Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN.

A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CKD ON HD DI RUANG TERATAI
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh:
NAMA: PRINAWATI
NIM: 20231490104059

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Prinawati
NIM : 20231490104059
Program Studi : Profesi Ners
Judul :Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Tn. A dengan Diagnosa
Medis CKD ON HD di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklink Keperawatan Program Studi Profesi Ners
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Studi Kasus ini telah disetujui oleh:

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Takesi Arisandy, Ners., M.Kep Tanti Setiawati, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Tn. S
dengan Diagnosa Medis CKD ON HD di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Asuhan Keperawatan ini disusun guna melengkapi tugas
Program Profesi Ners. Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1) Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangk
a Raya.
2) Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Ek
a Harap Palangka Raya.
3) Takesi Arisandy, Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah banya
k memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan k
eperawatan ini
4) Tanti Setiawati, S.Kep,. Ners selaku pembimbing Klinik Ruang Dahlia RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah memberikan izin, informasi dan
membantu dalam pelaksanaan praktik Keperawatan Anak di Puskesmas
Menteng Palangka Raya.
Saya menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, Desember 2023

Prinawati
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR COVER
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar ISPA ..................................................................
2.1.1 Definisi......................................................................................
2.1.2 Etiologi .....................................................................................
2.1.3 Klasifikasi ………………………………………………
2.1.4 Potofisiologi .............................................................................
2.2.5 Manifestasi Klinis ....................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................
2.1.7 Penatalaksanaan Medis ............................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ............................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ..........................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan .....................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................
2.3 Penelitian terkait………………………………………………

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian ................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................
3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................
3.4 Implementasi dan EvaluasiKeperawatan……………………..

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal adalah salah satu organ utama sistem perkemihan atau urinari
(tractus urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah
metabolisme dari dalam tubuh. Ginjal merupakan salah satu organ terpenting
bagi kelangsungan hidup manusia. Namun pada ginjal dapat mengalami berbagai
masalah seperti gagal ginjal. Gagal ginjal dikategorikan menjadi dua yaitu gagal
ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal yang sering dihadapi
oleh masyarakat di negara maju maupun negara berkembang adalah penyakit
gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease). Gagal ginjal kronik atau penyakit
renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Nuari dan Widayati,
2017).
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Penyakit gagal ginjal kronik di dunia saat ini
mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan serius, hasil penelitian
Global Burden of Disease tahun 2010, penyakit ginjal kronis merupakan
penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi
urutan ke-18 pada tahun 2010. Pada tahun 2011 sekitar 113.136 pasien di
Amerika Serikat mengalami End Stage Renal Diseasse (ESDR), penyebab
utamanya adalah diabetes dan hipertensi dengan jumlah kasus terbanyak
ditemukan pada usia lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko 2,3
kali mengalami PGK bagi orang yang mengonsumsi cola dua gelas atau lebih per
hari.
Penyakit gagal ginjal di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 2 per 1000
penduduk atau 499.800 (Riskesdas, 2018). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih
tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat
perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta,
petani/nelayan/buruh (0,3%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan
menengah bawah masing-masing 0,3%. Sedangkan provinsi dengan
prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh,
Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 %. Berdasarkan Indonesian
Renal Registry (IRR) tahun 2017, sebanyak 99% penderita gagal ginjal
menjalani terapi Hemodialisis yang terdiri dari pasien baru dan pasien aktif.
Pada derajat awal, CKD belum menimbulkan gejala dan tanda, bahkan
hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik namun
sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Saat laju filtrasi
glomerulus sebesar 30%, keluhan seperti badan lemah, mual, nafsu makan
berkurang dan penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai
merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomelurus
kurang dari 15% seperti nokturia, oligouri, kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, anemia, pruritis, hipertensi, sesak nafas, edema, hingga hilang
kesadaran. Dari gejala-gejala tersebut maka akan muncul berbagai masalah
keperawatan seperti, hambatan pertukaran gas, kelebihan volume cairan,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas,
kerusakan integritas kulit, dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. (Nurarif
dan Kusuma, 2017).
Pada saat dilapangan masalah yang paling sering dikeluhkan oleh
pasienpasien CKD yaitu masalah hiperkalemia dan kelebihan volume cairan
(overhidrasi). Dari hasil penelitian oleh Meiliana (2013) di ruang HD RSUP
Fatmawati menyatakan bahwa 54% pasien CKD memiliki riwayat hiperkalemia
dan kelebihan volume cairan (overhidrasi). Hiperkalemia adalah kondisi ketika
kadar kalium dalam darah terlalu tinggi. Kondisi ini paling sering terjadi akibat
gagal ginjal, baik akut maupun kronis. Gejala yang muncul akibat hiperkalemia
bisa beragam, mulai dari lemah otot, kesemutan, hingga gangguan irama jantung.
Kelebihan volume cairan atau Hipervolemia adalah yang terjadi saat tubuh
menahan air dan natrium dengan proporsi yang sama dengan CES (cairan
ekstraseluler) normal. Karena air dan natrium ditahan dalam tubuh, konsentrasi
natrium serum pada intinya tetap normal. FVE selalu menjadi akibat sekunder
dari peningkatan kandungan natrium tubuh total.
Dampak jika masalah hiperkalemia dan kelebihan volume cairan tidak
ditangani dapat menimbulkan komplikasi kesehatan yang lain seperti gangguan
kardiovaskuler bahkan kematian. Wizemann menyatakan, lebih dari 15%
kasus hiperkalemia dan kelebihan cairan menyebabkan kematian (Anggraini dan
Putri, 2018). Maka dari itu diperlukan suatu penangan untuk mencegah kondisi
tersebut yaitu dengan melakukan asuhan keperawatan manajemen cairan.
Sehubungan dengan pentingnya program manajemen cairan pada pasien
CKD untuk mencegah komplikasi serta mempertahankan kualitas hidup, perawat
diharapkan mampu mengelola setiap masalah yang timbul secara komprehensif.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut
dengan judul “Tn. A dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON
HD di ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa
medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD di ruang Teratai RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada
Tn. A dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD
di ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Tn. A dengan diagnosa
medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD di ruang Teratai RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. A
dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) ON HD di
ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan


keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis Chronic Kidney
Disease (CKD) ON HD di ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan


yang dilakukan pada Tn. A dengan diagnosa medis Chronic Kidney
Disease (CKD) ON HD di ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mengembangkan wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan anak pada pasien dengan CKD (Chronic Kidney Disease) ON
HD .
1.4.2 Untuk Klien dan keluarga
Menambah informasi mengenai penyakit CKD (Chronic Kidney Disease)
ON HD dan penatalaksanaanya sehingga dapat digunakan untuk membantu
progam pemerintah dalam menurunkan angka kejadian penyakit ginjal
1.4.3 Untuk Institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pemenuhan Chronic Kidney Disease (CKD) ON
HD dan juga mampu mengembangkan ilmu untuk dibagi kepada
institusi/mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat membuat institusi
semakin berkembang menjadi lebih baik.
1.4.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Chronic Kidney Deases (CKD)


