Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DALAM

PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN DAN NUTRISI PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS DR.R.
HARDJANTO BALIKPAPAN

SKRIPSI

Oleh:

NURMAYA SARI

NIM 15034067501

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2017

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DALAM


PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN DAN NUTRISI PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS DR.R.
HARDJANTO BALIKPAPAN

SKRIPSI

Disusun Oleh

NURMAYA SARI

NIM 15034067501

Skripsi Ini Telah Disetujui

Tanggal 20 Juli 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Sholichin, S.Kp, M.Kep Ns. Annisa Ain, S.Kep

NIK. 3409047001 NIK. 1130729014057

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Rusdi, S.Kep, M.Kep

NIK. 1130728613071

vii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurmaya Sari

NIM : 15034067501

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wiyata Husada


Samarinda

Judul Laporan Tugas Akhir : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam
Pembatasan Asupan Cairan Dan Nutrisi Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rs
Dr.R. Hardjanto Balikpapan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Samarinda, 9 April 2017

Yang membuat pernyataan

Nurmaya Sari

NIM. 15034067501

vii
ABSTRAK

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Dalam Pembatasan Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien gagal
ginjal kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di
Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan

Nurmaya sari1, Solichin2, Anisa Ain3

Latar belakang : Pasien gagal ginjal kronik yang secara rutin menjalani hemodialisa biasanya
mengalami kelebihan volume cairan karena penurunan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan.
Salah satu penyebab kematian pada pasien GGK dengan hemodialisa adalah karena masalah
asupan nutrisi dan cairan yang tidak terkontrol, Fakta ini diharapkan dapat dicegah dengan
melibatkan dukungan keluarga dalam kepatuhan pasien dalam pembatasan asupan cairan. dan
nutrisi.
Tujuan : Dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan pasien gagal ginjal dalam pembatasan nutrisi pada pasien penyakit ginjal kronis
dengan hemodialisis, dan untuk mengetahui hubungan antara sistem pendukung kepatuhan dalam
membatasi asupan cairan dan nutrisi pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hemodialisis.
Metode : Rancangan penelitian ini adalah cross sectional correlation. Total sampel adalah 41
orang yang diambil dengan menggunakan teknik sampling total sampling sesuai dengan kriteria
inklusi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan 29 pertanyaan.
Hasil penelitian : Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Dalam Pembatasan Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien CKD Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan (p value 0,796).
Pembahasan : Menurut hasil penelitian ini diharapkan bisa lebih diperhatikan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pembatasan asupan cairan dan nutrisi pada pasien
gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, misal dari motivasi intrinsik dari pasien tersebut.

Kata kunci: penyakit ginjal kronis, hemodialisis, dukungan keluarga, kepatuhan

1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
2
Dosen, Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi Samarinda
3
Dosen, Sekolah Kesehatan Wiyata Husada Samarinda

vii
ABSTRACT

Relation of Family Support With Compliance In Fluid and Nutrition


Restriction In CKD Patients Who Underwent Hemodialysis Therapy In The
Hospital. R. Hardjanto Balikpapan

Nurmaya sari1, Solichin2, Anisa Ain3

Background : Patients with chronic renal failure who regularly undergo hemodialysis usually
experience excess fluid volume due to decreased renal function in removing fluids. One of the
causes of death in patients with hemodialysis CKG is due to uncontrolled nutritional and fluid
intake problems. This fact is expected to be prevented by involving family support in patient
compliance with the limitation of fluid and nutritional intake.

Aim : The purpose of this study was to investigate the relationship of family support to the
adherence of renal failure patients in nutritional restriction in patients with chronic kidney disease
with hemodialysis, and to determine the relationship between adherence support systems in
limiting fluid intake and nutrition in patients with chronic kidney disease with hemodialysis.

Method. : The design of this research is cross sectional correlation. The total sample was 41
people taken using total sampling sampling technique according to inclusion criteria. Data were
collected using questionnaires with 29 questions.

Research result : Data were analyzed by univariate and bivariate analysis with Chi-Square test.
The results showed that there was no relationship between Family Support Relation With
Compliance In Limit Of Fluid And Nutrition In CKD Patients Who Underwent Hemodialysis Therapy
In Hospital Dr. R. Hardjanto Balikpapan (p value 0,796).

Discussion : According to the results of this study, it is hoped that other factors that will influence
the adherence to fluid and nutrient intake restrictions in patients with renal failure who undergo
hemodialysis therapy, eg from the intrinsic motivation of the patient.

Key words: chronic kidney disease, hemodialysis, family support, compliance

1
Nursing Studies Program, Wiyata Husada Samarinda Health School Of
Samarinda
2
Lecturer, Nursery Academy of Samarinda Province Governmentrsing
3
Lecturer, Wiyata Husada Samarinda Health School

vii
56

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Berkat Rahmat dan
Bimbingannya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada peneliti sehingga
bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rs Dr.R. Hardjanto Balikpapan. skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep) pada
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wiyata Husada Samarinda.

Dalam menyusun skripsi ini peneliti mendapatkan dukungan dan arahan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terimakasih yang tak terhingga, khususnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Mujito Hadi, MM selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda


2. Bapak Edy Mulyono, Ns., S.Pd., S.Kep., M.Kep., selaku Ketua STIKES Wiyata
Husada Samarinda
3. Bapak Rusdi, Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda
4. Bapak Sholichin, S.Kp., M.Kep., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan masukan dan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Annisa Ain, Ns., S.Kep., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
masukan dan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
7. Segenap Staf Pengajar Program Studi S.1 Keperawatan STIKES Wiyata Husada
Samarinda, yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti.
8. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan yang telah
banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan
skripsi ini.
9. Teruntuk Orang tuaku Ibunda Rodjiati dan suamiku Irawan Dendik A.S yang
senantiasa selalu memberikan dukungan baik materil maupun spiritual serta doa
yang selalu mengiringi di setiap langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan
pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
10. Kepada senior dan teman seruangan hemodialisa (Abang Khairil, mba Dewi, mba
Kristine, mas Rahmat, mba Ikha dan Yuli ) yang telah memberikan semangat,
dukungan, serta tempat berkeluh kesah dalam penyusunan skripsi ini.

vii
57

10. Teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan, dan
kebersamaan yang telah terjalin begitu indah dan tak terlupakan.
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf atas
segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga Allah
SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu
menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.

Samarinda, 9 April 2017

Peneliti

HaL

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vii

vii
HALAMAN DAFTAR ISI
LEMBARJUDUL.........................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................
58

ABSTRAK ..................................................................................................... viii


DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.............................................................................. 5
2. Tujuan Khusus............ 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6
E. Penelitian terkait.............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keluarga................................. 8
B. Dukungan Keluarga......................................................................... 11
C. Konsep Kepatuhan.......................................................................... 17
D. Konsep Hemodialisis...................................................................... 22
E. Kerangka Teori ............................................................................... 23
F. Kerangka Konsep............................................................................ 24
G. Hipotesis ......................................................................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................... 26


B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 26
C. Populasi dan Sampel....................................................................... 26
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................. 28
E. Sumber Data dan Instrumen Penelitian........................................... 29
F. Uji Validitas dan Reabilitas............................................................... 31
G. Analisa Data .................................................................................... 33
H. Etika Penelitian................................................................................ 36
I. Alur Penelitian................................................................................. 38

vii
59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden.............................................................. 39
2. Uji Univariat................. 41
3. Uji Bivariat.................................................................................... 42
B. Pembahasan
1. Uji Homogenitas.......................................................................... 44
2. Uji Univariat................. 46
3. Uji Bivariat.................................................................................... 49
C. Kelemahan Dan Kesulitan Penelitian
1. Kelemahan dalam Penelitian........................................................ 53
2. Kesulitan dalam Penelitian .............. 53

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan................................................................................... 54
2. Saran ................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA .................. 56


LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 29

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur..................... 40

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..... 41

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan tingkat Pendidikan.................. 41

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga................ 42

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pasien................. 42

vii
60

Tabel 4.6. Uji Normalitas Data Dengan Menggunakan Uji Shapiro-Wilk......... 43

Tabel 4.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien........... 44

DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 2.1. Kerangka Teori .......................................................................... 24

Skema 2.2. Kerangka Konsep ....................................................................... 25

Skema 3.1. Alur Penelitian............................................................................. 39

vii
61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner Dukungan Keluarga

Lampiran 4. Kuesioner Kepatuhan Pasien gagal ginjal kronik dalam pembatasan cairan
dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 6. Surat Jawaban Permohonan Penelitian

Lampiran 7. Jadwal Penelitian

Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas Reliabilitas

vii
62

Lampiran 9. Surat Jawaban Permohonan Uji Validitas Reliabilitas

Lampiran 10. Data SPSS Penelitian

`BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi
selama 3 bulan atau lebih, yang didefinisikan sebagai abnormalitas struktur atau
fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang
bermanifestasi sebagai kelainan patologis atau kerusakan ginjal; termasuk
ketidakseimbangan komposisi zat di dalam darah atau urin serta ada atau tidaknya
gangguan hasil pemeriksaan pencitraan (Dep-Kes RI 2008). LFG yang kurang dari
60ml/menit/1,73 m lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Dep-Kes RI
2008). Penyakit ini disebut CKD stadium 5 dan juga disebut penyakit ginjal stadium akhir
(End State Renal Disease [ESRD]), ESRD ditunjukkan dengan ketidakmampuan ginjal
dalam mempertahankan homeostatis tubuh (Ignatavicius & Workman, 2006). Pasien
CKD dapat mempertahankan hidup sampai beberapa tahun dengan menggunakan
terapi pengganti ginjal. Salah satu terapi pengganti adalah Hemodialisis (HD) yang

vii
63

bertujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan


hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik (Black dan
Hawks, 2014).
Penyakit gagal ginjal kronik adalah masalah kesehatan yang tumbuh dengan cepat.
11% populasi penduduk Amerika Serikat (AS) atau 19,2 juta orang diperkirakan
mengidap CKD. Insiden ESRD atau CKD stadium 5 sangat beragam bergantung
keadaan dan negara. Di Amerika Serikat, insidennya adalah 338 kasus baru per satu
juta orang. Menurut US Renal Data System (Sistem Data Ginjal AS), pada akhir 2003
total 441.051 orang dirawat dengan ESRD. Kira-kira 28% melakukan transplantasi, 66%
menerima hemodialisis, dan 5% menjalani dialisis peritoneal. The Centers for Disease
Control and Prevention di Atlanta baru-baru ini telah membangun program penyakit
ginjal kronis untuk meningkatkan pengawasan dan program pencegahan CKD pada
tingkat federal dan negara (Black dan Hawks, 2014).
Sedangkan menurut Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) di Indonesia
jumlah penderita CKD baru dan aktif di Indonesia pada tahun 2014 meningkat yaitu
pasien baru sebanyak 17.193 orang dan pasien aktif sebanyak 11.689 orang. Diagnosis
penyakit utama pasien hemodialisa baru dari data unit hemodialisa yang terkirim adalah
gagal ginjal akut atau ARF sebanyak 9%, dan gagal ginjal terminal atau ESRD
sebanyak 84%, hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) menyebutkan tiga
provinsi dengan kasus CKD tertinggi di Indonesia adalah provinsi Sulawesi Tengah,
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sedangkan penderita gagal ginjal di pulau Kalimantan
sendiri terdata 385 pasien aktif CKD yang menjalani terapi hemodialisa (Indonesia
Renal Registry, 2014).
Pada penyakit gagal ginjal kronik (CKD), Renal Replacement Therapy diperlukan
untuk memperpanjang hidup (Barnet et all, 2007 dalam Sulistyaningsih, 2012). Terapi
pengganti ginjal dapat berupa hemodialisa, peritoneal dialysis dan transplantasi ginjal.
Hemodialisis digunakan bagi klien ARF atau gagal ginjal kronik yang sudah tidak dapat
diperbaiki dan terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Hemodialisis dilakukan
dengan mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal buatan (Dialiser) yang terdiri dari dua
kompartemen yang terpisah. Hemodialisa tidak hanya untuk memperpanjang hidup
akan tetapi juga mengembalikan kualitas hidup dengan meningkatkan kemandirian
pasien. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian.
Namun demikian hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal.
Pasien akan tetap mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi serta adanya
berbagai perubahan pada bentuk dan fungsi sistem dalam tubuh (Smeltzer dan Bare,
2008; Knap, 2005 dalam Sulistyaningsih, 2012).

