatenan jalan mestinya.
napas normal.
3. Agar
3. Kelola pengobatan
kebutuhan
aerosol, sebagaimana
oksigen
mestinya.
pasien
terpenuhi

4. Monitor status 4. Agar


pernapasan dan terkontrol
oksigenisasi pemenuhan
sebagaimana mestinya. oksigen
pasien.
5. Kolaborasi dengan 5. Untuk
dokter dan tenaga mengetahui
kesehatan lainnya. tindakan yang
akan diakukan
selanjutnya.
6. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Agar tidak ada
ketidakmampuan tindakan mengenai manfaat kesalahan
mengabsorbsi keperawatan selama kegiatan menyusui bayi dalam
nutrient (ASI) 2x24 jam diharapkan fisilogis maupun prosedur
nutrisi pasien dapat psikologis. pemerian asi
tekontrol teratasi kepada bayi
dengan KH : 2. Diskusikan cara untuk 2. Agar tidak ada
1. Intake cairan mempasilitasi kesalahan
lewat mulut perpindahan ASI ( mis, dalam
(ASI). terknik relaksasi, melakukan
2. Cairan pijatan payudara dan tindakan
terpenuhi lingkungan yang mempasilitasi
3. Perbandingan tenang). perpindahan
berat klien asi.
dalam batas
3. Monitor kemampuan
normal 3. Agar terpenuhi
bayi untuk menghisap.
kebutuhan asi
pada bayi.
4. Informasikan mengenai
4. Supaya ibu
perbedaan antara
tetap
hisapan yang
memperhatika
memberikan nutrisi dan
n bagaimana
yang tidak memberikan
cara hisapan
nutrisi.
bayi supaya
nutrinya
terpenuhi.
5. Kolaborasi dengan 5. Untuk
dokter dan tenaga mengetahui
kesehatan lainnya, tindakan yang
akan diakukan
selanjutnya.
7. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan 1. Identifikasi pada saat 1. Untuk
terpapar informasi. tindakan terjadi perubahan mengetahui
keperawatan selama tingkat kecemasan. sejauh mana
2x24 jam diharapkan ibu ataupun
kecemasan ibu dapat pasien
tekontrol teratasi mengalami
dengan KH : kecemasan.
1. Perasaan 2. Berada di sisi ps untuk 2. Agar pasien
gelisah meningkatkan rasa merasa aman
berkurang. aman dan mengurangi dan tenang
2. Tidak ketakutan. berada di
mengalami bawah
kesulitan lindungan
dalam orang yang
menyeleaikan mengasihi dan
masalah. menyayanginy
a.
3. Dorong keluarga untuk 3. Agar ibu dan
mendampingi ps dg klien merasa
cara yang tepat. nyaman.

4. Berikan informasi 4. Agar ibu klien


factual terkait mengerti dan
diagnosis, terkait mengetahui
pengobatan dan mengenai
prognosis. diagnosis,
pengobatan
dan prognosis.
5. Kolaborasi dengan
5. Untuk
dokter.
mengetahui
intervensi
selanjutnya.

IMPLEMENTASI

Nama pasien : An. A

No.Rm : 981

Dx medis : Atresia Ani

Tanggal Dx.Kep Implementasi Respon klien TTD


dan
Jam
1. Pola nafas tidak 1. Mengidentifikasi 1. S : ibu pasien
efektif b.d kebutuhan mengatakan
kerusakan actual/potensial ps bayinya sesak
inervasi untuk memasukan alat napas
diafragma. membuka jalan napas O : pasien
tampak sesak
napas
2. Memasukan alat 2. S : ibu pasien
nasophyngeal airway mengatakan
(NPA) atau bayinya tidak
orophayngel airway sesak napas lagi
(OPA) sebagaimana O : pasien
mestinya. tampak tenang.
3. mengelola pengobatan 3. S : ibu pasien
aerosol, sebagaimana mengatakan
mestinya bayinya dapat
menerima
pengobatan
aerosol
O : pasien
tampak lebih
tenang
4. Memonitor status 4. S : ibu pasien
pernapasan dan mengatakan
oksigenisasi pernapasan
sebagaimana mestinya bayinya normal
O : pernapasan
pasien normal.
5. mengkolaborasi 5. S : -
dengan dokter dan O:
tenaga kesehatan berkolaborasi
lainnya. dengan dokter
untuk
melanjutkan
intervensi
selanjutnya.
2. Defisit Nutrisi 1. Memberikan 1. S : ibu pasien
b.d informasi mengenai mengatakan
ketidakmampuan manfaat kegiatan sudah
mengabsorbsi menyusui bayi mengetahui
nutrient (ASI) fisilogis maupun mengenai
psikologis. manfaat
menyusui bayi
O : ibu pasien
tampak sudah
paham
mengenai
informasi yang
sudah
disampaikan
tentang manfaat
menyusui bayi.

2. mendiskusikan cara 2. S : ibu pasien


untuk mempasilitasi mengatakan
perpindahan ASI ( setuju terhadap
mis, terknik relaksasi, saran yang
pijatan payudara dan diberikan oleh
lingkungan yang perawat
tenang). terhadapa
pemebrian asi
O : ibu pasien
tampak setuju
3. Memonitor 3. S: ibu
kemampuan bayi mengatakan
untuk menghisap. bayinya sudah
mulai bisa
menghisap
puting susunya.
O : ibu tampak
senang.
4. Menginformasikan 4. S: Ibu
mengenai perbedaan mengatakan
antara hisapan yang sangat terbantu
memberikan nutrisi atas informasi
dan yang tidak yang di berikan.
memberikan nutrisi.
O : Ibu tampak
paham dan
melakukan
pemberian asi.
5. Berkolaborasi dengan 5. S : -
dokter atau tim O:
kesehatan lainnya. berkolaborasi
dengan dokter
untuk
melanjutkan
intervensi
selanjutnya.
6. Ansietas b.d 1. Mengidentifikasi 1. S : ibu pasien
kurang terpapar pada saat terjadi mengatakan
informasi perubahan tingkat takut dan cemas
kecemasan. terhadap
keadaan bayinya
O : ibu pasien
tampak cemas.
2. Berada di sisi ps 2. S : ibu pasien
untuk meningkatkan mengatakan
rasa aman dan sudah lebih
mengurangi tenang dan tidak
ketakutan ketakutan
O : Ibu pasien
tampak lebih
bekerjasama
3. Mendorong keluarga 3. S : ibu pasien
untuk mendampingi mengatakan
ps dg cara yang tepat ingin selalu
berada dekat
bayinya
O : ibu pasien tida
meninggalkan
anaknya dan
selalu berada
disamping
bayinya.
4. memberikan 4. S : ibu pasien
informasi factual mengerti tentang
terkait diagnosis, penyakit yang
terkait pengobatan dialami anaknya
dan prognosis. O : ibu pasien
tampak
koperatif.
5. Berolaborasi dengan 5. S : -
dokter dan tenaga O: berkolaborasi
kesehatan lainnya dengan dokter
untuk
melanjutkan
intervensi
selanjutnya.
EVALUASI

Nama pasien : An. A


No.Rm : 981
Dx medis : Atresia Ani

Hari dan Dx. Evaluasi TTD


Tanggal Kep
1. S:
- ibu pasien mengatakan bayinya sesak
napas
- ibu pasien mengatakan bayinya tidak
sesak napas lagi
- ibu pasien mengatakan bayinya dapat
menerima pengobatan aerosol
- ibu pasien mengatakan pernapasan
bayinya normal
O:
- pasien tampak sesak napas
- pasien tampak tenang
- pernapasan pasien normal
- berkolaborasi dengan dokter untuk
melanjutkan intervensi selanjutnya.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentika intervensi
2. S:
- ibu pasien mengatakan sudah
mengetahui mengenai manfaat
menyusui bayi
- ibu pasien mengatakan setuju
terhadap saran yang diberikan oleh
perawat terhadapa pemebrian asi
- ibu mengatakan bayinya sudah mulai
bisa menghisap puting susunya.
- Ibu mengatakan sangat terbantu atas
informasi yang di berikan.
O:
- ibu pasien sudah paham mengenai
informasi yang sudah disampaikan
tentang manfaat menyusui bayi.
- ibu pasien setuju
- ibu tampak senang.
- berkolaborasi dengan dokter untuk
melanjutkan intervensi selanjutnya.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentika intervensi
3 S:
- ibu pasien mengatakan takut dan cemas
terhadap keadaan bayinya
- ibu pasien mengatakan sudah lebih
tenang dan tidak ketakutan
- ibu pasien mengatakan ingin selalu
berada dekat bayinya
- ibu pasien mengerti tentang penyakit
yang dialami anaknya

O:
- ibu pasien cemas.
- Ibu pasien tampak lebih bekerjasama
- ibu pasien tida meninggalkan anaknya
dan selalu berada disamping bayinya.
- ibu pasien tampak koperatif
- berkolaborasi dengan dokter untuk
melanjutkan intervensi selanjutnya.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentika intervensi

Anda mungkin juga menyukai