2.1.1 Defenisi Chronic Kidney Deases (CKD)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
berupa dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2018)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu spektrum proses-proses
patofiologik yang berbeda-beda serta berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal dan
penurunan progresif laju filtrasi glomerolus (LFG). (Jameson dan Loscalz, 2018)
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). (Nuari dan Widayati, 2017)
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa Chronic Kidney
Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit, pada suatu derajat diperlukan terapi
pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

2.1.2 Etiologi
Chronic Kidney Disease (CKD) seringkali menjadi penyakit komplikasi
dari penyakit lainnya sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada
beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1) Glomerulonefritis
2) Pyelonefritis kronis, tuberkulosis
3) Polikistik ginjal
4) Renal nephrosclerosis
5) Neprolithisis
6) Sysctemic lupus erythematosus
7) Aminoglikosida

Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi
etiologi CKD, urutan pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan
nefropati diabetic atau diabetic kidney deases menempati urutan kedua.
Tabel 2.1. Penyebab penyakit Chronic Kidney Desease (CKD) di Indonesia

Penyebab Jumlah
Hipertensi 10482
DM 4394
Penyakit Kardiovaskuler 1424
Penyakit Serebrovaskuler 365
Penyakit Saluran Pencernaan 374
Penyakit Saluran Kencing Lain 617
Tuberkulosis 184
Hepatitis B 366
Hepatitis C 679
Keganasan 123
Lain-lain 1240

2.1.3 Patofisiologi
Penyakit ginjal kronik (PGK) sering berlangsung secara progresif melalui
empat derajat. Penurunan cadangan ginjal menggambarkan LFG sebesar 35%
sampai 50% laju filtrasi normal. Insufisiensi renal memiliki LFG 20 % sampai
35% laju filtrasi normal. Gagal ginjal mempunyai LFG 20% hingga 25% laju
filtrasi normal, sementara penyakit ginjal stadium terminal atau akhir (end stage
renal disease) memiliki LFG < 20% laju filtrasi normal (Kowalak, Weish, &
Mayer, 2017).
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi
kurang lebih sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan massa ginjal
mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
bertahan (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk
melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokinin dan growth factors. Hal ini menyebabkan peningkatan
kecepatan filtrasi, yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam
tingkat fungsi yang sangat rendah. Pada akhirnya, jika 75% massa nefron sudah
hancur, maka LFG dan beban zat terlarut bagi setiap nefron semakin tinggi,
sehingga keseimbangan glomerulus – tubulus (keseimbangan antara peningkatan
filtrasi dan reabsorpsi oleh tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, Simadibrata K, & Setiati, 2017; Price & Wilson, 2017.

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal
yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
(140 − umur)𝑥𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
LFG (ml/mnt/1,73m²) =
72x kreatinin plasma (mg/dl)
∗) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi tersebut tampak pada
tabel 1.
Tabel 2.2. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas
Dasar Derajat Penyakit (Guyton dan Hall, 2010)

Klasifikasi atas dasar diagnosis tampak pada tabel 2.


Tabel 2.3. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) Atas
Dasar Diagnosis Etiologi (Guyton dan Hall, 2010)

2.1.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak. Sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah
tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis :
1) Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering, penurunan
tugor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi penurunan kesadaran
dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan
iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang
tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas
adalah penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi
2) Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic pericarditis, effusi
perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung, edema
periorbital dan edema perifer.
3) Respiratori sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura,
crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung dan sesak nafas.
4) Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal
karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai
parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal, lesi pada usus halus/usus besar,
colitis, dan pankreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksi,
nause, dan vomitting.
5) Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecokelatan, kering dan ada scalp. Selain itu,
biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan
urea pada kulit.
6) Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya memori
menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang.
Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolik encephalopathy.
7) Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan seksresi sperma,
peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme
karbohidrat.
8) Hepatopoiteic
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukkan
dengan adanya pendarahan ( purpura, ekimosis, dan petechiae).
9) Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan
klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard). (Prabowo dan Pranata,
2018)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan diagnosa CKD dibagi
tiga yaitu:
a) Konservatif
a) Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
b) Observasi balance cairan
c) Observasi adanya edema
d) Batasi cairan yang masuk
b) Dialisis
a) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergensi. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CPAD (Continues Ambulatiry Peritonial Dialysis).
b) Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invasif vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodilis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan : AV fistule (menggabungkan vena dan arteri) dan
double lumen (langsung pada daerah jantung atau vaskularisasi ke
jantung).
c) Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal (Muttaqin, 2011)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Urine
a) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
b) Warna: secara abnnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porifin.
c) Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
d) Osmolalitas: kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan
rasio urine/serum sering 1:1.
e) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
f) Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi
natrium.
g) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.

