Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS


TUMOR GASTER DI RUANG TERATAI RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
LISNAWATIE
NIM : 20231490104040

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Lisnawatie
NIM : 20231490104040
Program Studi : Profesi Ners
Judul : “Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Diagnosa Medis
Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Medikal Bedah Pada Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Karmitasari Yanra K, Ners., M.Kep

Pembimbing Lahan

Julistha, S. Kep., Ners

ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan
Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini disusun guna
melengkapi tugas Praktik klinik Program Profesi Ners Stase Keperawatan
Medikal Bedah.
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Klinik Program
Profesi Ners.
4. Ibu Karmitasari Yanra K., Ners, M.Kep. selaku Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Julistha, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan Ruang Teratai RSUD
dr. Doris Sylvanus yang telah banyak memberikan saran dan bimbingannya
dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan
mudah-mudahan laporan pendahuluan asuhan keperawatam ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 30 Oktober 2023

Lisnawatie

iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tumor Gaster .......................................................................4


2.1.1 Definisi ..............................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi...............................................................................4
2.1.3 Etiologi...............................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi (WOC)...........................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis...............................................................................9
2.1.7 Komplikasi........................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.....................................................................12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................13
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan....................................................................17
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................................23
2.2.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................23
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................24
3.1 Pengkajian..................................................................................................38
3.2 Diagnosa keperawatan...............................................................................39
3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................42
3.4 Implementasi dan Evaluasi........................................................................43
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.............................................................................................…45
4.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................…46
4.3 Intervensi Keperawatan........................................................................…47
4.4 Implementasi Keperawatan..................................................................…48
4.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................…48
BAB 5 PENUTUP
1.2 Kesimpulan.........................................................................................…50
1.3 Saran.......................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pencernaan makanan melibatkan organ yang terdiri dari saluran
pencernaan dan kelenjar asesorisnya. Saluran pencernaan antara lain rongga
mulut, esophagus, lambung/Gaster, usus halus dan usus besar serta anus.
Salah satu organ saluran pencernaan adalah lambung/Gaster yang memiliki
peran penting dalam melakukan proses pencernaan makanan dikarenakan
lambung berfungsi untuk mencerna makanan dan menyerap beberapa sari-sari
makanan kemudian memproses makanan dengan menghancurkan makanan
tersebut hingga menjadi bubur. Penyakit pada lambung/Gaster dapat timbul
diakibatkan oleh pola makan yang tidak teratur, tingkat stress yang berlebihan
dan juga disebabkan oleh bakteri. Adapun beberapa penyakit lambung/Gaster
yaitu gastritis, peritonitis dan tumor lambung/Gaster.
Tumor Gaster sendiri bisa terjadi karna berbagai faktor antara lain dari
pola makan yang tidak baik seperti makanan tinggi garam, rendah sayur-
sayuran, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan infeksi akibat bakteri
Helicobacter pylori. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Lukmana,
2021) faktor risiko terbanyak yang mudah terdeteksi adalah gastritis kronis.
Gastritis kronis merupakan salah satu faktor risiko yang signifikan, terutama
yang disebabkan oleh bakteri H.pylori. Pasien dengan infeksi kronis karena
H.pylori memiliki faktor risiko tiga kali lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan
penelitian (Karimi, 2014) yang menyebutkan bahwa H.pylori menjadi
kemungkinan penyebab 65-80% kasus tumor Gaster. Bakteri H.pylori bisa
hidup di lingkungan asam, kemudian memenetrasi mukosa lambung dan
berkolonisasi di mukosa lambung.
Penelitian yang dilakukan oleh (Lukmana, 2021) didapatkan gejala klinis
terbanyak pada tumor Gaster yaitu nyeri epigastrik sebanyak 22 kasus (50%)
dan gejala klinis yang paling jarang adalah penurunan berat badan yaitu
sebanyak 2 kasus (4,5%). Gejala lain yang ditemukan pada penelitian ini
terdiri dari 57,2% lemah badan, 28,5% perut kembung dan 14,2% sulit

1
2

menelan. Terdapat 50 % penderita tumor Gaster mengalami gejala yang tidak


spesifik seperti dispepsia, rasa panas di perut dan hilangnya nafsu makan. Hal
ini sering menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis. Komplikasi yang
dapat terjadi pada pasien dengan tumor Gaster yaitu Perforasi, Hematemesis
dan Adhesi.
Terdapat lebih dari 1 juta kasus kanker Gaster terdiagnosis setiap tahunnya
di seluruh dunia. Insidensi kanker Gaster pada pria lebih tinggi 2 hingga 3 kali
lipat jika dibandingkan dengan perempuan. Risiko kanker Gaster meningkat
seiring dengan bertambahnya usia di mana median usia diagnosis kanker
Gaster adalah 68 tahun. Berdasarkan data (Global Cancer Observatory, 2020).
Indonesia merupakan negara yang memiliki risiko kanker Gaster cukup
rendah dengan age-standardized rates (ASR) 1,1/100.000. Insidensi kanker
Gaster di Indonesia diperkirakan sebanyak 3.484 kasus dengan mortalitas
yang terjadi pada 2.946 kasus. Pada populasi tertentu di Indonesia, seperti
etnis Timur, Papua, Bugis dan Batak dikatakan memiliki risiko kanker
lambung yang lebih tinggi. Angka mortalitas kanker Gaster secara global
dapat mencapai 783.000 kematian per tahun. The American Cancer Society’s
memperkirakan terdapat 26.560 kasus baru dan 11.180 kematian akibat kanker
Gaster di Amerika Serikat pada tahun 2021.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu:
Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Diagnosa
Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Tn. D dengan Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
3

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mahasiswa Ners mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan
pada Tn. D dengan Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.2 Mahasiswa Ners dapat merumuskan diagnosa pada Tn. D dengan
Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3.2.3 Mahasiswa Ners dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah pada Tn. D dengan Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang
Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.4 Mahasiswa Ners mampu mengimplementasikan rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan pada Tn. D dengan Diagnosa Medis Tumor
Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.5 Mahasiswa Ners mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan
keperawatan yang dilakukan pada Tn. D dengan Diagnosa Medis Tumor
Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.6 Mahasiswa Ners dapat mendokumentasikan hasil dari laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Tn. D
dengan Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa Ners
Diharapkan agar mahasiswa ners dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Profesi
Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada Tn. D dengan Diagnosa
Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
4

1.4.3 Bagi Institusi


Sebagai sumber bacaan, referensi dan tolak ukur tingkat kemampuan
mahasiswa ners dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan dan
pendokumentasian proses keperawatan khususnya bagi mahasiswa ners STIKES
Eka Harap dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
Tumor Gaster sehingga dapat diterapkan di masa yang akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tumor Gaster


2.1.1 Definisi Tumor Gaster
Tumor Gaster merupakan suatu massa abnormal yang terjadi di bagian
lambung, yang dipicu oleh peradangan lambung yang dibiarkan tanpa
mencari pengobatannya. Biasanya Tumor Gaster pada tahap awal tidak
meiliki gejala apa pun. Pasien dengan Tumor Gaster akan seperti orang
sehat pada umumnya. Namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Tumor Gaster telah meradang (Dewi kartika, 2018).
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di


antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung
merupakan ruang berbentuk kantung. mirip huruf J, berada di bawah
diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria
kiri pada regio abdomen (Schmit & Martin, 2015). Secara anatomik,
lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan
(body), antrum dan pilori.
1. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan
gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai
pintu masuk ke lambung.

