A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CKD ON HD DI RUANG TERATAI
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh:
NAMA: PRINAWATI
NIM: 20231490104059
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Tn. S
dengan Diagnosa Medis CKD ON HD di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Asuhan Keperawatan ini disusun guna melengkapi tugas
Program Profesi Ners. Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1) Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangk
a Raya.
2) Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Ek
a Harap Palangka Raya.
3) Takesi Arisandy, Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah banya
k memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan k
eperawatan ini
4) Tanti Setiawati, S.Kep,. Ners selaku pembimbing Klinik Ruang Dahlia RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan izin, informasi dan
membantu dalam pelaksanaan praktik Keperawatan Anak di Puskesmas
Menteng Palangka Raya.
Saya menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, Desember 2023
Prinawati
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR COVER
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada
Tn. A dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD
di ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Tn. A dengan diagnosa
medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD di ruang Teratai RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. A
dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD di
ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2.1.2 Etiologi
Chronic Kidney Disease (CKD) seringkali menjadi penyakit komplikasi
dari penyakit lainnya sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada
beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1) Glomerulonefritis
2) Pyelonefritis kronis, tuberkulosis
3) Polikistik ginjal
4) Renal nephrosclerosis
5) Neprolithisis
6) Sysctemic lupus erythematosus
7) Aminoglikosida
Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi
etiologi CKD, urutan pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan
nefropati diabetic atau diabetic kidney deases menempati urutan kedua.
Tabel 2.1. Penyebab penyakit Chronic Kidney Desease (CKD) di Indonesia
Penyebab Jumlah
Hipertensi 10482
DM 4394
Penyakit Kardiovaskuler 1424
Penyakit Serebrovaskuler 365
Penyakit Saluran Pencernaan 374
Penyakit Saluran Kencing Lain 617
Tuberkulosis 184
Hepatitis B 366
Hepatitis C 679
Keganasan 123
Lain-lain 1240
2.1.3 Patofisiologi
Penyakit ginjal kronik (PGK) sering berlangsung secara progresif melalui
empat derajat. Penurunan cadangan ginjal menggambarkan LFG sebesar 35%
sampai 50% laju filtrasi normal. Insufisiensi renal memiliki LFG 20 % sampai
35% laju filtrasi normal. Gagal ginjal mempunyai LFG 20% hingga 25% laju
filtrasi normal, sementara penyakit ginjal stadium terminal atau akhir (end stage
renal disease) memiliki LFG < 20% laju filtrasi normal (Kowalak, Weish, &
Mayer, 2017).
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi
kurang lebih sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan massa ginjal
mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
bertahan (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk
melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokinin dan growth factors. Hal ini menyebabkan peningkatan
kecepatan filtrasi, yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam
tingkat fungsi yang sangat rendah. Pada akhirnya, jika 75% massa nefron sudah
hancur, maka LFG dan beban zat terlarut bagi setiap nefron semakin tinggi,
sehingga keseimbangan glomerulus – tubulus (keseimbangan antara peningkatan
filtrasi dan reabsorpsi oleh tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, Simadibrata K, & Setiati, 2017; Price & Wilson, 2017.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal
yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
(140 − umur)𝑥𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
LFG (ml/mnt/1,73m²) =
72x kreatinin plasma (mg/dl)
∗) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi tersebut tampak pada
tabel 1.
Tabel 2.2. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas
Dasar Derajat Penyakit (Guyton dan Hall, 2010)
2) Darah
a) BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
b) Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 – 8 gr/dl.
c) SDMmenurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis metabolik, pH
kurang dari 7, 2.
d) Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat, Kalsium
menurun dan Protein (albumin) menurun.
e) Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
f) Pelogram retrogad: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
g) Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
h) Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan peningkatan tumor selektif.
i) Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa.
j) EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Haryono, 2018)
B2 Penilaian :
B2 (Circulation) Sistem Peredaran Darah
Inspeksi: CRT (Capillary Refill Time) tekniknya dengan cara menekan
salah satu jari kuku klien Normal < 2 detik, Abnormal > 2 detik.
Adakah sianosis (warna kebiruan) di sekitar bibir klien, cek
konjungtiva
klien, apakah konjungtiva klien anemis (pucat) atau tidak normalnya
konjungtiva berwarna merah muda.
