id
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Yohana Endrasari
G0008186
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Hasil Penelitian : Pada penelitian ini diperoleh data dari kelompok kasus, 14
pasien memiliki diabetes melitus dan 47 pasien tidak memiliki diabetes melitus.
Sedangkan pada kelompok kontrol, 5 pasien memiliki diabetes melitus dan 56
pasien tidak memiliki diabetes melitus. Kemudian analisis statistik dengan Chi
Square dengan taraf signifikansi p < 0,05 didapatkan hasil p = 0,025 dan Odds
Ratio (OR) = 3,3.
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Objective : The purpose of this study was to analyze the correlation between lung
tuberculosis and diabetes mellitus as a risk factor.
Method : This research was an observational analytic study with case control
approach. Research subject taken was patient came to BBKPM Surakarta and
aged more than 30 years old. Sampling technique used in this research was
purposive sampling. Data were collected by using primary data from
questionnaires from July to August 2011. Total patients were 122 patients who
were divided into two groups, consisted of 61 patients of lung tuberculosis as the
case group, and 61 patients of noninfectious chronic disease as the control group.
Patients who came to clinic were examined, whether suffered from diabetes
mellitus or not. Data were analyzed using Chi Square test , and then
continued with calculation of Odds Ratio.
Result : In this study the data obtained from the cases group, 14 patients had a
history of diabetes mellitus and 47 patients did not have a history of diabetes
mellitus. Whereas in the control group, 5 patients had a history of diabetes
mellitus and 56 patients did not have history of diabetes mellitus. Based on
statistical analysis by Chi Square test with a significance level p < 0.05, p = 0.025
is obtained and from the Odds Ratio table obtained OR = 3.3.
Conclusion : People who suffer from diabetes mellitus have risk for lung
tuberculosis 3, 3 times higher compared to people who do not suffer from diabetes
mellitus.
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Yohana Endrasari
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 2
1. Tuberkulosis Paru........................................................................... 4
a. Definisi .................................................................................... 4
b. Patogenesis ............................................................................... 5
c. Klasifikasi ................................................................................ 7
d. Diagnosis................................................................................ 10
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Penatalaksanaan ..................................................................... 14
a. Definisi .................................................................................. 17
b. Patofisiologi ........................................................................... 17
a. Definisi… ............................................................................... 20
b. Patofisiologi… ....................................................................... 21
a. Definisi. ................................................................................. 23
b. Patofisiologi. .......................................................................... 23
a. Definisi. ................................................................................. 26
c. Klasifikasi . ............................................................................ 27
d. Gambaran Klinis..................................................................... 28
e. Diagnosis ............................................................................... 28
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis .......................................................................................... 33
C. Subjek Penelitian.......................................................................... 34
I. Instrumen Penelitian..................................................................... 41
A. Simpulan ...................................................................................... 55
B. Saran ............................................................................................ 55
LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Faktor Risiko.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Fakultas
Lampiran 7. Kuesioner.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan dunia sebab sepertiga penduduk dunia saat ini terinfeksi dengan
jumlah terbesar kasus tuberkulosis paru baru di tahun 2009 terjadi di daerah
China, Afrika Selatan, dan Nigeria (WHO, 2010). Pada tahun 2007, prevalensi
kasus baru tuberkulosis paru BTA positif sekitar 236.029 kasus. Pada tahun
2009 prevalensi kasus tuberkulosis paru BTA positif sebesar 61 % dari seluruh
per 100.000 penduduk atau 250 orang per hari (WHO, 2009).
tuberkulosis paru (Sen, 2009). Diabetes melitus adalah suatu kondisi yang
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jangka panjang yang melibatkan pembuluh darah, mata, dan ginjal. Penyakit
ini banyak diderita oleh orang-orang yang memiliki gaya hidup yang kurang
sehat, yaitu dengan asupan gizi yang tinggi namun aktifitas fisiknya rendah.
dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
bila kadar gula darah pada pasien tinggi (Dooley dan Chaisson, 2009).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek teoritis
faktor risiko.
tidak diteliti.