5
6

2. Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian


kiri di atas kardia.
3. Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan
dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung.
4. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body)
ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat.
5. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung
dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik Dinding
lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya
dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi
tertentu yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan
serosa.
a. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia,
dan muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke
dalam lamina propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan
membentuk sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika.
Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan
tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua selnya
menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas
jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel
limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari
submukosa dan mengandung otot polos.
b. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh
darah, sistem limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai
tambahan yaitu terdapat pleksus submukosa (Meissner).
c. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu
1) inner oblique,
2) middle circular,
3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat pleksus
myenterik (auerbach). Lapisan oblik terbatas pada bagian
badan (body) dari lambung.
7

d. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis


skuamos (mesotelium) dan jaringan ikat areolar. Lapisan serosa
adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari viseral
peritoneum.
2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti dari Tumor Gaster belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
yang bisa meningkatkan perkembangan Tumor Gaster. Menurut (Juni, 2020),
etiologi Tumor Gaster antara lain :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetik
Sekitar 10% pasien yang mengalami Tumor Gaster memiliki hubungan
genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya
mutasi dari gen Ecadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung.
Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga
dihubungkan dengan kondisi genetik pada Tumor Gaster.
b. Faktor umur
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun,
tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun
dan 1 % kurang dari 30 tahun.
2. Faktor presipitasi
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan
menjadi faktor utama peningkatan Tumor Gaster. Sehingga
menfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic
nitrosamines didalam lambung. Kondisi terlambatnya pengosongan
asam lambung dan peningkatan komposisi nitrosamines didalam
lambung memberikan konstribusi terbentuknya Tumor Gaster
b. Infeksi H. Pylori
H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum
dan 80% tukak lambung. Bakteri ini menempel dipermukaan dalam
tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel
8

lambung. Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi


pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA
bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui
berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom,
peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam membran
plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel).Pada beberapa
individu, H. Pylori juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila
kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang
lebih luas yang tidak hanya memengaruhi ulkus didaerah badan
lambung, tetapi juga meningkatkan risiko tumor Gaster. Peradangan
dilendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor
limfa (lymphatic neoplasm) dilambung, atau disebut dengan limfoma
MALT (Mucosa Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan
penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan
dinding atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung.
c. Mengkonsumsi rokok dan alkohol
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan
kombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkatkan
risiko tumor Gaster.
d. NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dalam hal ini (polip
lambung) dapat menjadi prekursor tumor Gaster. Kondisi polip
lambung berulang akan meningkatkan risiko tumor Gaster
2.1.4 Patofisiologi (WOC)
Tumor Gaster sering terjadi tanpa gejala karena lambung masih
dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup
membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia dan gangguan
penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat
badan yang akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila
kerja usus dalam menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan
berpengaruh pada zat besi yang akan mengalami penurunan yang akhirnya
9

menimbulkan anemia dan hal inilah yang menyebabkan gangguan pada


perfusi jaringan penurunan pemenuhan kebutuhan oksigen di otak sehingga
efek pusing sering terjadi. Pada stadium lanjut bila sudah metastase ke hepar
bisa mengakibatkan hepatomegali. Tumor yang sudah membesar akan
menghimpit atau menekan saraf sekitar Gaster sehingga impuls saraf akan
terganggu, hal ini lah yang menyebabkan nyeri tekan epigastrik.
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada
rektum, dan kelenjar limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang
membesar menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila
terdapat ikterus obstruktiva harus dicurigai adanya penyebaran di porta
hepatik. Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untuk tujuan
kuratif memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50 %. Bila
telah ada metastasis ke kelenjar limfe angka tersebut menurun menjadi 10
%.
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk
tujuan kuratif dilakukan operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau
total) dengan mengangkat kelejar limfe regional dan organ lain yang
terkena. Sedangkan untuk tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan
tumor yang perforasi atau berdarah (Murtaza, 2017).
WOC Tumor Gaster (Siti R, 2020)
10

Perubahan metaplasia Kontak agen karsinogenik,


pada epitelium dinding mutasi gen ,polip lambung Merokok dan alkohol,
lambung berulang faktor genetik, konsumsi
OAINS

Tumor Gaster

Invasi Jaringan dan


efek kompresi oleh
tumor

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Respon psikologi Kompresi syaraf lokal Metabolisme Invasi jaringanjaringan


Invasi caraingan Invasi jar gaster menurun

Ulserasi akibat Kompresi tumor


Penurunan kadar
Kompresi tumor Nyeri retarsternal Kompresi tumor kompresi oleh tumor
hemoglobin

Disfagia, Anoreksia Kerusakan jaringan


Mengenai reseptor
Hambatan upaya Mengganggu Distensi abdomen
nyeri
napas pemenuhan oksigen
ke seluruh tubuh Kebutuhan nutrisi
tidak terpenuhi
Agen pencedera Perubahan pola kelemahan
MK: pola napas fisiologis perkemihan
tidak efektif
Mual,Muntah,
MK: Perfusi MK :
perifer tidak MK : Intoleransi
efektif MK : Nyeri Akut Gangguan Eliminasi Aktifitas
Urin MK : Defisit Nutrisi
11

2.1.5 Manifestasi Klinis


Gejala awal dari tumor Gaster sering tidak pasti karena kebanyakan
tumor ini dimulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan
gangguan fungsi lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penilitian
telah menunjukkan bahwa gejala awal yang hilang dengan antasida, dapat
menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna. Menurut (Juni, 2020)
gejala pada pasien yang mengalami Tumor Gaster antara lain :
Gejala yag dialami saat stadium awal :
1. Perut kembung dan sering bersendawa
2. Nyeri pada lambung
3. Mual
4. Asam lambung meningkat
Gejala tumor lambung stadium lanjut adalah :
a. Nafsu makan berkurang
b. Anemia
c. Penuruan berat badan
d. Pembengkakan pada perut karena penumpukan cairan
e. Muntah darah
f. BAB berwarna hitam/melena
2.1.6 Komplikasi
Menurut (Juni, 2020), komplikasi dari Tumor Gaster adalah sebagai berikut:
1. Perforasi
2. Hematemesis
3. Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pilorus
4. Adhesi
5. penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan meliputi: (Nurul, 2021)
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
12

b. Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan
bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (blumberg sign) yang
mana merupakan salah satu tanda dari diagnosa Tumor Gaster.
Pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosis berupa berat badan
menurun dan anemia. Di daerah epigastrium mungkin ditemukan suatu
massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati hati yang
ireguler, dan kadang kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan ini dilakukan sebagai evaluasi praoperatif dan untuk
melihat stadium dengan sistem TNM dan penyebaran ekstra lambung,
yang penting untuk penentuan intervensi bedah radikal dan pemberian
informasi prabedah pada pasien.
3. Endoskopi dan biopsi
Pada pemeriksaan endoskopi dan biopsi sangat penting untuk
mendiagnosis karsinoma lambung, terutama untuk membedakan antara
karsinoma epidermal dan adenokarsinoma. Paling tidak diperlukan
beberapa tindakan biopsi, karena kemungkinan terjadi penyebaran ke
submukosa dan adanya kecendrungan tertutupnya karsinoma epidermal
oleh sel epitel skuamus yang normal
4. Pemeriksaan darah pada tinja
Pada tumor Gaster sering didaptkan perdarahan dalam tinja (occult blood),
untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes benzidin.
5. Sitologi
Pemeriksaan papanicolao dari cairan lambung dapat memasukkan tumor
lambung dengan hasil 80-90%. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi
dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis tumor gaster menurut (Rizal, 2017)
1. Pembedahan
Tumor terdiagnosis sebelum ia menyebar dan saat tumor belum
menyebar pasien akan menjalani pembedahan. Pada kasus tumor jinak,
tumor dihilangkan dengan cara reseksi minimal yaitu dengan
13

gastrektomi total atau parsial, serta penghilangan omentum (jaringan


lemak di perut dan kelenjar getah bening didekatnya (Juni, 2020).
Gastrektomi merupakan operasi pengangkatan seluruh atau sebagian
lambung, dilakukan atas indikasi keganasan seperti kanker lambung.
Penyebab utama prosedur gastektomi yaitu tumor/kanker Gaster dimana
sel tumor menyerang satu bagian lambung atau lebih sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan lambung yang memerlukan tindakan
jejunostomi feeding untuk pemenuhan nutrisi.
a. Indikasi Gastrektom
Dilakukannya gastrektomi yaitu terdapatnya tumor jinak atau tumor
nonkanker, pendarahan, peradangan, perforasi dinding perut, polip,
kanker lambung, tukak lambung atau tukak duodenum parah,
obesitas (membantu pasien agar dapat makan lebih sedikit sehingga
penurunan berat badan lebih cepat), kanker esofagus.
b. Jenis Gastrektomi
Prosedur ini terbagi menjadi beberapa jenis yang berbeda,
bergantung pada bagian mana yang diangkat dari lambung. Berikut
adalah 4 jenis gastrektomi:
1) Gastrektomi Total
Dilakukanya dengan mengangkat seluruh bagian lambung.
Setelah dilakukan pemotongan usus halus akan disambungkan
langsung ke esofagus.
2) Gastrektomi Parsial
Dalam prosedur ini, bagian lambung yang diangkat sebagian,
biasanya adalah bagian bawah atau getah bening. Dengan
menutup duodenum (usus dua belas jari) yang merupakan bagian
pertama dalam usus kecil yang menerima makanan hasil
pencernaan lambung. Sisa bagian lambung yang tidak diangkat
akan akan dihubungkan dengan usus kecil.
3) Gastrektomi Lengan (Sleeve Gastrectomy)
Sleeve gastrectomy atau gastrektomi lengan adalah prosedur
untuk mengangkat hingga tiga perempat lambung. Akan
14