Palpasi: Akral klien - Normalnya Hangat, kering, merah, frekuensi nadi -
Normalnya 60 - 100x/ menit, tekanan darah Normalnya 100/ 80 mmHg –
130/90 mmHg
B3 Penilaian :
B3 (Neurologi) Sistem Persyarafan
Cek tingkat kesadaran klien, untuk menilai tingkat kesadaran dapat
digunakan suatu skala (secara kuantitatif) pengukuran yang disebut dengan
Glasgow Coma Scale (GCS). GCS memungkinkan untuk menilai secara
obyektif respon pasien terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah
: Respon terbaik buka mata, respon verbal, dan respon motorik (E-V-M).
Nilai kesadaran pasien adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen
tersebut. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran (secara
kualitatif) dibedakan menjadi:
a. Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
e. Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
f. Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Pemeriksaan Reflek:
a. Reflek bisep: ketukan jari pemeriksa pada tendon muskulus biceps
brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
b. Reflek patella: ketukan pada tendon patella.
Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi muskulus quadriceps
femoris
Nervus 1(Olfaktorius): Tes fungsi penciuman (pasien mampu mencium
bebauan di kedua lubang hidung)
Nervus 2 (Optikus): Tes fungsi penglihatan (pasien mampu membaca
dengan jarak 30 cm (normal)
Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen):
Pasien mampu melihat ke segala arah (Normal)
Nervus 5 (Trigeminus):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di dahi, pipi dan dagu
(normal)
b. Motorik : pasien mampu mengunyah (menggeretakan gigi) dan otot
masseter (normal)
Nervus 7 (Facialis):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan (normal)
b. Motorik : pasien mampu tersenyum simetris dan mengerutkan dahi
(normal)
Nervus 8 (Akustikus): Tes fungsi pendengaran (rine dan weber)
Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus): pasien mampu menelan dan
ada refleks muntah (Normal)
Nervus 11 (Aksesorius): pasien mampu mengangkat bahu (normal)
Nervus 12 (Hipoglosus): pasien mampu menggerakan lidah ke segala arah
(normal)
B4 Penilaian :
B4 (Bladder) Sistem Perkemihan
Inspeksi: integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna
merah muda, tidak ada Fluor Albus/ Leukorea (keputihan patologis pada
perempuan), tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang
mengelilingi testis yang menyebabkan pembengkakan skrotum.
Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada distensi kandung
kemih
B5 Penilaian :
B5 (Bowel) Sistem Pencernaan
Inspeksi: bentuk abdomen simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak
accites, tidak ada muntah,
Auskultasi: peristaltik usus Normal 10-30x/menit
B6 Penilaian :
B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Skala Kekuatan Otot :
0 (0) Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis sempurna)
1 (10) Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 (25) Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 (50) Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 (75) Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 (100) Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan penuh
Inspeksi: warna kulit sawo matang, pergerakan sendi bebas dan kekuatan
otot penuh, tidak ada fraktur, tidak ada lesi
Palpasi: turgor kulit elastis, 3 turgor kulit ( kekenyalan, elastisitas kulit) :
dengan cara dicubit didaerah perut dengan cubitan agak lebar, sekitar 3 cm,
dipertahankan selama 30 detik, kemudian dilepas. Bila kulit kembali
normal dalam waktu kurang 1 detik; turgor baik, bila 2-5 detik ; turgor
agak kurang, bila 5-10 detik; turgor kurang dan bila lebih 10 detik: turgor
jelek. Skala Penilaian Pitting Edema
1+ = Pitting ringan, tidak ada distorsi (perubahan) yang terlihat, cepat
Menghilang
2+ = Lebih dalam dari 1+, tidak ada distorsi (perubahan) yang langsung
terdeteksi, menghilang dalam 10-15 detik
3+ = Cukup dalam, dapat berlangsung lebih dari 1 menit, ekstremitas yang
terkena tampak lebih lebar dan membengkak
4+ = Sangat dalam, berlangsung 2-5 menit, ektremitas yang terkena telihat
sangat mengalami perubahan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2
a. Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL) , kreatinin serum
(normal:0,5-1,5 mg/dL; 45-132,5 µmol/L[unit SI]) 2, natrium
(normal: serum: 135-145 mmol/L; urine: 40-22- mEq/L24 jam),
dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/L[unit SI]) 2,
meningkat.
