Anda di halaman 1dari 43

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN ANTARA USIA KEHAMILAN <12 MINGGU DAN ≥12 MINGGU


DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI
DI RSUD Dr. MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ratih Puspa Wardani


G0009180

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit
2012 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan antara Usia Kehamilan <12 Minggu dan
≥12 Minggu dengan Anemia Defisiensi Besi di RSUD Dr. Moewardi

Ratih Puspa Wardani, NIM : G0009180, Tahun : 2012

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Rabu, Tanggal 5 September 2012

Pembimbing Utama
Nama : Rustam Sunaryo, dr., Sp.OG
NIP : 19480224 197603 1 002 (...................................)

Pembimbing Pendamping
Nama : Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D
NIP : 19551021 199412 1 001 (..................................)

Penguji Utama
Nama : Dr. Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG(K)
NIP : 19620822 198912 2 001 (..................................)

Penguji Pendamping
Nama : Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes
NIP : 19751129 200812 2 002 (..................................)

Surakarta,........................2012

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Ratih Puspa Wardani, G0009180, 2012. Hubungan antara Usia Kehamilan <12
Minggu dan ≥12 Minggu dengan Anemia Defisiensi Besi di RSUD Dr.
Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Menurut Depkes, anemia defisiensi besi pada kehamilan


merupakan penyebab 40% kematian ibu-ibu di negara berkembang. Defisiensi
zat-zat nutrisi telah diduga sebagai penyebab tersering anemia. McLean
melaporkan prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35%-
75% dan semakin meningkat seiring pertambahan usia kehamilan. Selain terhadap
ibu, anemia pada kehamilan juga berakibat buruk pada janin yang dikandungnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia kehamilan
dengan anemia defisiensi besi.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik


dengan pendekatan case control. Sebanyak 60 subjek penelitian yang dipilih
dengan purposive sampling dan fixed disease sampling adalah pasien ibu hamil
yang memeriksakan diri di Poli Kandungan RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan
data dilakukan dengan wawancara langsung dan rekam medik pasien. Data hasil
penelitian dianalisis menggunakan model regresi logistik ganda dan diolah dengan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 20.00 for Windows.

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengontrol variabel


perancu yaitu jarak kehamilan, wanita hamil dengan usia kehamilan ≥ 12 minggu
di RSUD Dr. Moewardi memiliki risiko untuk mengalami anemia defisiensi besi
2,71 kali lebih besar daripada usia kehamilan < 12 minggu (OR 2,74; CI 95% 0,3
sd 25,3; p 0,373). Analisis ini telah mengontrol jarak kehamilan sebagai faktor
perancu, tetapi belum mengontrol asupan gizi.

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan negatif, lemah, dan secara statistik


tidak signifikan antara usia kehamilan dengan anemia defisiensi besi. Perlu
penelitian lebih lanjut mengenai anemia defisiensi besi dengan mengontrol asupan
gizi sebagai faktor perancu sehingga hasil penelitian menjadi lebih valid.

Kata Kunci: usia kehamilan, <12 minggu, ≥12 minggu, anemia defisiensi besi

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Ratih Puspa Wardani, G0009180, 2012. The Association between <12 and ≥12
Weeks Gestational Age with Iron Deficiency Anemia at RSUD Dr. Moewardi.
Thesis. Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Background: According to Indonesian health department, iron deficiency anemia


in pregnancy is the cause of 40% of deaths of mothers in developing countries.
Deficiency of nutrients have been suggested as the most common cause of
anemia. McLean reported the prevalence of pregnant mothers who experience iron
deficiency anemia approximately 35%-75% and increases as increasing of
gestational age. In addition to the mother, iron deficiency anemia in pregnancy
also adversely affects the fetus. The purpose of this study was to know the
association between gestational age and iron deficiency anemia.

Methods: This analytic study was observational using case control approach. A
sample of 60 study subjects was selected by purposive sampling and fixed disease
sampling from outpatients who visited Obstetric Clinics, RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. The data was collected by interview and some datas taken from the
medical records. The data was analyzed using multiple logistic regression model
on SPSS 20 for windows.

Results : The pregnant women with gestational age ≥ 12 weeks at RSUD Dr.
Moewardi have a greater risk for iron deficiency anemia 2.74 times larger than
<12 weeks gestational age (OR 2,74; CI 95% 0,3 sd 25,3; p 0,373). This analysis
have control the range of pregnancy as a confounding factor, but not control the
intake of nutrient.

Conclusion: There is a weak and negative association, and not statistically


significant between the gestational age with iron deficiency anemia because in
this study, nutrition intake as one of confounding factor has not been controlled.
Need further study on iron deficiency anemia by controlling nutrition intake as a
confounding factor so the result becomes more valid.