dilakukan pemotongan dengan mengubahnya lebih panjang serta


ramping membentuk tabung.
4) Esofagogastrektomi
Prosedur yang satu ini umumnya dilakukan untuk mengatasi
kanker esofagus. Bagian yang diangkat adalah bagian atas
lambung dan bagian esofagus atau kerongkongan. Saluran yang
menghubungkan tenggorokan dan lambung akan diangkat.
c. Komplikasi Gastrektomi
Perdarahan, kebocoran pada anastomisis, infeksi luka operasi,
gangguan respirasi dan prolem yang berkaitan dengan balance cairan
dan elektrolit.
2. Radioterapi eksternal
Tindakan ini bisa diberikan sebagai terapi kuratif tumor Gaster bagi
pasien yang tidak bisa menjalani tindakan operasi karena sudah berusia
lanjut atau memiliki penyakit.
3. Endoskopi
Polip lambung jinak diangkat dengan menggunakan endoskopi
4. Pengobatan (Kemoterapi)
Bila tumor telah menyebar ke luar dari lambung. Tujuan pengobatan
adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian.
Dalam pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data-data untuk
menunjang diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat
digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien, umur, keluhan
utama dan diagnosa medis.
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien masuk ke RS dengan keluhan.
2) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit terdahulu yang
15

memperberat
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat anggota yang memiliki riwayat penyakit
serupa
b. Pengkajian Pola Gordon
1) Pola persepsi
Pada pasien Tumor Gaster mengalami peningkatan kecemasan,
sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan
perawatan yang lama.
2) Pola nutrisi metabolic
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi
dan metabolisme yang dapat mempengarui status kesehatan
penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek ,
mual muntah.
3) Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi efek terjadinya proses penyakit
tumor gaster ..
4) Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya nyeri pada area gaster, sehingga klien
mengalami kesulitan tidur
6) Kongnitif persepsi
Pasien dengan penyakit tumor sering terjadi gelisah..
7) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri..
8) Peran hubungan
Gelisah meningkat menyebabkan keluarga malu dan menarik diri
16

dari pergaulan .
9) Seksualitas
Pada pasien dengan tumor biasanya mengalami penurunan kesadara
hasrat sehingga dimungkinkan pola sex terganggu.
10) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung,
sehingga dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
11) Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta nyeri yang hebat luka tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan tanda vital
2) Pemeriksaan kulit
3) Pemeriksaan kepala dan leher
4) Pemeriksaan dada (thorak)
5) Pemeriksaan jantung (cardiovaskuler)
6) Pemeriksaan abdomen
7) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
8) Pemeriksaan muskuloskeletal
9) Pemeriksaan ekstremitas
10) Pemeriksaan neurologi
17

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas (D.0005)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077,
Halaman 172)
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin (D.0009, Halaman 37)
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan efektindakan medis
dan diagnostik (D.0040 Hal 96)
5. Defisit nutrisi berhuhungan dengan faktor psikologis keenganan
untuk makan (D.0019, halaman 56)
6. Intoleransi berhubungan dengan kelemahan (D.0056, Halaman
128)
18

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan pada klien dengan Syok Hipovolemik menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI,
2018) meliputi :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen (SIKI I.01026 Hal.430)
hambatan upaya napas (D.0005, Halaman asuhan keperawatan selama 3x7 Observasi:
26) diharapkan pola napas membaik 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
dengan kriteria hasil :
Terapeutik:
SLKI (L.01004 hal 95)
1. Dispnea menurun (5) 1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
2. Penggunaan otot bantu 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
napas menurun (5)
3. Frekuensi napas membaik 3. Berikan oksigen jika perlu
(5) Edukasi :
4. Kedalaman napas membaik
(5) 1. Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
pencedera fisiologis (D.0077, Halaman 172) asuhan keperawatan selama 3x7 Observasi :
diharapkan nyeri akut berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
SLKI (L.08066 hal 145) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
5. Kemampuan menutaskan
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
aktivitas meningkat (5)
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Keluhan nyeri menurun (5)
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Meringis menurun (5)
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Gelisah menurun (5)
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
9. Kesulitan tidur menurun (5)
19

10. Nafsu makan membaik (5) 9. Monitor efek samping yang sudah diberikan penggunaan
11. Pola tidur membaik (5) analgetik

Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Perfusi perifer tidak efektif dengan Setelah diberikan asuhan Perawatan Sirkulasi
keperawatan selama 3x7 jam Observasi:
penurunan konsentrasi hemoglobin
diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer
(D.0009, Halaman 37) membaik. 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
Kriteria hasil : SLKI (L.02011 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
Hal.84) ekstremitas
1. Akral membaik (5) Terapeutik
2. Turgor kulit membaik (5) 1. Lakukan pencegahan infeksi
3. Warna kulit membaik (5) 2. Lakukan hidrasi
20

4. Kram otot membaik Edukasi


1. Anjurkan berhenti merokok

4. Gangguan eliminasi urin berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urin
dengan efektindakan medis dan diagnostik asuhan keperawatan selama 3x7 Observasi:
jam diharapkan gangguan
(D.0040 Hal 96) 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
eliminasi urin membaik dengan
kriteria hasil : SLKI (L.04034 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
hal 24) inkontinensia urin
1. desakan berkemih menurun
3. Monitor eliminasi urin
(5)
2. distenti kandung kemih Terapeutik:
menurun (5) 1. Catat waktu-waktu haluaran berkemih
3. berkemih tidak tuntas
2. Ambil sampel urin tengah
menurun (5)
4. volume residu urin menurun Edukasi
(5) 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
3. Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat suppositoria, jika perlu

5.Defisit nutrisi berhuhungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (SIKI I. 03119 Hal.200)
faktor psikologis keenganan untuk makan asuhan keperawatan selama 3x7 Observasi :
(D.0019, halaman 56) jam diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
membaik dengan kriteria 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
hasil : SLKI (L.03030 hal 121) 3. Identifikasi makanan yang di sukai
21

1. Porsi makan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien


dihabiskan membaik (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
2. Verbalisasi keinginan untuk 6. Monitor asupan makan
meningkatkan nutrisi 7. Monitor berat badan
membaik (5) 8. Monitor hasil laboratorium
3. Pengetahuan tentang pilihan Terapeutik :
makanan yang sehat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
membaik (5) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
4. Pengetahuan tentang pilihan 3. Sajikan makanan sssecara menarik dan suhu yang sesuai
minuman yang sehat 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
membaik (5) 5. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
5. Nyeri abdomen menurun (5) 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
6. Berat badan membaik(5) 7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika
7. Indeks Masaa Tubuh (IMT) asupan oral dapat di toleransi
membaik (5) Edukasi :
8. Frekuensi makan membaik 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
(5) 2. Ajarkan diet yang di programkan
9. Nafsu makan membaik (5) Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori,
dan jenis nutrient yang di butuhkan, jika perlu
6.Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Managemen Energi
dengan kelemahan (D.0056, Halaman asuhan keperawatan selama 3x7 Observasi:
128) jam diharapkan toleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
aktivitas mengingkat dengan
2. Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil 3. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kriteria hasil : SLKI (L.05047 Edukasi
hal 149) 1. Anjurkan tirah baring
1. Frekuensi nadi membaik 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
22