2. Aspek praktis
paru terutama pada pasien yang telah menderita penyakit diabetes melitus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tuberkulosis Paru
a. Definisi
bersifat aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen
mana ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah (Price dan Wilson,
dapat dihubungkan dengan sifat bakteri yang tahan asam (Todar, 2011).
dengan “tahan asam” yaitu 95 % etil alkohol. Sifat tahan asam ini
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Patogenesis
tuberkulosis berasal dari orang yang terinfeksi (Price dan Wilson, 2008).
Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel
pada saluran napas atau jaringan paru (Amin dan Bahar, 2007). Basil
sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
(Kumar, et al., 2007). Basil yang menetap dalam jaringan paru, akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kecil dan disebut sarang primer atau sarang ghon (focus) (Amin dan
tubuh, seperti AIDS, malnutrisi, atau usia lanjut (Kumar, et al., 2007).
Selain itu, penyakit ini dapat terjadi akibat reinfeksi eksogen karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tuberkulosis sekunder.
c. Klasifikasi
ditemukan tiga batang kuman BTA pada satu sediaan dengan kata lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(IUATLD):
BTA positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Kasus Baru
2) Kasus Kambuh
pengobatan OAT lebih dari satu bulan dan tidak mengambil obat
pengobatannya selesai.
4) Kasus Gagal
positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan
5) Kasus Kronis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
6) Kasus Bekas TB
mendapat pengobatan OAT dua bulan serta pada foto toraks ulang
d. Diagnosis
1) Gambaran Klinis
a) Gejala Respiratori
tuberkulosis paru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
b) Gejala Sistemik
(1) Panas badan sedikit meningkat pada siang atau sore hari.
yang sama.
(3) Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
(5) Malaise.
2) Pemeriksaan Fisik
bronkial akan didapatkan bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas.
Selain itu, akan didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki
3) Pemeriksaan Bakteriologis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, mukus akan
hidung) dan saluran napas bagian bawah. Warna sputum juga penting
akut. Sputum yang berlendir, lekat, dan berwarna abu-abu atau putih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
4) Pemeriksaan Radiologis
dikenal sebagai lesi tuberkuloma bila lesi masih diliputi jaringan ikat.
sebagai berikut:
a) Minimal lesion
soliter dapat berada di mana saja tidak harus berada dalam daerah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
satu paru, sedangkan bila ada kavitas tidak melebihi 4 cm. Jika
c) Pemeriksaan darah.
d) Uji tuberkulin.
e. Penatalaksanaan
menjadi dua fase, yaitu fase intensif yang berlangsung selama 2 - 3 bulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
maksimal 300 mg. Efek samping ringan dapat berupa gejala pada saraf
tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki, dan nyeri otot. Keadaan ini terkait
berupa sindrom pellagra. Efek samping berat yang dapat terjadi berupa
hepatitis imbas obat yang timbul pada kurang lebih 0,5 % pasien. Bila
terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, OAT yang bersifat hepatotoksik
(sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah, diare), dan sindrom kulit
obat, sesak napas, dan bila terjadi salah satu gejala, seperti purpura,
pada urin, keringat, air mata, dan air liur. Hal itu terjadi karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
hepatitis imbas obat. Dapat pula terjadi nyeri akibat serangan artritis
gout yang disebabkan oleh penimbunan asam urat. Bila kadar asam urat
terlalu tinggi mungkin obat perlu diganti. Dapat juga terjadi demam,
dapat terjadi adalah demam, sakit kepala, muntah, eritema pada kulit,
plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
a. Definisi
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronis dan emfisema atau
gabungan keduanya.
1) Bronkitis Kronis
2) Emfisema
alveoli.
persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh
b. Patofisiologi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
batuk produktif.
19
c. Gambaran Klinis
1) Anamnesis
a) Keluhan
b) Riwayat penyakit
c) Faktor predisposisi
2) Pemeriksaan Fisik
a) Secara umum
(3) Tampak denyut vena jugularis dan edema tungkai bila telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
b) Toraks
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
terdengar jauh.
3. Asma
a. Definisi
2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
b. Patogenesis
napas.