Keywords: gestational age, <12 weeks, ≥12 weeks, iron deficiency anemia

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA
Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Hubungan antara Usia Kehamilan
<12 minggu dan ≥12 minggu dengan Anemia Defisiensi Besi di RSUD Dr.
Moewardi. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat
ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. H. Rustam Sunaryo, dr., Sp.OG. selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.
3. Prof Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD selaku Pembimbing Pendamping yang
tak henti-hentinya bersedia meluangkan untuk membimbing hingga terselesainya
skripsi ini.
4. Dr. Hj., Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG (K) selaku Penguji Utama yang telah
memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes. selaku Penguji Pendamping yang
telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ari Probandari,dr., MPH, Ph.D. dan Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi
FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar
sehingga terselesainya skripsi ini.
7. Yang tercinta kedua orang tua saya, Ayahanda Sri Mulyantoro dan Ibunda Sri
Pantini, serta kakak-kakak saya, Indhira Wardhani dan Danur Sri Wardana
tersayang dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan
memberikan support dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.
8. Partner skripsi obsgyn sekaligus sahabat-sahabat saya yang terbaik, Muflihah
Isnawati dan Puspa Damayanti yang setia memberikan saya semangat, bantuan
dan mendampingi berjuang bersama saya dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat terdekat saya, Pratita Komalasari, Prisca Priscilla, dan Sayekti
Asih, teman-teman kelompok 16 dan angkatan 2009 atas semangat dan bantuan
yang tak henti-henti dan waktu yang selalu tersedia.
10. Yang tersayang Muhammad Restu Utomo dan tante Susanti Mintarsih, Sp. OG
yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi.
11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses
penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak
sangat diharapkan.
Surakarta, 12 Juli 2012

Ratih Puspa Wardani


commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 2

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................. 4

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 4

1. Anemia Defisiensi Besi...................................... ............................ 4

a. Definisi ............................................ ........................................... 4

b. Etiologi................. ................................................................... … 4

c. Patogenesis ....................... .......................................................... 5

d. Manifestasi Klinis ......................................... ............................. 6

e. Pemeriksaan ........................................ ....................................... 6

2. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan....................................... . 10

a. Kebutuhan Zat Besi pada Kehamilan.......................................... 10


commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Peningkatan Kebutuhan Fisiologi Kehamilan ............................ 11

c. Patofisiologi ....................... ........................................................ 12

d. Epidemiologi ......................................... ..................................... 13

e. Komplikasi ....................... .......................................................... 15

f. Diagnosis ......................................... ........................................... 16

3. Hubungan Usia Kehamilan dengan Anemia Defisiensi Besi .......... 17

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 19

C. Hipotesis ............................................................................................. 20

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 21

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 21

C. Subjek Penelitian ................................................................................ 21

D. Teknik Sampling .................................................................................. 22

E. Ukuran Sampel ................................................................................... 22

F. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................... 22

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 22

H. Rancangan Penelitian........................................................................... 24

I. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data ......................................... 24

J. Teknik Analisis Data ………………………………………… . ........... 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN................................................................................ 26

A. Karakteristik Sampel Penelitian ......................................................... 26

1. Karakteristik Data Berdasarkan Data Kontinyu … ........................ .. 26


commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Karakteristik Data Berdasarkan Data Kategorikal ........................... 26

B. Analisis Bivariat ................................................................................. 27

1. Hubungan Usia Kehamilan dengan Anemia Defisiensi Besi ….. ... 27

2. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Anemia Defisiensi Besi ......... 29

C. Analisis Regresi Logistik Ganda ........................................................ 30

BABV. PEMBAHASAN ....................................................................................... 32

BABVI. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 35

A. Simpulan ............................................................................................. 35

B. Saran ................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 36

LAMPIRAN

commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan kerangka kerja

pembangunan yang telah disepakati seluruh anggota Perserikatan Bangsa

Bangsa (PBB), termasuk Indonesia. Salah satu sasaran MDGs adalah terkait

kesehatan ibu dan anak. Indikator MDGs yang kelima yaitu terkait angka

kematian ibu (AKI), merupakan salah satu indikator yang diperkirakan sulit

dicapai. AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab

kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak

termasuk kecelakaan atau kasus insidentiil) selama kehamilan, melahirkan dan

dalam masa nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000

kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu 6 minggu hingga

setahun setelah melahirkan (Depkes, 2011).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI

di Indonesia sangat tinggi yaitu 228 setiap 100.000 kelahiran. Tiga faktor

utama penyebab kematian ibu melahirkan yaitu perdarahan (28%), hipertensi

saat hamil atau preeklamasi (24%), dan infeksi (11%). Dampak utama

terjadinya perdarahan adalah anemia (Depkes, 2007).

Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Sekitar 75 %

anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi. Berdasarkan data

Survei Kesehatan Nasional, angka anemia defisiensi besi pada ibu hamil
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

sebesar 40,1% dan merupakan penyebab 40% kematian ibu hamil di negara

berkembang (Depkes, 2003).

Menurut survey World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 di


Indonesia dari 225.465 penderita anemia defisiensi besi di Indonesia, 4.399
penderita anemia defisiensi besi merupakan ibu hamil. Dan dari hasil survey
diestimasikan bahwa ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi di
Indonesia akan meningkat sekitar 30%-75 % serta semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia kehamilan (McLean, 2009).
Perbedaan insidensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil terjadi sesuai

dengan proses perkembangan dan pertumbuhan masa janin yang ditandai

dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ

tubuh. Akibatnya kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi

peningkatan produksi eritrosit dan rentan untuk terjadinya anemia, terutama

anemia defisiensi besi (Wiknjosastro, 2009).

Anemia defisiensi besi pada kehamilan dapat berakibat buruk baik

terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Menurut WHO, 40 % kematian

ibu-ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan. Di

samping pengaruhnya kepada kematian, anemia pada saat hamil akan

mempengaruhi pertumbuhan janin, memicu kelahiran prematur, berat bayi lahir

rendah dan peningkatan kematian maternal dan perinatal (Dimm, 2007).