vii
64

Tindakan terapi hemodialisa pada penyakit gagal kronik akan memerlukan waktu
yang panjang yang tentunya harus ditentukan oleh banyak faktor untuk mencapai
kualitas yang optimal. Di Amerika dan Afrika kualitas hidup pasien gagal ginjal akan baik
dan efektif jika pemenuhan kepatuhan dialisis terjamin. Kepatuhan sangat diperlukan
dalam keberhasilan pengobatan pada penyakit gagal ginjal (Am J Kidney Dis, 2010).
Menurut jurnal keperawatan Soedirman tahun 2009 bahwa pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis rutin di RSU Panti Rapih 64,29%, penderita gagal ginjal
kronik tidah patuh dalam mengurangi asupan cairan (Ikaristi, 2009). Beberapa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan terhadap terapi hemodialisa adalah; pengetahuan,
tingkat ekonomi, sikap, usia, jarak, nilai dan keyakinan, derajat penyakit, dan yang lebih
penting adalah dukungan sosial keluarga (Pitda- IPDI, 2010). Nilai-nilai dan keyakinan
individu dalam mengambil suatu keputusan dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan
yang optimal melalui terapi hemodialisis merupakan keyakinan dasar yang digunakan
oleh individu tersebut untuk memotivasi dirinya selama menjalani terapi. Menurut
penelitian Departements of Medicine and psychology (Joann Spinale, Scott D. Cohen et
al, 2008), bahwa tingkat spiritual dan dukungan sosial keluarga sangat berpengaruh
pada bertahan hidupnya pasien gagal ginjal kronik.
Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi
sakitnya dan gangguan dalam hidupnya. Seorang pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani cuci darah (Hemodialisa) dalam kurun waktu yang lama tentu membutuhkan
dukungan sosial keluarga. Mereka biasanya menghadapi masalah finansial, kesulitan
dalam mempertahankan pekerjaannya, dorongan seksual yang menghilang/impotensi,
depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Gaya hidup
terencana yang berhubungan dengan terapi dialisis dan pembatasan asupan makanan
serta cairan sering menghilangkan semangat hidup pasien dan keluarganya. Sulit bagi
pasien, pasangan dan keluarganya untuk mengungkapkan rasa marah serta perasaan
negatif. Keadaan ini mengarahkan pasien dan keluarganya kepada sumber-sumber
yang ada untuk mendapatkan bantuan serta dukungan.
Dukungan sosial adalah sumber daya sosial dalam menghadapi suatu peristiwa
yang menekan dan perilaku menolong yang diberikan pada individu yang membutuhkan
dukungan. Dukungan keluarga yang dirasakan oleh individu dalam kehidupannya
membuat ia merasa dicintai, dihargai, dan diakui serta membuat dirinya lebih berarti dan
dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya. Dukungan sosial keluarga dapat
berbentuk dukungan material, harga diri, emosional maupun informasional. Dukungan
sosial sangat berpengaruh pada pasien gagal ginjal kronik untuk bertahan hidup
(Vittinghoff and McCulloch, 2007).

vii
65

Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan merupakan rumah sakit milik TNI AD
yang berlokasi di tengah pusat kota Balikpapan, dengan tipe RS kelas B. Rumah Sakit
Dr. R. Hardjanto Balikpapan mempunyai ruang khusus hemodialisa yang melayani
pasien hemodialisa dengan menyediakan 11 unit mesin hemodialisa. 10 mesin untuk
pasien rutin, dan satu mesin untuk pasien yang mengidap penyakit hepatitis C. Jumlah
pasien hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan saat ini mencapai 41
orang. Setiap hari kegiatan hemodialisa dilakukan dalam dua shift, pagi dan siang.
Ruang hemodialisa Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan melayani pasien umum,
BPJS, kerjasama perusahaan dan asuransi. (Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan,
2017).
Data Rekam Medik di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan pada tahun 2015
didapatkan jumlah pasien yang menjalani hemodialisa rata rata dalam satu bulannya
yaitu 31 pasien dengan 166 kunjungan, dan pada tahun 2016 rata-rata jumlah pasien
yaitu 37 pasien dengan 271 kunjungan, data terakhir bulan januari 2017 menunjukkan
jumlah pasien meningkat 42 pasien dengan 301 kunjungan setiap bulannya dengan
frekuensi terapi setiap pasien berbeda, ada yang menjalani 1 kali dalam seminggu, ada
yang rutin 2 kali seminggu dan ada pula yang 3 kali dalam seminggu sesuai anjuran
dokter.
Berdasarkan observasi dan wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
pada bulan Januari sampai Februari 2017 di ruang hemodialisa Rumah Sakit Dr. R.
Hardjanto Balikpapan diperoleh informasi dari 16 orang pasien terdapat 10 pasien yang
kurang mematuhi pembatasan asupan cairan dan nutrisi oleh karena kurang mendapat
motivasi dari keluarga serta tidak ada yg melarang/membatasi pasien makan dan minum
selama di rumah. 6 pasien lainnya mengatakan dukungan keluarga hanya terbatas
pada dukungan dana saja namun secara moril dan mental mereka tidak pernah merasa
mendapatkan dukungan dari keluarganya. Bila kepatuhan dalam pembatasan cairan
dan pengaturan nutrisi diabaikan dapat menyebabkan pasien sering merasa sesak dan
fungsi ginjal menurun.
Pengaturan nutrisi dan cairan yang tidak dipatuhi membuat fungsi ginjal menurun
sehingga frekuensi menjalani hemodialisa menjadi meningkat. Peningkatan frekuensi
menjalani hemodialisa tentunya menambah biaya dan waktu serta dapat meningkatkan
stress baik bagi pasien keluarga dan menimbulkan permasalahan buat pemerintah.
Dukungan Sosial keluarga sangat berpengaruh pada tingkat kepatuhan seseorang
dalam menjalani terapi hemodialisa. Dukungan keluarga diharapkan dapat membuat
pasien patuh terhadap pembatasan asupan cairan dan nutrisi dapat berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian tentang pola komposisi dan jumlah asupan nutrisi dan
cairan bagi pasien. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

vii
66

penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan dalam


Pembatasan Asupan Cairan Dan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Terapi Hemodialisa di Di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan dalam Pembatasan Asupan
Cairan dan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa
di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan


keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi pada
pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R.
Hardjanto Balikpapan
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya karakteristik responden yang menjalani terapi hemodialisa di
Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan
b. Teridentifikasinya dukungan keluarga pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan
c. Teridentifikasinya kepatuhan dalam pembatasan cairan dan nutrisi pada pasien
Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R.
Hardjanto Balikpapan
d. Menganalisa antara dukungan keluarga dan kepatuhan dalam pembatasan
asupan cairan dan nutrisi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto Balikpapan.

D. Manfaat Penulisan

1. Ilmu Keperawatan
Menambah informasi terutama dalam ilmu keperawatan yang terkait dengan
munculnya masalah kesehatan, terutama pada kepatuhan pasien gagal ginjal Kronik
dengan pembatasan asupan cairan dan nutrisi di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto
Balikpapan.

vii
67

2. Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bentuk dukungan keluarga
yang berhubungan dengan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik terhadap
pembatasan asupan cairan dan nutrisi, sebagai masukan bagi dunia keperawatan
dalam keperawatan hemodialisa.
3. Institusi
Sebagai informasi tambahan agar dapat digunakan sebagai sumber informasi
ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.
4. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan terkait
dengan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
5. Peneliti
Memperoleh pengalaman baru dalam melakukan penelitian khususnya tentang
bentuk dukungan keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan pasien gagal
ginjal kronik dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi bagi pasien yang
menjalani terapi hemodialisa.
6. Penelitian selanjutnya.
Hasil penelitian ini berguna dalam menambah pengalaman peneliti dan dapat
dijadikan sebagai sumber informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai bentuk
dukungan keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap asupan cairan
dan nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

E. Penelitian terkait
Dari penelusuran peneliti mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap
kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit, Adapun beberapa penelitian yang
sudah diteliti yang hampir sama, antara lain :
1. Yemima G.V Wurara, Esrom Kanine, Ferdinand Wowiling (2013), meneliti
Mekanisme Koping pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisis di Rumah Sakit Prof.Dr.R.D Kandou Manado. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

vii
68

responden yang menggunakan koping adaptif 27 orang (45,5%), sedangkan yang


menggunakan koping maladaptif 32 orang (54,2%). Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis
lebih banyak menggunakan mekanisme koping maladaptif. Persamaan penelitian
Yemima, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah jenis penelitian (deskriptif).
Perbedaan penelitian Yemima, dkk dengan penelitian yang diteliti adalah variabel
bebas (mekanisme koping), metode penelitian (aksidental sampling), lokasi
penelitian, waktu penelitian dan subjek penelitian.
2. Vinami Yulian (2008) dengan penelitiannya yang berjudul hubungan antara suport
sistem keluarga dengan kepatuhan berobat klien rawat jalan di rumah sakit jiwa
daerah surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
desain corelational, bersifat deskriptif, dengan pendekatan cross sectional dan
retrospective. Hasil penelitian Berdasarkan hasil uji kendalls tau dengan derajat
kemaknaan p<0,05 disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara suport sistem
keluarga dengan kepatuhan berobat klien rawat jalan di RS Jiwa Daerah Surakarta
dengan korelasi sedang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga
Pengertian Keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini
bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan seseorang dalam
mendefinisikan. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental
dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang
reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk

vii
69

mencapai tujuan umum (Duval, 1972 dalam Ali, 2009). Menurut Friedman (2010)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan atau
tidak adanya ikatan perkawinan darah atau adopsi dan anggota keluarga saling
berinteraksi dan berkomunikasi serta memiliki peran masing-masing dalam
keluarga. Menurut Friedman (1998) dalam Rini, Rahmalia dan Dewi (2012)
menyatakan bahwa ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika pasien
menghadapi masalah, hal ini dikarenakan keluarga adalah orang yang peling dekat
hubungannya dengan pasien. Keluarga menempati posisi diantara individu dan
masyarakat, oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam
mendukung kepatuhan pasien CKD dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi.

2. Fungsi Keluarga
Friedman (2010) menjelaskan bahwa fungsi dasar keluarga adalah untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarganya dan masyarakat yang lebih luas,
terdapat lima fungsi keluarga yang harus dijalankan dalam suatu keluarga untuk
menciptakan keluarga yang harmonis yaitu :
a. Fungsi Efektif adalah fungsi keluarga yang berhubungan dengan fungsi internal
keluarga dalam memberikan perlindungan psikososial dan dukungan terhadap
anggota keluarga. Keluarga sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan
dan sumber dukungan primer. Satir (1972, dalam friedman 2010) menjelaskan
bahwa fungsi afektif keluarga merupakan aspek dasar dalam pembentukan dan
tercapainya keharmonisan keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi adalah keluarga berfungsi memberikan pengalaman belajar
pada anggota keluarga. Pengalaman ini ditujukan untuk mengajarkan pada anak
bagaimana mengemban peran sebagai orang dewasa di dalam masyarakat,
sebelum anak keluar dari rumah untuk hidup mandiri dimasyarakat.keluarga
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu fungsi keluarga dalam menjaga dan merawat
kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktifitas yang tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.
d. Fungsi Ekonomi keluarga berfungsi sebagai pencari sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagai tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Keluarga sebagai tepat perencana akan kebutuhan
dimasa yang akan datang melalui menabung.

vii
70

e. Fungsi Reproduksi yaitu keluarga bertugas meneruskan keturunan, memelihara


dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta menjaga
kelangsungan hidup keluarga.

2.1 Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan (Friedman, 2010) yang
meliputi :
a. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialamai
anggota keluarga. Perubahan sekecil apupun yang alami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orangtua atau keluarga. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang
mempunyai kemapuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan
tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keuarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga
telah memiliki kemapuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Mengetahui kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, yang perlu
dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang dimiliki
keluarga dalam memodifikasi lingkungan khususnya dalam merawat keluarag

vii
71

yang terdiagnosa CKD, kemampuan keluarga dalam memanfaatkan lingkungan


asertif.
e. Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang berada di masyarakat, yang perlu dikaji pengetahuan keluarga tentang
fasilitas keberadaan pelayanan kesehatan dalam perawatan pasien yang
terdiagnosa CKD. Pemahaman keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan
yang berada dimasyarakat, tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, apakah kelurga dapat menjangkau
pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat.