2) Darah
a) BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
b) Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 – 8 gr/dl.
c) SDMmenurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis metabolik, pH
kurang dari 7, 2.
d) Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat, Kalsium
menurun dan Protein (albumin) menurun.
e) Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
f) Pelogram retrogad: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
g) Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
h) Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan peningkatan tumor selektif.
i) Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa.
j) EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Haryono, 2018)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, ras, agama, alamat, pekerjaan,
pendidikan dll. Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-
70 tahun), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 %
pada pria.
2. Keluhan utama
Sesak napas,kencing sedikit bahkan tidak dapat kencing, gelisah, tidak
selera makan (anoreksia), mual, muntah, kembung, mulut terasa kering, rasa
lelah, napas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : diare, muntah, perdarahan, luka bakar,
rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi
saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, benigna prostatic hyperplasia, prostatektomi.
4. Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi,
napas cepat dan dalam (kussmaul), dyspnea.
Pemeriksaan Fisik B1-B6
B1 Penilaian :
B1 (Breathing) Sistem Pernafasan
Inspeksi: Bentuk dada (Normochest, Barellchest, Pigeonchest atau
Punelchest). Pola nafas: Normalnya = 12-24 x/ menit, Bradipnea/ nafas
lambat (Abnormal), frekuensinya = < 12 x/menit, Takipnea/ nafas cepat
dan dangkal (Abnormal) frekuensinya = > 24 x/ menit. Cek penggunaan
otot bantu nafas (otot sternokleidomastoideus) Normalnya tidak terlihat.
Cek Pernafasan cuping hidung Normalnya tidak ada. Cek penggunaan
alat bantu nafas (Nasal kanul, masker, ventilator).
Palpasi: Vocal premitus (pasien mengatakan 77) Normal (Teraba getaran
di seluruh lapang paru)
Perkusi dada: sonor (normal), hipersonor (abnormal, biasanya pada pasien
PPOK/ Pneumothoraks)
Auskultasi: Suara nafas (Normal: Vesikuler, Bronchovesikuler, Bronchial
dan Trakeal). Suara nafas tambahan (abnormal): wheezing suara
pernafasan frekuensi tinggi yang terdengar diakhir ekspirasi, disebabkan
penyempitan pada saluran pernafasan distal). Stridor suara pernafasan
frekuensi tinggi yang terdengar diawal inspirasi. Gargling suara nafas
seperti berkumur, disebabkan karena adanya muntahan isi lambung.

B2 Penilaian :
B2 (Circulation) Sistem Peredaran Darah
Inspeksi: CRT (Capillary Refill Time) tekniknya dengan cara menekan
salah satu jari kuku klien Normal < 2 detik, Abnormal > 2 detik.
Adakah sianosis (warna kebiruan) di sekitar bibir klien, cek
konjungtiva
klien, apakah konjungtiva klien anemis (pucat) atau tidak normalnya
konjungtiva berwarna merah muda.
Palpasi: Akral klien - Normalnya Hangat, kering, merah, frekuensi nadi -
Normalnya 60 - 100x/ menit, tekanan darah Normalnya 100/ 80 mmHg –
130/90 mmHg
B3 Penilaian :
B3 (Neurologi) Sistem Persyarafan
Cek tingkat kesadaran klien, untuk menilai tingkat kesadaran dapat
digunakan suatu skala (secara kuantitatif) pengukuran yang disebut dengan
Glasgow Coma Scale (GCS). GCS memungkinkan untuk menilai secara
obyektif respon pasien terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah
: Respon terbaik buka mata, respon verbal, dan respon motorik (E-V-M).
Nilai kesadaran pasien adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen
tersebut. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran (secara
kualitatif) dibedakan menjadi:
a. Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
e. Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
f. Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Pemeriksaan Reflek:
a. Reflek bisep: ketukan jari pemeriksa pada tendon muskulus biceps
brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
b. Reflek patella: ketukan pada tendon patella.
Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi muskulus quadriceps
femoris
Nervus 1(Olfaktorius): Tes fungsi penciuman (pasien mampu mencium
bebauan di kedua lubang hidung)
Nervus 2 (Optikus): Tes fungsi penglihatan (pasien mampu membaca
dengan jarak 30 cm (normal)
Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen):
Pasien mampu melihat ke segala arah (Normal)
Nervus 5 (Trigeminus):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di dahi, pipi dan dagu
(normal)
b. Motorik : pasien mampu mengunyah (menggeretakan gigi) dan otot
masseter (normal)
Nervus 7 (Facialis):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan (normal)
b. Motorik : pasien mampu tersenyum simetris dan mengerutkan dahi
(normal)
Nervus 8 (Akustikus): Tes fungsi pendengaran (rine dan weber)
Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus): pasien mampu menelan dan
ada refleks muntah (Normal)
Nervus 11 (Aksesorius): pasien mampu mengangkat bahu (normal)
Nervus 12 (Hipoglosus): pasien mampu menggerakan lidah ke segala arah
(normal)

B4 Penilaian :
B4 (Bladder) Sistem Perkemihan
Inspeksi: integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna
merah muda, tidak ada Fluor Albus/ Leukorea (keputihan patologis pada
perempuan), tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang
mengelilingi testis yang menyebabkan pembengkakan skrotum.
Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada distensi kandung
kemih

B5 Penilaian :
B5 (Bowel) Sistem Pencernaan
Inspeksi: bentuk abdomen simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak
accites, tidak ada muntah,
Auskultasi: peristaltik usus Normal 10-30x/menit

B6 Penilaian :
B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Skala Kekuatan Otot :
0 (0) Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis sempurna)
1 (10) Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 (25) Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 (50) Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 (75) Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 (100) Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan penuh
Inspeksi: warna kulit sawo matang, pergerakan sendi bebas dan kekuatan
otot penuh, tidak ada fraktur, tidak ada lesi
Palpasi: turgor kulit elastis, 3 turgor kulit ( kekenyalan, elastisitas kulit) :
dengan cara dicubit didaerah perut dengan cubitan agak lebar, sekitar 3 cm,
dipertahankan selama 30 detik, kemudian dilepas. Bila kulit kembali
normal dalam waktu kurang 1 detik; turgor baik, bila 2-5 detik ; turgor
agak kurang, bila 5-10 detik; turgor kurang dan bila lebih 10 detik: turgor
jelek. Skala Penilaian Pitting Edema
1+ = Pitting ringan, tidak ada distorsi (perubahan) yang terlihat, cepat
Menghilang
2+ = Lebih dalam dari 1+, tidak ada distorsi (perubahan) yang langsung
terdeteksi, menghilang dalam 10-15 detik
3+ = Cukup dalam, dapat berlangsung lebih dari 1 menit, ekstremitas yang
terkena tampak lebih lebar dan membengkak
4+ = Sangat dalam, berlangsung 2-5 menit, ektremitas yang terkena telihat
sangat mengalami perubahan.