Kebutuhan akan berbagai zat gizi termasuk zat besi pada usia kehamilan

kurang dari 12 minggu meningkat secara minimal. Setelah itu kebutuhan akan

terus membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi tambahan setelah usia

kehamilan lebih dari 12 bulan diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara (Wiknjosastro,

2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

adakah hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian anemia defisiensi besi

di RSUD Dr. Moewardi.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara usia kehamilan <12 minggu dan ≥12 minggu

dengan risiko anemia defisiensi besi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia kehamilan

<12 minggu dan ≥12 minggu dengan risiko anemia defisiensi besi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

hubungan usia kehamilan <12 minggu dan ≥12 minggu dengan risiko

anemia defisiensi besi pada ibu hamil.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pendidikan kesehatan bagi

masyarakat sebagai upaya mengurangi risiko anemia defisiensi besi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Anemia Defisiensi Besi

a. Definisi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi

kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin

berkurang (Bakta, 2009).

Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling

parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi

serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin

atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2010).

Proses absorbsi besi untuk pembentukan hemoglobin dibagi menjadi

tiga fase, yaitu: 1) fase luminal, 2) fase mukosal, 3) fase korporeal.

b. Etiologi

Menurut Bakta (2009) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh:

1) Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun

2) Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam

makanan (asupan yang kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas)

besi yang rendah.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

3) Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam

masa pertumbuhan, dan kehamilan.

4) Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik,

atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan

kopi), polifenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk

susu).

c. Patogenesis

Perdarahan menahun yang menyebabkan kehilangan besi atau

kebutuhan besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga

cadangan besi semakin menurun (Bakta, 2009).

Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat

besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi. Keadaan ini ditandai oleh

penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus,

serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan

besi berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali,

penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan

gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi.

Keadaan ini disebut sebagai iron deficient erythropoiesis. Pada fase ini

kelainan pertama yang dijumpai adalah peningkatan kadar free

protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam eritrosit. Saturasi

transferin menurun dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) meningkat,

serta peningkatan reseptor transferin dalam serum. Apabila penurunan

jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu sehingga


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

kadar hemoglobin mulai menurun. Akibatnya timbul anemia hipokromik

mikrositik, disebut sebagai anemia defisiensi besi (Andrews, 1999).

d. Manifestasi Klinis

1) Gejala umum anemia

Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-

kunang, serta telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai

pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah

kuku. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin

< 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas

(Bakta, 2009).

2) Gejala khas anemia defisiensi besi

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak

dijumpai pada anemia jenis lain adalah (Bakta, 2009):

a) Koilonychia, yaitu kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris-

garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

b) Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan

mengkilap karena papil lidah menghilang.

c) Stomatitis angularis, yaitu adanya peradangan pada sudut mulut

sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

d) Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

e. Pemeriksaan

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

anemia defisiensi besi antara lain:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

1) Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu

ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah

anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat

dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang

dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III

(Bakta, 2009).

2) Penentuan Indeks Eritrosit

a) Mean Corpusculer Volume (MCV)

MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun

apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia

mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi

yang spesifik setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis

disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka

sel darah merah. Nilai normal 80-100 fl, mikrositik < 80 fl pada

anemia defisiensi besi dan makrositik > 100 fl pada anemia

defisiensi asam folat.

b) Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)

MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah

merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan jumlah sel

darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg

dan makrositik > 31 pg.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

c) Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)

MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata.

Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai

normal 30%-35% dan hipokrom < 31%.

3) Pemeriksaan hapusan darah perifer

Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual.

Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan

memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah.

Dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada

kolom morfology flag (Bakta, 2009).

4) Eritrosit Protoporfirin (EP)

EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya

membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak

terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi

eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan besi

terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu,

sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi

individu yang luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi

walaupun dalam praktik klinis masih jarang (Bakta, 2009).

5) Besi Serum (Serum Iron = SI)

Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta

menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin

jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan

setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi

kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum

dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak

status besi yang spesifik (Bakta, 2009).

6) Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)

Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan

mengikat besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai

besi ke sumsum tulang. Penurunan jenuh transferin di bawah 10%

merupakan indeks kekurangan suplai besi yang meyakinkan terhadap

perkembangan eritrosit. Jenuh transferin dapat menurun pada penyakit

peradangan. Jenuh transferin umumnya dipakai pada studi populasi

yang disertai dengan indikator status besi lainnya. Tingkat jenuh

transferin yang menurun dan serum feritin sering dipakai untuk

mengartikan kekurangan zat besi (Bakta, 2009).

7) Serum Feritin

Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif

untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara

luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum

feritin < 20 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang

berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap

sebagai diagnostik untuk kekurangan zat besi (Bakta, 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Kadar serum feritin menurut WHO untuk anemia defisiensi besi

pada ibu hamil adalah < 20 μg/l (Suega, 2002).

2. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai

hemoglobin di bawah 11 g/dl pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai

hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester dua. Perbedaan nilai batas

di atas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi (Cunningham, 2007).

a. Kebutuhan zat besi pada kehamilan

Zat besi (Fe) adalah bagian penting dari hemoglobin, mioglobin, dan

enzim, namun zat gizi ini tergolong esensial sehingga harus disuplai dari

makanan. Sumber utama zat besi adalah pangan hewani terutama yang

berwarna merah, yaitu hati dan daging, sedangkan sumber lain adalah

sayuran berwarna hijau. Pangan hewani relatif lebih tinggi absorpsinya

yaitu 20%-30% dibandingkan dengan pangan nabati hanya 1%-7%. Hal

tersebut karena zat besi dalam nabati yaitu ferri ketika akan diabsorpsi

harus direduksi dahulu menjadi bentuk ferro (FKM UI, 2007).