2.2 Dukungan Keluarga


Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu
bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (cohen
& Sme, 1998: 241 dalam Harnilawati,2013). Dukungan sosial keluarga adalah
sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial
(friedman, 1998 dalam harnilawati, 2013).
Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Studi-studi tentang dukungan
keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagi koping keluarga, baik
dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat
bermanfaat. Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan,
tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat
ibadah dan praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga internal antara lain
dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung dari anak (friedman, 1998:
196 dalam harnilawati, 2013).
Dalam hal ini keluarga berpengaruh dalam menyelsaikan masalah kehidupan,
nilai kesehatan individu dan menentukan program pengobatan yang mereka terima.
Sumber dukungan yang ada dapat dilakukan oleh keluarga dengan cara mengenal
adanya gangguan kesehatan sedini mungkin seperti pada saat anggota keluarga
yang menderita penyakit. Individu yang memiliki dukungan keluarga yang lebih
kecil, lebih memungkinkan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah dan penilaian negatif terhadap masalah, sehingga merasa terbebani.
Keuntungan individu yang memperoleh dukungan keluarga yang tinggi akan

vii
72

menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa
yang akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan
memiliki sistem yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang lebih rendah,
mempertinggi interpersonal skill (keterampilan interpersonal), memiliki kemampuan
untuk mencapai apa yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk
beradaptasi. Keluarga dapat saling membantu untuk memberikan perawatan.
Dukungan keluarga menurut friedmann (2010) menerangkan bahwa keluarga
memiliki empat fungsi dukungan keluarga, yaitu sebagai berikut :
a. Dukungan Informasional
Menurut Hause dan Newman (1997, dalam Friedman, 2010) dukungan
informasional adalah dukungan dalam bentuk komunikasi tentang opini atau
kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya
nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadikan individu lebih mampu
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dukungan informasi keluarga
merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam
bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan, dan
memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan keluarga
dalam upaya meningkatkan satatus kesehatannya, manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbang aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-
aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk dan pemberian
informasi. Untuk pasien gagal ginjal kronik diberikan informasi oleh
keluarganya tentang : penyakit gagal ginjal kronik serta penanganannya
dalam meningkatkan kualitas hidup dengan mematuhi pembatasan asupan
cairan dan nutrisi.
b. Dukungan Emosional
Dukungan emosional merupakan bantuan emosional, pernyataan tentang
cinta, perhatian, penghargaan, dan simpati dan menjadi bagian dari kelompok
yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya
disebabkan oleh stress. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi. Diantaranya
menjaga hubungan emosional, meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk kasih sayang, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan. Dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga yang
harus diterapkan kepada seluruh anggota keluarga termasuk anggota keluarga
yang terdiagnosa gagal ginjal kronik. Fungsi afektif merupakan fungsi internal
keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan

vii
73

saling mendukung dan menghargai antar anggota keluarga. Bentuk dukungan


atau bantuan yang dapat memberikan cinta kasih, membangkitkansemangat,
rasa aman, mengurangi putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai
akibat dari ketidakmampuan yang dialaminya. Pada pasien gagal ginjal kronik
sangat dibutuhkan dukungan emosional untuk mengontrol pola makan sehari-
hari dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi dalam upaya meningkatkan
status kesehatannya.
c. Dukungan Instrumental
Menurut Bomar (2004) dalam Nuraenah (2011) dukungan instrumental
keluarga adalah dukungan atau bantuan penuh dalam bentuk memberikan
bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu dan
melayani serta mendengarkan pasien gagal ginjal kronik dalam
menyampaikan perasaannya. Dukungan instrumental keluarga merupakan
fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan yang diterapkan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit.
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan penderita dalam hal
kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya penderita dari
kelelahan. Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam mempertahankan kesehtan anggota keluarganya diantaranya merawat
anggota keluarga yang terdiagnosa gagal ginjal kronik (Friedman, 2010). Dari
hasil penelitian Suwardiman (2011) semakin bertambah dukungan keluarga
instrumental semakin berkurang beban keluarga, keluarga menyatakan turut
bertanggung jawab dalam perawatan pasien, memotivasi pasien dalam
kegiatan ADL, keluarga membantu pasien dalam minum obat dan keluarga
membimbing pasien untuk rutin menjalani hemodialisis untuk meningkatkan
kualitas hidupnya.
d. Dukungan Penilaian
Dukungan penilaian adalah dukungan dari keluarga dalam bentuk memberikan
umpan balik, membimbing dan memberikan penghargaan melalui respon
positif dalam memecahkan masalah, sebagai sumber dan validator identitas
anggota kepada pasien gagal ginjal kronik dengan menunjukan respon positif
yaitu memberikan support, penghargaan dan penilaian yang positif. Dukungan
penilaian keluarga merupakan bentuk fungsi afektif keluarga terhadap pasien
gagal ginjal kronik yang dapat meningkatkan status kesehatan pasien. Dengan
dukungan penghargaan ini, pasien gagal ginjal kronik akan mendapattkan
penghargaan atau pengakuan atas kemampuannya walaupun sifatnya kecil

vii
74

dan sedikit berpengaruh (Friedman, 2010). Sumber dukungan keluarga


mengacu kepada dukungan yang dipandang sebagai sesuatu yang dapat
diakses atau diadakan untuk keluarga, tetapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan
dan bantuan jika diperlukan.

2. 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis
dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi dukungan meliputi:
1. Usia
Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut feiring dan lewis
(1984) dalam friedman (1998) adalah bukti kuat dari hasil penelitian yang
menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Dukungan
keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini pertumbuhan dan
perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-
beda. Jadi dukungan keluarga yang diberikan anggota keluarga klien dengan
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sangat dipengaruhi oleh
faktor usia, usia yang lebih dewasa atau orang tua akan memberikan
dukungan keluarga yang berkualitas. Friedman (2010) menjelaskan bahwa
ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau
mengenali kebutuhan anakanya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-
ibu yang lebih tua.
Salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor usia,
usia yang dianggap optimal dalam mengambil keputusan adalah usia yang
diatas umur 20 tahun keatas, usia tersebut akan memberikan dukungan
kepada anggota keluarganya yang mengalami riwayat perialaku kekerasan
(Notoadmojo, 2003 dalam nuraenah 2012) Menurut penelitian gierveld dan
dykstra (2008) dalam nuraenah (2012) bahwa orang dewasa tidak hanya
menjadi penerima dukungan tetapi juga memberikan dukungan kepada
keluarga.
2. Jenis kelamin
Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga ialah jenis kelamin, jenis
kelamin memiliki pengaruh besar pasien gagal ginjal kronik terhadap beban
keluarga dalam mendukung keluarga dengan yang menjalani hemodialisa,

vii
75

dimana perempuan memiliki beban yang lebih berat jika dibandingkan


dengan laki-laki. Misrha, Trivendi dan Sinha (2005) dan nuraenah (2012) juga
melaporkan bahwa tingkat stress keluarga lebih tinggi jika penderita adalah
laki-laki. Dimana laki-laki merupakan salah satu tulang punggung pada
keluarga, apabila berperan sebagai suami atau bapak, ini akan berdampak
pada beban ekonomi keluarga apabila peran sebagi pencari nafkah tidak lagi
produktif akibat mengalami penyakit yang parah.
3. Sosial ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah faktor
ekonomi keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Faktor sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan
keluarga klien, semakin tingti tingkat ekonomi keluarga akan lebih
memberikan dukungan dan pengambilan keputusan dalam merawat anggota
keluarga dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Selain itu
keluarga dengan kelas sosial ekonomi yang berlebih secara finansial
mempunyai tingkat dukungan keluarga dengan kelas sosial ekonomi kurang
secara finansial (friedman, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari suwardiman (2011) dan nuraenah (2012)
bahwa hubungan dukungan sosial ekonomi dengan beban keluarga
menunjukan hubungan yang kuat dan ada hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial ekonomi dengan beban keluarga, semakin bertambah
dukungan sosial ekonomi semakin berkurang beban keluarga.
4. Pendidikan
Salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga terbentuk oleh
variabel pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.
Tingkat pendidikan merupakan indikator bahwa seseorang telah mencapai
jenjang pendidikan formal tertentu, seseorang dengan pendidikan yang baik
akan memiliki pemahaman yang baik terhadap suatu permasalahan,
sehingga akan lebih mudah untuk menerima pengaruh dari luar baik yang
positif maupun negatif, obyektif dan lebih terbuka terhadap berbagai informasi
termasuk informasi kesehatan dalam memberikan dukungan keluarga.
Pendidikan keluarga sangat menunjang dalam memberikan dukungan
keluarga, pendidikan keluarga yang tinggi dapat mengetahui kebutuhan
anggota keluarganya sehingga keluarganya akan memberikan dukungan
support, masukan, memberikan bimbingan dan saran yang berkualitas
(puspitasari, 2009).
5. Hubungan keluarga dengan klien

vii
76

Faktor dukungan keluarga dipengaruhi oleh hubungan klien dengan kelurga,


keluarga inti akan memberikan dukungan terhadap anggota keluarga, dengan
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Salah satu fungsi
keluarga adalah memberi pelayanan kesehatan didalam keluarganya,
sehingga keluarga kan memberikan dukungan dalam menangani perawatan
anggota keluarganya dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
(friedman, 2010).

B. Konsep Kepatuhan
Kepatuhan merupakan suatu permasalahan bagi semua disiplin perawatan
kesehatan. Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan
perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau
melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan
(Kaplan & Sadock,2010)
Pada banyak orang dengan penyakit kronis kepatuhan memainkan peranan
penting dalam kelangsungan hidup pasien. Untuk mengelola keberhasilan penyakit
kronis, individu harus bertanggung jawab dalam banyak aspek pengobatan mereka
sendiri secara teratur dan jangka panjang. Sehingga untuk mewujudkan kepatuhan,
pasien perlu menggabungkan perubahan gaya hidup dan perubahan prilaku lainnya
menjadi rutinitas mereka sehari-hari.

1. Kepatuhan pasien CKD terhadap pembatasan cairan


Ginjal sebagai organ utama dalam menjaga balance cairan harus bekerja secara
normal. Penyakit gagal ginjal yang sering diderita oleh klien baik karena penyebab
primer maupun sekunder akan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit pada
kondisi ini terjadi retensi abnormal dari natrium, klorida, kalium dan air dalam cairan
ekstrasel. Jika fungsi ginjal sudah rusak, maka keseimbangan cairan dan elektrolit
akan berubah.
Pembatasan asupan cairan sangat penting karena meminimalkan resiko
kelebihan cairan pada pasien hemodialisa. Jumlah cairan yang tidak seimbang dapat
menyebabkan terjadinya edem paru ataupun hipertensi. Keseimbangan cairan tubuh
diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Air
yang masuk kedalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui
insensible water loss (IWL). Dalam melakukan pembatasan asupan cairan, cairan
yang masuk bergantung pada haluarin urine. Berasal dari insensible water loss
ditambah dengan haluaran urine per 24 jam yang diperoleh untuk pasien dengan

vii
77

gagal ginjal kronik yang menjalani dialisis (Almatsier, 2006; Brunner & Suddart,
2002). Aturan yang dipakai untuk menentukan banyaknya asupan cairan adalah:
Jumlah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml (IWL). Apabila
pasien tidak membatasi jumlah asupan cairan maka cairan akan menumpuk di dalam
tubuh sehingga berat badan meningkat. Peningkatan berat badan akibat asupan
cairan pasien yang tidak terkontrol tersebut menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi, edema (bengkak) pada paru, dan kaki. Pasien juga akan merasa tidak
nyaman karena sesak nafas, lelah, dan lemas.
Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang terkandung
dalam makanan juga. Makanan dan buah-buahan yang mengandung tinggi air juga
harus diperhatikan pada pasien ginjal kronik seperti sup ayam, susu, semangka,
nanas, papaya, melon, dan lain-lainnya.