Sel dan elemen seluler yang banyak berperan pada gangguan asma
adanya obstruksi aliran udara yang luas tetapi sering bersifat reversibel
saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar, sedang,
napas besar, sedangkan pada saluran napas kecil gejala batuk dan sesak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
c. Faktor Risiko
1) Faktor Genetik
a) Hiperreaktivitas.
b) Atopi/alergi bronkus.
d) Jenis kelamin.
e) Ras/etnik.
2) Faktor Lingkungan
f) Stres emosional.
j) Perubahan cuaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
a. Definisi
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, maupun virus,
b. Patogenesis
dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang
selalu terdapat pada orang sehat, yaitu keutuhan epitel mukosa, gerak
sistem pertahanan terhadap infeksi, maupun partikel dan gas yang ada di
udara.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal
yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah
asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara,
lebih).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
c. Macam-Macam ISPA
kini telah dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA. Infeksi
yang hampir sama. Dalam klinis dikenal enam kelompok besar virus
Coronavirus.
penyulit.
a) Sindroma Koriza.
b) Sindroma Faring.
c) Sindroma Faringkonjungtiva.
d) Sindroma Influenza.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
e) Sindroma Herpangina.
3) Psitakosis-Ornitosis
pneumonia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
5. Diabetes Melitus
a. Definisi
hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia, atau gula darah yang
meningkat, adalah efek umum diabetes yang tidak terkontrol dan dari
pada 2000 adalah 135 juta, di mana beban ini diperkirakan akan
meningkat terus menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun (tahun 2025).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
c. Klasifikasi
penyebabnya.
3) Diabetes Gestasional
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
d. Gambaran Klinis
kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta
(Gustaviani, 2007).
e. Diagnosis
126 mg/dl.
melitus, terutama diabetes melitus tipe II. Hal ini disebabkan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
merupakan sel yang memainkan peran paling penting dalam respon imun
yang terinfeksi oleh sel T CD4 juga dapat memainkan peranan dalam
Th1 dan Th2, yang memproduksi sitokin. Sel Th1 yang dipengaruhi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
antigen sehingga merekrut lebih banyak limfosit T CD-4 dan atau limfosit
IFN-
mensitesis TNF- -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
penderita diabetes melitus dapat berupa defek pada fungsi sel-sel imun dan
tersebut masih belum dapat dipahami hingga saat ini, meskipun telah
memiliki kontrol gula darah yang kurang baik (Jeon dan Murray, 2008).
pertumbuhan dari basil tuberkulosis, di mana hal ini dianggap ikut berperan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
B. Kerangka Pemikiran
Faktor risiko :
Faktor keturunan
Kegemukan
Pola makan salah
Diabetes Melitus
Obat-obatan
Proses menua
Stress
Hiperglikemia
Tuberkulosis paru
Keterangan:
: Menyebabkan.
: Menyebabkan, mempengaruhi.
33
C. Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Subjek Penelitian
1. Inklusi
a. Kasus
b. Kontrol
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
2. Eksklusi
b. Merokok.
D. Teknik Sampling
(Sugiyono, 2005).
E. Besar Sampling
Z pq Z p1 q1 p0 q0
n 2
p1 p0
1, 96 0,11 0,89 0,84 0,1682 0, 8318 0, 043 0, 957
2
0,1682 0, 043
61,14
Keterangan:
n :jumlah sampel.
:nilai simpangan dari rata-rata pada distribusi normal standar yang dibatasi
36
p : (po + p1 )/2.
q : 1 – p.
(Budiarto, 2002).
F. Rancangan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
3. Variabel luar
1. Variabel Bebas
Diabetes Melitus
a. Definisi
c. Alat ukur: hasil diagnosis dokter dan ditanyakan oleh peneliti melalui
kuesioner.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
2. Kasus
Tuberkulosis Paru
a. Definisi
c. Alat ukur: hasil diagnosis dokter dan ditanyakan oleh peneliti melalui
kuesioner.
3. Kontrol
a. PPOK
1) Definisi
melalui kuesioner.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
b. Asma
1) Definisi
melalui kuesioner.
c. ISPA
1) Definisi
melalui kuesioner.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
4. Variabel Luar
a. Usia
1) Definisi
b. Merokok
1) Definisi
hidupnya dan pada saat ini masih merokok atau telah berhenti
merokok kurang dari satu tahun (Kang dkk., 2003). Pada penelitian
1) Definisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
I. Instrumentasi Penelitian
Alat yang dipakai untuk mendapatkan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Informed consent.