Banyaknya absorpsi zat besi tergantung pada jumlah kandungan besi

dalam makanan, jenis besi dalam makanan, adanya bahan penghambat

atau pemacu absorpsi dalam makanan, jumlah cadangan besi dalam

tubuh, dan kecepatan eritropoesis (Bakta, 2009).

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi daripada laki-laki karena

terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap

bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Di samping itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah

sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin. Jika persediaan

cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan menguras

persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada

kehamilan berikutnya (Manuaba, 1998).

Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat. Peningkatan

ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan janin untuk tumbuh

(pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi), pertumbuhan

plasenta, dan peningkatan volume darah ibu. Jumlahnya sekitar 1.000 mg

selama kehamilan (Arisman, 2007).

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat mutlak dibutuhkan oleh

ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk

menghadapi persalinan dengan aman (Sulistyawati, 2009).

b. Peningkatan kebutuhan fisiologi kehamilan

Kebutuhan zat besi meningkat selama kehamilan untuk memenuhi

kebutuhan zat besi akibat peningkatan volume darah, menyediakan zat

besi bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah

pada saat persalinan. Peningkatan absorpsi zat besi selama trimester II

kehamilan membantu peningkatan kebutuhan. Beberapa studi

menggambarkan hubungan antara suplementasi zat besi salama

kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan

dapat meningkatkan berat lahir bayi (FKM UI, 2007).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

c. Patofisiologi

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu mengalami

hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40%

yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Bila kadar

hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 g/dl maka dengan terjadinya

hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan kadar Hb

ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g/dl (Manuaba, 1998).

Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan

kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-

perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah

banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.

Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan

pertambahan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18%, dan

hemoglobin 19% (Abdulmuthalib, 2010).

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara

fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama

pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih

berat dalam masa hamil sebagai akibat hidremia cardiac output

meningkat. Kerja jantung menjadi lebih ringan apabila viskositas darah

rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak

naik. Kedua, ketika perdarahan pada saat persalinan, banyaknya unsur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu

tetap kental (Abdulmuthalib, 2010).

Adapun perubahan pertama yang terjadi selama perkembangan

kekurangan besi adalah deplesi cadangan zat besi. Cadangan besi wanita

dewasa sekitar 2 gram, sekitar 60%-70 % berada dalam sel darah merah

yang bersirkulasi, dan 10%-30 % adalah besi cadangan yang terutama

terletak di dalam hati, empedu, dan sumsum tulang. Deplesi cadangan

besi kemudian diikuti dengan menurunnya besi serum dan peningkatan

TIBC, sehingga anemia berkembang (Bakta, 2009).

d. Epidemiologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi

besi pada ibu hamil adalah:

1) Usia Kehamilan

Pada suatu penelitian yang diadakan di beberapa praktek bidan

swasta di Kota Medan, ditemukan bahwa terjadi peningkatan

penderita anemia dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada trimester

pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak

terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak

trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan

meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk

memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut

oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu

tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau

dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil (Amiruddin, 2006).

2) Usia Ibu

Salah satu keadaan kehamilan yang dapat berisiko tinggi adalah

umur ibu hamil yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Pada usia kurang dari 20 tahun kebutuhan zat besi meningkat

ditunjang dengan keadaan hamil yang lebih membutuhkan zat besi

maka kemungkinan untuk menderita anemia pada kehamilan cukup

tinggi. Demikian pula pada usia lebih dari 35 tahun kondisi fisiknya

sudah menurun, daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan

penyakit tidak lagi optimal dan rentan terhadap komplikasi penyakit

(Depkes RI, 2003).

3) Jarak kehamilan

Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya

anemia, hal ini dikarenakan kondisi ibu belum pulih dan kebutuhan

zat gizi belum optimal, sesudah memenuhi kebutuhan nutrisi janin

yang dikandung. Seorang ibu memerlukan waktu lebih dari 2 tahun

antara kelahiran agar pulih secara fisiologik dari suatu

kehamilan/persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan

berikutnya. Makin kecil jarak kelahiran makin besar pula risiko

kematian untuk ibu dan anak, hal ini dapat terjadi akibat komplikasi

dalam kehamilan dan persalinan seperti antara lain anemia berat,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

partus prematurus dan kematian perinatal yang meningkat

(Amiruddin, 2006).

4) Ante Natal Care (ANC)

ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa

keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya

koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Frekuensi yang

disarankan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu:

a) Minimal satu kali pada trimester I

b) Minimal satu kali pada trimester II

c) Minimal dua kali pada trimester III

Hasil pengukuran didapatkan tiga kelompok yaitu :

a) ANC teratur jika lebih dari atau sama dengan pedoman di atas.

b) ANC tidak teratur jika frekuensi maksimal kurang dari atau sama

dengan empat kali.

c) Tidak pernah ANC.

e. Komplikasi

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil mempunyai dampak

buruk, baik pada ibunya maupun terhadap janinnya. Ibu hamil dengan

anemia berat lebih memungkinkan terjadinya partus prematur dan

memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah serta dapat meningkatkan

kematian perinatal (Milman, 2011).