2. Kepatuhan pasien CKD terhadap pembatasan nutrisi


Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat
adanya efek uremia.
a. Bahan makanan yang dianjurkan antara lain:
1) Bahan makanan sumber Hidrat Arang : nasi, roti putih, makaroni, sagu,
lontong, bihun, jagung, makanan yang dibuat dari tepung-tepungan, gula,
madu, sirup, permen, dll.
2) Bahan makanan sumber protein : telur, ayam, daging, ikan, hati didalam
jumlah sesuai anjuran.
3) Sayur-sayuran : ketimun, terung, tauge, buncis, kangkung, kacang panjang,
kol, kembang kol, slada, wortel, jamur, dlldalam jumlah sesuai anjuran
b. Bahan makanan yang harus dibatasi/ dihindari antara lain:
Bahan makanan tinggi kalium bila hiperkalemia : alpokat, pisang, belimbing,
durian, nangka, kailan, daun singkong, paprika, bayam, daun pepaya, jantung
pisang, kelapa, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, coklat, kentang,
ubi, singkong.

Syarat pemberian diet pada CKD adalah (Almatsier, 2006 dalam Syamsiah,
2011) :
1) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB
2) Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik
tinggi.

vii
78

3) Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak
tidak jenuh ganda.
4) Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari
protein dan lemak.
5) Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria atau anuria,
banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g.
6) Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah . 5,5
mEq) oliguria atau anuria.
7) Cairan dibatasi yanitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (500ml).
8) Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C
dan vitamin D.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Hemodialisa


Beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD dengan
hemodialisis seperti dikemukakan diatas akan diuraikan sebagiannya yaitu :
a. Usia
Menurut Siagian (2001 dalam Rohman 2007) menyatakan bahwa umur
berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, yang berarti
bahwa semakin meningkat umur seseorang, akan semakin meningkat pula
kedewasaannya atau kematangannya baik secara teknis, psikologis maupun
spiritual, serta akan semakin mampu melaksanakan tugasnya. Umur yang
semakin meningkat akan meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam
mengambil keputusan, berfikir rasional, mengendalikan emosi, toleran dan
semakin terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk pula keputusannya
untuk mengikuti program-program terapi yang berdampak pada kesehatan

b. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan sudah pasti berbeda. Berbeda dalam cara
berespon, bertindak, dan bekerja di dalam situasi yang mempengaruhi setiap
segi kehidupan. Misalnya dalam hubungan antar manusia, intuisi perempuan
cenderung ditampakkan dengan nada suara dan air muka yang lembut,
sedangkan laki-laki cenderung tidak peka terhadap tanda-tanda komunikasi
tersebut. Laki-laki dan perempuan memperlihatkan budaya sosial yang berbeda
satu sama lain. Mereka menggunakan symbol, system kepercayaan, dan cara-
cara yang berbeda untuk mengekspresikan dirinya

vii
79

c. Pendidikan
Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan kualitas pribadi seseorang, dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan akan semakin besar kemampuannya untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilannya (Siagian, 2001 dalam Rohman, 2007).
d. Lamanya Hemodialisa
Periode sakit dapat mempengaruhi kepatuhan. Beberapa penyakit yang
tergolong penyakit kronik, banyak mengalami masalah kepatuhan. Pengaruh
sakit yang lama, belum lagi perubahan pola hidup yang kompleks serta
komplikasi-komplikasi yang sering muncul sebagai dampak sakit yang lama
mempengaruhi bukan hanya pada fisik pasien, namun lebih jauh emosional,
psikologis dan social pasien. Pada pasien hemodialisis didapatkan hasil riset
yang memperlihatkan perbedaan kepatuhan pada pasien yang sakit kurang dari
1 tahun dengan yang lebih dari 1 tahun. Semakin lama sakit yang diderita, maka
resiko terjadi penurunan tingkat kepatuhan semakin tinggi (Kamerrer, 2007
dalam Syamsiah,2011)
e. Kebiasaan merokok
Leggat et al (1998 dalam Kamerrer, 2007) adalah orang pertama yang
mempertimbangkan bahwa merokok sebagai prediktor potensial dari
ketidakpatuhan. Kutner et al (2002 dalam Kamerrer, 2007) juga menunjukkan
bahwa merokok saat ini memiliki hubungan yang bermakna dengan
ketidakpatuhan (melewatkan sesi hemodialisis) dengan P = 0,04.
f. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting terbentuknya prilaku
seseorang. Prilaku didasarkan atas pengetahuan, walaupun pengetahuan yang
mendasari sikap seseorang masih dipengaruhi oleh banyak faktor lain yang
sangat kompleks sehingga terbentuk prilaku yang nyata (Notoadmodjo, 2003
dalam sari 2009)
1. Motivasi
Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif
tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkahlaku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
2. Akses pelayanan kesehatan
Faktor akses pelayanan kesehatan meliputi : fasilitas unit hemodialisis,
kemudahan mencapai pelayanan kesehatan (termasuk didalamnya biaya,
jarak, ketersediaan transportasi, waktu pelayanan dan keterampilan petugas).

vii
80

Fasilitas ukuran besar (10 atau lebih pasien di HD) dihubungkan dengan
reaksi melewatkan dan memperpendek waktu pengobatan dialysis, serta
kelebihan IDWG.
3. Persepsi pasien terhadap pelayanan perawat
Perawat merupakan salah satu petugas kesehatan yang berinteraksi paling
lama dengan pasien hemodialisis, mulai dari persiapan, Pre Hemodialisis,
Intra Hemodialisis sampai post dialysis. Riset membuktikan bahwa
keberadaan tenaga-tenaga perawat yang terlatih dan professional dan
kualitas interaksi perawat dengan pasien memiliki hubungan yang bermakna
dengan tingkat kepatuhan pasien hemodialisis.

C. Konsep Hemodialisis

1. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata hemo=darah, dan dialisis=pemisahan atau filtrasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut
ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Terapi
ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran
penyaring semipermiabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saat
toksin pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah
kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Tujuan dari hemodialisis adalah
untuk memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi klien
dan dikelurkan kedalam mesin dialisis (Muttaqin dan Sari, 2011).
2. Prinsip Kerja Hemodialisis
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal buatan
(dializer) yang terdiri dari dua kompartemen terpisah. Darah pasien dipompa dan di
alirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermiabel buatan
(artifisial) dengan kompartmen (artifisial) dengan kompartmen dialisat dialiri cairan
dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum
normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisat dan darah
yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi yaang tinggi kearah

vii
81

konsentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama dikedua kompartmen
(difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari kompartmen darah ke
kompartmen cairan dialisat dengan cara menaikan tekanan hidrostatik negatif pada
kompartmen dialisat. Perpindahan ini disebut ultrafiltrasi (Sudoyo, 2009).
Difusi merupakan proses perpindahan molekul dari larutan dengan konsentrasi
tinggi ke daerah dengan larutan berkonsentrasi rendah sampai tercapai kondisi
seimbang. Proses terjadinya difusi dipengaruhi oleh suhu, visikositas dan ukuran dari
molekul. Saat darah dipompa melalui dialyser maka membran akan mengeluarkan
tekanan positifnya, sehingga tekanan diruangan yang berlawanan dengan membran
menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan cairan dan larutan dengan ukuran kecil
bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah
(tekanan hidrostatik). Karena adanya tekanan hidrostatik tersebut maka cairan dapat
bergerak menuju membran semipermeabel. Proses ini disebut dengan ultrafiltrasi.

D. Kerangka Teori
Dari teori yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun gambar kerangka teorinya
sebagai

Skema 2.1 Kerangka Teori

Dukungan Syarat pemberian diet


Keluarga : Konsep Hemodialisa pada CKD adalah
(Almatsier, 2006 dalam
1. Informasional (Muttaqin dan Sari, Syamsiah, 2011) :
2. Emosional 2011).
3. Instrumental
1. Cairan dibatasi
4. Penilaian
2. Energi cukup,
( Friedman 2010 ) 3. Protein
4. Lemak cukup,
5. Karbohidrat cukup,
6. Natrium dibatasi
7. Kalium dibatasi
8. Vitamin cukup

Konsep Kepatuhan
Faktor- faktor yang
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan:
mempengaruhi (Kaplan &
dukungan keluarga Sadock,2010)
1. Variabel variabel
demografi
1. Usia
2. Lamanya hd
2. Jenis Kelamin
3. Kebiasaan merokok
3. Sosial
4. Pengetahuan
Ekonomi
5. Motivasi
4. Pendidikan
6. Akses pelayanan
5. Hubungan
kesehatan
keluarga dgn vii
7. Persepsi pasien
pasien
82

F. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep atau frame work adalah suatu abstrak logical secara harfiah dan
akan membantu penulis dalam menghubungkan hasil penelitian dengan Body Of
Knowledge (Nursalam, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Dukungan
keluarga sedangkan variabel terikat adalah Kepatuhan dalam pembatasan cairan dan
nutrisi pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani terapi hemodialisa, Adapun
kerangkanya adalah sebagai berikut:

Input Proses Output


Patuh

Responden/ V. Independen V. Dependen Tidak patuh


pasien gagal
ginjal kronik
yang Dukungan Kepatuhan dalam pembatasan
menjalani keluarga cairan dan nutrisi pasien Gagal
terapi Ginjal Kronik dalam menjalani
hemodialisa terapi hemodialisa

keluarga
Keterangan
Saling berhubungan

Yang diteliti

G. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian adalah suatu proposisi atau anggapan yang mungkin benar, dan
sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan
ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut (Notoatmodjo, 2012).Hipotesis dalam
penelitian ini adalah: Hipotesis nol ( Ho), Tidak Ada Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kepatuhan dalam Pembatasan Asupan Cairan dan Nutrisi pada Pasien Gagal

vii
83

Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto
Balikpapan.
.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan
pendekatan potong lintang (Cross Sectional) yaitu penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan dalam suatu komunitas (Exploratory
Study) dan selanjutnya menjelaskan suatu keadaan tersebut melalui pengumpulan atau
pengukuran variabel sebab atau risiko (Independen Variable) maupun variabel akibat
(Dependen Variable) dinilai secara simultan/ waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo,2012). Metode ini digunakan peneliti untuk melihat hubungan dukungan
keluarga yang menjadi variabel independen dengan kepatuhan dalam pembatasan
asupan cairan dan nutrisi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di Rumah Sakit dr. R. Hardjanto Balikpapan sebagai variabel dependen.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di ruang unit hemodialisa Rumah Sakit Dr. R. Hardjanto
Balikpapan
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama bulan Mei sampai Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang diteliti, (Nursalam,
2001). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien Gagal Ginjal Kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di RS. DR. R Hardjanto Balikpapan tahun 2017
sejumlah 41 orang.
2. Sampel

vii
84

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel non probability sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak
didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya
berdasarkan kepada segi kepraktisan belaka. Pelaksanaan pengambilan sampel
secara quota sampling dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota
sampel secara quotum atau jatah, kemudian jumlah atau quotum itulah yang
dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Notoatmodjo, 2012).
Sampel yang ditentukan sebagai subyek penelitian adalah seluruh pasien
Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa di di RS. DR. R Hardjanto
Balikpapan yang berjumlah 41 orang.
Jadi jumlah sampel penelitian ini adalah 41 responden pasien Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani terapi hemodialisa yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yaitu sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan diteliti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien rutin yang menjalani hemodialisa, bersedia menjadi responden serta
pasien dan keluarganya telah diberikan pendidikan kesehatan mengenai diet
cairan dan nutrisi oleh petugas kesehatan.
2) Bisa membaca dan menulis
3) Kesadaran composmentis

b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek penelitian tidak
dapat diambil/diikutsertakan dalam penelitian karena mengganggu pengukuran
dan interpretasi, serta mengganggu kemampuan dalam pelaksanaan, hambatan
- hambatan etis kesehatan dan subyek menolak berpartisipasi (Sugiyono, 2015).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien gagal ginjal yang baru pertama kali menjalani hemodialisa
2) Pasien dengan kesadaran menurun

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

vii
85

tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Variabel dalam


penelitian ini terdiri atas :
a. Variabel Independen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Dukungan Keluarga.
b. Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas, yang menjadi variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Kepatuhan dalam pembatasan cairan dan nutrisi pasien
Gagal Ginjal Kronik dalam menjalani terapi hemodialisa.

2. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dengan sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2011).