b. Analisis gas darah arteri menunjukkan penurunan pH arteri
(normal: 7,35- 7,45) 2dan kadar bikarbonat (normal: 24-28
mEq/L) 2.
c. Kadar hematokrit (normal: wanita= 36-46%, 0,36-0,46 [unit SI];
pria= 40- 50%, 0,40-0,54 [unit SI]) 2 dan hemoglobin (normal:
wanita+ 12-16 g/dL; pria = 13,5-18 g/dL) 2rendah; masa hidup
sel darah merah berkurang.
d. Muncul defek trombositopenia dan trombosit ringan.
e. Sekresi aldosteron meningkat
f. Terjadi hiperglikemia dan hipertrigliseridemia
g. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) (normal: 29-77
mg/dL).
h. Analisis gas darah (AGD) menunjukkan asidosis metabolik
i. Berat jenis urine (normal:1.0005-1,030) 2tetap pada angka 1,010
Pasien mengalami proteinuria, glikosuria, dan pada urine
ditemukan sedimentasi, leukosit, sel darah merah, dan Kristal
2.2.2 Diagnosa
2.2.2.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas (SDKI D.0005 Hal 26)
2.2.2.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakstabilan
ventilasi
(SDKI D.0003 Hal 22)
2.2.2.3 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung (SDKI D.0008 Hal 34)
2.2.2.4 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penyakit
ginjal dan kelenjar (SDKI D.0036 Hal 87)
2.2.2.5 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (SDKI
D.0077 Hal. 172)
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervesi Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama SIKI Manajemen Jalan Napas I.01011 hal 186
berhubungan dengan ...x... jam diharapkan pola napas tidak efektif Observasi :
hambatan upaya napas teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi,
(SDKI D.0005 Hal 26) SLKI Pola Napas L.01004 hal 95 kedalaman, usaha napas)
1. Dispnea menurun (5) 2. Monitor bunyi napas (mis. gurgling, mengi,
2. Penggunaan otot bantu napas menurun (5) wheezing, ronkhi kering)
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun (5) Terapeutik :
4. Frekuensi napas membaik (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
5. Kedalaman napas membaik (5) head-tilt dan chin-lift
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemantauan respirasi
berhubungan dengan ...x... jam diharapkan gangguan pertukaran gas Observasi :
ketidakstabilan ventilasi teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas monitor saturasi oksigen
(SDKI D.0003 Hal 22) 1. Tingkat kesadaran meningkat (5) 2. Monitor frekuensi irama dan upaya napas
2. Bunyi napas tambahan menurun (5) 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Gelisa menurun (5)
22
3
Terapeutik :
4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi :
5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
7. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
3. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama SIKI Perawatan Jantung I.02075 hal 317
berhubungan dengan ...x... jam diharapkan penurunan curah jantung Observasi :
perubahan irama jantung teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tanda gejala primer penurunan
(SDKI D.0008 Hal 34) SLKI Curah Jantung L.02008 hal 20 curah jantung (dispnea, kelelahan, edema,
1. Kekuatan nadi perifer meningkat (5) peningkatan CVP, ortopnea)
2. Ejection fraction (EF) meningkat (5) 2. Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan
3. Palpitas menurun (5) curah jantung (peningkatan BB, distensi vena
4. Bradikardia menurun (5) jugularis, palpitasi, ronkhi basah, batuk, kulit
5. Takikardia menurun (5) pucat dll)
6. Gambaran EKG aritmia menurun (5) Terapeutik :
7. Lelah menurun (5) 1. Monitor tekanan darah
8. Edema menurun (5) 2. Catat Bunyi jantung
9. Distensi vena jugularis menurun (5) 3. Monitor saturasi oksigen
10. Dispnea menurun (5) 4. Monitor EKG 12 Sadapan
11. Sianosis menurun (5) 5. Monitor aritmia
12. Suara jantung S3 menurun (5) 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
13. Suara jantung S4 menurun (5) sebelum dan sesudah aktivitas dan sebelum
14. Tekanan darah membaik (5) pemberian obat
22
4
7. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
8. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres, jika perlu
9. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian aritmia atau vasodilator,
jika perlu
4. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1x7 jam diharapkan SIKI Manajemen Cairan I.03098 Hal 159