2. Kuesioner.
J. Cara Kerja
spesialis paru.
pasien.
digunakan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
Data yang diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
kemudian dianalisis dengan uji Chi Square. Batas kemaknaan yang dipakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
yang dilakukan, maka data akan diolah dengan bantuan perangkat lunak
DM a b a+b
Tanpa DM c d c+d
Derajat kebebasan = 1
N ( ad-bc )2
2
X =
(a+b) (c+d) (a+c) (b+d)
Keterangan:
N : jumlah sampel
2. Odds Ratio
ad
OR =
bc
Keterangan:
a, b, c, d : frekuensi kebebasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Merumuskan hipotesis:
Ho: Tidak ada hubungan antara tuberkulosis paru dengan diabetes melitus
H1: Ada hubungan antara tuberkulosis paru dengan diabetes melitus sebagai
faktor risiko.
1. Jika p 1 ditolak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan di Poli TB dan Poli non TB Balai Besar Paru
Agustus 2011. Dari penelitian tersebut mengambil dua kelompok, yaitu kelompok
kasus (pasien tuberkulosis paru) dan kelompok kontrol (pasien paru noninfeksi
kronis). Jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini adalah 122 orang. Masing-
masing kelompok terdiri dari 61 orang. Penelitian dilakukan terhadap pasien yang
Berikut ini adalah hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel yang
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus, pasien yang
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pasien tuberkulosis paru yang
yaitu sebesar 1,6 %. Sementara pada pasien paru noninfeksi kronis yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
bekerja sebagai swasta sebesar 39,3 %. Pekerjaan swasta dari pasien dalam
penelitian ini dapat meliputi pengemudi becak, pedagang kaki lima, pedagang
keliling, serta buruh, seperti buruh pabrik, bangunan, dan bengkel. Kemudian
presentasi terkecil adalah pasien yang bekerja sebagai PNS sebesar 1,6 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
B. Analisis Statistik
Chi Square dengan taraf signifikansi 0,05 yang sebelum perlu dilakukan
syarat uji Chi Square, yaitu sel yang mempunyai nilai expected kurang dari
nilai 9,5 dan 51,5, yang artinya tidak ada nilai yang kurang dari lima. Dengan
terpenuhinya syarat uji tersebut maka dapat dilakukan uji Chi Square.
H0: Tidak ada hubungan antara tuberkulosis paru dengan diabetes melitus
H1: Ada hubungan antara tuberkulosis paru dengan diabetes melitus sebagai
faktor risiko.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Dari hasil analisis uji Chi Square diketahui bahwa nilai probabilitas =
0,025, yang artinya nilai ini lebih kecil dari pada 0,05, dengan demikian H0
dari perhitungan OR tersebut adalah 3,3, artinya orang yang memiliki diabetes
melitus berpeluang 3,3 kali lebih besar untuk terkena penyakit tuberkulosis
Crosstabulation, Chi Square, Odds Ratio dapat dilihat pada lampiran 2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
BAB V
PEMBAHASAN
faktor risiko menggunakan subjek pasien tuberkulosis paru sebagai kasus dan
pasien paru noninfeksi kronis sebagai kontrol. Pasien paru noninfeksi kronis yang
dipilih, meliputi pasien asma, bronkitis akut, dan ISPA. Dipilihnya pasien ini
Selain itu subjek yang diplih adalah pasien yang mulai berusia 30 tahun. Hal
ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasution, E. (2007).
merupakan diabetes melitus tipe II yang biasanya mulai terdeteksi pada usia
sekitar 30 tahun. Peningkatan kadar gula darah pada diabetes tipe ini terjadi
karena faktor gaya hidup, seperti pola makan, overweight, dan juga jarang
melakukan olahraga.
merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk sakit tuberkulosis paru, jika
Sebab infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas terhadap sistem daya tahan
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
tuberkulosis paru, hal ini dapat dilihat dari hasil OR = 2,559. Lalu untuk
angka kejadian untuk tuberkulosis paru pada seseorang yang memiliki kebiasaan
ini sebesar tiga kali lipat dari seseorang yang tidak memiliki kebiasaan minum-
minuman beralkohol. Kedua kebiasaan ini dapat menjadi faktor risiko terhadap
angka kejadian tuberkulosis paru sebab keadaan ini dapat menurunkan sistem
telah dilakukan oleh Carmona, et al. (2003) selama 10 tahun, pemberiaan obat
meningkatkan risiko terkena tuberkulosis paru sebesar empat kali dari seseorang
memasukkan ketiga hal tersebut sebagai variabel luar tidak terkendali, sebab
sebanyak 40 orang atau sebesar 65,57 %. Jika dibandingkan dengan jumlah pasien
tuberkulosis paru yang perempuan angka ini lebih besar. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Suradi, dkk. (2004) bahwa menurut distribusi jenis
kelamin pada pasien tuberkulosis paru, jumlah laki-laki lebih banyak daripada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
perempuan, baik yang memiliki diabetes melitus maupun tidak. Menurut Azwar
(1999) kondisi perbedaan jenis kelamin terjadi akibat perbedaan kebiasaan hidup
antara laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki kesadaran yang baik untuk
berobat daripada laki-laki. Selain itu, diduga laki-laki lebih banyak terpapar
dalam usia 51 - 60 tahun, yaitu sebanyak 25 orang atau sebesar 41 %. Hal ini
51-60 tahun (Gilfem Y, 2004). Hal ini dikarenakan pertambahan umur akan
menurunnya jumlah alveoli yang berfungsi dalam pertukaran gas, sekresi mukus
lambat, angka klirens, dan jumlah mukus total di paru berkurang. Keadaan ini
kerumunan dalam suatu tempat pekerjaan akan dapat terjadi proses penularan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
kelompok, pasien tuberkulosis paru dan pasien paru noninfeksi kronis. Dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa diabetes melitus lebih banyak terjadi pada pasien
Square . Dari analisis data didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara diabetes melitus dengan tuberkulosis paru sebagai faktor risiko. Hal ini
dapat dilihat dari nilai p = 0,025, yang artinya nilai p < 0,05. Dengan demikian H0
disebutkan bahwa diabetes melitus merupakan faktor risiko tersering pada pasien
tuberkulosis paru, yang terjadi pada sekitar 21,5 % pasien. Menurut Jeon dan
Murray (2008) pada pasien diabetes melitus terdapat gangguan imunitas yang
berupa defek pada fungsi sel-sel imun, mekanisme pertahanan pejamu, dan peran
proliferasi limfosit yang rendah juga ikut berperan penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap kuman tuberkulosis paru pada pasien diabetes melitus.
dipahami hingga saat ini. Namun beberapa penelitian menjelaskan bahwa IL-12,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
pasien diabetes melitus juga terjadi penurunan produksi IL-1 dan TNF- .
Penurunan IL-1 dapat mempengaruhi produksi IL-6 yang pada akhirnya dapat
Wibisono, 2000).
Dari analisis data yang telah dilakukan hasil dari perhitungan Odds Ratio
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
tuberkulosis paru dengan pasien diabetes melitus. Di mana tiap pasien diabetes
melitus memiliki peluang 3,3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis paru
sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebatas jumlah minimal.
yang lebih tinggi, perlu penambahan jumlah sampel. Selanjutnya jenis penelitian
yang digunakan adalah case control, yaitu mengikuti proses perjalanan penyakit
ke arah belakang. Oleh sebab itu penelitian ini memiliki tingkat kekuatan analisis
yang lebih lemah jika dibandingkan dengan penelitian cohort. Kemudian adanya
faktor-faktor lain yang tidak diteliti, seperti status gizi, kemiskinan, lingkungan
tempat tinggal, dan kerja pasien yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
A. Simpulan
tuberkulosis paru 3,3 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita
diabetes melitus.
B. Saran
diabetes melitus.
dengan tingkat kepercayaan dan kekuatan analisis yang lebih tinggi yaitu
commit to user
55