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukuran
Operasional Ukur
Independen
1 Dukungan Segala hal/ bantuan Kuesioner 1. Kurang Ordinal
Keluarga yang telah diberikan mendukung
keluarga kepada Jika skor <
median (18)
pasien untuk
2 2 Mendukung
mendukung Jika skor
kepatuhan pasien median (19)
Gagal Ginjal Kronik
dalam pembatasan
cairan dan nutrisi
dalam bentuk
1. Dukungan
Informasional
2. Dukungan
Emosional
3. Dukungan
Instrumental
4. Dukungan
Penilaian

2 Dependen 5. Suatu sikap atau Kuesioner1. 1 : Tidak Ordinal


Kepatuhan respon pasien patuh
dalam pem dalam menunjuk jika
kan kepatuhan median (7)
batasan
sesuai dengan 2 : Patuh jika
cairan dan aturan prosedur median
nutrisi Hemodialisa (8)
pasien
hemodialisa

vii
86

F. Sumber Data Dan Instrumen Penelitian


Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Menurut Saryono (2008), Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil
data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Penelitian ini
menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan mengenai
dukungan keluarga dan 10 pertanyaan mengenai variabel dependennya adalah
kepatuhan. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Kuesioner dibuat sendiri oleh
peneliti yang diambil dari teori/ referensi terkait. Kuesioner dibuat untuk mengukur
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan cairan dan
nutrisi kepada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Penulis membagi kuesioner menjadi 3 bagian pertanyaan, yaitu:
a. Pertanyaan A berisi tentang karakteristik responden yang terdiri dari 3
pertanyaan yaitu jenis kelamin, umur dan pendidikan responden
b. Pertanyaan B berisi tentang 20 pertanyaan dukungan keluarga yang terdiri
dari 4 butir pertanyaan dukungan penilaian, 7 butir pertanyaan dukungan
emosional, 5 butir pertanyaan dukungan informasional dan 4 butir pertanyaan
dukungan instrumental
c. Pertanyaan C berisi tentang 9 butir pertanyaan kepatuhan yang terdiri dari
pertanyaan cairan dan pertanyaan nutrisi

Jenis kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner


tertutup, dengan kalimat favourable dan unvourable dan responden tinggal memilih
jawaban yang disediakan oleh peneliti. Responden telah memilih jawaban dengan
tanda check list pada alternatif jawaban yang telah disediakan. Kuesioner
menggunakan skala guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang tegas
dan konsisten (ya-tidak). (Sugiyono,2009). Pernyataan dibuat oleh peneliti sendiri
berdasar teori menurut Marquis dan Huston (1998),sehingga perlu uji validitas dan uji
reliabilitas yang peneliti lakukan dengan kuesioner dibagikan pada 30 responden dan
responden tersebut tidak masuk sebagai sampel penelitian sebenarnya ( Sugiyono,
2009).

Tabel 3.2 variabel kuesioner

vii
87

No Variabel dan indikator Favorable Unfavorabel

1 Dukungan Keluarga
- Dukungan informasional 1,2,4,16,18
- Dukungan emosional 5,6,7,8,12,13,17
- Dukungan instrumental 3,4,14,15
- Dukungan penilaian 9,10,11,18

2. Kepatuhan pasien
hemodialisa dalam 1,2,3,13,14,15,
pembatasan asupan 17,18,19,
Cairan dan Nutrisi

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak diperoleh
langsung dari subyek penelitiannya (Saryono, 2008). Dalam penelitian ini data
sekunder diperoleh dari bagian-bagian yang berhubungan dengan obyek penelitian
seperti bagian medical record, catatan perawatan (status pasien) dan bagian lain
yang terkait.
3. Prosedur Pengumpulan Data :
a. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada instansi tempat penelitian.
b. Memilih sampel pasien yang sesuai dengan kriteria penelitian.
c. Menjelaskan maksud, tujuan penelitian, manfaat, peran serta responden selama
penelitian menjadi jaminan kerahasiaan calon responden.
d. Mengajukan permohonan persetujuan penelitian kepada responden yaitu pasien.
e. Setelah responden menyetujui, selanjutnya diminta untuk menandatangani surat
pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian.
f. Setelah bersedia untuk menjadi responden, kemudian responden pasien mengisi
kuesioner penelitian
g. Hasil pengisian kuesioner dikumpulkan pada peneliti.
h. Peneliti mengecek kelengkapan kuesioner.
i. Hasil kuesioner yang lengkap dilakukan pengolahan data dan dianalisis.

G. Uji Validitas Dan Reabilitas


Untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat dgunakan sebagai alat
pengumpul data maka harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Menurut Notoatmodjo
(2012) untuk memberikan hasil yang baik uji instrumen dilakukan minimal terhadap 30

vii
88

orang sebagai sampel. Uji instrumen dilakukan di RS Siloam Balikpapan yang memiliki
homogenitas yang sama dengan sampel yang akan diuji serta untuk menghindari
responden yang sama dengan pada saat penelitian. Adapun pengujian yang dilakukan
adalah:
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Rumus yang digunakan dalam pengujian ini adalah
rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:

{ ( )( )}
=
{ 2 ( 2 ) }{( 2())}

Keterangan :
= Koefisien korelasi
X = Variabel bebas
y = Variabel terikat
n = Jumlah responden

Keputusan uji :
1) Bila rhitung> r tabel maka butir pertanyaan valid
2) Bila rhitung< rtabel maka butir pertanyaan tidak valid

2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen suatu penelitian dapat dipercaya.
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas internal dengan
rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Rumus Alpha Cronbach:

k b2
r 1 2
k 1 1

Keterangan :
r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan
b2
= jumlah varians butir
12 = varians total

Keputusan uji:
1. Bila rhitung> r tabel maka instrumen reliabel

vii
89

2. Bila rhitung< rtabel maka instrumen tidak reliabel

3. Hasil Uji Instrumen


Kuesioner dukungan keluarga dan kepatuhan pasien sebanyak 40
pertanyaan menggunakan skala guttman yang diujikan terhadap 30 responden di
Rumah Sakit Siloam Balikpapan. Hasil uji validitas diperoleh hasil bahwa dari 40
pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan dukungan keluarga dinyatakan valid karena
memiliki nilai rhitung > rtabel (0,367), sedangkan kuesioner kepatuhan pasien
dari 20 pertanyaan sebanyak 13 pertanyaan tidak valid karena memiliki nilai
rhitung < rtabel 0,367 sehingga pertanyaan tersebut dibuang dan sisa pertanyaan
yang dapat digunakan sebanyak 9 pertanyaan. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai
r = 0,902< r = 0.600 sehingga instrument dinyatakan reliable dan dapat
digunakan sebagai instrument penelitian.

F. Analisa Data
Analisa data bertujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistika,
informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan,
terutama dalam pengujian hipotesis. (Notoatmojo, 2010). Dalam pengolahan data
terdapat langkah-langkah yang telah ditempuh diantaranya :
1. Editing
Hasil wawancara, atau pengamatan dari lapangan telah dilakukan
penyuntingan terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan
untuk pengecekan data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
jumlah data telah sesuai dengan jumlah yang disebarkan atau ditentukan.
(Notoatmojo, 2010).
2. Coding
Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan (Notoatmojo, 2010). Salah satu cara untuk
menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah dengan memberikan
simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data yang sudah diklasifikasikan
diberikan kode, kemudian di masukkan ke program SPSS. Pemberian kode dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Dukungan Keluarga
Kode 1 : Kurang Mendukung
Kode 2 : Mendukung
b. Variabel Kepatuhan Pasien

vii
90

Kode 1 : Tidak Patuh


Kode 2 : Patuh
3. Processing
Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk
kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software computer
(SPSS versi. 23) (Notoatmojo,2010).
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau respoden selesai
dimasukkan, perlu adanya cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data
(Notoatmojo, 2010).
5. Tabulation
Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data
yang akan menjurus ke analisa kuantitatif(Wasis, 2008). Pengolahan data
menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan program software komputer.


Teknik analisa data yang digunakan melalui analisa univariat dan bivariat. Sebelum
dilakukan analisa univariat dan bivariat, maka dilakukan uji homogenitas dan
normalitas untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok homogen atau tidak
serta berdistribusi normal ataukah tidak.Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Shapiro Wilk karena jumlah sampel < 50.

1. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan frekuensi dari masing-


masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat melalui presentasi
dan distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk
mengetahui proporsi dari masing-masing variabel penelitian yaitu gambaran
variabel bebas mengenai dukungan keluarga dan variabel terikat yaitu kepatuhan
dalam pembatasan cairan dan nutrisi kepada pasien Gagal Ginjal Kronik yang
menjalani terapi hemodialisa. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 95% atau alfa = 0,05.
Rumusnya sebagai berikut : (Hastono, 2007)

P = F x 100%

vii
91

Keterangan :
P : Presentasi yang di cari
F : Frekuensi sampel / responden untuk setiap pertanyaan
: jumlah keseluruhan sampel

Data penelitian ini awalnya berbentuk numerik, namun karena uji statistik
yang akan digunakan adalah chi square dimana data yang diperlukan adalah
kategorik, maka peneliti akan merubah data numerik menjadi data kategorik
dengan cara menggunakan titik potong (Cut Of Point) dengan terlebih dahulu
melakukan uji normalitas. Uji normalitas yang akan digunakan dengan
menggunakan software computer yang meliputi uji normalitas deskriptif dan uji
normalitas analitik.
Uji normalitas deskriptif terdiri dari Koefisien varian, rasio skewness, rasio
kurtosis, sementara untuk analitiknya menggunakan Saphiro-Wilk karena
responden kurang dari 50 orang (Dahlan, 2009).
Hasil uji normalitas data masing-masing variable, sebaran data variabel
tidak normal maka titik potong yang digunakan adalah median. Melalui
pengelompokan data tersebut dengan Cut Of Point akan didapati data
kategorik.

2. Analisa Bivariat.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan setiap variabel dengan
dukungan keluarga sebagai variabel dependen. Uji yang digunakan adalah Chi
Square, sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya hubungan bermakna
secara statistic dengan menggunakan program komputer dan derajat
kemaknaan 95%. Apabila nilai (p<0,05) berarti perhitungan statistic bermakna
(signifikan) dan bila nilai (p>0,05) berarti hasil perhitungan statistic tidak
bermakna. Artinya nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha (hipotesa penelitian)
diterima, yang berarti ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Sedangkan bila nilai p>0,05 maka Ho diterima dan Ha (hipotesa penelitian)
ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
Rumus uji statistic Chi Square dengan tingkat kemaknaan = 0,05 dengan
rumus sebagai berikut (Hastono, 2007)

X = (o E)

vii
92

E
Keterangan :
: statistic chi square
O : observasi
E : expected atau hasil yang diharapkan
Setelah didapatkan hitung, kemudian nilai dengan derajat uji kebebasan :
df = (b 1) (k 1)
b = jumlah baris
k = jumlah kolom

Uji statistik tersebut diatas, menggunakan keputusan uji sebagai berikut :


jika value < (0,05) maka Ho ditolak, artinya adanya hubungan atau
perbedaan yang bermakna (signifikan). Jika value > (0,05) maka Ho gagal
ditolak, artinya tidak ada hubungan atau perbedaan yang bermakna (tidak
signifikan).

Syarat yang digunakan uji chi square apabila :


Penelitian digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik
dengan kategorik ; meneliti dua atau lebih kelompok sampel ; bertujuan untuk
menguji perbedaan proporsi/ prosentase antara beberapa kelompok data,
proses pengujian adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi)
dengan frekuensi harapan (ekspektasi). sebaran data normal dan tidak boleh
5. Dalam penelitian ini syarat penelitian chi square terpenuhi maka tidak
digunakan uji alternatif/fisher exact.

G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti telah mendapatkan persetujuan penelitian
dari Direktur Rumah Sakit. Kemudian melakukan pengamatan/observasi terhadap
responden yang diteliti dengan menekankan pada etika. Secara garis besar dalam
melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh
(Notoatmodjo,2010) yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Peneliti
perlu mempertimbangkan hak hak subyek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut., Sebagai
ungkapan peneliti menghormati harkat dan martabat subyek penelitian, peneliti
telah mempersiapkan (informed consent).

vii
93

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and
confidentiality). Setiap orang mempunyai hak hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan
identitas subyek. Peneliti menggunakan coding sebagai pengganti identitas
responden.
3. Keadilan dan Inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan dan kehati hatian. Prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan
prosedur penelitian sedangkan prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua
subyek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa
membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya.

K. Alur Penelitian
Alur penelitian yang direncanakan peneliti adalah sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Cairan Dan


Nutrisi Pada Pasien CKD Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rumah Sakit
Dr. R. Hardjanto Balikpapan

vii
94

Populasi :

Seluruh pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit dr. R.
Hardjanto Balikpapan

Sampel :
quota sampling

Mengurus
( 95responden)
Surat Ijin Ruang HD Rumah
Kepala Rumah Sakit Penelitian Stikes WHS Sakit dr. R. Hardjanto
Dr. R. Hardjanto Balikpapan
Balikpapan
Instrumen Penelitian :
kueisiner
Komite
keperawatan
Rumah Sakit dr. R. Pengumpulan
Hardjanto data
Balikpapan
Variabel Independen Variabel Dependen
Kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan dan
nutrisi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang Dukungan Keluarga
menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit dr. R.
Hardjanto Balikpapan

Analisa Data

Kesimpulan / Hasil
Penelitian

Skema 3.1 Alur Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini telah dilakukan di Ruang Hemodialisa Rs. Dr. R. Hardjanto pada
tanggal 24 Mei sampai 2 Juni 2017 dengan jumlah responden sebanyak 41 orang.
Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam Pembatasan Cairan Dan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal

vii
95

Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa. Adapun hasil penelitian akan dijelaskan secara
univariat untuk memberikan gambaran mengenai variabel penelitian dan bivariat untuk
mengetahui hubungan kedua variabel tersebut. Analisis yang digunakan adalah uji chi
square, sebelum dilakukan analisa univariat dan bivariat, maka disajikan terlebih dahulu
karakteristik responden sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik koresponden

Sebelum menjelaskan hasil penelitian, maka sebelumnya dipaparkan terlebih


dahulu karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan.

a. Variabel Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang HD


Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan

Klasifikasi Umur Frekuensi Persen (%)


26-35 Tahun 2 4,9
36-45 Tahun 9 22,0
46-55 Tahun 25 61,0
> 65 Tahun 5 12,2
Total 41 100

Sumber data : Data Penelitian 2017

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 41 responden, sebagian besar


responden berumur antara 46-55 tahun sebanyak 25 orang (61,0%)

b. Variabel Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Ruang HD Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)


Laki-Laki 24 58,5
Perempuan 17 41,5
Total 41 100
Sumber data : Data Penelitian 2017

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 41 responden, sebagian besar


responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (58,5%).

vii
96

c. Variabel Tingkat Pendidikan


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan di
Ruang HD Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen (%)


SD 7 17,1
SMP 12 29,3
SMA 19 46,3
AKADEMI 2 4,9
SARJANA 1 2,4
Total 41 100

Sumber data : Data Penelitian 2017

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 41 responden, sebagian besar


responden tingkat pendidikannya SMA sebanyak 19 orang (46,3%)

2. Uji Univariat

a. Variabel Dukungan Keluarga

Analisis univariat dilakukan untuk mendekripsikan semua variabel yang


diteliti. Adapun variabel yang di analisis dalam penelitian ini adalah

1) Dukungan Keluarga

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Pasien Gagal


Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rumah Sakit Dr.R
Hardjanto

No Dukungan Keluarga Jumlah %

1 Mendukung 26 63,4

2 Kurang 15 36,6

Total 41 100,0

vii
97

Sumber data : Data Penelitian 2017

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 41 responden sebagian besar


responden yaitu 26 orang (63,4%) yang menyatakan dukungan keluarganya
mendukung dan 15 orang (36,6%) yang menyatakan dukungan keluarganya
kurang mendukung.

b. Variabel Kepatuhan

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal


Kronik dalam Pembatasan Cairan Dan Nutrisi Dalam Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Rumah Sakit Dr.R Hardjanto
No Kepatuhan Jumlah %

1 Patuh 27 65,9

2 Tidak Patuh 14 34,1

Total 41 100,0

Sumber data : Data Penelitian 2017

Berdasarkan data responden yang telah diteliti di ruang hemodialisa Rs Dr.


R. Hardjanto pada tabel diatas menunjukan bahwa hubungan kepatuhan pasien
gagal ginjal kronik dalam pembatasan cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi
hemodialisa termasuk dalam kategori Patuh 27 responden (65,9%) dan yang tidak
patuh sebanyak 14 responden (34,1%).

3. Uji Bivariat

Data dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal dimana bisa dilihat
didalam tabel dibawah ini

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Dengan Menggunakan Uji Shapiro-Wilk


Shapiro-Wilk
Variabel Statistik Df Sig.
Dukungan keluarga 276 41 0,00
Kepatuhan pasien 964 23 558
Sumber Data : Data Penelitian 2017

vii
98

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena


sampel dari penelitian ini kurang dari 50 responden yaitu 41 responden. Berdasarkan
pada tabel 4.1 menyatakan bahwa variabel dukungan keluarga nilai taraf signifikan
adalah 0,00 lebih kecil dari 0,05 (P<5%) maka dinyatakan data berdistribusi tidak
normal. Sedangkan pada variabel kepatuhan pasien nilai signifikan adalah 0,00 lebih
kecil dari 0,05 (P<5%), maka data dalam penelitian ini menggunakan uji non
parametrik yaitu uji chi square.

Hasil analisis bivariat untuk melihat Hubungan antara dukungan keluarga


dengan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam pembatasan cairan dan nutrisi
dalam menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto
Balikpapan. Untuk melihat hubungan antara kedua variabel dapat dilihat pada tabel
crosstabel berikut ini :

Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dalam Pembatasan Cairan Dan Nutrisi Dalam Menjalani Terapi
Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto

Kepatuhan
P
Dukungan Patuh Tidak Patuh Jumlah
Value
Keluarga N % N % n %
Mendukung 18 69,2 8 30,8 26 100 0,796

Kurang 9 60,0 6 40,0 15 100

Total 27 65,9 14 34,1 41 100


Sumber Data : Data Penelitian 2017

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang menyatakan
dukungan keluarganya mendukung yang patuh dalam pembatasan cairan dan nutrisi
ada 18 orang (69,2%) dan yang tidak patuh dalam pembatasan cairan dan nutrisi
dalam menjalani terapi hemodialisa ada 8 orang responden (30,8%), sedangkan
responden yang dukungan keluarganya kurang mendukung tetapi patuh dalam
pembatasan asupan cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa sebanyak
9 orang (60,0%) dan responden yang dukungan keluarganya kurang mendukung
serta tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi dalam menjalani
terapi hemodialisa ada 6 orang (40,0%).

vii
99

Analisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam pembatasan


asupan cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa dilakukan dengan
menggunakan rumus chi square dengan taraf signifikan 5% dengan nilai value =
0,796 > 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha
ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan (bermakna)
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam pembatasan asupan
cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa di RS DR. R. Hardjanto
Balikpapan.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian baik secara univariat maupun bivariat, maka dapat
dilakukan pembahasan untuk masing-masing hasil penelitian sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Berdasarkan hasil penelitian dari 41 responden menunjukan bahwa sebagian
besar pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto
berumur 45-65 tahun sebanyak 25 orang (61,0%). Menurut Young (2006) pada
tahun 1996 - 2005 kelompok umur pasien yang menerima dialisis meningkat
untuk semua kelompok umur dewasa, Pada tahun 2005 lebih dari separoh (54,70
%) memulai terapi pengganti ginjal adalah berumur 65 tahun. Umur dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu, dimana sel maupun
organ tubuh akan mengalami penurunan fungsi seiring dengan pertambahan
umur seseorang. Menurut beberapa literatur usia merupakan salah satu faktor
resiko yang tidak dapat dimodifikasi dari gagal ginjal kronik dan menurut para
peneliti di Amerika telah menemukan bahwa usia tua merupakan salah satu dari
delapan faktor resiko terjadinya penyakit gagal ginjal kronik (Sahabat ginjal,
2009).
Menurut Avis (2005 dalam Lase 2010) meningkatnya umur dapat
mempengaruhi kepatuhan seseorang sehingga kepatuhan pasien menurun, usia
erat kaitannya dengan prognose dan harapan hidup, pada pasien yang berada
pada usia diatas 65 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang
memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingakan dengan usia dewasa
muda antara 30 sampai 40 tahun. (Lase 2010). Menurut asumsi peneliti
dilapangan tingkatan usia yang lebih muda pasien ternyata masih ada yang
memiliki kepatuhan yang buruk dibandingkan dengan pasien berusia diatas 45
tahun, dengan adanya peningkatan usia, kepatuhan yang baik dan kemampuan

vii
100

fisik yang baik masih bisa didapatkan oleh responden yang berusia diatas 45
tahun.

b. Jenis Kelamin Responden


Hasil Penelitian untuk jenis kelamin pasien gagal ginjal kronik di Ruang
Hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto adalah laki-laki sebanyak 24 orang (58,5%).
Jenis kelamin sangat mempengaruhi angka kepatuhan pasien. Menurut Schulz-
Allen (2002) pada umumnya rata-rata angka harapan hidup telah meningkat yaitu
lebih dari 70 tahun untuk laki-laki dan lebih dari 80 tahun untuk wanita.
Sedangkan menurut Avis (2005 dalam Lase 2010) menyatakan laki-laki
mempunyai kualitas hidup yang rendah dibanding perempuan, dan semakin lama
menjalani hemodialisa akan semakin rendah kepatuhan penderita. Penelitian ini
sama dengan studi yang dilakukan oleh Cos (2008) dimana dari 54 responden
yang menjalani hemodialisis terdapat 51,90% nya adalah responden laki-laki
dan sisanya adalah perempuan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh
Lopez, et al (2005) dimana dari 134 responden HD terdapat 52,2 %nya adalah
laki-laki. Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Istanti (2009) dimana jumlah responden yang menjalani HD di RS Yogyakarta
lebih banyak laki laki (62,5 %) dibandingkan perempuan.
Pada dasarnya dijelaskan di beberapa literatur bahwa pasien gagal ginjal
kronik tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, antara laki-laki dan perempuan
memiliki resiko yang sama untuk menderita penyakit gagal ginjal kronik. Kondisi
dilapangan membuktikan, untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki cenderung
menyatakan lebih mudah sakit dibandingkan dengan pasien yang berjenis
kelamin perempuan yang menyatakan selalu sehat walaupun harus menjalani
Hemodialisa. Menurut asumsi peneliti pada hasil penelitian dapat kita lihat kalau
responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Menurut peneliti pasien
gagal ginjal tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, antara laki-laki dan perempuan
memiliki resiko yang sama untuk menderita gagal ginjal kronik
c. Pendidikan Responden
Hasil penelitian untuk pendidikan pasien gagal ginjal kronik di Ruang
Hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto sebagaian besar adalah SMA sebanyak 19
orang (46,3%). Menurut Fleck (2008), pendidikan merupakan salah satu faktor
yang dapat berkontribusi terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan subyektif.

vii
101

Pendidikan akan mengembangkan kemampuan yang membantu individu


mengontrol kehidupan mereka sendiri, mendorong dan memungkinkan hidup
sehat (Miroswsky, 2003).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Utami (2010), bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan
saja namun, sikap, serta kualitas interaksi tenaga kesehatan juga akan
mempengaruhi kepatuhan. peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi prilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan
penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi
yang akan dan harus dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Pasien
Hemodialisa yang berada di Ruang Hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto sebagian
besar mematuhi pola diet dan memiliki kepatuhan yang cukup baik sesuai
dengan tingkat pendidikannya.