2. Tekanan darah membaik


3. Frekuensi napas membaik Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
23

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
(Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2017). Jadi, implemetasi
keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. (Nurarif , 2013). Pada tahap evaluasi,
perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data
perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan
dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi
dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada
tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif. (Nursalam, 2018)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama :Tn.D
Umur :74 tahun
Agama :Kristen Protestan
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Pensiunan PNS
Suku bangsa : Banjar
Alamat : Jl. Damang Leman
Tanggal Masuk :16/10/2023
Tanggal Pengkajian :30/10/2023
No. Register :00.13.44
Diagnose medis : Tumor Gaster
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Tn.A
Umur :35 tahun
Hub. Dengan pasien : Anak
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Damang Leman
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)
Keluhan pasien pada saat di lakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri
bagian perut dan perut terasa keras
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini
Pada tanggal 16 Oktober 2023 pukul 06.15 WIB klien datang diantar oleh
anaknya ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka keluhan tidak sadarkan
diri, tampak lemas sebelumnya ada mual muntah serta BAB hitam. Di IGD
25

pasien langsung mendapatkan tindakan pemasangan infus Nacl 0.9 %


selanjutnya D5: tutosol ditangan sebelah kiri, injeksi Omeprazole 40 mg
(IV), injeksi Astranex 3x500mg). Dikarenakan kondisi pasien yang
memerlukan perawatan lebih lanjut, dokter menganjurkan untuk dirawat
inap di ruang Teratai agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan rencana perawatannya. Pada tanggal 30 Oktober 2023 pukul
08.00 WIB saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh Nyeri bagian perut
dan perut terasa keras dengan TTV didapatkan TD: 110/84 mmHg, N: 60
x/menit, S: 36,2 oC, RR: 20 x/menit, SPO2: 99%. Pasien tampak lemas dan
lelah, terbaring supinasi, terpasang stopper pada tangan kanan, terpasang
drain DC, drain NGT kanan, dan terpasang colostomy bag pada bagian perut
sebelah kanan.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Upaya yang dilakukan keluarga untuk klien dengan membawa klien ke
rumah sakit
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami: Tidak ada
2) Pernah dirawat: Pasien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya.
3) Alergi: Tidak ada
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll): Pasien mengatakan tidak memiliki
kebiasaan merokok
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan keluarga
tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (DM, Asma, dll) serta tidak memiliki
riwayat penyakit menular (TBC, hepatitis, dll)
d. Diagnose medis dan therapy
Diagnosa : Syok Hipovolemik
Terapi :
inf Nacl 500cc dalam 1jam
selanjutnya D5: Tutosol 2:1
Inj Pantoprazole 1x80mg
Inj Asam tranexamat 3x500 mg

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


26

1. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan


Sebelum sakit:
Menurut Tn.D kesehatan sangalah penting dan berharga. Tn.D mengatakan
sangat cemas dengan penyakit yang dideritanya, ia sangat ingin sembuh dari
penyakit yang dideritanya dan ingin melanjutkan aktivias seperti biasanya.
Saat sakit:
Saat sakit klien dibawa ke rumah sakit dengan mengalami keluhan yang
dirasakan dan hanya mampu berbaring di rumah sakit
2. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit nafsu makan baik, makanan selalu habis
kebiasan makan 3-4x dalam sehari
Saat sakit:
Pasien mengatakan saat sakit nafsu makan menurun, dianjurkan untuk diet Cair
6x 200cc dalam NGT
Pengkajian indeks masa tubuh menggunakan rumus BMI (berat badan kg dibagi
tinggi badan m2).
TB : 160Cm
(berat badan dibawah normal)
BB sekarang : 50 Kg
BB Sebelum sakit : 57 Kg
50
IMT = =19 , 53
1.60 x 160
Penggolongan berat badan berdasarkan indeks masa tubuh sebagai berikut :
Obesitas = IMT sama dengan atau di atas 30
Berat badan berlebih = IMT antara 25-29,9
Berat badan normal = IMT antara 18,5-24,9
Berat badan dibawah normal = IMT di bawah 18,5
3. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit klien BAB lancar, tidak ada kendala tidak
ada diare, 1 x sehari, normal.
Saat sakit :
27

Pasien BAB 2x/hari warna kehitaman dengan konsistensi lunak, tidak diare,
tidak konstipasi.
2) BAK
Keluarga pasien mengatakan untuk BAK lancer, dengan frekuensi 3-4
x/hari.
4. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas Penilaian:
Kemampuan 0: Mandiri
0 1 2 3 1: Kergantungan minimal
Perawatan diri
Makan dan  2: Ketergantungan parsial
minum 3: Ketergantungan total
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 

2) Latihan
Sebelum sakit
Pola gerak : bisa bergerak dengan bebas.
Pola Aktivitas : dapat beraktivitas dengan baik.
Saat sakit
Pola gerak : bebas, namun masih lemes.
Pola aktivitas : hanya bisa melakukan ditempat tidur
5. Pola kognitif dan perseptual sensori
 Kognitif
Sebelum sakit: Pasien mengetahui bahwa dirinya sedang dirawat di rumah
sakit dan klien kurang mengetahui tentang penyakitnya secara mendetail
dan banyak bertanya kepada perawat.
Saat sakit: Pasien dan keluarga tampak bertanya-tanya dan kurang
mengetahui tentang penyakitnya
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
 Persepsi
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan selalu berpikir yang baik baik saja
Saat sakit:
28

Pasien mengatakan selalu berpikir ingin cepat sembuh dan klien


menyerahkan perawatannya kepada perawat di ruangan
6. Pola persepsi diri dan Konsep diri
 Pola persepsi diri
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sebelum sakit klien selalu bisa beraktivitas setiap hari
Saat sakit:
Pasien mengatakan menerima kenyataan dengan keadaannya saat ini
 Konsep diri
Sebelum sakit:
Sebelum sakit Pasien merasa yakin terhadap kemampuannya sendiri dalam
melakukan apapun
Saat sakit:
Setelah sakit Pasien memahami diri dengan kondisinya sekarang yang
membutuhkan perawatan dari tim medis dan dibantu keluarga.
7. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit :
Sebelum sakit Pasien tidur malam 7-8 jam, tidur siang 1-2 jam
Saat sakit :
Saat sakit Pasien sulit tidur, tidur malam hanya 4 jam dan sering terbangun
karena tidak nyaman dengan suasana rumah sakit , tidak tidur siang pada siang
hari
Keluhan lainnya : tampak mata sayu dan lelah
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit:
Sebelum sakit Pasien selalu bersikap baik dengan anggota keluarga dan orang
lain
Saat sakit:
Setelah sakit Pasien masih tetap bersikap baik dengan orang sekitar, dan dengan
tim medis
9. Pola seksual-reproduksi:
Sebelum sakit :
29

Pada saat sehat Pasien mengatakan alat vitalnya normal tidak ada gatal ataupun
jamuran.
Saat sakit :
Pada saat sakit pun Pasien mengatakan alat vitalnya normal tidak ada gatal dan
jamuran
10. Pola mekanisme koping:
Sebelum sakit:
Pasien jika mengalami masalah akan bercerita dengan kerabatnya
Saat sakit:
Pasien akan menceritakan keluhan yang dirasakan kepada perawat
11. Pola nilai dan kepercayaan:
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien rutin beribadah mengikuti kegiatan
keagamaan, dan beribadah ke gereja.
Saat sakit:
Pasien tidak bisa melakukan ibadah ke gereja hanya bisa berdoa ditempat tidur
meminta pertolongan Tuhan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum:
klien tampak lemas, tampak mata sayu dan lelah, posisi terlentang, pasien
mengeluhkan tidak nyaman terpasang selang untuk makan, tampak terpasang
infus di tangan sebelah kiri, pasien diberikan diit cair x200cc, terpasang NGT,
terpasang drain DC, terpasang colostomy bag.
Tingkat kesadaran: Compos Mentis
GCS : 15 Mata : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 60x/mnt
Suhu : 36,2 C
TD : 110/84 mmHg
RR : 20 x/mnt
Spo2 : 99%
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher: (kepala,rambut,hidung,telinga,mata,mulut dan leher)
30