Merchan dan Agarwal dalam Riswan (2003) melaporkan bahwa

dampak persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

besi adalah 12%-28 % angka kematian janin, 30 % kematian perinatal,

dan 7%-10% angka kematian neonatal.

f. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi diperlukan

metode pemeriksaan yang akurat dan kriteria diagnosis yang tegas. Para

peneliti telah menyetujui bahwa diagnosis anemia defisiensi besi

ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang

yaitu pemeriksaan darah dan sumsum tulang (WHO, 2004).

Bakta (2009) membuat definisi anemia defisiensi besi yaitu apabila

kadar hemoglobin < 11 g/dl dan memenuhi salah satu kriteria di bawah

ini :

1) Penentuan indeks eritrosit

a) MCV < 80 fl

b) MCH < 27 pg

c) MCHC < 31%

2) Mikroskopis eritrosit mikrositik hipokromik

3) Dua dari tiga parameter di bawah ini

a) Serum iron < 50 mg/dl

b) TIBC > 350 mg/dl

c) Saturasi transferin < 16%

4) Feritin serum < 20 µgr/l

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

3. Hubungan Usia Kehamilan dengan Anemia Defisiensi Besi

Wanita normal memerlukan zat besi lebih tinggi daripada laki-laki

karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc

setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Kebutuhan

akan berbagai zat gizi termasuk zat besi pada usia kehamilan kurang dari 12

minggu meningkat secara minimal yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian

meningkat tajam setelah usia kehamilan 12 minggu yaitu sebesar 6,3 mg

sehari. Energi tambahan setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu

diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan volume darah,

pertumbuhan uterus dan payudara (Wiknjosastro, 2009).

Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg

untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri dari :

a. Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat

besi.

b. Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.

c. Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg.

d. Sekitar 190 mg hilang selama melahirkan.

Selama periode setelah melahirkan 0,5-1 mg besi perhari dibutuhkan

untuk laktasi, dengan demikian jika cadangan pada awalnya direduksi, maka

pasien hamil dengan mudah bisa mengalami kekurangan besi (Riswan,

2003).

Prevalensi anemia defisiensi besi tertinggi pada ibu hamil adalah

setelah usia kehamilan 12 minggu. Perbedaan ini terjadi sesuai dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

proses perkembangan dan pertumbuhan masa janin yang ditandai dengan

pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ tubuh

Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada wanita hamil jauh lebih besar dari

pada tidak hamil. Pada awal kehamilan kebutuhan zat besi sedikit karena

tidak terjadinya menstruasi dan pertumbuhan janin lambat. Sedangkan

setelah usia kehamilan 12 minggu, pertumbuhan janin sangat cepat dan

janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban sehingga

lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan. Akibatnya kebutuhan zat

besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi eritrosit

dan rentan untuk terjadinya anemia defisiensi besi. (Al-Mehaisen, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran


Ibu hamil

Usia kehamilan < 12 minggu Usia kehamilan ≥ 12 minggu

Tidak menstruasi, Pertumbuhan janin sangat


pertumbuhan janin masih cepat, janin aktif bergerak
lambat

Butuh zat besi sedikit Butuh > zat besi

Deplesi besi kecil Deplesi besi >

Cadangan besi kosong Cadangan besi > kosong

Iron deficient erythropoiesis Iron deficient erythropoiesis >


kecil

Kebutuhan O2 ↑ Kebutuhan O2 ↑↑

Eritropoiesis terganggu Eritropoiesis > terganggu

Volume plasma ↑↑ Volume plasma ↑↑↑

Eritrosit ↑ Eritrosit ↑↑

Hemodilusi

Variabel luar yang Hb ↓↓


diteliti : Variabel luar yang tidak
- Kunjungan ANC, diteliti :
jarak kehamilan Anemia defisiensi besi - usia ibu, nutrisi

Keterangan:
< : kurang dari commit to user
> : lebih banyak ↑↑ : sangat meningkat
≥ : lebih dari sama dengan ↑ : meningkat ↓↓ : sangat menurun
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara usia kehamilan <12 minggu dan ≥12 minggu

dengan risiko anemia defisiensi besi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control.

Penelitian ini bersifat observasional karena peneliti hanya mengamati

(mengukur) variabel yang diteliti, tanpa dengan sengaja memberi intervensi

(perlakuan). Penelitian ini merupakan penelitian analitik karena bertujuan

menganalisis hubungan - hubungan antarvariabel (pengaruh) sebuah atau

sejumlah variabel terhadap variabel lainnya (Murti, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Poli Kandungan

dan bangsal RSUD Dr. Moewardi pada bulan Mei 2012.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah semua ibu hamil di RSUD Dr.

Moewardi dengan:

1. Kriteria inklusi :

Ibu hamil pada semua usia kehamilan

2. Kriteria eksklusi :

a. Ibu hamil dengan kelainan darah (selain anemia).

b. Ibu hamil menderita penyakit kronis.

c. Ibu hamil dengan plasenta previa dan abortus.

commit to user

21
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

D. Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode fixed-disease sampling.

Fixed-disease sampling menurut Murti (2010) merupakan prosedur

pencuplikan berdasarkan status pengambilan subjek, sedang status paparan

subjek bervariasi mengikuti status pengambilan subjek yang sudah fixed.

E. Jumlah Sampel

Menurut Murti (2010), jumlah sampel ditentukan dari variabel independen

x (15-20 observasi). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen

sehingga jumlah sampel yang diperlukan adalah 3 x (15-20) = 45 - 60 sampel.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Usia kehamilan.