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2
a. Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL) , kreatinin serum
(normal:0,5-1,5 mg/dL; 45-132,5 µmol/L[unit SI]) 2, natrium
(normal: serum: 135-145 mmol/L; urine: 40-22- mEq/L24 jam),
dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/L[unit SI]) 2,
meningkat.
b. Analisis gas darah arteri menunjukkan penurunan pH arteri
(normal: 7,35- 7,45) 2dan kadar bikarbonat (normal: 24-28
mEq/L) 2.
c. Kadar hematokrit (normal: wanita= 36-46%, 0,36-0,46 [unit SI];
pria= 40- 50%, 0,40-0,54 [unit SI]) 2 dan hemoglobin (normal:
wanita+ 12-16 g/dL; pria = 13,5-18 g/dL) 2rendah; masa hidup
sel darah merah berkurang.
d. Muncul defek trombositopenia dan trombosit ringan.
e. Sekresi aldosteron meningkat
f. Terjadi hiperglikemia dan hipertrigliseridemia
g. Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) (normal: 29-77
mg/dL).
h. Analisis gas darah (AGD) menunjukkan asidosis metabolik
i. Berat jenis urine (normal:1.0005-1,030) 2tetap pada angka 1,010
Pasien mengalami proteinuria, glikosuria, dan pada urine
ditemukan sedimentasi, leukosit, sel darah merah, dan Kristal
2.2.2 Diagnosa
2.2.2.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas (SDKI D.0005 Hal 26)
2.2.2.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakstabilan
ventilasi
(SDKI D.0003 Hal 22)
2.2.2.3 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung (SDKI D.0008 Hal 34)
2.2.2.4 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penyakit
ginjal dan kelenjar (SDKI D.0036 Hal 87)
2.2.2.5 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (SDKI
D.0077 Hal. 172)
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervesi Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama SIKI Manajemen Jalan Napas I.01011 hal 186
berhubungan dengan ...x... jam diharapkan pola napas tidak efektif Observasi :
hambatan upaya napas teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi,
(SDKI D.0005 Hal 26) SLKI Pola Napas L.01004 hal 95 kedalaman, usaha napas)
1. Dispnea menurun (5) 2. Monitor bunyi napas (mis. gurgling, mengi,
2. Penggunaan otot bantu napas menurun (5) wheezing, ronkhi kering)
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun (5) Terapeutik :
4. Frekuensi napas membaik (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
5. Kedalaman napas membaik (5) head-tilt dan chin-lift
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemantauan respirasi
berhubungan dengan ...x... jam diharapkan gangguan pertukaran gas Observasi :
ketidakstabilan ventilasi teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas monitor saturasi oksigen
(SDKI D.0003 Hal 22) 1. Tingkat kesadaran meningkat (5) 2. Monitor frekuensi irama dan upaya napas
2. Bunyi napas tambahan menurun (5) 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Gelisa menurun (5)

22
3
Terapeutik :
4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi :
5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
7. Kolaborasi penentuan dosis oksigen

3. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama SIKI Perawatan Jantung I.02075 hal 317
berhubungan dengan ...x... jam diharapkan penurunan curah jantung Observasi :
perubahan irama jantung teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tanda gejala primer penurunan
(SDKI D.0008 Hal 34) SLKI Curah Jantung L.02008 hal 20 curah jantung (dispnea, kelelahan, edema,
1. Kekuatan nadi perifer meningkat (5) peningkatan CVP, ortopnea)
2. Ejection fraction (EF) meningkat (5) 2. Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan
3. Palpitas menurun (5) curah jantung (peningkatan BB, distensi vena
4. Bradikardia menurun (5) jugularis, palpitasi, ronkhi basah, batuk, kulit
5. Takikardia menurun (5) pucat dll)
6. Gambaran EKG aritmia menurun (5) Terapeutik :
7. Lelah menurun (5) 1. Monitor tekanan darah
8. Edema menurun (5) 2. Catat Bunyi jantung
9. Distensi vena jugularis menurun (5) 3. Monitor saturasi oksigen
10. Dispnea menurun (5) 4. Monitor EKG 12 Sadapan
11. Sianosis menurun (5) 5. Monitor aritmia
12. Suara jantung S3 menurun (5) 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
13. Suara jantung S4 menurun (5) sebelum dan sesudah aktivitas dan sebelum
14. Tekanan darah membaik (5) pemberian obat

22
4
7. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
8. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres, jika perlu
9. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi :
1. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian aritmia atau vasodilator,
jika perlu

4. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1x7 jam diharapkan SIKI Manajemen Cairan I.03098 Hal 159
cairan berhubungan dengan keseimbangan cairan meningkat Observasi
penyakit ginjal dan kelenjar SLKI Keseimbangan Cairan L.03020 Hal 41 1. Monitor status hidrasi
(SDKI D.0036 Hal 87) Kriteria hasil : 2. Monitor berat
1. Asupan cairan meningkat (5) 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
2. Haluaran urin meningkat (5) dialisis
3. Edema menurun (5) 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Asites menurun (5) 5. Monitor status dinamik
Terapeutik
1. Catat intake output dan hitung balance cairan
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian deuretik, jika perlu

22
5
5. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
dengan agen pencedera diharapkan nyeri akut berkurang dengan kriteria Observasi :
fisik (SDKI D.0077 Hal. hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
172) SLKI (L.08066 hal 145) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Kemampuan menutaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
2. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Meringis menurun (5) memperingan nyeri
4. Gelisah menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
5. Kesulitan tidur menurun (5) tentang nyeri
6. Nafsu makan membaik (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
7. Pola tidur membaik (5) nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
9. Monitor efek samping yang sudah diberikan
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

22
6
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
Haryanto, 2017). Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian
perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi
tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif. (Nursalam, 2018).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama Klien : Tn. A
Umur : 51 Thn
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Anggrek
Tanggal masuk : 14 Desember 2023
Tanggal pengkajian : 16 Desember 2023
Diagnosa Medis : CKD on HD, CHF low EF, Asites Permagra, HHD
2. Status kesehatan
a. Status keseatan saat ini
1) Keluhan utama: Pasien mengeluh sesak, perut begah,
2) Alasan masuk rumah sakit
Pada tgl 14 Desember 2 0 2 3 jam 14.30 WIB pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya karena mengeluh sesak. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien
tampak pucat, TD. 174/90 mmHg, N. 96x/menit, S. 36,9°C, RR. 30x/menit, SPO2 96%.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Keluarga segera membawa pasien ke layanan kesehatan