Inspeksi : kepala simetris, tidak ada benjolan, lesi atapun luka, rambut
bersih, hidung simetris tidak terdapat luka, telinga simetris tidak ada
sumbatan, mata simetris tidak ada kelainan pupil mengecil ketika terkena
cahaya, mata tampak sayu dan lelah, sklera berwarna putih, konjungtiva
anemis, mulut bersih,gigi lengkap, lidah lembab, membrane mukosa lembab,
tidak ada luka ataupun radang, leher normal tidak ada hambatan gerak dan
tidak ada pembengkakan pada area leher, tidak ada distensi vena jugularis.
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau nyeri ketika di palpasi di sekitar
area kepala, hidung, telinga, mata dan leher.
2) Dada:
1. Paru:
Inspeksi: bentuk simetris kanan dan kiri, tidak terdapat jejas, napas
teratur, pernapasan dada, tidak ada sesak napas, irama
nafas teratur.
Palpasi : tidak ada nyeri dada, akral teraba hangat
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler
2. Jantung:
Inspeksi : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak terdapat jejas,
tidak ada benjolan, pergerakan dada teratur, tidak ada
sianosis
Palpasi : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri dada dan akral
teraba hangat
Perkusi : bunyi jantung pekak/datar
Auskultasi : bunyi jantung S1, S2, S3 Lup-Dup/otoric
3. Payudara dan ketiak:
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada luka pada payudara dan ketiak
tampak normal
Palpasi : tidak ada tonjolan maupun pembengkakan kelenjar getah
bening.
4. Abdomen:
Inspeksi : Pada area perut terdapat bekas operasi kolostomy
Auskultasi : bising usus normal 15-30x/menit
Palpasi : suara timpani, perut terasa keras
31

Perkusi : ada nyeri di perut kanan pasien


Keluhan lain : mual , muntah 2x
MK : Risiko Infeksi, Nyeri Akut
5. Genetalia :
Inspeksi : tidak ada kemerahan, tidak ada odema, tidak ada varises
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada nyeri, tidak ada gatal
6. Integument:
Inspeksi : kulit bersih, turgor kulit baik, warna kulit coklat
Palpasi : tidak ada nyeri, CRT <2 detik
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
7. Ektremitas :
Atas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, pergerakan bebas, terpasang infus
pada tangan kiri.
Palpasi : tidak ada nyeri, tampak normal tanpa ada benjolan dan vulnus
Bawah :
Inspeksi : pergerakan bebas.
Palpasi : klien tidak merasakan nyeri pada area ektremitas bawah
8. Neurologis:
1. Status mental dan emosi: (tingkat kesadaran, orientasi, memori,
suasana hati dan afek, nyeri, intelektual, bahasa).
Tingkat kesadaran : Composmenthis
 Orientasi Waktu : Klien dapat membedakan waktu pagi, siang
dan malam.
 Orientasi Orang : Klien dapat mengenali keluarganya dan
petugas kesehatan.
 Orientasi Tempat : Klien dapat mengetahui Ia berada di RS
Memori : Baik
Suasana hati : Tenang
Nyeri : Pada perut hingga terasa dibagian Pinggang.
Bahasa : bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia
32

2. Pengkajian saraf cranial:


Uji 12 saraf kranial : Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat
membedakan bau parfum dengan minyak kayu putih. Nervus Kranial
II : (Optikus) Klien dapat melihat dengan jelas. Nervus Kranial III :
(Okulomotorius)pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke
bawah. Nervus Kranial IV : (Troklear) klien dapat memutar bola
mata. Nervus Kranial V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata.
Nervus Kranial VI : (Abdusen) : klien dapat memejamkan mata
kerateral. Nervus Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan
wajah. Nervus Kranial VIII : (Albitorius) Klien jelas mendengar
suara pada kedua telinga. Nervus Kranial IX : (Glosofaringeal) tidak
diuji. Nervus Kranial X : (Vagus) klien mampu menelan. Nervus
Kranial XI : (Asesoris) klien mampu menggerakan bahu kiri. Nervus
Kranial XII (Hipoglosal) klien dapat menggerakan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ektremitas bawah tumit ke jempol kaki negative, uji
kestabilan negative ; pasien tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya.
3. Pemeriksaan reflek:
Reflex bisep dan trisep kanan dan kiri positif dengan skala 5, reflex
brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5, reflex patella
kanan dan kiri positif dengan skala 0, reflex akhiles kanan dan kiri
positif dengan skala 0, reflex Babinski kanan dan kiri positif dengan
skala 0. Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
4. Pemeriksaan Sensorik
Fungsi sensori normal, klien masih merasakan adanya sentuhan pada
tangannya dan klien tidak merasakan sentuhan berupa nyeri di
kakinya
5. Pemeriksaan motoric
Fungsi motorik ektremitas atas normal klien masih dapat melakukan
gerakan pada anggota tubuhnya.
Fungsi motoric ektremitas bawah normal klien dapat melakukan
gerakan pada anggota tubuhnya dan dapat merasakan seperti nyeri.
6. Pemeriksaan rangsangan meningeal
Tidak terkaji
33

IV. DATA PENUNJANG


1) Data laboratorium yang berhubungan:
Pemeriksaam Laboratorium tanggal 13 Oktober 2023 Pukul 12.54 WIB
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. WBC 14.68 + 10^3/uL 4.50-11.00
2. HGB 11.3 g/dL 10.5-18.0
3. HCT 34.0% 26.0-48.0
4. PLT 112 10^3/uL 150-400

Hasil Laboratorium tanggal 21 Oktober 2023 Pukul 16.16 WIB


Jenis
No. Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
1. Hemoglobin 11.3 L : 13,5- g%
18,0;11,5-16,0
2. Leukosit 14.680 4.500-11.000 /mm3
3. Eritrosit 3,77 4-6 Juta/mm3
4. Trombosit 112.000 150.000-400.000 /mm3
5. Hematrokit 34 37-48 %
6. MCV 90 80-100 fL
7. MCH 30 27-34 fg
8. MCHC 33 32-36 g/dl

Hasil Laboratorium Tanggal 25 Oktober 2023 Pukul 21:26 WIB


No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. WBC 5.34+ 10^3/uL 4.50-11.00
2. HGB 7.8 g/dL 10.5-18.0
3. HCT 24.0% 26.0-48.0
4. PLT 87 10^3/uL 150-400
34

Pemeriksaan radiologi:

Hasil pemeriksaan Radiologi Tanggal 17 Oktober 2023 Pukul 09.15

Hasil Pemeriksaan :
1. Bercak opasitas dengan fibrosis pada paru kanan atas dan kiri
2. Jantung dan trachea terdeviasi ke kanan
3. Jantung tidak membesar
4. Effusi fleura kanan
5. Bercak infiltrat tersebar pada paru kanan
Kesan : TB paru lama aktif lesi sedang dengan fibrosis pada paru kanan atas dan
effusi fleura kanan

2) Hasil konsultasi:-
35

3) Terapi farmakologi:
Terapi obat 17/10/2023
Nama Obat Dosis Obat Rute Indikasi

SP.Omeprazole 8mg/jam IV untuk mengatasi gerd, tukak lambung


dengan cara menurunkan asam lambung
dengan menghambat pompa proton yang
berperan besar dalam produksi asam
lambung

Inj. Asam 3x500 mg IV Untuk mencegah terjadinya perdarahan


Tranexamat berat

Infus Human 1x1 Fis IV Obat infus untuk menambah kadar


Albumin 20% (2x) albumin pada plasma darah sehingga
volume darah total pun meningkat.

Codein 3x10 mg P/O Obat untuk meredakan nyeri berat yang


tidak dapat diatasi dengan Pereda nyeri
lain.

Inj. Antrain 3x1 gr IV Obat yang dapat digunakan untuk


membantu mengurangi rasa nyeri.

Infus Tutosol 20 tpm IV Untuk memenuhi kebutuhan air dan


elektrolit lengkap pada keadaan dehidrasi
hipotonis.
36

B. ANALISA DATA
1. Analisa data
No Data Interpretasi Masalah

1 DS : Kompresi syaraf lokal Nyeri Akut


Pasien mengatakan “nyeri bagian 
perut kanan, P : mengeluh nyeri Q : Nyeri retalsternal
Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk,
R : rasa nyeri terasa dibagian perut 
sebelah kanan, S : skala nyeri 7 (1- Mengenai Reseptor Nyeri
10). T : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang dan timbul” 
”. Agen Pencedera Fisiologis
DO :
- Ekspresi wajah pasien tampak 
meringis Nyeri Akut
- pasien tampak gelisah
- Bersikap protektif (mis.posisi
menghindar nyeri)
- S : skala nyeri 7 (1-10).
- Pasien tampak lemas
- Cara berbaring klien tampak
Supinasi
- Terpasang drain DC,
- Terpasang drain NGT kanan.
- Terdapat colostomy bag
- Hasil TTV :
TD : 96/61 mmHg
N : 54 x/mnt
Suhu : 36,6 C
RR : 20 x/mnt
Spo2 : 95%

2 DS: pasien mengatakan lemas Respon Psikologi Perfusi


seluruh badan Perifer
 Tidak
DO: Efektif
Penurunan kadar hemoglobin
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak pucat 
37

- Kongjungtiva anemis Mengganggu pemenuhan


- Hasil lab HGB tanggal 13 oksigen ke seluruh tubuh
Oktober dan 21 Oktober: 11.3 g
%
Hasil lab HGB tanggal 25
Oktober 7.8 g%
- Hasil TTV :
TD : 96/61 mmHg
N : 54 x/mnt
Suhu : 36,6 C
RR : 20 x/mnt
Spo2 : 95%

3 DS: - Luka insisi Risiko


Infeksi
DO: 

- Area luka kolostomi tampak Adanya peningkatan leukosit


kemerahan dengan masih
terdapat pus 
- Terpasang cairan infus Tutosol
Risiko infeksi
dengan tetesan 20 tpm
- Hasil pemeriksaan lab WBC
14.68 + 103 /uL
- Hasil TTV :
TD : 96/61 mmHg
N : 54 x/mnt
Suhu : 36,6 C
RR : 20 x/mnt
Spo2 : 95%
38

2. Diagnosa keperawatan
No Tanggal/
Diagnosa keperawatan
Jam ditemukan

1. 30 Oktober 2023 Nyeri Akut Berhubungan dengan agen pencedera fisik di


Pukul 08.00 tandai dengan Pasien mengatakan “nyeri bagian perut kanan,
WIB P : mengeluh nyeri Q : Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, R :
rasa nyeri terasa dibagian perut sebelah kanan, S : skala nyeri 7
(1-10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang dan
timbul”. Ekspresi wajah pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah, Bersikap protektif (mis.posisi menghindar nyeri), S :
skala nyeri 7 (1-10). Pasien tampak lemas, Cara berbaring klien
tampak Supinasi, Terpasang drain DC, Terpasang drain NGT
kanan, terpasang colostomy bag
2. 30 Oktober 2023 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
Pukul 09.00 konsentrasi hemoglobin ditandai dengan pasien mengatakan
WIB lemas seluruh badan, pasien tampak lemas, kongjungtiva
anemis, hasil lab HGB tanggal 13 Oktober dan 21 Oktober:
11.3 g%, hasil lab HGB tanggal 25 Oktober 7.8 g%, hasil TTV
TD: 96/61 mmHg, N : 54 x/mnt, Suhu : 36,6 C RR : 20 x/mnt,
Spo2 : 95%
3. 1Oktober 2023 Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Pukul 10.00 ditandai dengan area luka kolostomi tampak kemerahan dengan
masih terdapat pus, terpasang cairan infus Tutosol dengan
WIB
tetesan 20 tpm, hasil pemeriksaan lab WBC 14.68 + 10 3 /uL,
hasil TTV : TD: 96/61 mmHg, N : 54 x/mnt, Suhu : 36,6 C RR
: 20 x/mnt, Spo2 : 95%
39

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn.D
Ruang Rawat : Ruang Teratai
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Intervensi 2 x 7 Jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
dengan agen pencedera maka Nyeri Klien menurun, dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fisik. Kriteria Hasil : nyeri 2. Supaya dapat memantau
(SLKI L.08066 Hal.58) 2. Identifikasi skala nyeri perkembangan nyeri
1. Keluhan nyeri Menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat 3. Mencari tahu faktor memperberat dan
2. Melaporkan nyeri terkontrol (5) dan memperingan nyeri memperingan nyeri agar mempercepat
3. Kemampuan mengenali onset 4. Berikan teknik nonfarmakologis proses kesembuhan.
nyeri (5) 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Agar klien atau keluarga dapat
4. Kemampuan mengenali penyebab untuk mengurangi rasa nyeri melakukan secara mandiri ketika nyeri
Nyeri (5) 6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika kambuh dan mampu mengalihkan
5. Kemampuan menggunakan teknik perlu perhatian terhadap nyeri,
non-farmakologi (5) meningkatkan kontrol terhadap nyeri
6. Kemampuan menuntaskan aktivitas yang mungkin berlangsung lama.
meningkat (5) 5. Bekerja sama dengan dokter dalam
7. Meringis menurun (5) pemberian dosis obat dan tindakan
8. Gelisah menurun (5) dependen perawat, dimana analgetik
9. Kesulitan tidur menurun (5) berfungsi untuk memblok stimulasi
40

10. Nafsu makan membaik (5) nyeri


11. Pola tidur membaik (5)
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Syok Hipovolemik (SIKI 1. Untuk mengetahui fungsi dan status
berhubungan dengan keperawatan selama 2x7 jam I.02050 hal.222): organ vital pasien
penurunan konsentrasi diharapkan tingkat perdarahan 1. Monitor status kardiopulmonal 2.Kebutuhan oksigen yang tercukupi
hemoglobin menurun dengan kriteria hasil (SLKI (misal, frekuensi dan kekuatan nadi, dalam mencegah terjadinya syok
L.02017 Hal.147: frekuensi nafas) 3. Untuk mengeluarkan dan

1. Kelembapan membran mukosa 2. Berikan oksigen untuk membersihkan isi atau cairan yang ada

meningkat (5) mempertahankan saturasi oksigen > di lambung.


94% 4. Untuk meningkatkan kadar
2. Kelembapan kulit meningkat (5)
3. Pasang selang nasogastric untuk hemoglobin dalam darah dan mengganti
3. Hemoglobin membaik (5)
dekompresi lambung perdarahan yang hilang.
4. Hematokrit membaik (5)
4. Kolaborasi pemberian transfusi
darah
Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (SIKI I.14564 1. Untuk mengetahui perkembangan
dengan efek prosedur keperawatan selama 2x7 jam Hal.328): luka
invasif diharapkan tingkat infeksi menurun 1. Monitor karakteristik luka 2. Untuk mengetahui adanya tanda dan
dengan kriteria hasil (SLKI L.14137 2. Monitor tanda-tanda infeksi gejala infeksi dan segera memberikan
Hal.139): 3. Bersihkan dengan cairan Nacl tindakan yang tepat
1. Kemerahan menurun (5) 4. Pasang balutan sesuai jenis luka 3. Cairan Nacl memiliki sifat yang mirip
2. Nyeri menurun (5) 5. Pertahankan teknik steril saat dengan air dan kadar racun rendah,
melakukan perawatan luka sehingga tidak mengganggu proses
41

3. Kadar sel darah putih membaik penyembuhan luka.


(5) 4. Agar luka tertutup dan tidak terkena
bakteri atau infeksi pada kulit
5. Untuk menjaga luka agar tetap steril
dan tidak terjadi infeksi
42

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses TTD
Jam

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Pada saat dilaksanakan tindakan


kualitas, intensitas nyeri keperawatan kepada pasien, pasien
Senin,
2. Mengidentifikasi skala nyeri tidak mengalami kejang, tidak
30 Oktober
1 3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi mengalami sesak nafas, hanya saja
2023/ 08.00
WIB nyeri (Relaksasi nafas dalam, mengatur posisi semi pasien tampak meringis dan merasa
fowler) nyeri pada saat pemberian injeksi
Lisnawatie
4. Berkolaborasi pemberian injeksi ketorolac Ketorolac

Senin, 1. Memonitor status kardiopulmonal (misal, frekuensi dan Pada saat dilaksanakan tindakan
30 Oktober kekuatan nadi, frekuensi nafas) keperawatan kepada pasien, pasien
2023/ 09.00 2. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi tidak mengalami kejang dan tidak
2
WIB oksigen > 94% sesak nafas, pasien tampak lemas,
3. Memasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung serta pasien tampak pucat. Lisnawatie
4. Berkolaborasi pemberian transfusi darah

3 Senin, 1. Memonitor karakteristik luka Pada saat dilaksanakan tindakan


30 Oktober 2. Memonitor tanda-tanda infeksi keperawatan kepada pasien, pasien
3. Membersihkan dengan cairan Nacl tidak mengalami kejang dan tidak
2023/ 10.00 Lisnawatie
4. Memasang balutan sesuai jenis luka sesak nafas, pasien merasa nyeri
WIB 5. Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan sedikit ketika luka bekas colostomy
43

luka dibersihkan

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/ No
No Evaluasi Ttd
Jam Dx
S = Pasien mengatakan : masih merasa nyeri pada bagian perut menjalar sampai
kepinggang, seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 7, hilang timbul”
O=
- Ekspresi wajah meringis dan gelisah
Senin,
- Tampak masih kesulitan tidur
30 Oktober
1 1 - Pasien nyaman dan diberi posisi semi fowler
2023/ 08.00
- Klien dan keluarga klien dapat melakukan teknik nonfarmakologi yaitu pemberian
WIB
posisi semi-fowler secara mandiri dan latihan nafas dalam disaat nyeri datang
Lisnawatie
- Setelah diberikan Injeksi Katerolac 3x30 mg (IV) dan Ranitidine 2x50 mg (IV)
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi No.1- 4
2 Senin, 2 S= Pasien mengatakan masih merasa lemas
30 Oktober O=
2023/ 09.00 - Pasien terpasang NGT dan dilakukan bilas lambung Lisnawatie
WIB - N: 80 x/menit
- RR: 18 x/menit
- Ada mendapatkan pemasangan oksigen nasal kanul 3 lpm
44

- Pasien mendapatkan transfusi darah sudah sebanyak 10 kantong


A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi No.1-5
S= -
O=
Senin, - Area luka colostomy masih tampak kemerahan dengan disertai pus
30 Oktober - Melakukan perawatan luka kolostomi pada pasien dengan dibersihkan
3 3
2023/ 10.00 menggunakan cairan Nacl dan dibalut menggunakan colostomy bag Lisnawatie
WIB - Keluarga pasien menjaga kebersihan dilingkungan agar tetap bersih
A= Masalah belum teratasi
P= Lanjutkan intervensi No. 1-5
BAB 4

PEMBAHASAN

Proses perawatan ini merupakan rangkaian pengelolaan masalah dengan cermat untuk
diidentifikasi bagaimana pemecahan dari masalah-masalah yang ditemukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan kesehatan serta keperawatan klien, dalam pembahasan ini di uraikan
kesenjangan antara konsep atau teori mengenai asuhan keperawatan pada Tn. D dengan
Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
yang akan dibahas berdasarkan tahap proses keperawatan yaitu:
4.1 Pengkajian
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan problem yang memerlukan ilmu,
teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien baik
sebagai individu, keluarga maupun masyarakat mengemukakan dalam proses keperawatan
terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam, 2011). Pengkajian menurut teori (Nursalam, 2011:17)
adalah tahap awal dari proses keprawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien.
Pada bab ini penulis akan mencoba membandingkan konsep teori mengenai asuhan
keperawatan pada Tn.D dengan Diagnosa Medis Tumor Gaster di Ruang Teratai RSUD.dr
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. D dengan diagnosa medis Tumor Gaster,
didapatkan data pada keluhan utama Tn. D adalah pasien mengatakan nyeri perut di sebelah
kanan dan perut terasa keras.
Untuk riwayat penyakit sekarang adalah pada tanggal 16 Oktober 2023 pukul 06.15
WIB klien datang diantar oleh anaknya ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka keluhan
tidak sadarkan diri, tampak lemas sebelumnya ada mual muntah serta BAB hitam. Di IGD
pasien langsung mendapatkan tindakan pemasangan infus Nacl 0.9 % selanjutnya D5: tutosol
ditangan sebelah kiri, injeksi Omeprazole 40 mg (IV), injeksi Astranex 3x500mg).
Dikarenakan kondisi pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut, dokter menganjurkan
untuk dirawat inap di ruang Teratai agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan rencana perawatannya. Pada tanggal 30 Oktober 2023 pukul 08.00 WIB saat
46

dilakukan pengkajian didapatkan TD: 96/61 mmHg, N : 54 x/mnt, Suhu : 36,6 C RR : 20


x/mnt, Spo2: 95% Pasien tampak lemas dan lelah, terbaring supinasi, terpasang drain DC,
drain NGT kanan, terpasang colostomy bag.
Pengkajian menurut teori (nursalam, 2011:17) adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan pasien.
Pada keluhan utama biasanya pasien dengan Tumor Gaster akan merasakan keluhan merasa
lemah, Nyeri bagian perut, tampak lemas, tampak pucat, tekanan darah menurun, dan HB
dibawah normal.
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya dengan temuan
masalah yang dialami Tn. D maka penulis mengambil kesimpulan bahwa ada kesenjangan
antara data temuan pasien dengan teoritis yang diuraikan para ahli. Pada kasus Tumor Gaster
pada Tn. D secara teori yang muncul pada keluhan utama yaitu nyeri akut, perfusi perifer
tidak efektif, risiko infeksi. Artinya ada kesenjangan antara teori dan fakta dari hasil
pengkajian keluhan utama. Berdasarkan pengkajian keperawatan diatas kenapa tidak terdapat
atau tidak muncul masalah, dikarenakan di pemeriksaan fisik datanya tidak mendukung atau
tidak bermasalah pada Tn. D pasien syok hipovolemik tersebut.

4.2 Diagnosa
Diagnosa menurut penulis sesuai fakta, dari hasil pengkajian pada Tn. D dengan
diagnosa medis syok hipovolemik, penulis mengangkat 6 (enam) diagnosa keperawatan
berdasarkan dari analisa data yang diperoleh didapatkan sesuai dengan prirotas masalah pada
kasus yaitu:
1) Nyeri Akut Berhubungan dengan agen pencedera fisik di tandai dengan Pasien
mengatakan “nyeri bagian perut kanan, P : mengeluh nyeri Q : Nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk, R : rasa nyeri terasa dibagian perut sebelah kanan, S : skala nyeri 7 (1-
10). T : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang dan timbul”. Ekspresi wajah
pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, Bersikap protektif (mis.posisi
menghindar nyeri), S : skala nyeri 7 (1-10). Pasien tampak lemas, Cara berbaring klien
tampak Supinasi, Terpasang drain DC, Terpasang drain NGT kanan, terpasang
colostomy bag.
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
ditandai dengan pasien mengatakan lemas seluruh badan, Pasien tampak pucat, pasien
tampak lemas, kongjungtiva anemis, hasil lab HGB tanggal 13 Oktober dan 21
47

Oktober: 11.3 g%, hasil lab HGB tanggal 25 Oktober 7.8 g%, hasil TTV : TD: 96/61
mmHg, N : 54 x/mnt, Suhu : 36,6 C RR : 20 x/mnt, Spo2 : 95%
3) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif ditandai dengan area luka
kolostomi tampak kemerahan dengan masih terdapat pus, terpasang cairan infus
Tutosol dengan tetesan 20 tpm, hasil pemeriksaan lab WBC 14.68 + 10 3 /uL, hasil TTV
: TD: 96/61 mmHg, N : 54 x/mnt, Suhu : 36,6 C RR : 20 x/mnt, Spo2 : 95%
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
dan individu atau kelompok dimana perawatan secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan Tumor Gaster menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) adalah:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (D.0005)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077, Halaman 172)
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan penurunan konsentrasi hemoglobin
(D.0009, Halaman 37)
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan efektindakan medis dan diagnostik
(D.0040 Hal 96)
5. Defisit nutrisi berhuhungan dengan faktor psikologis keenganan untuk makan
(D.0019, halaman 56)
6. Intoleransi berhubungan dengan kelemahan (D.0056, Halaman 128)
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis diatas ditemukan persamaan diagnosa
keperawatan pada pasien dengan syok hipovolemik. Ada 6 (enam) diagnosa yang didapatkan
pada Tn. D yaitu masalah Pola napas tidak efektif, nyeri akut, perfusi perifer tidak efektif,
gangguan eliminasi urine, defisit nutrisi, intoleransi aktivitas.