2. Variabel terikat : Anemia defisiensi besi.

3. Variabel Perancu

a. Terkendali : Kunjungan ANC, jarak kehamilan

b. Tidak terkendali : Usia ibu, nutrisi

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas :

Usia kehamilan

Definisi :

Usia kehamilan adalah ukuran lama waktu janin dari hari pertama

menstruasi terakhir, dibedakan menjadi < 12 minggu dan ≥ 12 minggu.

Alat ukur : Wawancara pasien

Skala pengukuran : Kategorikal


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

2. Variabel terikat:

Anemia defisiensi besi

Definisi:

Anemia defisiensi besi adalah ibu hamil yang pada pemeriksaan

laboratorium menunjukkan kadar Hb < 11 g/dl, Mean Corpuscle

Haemoglobin (MCH) < 27 pg, Mean Corpusculer Volume (MCV) < 80 fl,

dan Mean CorpusculernHaemoglobin Concentration (MCHC) <32 g/dl.

Alat ukur : Rekam medik

Skala pengukuran : Kategorikal

3. Variabel perancu

a. Kunjungan Ante Natal Care (ANC)

Definisi:

ANC adalah pemeriksaan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin

secara berkala diikuti koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan.

Alat ukur : Wawancara pasien

Skala pengukuran : Kategorikal

b. Jarak kehamilan

Definisi:

Jarak kehamilan dihitung dari tanggal melahirkan pada kehamilan

yang tepat di atasnya sampai hari pertama menstruasi terakhir pada

kehamilan sekarang.

Alat ukur : Wawancara pasien

Skala pengukuran : Kategorikal


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

H. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan penelitian


Populasi sasaran ibu hamil
Kriteria inklusi
dan eksklusi Purposive sampling

Sampel ibu hamil di RSUD


Dr. Moewardi
Fixed disease
sampling

Sampel Sampel tidak


Anemia Defisiensi Besi Anemia Defisiensi Besi

UK JK ANC UK JK ANC
(minggu) (bulan) (minggu) (bulan)

<12 ≥12 <24 ≥24 T TT <12 ≥12 <24 ≥24 T TT

Analisis data

Keterangan:
-U K : usia kehamilan -T : teratur
-J K : jarak kehamilan -TT : tidak teratur

I. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan data

1. Data mengenai anemia defisiensi besi diambil dari data rekam medik subjek

penelitian.

2. Peneliti mewawancarai subjek penelitian.

3. Subjek penelitian menjawab pertanyaan penelitian mengenai hubungan

antara usia kehamilan dengan anemia defisiensi besi.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

J. Teknik Analisis Data

Karakteristik sampel data kontinyu dideskripsikan dalam n, mean, SD,

minimal, dan maksimal. Karakteristik sampel data kategorikal didiskripsikan

dalam n dan persen.

Hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian anemia defisiensi besi

dengan mengontrol ANC dan jarak kehamilan sebagai faktor perancu,

dianalisis dengan model regresi logistik ganda.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Murti, 2010) :

ln 1-p = a+b1X1+b2X2+b3X3

dimana :

p : probabilitas untuk anemia defisiensi besi

1-p : probabilitas untuk tidak anemia defisiensi besi

a : konstanta

b1, b2, b3 : konstanta regresi variabel bebas X1 , X2, X3

X1 : usia kehamilan (0: ≥ 12 minggu; 1: < 12 minggu)

X2 : ANC (0: K4; 1: K1/K2/K3)

X3 : jarak kehamilan (0: ≥ 24 bulan; 1:<24 bulan)

Hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian anemia defisiensi besi

pada ibu hamil ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR) = Exp (b).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai hubungan antara usia kehamilan <12 minggu

dan ≥12 minggu dengan anemia defisiensi besi telah dilaksanakan pada

bulan Mei 2012 di Poli Kandungan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel

penelitian berjumlah 60 sampel yang terdiri dari 40 pasien bukan penderita

anemia defisiensi besi dan 20 pasien penderita anemia defisiensi besi.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu


Tabel 4.1 Karakteristik sampel data kontinu
Variabel n Mean SD Min Maks
Usia ibu (tahun) 60 32,8833 6,04529 20 49

Tabel 4.1 menunjukkan, rata-rata usia pasien pada penelitian yaitu


32 tahun.

2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan data kategorikal

Variabel n %
Usia kehamilan
<12 minggu 6 10
≥12 minggu 54 90
Total 60 100
Jarak kehamilan
<24 bulan 8 13,3
≥24 bulan 52 86,7
Total 60 100
Anemia defisiensi besi
Tidak 40 66,7
Ya commit to user 20 33,3
Total 60 100

26
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2 menunjukkan selama penelitian di Poli Kandungan usia

kehamilan <12 minggu lebih sedikit daripada usia kehamilan ≥12

minggu, jarak kehamilan <24 bulan lebih sedikit daripada jarak

kehamilan ≥24 bulan, dan sampel pasien bukan anemia defisiensi besi

lebih banyak daripada sampel pasien anemia defisiensi besi.

B. Analisis Bivariat
Pada tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui

hubungan dengan variabel bebas (usia kehamilan) terhadap variabel

terikat (anemia defisiensi besi) serta arah hubungannya. Analisis juga

dilakukan terhadap faktor perancu, yaitu jarak kehamilan. Adanya faktor

perancu berpengaruh terhadap hasil analisis data yang didapat. Untuk

mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Uji statistik

menggunakan Chi-square Test dengan Confidence Interval (CI) 95%.

1. Hubungan Usia Kehamilan dengan Anemia Defisiensi Besi

Tabel 4.3 Analisis bivariat tentang hubungan usia kehamilan dengan


anemia defisiensi besi

anemia defisiensi besi


Variabel Ya Tidak Total OR p
n(%) n(%) n(%)
Usia kehamilan:
≥ 12 minggu 19 (35,2) 35 (64,8) 54 (100) 2,71 0,361
< 12 minggu 1 (16,7) 5 (83,3) 6 (100)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.1 Rata-rata usia kehamilan dengan anemia defisiensi

besi.

Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 didapatkan ibu hamil dengan usia

kehamilan < 12 minggu yang menderita anemia defisiensi besi

sebanyak 1 orang (16,7%) dan yang tidak menderita anemia defisiensi

besi sebanyak 5 orang (83,3%). Pada ibu hamil dengan usia kehamilan

≥ 12 minggu didapatkan penderita anemia defisiensi besi sebanyak 19

orang (35,2%) dan yang tidak menderita anemia defisiensi besi

sebanyak 35 orang (64,8%). Analisis bivariat terhadap hubungan antara

usia kehamilan dengan risiko mengalami anemia defisiensi besi

menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p 0,361). Pasien dengan

usia kehamilan ≥ 12 minggu memiliki risiko untuk mengalami anemia

defisiensi besi dengancommit to user


frekuensi sering 2,71 kali lebih besar daripada
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

usia kehamilan < 12 minggu (OR 2,71; Cl 95% 0,30 s.d. 24,95; p

0,361), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel

perancu.

2. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Anemia Defisiensi Besi

Tabel 4.4 Analisis bivariat tentang hubungan jarak kehamilan dengan


anemia defisiensi besi

anemia defisiensi besi


Variabel Ya Tidak Total OR p
n(%) n(%) n(%)
Jarak kehamilan:
≥24 bulan 17 (32,7) 35 (67,3) 52 (100) 0,79 0,778
< 24 bulan 3 (37,5) 5 (62,5) 8 (100)

Gambar 4.2 Rata-rata jarak kehamilan dengan anemia defisiensi


besi.
Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 didapatkan ibu hamil dengan jarak
commit to user
kehamilan < 24 bulan yang menderita anemia defisiensi besi sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

3 orang (37,5%) dan yang tidak menderita anemia defisiensi besi

sebanyak 5 orang (62,5%). Pada ibu hamil dengan jarak kehamilan ≥

24 bulan didapatkan penderita anemia defisiensi besi sebanyak 17 orang

(32,7%) dan yang tidak menderita anemia defisiensi besi sebanyak 35

orang (67,3%). Analisis bivariat terhadap hubungan antara jarak

kehamilan dengan anemia defisiensi besi menunjukan hubungan yang

tidak signifikan (p 0,778). Pasien dengan jarak kehamilan < 24 bulan

memiliki risiko untuk mengalami anemia defisiensi besi dengan

frekuensi sering 0,79 kali lebih besar daripada jarak kehamilan ≥ 24

bulan (OR 0,79 ; Cl 95% 0,17 s.d. 3,80; p 0,778), tetapi hasil ini belum

mengontrol pengaruh dari variabel perancu.

C. Analisis Regresi Logistik Ganda

Setelah melakukan analisis bivariat terhadap variabel usia

kehamilan dengan anemia defisiensi besi dan variabel perancu yaitu

jarak kelahiran didapatkan usia dan jarak kehamilan tidak signifikan

berpengaruh terhadap risiko terkena anemia defisiensi besi. Analisis

regresi logistik ganda dilakukan dengan memperhitungkan variabel

jarak kehamilan sehingga didapatkan hasil yang lebih valid karena telah

mengontrol variabel perancu yang dapat mempengaruhi hubungan usia

kehamilan dengan anemia defisiensi besi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Hasil analisis regresi logistik ganda tentang hubungan usia
kehamilan <12 minggu dan ≥12 minggu dengan anemia
defisiensi besi dengan mengontrol jarak kehamilan pasien.

CI 95%
Variabel OR Nilai p
Independen Batas Batas
Bawah Atas
Usia kehamilan ≥ 12 minggu 2,74 0,30 25,30 0,373
Jarak kehamilan ≥ 24 bulan 0,79 0,26 2,37 0,763
N observasi = 60
Nagelkerke R² = 2,3%
-2 log likehood = 75,36

Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda bahwa

terdapat hubungan negatif, lemah, dan secara statistik tidak signifikan antara

usia kehamilan <12 minggu dan ≥12 minggu dengan anemia defisiensi besi.

Wanita dengan usia kehamilan ≥ 12 minggu memiliki risiko untuk

mengalami anemia defisiensi besi 2,74 kali lebih tinggi daripada < 12

minggu (OR 2,74; CI 95% 0,30 s.d. 25,30; p 0,373). Analisis ini telah

mengontrol pengaruh faktor perancu jarak kehamilan.