2. Uji Univariat
a. Variabel Dukungan Keluarga
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa sebagian besar pasien memiliki dukungan keluarga
mendukung yaitu 26 (63,4%) dan sisanya memiliki dukungan keluarga kurang
mendukung yaitu 15 (36,6%). Pasien yang menjalani hemodialisis di RS DR.R
Hardjanto saat ini hampir sebagian besar memiliki dukungan keluarga baik, hal ini di
buktikan dengan keluarga sudah dapat memberikan dukungan instrumental yaitu
hampir seluruhnya keluarga tahu jumlah minum pasien yang diminum setiap harinya
sebanyak 80,5% dan sebagian besar keluarga ikut membantu menyediakan minum
yang dibutuhkan oleh pasien. Dukungan informasional hampir seluruhnya keluarga
dapat memberi semangat kepada pasien untuk memberikan informasi mengenai
asupan cairan dan nutrisi sebanyak 87,8%. Dukungan emosional hampir seluruhnya
keluarga memberi semangat pada pasien untuk patuh pada aturan minum yang
dianjurkan sebanyak 70,3%, dalam dukungan penghargaan hampir seluruhnya
keluarga dapat memberi dukungan pada pasien saat mematuhi aturan minum yang
dianjurkan sebanyak 73,2%.
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang program
pengobatan yang diterima. Niven (2002) menyatakan bahwa dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan. Keluarga dapat
membantu menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan keluarga seringkali dapat
menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.. Smet dalam (Wardani,
2014) menjelaskan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu upaya yang diberikan

vii
102

kepada anggota keluarga, baik moril maupun materil dalam bentuk motivasi, informasi,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku. Orang yang mendapat dukungan secara
emosional akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan, Penelitian sebelumnya Desitasari (2014) hasil terbukti bahwa dari 36
responden ada 23 (63,9%) yang memiliki dukungan keluarga baik dan 13 (36,1%)
memiliki dukungan keluarga buruk yang dapat mempengaruhi kepatuhan asupan
cairan.
Pada waktu penelitian, peneliti mengobservasi ada beberapa pasien yang tidak di
temani olah keluarganya. Setelah di wawancara, seorang pasien mengatakan bahwa
dia tidak ingin merepotkan keluarganya sehingga dia tidak ingin di temani oleh istri
maupun anaknya. Sedangkan pasien lainnya mengatakan bahwa anaknya sedang
pergi ke tempat kerja, anaknya hanya bisa mengantar dan menjemputnya jika ada
jadwal untuk melakukan hemodialisa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kepatuhan
pasien itu sendiri. Asumsi peneliti dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat
membuat pasien merasa percaya dan merasa ada orang-orang yang tersayang yang
berada disekitarnya yang memberikan dukungan moril dan semangat dalam menjalani
terapi hemodialisa.

b. Variabel kepatuhan
Berdasarkan data responden yang di teliti di ruang hemodialisa di Rs Dr. R.
Hardjanto pada tabel diatas dari 41 responden yang patuh ada 27 orang dan yang
tidak patuh ada 14 orang. Tingkat kepatuhan adalah sikap yang ditunjukkan oleh
penderita GGK untuk mematuhi asupan cairan yang harus dijalani. Menurut Sackett
dalam (Niven, 2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan berkenaan dengan
kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan
dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat
perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti diet,
kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat (Niven, 2002).
Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku
seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan melaksanakan gaya
hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan menurut WHO
dalam (Syamsiah, 2011). Kepatuhan pasien terhadap rekomendasi dan perawatan
dari pemberi pelayanan kesehatan adalah penting untuk kesuksesan suatu intervensi.
Ketidakpatuhan menjadi masalah yang besar terutama pada pasien yang menjalani
hemodialisis, sehingga berdampak pada berbagai aspek perawatan pasien, termasuk
konsistensi kunjungan, regimen pengobatan serta pembatasan makanan dan cairan

vii
103

menurut Kutner dalam (Syamsiah, 2011). Nutrisi mempunyai peranan yang penting
pada penyakit gagal ginjal kronik. Obesitas, hiperlipidemia dan kontrol gula yang buruk
akan berpengaruh terhadap progresifitas gagal ginjal. Disisi lain, kondisi uremik dan
pembatasan diit yang berlebihan (terutama protein) tanpa disertai jumlah energi yang
cukup dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi.
Pasien gagal ginjal kronik yang tidak mematuhi pembatasan asupan cairan akan
mengalami penumpukan cairan sehingga menyebabkan edema paru dan hipertropi
pada ventrikel kiri. Penumpukan cairan dalam tubuh menyebabkan fungsi kerja
jantung dan paru-paru semakin berat, yang berakibat pada respon fisik pasien yang
cepat lelah dan sesak, aktifitas fisik juga mengalami gangguan baik pada saat
beraktifitas ringan maupun sedang (Riyanto, 2011).
Penelitian Haynes (2006) menyatakan bahwa pengobatan jangka panjang yang
memaksa untuk merubah kebiasaan-kebiasaan seperti mengurangi kalori makanan
atau komponen tertentu dalam diit sehari-hari yang memberikan kesan atau sikap
negatif bagi penderita untuk dilakukan sehingga cenderung untuk tidak patuh. Menurut
asumsi peneliti ketidak patuhan pasien dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi
dikarenakan ada faktor lain seperti motivasi dari diri sendiri yang kurang dikarenakan
kebiasaan dan gaya hidup pasien sendiri.

3. Uji Bivariat

a. Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan pasien dalam Pembatasan asupan


Cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa
Berdasarkan data responden yang di teliti di ruang hemodialisa di Rs Dr.
R. Hardjanto pada tabel diatas dapat dilihat value = 0,796 > 0,05, dengan
demikian Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien gagal ginjal dalam pembatasan asupan
cairan dan nutrisi.
Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa yang memiliki dukungan keluarga baik
dan hampir setengahnya 33 (45,2%) memiliki dukungan keluarga buruk
Adapun faktor yang mempengaruhi kepatuhan asupan cairan adalah sebagai
berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat
agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara
(mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,
2005). Azwar (1995) dalam Sari (2009) menyebutkan terdapat kaitan antara tingkat

vii
104

pendidikan terhadap perilaku positif yang menjadi dasar pengertian (pemahaman)


dan perilaku dalam diri seorang individu. Hasil atau perubahan perilaku dengan
cara ini membutuhkan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat
langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri. Tingkat pendidikan
individu memberikan kesempatan yang lebih banyak terhadap diterimanya
pengetahuan baru termasuk informasi kesehatan.
2) Pengetahuan
(Notoatmodjo, 2005) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan merupakan
faktor yang sangat penting terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku didasarkan
atas pengetahuan, walaupun pengetahuan yang mendasari sikap seseorang
masih dipengaruhi oleh banyak faktor lain yang sangat kompleks sehingga
terbentuk perilaku yang nyata (Notoatmodjo, 2003).
3) Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosiyang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2005). Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial yang
dikutip oleh (Notoatmodjo, 2005) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan atau reaksi
tertutup).
4) Lama menjalani hemodialisis Individu dengan hemodialisis
jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak
dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Gaya hidup terencana
dalam jangka waktu lama, yang berhubungan dengan terapi hemodialisis dan
pembatasan asupan makanan dan cairan klien gagal ginjal kronik sering
menghilangkan semangat hidup klien sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan
klien dalam terapi hemodialisis ataupun dengan pembatasan asupan cairan
(Suddarth, 2002).
5) Informasi
Dalam teori Lawrence Green 1980 yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2005),
salah satu faktor yang berpengaruh dalam perilaku adalah faktor pemungkin
(enabling factor) yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor pemungkin yang di maksud adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan. Salah satu sarana dan prasarana yang

vii
105

digunakan adalah informasi. Dengan adanya kemudahan memperoleh informasi


mengenai pentingnya pembatasan asupan cairan pada klien gagal ginjal kronik
sehingga dapat memfasilitasi terjadinya perilaku kepatuhan dalam melakukan
pembatasan asupan cairan
11. Usia
Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan,
masa depan dan pengambilan keputusan. Penderita GGK usia 35 tahun dengan 2
orang anak balita dibandingkan dengan penderita lain yang berusia 78 tahun
dimana semua anaknya sudah mandiri tentu saja berbeda dalam menentukan
pilihan untuk mendapatkan kesehatan. Penderita yang dalam usia produktif
merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan
hidup yang tinggi, sebagai tulang punggung keluarga , sementara yang tua
menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya Tidak sedikit dari
mereka merasa sudah tua, capek, hanya menunggu waktu, akibatnya mereka
kurang motivasi dalam menjalani terapi haemodialisis.Usia juga erat kaitannya
dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55
tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi
ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun.
Peningkatan usia mempengaruhi tingkat kematangan sesorang untuk
mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya. Orang dewasa cenderung
mampu mempertahankan peningkatan kepatuhan terhadap program terapi yang
diberikan terkait pembatasan cairan terutama pada pasien CKD. Menurut Korcsh
dan Negrete (dalam Niven, 2002: 194) Kualitas interaksi antara petugas kesehatan
dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
Ada beberapa keluhan, antara lain kurangnya minat yang diperlihatkan oleh
dokter, penggunaan istilah medis secara berlebihan, kurangnya empati, tidak
memperolah kejelasan mengenai penyakitnya. Pentingnya keterampilan
interpersonal dalam memacu kepatuhan terhadap pengobatan.
Akomodasi/Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian
pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih mandiri, harus
dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan sementara pasien yang tingkat
ansietasnya tinggi harus diturunkan terlebih dahulu. Tingkat ansietas yang terlalu
tinggi atau rendah, akan membuat kepatuhan pasien berkurang. Modifikasi faktor
lingkungan dan sosial Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman
sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu memahami
kepatuhan terhadap program pengobatan, seperti pengurangan berat badan dan
lainnya.

vii
106

.
Keyakinan, sikap dan kepribadian, Keyakinan seseorang tentang kesehatan
berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak patuh
adalah orang yang mengalami depresi, ansietas sangat memperhatikan
kesehatannya, memiliki ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih
memusatkan perhatian pada diri sendiri (Niven,2002:195). Motivasi dapat
menjadikan individu taat dan patuh.. Menurut Mc. Donal (dalam Saediman, 2007: 73)
mengatakan Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di
dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan
tertentu.
Sedangkan menurut G.R. Terry (dalam Malayu, 2005: 143) mengemukakan
bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Motivasi itu tampak sebagai
suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan daya
serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan
tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan apabila dilihat dari segi pasif/statis,
motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai perangsang untuk dapat
menggerakkan, mengerahkan, mengarahkan potensi serta daya kerja manusia
tersebut ke arah yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa prinsip pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
motivasi dapat menyebabkan individu dapat menerima berbagai konsekuensi, dapat
menggerakkan mencapai tujuan tertentu, mau dan rela memberikan tenaga, pikiran,
waktu untuk melakukan hal yang menjadi tanggung jawabnya dan dapat memelihara
individu mampu bekerjasama dengan lingkungannya.
Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan dukungan
keluarga responden yang memperhatikan dan peduli pada kondisi anggota
keluarganya yang menjalani hemodialisis, dengan kepatuhan pasien, dikarenakan
pasien masih tidak bisa mengendalikan rasa haus sehingga berkeinginan untuk
minum banyak tanpa ada yg bisa mengontrol. Sehingga kepatuhan pasien tersebut
dapat ditimbulkan dari berbagai faktor diatas khususnya dari motivasi pasien itu
sendiri.

C. Kelemahan Dan Kesulitan Peneliti


1. Kelemahan dalam Penelitian

vii
107

Dalam pengambilan data sampel responden dilakukan secara tidak langsung atau
melalui kuesioner tidak dengan observasi langsung, sehingga data yang didapatkan
terutama pada variabel dukungan keluarga dan variabel kepatuhan tingkat
kejujurannya dapat diragukan.
2. Kesulitan dalam Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan telah dilakukan uji validitas, karena kurang
pemahaman peneliti sehingga kuesiner yang tidak valid langsung dieliminasi dari
pertanyaan, padahal kalimat dari kuesioner bisa diperbaiki tanpa mengurangi dan
menghilangkan maksud dari pertanyaan sebelumnya dan kuesioner tersebut bisa
diberikan kembali kepada responden dengan jumlah yang sama.

BAB V

PENUTUP

vii
108

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini tentang hubungan dukungan keluarga dengan


kepatuhan pasien gagal ginjal kronis dalam pembatasan asupan cairan dan nutrisi
yang menjalani hemodialisis di RS. Dr. R. Hardjanto dapat disimpulkan bahwa :

1. Rata-rata karakteristik umur responden penelitian adalah 46-55 tahun sebanyak


25 orang (61,0%) sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang
(58,5%) dengan rata-rata tingkat pendidikan SMA sebanyak 19 orang (46,3%).
2. Dalam penelitian ini sekitar 26 responden ( 63,4%) mendapatkan dukungan
keluarga yang mendukung secara instrumential, emosional, material maupun
penilaian.
3. Berdasarkan data responden yang telah diteli ti di ruang hemodialisa Rs Dr. R.
Hardjanto pada tabel diatas menunjukan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik
dalam pembatasan cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa
termasuk dalam kategori Patuh 27 responden (65,9%) dan yang tidak patuh
sebanyak 14 responden (34,1%).
4. Berdasarkan data responden yang di teliti di ruang hemodialisa di Rs Dr.
R. Hardjanto pada tabel diatas dengan nilai value = 0,796 > 0,05.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho
diterima yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam pembatasan asupan cairan
dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa di RS DR. R. Hardjanto
Balikpapan.