18

b. Status kesehatan masa lalu


17
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien ada penyakit ginjal dan rutin melakukan HD 2x seminggu (Senin & Kamis), Pasien ada
riwayat penyakit jantung dan rutin berobat sejak tahun 2021
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan pernah dirawat di RSUD dr. Doris Sylvanus 5 tahun yang lalu dengan operasi
haemoroid
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak ada aleri obat dan makanan
4) Kebiasaan (merokok, alkohol)
Pasien mengatakan sudah tidak merokok dan minum alcohol lagi sejak tahun 2021
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga ada yang mederita Diabetes
d. Diagnosa medis dan terapi
Diagnosa: CKD on HD, CHF low EF, Asites Permagra, HHD
Terapi : inj. OMZ 1 x 40 mg/iv, inj. Furosemide 1x 140 mg/iv, asam folat 3x1 tab, amlodipine 1x10
mg tab, bosoprol 1x2,5mg tab, vit B12 1x1 tab, cairan stopper.
II. Pola kesehatan fungsional
1. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit: Pasien selalu memeriksakan kesehatanya jika merasa kurang sehat
Saat sakit: Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa cepat pulang ke rumah.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit: Pasien makan 3 x sehari dengan menu nasi,sayur, ikan dan makan 1 porsi habis
Saat sakit: Pasien membatasi minum, porsi makan hanya 1/2 yang bisa dihabiskan dari porsi yang
19
diberikan

3. Pola eliminasi
Sebelum sakit: Pasien BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning, BAK 5-6 x sehari
dengan warna kuning jernih
Saat sakit: Selama dirawat pasien BAB 1x dalam 2 hr, pasien BAK 2-3 x sehari dengan warna kuning
pekat
4. Pola aktivitas
Sebelum sakit: Pasien mampu mandiri mandi, berpakaian, makan dan minum dan toileting
Saat sakit: Selama dirawat pasien dibantu oleh istri untuk berpakaian, mandi, kekamar mandi. Pasien
mengatakan merasa lelah setelah beraktivitas dan berjalan
Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3
perawatan diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √

5. Pola kognitif dan perseptual sensori


Sebelum sakit: Pasien mengatakan bahwa dirinya sehat dan dapat beraktivitas
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa dirinya sedang sakit dan tidak dapat bekerja seperti bisasa
6. Pola persepsi diri san konsep diri
Gambaran diri pasien, pasien selalu bersyukur dengan keadaannnya sekarang, ideal diri pasien
mengharapkan agar dia cepat sembuh, identitas diri pasien merupakan seorang perempuan, harga diri
pasien mengatakan pasien puas dengan pelayanan di rumah sakit, peran pasien adalah seorang kepala
rumah tangga
7. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit: lama tidur siang 1 jam, tidur malam 6-7 jam
Saat sakit: : lama tidur siang 1 jam, tidur malam 6-7 jam
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit: hubungan klien dengan keluarga baik selalu berkomunikasi dalam keluarga, hubungan
klien dengan teman sekerja juga baik
Saat sakit: : klien selalu berkomunikasi dengan istri dan anak
9. Pola seksual- reproduksi
Sebelum sakit: hubungan seksual aktif
Saat sakit: : tidak ada berhubungan seksual aktif
10. Pola mekanisme koping
Pasien memiliki koping yang baik dalam menghadapi stress dan dapat mengatasi stress serta
menyelesaikan masalah
11. Pola nilai dan keyakinan
Pasien dan keluarga beragama kristen, ibadah rutin. Selama sakit klien selalu berdoa agar cepat sembuh

GENOGRAM

Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: pasien : Meninggal

III. Pemeriksaan fisik


a. Keadaan umum: Pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital : TD. 174/90 mmhg, S: 36,9°C N: 96 x/mnt RR: 30 x/mnt, SPO2 96%

c. Kepala dan wajah:


a. Bentuk kepala lonjong, simetris kanan dan kiri
b. Rambut warna itam, bersih
c. Kepala : Simetris, kulit lepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada peradangan
d. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera putih, reflek pupil mengecil ketika diberi cahaya, bisa
melihat benda/orang dengan jelas
e. Telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada peradangan
f. Hidung simetris, bisa merasakan aroma makanan, tidak ada nyeri tekan, terpasang nasal canul
g. Mulut simetris, bibir lembab
h. Gigi tidak ada berlubang
i. Leher dan tenggorokan bentuk simetris, reflek menelan baik
j. Dada : Bentuk dada smetris, Gerakan dada : Simetris antara kiri dan kanan, Suara napas : Ronchi (-),
wheezing (-), retraksi dada (+), tidak ada nyeri dada
k. Punggung bentuk simetris, tidak ada benjolan
l. Abdomen simetris, nyeri perut (-), acites(+), peristsltik usus 20x/mnt
m. Ekstremitas : tonus otot baik, turgor kulit baik, CRT > 3 detik, turgor kulit cepat kembali, terpasang
infus stoper di lengan kanan,ekstremitas bawah oedema (+), pitingg edema 1cm
n. Genetalia : klien mengatakan area genital bersih dan tidak ada benjolan
o. Neurologis : pasien bisa berbicara dengan jelas, pasien tahu hari/tanggal dan waktu
p. Pengkajian saraf kranial: Klien dapat melihat objek benda dengan jelas, bisa merespon jika ada yang
memanggil, tidak nyeri telan bila makan, bisa merasa sentuhan
q. Pemeriksaan reflek plantar pedis baik bisa merasakan sensasi
22
r. Pemeriksaan sensorik: bisa merasakan jika diberi rangsang sentuhan, bisa membedakan rasa
manis,asam,asin,pahit
s. Pemeriksaan motorik : tangan klien mampu menahan tahanan perawat, klien mampu mengangkat
kaki dan tangan
t. Pemeriksaan rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinski (-), kernig (-)
IV. Data penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 14-12-2023
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Haemoglobin 8,1 13,5-18,0 g%
Leukosit 6.700 4.500-11.00 mm3
Eritrosit 3,21 4-6 mm3
Trombosit 201.000 150.000-400.000 mm3
Hematrokit 26 37-48 %
MCV 83 80-100 fl
MCH 25 27-34 fg
MCHC 31
Natrium (Na) 138 135-148 mmol
Kalium (K) 3,4 3,5-5,3 mmol
Kreatinin 4,03 0,17-1,5 mg/dl
Ureum 57 21-53 mg/dl
Calcium (Ca) 1,07 0,98-1,2 mmol mg/dl
Glukosa Sewaktu 145 < 200

Hasil pemeriksaan Rongent Tanggal 14-12-2023


Foto thoraks AP:
Pankardiomegali dengan bendungan paru
Edema paru type interstitialis
Masih mungkin bronchopneumonia bilateral
Kedudukan CLD kanan baik.