cairan berhubungan dengan keseimbangan cairan meningkat Observasi
penyakit ginjal dan kelenjar SLKI Keseimbangan Cairan L.03020 Hal 41 1. Monitor status hidrasi
(SDKI D.0036 Hal 87) Kriteria hasil : 2. Monitor berat
1. Asupan cairan meningkat (5) 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
2. Haluaran urin meningkat (5) dialisis
3. Edema menurun (5) 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Asites menurun (5) 5. Monitor status dinamik
Terapeutik
1. Catat intake output dan hitung balance cairan
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian deuretik, jika perlu
22
5
5. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
dengan agen pencedera diharapkan nyeri akut berkurang dengan kriteria Observasi :
fisik (SDKI D.0077 Hal. hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
172) SLKI (L.08066 hal 145) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Kemampuan menutaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
2. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Meringis menurun (5) memperingan nyeri
4. Gelisah menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
5. Kesulitan tidur menurun (5) tentang nyeri
6. Nafsu makan membaik (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
7. Pola tidur membaik (5) nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
9. Monitor efek samping yang sudah diberikan
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
22
6
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
Haryanto, 2017). Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian
perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi
tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif. (Nursalam, 2018).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama Klien : Tn. A
Umur : 51 Thn
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Anggrek
Tanggal masuk : 14 Desember 2023
Tanggal pengkajian : 16 Desember 2023
Diagnosa Medis : CKD on HD, CHF low EF, Asites Permagra, HHD
2. Status kesehatan
a. Status keseatan saat ini
1) Keluhan utama: Pasien mengeluh sesak, perut begah,
2) Alasan masuk rumah sakit
Pada tgl 14 Desember 2 0 2 3 jam 14.30 WIB pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya karena mengeluh sesak. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien
tampak pucat, TD. 174/90 mmHg, N. 96x/menit, S. 36,9°C, RR. 30x/menit, SPO2 96%.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Keluarga segera membawa pasien ke layanan kesehatan
18
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit: Pasien BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning, BAK 5-6 x sehari
dengan warna kuning jernih
Saat sakit: Selama dirawat pasien BAB 1x dalam 2 hr, pasien BAK 2-3 x sehari dengan warna kuning
pekat
4. Pola aktivitas
Sebelum sakit: Pasien mampu mandiri mandi, berpakaian, makan dan minum dan toileting
Saat sakit: Selama dirawat pasien dibantu oleh istri untuk berpakaian, mandi, kekamar mandi. Pasien
mengatakan merasa lelah setelah beraktivitas dan berjalan
Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3
perawatan diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
GENOGRAM
Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: pasien : Meninggal
Prinawati
23
ANALISIS DATA
DATA
SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
DAN
DATA
OBYEKTIF
DS : Klien Kongenital, obat-obatan, radiasi, imunologik Perfusi perifer
mengatakan ↓ tidak efektif
badanya lemah Aplasia sumsum tulang
↓
DO : Penurunan jumlah sel dalam susum tulang
- Klien ↓
terlihat Kadar HB menurun mengikat O2
lemah ↓
- Konjungtiva O2 dalam darah menurun
anemis ↓
- CRT > 3 O2 kejaringan otak dan perifer menurun
detik ↓
- HB. 3,2 g% Pucat, sianosis, perifer dingin
- Trombosit ↓
9.000 Perfusi perifer tidak efektif
mmmol
TD. 116/80
mmhg
S:36,8°C
N:84 x/mnt
RR:20 x/mnt
SPO2 98%
24
DO :
- Klien
terlihat
lemah
- Klien
dibantu
keluarga
dalam
beraktivita
s
- Skala
aktivitas
ketergantu
ngan
minimal
TD. 116/80
mmhg
S:36,8°C
N:84 x/mnt
RR:20 x/mnt
SPO2 98%
DS : Klien Produksi HCL meningkat Risiko Deficit
mengatakan ↓ Nutrisi
nafsu makan Asam lambung refleks
kurang dan ada ↓
mual Berkurangnya pemasukan makanan
↓
DO : Implamasi saluran pencernaan
Porsi makan ↓
hanya 1/4 Intake makanan tidak adekuat
porsi saja yang ↓
mampu Risiko Deficit Nutrisi
dihabiskan
TB. 165 cm
BB:52kg 25
dengan IMT
18,38
PRIORITAS MASALAH
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin (SDKI D.0009)
yang ditandai dengan DS : Klien mengatakan badannya lemah DO : Klien terlihat
lemah Konjungtiva anemis, CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%, Trombosit 9.000 mmmol,
Leukosit 3.100 mm3, TD. 116/80 mmhg, S:36,8°C N:84 x/mnt, RR:20 x/mnt, SPO2
98%.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (SDKI D 0056) yang ditandai dengan DS : Klien
mengatakan badanya lemah, Klien mengatakan lelah setelah beraktivitas berjalan DO :
Klien terlihat lemah, Klien dibantu keluarga dalam beraktivitas, HB. 3,2 g%, Skala
aktivitas ketergantungan minimal
3. Risiko Deficit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan menurun (SDKI
D 0019) yang ditandai dengan Klien mengatakan nafsu makan kurang dan ada mual,
DO : Porsi makan hanya 1/4 porsi saja yang mampu dihabiskan
TB. 165 cm BB:52kg dengan IMT 18,38
RENCANA KEPERAWATAN
29
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis, 30 Dx. 1
November 2023 1. Memeriksa sirkulasi perifer (misalnya S: Klien mengatakan badannya masih
nadi perifer, edeme, pengisian kapiler, lemah
warna, suhu, ankle-brachial index) O: Klien terlihat lemah
2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan Konjungtiva anemis
sirkulasi CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
3. Memonitor panas ,kemerahan nyeri, atau Trombosit 9.000 mmmol, Leukosit
bengkak pada ekstremitas 3.100 mm3, TD. 116/80 mmhg,
4. Hindari pemasangan infus atau S:36,8°C N:84 x/mnt, RR:20 x/mnt,
pengambilan darah diarea keterbatasaan SPO2 98%.
perfusi Terpasang tranfusi PRC kolf ke 3
5. Anjurkan berhenti merokok
6. Anjurkan olahraga rutin A: Masalah belum teratasi
7. Ajarkan program diet untuk P: Lanjutkan Intervensi 1-10
memperbaiki sirkulasi
8. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
9. Mengkolaborasikan pemberian tranfusi
30
PRC
Dx. 2
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi S: Klien mengatakan masih lelah bila dari
tubuh yang mengakibatkan kelelahan kamar mandi
2. Memonitor kelelahan fisik dan
emosional Klien bisa mengangkat kaki dan tangan
3. Memonitor pola dan jam tidur meski agak lemah
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan O: Klien masih terlihat lemah
aktifitas Klien masih terlihat pucat
5. Menyediakan lingkungan nyaman dan Konjungtiva masih anemis
rendah stimulus Aktivitas dibantu istri
6. Melakukan latihan rentang gerak pasif CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
atau aktif SPO2 98%.
7. Memfasilitasi duduk disisi tempat tidur
jika tidak dapat berpindah A: Masalah belum teratasi
8. Menganjurkan tirah baring P: Lanjutkan Intervensi 1-10
9. Menganjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
10. Mengajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Dx. 3 S: Klien mengatakan mau makan sedikit-
- Mengidentifikasi status nutrisi sedikit tapi sering, klien mengatakan
- Memonitor berat badan mual berkurang
- Memonitor asupan makanan O: Porsi makan bisa habis ½ porsi dari yang
- Sediakan makanan yang tepat sesuai diberikan
kondisi pasien Pemberian inj. Ranitidin 1 amp 50 mg/iv
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-6
Dx. 3
1. Mengidentifikasi status nutrisi S: Klien mengatakan mau makan sedikit-
2. Memonitor berat badan sedikit tapi sering, klien mengatakan
3. Memonitor asupan makanan mual berkurang
4. Sediakan makanan yang tepat sesuai O: Porsi makan bisa habis ½ porsi dari yang
kondisi pasien diberikan
5. Jelaskan jenis makanan yang bergizi Pemberian inj. Ranitidin 1 amp 50 mg/iv
tinggi, namun tetap terjangkau A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-5
Dx. 3
1. Mengidentifikasi status nutrisi S: Klien mengatakan mau makan sedikit-
2. Memonitor berat badan sedikit tapi sering, klien mengatakan
3. Memonitor asupan makanan mual berkurang
4. Sediakan makanan yang tepat sesuai O: Porsi makan bisa habis ½ porsi dari yang
kondisi pasien diberikan
Pemberian inj. Ranitidin 1 amp 50 mg/iv
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-4
36
DAFTAR PUSTAKA