B. Saran
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai masukan untuk
memberikan informasi tambahan bagi kependidikan keperawatan mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam
pembatasan asupan cairan dan nutrisi dalam menjalani terapi hemodialisa di
ruang hemodialisa Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan
2. Bagi Unit Hemodialisa

vii
109

Bagi perawat hemodialisa diharapkan lebih memberikan motivasi kepada


pasien dalam pembatasan asupan dan cairan. Edukasi dan motivasi diberikan
diharapkan agar pasien hendaknya meningkatkan kepatuhan agar tercipta
kualitas hidup yang lebih baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti yang akan datang hendaknya mengembangkan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi dukungan keluarga dengan
kepatuhan pasien gagal ginjal dalam pembatasan cairan dan nutrisi dalam
menjalani terapi hemodialisa.

vii
110

DAFTAR PUSTAKA

Abby S Kazley, Emily E Johnson, Kit N Simpson,Kenneth D Chavin and


Prabhakar Baliga.2014. Health care provider perception of chronic kidney
disease: knowledge and behavior among African American patiens. BMC
Nephrol. 2014.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineke Cipta.

Badan Penelitian Dasar Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar.


(RISKESDAS). 2013. Kemenkes RI.

. Candra, (2009). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kesembuhan


Penderita Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) di Pusat Pelayanan
Terpadu. http//www.respiratory.usu.ac.id.
.
Corwin, Elisabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi (Handbook of
Pathophysiologis). Jakarta: EGC. Candra, (2009). Pengaruh Dukungan
Keluarga Terhadap Kesembuhan Penderita Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) di Pusat Pelayanan Terpadu.
http//www.respiratory.usu.ac.id

Desitasari. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan


keluarga terhadap kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal

Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik. 2008. Pedoman Pelayanan


Hemodialisis Disarana Pelayanan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI
Tahun 2008.

Duwi Priyatno. 2012. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Andi.
Yogyakarta

. Friedman, L. M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, praktik.


(5 th ed). Jakarta: EGC
.
Friedman. (2005). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Three Edition.
Translations. Ina Debora. Jakarta : EGC.

Fridmen, M. (2003). Family Nursing Research Theory & Practice. USA.


Cooneticut : Appleton and Lange

Hidayat, A.A. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta;
Salemba Medika.

vii
11
1

Joann Spinale, Scott D. Cohen, Prashant Khetphal, Rolf A. Peterson, Brenna


Clougherty, Christina M. Puchalski, Samir S. Patel, Paul L. Kimmel. 2008.
Spirituality, Social Support, and Survival in hemodialysis patients.
Departements of Medicine and Psychology, George Washington
University, Washington, DC.

KDOQI.(2006). Chronic Kidney Disease 2006: A guide to select NKF-KDOQI


Guidelines and Recommendations. National Kidney
Foundation:USA.http://www.kidney.org

Marlin, Lucian E. 2008. Referensi Kesehatan, (http://worldpress. com),


diakses 14 maret 2017

Niven N. (2002). Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Notoatmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman skripsi, tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Raya.

Pit.2010. Pelayanan Dialisis yang Berkulitas. Yogyakarta: PPGII DIY.

PPSDM.2015. Kursus Perawat Ginjal Intensif XIV. Jakarta: RS PGI CIKINI.

Pratiwi, D.Susanto. (2014). Hubungn Dukungan Keluarga Dengan


TingkatDepresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisa Dir S
Pku Muhammadiyah. Yogyakarta : Skripsi Stikes Aisyiyah

Potter, Patricia A. Dan Perry, Anne Griffin. 2006. Buku Ajar


FundamentalKeperawatan Konsep, proses dan Praktik (Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice) Edisi 4 Volume 1. Jakarta:
EGC.

Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep-Proses


dan Praktik. Edisi 4, Volume 1, (Terjemah Asih Yasmin, dkk), EGC :
Jakarta.

Rismauli, I. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Strategi Koping


Keluarga dalam Menghadapi Anggota Keluarga yang Melaksanakan
Hemodialisa di RSUP Dr. pringadi medan. Skripsi. Program studi ilmu
keperawatn universitas sumatera utara

Rohman (2007), Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Asuhan


Spiritual oleh Perawat di RS Islam Jakarta, Tesis, Jakarta: Universitas
Indonesia, tidak dipublikasikan

Rully, Ria Bandiara , dkk.2011. Indonesia Renal Regisrty. Bandung: Irr.

vii
11
2

Sarafino, E.P (1998). Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. New york


: Jonh Wiley & Sons, Inc.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Sastroasmoro, S. & Ismail, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologo Penelitian Klinis.


Jakarta: Sagung Seto.

Sastroasmoro, S. & Ismail, S. 2008. Dasar-Dasar Metodologo Penelitian Klinis.


Jakarta: Sagung Seto

Sheridan dan Radmacher, 2008, Social Support Is The Resources Provededd


To Us Trough One Interaction With Other People,http// creasoft.
Wordpress. Com/2008/ dukungan sosial, diunduh 2 januari 2016.

Smeltzer, Suzanne C. Dan Bare, Brenda G. (Ed) 2002. Buku Ajar


Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddart Edisi 8 Volume 1.
Jakarta: EGC

Smet, B. (2004). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Sudoyo. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 11. Jakarta Pusat: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Suhardjono (2005). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi Ketiga. FK UI,
Jakarta

Suliswati,( 2005). Konsep Dasar Kesehatan Jiwa, Jakarta: Buku Kedokteran.


EGC

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitaif, Kualitatif Dan R & D.


Bandung: Alfabeta

Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. http//dr-suparyanto.


Blogspot.com.

Suryaningsih, M. Saraha Esrom Kanine, dan Ferdinand Wowiling, (2013).


Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Depresi Pada Pasien Gagal
Ginjal
Stuart, G.W and Sundeen, S.J. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing sixth edition, Mosby, company, New york.

Taylor (1999). Health psychology. Boston : McGraw Hill

Thong, M.S.Y dkk. (2006). Social Support Predicts Survival in Dialysis


Patients. Diunduh dari http://ndt.oxfordjournals.
org/cgi/content/full/22/3/845 pada tanggal 15 Oktober 2012

vii
11
3

SURAT PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurmaya Sari

NIM : 15034067501

Program Studi : Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES


Wiyata Husada Samarinda

Judul Laporan Tugas Akhir : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan
Dan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rs Dr.R.
Hardjanto Balikpapan

Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menandatangani lembar


persetujuan responden dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar
kuesioner ini dengan sukarela. Jawaban Bapak/Ibu akan saya jaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas
kesediaan dan kerjasamanya saya mengucapkan terimakasih..

Balikpapan, Mei 2017

Yang membuat pernyataan

Nurmaya Sari

NIM. 15034067501

vii
11
4

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini saya :

Nama : .......................................

Tempat / Tanggal Lahir : .......................................

Alamat : .......................................

Memberikan persetujuan untuk mengisi angket yang diberikan peneliti.


Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Dalam
Pembatasan Asupan Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Di Rs Dr. R. Hardjanto Balikpapan

Dengan ini saya diikut sertakan dalam penelitian sebagai sampel,


dengan catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun
berhak untuk membatalkan persetujuan ini.

Surat ini saya buat dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun

Balikpapan, Mei 2017

Responden

( )

vii
11
5

KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DALAM


PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN DAN NUTRISI PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA
DI RS DR.R. HARDJANTO BALIKPAPAN

Petunjuk Pengisian Kuesioner :


1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan/ pernyataan
dalam kuesioner ini.
2. Pilihlah jawaban yang sesuai menurut Anda dengan cara memberi tanda
contreng () pada kotak pilihan/ kolom yang tersedia.
3. Apabila ada pertanyaan yang sulit dimengerti dipersilahkan bertanya
kepada peneliti

Nomor Responden : (diisi oleh peneliti)

A. DATA DEMOGRAFI
1. Usia

( ) 25-44 tahun

( ) 45-65 tahun

( ) > 65 tahun

2. Jenis kelamin

( ) laki-laki ( ) perempuan

3. Pendidikan terakhir

( ) SD atau sederajat ( ) SMA atau sederajat

( ) SMP atau sederajat ( ) Akademi ( ) Sarjana

vii
11
6

Petunjuk pengisian: untuk tabel B dan C

1. Berilah tanda silang () pada jawaban

2. Pilih jawaban yang tepat sesuai dengan keadaan yang anda alami

B. DUKUNGAN KELUARGA

Pernyataan
No Ya Tidak
1 Keluarga memberikan penjelasan
mengenai pentingnya mematuhi
membatasi asupan cairan dalam sehari-
hari agar tidak terjadi komplikasi
2 Keluarga memberikan penjelasan
mengenai pentingnya mematuhi
membatasi asupan nutrisi dalam sehari-
hari agar tidak terjadi komplikasi
3 Keluarga membantu dalam mengatur
makanan yang harus dikonsumsi sesuai
petunjuk petugas kesehatan
4 Keluarga mengajari dalam memilih menu
makanan sehari-hari
5 Keluarga menegur saya bila saya makan
buah2an yang tinggi kalium
6 Keluarga menegur saya bila saya minum
terlalu banyak melebihi aturan hemodialisa
7 Keluarga menegur saya jika
mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein seperti ( daging,ikan,
telur) secara berlebihan.
8. Keluarga menegur saya jika
mengkonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat (nasi, roti)
secara berlebihan.

vii
11
7

Pernyataan Ya Tidak
No
Keluarga saya ikut memperhatikan dan
9
mengawasi asupan minum di rumah.
Keluarga menanyakan kabar dan
10
memperhatikan saya
Keluarga ,membantu saya dalam
11 mengatasi masalah perekonomian dengan
memberikan bantuan dana
Keluarga peduli terhadap makanan yang
12
saya konsumsi
Keluarga peduli terhadap minuman yang
13
saya konsumsi
Keluarga menemani dan mengunjungi
14
saya waktu sakit
Keluarga membantu saya dalam
15 melakukan aktifitas yang tidak bisa saya
lakukan
Keluarga memberi dukungan dalam
16 mengatasi komplikasi akibat terapi
hemodialisa
Keluarga memberi semangat kepada saya
17 untuk tetap mengikuti terapi hemodialisa
secara teratur
Keluarga memberi suasana yang nyaman
18
dirumah
Keluarga memberikan nasihat untuk
19 mengatasi efek samping yang timbul
akibat hemodialisa
Keluarga memberi dorongan untuk tetap
20 berserah diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa

vii
11
8

C. KEPATUHAN

Pernyataan
No Ya Tidak
Saya mengukur jumlah konsumsi
1 minuman sesuai dengan takaran yang
diharuskan 500cc (2-3 gelas kecil)
Saya mengkonsumsi makanan sehari-hari
2 sesuai dengan petunjuk dari petugas
kesehatan
Saya selalu menjaga pola makan karena
3
ingin sehat
Ketika kebutuhan cairan saya sudah
mencapai batas, tetapi saya haus, maka
4 untuk menghilangkan haus biasanya yang
Saya lakukan mengulum es batu atau
sikat gigi dan berkumur
Saya memahami pembatasan asupan
5 cairan membantu mengoptimalkan
kualitas hidup
Jika ada jamuan pesta/acara, saya hanya
makan nasi 1 piring sedang dan tidak
6
akan tambah, karena saya sudah makan
dirumah
Saya mempelajari asupan nutrisi
7 yang dianjurkan untuk pasien
gagal ginjal kronik.
Saya makan nasi dengan menu
8
yang diinginkan setiap hari.
Saya mengatur menu makanan
9
yang boleh dikonsumsi.

vii
11
9

vii
12
0

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurmaya Sari

Tempat Tanggal Lahir : Balikpapan, 09 Oktober 1982

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : jl. Karang Jawa Rt 12 No 01 Balikpapan Kaltim

No Telepon/Hp : 081254420119

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. Tahun 1988 -1994 : SD Cacaban 6 Magelang

2. Tahun 1994 1997: SLTP Negeri 2 Balikpapan

3. Tahun 1997 2000: SPK Pelamonia Makasar

4. Tahun 2009 2014: Akper Kesdam VI/MLW Banjarmasin

5. Tahun 2016- Sekarang: Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Wiyata Husada


Samarinda

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 2001 2005 sebagai honorer Rs Dr. R.Hardjanto Balikpapan

Tahun 2005 sekarang sebagai PNS Rs Dr. R.Hardjanto Balikpapan

vii
12
1

vii

Anda mungkin juga menyukai