Palangka Raya, 16 Desember 2023


Mahasiswa,

Prinawati

23

ANALISIS DATA

DATA
SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
DAN
DATA
OBYEKTIF
DS : Klien Kongenital, obat-obatan, radiasi, imunologik Perfusi perifer
mengatakan ↓ tidak efektif
badanya lemah Aplasia sumsum tulang

DO : Penurunan jumlah sel dalam susum tulang
- Klien ↓
terlihat Kadar HB menurun mengikat O2
lemah ↓
- Konjungtiva O2 dalam darah menurun
anemis ↓
- CRT > 3 O2 kejaringan otak dan perifer menurun
detik ↓
- HB. 3,2 g% Pucat, sianosis, perifer dingin
- Trombosit ↓
9.000 Perfusi perifer tidak efektif
mmmol
TD. 116/80
mmhg
S:36,8°C
N:84 x/mnt
RR:20 x/mnt
SPO2 98%
24

DS : Klien Aliran darah ke perifer menurun Intoleransi


mengatakan ↓ aktivitas
badanya lemah Transport O2 ke jaringan menurun

Klien Kelemahan
mengatakan ↓
lelah setelah Intoleransi aktivitas
beraktivitas
berjalan

DO :
- Klien
terlihat
lemah
- Klien
dibantu
keluarga
dalam
beraktivita
s
- Skala
aktivitas
ketergantu
ngan
minimal

TD. 116/80
mmhg
S:36,8°C
N:84 x/mnt
RR:20 x/mnt
SPO2 98%
DS : Klien Produksi HCL meningkat Risiko Deficit
mengatakan ↓ Nutrisi
nafsu makan Asam lambung refleks
kurang dan ada ↓
mual Berkurangnya pemasukan makanan

DO : Implamasi saluran pencernaan
Porsi makan ↓
hanya 1/4 Intake makanan tidak adekuat
porsi saja yang ↓
mampu Risiko Deficit Nutrisi
dihabiskan

TB. 165 cm
BB:52kg 25
dengan IMT
18,38

PRIORITAS MASALAH
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin (SDKI D.0009)
yang ditandai dengan DS : Klien mengatakan badannya lemah DO : Klien terlihat
lemah Konjungtiva anemis, CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%, Trombosit 9.000 mmmol,
Leukosit 3.100 mm3, TD. 116/80 mmhg, S:36,8°C N:84 x/mnt, RR:20 x/mnt, SPO2
98%.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (SDKI D 0056) yang ditandai dengan DS : Klien
mengatakan badanya lemah, Klien mengatakan lelah setelah beraktivitas berjalan DO :
Klien terlihat lemah, Klien dibantu keluarga dalam beraktivitas, HB. 3,2 g%, Skala
aktivitas ketergantungan minimal
3. Risiko Deficit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan menurun (SDKI
D 0019) yang ditandai dengan Klien mengatakan nafsu makan kurang dan ada mual,
DO : Porsi makan hanya 1/4 porsi saja yang mampu dihabiskan
TB. 165 cm BB:52kg dengan IMT 18,38
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi (I.02079)
b.d penurunan konsentrasi tindakan keperawatan Obsevasi
hemoglobin (SDKI D.0009) 3x24 jam, maka perfusi 1.Periksa sirkulasi perifer Mengetahui kemungkinan adanya
yang ditandai dengan DS : perifer meningkat (misalnya nadi perifer, edeme, gangguan pada perfusi perfier.
Klien mengatakan badannya Dengan kriteria hasil : pengisian kapiler, warna, suhu,
lemah DO : Klien terlihat 1. Kelemahan otot ankle-brachial index)
lemah Konjungtiva anemis, menurun 2. Identifikasi faktor resiko Beberapa penyakit seperti diabetes ,
CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%, 2. Turgor kulit gangguan sirkulasi hipertensi, hiperkolesterol dapat
Trombosit 9.000 mmmol, membaik 3. Monitor panas ,kemerahan menyebabkan gangguan sirkulasi perifer
TD. 116/80 mmhg, S:36,8°C 3. Tekanan sistolik nyeri, atau bengkak pada
N:84 x/mnt, RR:20 x/mnt, membaik Lakukan ekstremitas
SPO2 98%. Hidrasi Mencukupi Teraupetik Mencegah kekurangan/perubahan
cairan dalam tubuh 1. Hindari pemasangan infus sirkulasi
4. Tekanan diastolic atau pengambilan darah diarea
membaik. Luaran keterbatasaan perfusi
utama Perfusi Perifer 2. Hindari pengukuran tekanan
(SLKI L.02011) darah pada ekstremitas dengan Merokok merupakan salah satu pemicu
keterbatasan perfusi terjadinya ganggaun perfusi perifer
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok Memperlanjar sikulasi perfusi perifer
2. Anjurkan olahraga rutin Diet yang tepat membantu memperlancar
Ajarkan program diet untuk sirkulasi
memperbaiki sirkulasi
10.Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
12. Kolaborasi pemberian
tranfusi

Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen energy (I.05178)


kelemahan (SDKI D 0056) intervensi keperawatan Observasi Mengidentifikasi pencetus terjadinya
yang ditandai dengan DS : selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi gangguan fungsi kelelahandan rencanatindakan berikutnya
Klien mengatakan badanya ekspektasi toleransi tubuh yang mengakibatkan yang dapat dilakukan
lemah, Klien mengatakan aktivitas meningkat kelelahan
lelah setelah beraktivitas dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan Mengetahui koping klien
berjalan DO : Klien terlihat 1. Saturasi oksigen emosional
lemah, Klien dibantu meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur Menghindari kelelahan akibat kurang
keluarga dalam beraktivitas, 2. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan istirahat
HB. 3,2 g%, Skala aktivitas melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
ketergantungan minimal meningkat melakukan aktifitas Mengetahui kemampuan dan batasan
3. Keluhan lelah pasien terkait aktivitas yang akan
menurun Teraupetik dilakukan
4. Perasaan lemah 1. Sediakan lingkungan nyaman
menurun. Luaran dan rendah stimulus
utama Toleransi 2. Lakukan latihan rentang Memberikan rasa aman dan nyaman
Aktivitas (SLKI gerak pasif atau aktif kepada klien
L05047) 3. Berikan aktifitas distraksi Membantu meningkatkan rentang gerak
yang menenangkan klien dalam beraktivitas
4. Fasilitasi duduk disisi tempat
tidur jika tidak dapat berpindah Mengurangi resiko jatuh/sakit pada klien
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas Istirahat yang lebih dan mengurangi
secara bertahap aktivitas dapat memulihkan energi
3.Anjurkan menghubungi kembali
perawat jika tanda dan gejala Melatih kekuatan otot dan pergerakan
tidak berkurang pasien agar tidak terjadi kekakuan otot
4. Ajarkan strategi koping untuk maupun sendi
mengurangi kelelahan Memiliki kemampuan mengatasi masalah
(coping skill) bermanfaat untuk
mencegah komplikasi kesehatan yang
mungkin nanti akan timbul.

Setelah dilakukan Manajemen nutrisi SIKI


tindakan keperawatan I.03119 - Membantu menegtahui tanda dan
selama 3 x 24 jam Observasi gejala nutrisi kurang dari kebutuhan
Risiko Deficit nutrisi b.d diarapkan asupan nutrisi - Identifikasi status nutrisi tubuh
kurangnya asupan makanan - Membantu pasien mengetahui
d.d berat badan menurun membaik. - Monitor berat badan perubahan berat badan setelah
(SDKI D 0019) yang ditandai
Kriteria hasil : diberikan informasi tentang memenuhi
dengan Klien mengatakan SLKI L. 03030 kebutuhan nutrisi
nafsu makan kurang dan ada- Porsi makan yang Terapiutik - Memberian kembali secara dini
mual, DO : Porsi makan dihabiskan meningkat - Sediakan makanan yang tepat makanan yang biasa dikonsumsi akan
hanya 1/4 porsi saja yang (5) sesuai kondisi pasien membawa manfaat mengurangi
mampu dihabiskan - Nafsu makan membaik Edukasi frekuensi defekasi dan meminimalkan
(5) - Jelaskan jenis makanan yang penurunan berat badan serta
TB. 165 cm BB:52kg dengan
- Bising usus membaik bergizi tinggi, namun tetap memperpendek lama sakit
IMT 18,38
(5) terjangkau
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

29
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis, 30 Dx. 1
November 2023 1. Memeriksa sirkulasi perifer (misalnya S: Klien mengatakan badannya masih
nadi perifer, edeme, pengisian kapiler, lemah
warna, suhu, ankle-brachial index) O: Klien terlihat lemah
2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan Konjungtiva anemis
sirkulasi CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
3. Memonitor panas ,kemerahan nyeri, atau Trombosit 9.000 mmmol, Leukosit
bengkak pada ekstremitas 3.100 mm3, TD. 116/80 mmhg,
4. Hindari pemasangan infus atau S:36,8°C N:84 x/mnt, RR:20 x/mnt,
pengambilan darah diarea keterbatasaan SPO2 98%.
perfusi Terpasang tranfusi PRC kolf ke 3
5. Anjurkan berhenti merokok
6. Anjurkan olahraga rutin A: Masalah belum teratasi
7. Ajarkan program diet untuk P: Lanjutkan Intervensi 1-10
memperbaiki sirkulasi
8. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
9. Mengkolaborasikan pemberian tranfusi

30
PRC
Dx. 2
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi S: Klien mengatakan masih lelah bila dari
tubuh yang mengakibatkan kelelahan kamar mandi
2. Memonitor kelelahan fisik dan
emosional Klien bisa mengangkat kaki dan tangan
3. Memonitor pola dan jam tidur meski agak lemah
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan O: Klien masih terlihat lemah
aktifitas Klien masih terlihat pucat
5. Menyediakan lingkungan nyaman dan Konjungtiva masih anemis
rendah stimulus Aktivitas dibantu istri
6. Melakukan latihan rentang gerak pasif CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
atau aktif SPO2 98%.
7. Memfasilitasi duduk disisi tempat tidur
jika tidak dapat berpindah A: Masalah belum teratasi
8. Menganjurkan tirah baring P: Lanjutkan Intervensi 1-10
9. Menganjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
10. Mengajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Dx. 3 S: Klien mengatakan mau makan sedikit-
- Mengidentifikasi status nutrisi sedikit tapi sering, klien mengatakan
- Memonitor berat badan mual berkurang
- Memonitor asupan makanan O: Porsi makan bisa habis ½ porsi dari yang
- Sediakan makanan yang tepat sesuai diberikan
kondisi pasien Pemberian inj. Ranitidin 1 amp 50 mg/iv
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-6

Jumat, 1 Desember Dx. 1


2023 1. Memeriksa sirkulasi perifer (misalnya S: Klien mengatakan badannya masih
nadi perifer, edeme, pengisian kapiler, lemah
warna, suhu, ankle-brachial index) O:
2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan Konjungtiva masih anemis
sirkulasi CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
3. Memonitor panas ,kemerahan nyeri, atau Trombosit 9.000 mmmol, Leukosit
bengkak pada ekstremitas 3.100 mm3, TD. 116/80 mmhg,
4. Hindari pemasangan infus atau S:37,2°C N:88 x/mnt, RR:24 x/mnt,
pengambilan darah diarea keterbatasaan SPO2 98%.
perfusi Terpasang tranfusi PRC kolf ke 4
A: Masalah teratasi sebagian
5. Anjurkan berhenti merokok P: Lanjutkan Intervensi 1-10
6. Anjurkan olahraga rutin
7. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
8. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
9. Mengkolaborasikan pemberian tranfusi
PRC