4.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan/ intervensi menurut fakta dibuat berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan pada Tn. D dengan Tumor Gaster yang menjadi prioritas keperawatan adalah
diagnosa keperawatan yang pertama Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik di
tandai dengan pasien mengeluhkan nyeri diperut sebelah kanan dan perut terasa keras, yaitu
intervensinya: identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
48

berikan teknik nonfarmakologis, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri, kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Diagnosa keperawatan yang kedua, Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin ditandai dengan pasien mengatakan lemas seluruh badan,
pasien tampak pucat, yaitu intervensinya: monitor status kardiopulmonal (misal, frekuensi
dan kekuatan nadi, frekuensi nafas), berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
> 94%, pasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung, kolaborasi pemberian transfusi
darah.
Diagnosa keperawatan yang ketiga, Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasif ditandai dengan area luka kolostomi tampak kemerahan dengan masih terdapat pus,
yaitu intervensinya: monitor karakteristik luka, monitor tanda-tanda infeksi, bersihkan
dengan cairan Nacl, pasang balutan sesuai jenis luka, pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka.

4.4 Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan pada hari Selasa, 30 Oktober 2023 pukul
09.00 WIB di ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya terhadap Tn. D untuk
diagnosa keperawatan pertama, Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,
implementasinya: mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri (Relaksasi nafas dalam, mengatur posisi semi fowler), berkolaborasi pemberian injeksi
ketorolac 3x30 mg. Diagnosa keperawatan kedua, Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin, implementasinya: meonitor
status kardiopulmonal (misal, frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi nafas), memberikan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%, memasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung, berkolaborasi pemberian transfusi darah . Diagnosa keperawatan ketiga,
Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive, implementasinya yaitu:
memonitor karakteristik luka, memonitor tanda-tanda infeksi, membersihkan dengan cairan
Nacl, memasang balutan sesuai jenis luka, mempertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka.

4.5 Evaluasi
49

Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan


terhadap klien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan
dalam perencanaan keperawatan sebelumnya:

Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari Senin, 30 Oktober 2023, di
ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya terhadap Tn. D didapatkan hasil
evaluasi pada diagnosa pertama yaitu Nyeri Akut, masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan karena saat diberikan tindakan manajemen nyeri dan pemberian analgetik tampak
masih nyeri yang dirasakan dan berguna untuk mengetahui masalah benar-benar teratasi atau
belum. Evaluasi untuk diagnosa kedua Perfusi Perifer Tidak Efektif, masalah belum teratasi,
intervensi dilanjutkan karena masih membutuhkan transfusi darah untuk meningkatkan
hemoglobin Tn. D. evaluasi diagnose ketiga, Risiko Infeksi, masalah keperawatan belum
teratasi, intervensi dilanjutkan karena pada luka colostomy masih tampak kemerahan dan
terdapat pus.
50
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn.D yang terdiagnosa medis
Tumor Gaster dari tanggal 16 Oktober 2023, penulis memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.D dengan diagnosa Tumor Gaster dengan
menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan serta
mendokumentasikannya dan mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam
setiap proses keperawatan. Adapun keseimpulannya sebagai berikut :
1. Pengkajian
Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah wawancara, observasi, pemeriksaaan
fisik dan studi dokumentasi. Pada saat pengkajian penulis memperoleh beberapa data
antara lain Data tersebut muncul berdasarkan kondisi pasien dan mempunyai kesamaan
dengan data dan teori.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis diatas ditemukan persamaan diagnosa
keperawatan pada pasien dengan Tumor Gaster. Ada 6 (enam) diagnosa yang
didapatkan pada Tn. D yaitu masalah Pola napas tidak efektif , Nyeri akut, Perfusi
perifer tidak efektif , Gangguan eliminasi urin , Defisit nutrisi, Intoleransi aktivitas.
3. Perencanaan keperawatan
Berdasarkan fakta dan teori diatas, pada intervensi keperawatan Tn. D dengan diagnosa
medis Tumor Gaster ditemukan tidak ada kesenjangan intervensi fakta dan teori.
4. Pelaksanaan keperawatan
Menurut penulis berdasarkan fakta dan teori uraian diatas bahwa tidak ditemukan
kesenjangan dalam pelaksanaan keperawatan, karena pelaksanaan pada kasus Tn. D
tidak jauh berbeda dengan yang diuraikan oleh teori diatas. Faktor yang mendukung
dalam pelaksanaan keperawatan ini adalah kerjasama keluarga klien dan tim kesehatan
lainnya. Tidak ada faktor penghambat dalam pelaksanaan keperawatan klien. Keluarga
dan perawat bekerjasama dengan baik dan tidak menolak saat dilakukan tindakan dan
keluarga klien cukup kooperatif.
5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan fakta dan teori penulis melakukan evaluasi keperawatan sesuai dengan
teori yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi data (30 Oktober 2023) yang didapat
52

dengan 3 (tiga) masalah yang diangkat masih belum teratasi sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil dengan diagnosa keperawatan yaitu: Nyeri Akut, perfusi perifer tidak
efektif, resiko infeksi. Sehingga perlu pengawasan dan kontrol dari keluarga sehingga
masalah yang dialami klien dapat teratasi.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Gaster
maka penulis ingin memberikan saran antara lain :
1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan yang baik dan
keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan mempunyai pengetahuan, keterampilan
yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim ksehatan lainnya dengan memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor Gaster.
DAFTAR PUSTAKA
[[[[

Dewi Kartika, Agus Junaidi (2018). Aplikasi Diagnosa Penyakit Lambung Dengan Metode
Forward Chaining. Jurnal Teknologi Informatika & Komputer

Juni, Chudri (2020). Kanker lambung: kenali penyebab sampai pencegahannya. Jurnal
Biomedika dan Kesehatan.
Karimi P, Islami F, Anandasabapathy S, et al. (2014). Gastric cancer: Descriptive
epidemiology, risk factors, screening, and prevention. Cancer Epidemiol Biomarkers
Prev. 23(5):700–713. doi: 10.1158/1055-9965.EPI-13-1057
Lukmana Lokarjana, Endah Hamidah Abbas, Muthia Rachmi Anistya Putri (2021).
Gambaran Pasien Tumor Ganas Lambung. Medika Kartika
Rizal,Tri Wahyuni ( 2017). Analisis Praktitk Klinik Keperawatan Pada Pasien Dengan Post
Operasi Laparotomy Atas Indikasi Tumor Gaster Dengan Pendekatan Terapi Spiritual
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Di Ruang High Care Unit (Hcu) Rsud
A. Wahab Sjahranie Samarinda.
uhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RSUP.H Adam Malik Medan
Murtaza M, Menon J, Muniandy RK, et al. (2017). Gastric cancer: Risk factors, diagnosis and
management. IOSR-JDMS. 16(03):69-74. doi: 10.9790/0853- 160312697
NURUL SAKINAH (2021). Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. A Dengan Diagnosis
Medis Tumor Mesenterium Tindakan Laparatomi Reseksi Tumor Di Ruangan Central
Operating Theatre (Cot) Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Hasanuddin
Tahun 2021".
Sherwood, L. (2014). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Siti Rachma Rahayu Ningrum (2020). Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada
Ny L Dengan Diagnosa Medis Kanker Gaster Di Ruang Igd Bedah Rsup Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
Schmitz, P. G., & Martin, K. J. (2015). Internal Medicine: Just The Facts. Singapore: The
McGraw-Hill Companies.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosi Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.( 2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan
Pertama. Jakarta: DPP PPNI PUSAT.
54

Anda mungkin juga menyukai