Nagelkerke R² 2,3% mengandung arti kedua variabel independen dalam

model regresi logistik yaitu usia kehamilan dan jarak kehamilan, secara

bersama hanya mampu menjelaskan terjadinya anemia defisiensi besi

sebesar 2,3%. Variabel yang juga berpengaruh terhadap anemia defisiensi

besi yaitu asupan gizi, tidak diteliti dalam penelitian ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis regresi logistik ganda, menunjukkan bahwa terdapat

hubungan lemah dan tidak signifikan antara hubungan usia kehamilan <12

minggu dan ≥12 minggu dengan anemia defisiensi besi (OR 2,74; CI 95% 0,30

s.d. 25,30; p 0,373). Wanita hamil usia kehamilan ≥ 12 minggu memiliki risiko

untuk mengalami anemia defisiensi besi 2,74 kali lebih tinggi daripada < 12

minggu. Hasil yang diperoleh ini menjadi lebih valid karena dalam penelitian

variabel perancu yang dapat mempengaruhi variabel terikat yaitu jarak kehamilan

telah dikontrol terlebih dahulu.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinurat (2012) yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia

kehamilan dengan anemia defisiensi besi, hanya terdapat perbedaan kadar Hb

dengan semakin bertambahnya usia kehamilan.

Perbedaan kadar Hb dapat terjadi karena perubahan hematologi

sehubungan dengan kehamilan, antara lain adalah peningkatan kebutuhan oksigen

karena pertumbuhan janin, perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap

plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus,

sehingga butuh lebih banyak zat besi dan deplesi zat besi lebih besar. Hal ini akan

menyebabkan iron deficient erythropoiesis sehingga kebutuhan oksigen

meningkat dan menyebabkan eritropoiesis terganggu dan terjadi peningkatan

volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah. Namun,
commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika

dibandingkan dengan peningkatan volume sel darah merah sehingga terjadi

penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Bila hal ini terjadi terus-

menerus, terjadi ketidakseimbangan yaitu timbullah anemia defisiensi besi pada

kehamilan (Al-Mehaisen, 2011).

Persentase pasien dalam penelitian ini yang tidak menderita anemia

defisiensi besi sebanyak 66,7% pasien sedangkan 33,3% pasien menderita anemia

defisiensi besi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa jumlah penderita

anemia defisiensi besi di Indonesia sekitar 30% (McLean, 2009).

Pada penelitian ini, penulis telah meneliti variabel perancu Ante Natal

Care (ANC). Dikarenakan dari hasil penelitian didapatkan 100% sampel

penelitian melakukan ANC secara teratur maka ANC tidak bisa dianalisis sebagai

faktor perancu.

Ketidaksignifikansi dari penelitian ini bisa disebabkan oleh kelemahan dari

penelitian, yaitu penulis tidak meneliti asupan gizi pada ibu hamil sebagai kriteria

inklusi. Padahal asupan gizi yang baik memiliki kecenderungan memperkecil

risiko ibu hamil mengalami anemia defisiensi besi. Seperti yang diungkapkan

oleh Andrews (2005) bahwa terdapat hubungan yang kuat antara asupan gizi

dengan gangguan metabolisme zat besi. Gangguan metabolisme zat besi akibat

kekurangan nutrisi merupakan penyebab tersering anemia defisiensi besi pada ibu

hamil.

Penulis tidak melakukan penelitian dengan mengontrol asupan gizi karena

mengontrol asupan gizi pada ibu hamil memerlukan waktu yang lama dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

prosedur yang rumit. Mengontrol asupan gizi pada ibu hamil harus dilakukan

dengan metode 24 hours food recall dengan metode home visit minimal 3 kali

dalam seminggu. Asupan gizi ibu hamil juga perlu ditimbang berat dan kadar

kalori dalam makanan. Sedangkan untuk melakukan metode 24 hours food recall

pada ibu hamil selalu berbeda prosedurnya setiap masing-masing bulan kehamilan

(FKM UI, 2007).

Kelemahan lain dari penelitian ini yaitu tidak dikendalikannya usia ibu

hamil sebagai faktor perancu. Salah satu keadaan kehamilan yang dapat berisiko

tinggi adalah umur ibu hamil yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Pada usia kurang dari 20 tahun kebutuhan zat besi meningkat ditunjang dengan

keadaan hamil yang lebih membutuhkan zat besi maka kemungkinan untuk

menderita anemia pada kehamilan cukup tinggi. Demikian pula pada usia lebih

dari 35 tahun kondisi fisiknya sudah menurun, daya tahan tubuh terhadap berbagai

serangan penyakit tidak lagi optimal dan rentan terhadap komplikasi penyakit (Al-

Mehaisen , 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan negatif, lemah, dan secara statistik tidak signifikan

antara usia kehamilan <12 minggu dan ≥12 minggu dengan anemia defisiensi

besi. Wanita hamil dengan usia kehamilan ≥ 12 minggu memiliki risiko untuk

mengalami anemia defisiensi besi 2,74 kali lebih besar daripada usia

kehamilan < 12 minggu (OR 2,74; CI 95% 0,30 s.d. 25,30; p 0,373).

Simpulan ini sudah mengontrol pengaruh variabel perancu jarak kehamilan.

B. Saran

1. Edukasi terhadap ibu hamil untuk menjaga asupan gizi seiring dengan

semakin bertambahnya usia kehamilan untuk menghindari anemia

defisiensi besi.

2. Edukasi wanita untuk mengatur jarak kehamilannya tidak terlalu dekat dan

tidak terlalu jauh untuk menghindari anemia defisiensi besi.

3. Mengadakan penelitian lanjutan mengenai hubungan usia kehamilan

dengan anemia defisiensi besi dengan populasi yang lebih luas serta lebih

mengontrol variabel perancu yaitu asupan gizi dan usia pasien.

commit to user

35

Anda mungkin juga menyukai