Dx. 2 S: Klien mengatakan masih agak lelah bila


1. Mengidentifikasi gangguan fungsi berjalan
tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Memonitor kelelahan fisik dan O: Klien masih terlihat lemah
emosional Klien masih terlihat pucat
3. Memonitor pola dan jam tidur Konjungtiva masih anemis
4. Memonitor lokasi dan Aktivitas dibantu istri
ketidaknyamanan selama melakukan Klien bisa duduk bersandar di tempat
aktifitas tidur
5. Menyediakan lingkungan nyaman dan CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
rendah stimulus SPO2 98%.
6. Melakukan latihan rentang gerak pasif A: Masalah teratasi sebagian
atau aktif P: Lanjutkan Intervensi 1-10
7. Memfasilitasi duduk disisi tempat tidur
jika tidak dapat berpindah
8. Menganjurkan tirah baring
9. Menganjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
10. Mengajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Dx. 3
1. Mengidentifikasi status nutrisi S: Klien mengatakan mau makan sedikit-
2. Memonitor berat badan sedikit tapi sering, klien mengatakan
3. Memonitor asupan makanan mual berkurang
4. Sediakan makanan yang tepat sesuai O: Porsi makan bisa habis ½ porsi dari yang
kondisi pasien diberikan
5. Jelaskan jenis makanan yang bergizi Pemberian inj. Ranitidin 1 amp 50 mg/iv
tinggi, namun tetap terjangkau A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-5

Dx. 1 S: Klien mengatakan badannya masih


Sabtu, 2 Desember 1. Memeriksa sirkulasi perifer (misalnya lemah
2023 nadi perifer, edeme, pengisian kapiler, O:
warna, suhu, ankle-brachial index) Konjungtiva masih anemis
2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
sirkulasi Trombosit 9.000 mmmol, Leukosit
3. Memonitor panas ,kemerahan nyeri, atau 3.100 mm3, TD. 116/80 mmhg,
bengkak pada ekstremitas S:37,2°C N:88 x/mnt, RR:24 x/mnt,
4. Hindari pemasangan infus atau SPO2 98%.
pengambilan darah diarea keterbatasaan Terpasang tranfusi PRC kolf ke 5
perfusi A: Masalah teratasi sebagian
5. Anjurkan berhenti merokok P: Lanjutkan Intervensi 1-10
6. Anjurkan olahraga rutin
7. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
8. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
9. Mengkolaborasikan pemberian tranfusi
PRC

Dx. 2 S: Klien mengatakan masih agak lelah bila


1. Mengidentifikasi gangguan fungsi berjalan
tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Memonitor kelelahan fisik dan O: Klien masih terlihat lemah
emosional Klien masih terlihat pucat
3. Memonitor pola dan jam tidur Konjungtiva masih anemis
4. Memonitor lokasi dan Aktivitas dibantu istri
ketidaknyamanan selama melakukan Klien bisa duduk, bisa berjalan ke kamar
aktifitas mandi dengan dibantu
5. Menyediakan lingkungan nyaman dan CRT > 3 detik, HB. 3,2 g%
rendah stimulus SPO2 98%.
6. Melakukan latihan rentang gerak pasif A: Masalah teratasi sebagian
atau aktif
7. Memfasilitasi duduk disisi tempat tidur P: Lanjutkan Intervensi 1-10
jika tidak dapat berpindah
8. Menganjurkan tirah baring
9. Menganjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
10. Mengajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Dx. 3
1. Mengidentifikasi status nutrisi S: Klien mengatakan mau makan sedikit-
2. Memonitor berat badan sedikit tapi sering, klien mengatakan
3. Memonitor asupan makanan mual berkurang
4. Sediakan makanan yang tepat sesuai O: Porsi makan bisa habis ½ porsi dari yang
kondisi pasien diberikan
Pemberian inj. Ranitidin 1 amp 50 mg/iv
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1-4

36
DAFTAR PUSTAKA

Andi Eka Pranata, Eko Prabowo, S.Kep,M.Kes. (2018). Asuhan Keperawatan


Sistem Perkemihan Edisi 1 Buku Ajar, Nuha Medika : Yogyakarta.
Angraini, F., & Putri, A. F. (2018). Pemantauan Intake Output Cairan Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. 19(3),
152–160.
Brunner and Sudarth. (2017). Medical-Surgical Nursing: Assessment and
Management of Patients With Urinary Disorders. In J. Jacobson & P. Paul
(Eds.), Brunner & Sudarth’s Canadian Textbook of Medical-Surgical
Nursing (14th ed.). Lippincott Williams and Wilkins.
Ernawati, N. (2019). Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Dengan
Pendekatan Kasus: Modul 3.
Gisna Nurrul Agnia, G. (2023). Gambaran Penggunaan Instrumen Skrining Gizi
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisis Di Uptdk
Rsud Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2023 (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya).
Hamzah dkk, (2021). Teori Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Hanggraini, A., Saputra, A. W., Veronika, N. O., Witoko, R. A. D. I., &
Mustakim, R. (2020). Pengaruh Permen Karet Terhadap Rasa Haus Pada
Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
KDOQI. KDOQI. (2020). Clinical Practice Guideline for Nutrition in CKD.
American Journal of Kidney Disease, 76(3).
Mahesvara, I. B. G. A. et al. (2020). Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik Stadium
5 Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud Badung Periode Tahun 2017-
2018. Jurnal Medika Udayana, 9(1),22–27.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum.
Nurbadriyah, W. D. (2021). Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis
Dengan Pendekatan 3S. Malang: Literasi Nusantara.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Ulianingrum, Y. (2017). Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) dengan Pemberian Intervensi Inovasi
Terapi Pijat Kaki terhadap Nyeri Kram Otot di Ruang Hemodialisa RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Tahun 2017. Samarinda.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2017. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Suwitra, K., 2018. Penyakit Ginjal Kronik. In: S. Setiati. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing, pp. 2159-65.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Wahyuningsih, S. A. (2020). Terapi Thought Stopping, Relaksasi Progresif dan
Psikoedukasi terhadap Penurunan Ansietas Pasien GGK yang Menjalani
Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 648–660.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1094.
Wahyuni, A., Kartika, I. R., & Asrul, I. F. (2019). Korelasi Lama Hemodialisa
Dengan Fungsi Kognitif. Real in Nursing Journal, 2(1), 1.
https://doi.org/10.32883/rnj.v2i1.328.
Zebua, F. (2020). Pentingnya Perencanaan dan Implementasi Keperawatan
Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai